BAGIAN – I
SPESIFIKASI UMUM
I. PENDAHULUAN
1. Penyedia jasa harus melindungi Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ataupun
Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang dari tuntutan atas paten, lisensi,
serta hak cipta yang melekat pada barang, bahan, dan jasa yang digunakan atau
yang disediakan penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang
diajukan oleh penyedia jasa, penyedia jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada
direksi pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum
direksi pekerjaan mentetapkan setuju atau tidak.
3. Dalam hal direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan penyedia
jasa tidak menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari standar yang
disyaratkan, maka penyedia jasa harus tetap memenuhi ketentuan standar yang
disyaratkan dalam dokumen lelang.
4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan kebutuhan awal bagi
para calon penyedia jasa untuk dapat menyusun penawaran yang realistis dan
kompetitif, sesuai dengan kebutuhan Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
ataupun Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang tanpa catatan atau
persyaratan lain dalam penawaran mereka.
5. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, spesifikasi harus mensyaratkan bahwa
semua barang dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan adalah baru,
belum dipergunakan, dari type/model yang terakhir diproduksi/dikeluarkan, dan
termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap desain dan bahan yang
digunakan.
6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar nasional (SNI, SII,
SKSNI, dsb.) untuk barang, bahan dan jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau
revisi terakhir, atau standar Internasional (ISO, dsb)/standar negara asing (ASTM,
dsb) padanannya (equivalennya) yang secara substantif sama atau lebih tinggi dari
standar nasional yang disyaratkan. Apabila standar nasional untuk barang, bahan,
dan pengerjaan/jasa/pabrikasi tertentu belum ada, dapat digunakan standar
internasional atau standar negara asing.
7. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS (metre,
kilogram, second), sedangkan penggunaan standar satuan ukuran lain, dapat
digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
8. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada :
1). Lingkup pekerjaan, termasuk ketentuan angka 8 di atas.
2). Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk kontrak.
3). Spesifikasi umum:
a. Peraturan Perundang-undangan terkait, misalnya:
- UU tentang Lingkungan;
- UU tentang Keselamatan Kerja;
- UU/PP/SK Bersama/KPTS tentang Tenaga Kerja;
- UU/PP tentang Galian “C“;
- Perda terkait; dsb
b. Dokumen acuan (berupa standar-standar) dengan memperhatikan
ketentuan tersebut pada angka 6 dan 7 di atas;
c. Alingnment dan survey;
d. Hari kerja dan jam kerja;
2
II. UMUM
1. Uraian Pekerjaan
Paket Perkuatan Tebing Dan Normalisasi Sungai Lawe Alas Kab. Aceh Tenggara
(BHM Kab/Kota) ini meliputi pekerjaan Pasangan Bronjong Dia 3 mm Uk.
2x1x0,5m (Pabrikasi)
4. Gambar-gambar
Gambar yang dipakai pada pelelangan tercantum dalam Bab XII dokumen
pengadaan.
Gambar-gambar yang disiapkan kontraktor antara lain.
4.2.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap.
(1). Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor seperti yang tersebut di
bawah ini, harus merupakan gambar yang telah ditandatangani
direksi. Apabila ada perubahan pada gambar tersebut maka
perubahan yang telah dilakukan, kembali harus diperiksa dan
mendapat persetujuan dari Direksi.
(2). Gambar-gambar pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar
mempersiapkan gambar pelaksanaan. Gambar dibuat secara lebih
detail dan dapat memperlihatkan penampang melintang dan
memanjang dari pekerjaan.
6. Spesifikasi Dasar
Kecuali ditentukan lain bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku 30 hari sebelum tanggal pemasukan surat penawaran. Spesifikasi
lain dapat disubstitusikan atas ketetapan direksi pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan sekurang-kurangnya satu salinan : Standar
Nasional Indonesia yang ditentukan dalam spesifikasi atau standar lainnya yang
disetujui untuk bahan yang disuply atau hasil pekerjaan yang sedang dalam
pelaksanaan pada pekerjaan.
Standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keperluan pemeriksaan dan
penggunaan oleh direksi pekerjaan.
Bahan dan hasil pekerjaan yang tidak sepenuhnya dirinci atau tidak dicakup
dalam standar nasional atau standar lain yang telah disetujui haruslah bahan dan
hasil pekerjaan semacam pekerjaan untuk kelas satu. Direksi pekerjaan akan
menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang dipesan yang akan
digunakan untuk pekerjaan tersebut dapat/cocok untuk digunakan.
7. Data Ketinggian
Ketinggian yang tertera dalam gambar didasarkan pada titik tetap utama, yang
letak dan angkanya terdapat pada spesifikasi khusus. Selanjutnya detail dari
penjelasan tentang titik tetap tersebut dapat diperoleh dengan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada direksi pekerjaan.
milik proyek atas persetujuan direksi pekerjaan. penyedia jasa harus memberikan
kepada direksi pekerjaan, dalam rangkap dua data dalam form usulan yang
memberi detail lokasi dan elevasi tiap-tiap titik tetap yang dipakai atau dibangun
oleh penyedia jasa.
Ketinggian harus dicocokkan kembali pada titik tetap dengan ketelitian 10 VL,
dengan penjelasan L adalah jarak dari titik-titik (circuit) yang diambil
ketinggiannya (dalam km).
Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai
berikut:
a. Titik-titik untuk tampang lintang, boleh terletak kurang dari 20 mm dari
posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horizontal;
b. Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa
kembali ke titik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 VL mm,
dimana L adalah Panjang atau jarak circuit pengukuran (dalam Km);
c. Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan tanah harus
dipasang dengan tidak melewati 2,5 mm dari titik tinggi yang benar;
d. Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus
kurang 20 mm terhadap posisi yang benar. Titik untuk bangunan harus
terletak tidak lebih 2,5 mm dari kedudukan yang sebenarnya kecuali pada
pemasangan pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan ketelitian yang
lebih tinggi.
11. Pengukuran
Pengukuran saluran/bangunan yang telah dilakukan selama periode desain akan
disediakan untuk keperluan penyedia jasa dan dapat dipakai sebagai dasar untuk
perhitungan dan penetapan volume pekerjaan untuk pembayaran. Apabila
menurut pendapat direksi pekerjaan keadaan lapangan telah banyak berubah
sejak pengukuran yang telah dilakukan, maka direksi pekerjaan dapat
memerintahkan kepada penyedia jasa untuk mengukur ulang sebagian atau
seluruh saluran/bangunan yang ada.
kelangsungan fungsi dari jalan dan tiang listrik dan telepon diatas selama
pelaksanaan pekerjaan.
BAGIAN - II
SPESIFIKASI KHUSUS
I. BAHAN-BAHAN UMUM
1. PORTLAND CEMENT
Semen
Semen yang akan dipakai adalah semen portland sesuai dengan Standard
Indonesia N.I.8, AST, Model C.150 atau Standard Inggris Model BS.12.
1.3. Gudang/Penyimpanan
a. Kontraktor harus menyediakan suatu tempat menyimpan (gudang)
yang memenuhi syarat untuk penyimpanan semen-semen tersebut, dari
setiap waktu semen tersebut harus terlindung dari kelembaban dan
pembekuan. Tempat/rumah penyimpanan semen-semen tersebut
benar-benar rapat/ tertutup, mempunyai jarak di atas lantai dengan
ukuran minimum 30 cm yang luasnya juga harus cukup untuk
menyimpan semen yang didatangkan. Selain itu untuk menghindari
adanya penundaan-penundaan gangguan-gangguan pekerjaan harus
mempunyai suatu tempat yang luas agar dapat menampung truck yang
mengangkut semen tersebut secara terpisah, sehingga masih ada jalan
untuk menarik/mengambil (sampling) semen tersebut, menghitung
semen yang akan disimpan atau-pun semen yang akan dipindahkan.
Tumpukan semen pada kantong atau zak, jangan melebihi 2 m.
8
Dengan nilai tersebut di atas harus dengan gradasi baik ( well graded)
sehingga sesuai dengan pekerjaan adukan yang diperlukan.
i. Pasir alam dan pasir campuran dapat diminta untuk ditest oleh Direksi
untuk menentukan apakah pasir-pasir tersebut sesuai dengan apa yang
telah ditentukan dan dibutuhkan. Kontraktor harus menyiapkan dan
melaksanakan pengambilan contoh yang diperintahkan oleh Direksi
tanpa pungutan bayaran yang meliputi tenaga, material dan
operasinya.
3. TULANGAN
3.1 Bahan-Bahan dan Ukuran Tulangan
a. Semen tulangan beton harus baru dan dari tingkatan dan ukuran yang
sesuai dengan Indonesia Standard for Concrete N.I.2, PBI 1971 atau
ASTM Design Nation A.15 dan harus disetujui oleh Direksi.
b. Kontraktor dapat diminta untuk menyediakan sertifikat pengetesan
tulangan beton terhadap adukan yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan Direksi.
3.3. Pemasangan
a. Tulangan harus ditempatkan secara tepat dan dijamin terhadap
penggesekan dengan menggunakan ikatan kawat besi atau klip-klip
yang cocok pada persilangan, dan harus diganjal dengan kepingan
beton atau logam sesuai dengan keperluan konstruksi. Di dalam semua
hal pengganjal yang cukup untuk tulangan mendatar harus digunakan
sehingga tidak akan ada pelenturan dari pada batangan atau ikatan.
13
3.4. S a m b u n g a n
Bila diperlukan menyambung tulangan pada suatu titik selain dari yang
ditunjuk pada gambar, ciri sambungan harus ditentukan oleh Direksi.
Panjang penyambungan di dalam dinding tulangan dan harus min. 30 x
diameter tulangan dan harus disetujui oleh Direksi.
Setelah rencana tersebut disetujui atau diminta untuk memperbaiki oleh
Direksi, pekerjaan pengalihan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah disetujui. Pembayaran untuk pekerjaan sementara
tersebut ditanggung dalam item Prop. Sum sesuai dengan permintaan
Kontraktor yang dilampiri dengan penjelasan penggunaannya secara detail
sesuai dengan perintah Direksi.
ditampilkan dalam bentuk data tabular maupun grafik batang sesuai waktu
yang diinginkan pengguna.
4.4. Pemeliharaan
Lingkup pemeliharaan peralatan :
- Sensitifitas pulley.
- Sensitifitas sensor.
- Perawatan data logger.
- Perawatan sumber daya (power / battery)
- Perbaikan-perbaikan ringan
- Kalibrasi alat (antara bacaan peilschall dengan PC interface)
5. AIR
Semua air yang digunakan untuk pekerjaan beton, adukan dan grout harus bebas
dari lumpur yang dapat mengganggu, bahan organik, alkali, garam dan hal-hal
lain yang tidak baik. Air yang dapat digunakan di dalam semua beton, adukan dan
grout akan ditest oleh Direksi untuk menentukan kecocokannya terhadap
keperluan-keperluan.
5. BAHAN-BAHAN LAIN
5.1. Batu-bata
Batu bata harus batu bata biasa, yang sesuai dengan Standard Indonesia
untuk batu bata NI 10 batu bata harus digolongkan sebagai berikut:
a. Batu bata klas I harus terbuat dari tanah yang baik, bekas dari deposit
saline harus dibakar dengan baik tanpa divitrivikasi, harus teratur,
seragam dalam bentuk dan ukuran dengan ujung yang tajam dan
persegi, permukaan sejajar dan mempunyai warna merah menyala atau
tembaga;
Batu-bata klas I harus bertekstur homogen dan menimbulkan suara
gemerincing yang jelas bila dipukul dan harus bebas dari retakan,
serpihan, batu dan modul batu kapur.
b. Batu bata klas II harus dibakar sama baiknya seperti batu bata klas I
atau sedikit dibakar berlebihan tetapi tidak divitrivikasikan di dalam
bagian manapun dan harus memberi suara gemerin-cing yang jelas bila
dipukul. Perbedaan yang kecil dalam ukuran bentuk dan warna akan
diterima tetapi tidak sedemikian sehingga memberi bentuk yang tidak
teratur atau tidak rata.
5.5. K a y u
Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui. Kayu harus dari mutu
yang baik dan harus diawetkan dengan baik. Kayu harus bertekstur
seragam, berserat lurus bebas dari mata kayu, lobang-lobang bor, serangan
humus, pembusukan, titik-titik, pembongkokan, belitan atau retak-retak
serta kekurangan-kekurangan dan noda-noda lainnya. Semua persyaratan
lain harus dipenuhi seperti kekuatan tekan, tarikan, penyimpanan,
penyusunan dan kelas harus sesuai dengan tuntutan Standard Indonesia
untuk kayu NI.5 atau seperti yang ditentukan oleh Direksi.
5.7. Geotextile
Geotextile sebagai separator dan stabilisasi tanah harus memenuhi syarat
untuk mencegah kontaminasi dua lapisan aggregat yang berlainan jenis
tetapi sekaligus harus dapat meloloskan air tanpa terjadi penyumbatan.
Kontraktor harus menyerahkan contoh material disertai dengan sertifikat
dari pabrik yang menjelaskan kapasitas teknis dari material geotextile.
Sifat-sifat fisik geotextile :
a. Geotextile harus dari jenis yang tidak dianyam (non-woven), yang
terdiri dari serabut menerus dengan vahan polimer polypropylene yang
diproduksi dengan teknik needle punched. Kualitas dari polimer yang
dipakai harus bersertifikasi pabrik, tahan asam, alkaki dan zat kimia
didalam rentang pH 2-12 dan tidak mengalami hidrólisis pada kondisi
iklim tropis.
b. Geotextile harus mempunyai daya tahan terhadap pengaruh kontak
langsung dengan zat kimia yang umumnya ada di dalam tanah dan air
limbah serta memiliki daya tahan terhadap mikro biologis lainnya.
17
Bukaan
Kelas Kekuatan Kekuatan Permittiv
Fungsi Ruang/
Geotextile tegangan Tekan ity
Liang
1 2 3 4 5 6
Geotextile
Penguatan Tanah 0.71 KN 0.42 KN 0.212 mm 1.4 jam-1
Klas I
Geotextile Penguatan Tanah
201.4 KN/m 120 KN/m 0.6 mm 0.32 jam-1
Klas II dan Rembesan
Transverse ≥11,0
Water permeability
coefficient
DIN E 60500 Part 4 m/s ≤8,0 x 10-3
at a load 2 kN/m2 Kv
DIN E 60500 Part 7 m/s ≤1,7 x 10-2
Kh
5.8. Batu < 250 Kg, 250 Kg – 1.000 Kg dan batu > 1000 Kg
Lokasi Pengambilan Material (Batu) dari sekitar lokasi pekerjaan sepanjang
masih memenuhi persyaratan atau pada tempat lain yang disetujui Direksi.
Batu tersebut harus tahan terhadap cuaca (udara, air, panas dan dingin,
getaran, tekanan) dan mempunyai kepadatan yang memenuhi syarat.
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
sebelum pengadaan material dengan menunjukkan contoh / sample
material yang akan digunakan.
Pengujian material harus memenuhi syarat standart ASTM atau standart lain
yang diakui, dengan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.
Pegujian bahan batu yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
Abration Test (ASTM C-131-03) dengan model test diijinkan lebih kecil
atau sama dengan 10% - 20% dari batu mengalami kehausan.
Berat isi atau kepadatan bahan tidak kurang dari 2 t/m3
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu bakau
dengan berdiameter antara 10–15 cm. Apabila menggunakan kayu lain
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.
5.10. Drain Hole
Drain hole terbuat dari bahan pipa PVC berdiameter seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dengan panjang 50 cm (atau disesuaikan
dengan ketebalan konstruksi) dan terdiri dari bahan ijuk, kerikil. Pemakaian
pipa PVC, ijuk dan kerikil harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direksi.
5.14.Wiremesh
Wiremesh yang digunakan merupakan hasil produksi pabrik (pabrikan)
dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Jenis material : besi ulir dia. 5 (m – 5)
Jenis material : besi ulir dia. 6 (m – 6)
- Ukuran lembar : 2,1 x 5,4 m
- Jarak kotak standar : 150 mm x 150 mm
Wiremesh yang digunakan harus memenuhi standar SNI. 07 – 0663 -1995.
Sebelum dilakukan pemasangan, wiremesh yang diajukan terlebih harus
mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa/atau Direksi Teknis.
- Type : W-325.A.1000
- Length : 9 meter s/d 12 meter
- Weight : 2.96 ton
- Cross Section : 0.1315 m2
- Dimension : H = 325 mm ; B=996 mm dan T = 110 mm
- Craking Moment : 11,40 tf-m
Semua tiang pancang press tress (sheet pile) beton yang dikerjakan harus
sesuai dengan spesifikasi yang tersebut diatas dan setiap syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan lainnya dari cara pelaksanaan harus sesuai peraturan-
peraturan terkait lainnya yang sudah dibakukan.
24
BAGIAN - III
PELAKSANAAN PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN
a. Pekerjaan pembersihan adalah pada lokasi/lapangan pekerjaan maupun
lokasi untuk jalan masuk peralatan agar dapat ditempuh langsung dengan
mudah. Semua daerah yang ditempati bangunan atau yang dilewati jalur
bangunan dibersihkan sesuai petunjuk Direksi. Pembersihan meliputi
pembersihan pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Hasil pembersihan itu harus ditempatkan diluar
tempat kerja atau dibuang, kecuali ada ketentuan lain sesuai petunjuk Direksi.
b. Pekerjaan tebas tebang dilakukan pada lokasi pekerjaan yang banyak
ditumbuhi pepohonan dengan diameter lebih besar 30 cm, yang bertujuan
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan tersebut dipotong-potong dan
kemudian ditumpuk pada suatu lokasi/ tempat dengan syarat tidak
menggangu lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya sesuai dengan
persetujuan Direksi
c. Pekerjaan cabut tunggul dilaksanakan pada lokasi dimana akan dibangun
suatu bangunan tanggul yang banyak terdapat pepohonan, apabila tidak
dilaksanakan pekerjaan cabut tunggul dibuang keluar lokasi pekerjaan
dengan syarat tidak merusak lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya atas
persetujuan dari Direksi.
d. Kontraktor diminta untuk memulai pekerjaan pembersihan ini sebelum
pekerjaan utama dimulai.
e. Semua kerusakan yang timbul akibat pekerjaan tersebut terhadap milik
umum atau perseorangan yang dilaksanakan untuk kontraktor, hal tersebut
harus diperbaiki atau diganti atas biaya kontraktor.
e. Setiap hasil pengukuran baik yang data ukur dan gambar harus diketahui dan
diparaf dan ditandatangani oleh Pihak Kontraktor serta Pihak Direksi. Data
dan gambar yang disajikan harus dibuat pada kertas reproduksi yang
berkualitas baik, sehingga hasilnya dapat dibaca dengan jelas dan dijilid rapi.
f. Kontraktor harus telah menyerahkan gambar-gambar Contruction Drawing
(CD) dari pengukuran M.C.-Nol, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk diperiksa
oleh Direksi sebelum dilakukan persetujuan.
g. Setiap ada terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dituangkan
dalam gambar dan tulisan dan boleh dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan pihak Direksi.
h. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau dalam
ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini dianggap larut dalam
harga satuan pekerjaan lainnya.
6. DEWATERING
Pekerjaan pengeringan (Dewatering) harus dilakukan untuk pekerjaan yang
mempunyai elevasi dibawah permukaan air dan dilakukan secara terus menerus
hingga konstruksi pasangan maupun beton bertulang sudah mengering dengan
sempurna. Tidak dibenarkan melakukan pasangan batu maupun beton dalam
keadaan tergenang air .
26
7. QUALITY CONTROL
Kontraktor berkewajiban untuk melakukan quality control terhadap semua
pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan.
Quality control pekerjaan timbunan akan meliputi test-test sebagaimana berikut:
- Water Content
- Specific Gravity
- Atterberg Limit
- Gradasi dan grain size analysis
- Test Hydrometer
- Test Permeabilitas
- Standart Compaction
- Konsolidasi
- Uncofined Compression Test
Untuk Pekerjaan Beton dilakukan Test Sebagai Berikut :
- Test Tekan Beton atau Schmidt Hammer
- Slump Test Beton
- Test Vicat
Apabila dipandang perlu oleh Direksi, maka Kontraktor berkewajiban untuk
melaksanakan test/pengujian tambahan sebagaimana diminta oleh Direksi dan
Kontraktor tidak berhak untuk meminta biaya tambahan berkenaan dengan hal
tersebut. Apapun hasil test, tidak membebaskan Kontraktor terhadap kewajiban
dan tanggung-jawabnya terhadap keamanan dan stabilitas konstruksi.
2. Pembersihan
a. Semua tanah yang perlu dikerjakan harus diadakan pembersihan seperti
ditentukan oleh direksi. Tanah harus dibersihkan dari semua pohon-pohon,
semak dan bahan yang mengganggu lainnya dan bahan tersebut akan dibuang
ketempat yang disetujui oleh direksi.
b. Sisa-sisa bongkaran bangunan harus dibuang ketempat sesuai persetujuan
direksi.
c. Penyedia jasa akan diminta untuk melakukan pembersihan sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai.
27
3. Galian Umum
a. Semua galian akan dilaksanakan sesuai dengan syarat bab ini dan dengan profil
dan elevasi yang ditunjukkan gambar-gambar atau ditentukan oleh direksi.
b. Selama berlangsungnya pekerjaan, mungkin perlu atau diminta oleh direksi
untuk merubah kemiringan-kemiringan ataupun dimensi-dimensi galian
dengan mengadakan revisi kemiringan ataupun dimensi gambar dengan
spesifikasi ini.
c. Jika galian tidak ditutup oleh konstruksi maka galian harus dibuat dengan
dimensi penuh yang diminta yang disempurnakan menurut profil dan elevasi
yang diberikan. Semua tindakan yang perlu harus diambil untuk menjaga agar
material dibawah dan diatas profil dalam kondisi sebaik mungkin. Setiap galian
yang dibuat untuk memudahkan kontraktor dengan suatu alasan atau tujuan
kecuali bila ditentukan lain, harus ditimbun kembali bila diminta atas biaya
sendiri.
d. Penyedia jasa harus menjaga dan mengontrol kecepatan dan penambahan dan
penurunan muka air terhadap galian sehingga tidak membahayakan stabilitas
lereng-lereng atau bangunan-bangunan, pondasi-pondasi, konstruksi-
konstruksi dan lainnya.
e. Semua galian harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menjaga stabilitas
jalan-jalan dan konstruksi berdekatan lainnya.
6. Timbunan Umum
a. Timbunan harus ditempatkan pada garis-garis dan profil-profil yang
ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh direksi sesuai dengan
spesifikasi.
b. Semua bahan timbunan dan timbunan kembali harus terdiri dari hasil galian
yang baik dan disetujui oleh direksi yang dihamparkan dalam lapisan-lapisan
dan dipadatkan sebagaimana ditentukan dalam syarat teknik atau sesuai atas
garis-garis elevasi yang ditunjukkan pada gambar.
c. Bilamana timbunan lokal yang sesuai tidak cukup, maka kekurangan
didatangkan yang harus diusahakan oleh kontraktor dan dibawa kelokasi.
8. Pemadatan
a. Timbunan tanah dan timbunan kembali yang direncanakan pada gambar atau
oleh direksi harus dipadatkan pada suatu garis lurus (jalur), tersusun padat dan
berlereng seperti yang ditunjukkan pada gambar atau seperti yang ditetapkan
oleh direksi.
b. Material yang dipadatkan harus ditimbun (dikumpulkan) dalam lapisan
horizontal dengan tebal tidak boleh lebih dari 25 cm sesudah dipadatkan dan
pendistribusian material akan homogen dan bebas dari bentuk pengelupasan
berkantong, retakan atau ketidaksempurnaan.
c. Penggalian dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sehingga material yamg
dipadatkan tercampur dan dijamin pemedatannya dapat mencapai tingkat
terbaik. Bila menggunaka tamping roller kaki tamping roller harus dijaga tetap
bersih dari material yang merugikan keefektifan kerja dari tamping roller.
d. Untuk beberapa bagian dari timbunan tanah atau timbunan kembali yang
berdekatan dengan bangunan termasuk pipa-pipa beton dimana pemadatan
timbunan tanah atau timbunan kembali dibutuhkan, dalam hal tersebut tidak
memungkinkan mencapai pemadatan yang memadai dengan pemadatan
rolling, timbunan tanah atau timbunan kembali harus dipadatkan dengan
tempers mekanis pada tingkatan yang sama pada pemadatan mendekati
timbunan tanah atau timbunan kembali dipadatkan.
e. Pemadatan dengan tenaga manusia.
Material yang akan dipadatkan harus dihamparkan dan lapisan-lapisan
horizontal yang tebal tidak lebih dari 15 cm. Alat stemper tangan mempunyai
berat tidak lebih dari 15 kg, dan tinggi jatuh untuk menyelesaikan pekerjaan
adalah 30 cm. Material dipadatkan harus mencapai density yang dimaksud.
Metode pemadatan harus disetujui oleh direksi.
f. Dalam menempatkan alat pemadat dalam hal pekerjaan timbunan kembali atau
timbunan tanah yang berhubungan dengan pipa beton, kedua sisi pipa dipukul
dan dipadatkan sehingga menjadi perletakan pipa yang kuat. Material
kemudian harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lajuran seperti yang
ditetapkan.
29
h. Golongan bahan yang digali ditentukan oleh Direksi berdasar klasifikasi yang
berlaku dalam Spesifikasi Teknis ini.
i. Sebelum pekerjaan dimulai dan segera setelah pekerjaan selesai harus
dilakukan pengukuran volume galian. Kontraktor harus memasang tanda-
tanda di lapangan sehingga kondisi sebelum dan setelah penggalian dapat
diketahui guna menghitung volume galian. Kemudian hasil pengukuran
Kontraktor akan diperiksa ulang oleh Direksi.
j. Paling lambat 7 hari sebelum mulai pekerjaan pengukuran Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi suatu rencana yang menunjukkan tata-letak
semua patok, garis referensi, profil dan rincian metode pengukuran yang akan
digunakan untuk menghitung volume.
k. Garis referensi dan patok harus dipasang di lapangan paling lambat 24 jam
sebelum pengukuran dimulai dan memberitahukan hal itu kepada Direksi.
l. Semua jenis referensi dan patok harus tetap berada di tempatnya dalam kondisi
baik sampai waktu yang ditentukan oleh Direksi untuk memungkinkan Direksi
dapat melakukan pengukuran ulang.
m. Semua catatan lapangan pengukuran dan penghitungan volume galian harus
diserahkan kepada Direksi.
n. Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan dipakai dasar untuk
mengajukan pembayaran tambahan harus dilakukan dengan kehadiran
Direksi. Kontraktor harus memberitahukan Direksi sebelumnya sehingga
pengukuran bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi kemajuan pekerjaan
penggalian.
h. Penempatan material
Pemilihan, penempatan dan penyebaran material urugan harus sedemikian
sehingga distribusi dan gradasi material terpasang bebas dari kelainan
tekstur, gradasi, kadar air atau densitas dari material di sekitarnya.
32
Bila material berbeda karakternya maka material yang lebih halus dan lebih
urugan harus ditempatkan pada lokasi yang lebih ke tengah zona.
Penghamparan dan penyebaran material harus sedemikian sehingga
memperkecil kemungkinan segregasi. Batu dengan diameter lebih dari 10
cm tidak boleh ada pada material urugan. Bila ditemukan kumpulan pasir,
kerikil atau kerakal di sekitar struktur, batas zona, area kontrak, maka
harus dibuang untuk menghindari pemipaan sepanjang permukaan kontak
tersebut.
Jika Direksi berpendapat bahwa permukaan pondasi yang disiapkan atau
permukaan pemadatan lapisan urugan dianggap terlalu kering atau terlalu
halus untuk pelekatan yang baik dengan lapisan urugan berikutnya, maka
permukaan tersebut harus dibasahi dan atau dikasarkan dengan
menggunakan alat yang disetujui oleh Direksi sebelum lapisan berikutnya
dihamparkan.
Jika menurut Direksi permukaan terpadatkan dari lapisan material urugan
dianggap terlalu basah untuk pemadatan lapisan berikutnya, maka harus
dibuang, dibiarkan kering dahulu atau dikasarkan dengan alat tertentu
untuk mengurangi kadar airnya hingga yang diperlukan dan kemudian
dipadatkan kembali sesuai spesifikasi sebelum lapisan berikutnya digelar.
Material homogen harus ditempatkan di urugan secara menerus, kurang
lebih horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan densitas yang
diperlukan tercapai di seluruh lapisan sesuai pasal di atas bila dipadatkan
dengan catatan ketebalan lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum
dipadatkan. Semua lapisan harus mempunyai kemiringan drainase kurang
lebih 1:30 setelah pemadatan.
Jika sheepfoot roller akan digunakan untuk pemadatan material urugan
pada permukaan pondasi, termasuk “grout cap” atau permukaan beton
pengisi, lapisan pertama diperbolehkan lebih tebal dari yang ditentukan
tapi tidak boleh lebih dari 50 cm sebelum pemadatan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari kerusakan permukaan pondasi akibat aksi dari kaki
sheepfoot roller.
Direksi memiliki hak untuk merubah ketebalan lapisan material urugan
setiap saat, berdasarkan informasi yang didapat dari uji pengisian atau uji
kontrol selama konstruksi; dan pada kejadian itu tidak boleh ada perubahan
harga satuan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. BAHAN
Seluruh material untuk beton, termasuk semen, pasir , agregat kasar dan air akan
disesuaikan dengan Bagian I, yaitu bahan-bahan umum.
3. MUTU BETON
3.1. Mutu Beton
Mutu beton harus disesuaikan dengan Standard Indonesia untuk beton NI. 2
PBI 1971 seperti tabel berikut ini:
(T ' b T ' bm ) 2
S
N 1
Dimana:
N = Jumlah sample yang diuji (minimum 20 buah sample)
T'b = Crushing Strength untuk tiap sample (kg/cm2)
T'bm = Nilai Crushing rata-rata
S = Standard Crushing Deviasi (kg/cm2)
34
3.2. Kriteria
Secara umum USBR dapat diterima dengan ketentuan bahwa strength 80%
dari hasil test specemen harus lebih besar dari design strength. Design
strength klasifikasi seperti:
Class I = 160 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari;
Class II = 200 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 21 hari;
Class III = 225 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari.
4. CAMPURAN BETON
a. Beton terdiri dari semen portland, pasir, agregat kasar, air seperti yang telah
tercantum pada spesifikasi, semua dicampur secara baik dan membawa
konsistensi yang layak.
b. Untuk beton mutu grade "B" campuran biasanya untuk "Non-Structural
Work" digunakan dengan kondisi bahwa proporsi semen portland, pasir, dan
agregat tidak kurang dari 1:8. Jumlah semen untuk tiap-tiap m3 beton harus
sedikitnya 225 kg.
c. Untuk mutu beton B1 dan K-125, campuran normal semen portland, pasir
dan kerikil batu pecah akan berlaku proporsi 1:2:3 atau 1:1,5:2,5. Jumlah
semen untuk tiap m3 beton harus diantara 300 - 325 kg.
d. Untuk mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi harus digunakan "Design
Mix". Design Mix harus dari hasil pengujian campuran untuk memperoleh
ketentuan-ketentuan dan karakteristik kekuatan. Jumlah semen untuk tiap m3
beton sekurang-kurangnya 325 kg.
e. Ukuran maksimum agregat dalam beton untuk beberapa bagian pekerjaan
adalah yang paling besar dari ukuran yang telah ditentukan dan
penggunaannya mulai dari pengadukan beton sampai pemasangan hingga
memuaskan.
f. Proporsi untuk bermacam bahan-bahan yang akan digunakan untuk tempat
yang berbeda harus seperti yang didapatkan dari hasil percobaan test, dari
waktu ke waktu selama pekerjaan berlangsung.
g. Proporsi campuran air dan semen akan dideterminasi dari beton sudah
diproduksi yang mempunyai density yang cocok, impermeabilitas, ketahanan,
dan tegangan yang dibutuhkan tanpa menggunakan semen dengan jumlah
yang berlebihan.
h. Perbandingan air semen dari beton (tak termasuk air dalam atau diabsorsi
oleh agregat) tidak akan lebih 0.55 dari berat untuk Class III dan tidak lebih
0.60 dari berat untuk Class-class lain.
i. Pengujian beton dibuat oleh Direksi dan propor-si campuran akan diganti
bilamana diperlukan untuk maksud pengukuhan kebutuhan ekonomi,
kemampuan kerja, density, impermeabilitas, ketahanan atau kekuatan dan
Kontraktor harus menyanggupi bahwa tidak ada kompensasi tambahan
karena pertukaran yang demikian.
7. PENGADUKAN
7.1. Mesin Pengaduk Campuran Beton
a. Bahan-bahan untuk adukan beton harus dicampur dalam batch mixer
atau "Portable Mixer", waktu pengadukan tidak kurang dari 15 menit,
sesudah seluruh bahan-bahan (kecuali untuk air dengan jumlah yang
penuh) di dalam mixer. Waktu pengadukan perlu ditambah apabila
kapsitas mixer melebihi dari 15 m3. Direksi memberi syarat untuk
penembahan waktu pengadukan bila mana pengisian dan operasi
pengadukan gagal menghasil-kan beton melalui bahan-bahan yang
didistribusi dan konsis-tensi yang uniform concrete harus seragam.
Dalam komposisi dan konsistensi dari kelompok-kelompok kecuali bila
perganti-an dalam komposisi atau konsistensi dibutuhkan. Air harus
ditambahkan sebelum pengisian dan pengadukan berikutnya
dilaksanakan. Campuran yang berlebihan dengan penamba-han air
untuk mendapatkan konsistensi beton tidak diizinkan.
b. Truck mixer akan diizinkan hanya jika mixer-mixer dan operasi
menunjukkan beton yang diolah adalah uniform dari tiap-tiap
pengolahan dengan memperhatikan konsistensi dan grading. Setiap
mixer yang menghasilkan hasil yang tidak memuaskan harus dibuang
dari atas biaya sendiri dari Kontraktor. Setiap mixer yang memberikan
hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki. Mixer dalam pengolahan
secara sentralisasi dan mixing plant harus dirangkai sedemikian rupa
sehingga gerak-an pengadukan dalam mixer dapat diobservasi dari
tempat yang sesuai terhadap tempat operator-operator mixing plant.
Mixer tidak akan dibebani dengan bahan yang melebihi dari
kapasitasnya, kecuali dalam keadaan khusus yang diizinkan. Setiap
mixer harus dilengkapi dengan alat pencatat waktu pengadukan
mekanis yang menunjukkan dan menjamin periode adukan-adukan
yang dibutuhkan terhadap yang sudah selesai.
8. TEMPERATUR
Temperatur beton ketika dipasang tidak lebih dari 32 OC dan tidak kurang dari
4.5OC. Ketika tempereatur beton waktu bekerja mungkin 27O C dan 32OC, beton
akan dicampurkan dijob site dan dituangkan ke dalam peker-jaan dengan segera
setelah pengadukan selesai. Jika dipasang pada keadaan cuaca dengan temperatur
beton lebih dari 32OC, seperti yang didapatkan oleh direksi maka campuran pada
malam perlu dilakukan untuk mempertahankan temperatur beton terpasang di
bawah 32OC.
9. DESAIN PERANCAH
Design perancah disesuaikan dengan berbagai bentuk, ketinggian dan dimensi dari
beton seperti terlihat dalam gambar atau sebagaimana yang ditentukan oleh
Direksi. Bahan yang dipergunakan dalam design perancah akan ditentukan oleh
direksi sebelum pelaksanaan dimulai, meskipun telah disetujui bukan berarti
bahwa Kontraktor tidak bertanggung jawab atas bentuk-bentuk atau perbaikan
beberapa bagian yang rusak yang dapat berkembang atau menjadi tidak dapat
digunakan.
13. PENEMPATAN
a. Metode dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut beton harus
sedemikian sehingga beton yang mempunyai komposisi dan konsistensi yang
dibutuhkan akan terjamin tanpa pemisahan atau kehilangan slump yang
merugikan.
b. Beton boleh dicor apabila Direksi atau wakilnya yang dikuasakan, su-dah
hadir permukaan konstruksi sambungan atas dimana beton baru akan dicor
harus ditutupi lapisan grout semen yang rapi atau ditutup dengan lapisan
mortar kira-kira 2 cm tebalnya. Mortar harus mempu-nyai proporsi semen
dan pasir yang sama dengan campuran beton yang telah diatur kecuali
diarahkan dengan lain. Rasio air semen dari mortar tidak melebihi dari rasio
beton yang akan dipasang di atasnya, dan konsistensi dari mortar harus sama
dengan pengecoran dan pekerjaan dengan cara-cara yang ditetapkan. Mortar
harus menyebar secara seragam dan harus dikerjakan dengan teliti. Beton
harus ditem-patkan segera pada mortar yang baru, didalam menempatkan
beton pada sambungan-sambungan konstruksi yang dibentuk, tindakan-
tindakan pencegahan khusus harus diambil untuk menjamin bahwa beton
baru dimasukkan ke dalam kotak yang erat dengan permukaan sambungan,
dengan secara hati-hati dengan alat yang cocok.
c. Pengaturan kembali beton tidak akan diizinkan. Suatu beton yang telah kaku,
demikian pula penempatan yang tepat tidak dapat dijamin akan sia-sia dan
tidak ada pembayaran kepada Kontraktor. Beton harus ditempatkan dalam
semua hal, sedapat mungkin dapat dilaksanakan secara langsung di dalam
posisi akhir dan tidak akan mengalir dengan suatu cara sehingga
menyebabkan pemisahan. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar di
dalam beton yang disebabkan karena membiarkan beton jatuh bebas dari
ketinggian yang terlalu tinggi, atau pada sudut partikel yang terlalu besar
atau yang akan merusak cetakan dan tulangan baja tidak dibolehkan bila
pemisahan-pemisahan terjadi, Kontraktor harus menyediakan jeram-jeram
penjatuhan yang cocok dan bafle untuk membatasi dan mengontrol beton
yang jatuh.
d. Kecuali karena dihalangi oleh sambungan-sambungan, semua beton yang
terbentuk harus ditempatkan di dalam lapisan-lapisan horizontal yang
menerus, yang ketebalannya tidak melebihi 50 cm. Direksi berhak
memerintahkan ketebalan lapisan kurang dari 50 cm bilamana ketebalan 50
cm tersebut tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan tuntutan spesifikasi. Semua
interseksi dari sambungan-sambungan konstruksi dengan permukaan harus
dibuat lurus dan datar atau tegak.
e. Dalam menempatkan beton di daerah-daerah yang diekpose dengan
ketebalan yang besar, Kontraktor harus menjaga daerah yang diekpose dari
beton baru dengan syarat-syarat praktis yang minimum, dengan mula-mula
membentuk beton dengan lebar bangunan dengan ketinggi-an yang cukup di
atas daerah yang dibatasi pada suatu ujung bangunan dan kemudian
dilanjutkan dalam tahap-tahap progressive yang serupa terhadap daerah
bangunan. Lereng yang dibentuk pada ujung mendaki yang tidak terbatas dari
lapisan-lapisan beton yang sudah baik harus dijaga securam mungkin, beton
pada sisi ujung-ujung ini tidak boleh digetarkan segera dan kondisi-
kondisinya sedemikian rupa sehingga beton akan mengeras, dimana getaran
berikutnya tidak akan sepenuhnya mengkonsolidasikan dan menginte-
grasikan dengan beton baru yang ditempatkan pada penyambungan
kelompok-kelompok agregat besar harus disebar sebelum beton yang baru
dipasang di atasnya, masing-masing deposit beton harus digetarkan sebelum
deposit beton beriikutnya ditempatkan di atasnya.
f. Beton tidak boleh dicor selama musim hujan lebat atau sehingga
menghanyutkan mortar dari agregat kasar pada lereng-lereng penempatan.
Selama hujan yang demikian mortar tidak boleh ditebar-kan pada sambungan
konstruksi dan mortar yang telah disebarkan harus dibuang dan diganti
39
16. PERLINDUNGAN
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap gangguan sampai akhirnya
diterima oleh Direksi. Permukaan beton yang diekpose, kecuali permukaan beton
yang dilapisi dengan campuran penutup berpigmen putih, harus dilindungi dari
sinar matahari langsung selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari pertama setelah
pengecoran. Setiap perlindungan harus efektif, sepraktis mungkin setelah
pengecoran beton yang tidak berperancah atau setelah perancah beton dibongkar.
17. PERAPIHAN
a. Perapihan permukaan beton harus dilakukan oleh pekerja-pekerja yang
terampil dengan kehadiran Direksi. Permukaan beton akan ditest oleh Direksi
untuk menentukan apakah keadaan permukaan yang tidak teratur dalam
batas-batas yang ditentukan. Perbaikan yang disebab-kan karena pemindahan
atau pemasangan cetakan yang salah, atau linning dari penampang cetakan,
pengancingan cetakan yang lepas atau kerusakan cetakan dianggap sebagai
41
bentuk yang tidak teratur dan akan ditest dengan pengukuran langsung.
Semua keadaan tidak teratur lainnya dianggap sebagai keadaan tidak teratur
yang berangsur (gradualy) dan akan ditest dengan menggunakan template
yang terdiri dari ujung lurus atau yang disamakan untuk permukaan yang
berlekuk. Panjang template 1.5 m untuk pengetesan permukaan yang
dibentuk dan 3 m untuk pengetesan permukaan yang tidak dibentuk. Sebelum
Direksi menerima pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan semua
permukaan yang terlihat, kecuali ditetapkan lain seperti kerak dan noda-noda
yang tidak tampak.
b. Permukaan bagian dalam yang tidak terbentuk harus dimiringkan untuk
pengeringan seperti ditunjukkan pada gambar-gambar atau seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi. Permukaan yang sempit seperti puncak dinding dan
beton penahan harus dimiringkan 20 mm untuk setiap lebar 1 m. Permukaan
yang lebih besar seperti plat form dan lantai harus dimiringkan kira-kira 10
mm setiap lebar 1 m.
c. Permukaan yang tidak teratur yang diukur seperti yang digambarkan dalam
(a) melebihi 6 mm untuk keadaan yang tidak teratur dan tidak terdapat
tanda-tanda tambahan.
Sambungan dan ujung harus dikerjakan kecuali ditetapkan lain, perapihan
untuk permukaan yang tidak dibentuk dilakukan sebagai berikut :
- Permukaan yang tidak dibentuk yang akan ditutup dengan bekas galian
atau dengan beton harus dirapikan dengan levelling yang cukup panjang
untuk menghasilkan permukaan seragam yang rata. Permukaan yang
tidak teratur yang diukur seperti (a) tidak melebihi 0.95 cm.
- Bajak keras harus digunakan untuk permukaan-permukaan yang tidak
dibentuk yang akan terpampang atau yang akan berhadapan dengan air
mengalir, kecuali permukaan lantai jembatan subjek terhadap lalu lintas
pejalan kaki atau yang berkendaraan yang akan dirapikan dengan
menyapukan lapisan yang terang. Penambalan dapat dilakukan dengan
menggunakan perlengkapan yang dikendalikan dengan tenaga atau
dengan tangan. Penambala akan dimulai segera setelah permukaan yang
panjang telah cukup kaku dan harus mencapai keadaan minimum yang
diperlukan untuk menghasilkan permukaan yang bebas dari tanda-tanda
perpanjangan dan pelebaran seragam dalam teksturnya.
b. Perancah
Semua perancah yang dibutuhkan harus dimasukkan ke dalam harga satuan
pekerjaan di dalam rencana anggaran biaya sesuai dengan klasifikasinya.
Harga satuan pekerjaan mengikuti dan tidak terbatas pada bahan-bahan
cetakan, transportasi, persia-pan, pemasangan, pelepasan kembali dan semua
pekerjaan yang lain sesuai persyaratan dan prosedur.
2. Bahan
Untuk pasangan batu yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik ini meliputi batu,
semen, pasir dan air, harus sesuai dengan ketentuan dan sepenuhnya memenuhi
persyaratan dalam Bab I Bahan Umum. Untuk pasangan batu terdiri dari 1 PC : 3
43
pasir atau 1 PC : 4 pasir dalam satuan volume dan air secukupnya sampai
dihasilkan kepekatan yang sesuai dengan keperluan yang diinginkan.
3. Adonan Adukan
Adukan dibuat dalam volume yang cukup dipakai untuk pekerjaan yang segera
dilaksanakan saja, semua adonan yang telah ditambah air dalam adukan selama
30 menit tidak boleh dipakai lagi. Mengencerkan kembali adukan tidak
diperkenankan.
5. Siaran
a. Susunan adukan untuk siaran harus terdiri dari campuran 1 PC : 3 pasir
dalam volume air yang cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk
keperluan yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan siaran dimulai, celah-celah batu harus dikorek sebelum
adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Siaran terbenam. celah-celah diisi sampai rata sedalam 1 cm muka batu;
- Siaran rata. celah-celah diisi sampai rata muka batu;
- Siaran timbul. celah-celah diisi sampai timbul setebal 1 cm dan dengan
lebar tidak kurang dari 2 cm.
6. Plasteran
a. Susunan adukan untuk plasteran harus terdiri dari campuran 1 PC : 3 pasir
dalam volume air yang cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk
keperluan yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan plasteran dimulai, celah-celah dan permukaan pasangan
batu harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dan dengan
ketentuan ketebalan plasteran adalah 16 mm.
8. Perawatan
a. Semua pasangan batu termasuk siaran harus dirawat dengan memakai air
dengan memakai cara yang dapat diterima dan disetujui direksi pekerjaan.
b. Bila dirawat dengan air maka pasangan batu harus dijaga supaya tetap basah
sekurang-kurangnya 14 hari, dengan cara tertentu atau dapat dilakukan
dengan memakai pipa yang berlubang-lubang. Air yang dipakai untuk
44
perawatan harus memenuhi syarat untuk air yang dipakai dalam adonan
beton.
V. PEKERJAAN GEOTEXTILE
1. Umum
Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang Geotextile non woven seperti
yang tertera pada gambar atau ditentukan oleh direksi/pengawas. Pemakaian
Geotextile non woven sudah umum dalam pekerjaan teknik sipil, diantaranya:
sebagai filter, lapisan pelindung, lapisan pemisah tanah untuk mencegah
bercampurnya tanah/material timbunan dengan tanah lunak, dan drainase di
bawah tanah.
2. Material
Kontraktor harus mengajukan persetujuan pengadaan material kepada konsultan/
pemilik dengan disertai brosur, teknikal data dan sample material. Kontraktor
tidak dibenarkan untuk melakukan pembelian material sebelum ada persetujuan
dari konsultan/pemilik proyek. Dalam pengajuan persetujuan material, kontraktor
harus memberikan waktu yang cukup untuk prosedur pengajuan tersebut dan
juga harus mempertimbangkan waktu pengadaan barang, waktu produksi hingga
pengiriman ke lapangan. Keterlambatan yang disebabkan karena masalah
persetujuan dan pengadaan barang akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari kontraktor.
3. Pelaksanaan
f. Untuk melindungi Geotextile non woven dari cuaca, semua rol harus
ditutup dengan tarpaulin atau lembar plastik tambahan. Bila ada beberapa
rol yang lapis pelindungnya rusak harus ditandai untuk diperiksa
kemudian.
g. Lapis pelindung harus segera diperbaiki secepatnya. Dan sebaiknya
pemasangan jangan dilakukan pada saat ada angin kencang.
h. Permukaan tanah tempat geotextile akan dipasang, harusklah bersih
dari benda-benda pengrusak seperti akar pohon dan lain-lain yang
berpotensi menimbulkan kerusakan pada geotextile. Tanah dibawah
tempat geotextile akan digelar harus diushakan mempunyai kepadatan
yang seragam atau atas persetujuan Direksi.
i. Penyambungan Geotextile dengan overlap harus tepat, baik lebar
maupun posisinya agar geotetile tersebut berfungsi selama usia pakai
praduk atau dijahit dengan mesin jahit ketik ganda portable.
j. Penyambungan geotextile dengan cara menjahit harus dengan jahitan
ganda dengan jarak 50 m sampai dengan 100mm dari tepian lembar
geotextile yang disambung. Sambungan diusahakan sesedikit mungkin
dan harus dengan persetujuan dari Direksi.
k. Penimbunan dan pemadatan material urugan setelah penggelaran
geotextile harus dilakukan dengan baik sehingga geotextile tidak
mengalami beban melebihi tegangan ijinnya.
l. Peralatan konstruksi tidak boleh berada langsung diatas geotextile dan
baru dijinkan beroperasi diatas geotextile bila tebal urugan telah
mencapai minimal 30 cm.
m. Kerusakan geotextile selama proses penimbunan material urugan harus
diperbaiki atas petunjuk Direksi.
3.3. Metoda Pemasangan Geotextile (Filter cloth) untuk Revetment Dan Groin
a. Melakukan pengukuran ulang untuk mengetahui apakah elevasi tanah
asli (pantai) masih sesuai dengan elevasi rencana dasar revetment,
karena akibat gelombang laut/pengaruh pasang surut dapat
mempengaruhi elevasi dan kedudukan garis pantai.
b. Melakukan perapihan dasar revetment sesuai dengan elevasi rencana.
c. Sebelum filter cloth digelar terlebih dahulu dianyam/dijahit dengan
mempergunakan benang Nilon dan jarum jahit tangan sesuai dengan
lebar kebutuhan yang akan dipasang/digelar.
d. Filter cloth yang sudah dianyam digulungkan ke alat bantu (pipa besi)
yang telah diberi gantungan yang berfungsi untuk memudahkan
46
4. Pembayaran
Harga satuan jenis pekerjaan ini untuk setiap satuan kuantitas sudah termasuk
penyediaan bahan (filter cloth), pekerja, peralatan, perkakas dan semua keperluan
lainnya atau biaya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana mestinya
dibayar meter persegi.
Bilamana pondasi konstruksi tumpukan batu terletak di atas pasir, lapisan selimut
akan memberikan perlindungan terhadap konstruksi tumpukan batu terhadap
pukulan gelombang dan arus sepanjang pantai yang memindahkan pasir melalui
pori-pori tumpukan batu dan menyebabkan terjadinya penurunan.
Untuk pemakaian filter cloth dapat menggunakan spesifikasi dari pabrik.
Spesifikasi filter cloth harus sesuai dengan standar industri.
Kontraktor harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi dalam hal
pemakaian filter cloth.
Sifat-sifat fisik filter cloth yang diijinkan adalah sebagai berikut :
Berat 350 - 400 gram/m2 (ASTM D 3776)
Tebal 2 – 4 mm
Kekuatan tegangan tarik minimum 27,5 KN/M ( ASTM D4595)
Kerembesan < 10 -3 m/ s.
3. Susunan Batu
3.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari susunan batu untuk pondasi (inti/lapisan pengisi)
dan lapisan penutup yang posisinya sejajar garis pantai ( Revetment). Bentuk
kemiringan, ketinggian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar atau
berdasarkan petunjuk Direksi.
3.2. Material
Material susunan batu revetment yang memenuhi persyaratan/spesifikasi
dan sudah disetujui oleh Direksi.
4. Pembayaran
Harga satuan untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk semua persyaratan
yang ditetapkan proyek seperti test material, pengadaan material, transportasi,
peralatan dan upah pekerja juga hal yang berhubungan dengan pemasangan
batu. Untuk pembayarannya dihitung volume batu dalam meter kubik (m 3)
terpasang yang dinyatakan dalam Berita Acara Penyelesaian Prestasi Pekerjaan
selama periode pelaksanaan kontrak.
49
2. Material
Bronjong kawat anyaman pabrikasi (dia.3 mm) atau anyaman manual (dia.4 mm)
dengan ukuran sangkar adalah :
- Tinggi : 0,50 meter
- Lebar : 1,00 meter
- Panjang : 2,00 meter.
Ukuran-ukuran bronjong disesuaikan dengan kondisi lapangan dan harus
mendapat petunjuk dan persetujuan pihak Direksi. Pengayaman dengan
menggunakan mesin mengacu pada SNI 03-0090-1987 tentang mutu dan cara
uji bronjong dan kawat bronjong dan syarat bahan baku mengacu pada SNI 03-
6154-1999 tentang kawat bronjong. Bentuk dan ukuran kawat bronjong, ukuran
anyamannya adalah 80 mm x 100 mm atau 100 mm x 120 mm dengan diameter
kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi diameter 4,0 mm dan kawat pengikat
diameter 2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar dan tinggi) dan
diameter kawat sebesar 10%.
Batu untuk pengisi bronjong harus batu yang keras dan tahan lama dengan
ukuran 20 cm – 30 cm dapat berupa batu kali atau batu gunung, dimana batu
pipih dan panjang tidak boleh dipakai.
3. Pelaksanaan
a. Pemasangan bronjong harus hati-hati untuk mencegah kerusakan lapisan
saringan. Sebelum batu diisikan, bronjong ditegangkan sampai bentuk yang
diinginkan.
b. Pengisian mulai dari bagian bawah, krat-krat supaya diletakkan dalam keadaan
kosong, diisi dengan batu sampai penuh dan kemudian ditutup.
c. Sambungan-sambungan antara bronjong maupun sekat-sekatnya harus diikat
dengan kawat dengan mutu yang sama. Bronjong ditempatkan diatas filter yang
terbuat dari ijuk sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
d. Batu isian dipergunakan batu yang keras, tahan lama, tidak rusak dan pecah
oleh air. Ukuran batu minimum tidak boleh lebih kecil dari 16 cm, dengan
ukuran batu rata-rata berbentuk sama yang dapat ditahan oleh saringan kawat
bronjong.
e. Semua bagian tepi dari bronjong dan matras termasuk panel, dan sekat harus
terikat rapat pada kawat sisi panel dan terikat secara mekanikal atau petunjuk
Direksi, hal untuk menjaga terlepasnya anyaman, diameter kawat pengikat
yang menghubungkan antara sisi panel untuk perakitan, pemasangan, matras
berdiameter minimal 2 mm.
f. Setiap bronjong harus dihubungkan dengan ikatan yang didekatnya.
g. Sambungan-sambungan vertikal antara bronjong-bronjong yang ditempatkan
pada setiap 2 (dua) lapisan akan disusun bergiliran seperti yang ditunjukkan
dalam gambar atau petunjuk Direksi.
h. Satuan kuantitas bronjong anyaman mesin adalah unit/buah.
50
4. Pembayaran
Volume pembayaran bronjong dilakukan berdasarkan atas harga satuan per m³
bronjong yang terpasang.
2. Material
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu bakau dengan
berdiameter antara 10–15 cm. Apabila menggunakan kayu lain harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
3. Pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan pemancangan, maka ujung kayu yang akan dipancang
harus dilancipkan terlebih dahulu untuk memudahkan pelaksanaan
pemancangan, dan ujung pancang kayu yang dilancipkan sekurang-kurangnya
25 cm.
b. Posisi kayu saat pemancangan harus dibuat vertikal dan betul-betul tegak lurus
sehingga akan diperoleh hasil yang optimal, toleransi kemiringanya hanya 5 %.
c. Pemancangan kayu cerucuk dilakukan sampai mencapai tanah keras atau
sesuai dengan yang diarahkan oleh Direksi dan kayu cerucuk berada dalam
posisi yang stabil dan secara struktural berada dalam kondisi yang kokoh.
d. Untuk kayu penyokong ataupun angker kayu harus dibuat sesuai gambar
rencana ataupaun petunjuk Direksi yang biayanya sudah termasuk dalam biaya
pemancangan.
4. Pembayaran
Volume pembayaran untuk pekerjaan ini adalah per m¹ kayu yang akan
terpancang dan masuk kedalam tanah.
1.1. U m u m
Lapis dasar untuk jalan akses permanen dan perkerasan harus dibangun
sesuai dengan jalur, elevasi, kemiringan, dan ukuran pada Gambar atau
sesuai petunjuk Direksi.
Material lapis dasar terdiri dari agregat batu pecah atau agregat kerikil
pecah bersiku sesuai dengan persyaratan untuk agregat beton dalam
Spesifikasi Teknis ini kecuali yang diberikan dalam spesifikasi yang telah
ditentukan.
1.2. Material
a. Jika material tidak mengandung cukup material rekat alam untuk
mengikat dengan cepat pada kegiatan watering dan pemadatan, harus
ditambahkan bahan rekat yang mengandung batu pecah kecil, bahan
rekat tanah atau material rekat lainnya yang disetujui oleh Direksi.
53
1.3. Pelaksanaan
a. Kontraktor mengirimkan material lapis dasar dan menempatkannya
dalam lapisan di atas sub-base atau subgrade yang telah dipersiapkan
sebelumnya, sehingga ketebalan setelah pemadatan tidak lebih dari 10
centimeter, kecuali jika atas petunjuk atau persetujuan dari Direksi.
b. Setelah material untuk tiap lapis telah ditempatkan maka material
tersebut dicampur/diaduk dan dihamparkan (dalam kadar air yang
diperlukan) dengan alat motor grader atau alat lain yang telah disetujui,
sehingga ketebalan lapisan seragam dan distribusi dan gradasi material
yang merata tercapai.
c. Ketika pemuatan dilakukan di atas material yang sebelumnya telah
ditempatkan, Kontraktor harus menentukan rute dari alat-alat pemuatan
di atas material yang sudah ditempatkan sedemikian sehingga perjalanan
menyebar secara seragam di seluruh permukaan untuk mendistribusikan
efek pemadatan dari alat itu dan untuk meminimalkan rutting dan
pemadatan yang tidak seragam.
d. Setelah dihamparkan, tiap lapisan harus dipadatkan sampai kepadatan
yang ditentukan pada semua lebar lapisan dengan penggilas dengan
silinder halus (smooth drum roller), penggilas roda ban (pneumatic-tired
roller), dan alat-alat pemadatan lainnya yang disetujui oleh Direksi.
Semua metode pemadatan dan alat-alatnya harus menurut persetujuan
Direksi dan detail lengkap dari pekerjaan itu harus diajukan kepada
Direksi untuk persetujuan sebelum awal pekerjaan.
e. Operasi dari alat-alat pemadatan, kontrol kadar air dan persiapan
permukaan lapisan untuk lapisan-lapisan berikutnya sama seperti
pemadatan untuk material urugan seperti ditentukan di atas. Penggilasan
untuk tiap lapisan harus maju secara gradual dari sisi ke tengah (centre),
paralel dengan centreline jalan, dan harus dilaksanakan secara kontinyu
sampai seluruh permukaan telah digilas. Ketidak-teraturan atau
penurunan yang terjadi selama penggilasan harus dikoreksi dengan
melepas material pada tempat-tempat itu dan menambah atau
mengurangi material sampai permukaan seragam yang halus diperoleh.
Untuk tempat-tempat yang berdekatan dengan struktur dan tempat-
tempat yang tidak dapat dijangkau roller besar, material harus
dipadatkan dengan alat pemadat mekanik tangan atau stamper (hand
tamper).
f. Lapisan teratas dari material lapis dasar, harus dikupas dengan grader
dan digilas sampai permukaan halus secara merata, bebas dari bentuk
bergelombang, dan sesuai dengan elevasi dan tampang pada Gambar,
atau atas petunjuk Direksi, dengan toleransi + 3 centimeter dalam tiap 5
meter.
g. Kontrol kadar air dan kepadatan
Kadar air dari material base selama dan setelah pemadatan, seperti
ditetapkan menurut Standar ASTM D2216, harus dalam range dari
54
minus tiga persen (-3 %) sampai dengan plus satu persen (+1 %) dari
kadar air optimum / optimum moisture content (OMC) seperti
didapatkan dari Standard Compaction Test yang dilaksanakan
menurut Standar ASTM D698, dan kadar air ini harus seragam dalam
tiap lapisnya.
Tiap lapis dari material base harus dipadatkan sampai kepadatan
seragam pada lapisannya, yang harus mempunyai nilai California
Bearing Ratio (CBR) minimal 60, sesuai Standar ASTM D1883.
2.2. Material
Agregat untuk makadam penetrasi bitumen harus terdiri dari batu pecah
atau kerikil pecah bersiku sesuai dengan persyaratan yang ditentukan pada
55
Spesifikasi Teknis untuk agregat beton dan Bituminous asphalt untuk lapis
awal dan bahan rekat yang telah memenuhi persyaratan teknis.
2.5. Pelaksanaan
Metode konstruksi dan tahapan konstruksi untuk lapisan atas makadam
penetrasi bitumen secara umum adalah sebagai berikut :
56
2.2. Pemasangan
a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan seperti pada
gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk Direksi ditempat
pekerjaan, termasuk semua alat alat pelengkap seperti baut jangkar,
penahan, seal (penguat) dan sebagainya.
b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan diteliti/tepat
sebelum dan selama pemasangan. Dinding plat, sandaran dan ambang
harus diperkuat seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk
Direksi.
c. Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan
dirapikan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus memindahkan sembua
kelebihan bahan- bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan
Direksi.
Semua gear reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak
pelumas, sesuai syarat dari pembuat/pabrik. Gear reducer terbuka harus
duberi gemuk kualitas baik pada giginya (graphite grease). Semua pelumas
dan zat pencuci harus disediakan Penyedia Jasa tanpa tambhan biaya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang cukup untuk
jangka waktu pemeliharaan untuk semua bagian pekerjaan dari Kontrak
ini.
2.4. Pengecatan
2.4.1. Bahan – bahan
a. Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik (factory
scaled) kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh Direksi.
b. Cat yang telah melampaui batas kadaluarsa seperti tertulis pada
kalengnya tidak boleh dipakai, dan harus segera disingkirkan dari
tempat pekerjaan.
2.4.2. Pelaksanaan Pengecatan Pekerjaan Baja
Sebelum pengecatan dilaksanakan permukaan harus dibersihkan dan
dikerjakan atau dicat sebagai berikut :
a. Pengecatan dikerjakan dengan menggunakan tenaga manusia,
dalam pelaksanaan pengecatan lapis demi lapis sampai dengan
ketebalan yang ditentukan dimulai dari cat meni lalu cat anti karat
dan terakhir dilapis cat bron untuk bagian atas konstruksi.
61
3. Waterstop
a. Pemasangan water stop dan joint filler dalam bentuk dan ukuran sebagaimana
ditentukan dan pada tempat-tempat yang diperlihatkan dalam gambar-gambar
atau sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
b. Water stop dan Joint filler disediakan dan disimpan pada suatu tempat dengan
suatu cara yang akan ditunjukkan oleh Direksi.
c. Semua sambungan di lapangan dan hubungan-hubungan water stop dan joint
filler hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan hubungan
yang kedap air dengan segala cara sebagaimana dispesifikasikan pabrik
pembuat water stop dan joint filler.
d. Pengukuran dan pembayaran
Pengukuran kuantitas pekerjaan "Water Stop" dilakukan untuk setiap meter
panjang dari "Water Stop" yang terpasang diukur sepanjang garis tengah (as)
dari "Water Stop" sesuai dengan gambar-gambar. Pembayaran untuk "Water
Stop" dihitung menurut harga satuan meter panjang (m’) seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, jenis pekerjaan pada Penawaran.
Harga satuan harus sudah mencakup semua biaya pengadaan dan pemasangan
dan biaya-biaya lain pekerjaan terkait.
5. Wiremesh
a. Wiremesh dipasang sebagai penggati tulangan (pembesian) pada dasar dan
dinding saluran pasangan beton.
b. Sebelum dilakukan pemasangan, untuk mendapatkan posisi wiremesh sesuai
dengan gambar rencana, diperlukan beton tahu sebagai pengganjal. Beton
tahu ini ditempatkan pada sela – sela antara tanah dan wiremesh dengan posisi
penempatan sesuai dengan gambar rencana.
c. Sambungan – sambungan antara lembaran wiremesh harus diikat dengan
kawat beton, minimal 3 kali lilitan untuk menjamin menyatunya lembar yang
satu dengan lembar lainnya.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran kuantitas wiremesh diukur dari jumlah m2 yang terpasang pada
saluran beton seperti yang diperlihatkan pada gambar – gambar atau menurut
perintah Direksi. Pembayaran dihitung menurut harga satuan per m2 dalam
Daftar Kuantitas dan Harga jenis pekerjaan dalam penawaran. Harga satuan
64
BAGIAN - IV
METODE PENGUKURAN
1. PENDAHULUAN
1.1. Volume pekerjaan adalah volume yang dihitung dari gambar dan diperlukan
untuk dapat memberikan ketentuan yang sama dalam mengajukan penawaran
yang selanjutnya akan dipakai dasar dan evaluasi terhadap semua penawaran.
Apabila kontrak sudah ditandatangani, yang mengikat adalah harga satuan
untuk tiap-tiap pekerjaan, sedangkan volume pekerjaan didapat dari
perhitungan kembali berdasarkan kenyataan di lapangan.
1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak adalah syarat-syarat kontrak,
spesifikasi dan gambar-gambar serta dokumen-dokumen lainnya, karena
ketentuan-ketentuan tersebut harus dipenuh dalm pelaksanaan pekerjaan.
1.3. Volume pekerjaan yang dipakai dalam dasar menentukan pembayaran adalah
sesuai dengan metode pengukuran yang akan diuraikan selanjutnya.
1.4. Harga satuan yang harus dimasukkan dalam volume pekerjaan sudah termasuk
harga dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, semua
resiko umum, pertanggungjawaban dan kewajiban yang tertera dalam dokumen
kontrak.
1.5. Harga satuan pekerjaan tersebut harus dimasukkan pada setiap uraian pada
daftar volume dan bila pekerjaan tidak mempunyai harga satuan, sudah harus
diperhitungkan dalam harga lain atau harga satuan pekerjaan dalam volume
pekerjaan tersebut.
1.6. Petunjuk dan penjelasan pekerjaan secara umum sudah tercakup dalam
spesifikasi dan tidak perlu diulang dalam volume pekerjaan.
1.7. Satuan harga yang tertulis dalam volume pekerjaan harus disesuaikan dengan
syarat-syarat kontrak.
2. METODE PENGUKURAN
2.1. Umum
2.1.1. Pengukuran
Bila tidak ada petunjuk khusus, semua volume dihitung bersih dari gambar
pelaksanaan dan tidak diperhitungkan adanya penyusutan atau
pengurangan volume, dan dibulatkan keatas atau ke bawah terhadap
angka yang terdekat.
2.4.2. Perancah
Penggolongan dan satuan
(1). Perancah akan diukur dengan satuan luas dalam m2 untuk
keseluruhan permukaan beton yang dicor setempat yang
membutuhkan dukungan sementara selama pengecoran.
(2). Uraian pekerjaan terperinci harus diberikan untuk:
(a). Golongan yang berbeda dari penyelesaian seperti yang telah
diuraikan dalam spesifikasi;
(b). Perancah < 4 m;
(c). Perancah lainnya.
(3). Perancah akan diukur untuk permukaan samping beton yang dicor
setempat pada waktu penggalian, kecuali beton tersebut betul-
betul dibutuhkan untuk dicor pada permukaan yang harus digali.
Permukaan samping adalah termasuk permukaan miring belakang
dengan sudut tidak melebihi 45 derajat terhadap bidang tegak,
terhadap bidang horizontal hanya dibutuhkan sementara selama
pengecoran. Uraian pekerjaan harus jelas bahwa perancah untuk
bagian atas, kecuali pada permukaan miring dengan sudut tidak
melebihi 10 % terhadap bidang tegak.
(4). Perancah untuk permukaan beton sementara , akan diukur pada
tempat yang ditentukan, tetapi tidak pada tempat yang ditentukan
penyedia jasa. Perancah untuk lantai kerja tidak akan dihitung.
(5). Perancah tidak akan diukur terpisah untuk:
(a). Pemotongan dan kemiringan dalam yang luas penampangnya
kurang dari 16 mm;
(b). Kantong dan lubang dengan volume kurang dari 0,15 m3.
2.4.3. Pembesian
Penggolongan dan satuan
(1). Pembesian akan diukur dengan berat dalam kg.
(2). Masa baja pembesian diambil 785 kg/m per 100 mm2 dari luas
penampang (7,85 t/m3). Masa dari bahan lain diambil seperti
69
2.5.Pasangan Batu
2.5.1. Pasangan batu
Penggolongan dan satuan
(1). Volume pekerjaan pasangan diukur dalam m3.
(2). Uraian pekerjaan harus teperinci untuk:
(a). Pasangan dengan campuran 1 semen : 3 pasir
(b). Pasangan dengan campuran 1 semen : 4 pasir
(3). Untuk sambungan bungkus pipa saluran , pengecatan atau
pengikatan tidak diminta uraian secara terinci.
(4). Volume yang diukur termasuk pula sambungan. Tidak ada
pengukuran atau tambahan terhadap volume yang diukur untuk
pemotongan arah atau permukaan lain yang direncanakan untuk
pemotongan arah atau permukaan lain yang direncanakan untuk
setiap penampang melintang dari 0,5 m2. Tidak ada pengurangan
volume terhadap pembuatan lubang dan bukaan dinding atau
permukaan lainnya untuk setiap luas penampang melintang kurang
dari 0,25 m2.
Ir. Supryanto, MM
Pembina IV/a
Nip. 19660311 199803 1 004