Anda di halaman 1dari 29

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

SPESIFIKASI UMUM DAN SPESIFIKASI TEKNIS

1. Lingkup Pekerjaan

Bangunan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Laboratorium komputer


SMPN 4 Simeulue Timur Kabupaten Simeulue. Perincian bagian pekerjaan yang
dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana, BQ dan RKS yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.

2. Peraturan Teknis Bangunan yang digunakan

Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan
tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya.
2.1. Keppres No. 16 tahun 1994, No. 24 tahun 1995 dan Keppres No. 80 tahun
2003 beserta lampiran-lampiran lainnya.
2.2. Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di
Indonesia atau Algemene voor warden voor de uit voering bij aanneming
van openbare werken (AV) 1941.
2.3. Keputusan Gubernur No. 028/667/2007 tanggal 10 Desember 2007, tentang
penetapan harga satuan bahan bangunan ,satuan pekerjaan dan jasa
kebutuhan pemerintah prov. NAD.
2.4. Keputusan mentri dalam negeri No. 152 Tahun 2004 tentang pedoman
pengelolaan barang daerah.
2.5. Surat Edaran bersama Bappenas dan Dirjen Anggaran No.
351/D.VI/01/1997 dan SE - 39/A/21/01997 tanggal 20 Januari 1997.
2.6. Keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No.
295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
2.7. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991), SK SNI T-15.1919.03
2.8. Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995
2.9 Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading Code 1987
(SKBI-1.2.53.1987)
2.10. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995
2.11. Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI)NI 5
2.12. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1984
2.13. Mutu Sirap SNI 03-3527-1994
2.14. Peraturan Umum instalasi listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
2.15. Tata cara Perencanaan Tangki Septick SNI 03-2398-1991
2.16. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja
2.17. Peraturan Semen Potland Indonesia NI 8 tahun 1972
2.18. Perturan Bata Merah sebagai bahan bangunan NI 10
2.19. Peraturan Plumbing Indonesia
2.20. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991
2.21. Tata cara Pengacatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-
1991
2.22. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap


sebagaimana ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor
Wajib mengikuti ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.

A. SPESIFIKASI UMUM

1. KETENTUAN UMUM
1.1 Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi, serta
Hak Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau
disediakan Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.
1.2 Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar
yang diajukan oleh Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi
Pekerjaan menetapkan Setuju atau Ditolak.
1.3 Dalam hal Dreksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan
Kontraktor tidak menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari
Standar yang disyaratkan , maka Kontraktor harus tetap memenuhi ketentuan
Standar yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
1.4 Spesifikasi ini disusun sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar dapat
menyusun penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan
kebutuhan Pemilik tanpa catatan dan persyaratan lain dalam
penawarannya.
1.5 Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus
mengutamakan produksi dalam negeri.
1.6 Standart yang digunakan adalah Standart Nasional (SNI, SII, SKNI) untuk barang,
bahan, dan jasa/ pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM, BS, dll),
yang padanannya secara substantif sama atau lebih tinggi dari Standar
Nasional.
1.7 Standart satuan ukuran yang digunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan
Standart satuan lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat
dielakkan.
1.8 Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan
perbaikan harus dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan
dan persyaratan kontrak agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
kepentingan umum.
1.9 Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban
membayar ganti rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan
hukum dalam bentuk apapun yang timbul dari atau sehubungan dengan hal
tersebut.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

2. HUKUM DAN PERATURAN

Kontraktor harus mengetahui, memahami dan mematuhi ketentuan hukum dan


Peraturan mengenai Lingkungan Hidup, Keselamtan Kerja, Perpajakan, Bea Cukai,
Ijin Pemasukan Barang, Import dan Komoditi, penyimpanan merupakan keharusan
bagi kontraktor mengikuti prosedur yang harus ditempuh.
Dengan tidak mengurangi kewajiban Kontraktor akan hal tersebut diatas,
Kontraktor harus mematuhi ketentuan peraturan/perundang-undangan sebagai
berikut:

2.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikut sertakan Perusahaan Golongan


Ekonomi Lemah Setempat/Koperasi sesuai surat Menteri Koordinator Bidang
Ekonomi Keuangan dan Pengawasan Pembangunan No. S.91/M.EKKU/1997
tanggal 23 Juli 1997 tentang: Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan
Pengusaha Kecil dan Koperasi dalam pengadaan barang/jasa Instansi
Pemerintah.

2.2. Untuk melindungi tenaga kerja, Kontraktor wajib melaksanakan program


JAMSOSTEK sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1989 tanggal 27 Januari 1989 Jo. Surat
Kakanwil No. KEP-07/Men/ 1989. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi
Daerah Istimewa Aceh Nomor : PR.06.07-W.01/BJ.3/660 tanggal 10 Agustus
1998.

3. PROGRAM PELAKSANAAN DAN LAPORAN

3.1.LAPORAN BULANAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah
ditetapkan Direksi, Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan Laporan
Kemajuan Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang
menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang
terdahulu. Laporan sekurang kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut:

3.1.1 Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan


kenyataan yang dicapai pada bulan laporan dan prosentase rencana
yang diprogramkan pada bulan berikutnya.
3.1.2 Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, disertai
dengan prosentase rencana yang diprogramkan, dan diberi
keterangan mengenai kemajuan pekerjaan.
3.1.3 Jadwal rencana kegiatan mendatang yang akan dilaksanakan dalam
waktu dua bulan berturut-turut dengan perkiraan tanggal permulaan
dan penyelesaian.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

3.2. LAPORAN HARIAN


Kontraktor harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas setiap
bagian pekerjaan yang diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh
Direksi. Laporan dimaksud harus memuat, tetapi tidak dibatasi, data-data
berikut:
Keadaan cuaca, jumlah tenaga staf dan buruh yang dipekerjakan serta
keterampilannya, jumlah bahan-bahan di tempat pekerjaan, jumlah bahan
yang sedang dipesan, kemajuan pekerjaan, persiapan pekerjaan dan
peralatan serta data-data percobaan laboratorium, kecelakaan dan
informasi yang lain yang berkaitan erat dengan kemajuan pekerjaan.

3.3.RAPAT BERSAMA UNTUK MEMBICARAKAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari pada rapat
ini membicarakan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang
diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang
timbul agar dapat segera diselesaikan.

4. BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR


Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak.
Jika tidak ditentukan lain, segala peralatan dan material yang membutuhkan
bagian pekerjaan baru dan harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen
lelang. Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus
mengutamakan produksi dalam negeri.
Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksud tidak
dapat diperoleh di dalam negeri, maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan
dari luar negeri setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi
Pekerjaan. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi, bilamana bermaksud
untuk mensuplai peralatan dan material yang tidak sesuai dengan standar
sebagai tersebut di atas dan harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.

5. ALAT-ALAT PRODUKSI

Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya


untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada
Kontraktor untuk menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain
bilamana menurut pertimbangannya penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan Kontrak. Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan serta suku
cadang dan harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak memperlambat
pelaksanaan pekerjaan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

6. MATERIAL PENGGANTI

Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material


yang ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima,
Kontraktor dapat menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar
Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak diperkenankan untuk dinaikkan akibat
penggantian material.

7. PEKERJAAN PERSIAPAN

7.1. Lingkup Pekerjaan


7.1.1. Pembersihan Lapangan.
7.1.2. Pengukuran dan pemasangan bouwplank
7.1.3. Pembuatan Gudang, Bangsal Kerja dan Direksi keet.
7.1.4. Pembuatan papan nama proyek
7.1.5. Administrasi /P3K/Keamanan.

7.2. Persyaratan bahan


7.2.1. Untuk Gudang dan Bangsal Kerja; digunakan Rangka Kayu, dinding
papan dan atap seng.
7.2.2. Untuk direksi Keet; digunakan bahan rangka kayu, dinding papan
atau triplex dicat, atap seng BJLS 020, lantai rabat beton.
7.2.3. Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus
memenuhi kualitas yang ditentukan dalam PBI 1991.
7.2.4. Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan triplek
dicat putih.
7.2.5. Bahan bouwplank dipakai tiang kayu meranti 5/7 atau sejenisnya
dan papan meranti ukuran 2/20 cm atau sejenisnya.
7.2.6. Untuk lalat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak
dorong dan lain-lain digunakan bahan kayu setempat.

7.3. Pedoman Pelaksanaan


7.3.1. Pembersihan Lapangan.
Meliputi pembersihan semua tanam tumbuh termasuk
pembongkaran akar-akar pohon yang terkena bangunan dan
halaman sekolah disekeliling bangunan, termasuk perataan
tanah/pembuatan terasering jika diperlukan. Hasil bongkaran
tersebut diatas dibuang ke luar lokasi pekerjaan.Pembuatan
Gudang,

7.3.2. Pemasangan Bouwplank


Tiang Bouwplank harus terpasang kuat. Papan diketam halus dan
lurus pada sisi atasnya dan dipasang waterpass (timbang air)
dengan sudut-sudutnya harus siku.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

7.3.3. Bangsal Kerja dan Direksi Keet


Untuk gudang dan bangsal kerja dibuat bangunan sementara yang
dapat melindungi pekerja dari panas dan hujan. Bangunan ini harus
dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
Untuk Direksi Keet, dibuat dengan konstruksi semi permanen dengan
ukuran sesuai gambar, luas=21 M2, dilengkapi mobiler sederhana 1
meja tulis, beberapa buah kursi duduk, dan 1 lembar triplek tempat
menempel gambar.

7.3.4. Pembuatan papan nama proyek


Membuat papan nama proyek dari papan dengan ukuran 200 x 100
cm. Didirikan tegak diatas kayu 5/7 cm setinggi 240 cm. Diletakkan
pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek
memuat
 Nama proyek
 Pemilik Proyek
 Lokasi Proyek
 Jumlah biaya (kontrak)
 Nama Konsultan Perencana
 Nama Konsultan Pengawas
 Nama Pelaksana (Kontraktor)
 Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun

7.3.5. Adminstrasi / P3K / Keamanan


Administrasi/P3K/Keamanan meliputi pekerjaan pembuatan pagar
sementara, penyediaan sarana air kerja dan penerangan,
a. PAGAR SEMENTARA
Apabila diperlukan untuk pengamanan Kontraktor harus membuat pagar
sementara pada daerah kerja dan semua tanah yang ditempati untuk
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat kontrak atas
biaya dari kontrak sendiri..
Apabila pagar sementara perlu didirikan sepanjang jalan umum, jalan
kereta api, harus merupakan tipe yang diminta dan disetujui oleh
Pemerintah Setempat.
b. SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN
1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung,
Kontraktor harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih tidak
mengandung lumpur guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja
dan air kamar mandi/WC.
2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau
sumber air, serta pengadaandan pemasangan pipa distribusi air tersebut
bagi keperlua pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet,
Kantor Kontaktor, Kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang
dianggap perlu.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

3. Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan


pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan Direksi Keet/gudang dan penerangan
Proyek pada malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung
selama 24 jam penuh dalam sehari.
4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau
dengan Generator Set dan semua perizinan untuk pekerjaan tersebut
menjadi tanggungan jawab Kontraktor.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan
pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta sakelar/panel.

c. YANG HARUS DISERAHKAN PADA PROYEK


Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal lebih
awal dari yang dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus mengosongkan
dan menyerahkan pada Direksi seperti yang ditentukan dalam pasal ini.
Kontraktor tidak membongkar atau merusak bangunan, peralatan,
barang-barang yang berfaedah, kantor-kantor, gudang dan lainnya
seperti tercantum dalam spesifikasi ini.

Semua unit perumahan, kantor, dan fasilitas lain harus dibersihkan dan
dalam keadaan baik kecuali untuk yang dibongkar bila diserahkan
kepada Pemberi Pekerjaan.
d. KESELAMATAN KERJA
1. Kontraktor harus menjamin keselamatan para pekerja (K3) sesuai dengan
persyaratn yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau
persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.
2. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

e. PHOTO KEMAJUAN PEKERJAAN


Kontraktor harus menyerahkan photo berwarna kepada Direksi mengenai
kemajuan pekerjaan (dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada
lokasi yang telah ditentukan Direksi selama masa Kontrak.
Photo diambil pada waktu awal dan selesainya pelaksanaan pekerjaan,
serta pada waktu yang ditetukan oleh Direksi.Photo yang harus diserahkan
kepada Direksi dilampirkan pada laporan kemajuan bulanan dan masing-
masing sebanyak 5 (lima) rangkap. Tanggal dan penjelasan dari tiap
photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan photo tidak akan dibayar
terpisah dan dianggap termasuk dalam harga satuan untuk tiap
pekerjaan pada Biaya Kuantitas Pekerjaan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

B. SPESIFIKASI TEKNIS

1. Pekerjaan Tanah/Urugan
1.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah
harus diperhitungkan jenis tanah yang dijumpai dilapangan seperti tanah
pasir, gambut, tanah keras (batuan), tanah liat dan lain sebagainya, yaitu:

1.1.1. Galian tanah untuk pekerjaan substruktur (pondasi, saluran keliling


bangunan).
1.1.2. Septictank dan peresapan
1.1.3. Timbunan kembali galian tanah pondasi
1.1.4. Timbunan tanah dan pasir bawah lantai, pondasi dan saluran
termasuk pemadatannya.
1.1.5. Perataan tanah sekelilling bangunan
1.1.6. Galian tanah diluar bangunan untuk mendapatkan peil lantai yang
di syaratkan.
1.1.7. Pekerjaan Cut & Fill (bila ada)

1.2. Persyaratan Bahan


Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian
pondasi. Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang
kualitas baik.

1.3. Pedoman Pelaksanaan


1.3.1. Galian pondasi baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank
dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui
Direksi. Bentuk galian dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang
tertera dalam gambar. Apabila ditempat galian ditemukan pipa-
pipa pembuangan, kabel listrik, telepon atau lainnya yang masih
berfungsi, maka Kontraktor secepatnya memberitahukan kepada
Direksi atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat
petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya
atas segala kerusakan yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut.
Apabila pada waktu penggalian ditemukan benda-benda
purbakala, maka kontraktor wajib melaporkannya kepada
Pemerintah Daerah setempat.
Galian-galian untuk septictank, saluran air hujan, saluran air kotor
dan air bersih dilaksanakan dengan ukuran yang ditetapkan dalam
gambar kerja dan gambar detai.
Untuk kondisi tanah yangmudah longsor Kontraktor harus memasang
turap kayu pengaman yang cukup kuat. Turap didalam bangunan
harus dibongkar setelah pondasi selesai.
1.3.2. Galian diluar bangunan untuk mendapatkan tinggi lantai yang
disyaratkan dalam gambar. Penggalian tanah ini dimaksudkan
untuk mendapatkan kontur tanah yang disyarat dalam Site Plan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

1.3.3. Bila ternyata penggalian memebihi kedalaman yang telah


ditentukan dalam gambar, maka Kontraktor harus mengisi kelebihan
galian tersebut dengan pasir urug.
1.3.4. Pengurugan bekas galian pondasi, galian septictank, galian saluran
air hujan, saluran air bersih dan saluran air kotor diurug lapis demi
lapis dengan ketebalan tiap lapis maksimum 15 cm. Tiap lapisan
dipadatkan dengan menumbuk lapisan tersebut, menggunakan
alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan pertama padat kembali
seperti diatas. Demikian seterusnya dilakukan sampai semua lubang
bekas galian pondasi tertutup kembali.

1.3.5. Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah lantai dilakukan lapis


demi lapis hingga ketebalan 10 cm dibawah lantai, ditumbuk
hingga padat. Lapisan-lapisan urugan untuk ditumbuk ini dibuat
maksimal 10 cm, dan ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada
tiap-tiap lapis tersebut.

1.3.6. Dibawah lantai diurug dengan pasir pasangan dan dipadatkan.


Pengurugan dan pemadatan ini dilakukan dengan menyiram air
hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan alat yang sesuai untuk
pemadatan. Hasil akhir harus mendapat persetujuan Direksi atas
kesempurnaan pengurugan dan pemadatan.

1.3.7. Dibawah pondasi, dan dibawah air diurug dengan pasir pasangan
setebal 10 cm dan dipadatkan.

2. Pekerjaan Pondasi
2.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengerjaan seluruh bangunan, terdiri dari :
2.1.1. Pondasi plat tapak beton bertulang
2.1.2. pondasi pasangan batu kali/batu karang
2.1.3. pondasi batu bata
2.1.4. Pasangan cerucuk kayu atau bambu
2.1.5. Pondasi strouspile

2.2. Persyaratan Bahan


2.2.1. Untuk pondasi plat beton bertulang digunakan bahan yang
memenuhi persyaratan yang diuraikan dalam pasal beton
bertulang. Campuran yang digunakan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
2.2.2. Untuk pondasi batu bata digunakan jenis batu setempat yang
berkualitas baik.
2.2.3. Untuk pasangan cerucuk digunakan kayu atau bambu yang
berdiameter 10 cm.
2.2.4. Pondasi kali atau batu karang dengan menggunakan spesi 1 PC : 3
Kpr : 10 Psr, bagian bawah pondasi dibuat aanstamping dari batu
belah kosong yang dipasang berdiri rapat, setebal 10 cm dengan
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

tidak terdapat batu-batu bertumpuk.

2.3. Pedoman Pelaksanaan


2.3.1. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-
pengukuran untuk dasar pondasi sesuai dengan gambar konstruksi
dan dimintakan persetujuan Direksi tentang kesempurnaan galian.

2.3.2. Dibawah dasar pondasi didasari dengan pasir pasang setebal 10


cm dan dipadatkan, sebagai lantai kerja. Di atas pasir dipasang
aanstamping, untuk pondasi plat tapak beton bertulang, cyclopen
beton dan pondasi batu kali/batu karang, terdiri dari batu karang
dan pasir pasang (pasangan batu kosong). Lapisan ini juga harus
dipadatkan, dengan menyiram air diatasnya, sehingga pasir akan
mengisi rongga-rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat
sesuai dengan gambar detail pondasi.

2.3.3. Untuk tanah yang berdaya dukung lebih kecil 0,5 kg/cm2, dibawah
pondasi dipasang cerucuk kayu gelam/kelukup yang ditumbuk
hingga mencapai kedalaman tanah keras.

2.3.4. Untuk pondasi dilaksanakan dengan ukuran sesuai gambar kerja


dan gambar detail. Campuran yang digunakan: Plat tapak beton
adukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr. Pondasi beton cyclopen dibuat dengan
adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr yang diisi 30% batu kali. Pondasi batu
kali/belah dipasang dengan aperekat 1 Pc : 3 Ps. Pondasi batu bata
dipasang dengan perekat 1 Ps : 4 Ps dan pada bagian sisi diplester
kasar/brappen adukan 1 Pc : 3 Ps.

2.3.5. Untuk pondasi plat tapak beton bertulang Pedoman pelaksanaan,


adukan dan pembesian harus memenuhi pedoman pada pasal
beton bertulang.

3. Pekerjaan Beton Bertulang

3.1. Lingkup Pekerjaan


Beton bertulang dengan perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr harus dibuat untuk
:
3.1.1. Sloof
3.1.2. Kolom-kolom induk
3.1.3. Kolom-kolom praktis
3.1.4. Ring balok dan balok-balok latai
3.1.5. Plat Daag/Sunwearing
3.1.6. Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai
dengan gambar rencana
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

3.2. Bahan
3.2.1. Semen
 Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan
semen portland type I dengan persyaratan Standar Indonesia
SNI No. 15-2049-1994 dan ASTM C-150-84.
 Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus
sedemikian rupa pada tempat-tempat yang baik untuk
memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen terlindung
kelembaman hujan. Untuk seluruh proyek ini hanya dipilih 1 (satu)
merk semen.

3.2.2. Agregat Beton


 Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu.
 Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton
menurut PBI-1971.
 Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
 Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan
yang tidak diinginkan.

3.2.3. Agregat Kasar


 Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar,
keras, tidak berpori dan bersudut. Bila ada butir-butir yang pipih
jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi 20% dari jumlah berat
seluruhnya.
 Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50% kehilangan berat menurut test.
 Gradasi

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


1”25 mm 100
¾” 20 mm 90 – 100
3/8” 95 mm 20 – 55
No.4 4,76 mm 0 – 10

3.2.4. Agregat Halus


 Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu.
 Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur , zat-zat alkali dan
subtansi– subtansi yang merusak beton. Pasir tidak boleh
mengandung segala jenis subtansi tersebut lebih dari 5%.
 Pasir larut tidak boleh digunakan untuk beton
 Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar
 Gradasi
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


3/8” 9,5 mm 100
No.4 4,76 mm 90 – 100
No.8 2,38 mm 80 - 100
No.16 1,19 mm 50 – 85
No.30 0,959 mm 25 – 65
No.50 0,297 mm 10 – 30
No.100 0,149 mm 5 – 10
No.200 0,074 mm 0–5

3.2.5. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak,
asam alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang diminum.

3.2.6. Paraturan
 Persyaratan-persyaratan kontruksi beton, istilah-istilah teknik serta
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi suatu
kesatuan dalam bagian dokumen ini.

 Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua


pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini.
- Tata Cara Perhitungan Struktur untuk Bangunan Gedung
SKSNI T-15-1991-03.
- Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.

3.2.7. Penulangan
 Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur
Beton Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.
 Besi <Ø12 mm, dipakai besi beton U 22 tegangan karakteristik
22000 Kg/m2 dan besi >Ø12 mm dipakai U 32.
 Kontraktor harus dapat memberi sertifikat dari pabrik besi beton
yang menyatakan bahwa kekuatan besi-besi tersebut sesuai
dengan spesifikasi. Setiap pengiriman besi beton harus dapat
diambil minimal 3 (tiga) sample untuk dilakukan test tatik
dilaboratorium resmi atas perintah direksi lapangan, untuk setiap
jenis mutu baja 3 (tiga) sample.
 Tulangan harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak, cat
dan lain-lain segera sebelum disetujui untuk pengecoran beton.
 Penyambungan/pemotongan, pembengkokan dan
pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam
Perhitungan Struktur Beton Bertulang Indonesia disesuaikan
dengan SKSNI-15-1991-03.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

 Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :


- beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50
mm
- beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50
mm
- balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 mm
- Plat, dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 mm

3.2.6. Bekesting (Cetakan Beton)


Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang
dari hasil beton yang diinginkan oleh pihak perncana. Bahan
bekesting dipakai kayu kelas II yang cukup kering dan keras.
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu
baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan
batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar
rencana dan uraian pekerjaan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan didalam pasal 5.1. SK SNI T-15.1919.03.

3.3. Pedoman Pelaksanaan

3.3.1. Kecuali ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini,
maka sebagai pedoman tetap dipakai SK SNI T-15.1919.03.

3.3.2. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila


ada perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan
gambar arsitektur.

3.3.3. Adukan beton


Pengangkutan adukan beton dari tempat pengaduan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh
Direksi, yaitu:
 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok
antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai
slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel
4.4.1SK SNI T-15.1919.03.

3.3.4. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang
berdiri dan berjalan-jalan diatas penuangan. Untuk dapat sampai
ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan
berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus
sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat
penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan
bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi


additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada
pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari
ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.

3.3.5 Sambungan Beton (Constructin Joint)


Permukaan sambungan beton harus bersih dan dibuat kasar
dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan
beton yang padat dengan menyemprot air pada permukaan beton
selama 2 – 4 jam sejak beton dituang.
Sambungan beton harus diusahakan semaksimal mungkin
berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila sambungan beton tegak
diperlukan, tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga
didapatkan struktur yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan
sambungan beton horizontal, walaupun ada prosedurnya.
Sambungan beton harus disetujui oleh direksi.

3.3.6. Perawatan Beton


Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan
kelebaban untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk
keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai berikut :
 Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah
sebagai penutup beton.
 Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil,
permukaan tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya
pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak
memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau
seluruhnya menurut perintah Direksi. Untuk selanjutnya diganti
atau diperbaiki segera atas resiko pemborong.

4. Pekerjaan Dinding
4.1. Lingkup Pekerjaan
4.1.1. Diding Bata
Pemasangan dinding bata merah setebal ½ bata dilakukan untuk
seluruh pembatas ruangan, bagian saluran keliling emperan
bangunan dan septicktank, seperti tertera dalam gambar dan
dijelaskan dalam gambar detail.

4.2. Persyaratan Bahan


4.2.1. Bata
Mutu bata yang digunakan dari jeis klas I menurut NI 10 dengan
bentuk standart batu bata adalah prisma empat persegi panjang,
bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak
menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. Bata merah
dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan lainnya, yang
dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam
air.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

4.2.2. Pasir
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi 5% berat

4.2.3. Semen dan Air


Untuk persyartan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan
yang telah digariskan pada pasal beton bertulang.

4.2.4. Kayu dan Triplek


Papan digunakan bahan kayu kelas II yang tidak cacat, dan untuk
triplek digunakan produksi dalam negeri.

4.3. Pedoman Pelaksanaan


4.3.1. Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan, yaitu:
 Pasangan kedap air (1 PC : 3 PS)
 Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai setinggi 20
cm diatas lantai
 Pasangan dinding saluran keliling bangunan
 Pasangan dinding WC setinggi 1,50 cm diatas permukaan
lantai
 Pasangan dinding septicktank
 Pasangan adukan 1 PC : 3 KPR : 10 PSR berada diatas pasangan
kedap air tersebut.

4.3.2. Persyaratan Adukan


Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam
bak kayu yang memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir
harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai
didapat campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering
akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur
lagi dengan adukan yang baru.

4.3.3. Pengukuran (Uit-zet)harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan


sesuai gambar, dengan syarat:

 Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan


pengukuran harus dilakukan dengan benang.
 Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan
benang tidak boleh melebihi 30 cm, dari pasangn bata yang
telah selesai.

4.3.4. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus
berbeda setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan
digunakan ditengah pasangan bata, kecuali pasangan pada
sudut.
4.3.5. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

bertanggamenurun dan tidak tegak bergigi untuk menghindari


retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar
diberi kolom–kolom prkatis yang ukurannya disesuaikan dengan
tebal dinding.

4.3.6. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditaman didalam
dinding, harus dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata
(sebelum diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat,
harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara
sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh
bidang tembok.

4.3.7. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu
hujan lebat harus diberi perhitungan dengan sesuatu penutup yang
sesuai (plastik). Dinding yang telah terpasang harus deiberi
perawatan dengan cara membasahi secara terus menerus paling
sedikit 7 hari setelah pemasangannya.

4.3.8. Pasangan dinding papan harus diserut pada kedua sisinya, dengan
sambungan yang ditentukan dalam gambar detail. Pasangan
dinding triplek dilaksanakan dengan bentuk dan ukuran sesuai
gambar.

4.3.9. Dinding papan dipasang pada tiang pokok ukuran 10/10 cm dan
tiang pembantu ukuran 5/10 cm, bahan dari kayu ulin berkualitas
baik cukup tua dan tidak cacat. Untuk bagian luar papan
dipergunakan alur lidah dan diketam halus. Tiang pokok dan tiang
pembantu diketam halus dipasang sesuai gambar.

5. Pekerjaan Plesteran

5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton
bertulang, saluran keliling bangunan dan septicktank.

5.2. Persyaratan Bahan


Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan
dalam pasal beton bertulang.

5.3. Pedoman Pelaksanaan


5.3.1. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran
 Dinding dibasahi dengan air
 Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan
plesteran dapat merekat dengan baik.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

5.3.2. Adukan plesteran pasangann bata kedap air dipakai campuran 1


PC:3 PS, sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran
1 PC : 3 KPR : 10 PSR.

5.3.3. Ketebalan pleseran pada semua bidang permukaan harus sama


tebalnya dan tidak diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai
1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya
diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar
kayu panjang yang digerakan secara horisontal dan vertikal.

5.3.4. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus


diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang
yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata
dengan sekitarnya.

5.3.5. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama


seminggu sejak permulaan plesteran.

5.3.6. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan


penutup atap selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai
dipasang.

6. Pekerjaan Dinding Keramik/Porselen

6.1. Lingkup Pekerjaan

6.1.1. Dinding KM/WC, dan bak air dilapisi dengan keramik ukuran 20 x 25
cm, atau 20 x 20 cm.

6.2. Persyaratan Bahan


Bahan keramik atau porselin yang digunakan produksi Dalam Negeri merk
KIA atau sekualitas.

6.3. Pedoman Pelaksanaan


6.3.1 Dinding bata tempat pemasangan keramik atau porselin diplester
kasar dengan campuran 1 PC : 3 PS, kemudian diatas plester
tersebut ditempel keramik atau dengan menggunakan pasta
semen.
6.3.2 Permukaan pasangan keramik atau porselin harus datar, rata
alurnya, harus sama besarnya. Celah-celah antar keramik/porselin
diisi dengan semen berwarna sama dengan warna
keramik/porselin/ubin kepala basah.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

7. Pekerjaan Lantai
7.1. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, KM/WC,
Selasar depan dan belakang bangunan. Pekerjaan lantai terdiri dari :
7.1.1. Lantai beton tumbuk atau beton rabat pada emperan belakang
dan depan bangunan.
7.1.2. Keramik kulit jeruk atau sejenisnya.

7.2. Bahan Yang digunakan


7.2.1 Keramik kulit jeruk atau sejenisnya dipasang pada teras depan dan
KM/WC.
7.2.2 Keramik Uk. 40X40 cm dan Uk. 20X20 cm digunankan Produksi Dalam
Negeri yang berkualitas.
7.2.3 Beton tumbuk 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr

7.3. Pedoman Pelaksanaan


7.3.1. Dasar lantai
Dilapisi pasir pasangan setebal 15 cm dan dipadatkan
7.3.2. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua
pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang
harus sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan lantai
dimulai.

7.3.3. Adukan
 Adukan untuk tegel 1 Pc : 3 Pc
 Untuk beton tumbuk 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr dan diplester 1 Pc : 3 Ps
 Adukan untuk keramik semen dicampur air, sehingga didapat
campuran yang plastis.

7.3.4. Pemasangan
 Lantai beton tumbuk dipasang dengan ketebalan 7 cm dan
diplester setebal 1 cm. Adukan perekat lantai dipakai 1 Pc : 3 Ps :
6 Kr dengan plesteran 1 Pc : 3 Ps
 Adukan perekat untuk lantai harus betul-betul padat/penuh agar
tidak terdapat rongga-rongga di bawah keramik yang dapat
melemahkan konstruksi. Sambungan antara keramik dengan
keramik harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi dengan air
semen yang warnanya sesuai dengan warna keramik. Hasil
pasangan akhir harus rata tidak bergelombang dan waterpass.
 Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada yang retak, noda
dan cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai,
maka bagian cacat tersebut harus dibongkar sampai berbentuk
bujur sangkar dan pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
 Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass. Pada
lantai KM/WC, permukaan lantainya dimiringkan 1 % ke arah floor
drain.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

8. Pekerjaan Kayu
8.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat
bantu yang diperlukan, sehingga konstruksi kayu selesai dilaksanakan.
Bagian pekerjaannya adalah :
8.3.1. Pekerjaan kozen pintu dan jendela
8.3.2. Daun pintu/jendela dan ventilasi
8.3.3. Listplank, papan talang dan riuter

8.3.1 Kozen pintu dan jendela


 Ukuran kayu untuk kozen pintu adalah 6/13 cm (ukuran setelah
jadi dibuat).
 Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar ikatan
perkuatan harus menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya
bidang sambungan ini harus dilumuri dengan lem kayu, agar
sambungannya dapat melekat dengan baik.
 Setiap kozen pintu harus dilengkapi angker minimal 3 buah untuk
kiri kanan kozen yang melekat ke tembok. Untuk kozen jendela 2
buah di kiri kanan kozen yang melekat ke tempok. Khusus untuk
kozen pintu dibawah kozen dilengkapi dengan dork yang
diangkar ke dalam neut beton.
 Semua bidang kozen yang bersinggungan dengan
dinding/beton dibuat alur-alur kapur, kemudian bidang tersebut
diawetkan dengan cat meni 2 (dua).
8.3.2 Daun pintu/jendela dan ventilasi
 Daun pintu dibuat dengan kayu klas II, disyaratkan agar
utamanya Kontraktor memesan langsung pada tempat khusus
pembuat pintu atau pada toko. Kontraktor diperkenankan
membuat sendiri dilapangan pekerjaan apabila memungkinkan.
 Khusus untuk pintu KM/WC, pada bagian dalam dilapisi dengan
seng plat aluminium. Pelapisan dengan seng plat aluminium ini
harus rapi. Pada sudut-sudut daun pintu tidak boleh ada
penonjongan seng plat. Apabila menurut penilaian Pengawas
pemasangan tidak rapi, maka Pengawas berhak menolak daun
pintu tersebut.
 Jendela dibuat model sesuai dengan gambar detail. Kaca untuk
jendela dipasang kaca polos tebal 5 mm. Pasangan kaca harus
memperhatikan muai susut baik dari kozen, maupun bahan kaca
tersebut.
 Ventilasi kaca ambang dibuat dari kayu klass II dan dipasang
kaca polos 5 mm.

8.3.3 Lisplank dibuat dari papan lebar sesuai gambar. Pemasangannya


dipakukan langsung pada gording. Pemasangan harus rapi dan
lurus. Apabila dijumpai pemasangan yang tidak lurus, maka bagian
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas beban
Kontraktor.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

8.3.4 Untuk semua daun pintu dan daun jendela digunakan kayu kelas II
kualitas terbaik.

8.3.5 Untuk lisplank digunakan papan kelas II Kualitas terbaik.

9. Pekerjaan Langit-langit
9.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan untuk menutup langit-langit pada ruang
dalam dan ruang luar. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah
semua pekerjaan rangka langit-langit dan lis langit-langit ukuran 1/3 cm.

9.2 Persyaratan Bahan


9.2.1 Rangka langit-langit induk dipakai kayu kelas III ukuran 5/10 cm
kualitas baik. Rangka pembagi digunakan kayu klas III kualitas
baik uk. 5/7 cm dan uk. 5/5 cm
9.2.2. Untuk langit-langit digunakan Triplek 4 mm kualitas baik dan Produksi
dalam negeri kualitas terbaik.

9.3 Pedoman pelaksanaan


9.3.1 Rangka langit-langit induk dipasang dengan urutan pertama, yang
dipakukan pada gapit kuda-kuda (balok tarik). Rangka ini kemudian
dipakai penggantung dari papan kualitas terbaik ke kiri kuda-kuda
dan gording. Setelah rangka induk terpasang, dilanjutkan
pemasangan rangka pembagi dari kayu meranti ukuran 5/7 cm dan
kayu uk. 5/5 cm.

9.3.2 Pemasangan rangka ini harus rapi dan waterpass Kontraktor


bertanggung jawab atas kerapian pemasangan rangka ini.

9.3.3 Triplek dipasang pada rangka ini, dengan memakukannya


menggunakan paku triplek. Hasil akhir harus waterpass. Apabila ada
triplek yang pecah harus diganti dengan plat eternit baru.

9.3.4 Sambungan antar triplek dipasang lat kayu klas II dengan ukuran
1/3 cm, pada bagian pinggir yang berhubungan dengan dinding
dipasang profil kayu dengan ukuran 5/5 cm.

10. Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap Truss Alumunium (baja ringan) untuk
semua rangka atap dan penutup atap Seng Gelombang BJLS 0.3 mm (cat pabrik)
untuk semua penutup atap.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Pekerjaan atap ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga


kerja, bahan-bahan, peralatan dan perlengkapan dan hal lainnya sehingga
pekerjaan ini didapat hasil yang baik.

2. Pekerjaan Rangka Atap Aluminium (Baja ringan)


2.1 Persyaratan Bahan
Rangka Atap Aluminium yang digunakan adalah terbuat dari bahan
aluminium ektrusi dengan komposisi Si = 0.20%-0.60%, Fe=0.35% Max, Cu=0.10
Max, Mn=0.10% Max, Mg=0.45%-0.90%, Zn=0.100% Max, Ti=0.10% Max, Cr=0.10
Max, Al=Remainder, uk 60 x 45 dengan ketebalan 3 mm.
2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan rangka Atap Aluminium dilakukan oleh tenaga ahli atau
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

3. Pekerjaan Penutup Atap

3.1 Bahan yang digunakan


Untuk atap digunakan Genteng Metal 0.3 mm dan bubungan memakai
jenis yang sama dengan atap yang digunakan, kesemua mutunya harus
standar (SII).
3.2 Pedoman Pelaksanaan

a. Pemasangan atap dipakukan langsung pada gording dengan


menggunakan paku ulir (paku khusus untuk atap).
b. Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik.
c. Alur seng harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir
pasangan akan rapi.
d. Bubungan ditutup dengan bubungan Genteng Metal 0.3 mm Tindisan
antara satu keping bubungan dengan keping bubungan lainnya harus
sesuai dengan persyaratan pabrik .
Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah
pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan
dipasang baru.

11. Pekerjaan Pengunci dan Penggantung


11.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu
dan jendela, selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin.

11.2. Persyaratan Bahan


11.2.1. Engsel-engsel dari kuningan sekualitas merek ARCH Nylon ukuran 4 X
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

3 atau yang setaraf.


11.2.2. Kunci pintu dipasang sekualitas merek Yale 2 (dua) slaag (dua kali
putas) atau yang setaraf.
11.2.3 Grendel (sloot), tarikan jendela dan hak angin berkualitas baik.
11.2.4. Pacok pintu berkualitas baik.

11.3. Pedoman pelaksanaan


11.3.1. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag merk yale,
yang berkualitas baik.
11.3.2 Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembaran daun pintu.
Pemasangan dilakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak
dibenarkan melengketkan engsel ke pintu dan kozen dengan
menggunakan paku. Penguncian mur harus dilakukan dengan
memutarnya dengan obeng, sehingga seluruh batang masuk dan
menempel kuat ke kayu yang dipasang.

11.3.3 Untuk alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang Kontraktor wajib


memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk dimintakan
persetujuan Direksi atau Pemberi Tugas.
11.3.4 Apabila pada waktu pemasangan alat-alat tersebut tidak sesuai
dengan yang disyaratkan, maka Direksi berhak untuk menyuruh
bongkar kembali dan diganti dengan alat-alat yang disyaratkan
atas biaya Kontraktor.
11.3.5 Grendel dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun
jendela. Pasangan harus rapi dan dapat bekerja dengan baik.
Untuk melengketkan alat tersebut ke daun jendela harus
menggunakan mur seperti tersebut pada ayat 11.3.2 pasal ini.
11.3.6. Expanyolet dipasang pada daun pintu buka dua (dua lembar daun
pintu pada satu pintu.

12. Pekerjaan Pemipaan dan Perlengkapan Sanitasi


12.1 Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan meliputi pembuatan unit MCK, saluran
pembuangan air kotor, air bersih, air hujan, toren air dan septicktank.

12.2. Bahan-bahan yang digunakan


12.2.1. Pipa PVC diameter ½ “ dan diameter ¾ “, untuk keperluan air bersih
digunakan bahan dengan kuat tekanan kerja 7 Kg/cm2. Alat
penyambung digunakan dari jenis bahan yang sama dengan
bahan untuk pipa.
12.2.2. Stop kran ¾” sekwalitas HAMCO.
12.2.3. Kran diameter ½” sekwalitas HAMCO.
12.2.4. Saringan air kotor/floor drain dari plat galvanis kualitas baik.
12.2.5. Septick tank, dari pasangan bata kedap air dengan tutup dari
beton bertulang, dan resapan dari batu gunung/kali dengan ijuk,
ukuran seperti gambar detail.
12.2.6. Kloset jongkok sekualitas KIA standart/INA
12.2.7. Bak penampungan air dari pasangan bata dan dinding keramik.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

12.2.8. Bak kontrol dari pasangan bata diplester dengan tutup dari beton
cetak.
12.2.12. Cincin sumur dari beton cetak untuk sumur gali.

12.2.13. Untuk saluran air hujan digunakan beton cetak ½ Diameter 20 cm


dan diameter 20 cm atau pasangan batu bata 1 Pc : 4 Ps dan
diplester dengan adukan yang sama.

12.3. Pedoman Pelaksanaan

12.3.1. Pemasangan pipa-pipa didalam bangunan dipasang didalam


dinding (in bouw). Pasangan pipa-pipa tersebut harus horisontal
dan vertikal, tidak boleh dipasang miring.

12.3.2. Air dapat diambil dari sumber air (sumur gali) dengan
menggunakan pompa atau timba. Pengambilan air tersebut
dihubungkan dari pompa ke toren air atau sistim distribusi tertentu
sesuai gambar, memakai pipa PVC diameter ¾” dan diteruskan
ke bangunan yang memerlukan tapping air. Dari sini digunakan
shock ½”-3/4” untuk mengubah besaran pipa ke ½”. Pipa ½”
ditanam didalam dinding, dikeluarkan pada tempat-tempat
yang dibutuhkan, dan disini digunakan kran air diameter ½”. Pipa
pengambilan dan pipa distribusi harus ditanam didalam tanah.
12.3.4. Setelah selesai pemasangan seluruh jaringan air, harus dilakukan
pengetesan yang disaksikan oleh Kontraktor, Pengawas dan
Pejabat Pembuat Komitmen. Pengujian harus menghasilkan
tekanan hydraulik sebesar 10 kg/cm 2 selama satu jam tanpa
penurunan tekanan. Segala cacat dan kekurangan-kekurangan
yang dijumpai dari hasil pengujian harus diperbaiki dan semua
biaya yang timbul akibat kegagalan pengujian adalah
tanggungan Kontraktor.

12.3.5. Air kotor dari KM dialirkan dengan pipa yang diameternya sesuai
dengan gambar.

12.3.6. Pembuangan air limbah/kotoran dari wc dialirkan dengan pipa


PCV diameter 4” ke septic tank. Pada tempat-tempat tertentu
sebelum pipa dihubungkan ke septicktank, harus dipasang satu
buah bak kontrol tergantung dari jarak dan tikungan saluran.

12.3.7. Septictank dibuat dari pasangan trasram bata merah adukan 1


PC : 2 PS, dengan sisi dalamnya diplester dengan adukan yang
sama dan bagian atasnya plat beton bertulang 1 PC : 2PS : 3 KR
tebal 8 cm (termasuk tutup kontrol) serta diberi pipa pembuang
udara dari pipa galvanis diameter 2”.

12.3.8. Segala sesuatunya mengenai bentuk, ukuran maupun kapasitas


septicktank dan sumur peresapannya harus dilaksanakan sesuai
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

gambar yang bersangkutan. Tata letak sumur peresapan


(rembesan)sekurang-kurangnya 15,00 m dari sumber air tanah
(sumur gali) agar tidak terjadi pencemaran terhadap sumber air
tersebut.

12.3.9. Di dalam KM/WC dilengkapi satu buah bak air dari pasangan
batu bata 1 PC : 2 PS. Bak ini kemudian dilapisi keramik kualitas
baik. Lubang penguras pada bak air dipasang pipa khusus yang
dilengkapi dengan penutup khusus yang mempunyai ulir kualitas
baik.

12.3.10. Untuk lokasi pekerjaan yang sudah mempunyai jaringan PDAM


sumber air untuk kebutuhan kantor diambil dari jaringan PDAM
tersebut. Segala biaya yang timbul dari penyambungan air ini
dibebankan pada Kontraktor.

12.3.11. Pembuatan satu buah sumur gali beton cetak diameter minimum
80 cm. Kedalam yang dibutuhkan adalah hingga didapatkan
penampang air sedalam 2 cincin pada musim kemarau. Diatas
tanah harus terpasang 2 cincin sumur yang sambungannya
diplester dengan baik

13. Pekerjaan Instalasi Listrik

13.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di
dalam bangunan, pemasukan arus yang bersumber dari instalasi PLN
(Perusahaan Listrik Negara) atau Genset, penyediaan bola lampu, kabel-
kabel, pipa-pipa PVC, tiang listrik, dan sebagainya sehingga listrik menyala.
Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang disesuaikan
dengan jumlah yang tertera dalam gambar. Titik Lampu dan Stop Kontak
mengandung maksud tempat mata lampu dan stop kontak yang telah
dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga arus listrik sudah berfungsi
pada titik tersebut.

13.2. Bahan-bahan yang digunakan


13.2.2. Kabel NYM
Kabel dengan 3 inti untuk satu pass
Inti copper dibungkus dengan isolasi PVS
Isolasi 2 lapis menyelubungi inti

13.2.3. Kabel NYA


Isolasi PVC, luas penampang minimum yang boleh digunakan
2,5mm2.
Kawat BC, kawat tembaga yang telanjang.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

13.2.4. Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebonit kualitas baik.

13.2.5. Bola lampu pijar, TL dan armaturnya adalah produksi Nasional


merk Philips, Toshiba, Tungsram atau yang sekualitas, dengan
syarat-syarat berikut :
Lampu TL :
Body dari plat besi, tebal minimum 0,9 mm, dicat putih didepan,
abu-abu di belakang.
Balast merk Sinar atau sejenisnya
Stater Merek Philips atau sejenisnya
Fitting :
Bagi TL 20 W/220 V besarnya 2,5 micro F + 10 %
Pengabelan di dalam harus disolder
Kap merek SUN atau sekualitas.

13.2.6. Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian group
pemasangan instalasi listrik, Produksi Dalam Negeri (nasional) atau
sekualitas, dengan arde (pentanahan) dari kabel B.C.
Macam-macam switch/outlet yang digunakan untuk tegangan
220 volt adalah :

 Outlet/stop kontak biasa (General Purpose Outlet)


Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Rating arus : 3 X 20 Ampere
Type : Pemasangan sistem tanam
Bahan : Ebonit warna putih
 Plug dan socket 1 phase untuk power
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Type : Pemasangan di luar diberi landasan kayu
Bahan : Ebonit warna putih

 Sekering BOX
Main Panel terdapat pada panel pertama menerima daya
dari gardu induk PLN ataupun Genset.
Bahan : Rangka profil 30 mm
Cover : Besi plat 2 mm
Module : Minimum (30 X 40) tinggi maksimum 175 cm
Potongan : Puc Standing kuat tidak bergetar
Warna : Abu-abu

13.3. Penggunaan
13.3.1. Kabel NYM dipergunakan sebagai instalasi penerangan di dalam
dinding.
13.3.2. Kabel NYA dipergunakan sebagai instalasi penerangan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

13.4. Pedoman Pelaksanaan


13.4.1. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak
serta jenis armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai
dengan gambar instalasi listrik. Sedangkan sistem pemasangan
pipa-pipa listrik pada dinding maupun beton harus ditanam
(sistem inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafon
diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m, atau
jaringan kabel diatas plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC.
Khusus untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde
(pentanahan) sesuai dengan peraturan yang berlaku (mencapai
dan terendam air tanah).

13.4.2. Pemasangan instalasi listrik berikut penggunaan


bahan/komponen-komponennya harus disesuaikan dengan sistem
tegangan lokal 220 Volt. Daya yang digunakan sesuai petunjuk
gambar.

13.4.3. Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi,


pemborong boleh menunjuk pihak ketida (instalatur) yang telah
memiliki izin usaha instalasi listrik atau izin sebagai instalatur yang
masih berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN). Pemborong tetap
bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini sampai listrik
tersebut menyala (siap dipergunakan), termasuk biaya pengujian
dengan pihak PLN

13.4.4. Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban


penuh selama 1 X 24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang
timbul akibat pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

14. Pekerjaan Pengecatan


14.1. Lingkup Pekerjaan
14.1.1. Meni kayu untuk bidang kozen yang melekat ke tembok,
sambungan-sambungan konstruksi kayu pada kuda-kuda dan lain-
lain.

14.1.2. Meni besi untuk baut-baut dan besi strip.

14.1.3. Cat kayu untuk bidang-bidang kayu kozen yang nampak, daun
pintu panel dan ventilasi kayu, listplank, dan lis profil dan plafond
lambrisering.

14.1.4. Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton


dan plafond triplek.

14.1.5. Residu/Teer untuk kayu kuda-kuda, gording dan rangka atap.

14.2. Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

14.2.1. Meni kayu dan besi sekualitas Kuda Terbang, Platon atau Ftalit.
14.2.2. Cat kayu sekualitas Kuda Terbang, Platon atau Ftalit.
14.2.3. Cat tembok sekualitas Kuda Terbang, Polymix, Vinilex, Platon.
14.2.4. Residu kualitas baik tidak luntur.
14.2.5. Politur sekulaitas Platon
14.2.6. Plamur kayu dan dinding sekualitas Kuda Terbang, Polymix, Vinilex.

14.3. Pedoman Pelaksanaan


14.3.1. Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan
plafond.

14.3.2. Pekerjaan meni, residu harus betul-betul rata, berwarna sama,


pengecatan minimal 3 (tiga) kali.

14.3.3. Pekejaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
 2 (dua) kali pengerjaan meni kayu/cat dasar.
 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu.
 Penghalusan dengan amplas
 Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 3 (tiga) kali.

14.3.4. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai


berikut:
 Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan
halus, setelah itu dilap dengan kain basah hingga bersih.
 Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata.
Setelah betul-betul kering digosok dengan amplas halus dan
dilap dengan kain kering yang bersih.
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal
3 (tiga) kali.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata
sama dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.

14.3.5 Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :


 Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.
 Mengecat plafond 3 (tiga) kali, sehingga menghasilkan
bidang pengecatan yang merata sama dan tidak terdapat
belang-belang atau noda-noda mengelupas.

14.3.6. Warna yang digunakan apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi
Tugas maka digunakan warna sebagai berikut :
 Dinding dalam/luar digunakan warna Primrose 302 dari daftar
warna cat superpolimyx.
 Kozen pintu dan jendela digunakan warna Candy Brown 925
dari daftar warna cat Kuda Terbang atau yang sekualitas.
 Daun pintu Panel dan plafond lambrisering digunakan warna
Candy Brown 925 dari daftar warna cat Kuda Terbang atau
yang sekualitas.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

15. Pekerjaan Finishing

15.1. Sebelum pekerjaan diserah terimakan, kontraktor diwajibkan membongkar


gudang, bangsal-bangsal kerja, membersihkan bahan-bahan bangunan,
kotoran-kotoran bekas yang ada di dalam lokasi bangunan, sehingga
pada saat serah terima dilaksanakan, bangunan dalam keadaam bersih
dan rapi.
15.2. Pada waktu diadakan serah terima pertama pekerjaan, maka Kontraktor
harus menyerahkan :
 Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan Pemerintah
Daerah setempat.
 Surat Tanda Good Keer pemasangan Instalasi Listrik dari Instalatur/PLN.

16. Pekerjaan Lain-lain


16.1. Lingkup pekerjaannya adalah Pekerjaan Administrasi/dokumentasi,
Biaya Keamanan/jaga malam, obat-obatan/P3K. Penjelasan masing-
masing lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada masing-masing
pasal diatas, kecuali pekerjaan administrasi proyek berupa :

(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan


segala sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut
dalam kontrak.
(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan jika diminta oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK untuk
keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat diserahkan.
(iii) Dokumen Foto :
KONTRAKTOR diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum
pekerjaan dimulai sampai pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap
tahap permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah
pengambilan dan tahap pelaksanaan pembangunan serta disusun
secara rapih dan diketahui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan
Pengelola Teknis.

Syarat-syarat foto dokumentasi :


a) Tiap Unit Bangunan diambil dari empat arah,
b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
c) Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada
sudut pengambilan tersebut pada butir (a).

Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada PEMILIK


melalui DIREKSI PEKERJAAN rangkap 5 (lima).
Biaya dokumen merupakan tanggung jawab Kontrktor, Foto-foto
tersebut harus dibuat dan menjadi lampiran setiap permohonan
angsuran pembayaran.
Segala laporan atau catatan tersebut dalam Ayat (i) dan (ii) Pasal
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

ini, dibuat dalam bentuk buku harian rangkap 5 (lima) didisi pada
formulir yang telah disetujui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan
harus selalu berada di tempat pekerjaan.

16.2. KONTRAKTOR harus menyerahkan pada PEMILIK as built drawing As built


drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan yang harus diselesaikan 4 minggu setelah serah terima
pekerjaan untuk pertama kali, dalam bentuk kalkir.

16.3. Pembayaran pekerjaan lain-lain ini didasarkan pada unit taksiran


penawaran Kontraktor. Harga taksiran ini sudah mencakup semua
kebutuhan kontraktor sehingga bagian pekerjaan ini berjalan dengan
baik dan sempurna.

16.4. Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ii, yang
ternyata pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir
yang sempurna, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh
Kontraktor atas perintah tertulis Satuan Kerja Sementara BRR
Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kantor Pemerintahan Provinsi NAD -
NIAS.

16.5. Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati
oleh Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan ini.

Banda Aceh, …….Desember 2013

Dibuat oleh :
Konsultan Perencana
CV. BINA CITRA ARSINDO

Ir. Wien Eliani


Direktur

Anda mungkin juga menyukai