Anda di halaman 1dari 20

PELAKSANAAN WAKTU KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI

A. Latar Belakang

Dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan warganya, negara Indonesia

menekankan kepada terwujudnya masyarakat adil dan makmur secara merata. 1

Dilihat dari tujuan pembangunan nasional, negara Indonesia menganut tipe negara

kesejahteraan (welfare state) yang diatur di dalam Pembukaan UUD 1945 (alinea

IV) yang menyatakan bahwa:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah


Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Maka
disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Hak asasi pekerja/buruh adalah hak untuk memperoleh pekerjaan yang

layak bagi kemanusiaan yang telah diakui keberadaannya dalam UUD 1945

merupakan hak konstitusional.2 Sebagaimana diatur di dalam Pasal 27 ayat (2)

UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Selain itu juga diatur

di dalam Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa: “Setiap orang

1
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 14.
2
Ibid., hlm. 16.

1
berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak

dalam hubungan kerja”.

Perlindungan pertama berkaitan dengan pengaturan waktu kerja. Diatur di

dalam Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa:

“Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:


a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu”.

Sebagaimana dirubah di dalam Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11

tahun 2020 tentang Cipta Kerja menyebutkan bahwa:

“Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :


a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu”.

Perlindungan kedua berkaitan dengan pengaturan waktu lembur. Diatur di

dalam Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa:

“Pengusaha yang mempekerjakan buruh / pekerja melebihi waktu


kerja harus memenuhi syarat:
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Waktu kerja lembur dilakukan 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari
dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu”.

Sebagaimana dirubah di dalam Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11

tahun 2020 tentang Cipta Kerja menyebutkan bahwa:

“Pengusaha yang mempekerjakan buruh / pekerja melebihi waktu


kerja harus memenuhi syarat:

2
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan 4 (empat) jam dalam 1
(satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu”.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang : PELAKSANAAN WAKTU KERJA PADA SEKTOR

INDUSTRI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis

menguraikan 3 (tiga) pokok permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan waktu kerja dan waktu kerja lembur pada

sektor industri?

2. Bagaimana perlindungan waktu kerja dan waktu kerja lembur pada

sektor industri?

3. Bagaimana kendala pelaksanaan waktu kerja dan waktu kerja lembur

pada sektor industri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah kalimat pernyataan yang konkret

dan jelas tentang apa yang akan diuji, dikonfirmasi, dibandingkan, dikorelasikan

dalam penelitian.3 Adapun tujuan penelitian yang dilakukan setelah dikaitkan

dengan rumusan masalah yaitu:

3
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012,
hlm. 109.

3
1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan waktu kerja dan waktu kerja

lembur pada sektor industri.

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan waktu kerja dan waktu kerja

lembur pada sektor industri.

3. Untuk mengetahui bentuk kendala pelaksanaan waktu kerja dan waktu

kerja lembur pada sektor industri.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk melatih kemampuan penulis melakukan penulisan secara ilmiah yang

dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berupa proposal.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

cakrawala terutama berkenaan dengan Hukum Administrasi Negara,

khususnya Hukum Ketenagakerjaan berkenaan dengan pengaturan waktu

bagi para pekerja tetapi juga bagi pihak yang berkepentingan yang

membutuhkan informasi tersebut.

c. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam

pengembangan hukum ketenagakerjaan. Hal ini dikarenakan hukum

ketenagakerjaan bersifat dinamis yang selalu mengalami perkembangan dari

waktu ke waktu.

4
2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah

dan para pengusaha mengenai pengaturan terkait perlindungan waktu kerja

dan waktu kerja lembur terhadap pekerja/buruh.

b. Penelitian ini dapat membantu dalam memberikan informasi mengenai

pengaturan terkait perlindungan waktu kerja dan waktu kerja lembur.

c. Sebagai bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan

penelitian perlindungan waktu kerja dan waktu kerja lembur.

E. Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Tentang Perlindungan

1. Pengertian dan Objek Perlindungan Kerja

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

mengatur beberapa perlindungan yang diberikan kepada pekerja/buruh.4

Perlindungan tersebut tidak hanya meliputi perlindungan setelah adanya

hubungan hukum, tetapi jauh sebelum adanya hubungan kerja dan setelah

berakhirnya hubungan hukum tersebut. Perlindungan pekerja dapat dilakukan

baik dengan jalan memberikan tuntutan maupun dengan jalan meningkatkan

pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial

dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja.

4
Khairani, Pengantar Hukum Perburuhan & Ketenagakerjaan PT Rajagrafindo Persada,
Depok, 2018, hlm. 85.

5
Sebagaimana diatur di dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1969 disebutkan bahwa pemerintah membina perlindungan kepada

tenaga kerja yang meliputi:

1) Norma keselamatan kerja

2) Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan

3) Norma kerja

4) Ganti kerugian dan rehabilitasi sosial

Sedangkan dalam Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

disebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan

atas:

1) Keselamatan dan kesehatan kerja

2) Moral dan kesusilaan

3) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai

agama

Menurut Imam Soepomo perlindungan tenaga kerja terbagi dalam 3

bagian, yaitu:

1. Perlindungan teknis merupakan suatu bentuk perlindungan yang berkaitan

erat dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari timbulnya bahaya

dalam melakukan pekerjaan. Perlindungan teknis adalah yang berkaitan

eart dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Perlindungan ekonomis merupakan suatu bentuk perlindungan yang

berkaitan erat dengan usaha-usaha memperbaiki penghasilan yang cukup

untuk memenuhi keperluan/kebutuhan sehari-hari bagi tenaga kerja dan

6
keluarganya. Termasuk dalam hal tidak mampu bekerja karena sesuatu di

luar kehendaknya. Perlindungan ini disebut juga dengan perlindungan

upah.

3. Perlindungan sosial merupakan perlindungan yang berkaitan erat dengan

usaha-usaha kemasyarakatan yang tujannya memungkinkan pekerja

mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada

umumnya, ini menyangkut harkat dan martabat kemanusiaan terutaa bagi

tenaga kerja dan keluarganya.

Objek perlindungan tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 meliputi:

a. Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja

b. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan

pengusaha dan mogok kerja

c. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

d. Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak, dan penyandang

cacat

e. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja

f. Perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja

2. Pengertian Perlidungan Hukum

Kata Perlindungan berasal dari kata dasar lindung yang berarti

bernaung, bersembunyi.5 Perlindungan berarti tempat berlindung. Dalam

Black’s Law Dictionary memberikan pengertian protection sebagai (1)


5
Khairani, Kepastian Hukum Hak Pekerja Outsourcing Ditinjau dari Konsep Hubungan
Kerja Antara Pekerja dengan Pemberi Kerja, PT Rajagrafindo Persada, Depok, 2016, hlm. 86.

7
tindakan melindungi (the act of proyecting), (2) proteksionisme

(protecsionism) (3) menutupi (coverage), (4) suatu dokumen yang diberikan

oleh seorang notaris kepada pelaut atau orang lain yang melakukan perjalanan

ke luar negeri, yang menegaskan pemegangnya adalah warga Negara AS (a

document given by a notary public to sailors and other persons who travel

abroad, certifying that the bearer is U.S.citizen).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perlindungan adalah proses,

cara, perbuatan melindungi dan hukum adalah peraturan yang dibuat oleh

pemerintah yang berlaku bagi semua orang dalam masyarakat (negara).

Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum dalam bahasa


Belanda disebut dengan rechtbecherming adalah segala daya upaya
yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan,
penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-
hak asasi yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Perlindungan hukum
mempunyai arti sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana
hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan
kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu
dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke
dalam sebuah hak hukum. 6
Satjipto Rahardjo berpendapat, perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang

lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.7 Kemudian menurut C.S.T. Kansil,

perlindungan hukum adalah segala upaya hukum yang harus diberikan oleh

6
Darwin Botutihe dan Hamid Pongoliu, “Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Pada
Rumah Sakit Islam Gorontalo”, Jurnal Al-Himayah, Vol. 2, hlm. 153.
7
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53.

8
aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran

maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.8

Perlindungan hukum terhadap pekerja memiliki tujuan agar tidak

adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah dalam sutau

sistem hubungan kerja.9 Perlindungan hukum adalah suatu yang dapat

menjadikan subjek hukum mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan

hukum merupakan bentuk perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum

yakni orang atau badan hukum.

Pengertian lain dari perlindungan hukum adalah suatu tindakan atau

upaya untuk memberi perlindungan kepada sekelompok masyarakat maupun

individu dari adanya perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang ada dan berlaku, guna

menciptakan ketertiban dan ketentraman sehingga manusia dapat menikmati

martabatnya sebagai manusia.

Menurut Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum adalah


perlindungan terhadap martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat
melindungi suatu hal dari hal lainnya.10

8
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989, hlm.102.
9
Ngajuru Petrus, “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita Yang Bekerja
Pada Malam Hari Di PT. Swara Indah Riau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,”
JOM Fakultas Hukum, Vol.3: 2, hlm. 10.
10
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, 1987, hlm. 25.

9
3. Jenis Perlindungan Hukum

Menurut Philipus M. Hadjon, terdapat 2 macam sarana Perlindungan

Hukum yaitu:

b. Perlindungan Hukum Preventif


Penerapan Perlindungan Hukum Preventif ini, subyek hukum
memiliki kesempatan untuk dapat pengajukan keberatan atau
pendapatnya sebelum keputusan pemerintah bersifat sudah pasti.
Perlindungan hukum Preventif ini memiliki tujuan agar tidak
timbulnya sengketa.
c. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan Hukum Represif yaitu berupa tuntutan kepada
pemerintah atau pengusaha terhadap pengaturan atau tindakan
yang merugikan, dapat dikatakan perlindungan hukum ini memiliki
tujuan menyelesaikan sebuah sengketa. Kategori perlindungan
hukum ini yaitu penanganan perlidungan hukum oleh Pengadilan
Umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia. Prinsip
yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan
adalah perlindungan terhadap hak- hak asasi manusia dan prinsip
Negara hukum.11
Soepomo dalam Abdul Khakim membagi perlindungan bagi tenaga

kerja menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:

1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam


bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak
mampu bekerja diluar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan
perlindungan hak untuk berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan kerja.12
Perlindungan kerja dapat dilakukan melalui norma yang berlaku dalam

lingkungan kerja itu yang mencakup:

11
Ibid., hlm. 30
12
Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2014, hlm 102-103.

10
1. Norma keselamatan kerja, yaitu meliputi keselamatan kerja yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja bahan, dan proses
pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
2. Norma kesehatan kerja, yaitu meliputi pemeliharaan dan mempertinggi
derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-
obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, serta menyediakan tempat,
cara dan syarat kerja yang sesuai dengan standar kesehatan.
3. Norma kerja, yaitu meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang
berhubungan dengan waktu kerja, sistem upah, istirahat, cuti, pekerja
wanita, anak, dan kesusilaan beribadah
4. Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan kerja atau menderita
penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan
rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat pekerjaan.

Adrian Sutedi membagi 2 cara dalam memberi perlindungan kepada

pekerja atau buruh yaitu:

a. Melalui Undang-Undang perburuhan, sebab dengan adanya Undang-


Undang ini berarti ada suatu jaminan dari Negara untuk memberikan
pekerjaan yang layak, memberi perlindungan di tempat kerjahingga
pemberian jaminan sosial setelah pension.
b. Melalui serikat pekerja/ serikat buruh, dengan adanya serikat
pekerja/buruh, aspirasi dari pekerja/buruh dapat disampaikan dan
dapat berunding untuk menuntut hak-hak yang seharusnya mereka
terima.13

B. Tinjauan Tentang Pengaturan Waktu Kerja

1. Pengaturan Waktu Kerja dan Waktu Kerja Lembur Menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.

Waktu kerja adalah waktu dimana pekerja/buruh wajib melakukan

pekerjaan sesuai dengan perjanjian.14 Sedangkan pelaksanaan ketentuan

13
Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo,Jakarta, 2016, hlm.
96.
Abdul Khakim, Pengupahan Dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT
14

Citra Aditya Bakti, Batu Kajang, 2016, hlm. 47.

11
waktu kerja diatur di dalam Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13

tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa:

“Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:


a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu”.

Selanjutnya terkait dengan waktu kerja lembur diatur di dalam Pasal 78

ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menyebutkan bahwa:

“Pengusaha yang mempekerjakan buruh / pekerja melebihi


waktu kerja harus memenuhi syarat:
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Waktu kerja lembur dilakukan 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam
dalam 1 minggu”.

2. Pengaturan Waktu Kerja dan Waktu Kerja Lembur Menurut

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Sebagaimana dirubah di dalam Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja menyebutkan bahwa:

“Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :


a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu”.

Sebagaimana dirubah di dalam Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja menyebutkan bahwa:

12
“Pengusaha yang mempekerjakan buruh / pekerja melebihi
waktu kerja harus memenuhi syarat:
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan 4 (empat) jam
dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1
(satu) minggu”.

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu alat untuk mencari jawaban dari pemecahan masalah,

oleh karena itu suatu metode atau alatnya harus jelas terlebih dahulu tentang apa

yang akan dicari.15 Metode pada hakikatnya bermakna memberikan pedoman,

tentang bagaimana cara seseorang mempelajari, menganalisis, dan memahami

hukum sehingga sampai pada kesimpulan yang relatif besar. 16 Penelitian hukum

adalah segala aktifitas seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang

bersifat akademik dan praktisi, baik yang bersifat asas-asas hukum, norma-norma

hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, maupun yang berkenaan

dengan masyarakat, maupun yang berkenaan dengan kenyataan hukum dalam

masyarakat.17 Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berusaha

untuk memecah masalah secara sistematis, dengan metode-metode dan teknik

tertentu yang ilmiah. Fungsi metode penelitian adalah alat untuk mengetahui

sesuatu masalah yang diteliti, baik itu ilmu-ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu

lainya.18 Kegiatan penelitian merupakan usaha untuk menganalisis serta

mengadakan konstruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten. Untuk

15
Setiono, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 105.
16
Ade Saptomo, Pokok-Pokok Metode Penelitian Hukum, Unesa Univerity Press,
Surabaya, 2007, hlm. 59.
17
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 19.
18
Ibid., hlm. 21.

13
memperoleh data yang maksimal dan menunjukkan hasil yang baik, sehingga

tulisan ini mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, maka penulis mengumpulkan dan memperoleh data dengan

menggunakan metode penelitian.

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian

melalui tahap-tahap pemecahan atau penyelesaian melalui tahap-tahap yang

telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian atau penulisan.19 Dalam

penulisan ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris (socio-legal

research), yaitu penelitian hukum dengan melihat norma hukum yang berlaku

dan menghubungkannya dengan fakta yang ada dalam masyarakat. Akhirnya,

kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk mengetahui bagaimana

hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan hukum (law enforcement).

Karena penelitian jenis ini dapat mengungkapkan permasalahan-permasalahan

yang ada dibalik pelaksanaan dan penegakan hukum. Disamping itu, hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam menyusun suatu peraturan

perundang-undangan.20

19
Abdulkadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004 hlm. 112.
20
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,
Mataram, 2003, hlm. 134.

14
2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Menurut Irawan Soehartono21

bahwa “penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi”,

yaitu metode yang memuat peneliti untuk meneliti langsung ke lapangan

dengan melakukan wawancara kepada masyarakat dan melihat norma yang

berlaku kemudian dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada dari permasalahan

yang diteliti berkaitan dengan pelaksanaan waktu kerja pada sektor industri.

3. Jenis Data

1) Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari sumbernya oleh penulis berupa

wawancara, dokumentasi yang ada dilapangan, hasil observasi baik

terstruktur maupun tidak terstruktur, pengamatan tidak terlibat, serta

pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang berkaitan dengan

permasalahan yang ingin dibahas oleh penulis.

2) Data Sekunder.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil

penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan

perundang-undangan.

21
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial Lainnya, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1999, hlm. 63.

15
a) Bahan Hukum Primer.

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas.22 Bahan hukum primer yaitu

bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri atas:

(1) Undang-Undang Dasar Negara Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

(2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

(3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.23 Publikasi tentang

hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, dan jurnal-

jurnal hukum.

c) Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan informasi tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Data yang diperoleh

dalam penelitian ini berdasarka sumbernya terdiri dari:

22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008,
hlm. 181.
23
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenadamedia Group, Jakarta,
2005, hlm. 181.

16
a) Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencari dan mengkaji

bahan-bahan hukum yang terkait dengan objek penelitian

b) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dimaksudkan guna mendukung analisis

terhadap data kepustakaan/sekunder dengan cara mengungkap

informasi-informasi penting serta mencari tanggapan tentang

pengaturan waktu kerja dan waktu kerja lembur pada sektor industri.

4. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara.

Wawancara (interview) adalah suatu cara pengumpulan data dalam

suatu penelitian lapangan (field research) terdapat dua pihak yang

mempunyai kedudukan berbeda seperti pengejar informasi yang biasa

disebut pewawancara atau interviewer dan pemberi informasi yang disebut

informan atau responden.24 Hakikat dari wawancara adalah dilakukan secara

langsung dengan berhadapan fisik (face to face).25

Menurut Rianto Adi,26 bahwa “Wawancara dilakukan dengan jalan


komunikasi yakni dengan melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpulan data (pewawancara) dengan sumber data (responden) baik
secara langsung maupun tidak langsung”.

Dalam penelitian ini pihak yang diwawancarai adalah para pekerja

pada sektor industri sebagai informan. Pemilik dari sektor industri sebagai

24
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 95.
25
Munir Fuady, Metode Riset Hukum: Pendekatan Teori dan Konsep, Rajawali Pers,
Depok, 2018, hlm. 34.
26
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, 2004, hlm. 7.

17
informan. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigarsi Provinsi Sumatera Barat

sebagai informan. Dan dari pihak Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian

Kota Padang sebagai informan dan pengawas bagi perlindungan tenaga

kerja. Serta dari pihak LBH Padang sebagai informan. Pelaksanaan

wawancara menggunakan wawancara semi terstruktur di mana wawancara

tersebut dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah

dipersiapkan dahulu dan juga mengembangan pertanyaan tersebut.

2. Studi Dokumen.

Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian

hukum (baik normatif maupun yang sosiologis), karena penelitian hukum

selalu bertolak dari premis normatif.

Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan

hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas

dan rehabilitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian.

Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan

hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas

dan rehabilitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian.27

5. Metode Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data umumnya

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

27
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.cit, hlm. 68.

18
a. Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisis data, data yang ditemukan dan

dikumpulkan diolah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengecekan

terhadap data yang didapat baik itu temuan-temuan di lapangan maupun data-

data yang berasal dari buku maupun aturan-aturan hukum.

Cara pengolahan data menggunakan metode editing. Editing adalah

kegiatan yang dilakukan penulis yakni memeriksa kembali mengenai

kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau

informasi, relevansinya bagi penelitian, maupun keseragaman data yang

diterima atau didapatkan oleh penulis

b. Analisis Data

Teknik Analisa ini menggunakan metode Yuridis Kualitatif yaitu

karena data yang diperoleh disusun secara sistematis untuk selanjutnya

dianalisis dengan uraian kalimat, sehingga tidak mempergunakan rumus

maupun angka-angka.

Tujuan dari analisa data ini adalah mengungkapkan sebuah fakta,

keadaan dan fenomena yang menjadi pokok permasalahan. Adapun langkah-

langkah yang dibutuhkan dalam analisa ini adalah mengumpulkan berbagai

data yang sebelumnya, baik dari observasi maaupun wawancara. Kemudian

melakukan reduksi data yaitu merangkum dari hasil data lapangan tersebut dan

melakukan seleksi terhadap apa yang hendak dikaji dalam permasalahan yang

diangkat oleh penulis.

19
G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan cara atau sistem untuk meyelesaikan

penelitian agar dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, penulis membuat

sistematika penulisan kedalam 4 (empat) bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disajikan tentang pengertian-pengertian hukum, teori-

teori hukum yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum dan

berkaitan dengan suatu masalah hukum.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan memuat hasil dari penelitian tentang pelaksanaan waktu

kerja dan waktu kerja lembur pada sektor industri. Dan menguraikan

perlindungan waktu kerja dan waktu kerja lembur pada sektor industri. Serta

menguraikan kendala pelaksanaan waktu kerja dan waktu kerja lembur pada

sektor industi.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran kepada pihak-pihak yang

berkaitan dengan rumusan masalah.

20

Anda mungkin juga menyukai