Anda di halaman 1dari 80

1

SPESIFIKASI TEKNIS / METODE PELAKSANAAN


PEKERJAAN

BAGIAN – I
SPESIFIKASI
UMUM

I. PENDAHULUAN
1. Penyedia jasa harus melindungi Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ataupun
Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang dari tuntutan atas paten, lisensi,
serta hak cipta yang melekat pada barang, bahan, dan jasa yang digunakan atau
yang disediakan penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang
diajukan oleh penyedia jasa, penyedia jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada
direksi pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum
direksi pekerjaan mentetapkan setuju atau tidak.
3. Dalam hal direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan penyedia
jasa tidak menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari standar yang
disyaratkan, maka penyedia jasa harus tetap memenuhi ketentuan standar yang
disyaratkan dalam dokumen lelang.
4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan kebutuhan awal bagi
para calon penyedia jasa untuk dapat menyusun penawaran yang realistis dan
kompetitif, sesuai dengan kebutuhan Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
ataupun Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang tanpa catatan atau
persyaratan lain dalam penawaran mereka.
5. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, spesifikasi harus mensyaratkan bahwa
semua barang dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan adalah baru,
belum dipergunakan, dari type/model yang terakhir diproduksi/dikeluarkan, dan
termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap desain dan bahan yang
digunakan.
6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar nasional (SNI, SII,
SKSNI, dsb.) untuk barang, bahan dan jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi
terakhir, atau standar Internasional (ISO, dsb)/standar negara asing (ASTM, dsb)
padanannya (equivalennya) yang secara substantif sama atau lebih tinggi dari standar
nasional yang disyaratkan. Apabila standar nasional untuk barang, bahan, dan
pengerjaan/jasa/pabrikasi tertentu belum ada, dapat digunakan standar internasional
atau standar negara asing.
7. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS (metre,
kilogram, second), sedangkan penggunaan standar satuan ukuran lain, dapat
digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
8. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada :
1). Lingkup pekerjaan, termasuk ketentuan angka 8 di atas.
2). Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk kontrak.
3). Spesifikasi umum:
a. Peraturan Perundang-undangan terkait, misalnya:
- UU tentang Lingkungan;
- UU tentang Keselamatan Kerja;
- UU/PP/SK Bersama/KPTS tentang Tenaga Kerja;
- UU/PP tentang Galian “C“;
- Perda terkait; dsb
b. Dokumen acuan (berupa standar-standar) dengan memperhatikan
ketentuan tersebut pada angka 6 dan 7 di atas;
2
c. Alingnment dan survey;
d. Hari kerja dan jam kerja;
e. Gangguan dan keadaan darurat;
f. Penyingkiran material berlebih.
4). Spesifikasi Khusus:
a. Lapangan;
b. Bangunan/desain/pengerjaan spesifik;
c. Bangunan-bangunan umum dan fasilitas-fasilitas publik;
d. Perancah;
e. Pengaturan lalu-lintas;
f. Pengendalian lingkungan.
5). Spesifikasi untuk Masing-masing Jenis Pekerjaan.
a. Apabila ketentuan untuk salah satu bagian pekerjaan menggunakan dasar
standar pengerjaan atau standar fabrikasi tertentu, dengan beberapa
perubahan, maka pertama-tama harus dicantumkan ketentuan berikut:
PERUBAHAN :
Ketentuan ini didasarkan pada standar
……………………………………………
(satu atau lebih standar pengerjaan atau standar fabrikasi).
Perubahan-perubahan dari ketentuan dasar tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
i). Kata-kata yang merupakan tambahan dari standar dan merupakan
bagian dari spesifikasi, akan ditampilkan dalam huruf kursif/Italic.
ii). Kata-kata yang akan dihapus dari standar dan bukan merupakan bagian
dari spesifikasi, akan ditampilkan dengan huruf yang dicoret (strike out)
sehingga kata-kata/kalimat asli dari standar yang digunakan masih
dapat dibaca.
b. Lingkup pekerjaan.
c. Dokumen acuan (standar-standar) yang digunakan.
d. Uraian ketentuan-ketentuan untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan,
apabila tidak digunakan standar tertentu.

II. UMUM
1. Uraian Pekerjaan
Paket ........................................................................... ini meliputi
pekerjaan
…………………
…………………………………………………………………...……………………
…......... (jenis-jenis pekerjaan utama yang akan dikerjakan).

2. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan


Lokasi pekerjaan dapat dilihat dalam album gambar. Uraian singkat dari
pekerjaan diberikan pada spesifikasi khusus.
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa dalam kontrak ini
adalah :
1. ……………………………………………
2. ………………………………… (dst)

3. Jalan Masuk Daerah Kerja


Jalan keluar masuk menuju lokasi kerja adalah menggunakan jalan-jalan setempat
yang ada, dimana penyedia jasa bertanggung jawab terhadap kerusakan akibat
penggunaan jalan tersebut.
Penyedia jasa harus memperbaiki jalan tersebut dan apabila penyedia jasa hendak
membuat jalan masuk tambahan dapat menggunakan tanah yang telah dibebaskan
oleh kuasa pengguna anggaran (apabila ada).
Apabila penyedia jasa membutuhkan jalan lain yang tidak ditentukan oleh direksi
pekerjaan, jalan tersebut dikerjakan oleh penyedia jasa atas bebannya sendiri, dan
harga semua pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam harga kontrak.

4. Gambar-gambar
Gambar yang dipakai pada pelelangan tercantum dalam Bab XII dokumen
pengadaan.
Gambar-gambar yang disiapkan kontraktor antara lain.
4.2.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap.
(1). Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor seperti yang tersebut di
bawah ini, harus merupakan gambar yang telah ditandatangani direksi.
Apabila ada perubahan pada gambar tersebut maka perubahan yang
telah dilakukan, kembali harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari
Direksi.
(2). Gambar-gambar pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar
mempersiapkan gambar pelaksanaan. Gambar dibuat secara lebih
detail dan dapat memperlihatkan penampang melintang dan memanjang
dari pekerjaan.

4.2.2. Gambar-gambar Pekerjaan Sementara


(1). Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh penyedia jasa harus terinci.
Gambar-gambar yang harus disiapkan antara lain adalah letak dan detail
yang diusulkan penyedia jasa untuk dilaksanakan di lapangan.
(2). Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yamg ditinggalkan
Kontraktor hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang
berkaitan dengan pekerjaan tetap, secara lebih mendetail dan diserahkan
kepada direksi pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.
4.2.3. Gambar-gambar yang dilaksanakan (as built drawing) selama pelaksanaan
Kontraktor harus memelihara satu set gambar yang dilaksanakan paling akhir
untuk tiap-tiap pekerjaan. Gambar tersebut memperlihatkan perubahan yang
sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak.

5. Program Pelaksanaan dan Laporan


5.1. Program Pelaksanaan
Penyedia jasa harus melaksanakan program dan jadual pelaksanaan sesuai
dengan syarat-syarat dokumen lelang dengan menggunakan bar chart dan
kurva S.
Aktifitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan
pekerjaan sementara dan tetap.
5.2. Laporan Bulanan Kemajuan Pelaksanaan
Setiap bulannya kontraktor harus membuat dua kali laporan yaitu pada
pertengahan bulan dan akhir bulan, yang menggambarkan secara detail
kemajuan pekerjaan. Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai
berikut:
(a). Prosentase kemajuan pekerjaan bedasarkan kenyataan yang dicapai
pada bulan laporan dan prosentase rencana yang diprogramkan pada
bulan berikutnya;
(b). Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun
prosentase rencana pekerjaan harus sesuai dengan yang dicapai pada
laporan;
(c). Rencana kegiatan untuk bulan berikutnya.
5.3. Laporan Harian
Kontraktor harus membuat laporan harian atas setiap kegiatan yang
dilaksanakan, persiapan pekerjaan dan peralatan serta data-data lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
5.4. Foto Kemajuan Pekerjaan
Penyedia jasa harus menyerahkan photo kemajuan pekerjaan kepada direksi
pekerjaan mengenai kemajuan pekerjaan pada lokasi pekerjaan selama masa
kontrak.
Foto diambil pada waktu:
a. Sebelum pekerjaan dimulai atau pada waktu pemasangan bouwplank;
b. Kemajuan pekerjaan mencapai 50 % (sedang dilaksanakan);
c. Kemajuan pelaksanaan 100 %;
d. Selesai masa pemeliharaan.

6. Spesifikasi Dasar
Kecuali ditentukan lain bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku 30 hari sebelum tanggal pemasukan surat penawaran. Spesifikasi
lain dapat disubstitusikan atas ketetapan direksi pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan sekurang-kurangnya satu salinan : Standar
Nasional Indonesia yang ditentukan dalam spesifikasi atau standar lainnya yang
disetujui untuk bahan yang disuply atau hasil pekerjaan yang sedang dalam
pelaksanaan pada pekerjaan.
Standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keperluan pemeriksaan dan
penggunaan oleh direksi pekerjaan.
Bahan dan hasil pekerjaan yang tidak sepenuhnya dirinci atau tidak dicakup
dalam standar nasional atau standar lain yang telah disetujui haruslah bahan dan
hasil pekerjaan semacam pekerjaan untuk kelas satu. Direksi pekerjaan akan
menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang dipesan yang akan
digunakan untuk pekerjaan tersebut dapat/cocok untuk digunakan.

7. Data Ketinggian
Ketinggian yang tertera dalam gambar didasarkan pada titik tetap utama, yang
letak dan angkanya terdapat pada spesifikasi khusus. Selanjutnya detail dari
penjelasan tentang titik tetap tersebut dapat diperoleh dengan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada direksi pekerjaan.

8. Pengukuran dan Pematokan


Dari data ketinggian yang tercantum pada uraian di atas, kontrakor harus memeriksa
semua titik tetap lainnya yang akan dipakainya dalam pengukuran pekerjaan dan
harus membuat titik tetap tambahan lainnya sehingga jarak antara
2 titik tetap tidak boleh lebih dari 1 km. Titik tetap di atas dibangun pada tanah
milik proyek atas persetujuan direksi pekerjaan. penyedia jasa harus memberikan
kepada direksi pekerjaan, dalam rangkap dua data dalam form usulan yang memberi
detail lokasi dan elevasi tiap-tiap titik tetap yang dipakai atau dibangun oleh
penyedia jasa.
Ketinggian harus dicocokkan kembali pada titik tetap dengan ketelitian 10 VL,
dengan penjelasan L adalah jarak dari titik-titik (circuit) yang diambil
ketinggiannya (dalam km).
Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai
berikut:
a. Titik-titik untuk tampang lintang, boleh terletak kurang dari 20 mm dari
posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horizontal;
b. Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa
kembali ke titik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 VL mm,
dimana L adalah Panjang atau jarak circuit pengukuran (dalam Km);
c. Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan tanah harus dipasang
dengan tidak melewati 2,5 mm dari titik tinggi yang benar;
d. Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus
kurang 20 mm terhadap posisi yang benar. Titik untuk bangunan harus terletak
tidak lebih 2,5 mm dari kedudukan yang sebenarnya kecuali pada pemasangan
pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan ketelitian yang lebih tinggi.

9. Tindakan Pengamanan bagi Keselamatan


penyedia jasa harus menyelenggarakan, membangun dan memelihara rintangan-
rintangan, lampu peringatan yang sesuai dan cukup, tanda-tanda bahaya dan isyarat-
isyarat, serta harus mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk perlindungan
pekerjaan dan keselamatan umum.

10. Pemberitahuan Pelaksanaan


Penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi pekerjaan sebelum suatu
pekerjaan dimulai, untuk mengukur ketinggian tanah asal dan ukuran dari bangunan-
bangunan yang ada. Tidak boleh ada suatu pekerjaan baru yang boleh dimulai
sebelum penyedia jasa menerima instruksi direksi pekerjaan atas persetujuan
bersama, atas semua ketinggian dan ukuran-ukuran dari dasar saluran dan
bangunan untuk ketepatan pengukuran dari pekerjaan.

11. Pengukuran
Pengukuran saluran/bangunan yang telah dilakukan selama periode desain akan
disediakan untuk keperluan penyedia jasa dan dapat dipakai sebagai dasar untuk
perhitungan dan penetapan volume pekerjaan untuk pembayaran. Apabila menurut
pendapat direksi pekerjaan keadaan lapangan telah banyak berubah sejak
pengukuran yang telah dilakukan, maka direksi pekerjaan dapat memerintahkan
kepada penyedia jasa untuk mengukur ulang sebagian atau seluruh
saluran/bangunan yang ada.

12. Jalan Umum, Listrik dan Telepon


Pada jalan-jalan umum, air untuk kepentingan umum dan tiang-tiang listrik dan
telepon yang memotong atau berhubungan dengan tempat pekerjaan, penyedia
jasa harus mendapat persetujuan secara tertulis dari yang berwenang, terhadap usulan
pekerjaan sementara atau pekerjaan tetap yang akan mempengaruhi pekerjaan untuk
kepentingan umum tersebut.
Bangunan kepentingan umum tersebut, baik terlihat atau tidak terlihat di dalam
gambar, tetapi penyedia jasa harus bertanggung jawab demi keamanan dan
kelangsungan fungsi dari jalan dan tiang listrik dan telepon diatas selama
pelaksanaan pekerjaan.

13. Papan Nama Proyek


a. Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek dan
ditempatkan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi, selambat-lambatanya
14 (empat belas) hari setelah terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
b. Papan nama proyek tersebut dengan ketentuan :
 Ukuran papan nama proyek 150 x 100 cm²;
 Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah papan
terletak setinggi 2 m dari permukaan tanah.
 Tulisan-Tulisan dan ketentuan lain yang belum jelas harus dilaksanakan
sesuai petunjuk Direksi.
c. Kontraktor wajib memelihara dan merawat papan nama serta menjaga agar
tetap dalam keadaan baik sampai pada masa menyerahkan perkerjaan terakhir
kepada Direksi.
d. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau dalam
ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini dianggap larut dalam
harga satuan pekerjaan lainnya.
BAGIAN - II
SPESIFIKASI
KHUSUS

I. BAHAN-BAHAN UMUM
1. PORTLAND
CEMENT Semen
Semen yang akan dipakai adalah semen portland sesuai dengan Standard
Indonesia N.I.8, AST, Model C.150 atau Standard Inggris Model BS.12.

1.2. Pengujian dan Pemeriksaan


a. Sampling, pemeriksaan dan pengujian semen-semen bila diperlukan
akan dilakukan oleh Direksi dan bahwa sampling, pengujian dan
pemeriksaan harus sesuai dengan Standard Indonesia N.I.8 atau ASTM,
Model C.150 atau test yang equivalent dengan Standard Inggris.
Kontraktor harus menyampaikan keterangan kepada Direksi, waktu
dan tempat semen dikeluarkan dari pabrik. Direksi setiap saat mempunyai
wewenang untuk meneliti dan memeriksa material, laporan analisa
laboratorium, dan pengambilan sample semen untuk diperiksa. Kontraktor
harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pengambilan
contoh atau (sample) tersebut.
b. Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang setiap
waktu sebelum semen tersebut dipergunakan. Semen yang tidak
memenuhi syarat tidak akan dapat dipakai. Jika ternyata ada semen
yang tidak memuaskan dan telah terpasang maka bagian yang telah
menjadi campuran beton dan grout tersebut harus dibongkar dan
diganti dengan semen yang baru, dengan biaya dari Kontraktor.
Pengetesan silinder, kubus beton atau campuran semen yang akan
digunakan, dapat diperintahkan oleh Direksi pada setiap waktu untuk
maksud keperluan testing dan Kontraktor harus melaksanakan dan
mempersiapkan semen dan campuran semen/beton yang diminta
untuk ditest tanpa pungutan bayaran dari pada Direksi.
c. Semen boleh saja tidak dapat dipakai sebagai kebijaksanaan dari
Direksi, seandainya tidak memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan.
Semen dapat diterima setelah 7 (tujuh) hari hasil test sesuai dengan
kriteria mengenai kwalitas dari pabrik semen yang telah ditetapkan 12
(dua belas) bulan atau sebagai hasil dari 28 (dua puluh delapan) hari
pengetesan pada nilai testing normal harus disetujui sebelum
pengiriman dari pabrik.

1.3. Gudang/Penyimpanan
a. Kontraktor harus menyediakan suatu tempat menyimpan (gudang)
yang memenuhi syarat untuk penyimpanan semen-semen tersebut, dari
setiap waktu semen tersebut harus terlindung dari kelembaban dan
pembekuan. Tempat/rumah penyimpanan semen-semen tersebut
benar-benar rapat/ tertutup, mempunyai jarak di atas lantai dengan ukuran
minimum 30 cm yang luasnya juga harus cukup untuk menyimpan semen
yang didatangkan. Selain itu untuk menghindari adanya penundaan-
penundaan gangguan-gangguan pekerjaan harus mempunyai suatu tempat
yang luas agar dapat menampung truck yang mengangkut semen tersebut
secara terpisah, sehingga masih ada jalan untuk menarik/mengambil
(sampling) semen tersebut, menghitung semen yang akan disimpan atau-
pun semen yang akan dipindahkan. Tumpukan semen pada kantong atau
zak, jangan melebihi 2 m.
b. Untuk menghindari penyimpanan yang terlalu lama atas semen -
semen yang telah dikirim tersebut, Kontraktor harus mengatur
penggunaan semen-semen yang ada dalam zak-zak tersebut secara
berturut-turut sesuai dengan urutan waktu pengiriman ( cronological
order) sampai di lokasi. Setiap pengiriman dari semen tersebut harus
langsung disimpan dan dengan mudah dapat dibedakan antara zak-zak
yang baru dengan yang lama, begitu juga zak-zak bekas yang sudah
kosong segera dikumpulkan dan tandai sedemikian rupa atas
persetujuan Direksi, sebelum dibuang.
c. Kontraktor harus menyediakan alat timbang yang baik, teliti dalam
skala yang memenuhi syarat untuk pengetesan berat semen yang disimpan
pada setiap tempat yang berhubungan dengan pekerjaan bila diminta oleh
Direksi.
d. Kontraktor harus memperkerjakan penjaga gudang yang baik dan
mampu menata pergudangan (tempat penyimpanan semen tersebut),
menyimpan dan mencatat dengan baik semua pengiriman dan pemakaian
semen. Copy/salinan dari catatan tersebut juga harus diberikan/
diperlihatkan kepada Direksi, bila diminta, dan juga memperlihatkan
secara detail jumlah zak semen yang telah digunakan selama pelaksanaan
untuk tiap-tiap bagian pekerjaan.

2. PASIR, AGREGAT DAN BAHAN-BAHAN PERKUATAN


2.1. Ruang Lingkup Kerja
Semua pasir, agregate dan bahan perkuatan yang akan dipakai untuk semua
struktur/bangunan dan pekerjaan atas dasar Dokumen Kontrak dan untuk
semua hal yang ada hubungannya, yang mungkin diminta/diperlukan oleh
Direksi terdiri dari material, dirinci sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan.
Segala ketentuan dan kebutuhan-kebutuhan harus dilaksanakan kecuali segala
ketentuan dan kebutuhan-kebutuhan yang sudah dirubah oleh Direksi
untuk/ bagi pekerjaan tertentu.

2.2. Handling dan Stockpiling


a. Kontraktor harus mengangkut dan membongkar semua pasir, agregate dan
bahan perkuatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dan bangunan-bangunan yang terinci. Semua cara-cara yang
dikerjakan oleh Kontraktor seperti membongkar, memuat dan menumpuk
pasir, agregate dan bahan perkuatan setiap waktu harus disetujui oleh
Direksi.
b. Lokasi dan pengaturan semua daerah stockpille (penimbunan) harus
disetujui oleh Direksi. Kontraktor harus membersihkan dan mengatur
drainase semua tempat yang dipersiapkan untuk stockpiling dan harus
mengatur stockpiling pasir, agregate dan bahan perkuatan sehingga
adanya kerusakan ataupun pemisahan/hilang dapat dikurangi seminimal
mungkin dan stockpille material tidak akan berkontaminasi dengan
tanah atau bahan-bahan lain sehubungan dengan permukaan air banjir
dan air tanah.
c. Kontraktor menyediakan biaya untuk pemrosesan kembali pasir,
agregate atau bahan perkuatan yang mungkin akan menjadi rusak atau
berkontaminasi sehubungan dengan stockpiling yang tidak
memadai/perlindungan yang kurang baik. Kontraktor juga harus
melakukan semua pelaksanaan stockpiling dengan cara menyimpan
langsung semua material pada stockpiles secara berlapis. Pasir, agregate
dan bahan perkuatan jangan dipindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
stockpiles yang lain kecuali pada suatu keadaan tertentu yang
memerlukan penyediaan jalan untuk truck dalam penempatan material
secara berlapis yang cukup. Kontraktor harus dapat membuat sesuatu
untuk menghindari adanya kerusakan-kerusakan dari agregate dan
bahan perkuatan yang mungkin terjadi karena operasi truck yang
melewati stockpiles.
d. Penimbunan pada bagian sisi ujung stockpile tidak diizinkan.

2.3. Pasir (Sand)


a. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan type dan jenis pasir yang
dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:
- PASIR BUATAN : (Manufacture sand) pasir yang
dihasilkan dari batuan-batuan).
- PASIR ALAM : (Natural sand) pasir yang diambil
dari sungai-sungai ataupun pasir alam yang
didapat dari lain sumber, dan ini semua
harus telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
- PASIR CAMPURAN : (Blended Sand) campuran antara
pasir alam dan pasir buatan yang
dibuat dengan ukuran yang tepat, yang
dijelaskan pada sub-clouse (g).
b. Semua pasir alam yang diperlukan dalam pekerjaan konstruksi harus
diusahakan dan mendapatkannya dari sungai ataupun sumber alam yang
lainnya yang telah disetujui.
c. Apabila pasir alam itu diperoleh dari sumber-sumber yang tidak
dikuasai oleh Pemerintah maka Kontraktor harus membuat suatu
peraturan/pembicaraan khusus dengan pemilik usaha pasir tersebut, dan
Kontraktor harus membayar semua biaya-biayanya.
d. Persetujuan tentang pasir yang diperoleh dari sumber-sumber alam
jangan ditafsirkan sebagai suatu persetujuan yang sah untuk semua
material yang diperoleh dari sumber-sumber alam lainnya, Kontraktor
harus bertanggung jawab penuh atas semua kwalitas dari semua material
yang digunakan dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan kepada
Direksi tentang persiapan dan persetujuan test dengan contoh sebanyak 15
kg sebagai sample dari pasir alam tersebut yang selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari sebelum pemakaian bahan-bahan tersebut.
e. Deposit pasir alam harus dibersihkan dari vegetasi, bahan-bahan lain
yang mengotori dan yang dapat menimbulkan pasir menjadi jelek.
Deposit harus sedemikian rupa sehingga mutu tidak berkurang. Material-
material tersebut harus diangin-anginkan (screened) dan dicuci bila
memang perlu untuk memperoleh pasir yang sesuai kebutuhan.
f. Pasir atau agregate halus (fine agregate) harus benar-benar bersih dan
bebas dari clay lumps, soft, flaki particle, sckale alkali, organik matra,
loam, mica dan injurious amounts yang menimbulkan pasir menjadi
tidak sesuai. Jumlah persentase dari semua material tersebut beratnya
tidak akan melebihi 50%. Agregate yang baik adalah yang berbentuk
tajam atau sharp, cubical, keras, tebal dana tahan lama.
g. Semua pasir yang digunakan untuk pekerjaan beton seperti yang telah
ditentukan harus dari pasir campuran dalam perbandingan yang
sesuai. Pasir-pasir tersebut harus mempunyai modulus antara 2/3,2 atau
pengetesan dengan saringan sesuai dengan Standard Indonesia. Untuk
beton PBI.1971 atau sebagai berikut:
10
10

No Saringan Persentase Bagian Yang Tinggal


(Screen No.) Dalam Berat
4 0–5
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
PAN 3–7
Kalau persentase yang tinggal (tertahan) dari saringan No. 16 20 %
atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase yang tertahan
dari saringan No. 8 boleh naik menjadi 20 %.
h. Pasir yang digunakan untuk adukan bagi pekerjaan pasangan batu atau
batu bata untuk lining, untuk permukaan atau tubuh pekerjaan, harus
berupa pasir alam dan bila ditest harus memenuhi standar seperti berikut:
Screen No. Passing Percent Bay Weight Screen
8 100
100 15 (max)

Dengan nilai tersebut di atas harus dengan gradasi baik ( well graded)
sehingga sesuai dengan pekerjaan adukan yang diperlukan.
i. Pasir alam dan pasir campuran dapat diminta untuk ditest oleh Direksi
untuk menentukan apakah pasir-pasir tersebut sesuai dengan apa yang
telah ditentukan dan dibutuhkan. Kontraktor harus menyiapkan dan
melaksanakan pengambilan contoh yang diperintahkan oleh Direksi tanpa
pungutan bayaran yang meliputi tenaga, material dan operasinya.

2.4. Agregate Kasar


a. Coarse agregate harus didapat dari sumber-sumber yang telah disetujui
yang terdiri dari kerikil, batu gunung atau batu pecah ( crushed stone)
atau campuran dari semuanya itu.
b. Coarse agregate harus bersih bebas dari partikel lunak, satuan tebal dan
memanjang, alkali, organik dan bahan lain yang tidak sesuai ini tidak
lebih dari 3%.
c. Coarse agregate harus dengan gradasi yang baik dengan ukuran butir
antara 5 mm - 50 mm atau dengan ukuran yang dibatasi untuk pekerjaan-
pekerjaan khusus seperti yang ditentukan. Coarse agregate mempunyai
modulus yang baik (fitness modules) antara 6 - 7.5 atau bila dengan
pengetesan berarti sesuai dengan Standard Indonesia (PBI
1971).
d. Coarse agregate harus sesuai dengan spesifikasi yang ada. Apabila ditest
oleh Direksi tidak memenuhi spesifikasi, Kontraktor harus mengayak
kembali atau memproses material-material tersebut dengan biaya sendiri.
Kontraktor harus meningkatkan mutu produksi agregate sehingga
memenuhi syarat seperti yang disetujui oleh Direksi.
2.5. Bahan-bahan Perkuatan atau Batu
a. Batu diperoleh dari suatu pengambilan yang telah disetujui. Batu-batu
yang dipakai/digunakan adalah boulder atau batu gunung, mempunyai
berat jenis (spesific-gracity) minimum 2.4. Compression Strenght
(tegangan kompressi) tidak boleh kurang dari 400 kg/cm 2.
b. Untuk penggunaan pada pekerjaan pasangan batu, pasangan batu
kosong dan agregate jalan maka batu-batu tersebut harus keras, kasar,
padat dan tahan lama serta bebas dari retak ataupun pecah. Pasangan batu
kosong beratnya antara 10 - 25 kg/buah dan harus dibelah sedikitnya satu
sisi.
c. Batu untuk pasangan harus dibentuk/dibuat dengan ukuran seperti
pada gambar atau sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Direksi.

2.6. Bahan-bahan untuk Perkerasan


2.6.1. Base course
a. Material lapis dasar harus mempunyai ukuran partikel
maksimum 4 centimeter dan harus bergradasi baik (well graded)
dalam batasan-batasan berikut ini.

Standar Saringan U.S. Persentase Berat Lolos Saringan


25,4 mm ( 1 in.) 70 - 100
19,1 mm (3/4 in) 60 – 90
4,76 mm (No. 4) 30 – 60
2,0 mm (No. 10) 20 – 50
0,42 mm (No. 40) 10 – 30
0,074 mm (No. 200) 2 – 10
b. Bagian material yang kurang dari 0,2 millimeter (Saringan no.
70) harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25 dan indeks
plastisitas (Plasticity Index) yang tidak lebih dari 6.

2.6.2. Surface course


Agregat untuk makadam penetrasi bitumen harus terdiri dari batu
pecah atau kerikil pecah bersiku sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan pada Spesifikasi Teknis untuk agregat beton, atau seperti
ketentuan berikut ini :
a. Berat jenis dari material agregat tidak boleh kurang dari 2,65.
b. Agregat kasar (tertahan Saringan No. 4) harus mengandung tidak
kurang dari tujuh puluh lima persen (75 %) agregat yang memiliki
dua atau lebih permukaan fraktur.
c. Material agregat harus memenuhi persyaratan gradasi sebagai
berikut :
Persentase Berat Lolos Saringan
Standar
Saringan U.S. Agregat Kasar Agregat Halus
Agregat Kunci
51 mm (2 “) 100 - -
38 mm (1½”) 90 sampai 100 - -
25 mm (1”) 20 sampai 55 100 -
19 mm (3/4”) 10 sampai 20 90 sampai 100 -
12 mm (1/2”) 5 sampai 10 - 100
9,5 mm (3/8”) 0 sampai 5 20 sampai 55 85 sampai 100
4,7 mm (No. 4) - 0 sampai 10 10 sampai 30
2,4 mm (No. 8) - 0 sampai 5 0 sampai 10
d. Semua permukaan agregat harus kering ketika ditempatkan.
e. Fraksi kasar agregat, ukuran partikel lebih dari 4,7 mm
(Saringan No. 4), harus memiliki kadar air yang tidak melebihi
0,4 %, dan fraksi halus di bawah 4,7 mm harus memiliki kadar
air tidak melebihi 1 %.
f. Agregat yang digunakan harus mempunyai sifat sedemikian
sehingga apabila secara menyeluruh dilapisi material bitumen,
lapisan tersebut tidak akan lepas pada keadaan kontak dengan
air.

2.6.3. Aspal Bitumen


Bituminous asphalt materials untuk lapis awal dan bahan rekat
harus memenuhi persyaratan berikut ini :
i. Lapis awal (primer) : Lapis awal aspal bitumen harus memenuhi
Standar ASTM D2027-76 ; Designation MC70 : “Cutback
Asphalt”;
ii. Bahan rekat : Bahan rekat aspal bitumen harus memenuhi
Standar ASTM D946-82 “Penetration Grade Asphalt Cement for
Use in Pavement Construction” : penetration grade 85-100.
Material aspal harus dikirimkan dan ditangani dengan perlakuan
tertentu untuk menghindari kontaminasi dari air atau material lainnya.

3. TULANGAN
3.1 Bahan-Bahan dan Ukuran Tulangan
a. Semen tulangan beton harus baru dan dari tingkatan dan ukuran yang
sesuai dengan Indonesia Standard for Concrete N.I.2, PBI 1971 atau
ASTM Design Nation A.15 dan harus disetujui oleh Direksi.
b. Kontraktor dapat diminta untuk menyediakan sertifikat pengetesan
tulangan beton terhadap adukan yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan Direksi.

3.2. Pembuatan dan Pembersihan


a. Tulangan beton, sebelum dipasang harus bebas dari kotoran-kotoran,
karat, minyak, oli dan lapisan yang akan merusak atau mengurangi mutu.
Bilamana terdapat penundaan di dalam pengecoran beton, tulangan harus
diperiksa kembali dan dibersihkan bilamana perlu.
b. Tulangan harus dilekukkan dengan tepat menurut ukuran yang
ditunjukkan pada gambar-gambar yang dilampirkan atau gambar
konstruksi yang harus diselesaikan oleh Kontraktor.
c. Tulangan janganlah diluruskan atau dilekukkan kembali dengan cara yang
akan merusak bahan. Batangan dengan putaran/tekukan atau lekukan-
lekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar, janganlah digunakan.
Semua batangan harus dilekukkan dalam keadaan dingin. Pemanasan
hanya diperbolehkan bila seluruh operasi disetujui oleh Direksi.

3.3. Pemasangan
a. Tulangan harus ditempatkan secara tepat dan dijamin terhadap
penggesekan dengan menggunakan ikatan kawat besi atau klip-klip
yang cocok pada persilangan, dan harus diganjal dengan kepingan
beton atau logam sesuai dengan keperluan konstruksi. Di dalam semua
hal pengganjal yang cukup untuk tulangan mendatar harus digunakan
sehingga tidak akan ada pelenturan dari pada batangan atau ikatan.
Bilamana pengganjal tersebut akan digunakan untuk permukaan licin,
pengganjal-nya harus dibuat dari logam yang tidak berkarat.
b. Tulangan di dalam plat beton di atas tanah harus ditopang dengan
beton yang dicor sebelumnya. Kepingan beton harus mempunyai
permukaan datar dengan ukuran 5 - 7.5 cm kali 5 - 7.5 cm. Tulangan di
dalam semua ukuran plat lainnya dan di dalam balok harus ditopang
dengan logam.
c. Jarak minimum antara batang yang sejajar harus sama dengan diameter
batang, tetapi jarak bersih antara batang tidak kurang dari 1.2 x diameter
maksimum dari pada agregate yang kasar. Pada permukaan pondasi,
plat, dinding dan konstruksi pokok lainnya dimana beton dicor secara
langsung terhadap dasar, tulangan harus mempunyai lapisan penutup
beton min. 7.5 cm.

3.4. S a m b u n g a n
Bila diperlukan menyambung tulangan pada suatu titik selain dari yang
ditunjuk pada gambar, ciri sambungan harus ditentukan oleh Direksi. Panjang
penyambungan di dalam dinding tulangan dan harus min. 30 x diameter
tulangan dan harus disetujui oleh Direksi.
Setelah rencana tersebut disetujui atau diminta untuk memperbaiki oleh
Direksi, pekerjaan pengalihan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah disetujui. Pembayaran untuk pekerjaan sementara tersebut
ditanggung dalam item Prop. Sum sesuai dengan permintaan Kontraktor yang
dilampiri dengan penjelasan penggunaannya secara detail sesuai dengan
perintah Direksi.

3.5. Pengukuran dan Pembayaran


a. Harga satuan penawaran di dalam daftar kuantitas dan harga akan meliputi
harga yang tepat dimana tulangan digunakan, pembongkaran,
penyimpanan, penanganan dan pemasangan di tempat-tempat pemakaian
akhir di dalam konstruksi beton bertulang dan pekerjaan- pekerjaan
lainnya.
b. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk tulangan yang tertuang, hilang
atau tidak diperhitungkan sebagai akibat penanganan yang tidak tepat,
serta tulangan yang digunakan sebagai pengganti tulangan beton yang
rusak atau yang digunakan oleh kontraktor dengan tujuan memungkinkan
atau memudahkan pelaksanaan konstruksinya.
c. Semua biaya penyediaan tulangan sedemikian rupa harus sudah
termasuk ke dalam harga satuan penawaran seperti di dalam Daftar
Kwantitas dan Harga untuk uraian yang tepat dimana tulangan akan
digunakan.

4. ALAT DUGA AIR (Automatic Water Level Recording)


4.1. Manfaat
Untuk pengukur tinggi muka air secara otomatis real time dan data dapat
tersimpan dalam suatu memori. Data yang dapat direkam merupakan data
ketinggian muka air dan waktu, tanggal, hari dan tahun.
4.2. Jenis Alat
Alat penakar tinggi muka air otomatis (Automatic Water Level Logger /
AWLL) jenis pelampung dengan pulley yang dikonversikan ke dalam bentuk
digital oleh sensor dan dilengkapi dengan piranti penyimpan data (memory)
/ logger.
4.3. Operasi Alat
Alat akan merekam semua kejadian perubahan tinggi muka air pada badan air.
Data hasil yang sudah tersimpan di data logger dapat didownload untuk
ditampilkan dalam bentuk data tabular maupun grafik batang sesuai waktu
yang diinginkan pengguna.
4.4. Pemeliharaan
Lingkup pemeliharaan peralatan :
- Sensitifitas pulley.
- Sensitifitas sensor.
- Perawatan data logger.
- Perawatan sumber daya (power / battery)
- Perbaikan-perbaikan ringan
- Kalibrasi alat (antara bacaan peilschall dengan PC interface)

Spesifikasi Alat Duga Air

No. Diskripsi Spektek


1 Sensor duga air Tipe bandul
2 Logger Mempunyai :
 Interface/fasilitas koneksi ke serial modem dan
GSM modem.
 Interface /fasilitas data transfer.
 Interface tampilan data

3 Penyimpanan Memory Mempunyai :


 Kapasitas memory minimal dapat menyimpan
data 8 bulan data pencatatan dengan interval
waktu 1 jam.
 Fasiltas pengaturan interval waktu pencatatan
data.
 Fasilitas rotary ( berputar menghapus data yang
lama)
 Fasilitas reset data memory .

3 Penampil / Display - Menunjukkan :


 Tanggal
 Waktu (Jam, Menit dan Detik)
 No Stasiun
 Kode Wilayah
 Ketinggian air (Cm)
 Tinggi muka air saat pemasangan
 Battery status
- Otomatis off dalam 1 menit.

4 Interval waktu Interval penyimpanan data dapat diset dari 1 menit


hingga 24 jam
5 Power datalogger Battery / solar panel + battery.
Untuk satu tahun penggunaan secara menerus.
5 Kelengkapan - Tersedia tombol operasi
- Tersedianya fasilitas proteksi data.
- Dilengkai nomor identitas alat.
- Dilengkapi peilschall sepanjang 5 meter.
- Manual operasi dan pemeliharaan alat.

5. AIR
Semua air yang digunakan untuk pekerjaan beton, adukan dan grout harus bebas dari
lumpur yang dapat mengganggu, bahan organik, alkali, garam dan hal-hal lain
yang tidak baik. Air yang dapat digunakan di dalam semua beton, adukan dan grout
akan ditest oleh Direksi untuk menentukan kecocokannya terhadap keperluan-
keperluan.

5. BAHAN-BAHAN
LAIN
5.1. Batu-bata
Batu bata harus batu bata biasa, yang sesuai dengan Standard Indonesia
untuk batu bata NI 10 batu bata harus digolongkan sebagai berikut:
a. Batu bata klas I harus terbuat dari tanah yang baik, bekas dari deposit
saline harus dibakar dengan baik tanpa divitrivikasi, harus teratur,
seragam dalam bentuk dan ukuran dengan ujung yang tajam dan persegi,
permukaan sejajar dan mempunyai warna merah menyala atau tembaga;
Batu-bata klas I harus bertekstur homogen dan menimbulkan suara
gemerincing yang jelas bila dipukul dan harus bebas dari retakan,
serpihan, batu dan modul batu kapur.
b. Batu bata klas II harus dibakar sama baiknya seperti batu bata klas I
atau sedikit dibakar berlebihan tetapi tidak divitrivikasikan di dalam
bagian manapun dan harus memberi suara gemerin-cing yang jelas bila
dipukul. Perbedaan yang kecil dalam ukuran bentuk dan warna akan
diterima tetapi tidak sedemikian sehingga memberi bentuk yang tidak
teratur atau tidak rata.

5.2. Batu
Kapur
Batu kapur harus berupa batu kapur biasa yang sesuai dengan tuntutan
Standar Indonesia untuk Kapur N.I.7.

5.3. Tras dan Semen


Merah
Tras dan semen merah haruslah tras dan semen merah biasa sesuai dengan
tuntutan Standar Indonesia untuk tras dan semen merah NI. 20.

5.4. Bahan Tambahan


(Admixture/additif)
a. Kontraktor akan melengkapi dan memakai bahan tambahan campuran
beton (admixture) untuk memperbaiki mutu dan mempermudah pekerjaan
beton dan mortar.
Bahan tambahan lain untuk perbaikan pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan yang mungkin dipakai harus mendapat persetujuan Direksi.
Bahan tambahan harus disertai dengan sertifikasi pabrik yang sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
 Direksi akan menolak usulan pemakaian bahan tambahan yang
diajukan kontraktor bila dianggap bahan tambahan tersebut kurang
baik dipakai untuk menghasilkan homogenitas tinggi pada
pekerjaan yang bersangkutan.
 Kontraktor harus siap bila Direksi menganggap perlu untuk
mengajukan contoh dan melakukan test untuk contoh bahan dan
test tambahan setelah bahan sampai ke lokasi pekerjaan.
 Kontraktor harus bertanggung jawab pada kesulitan yang timbul
atau kerusakan yang terjadi akibat pemilikan dan pemakaian bahan
tambahan, seperti penundaan, kesulitan pengecoran beton atau
kerusakan beton atau kerusakan beton waktu pembukaan bekesting

Bahan tambahan lainnya bila dipakai harus memenuhi spesikasi yang


dibutuhkan seperti:

Bahan Tambahan Spesifikasi


Pengurangan Volume Udara ASTM C260-77
Pengurangan Kadar Air ASTM C 494-82, type A
Perlambatan Pengerasan Awal ASTM C 494-82, type B &

b. Kecocokan pemakaian bahan tambahan, dua macam atau lebih yang


dapat dipakai pada campuran beton, harus ditest dengan cara yang
disetujui oleh Direksi.
c. Penyimpanan cairan atau bubuk bahan tambahan untuk beton harus
ditempatkan pada gudang tahan air. Tempat penyimpanan harus
direncanakan di tempat dimana akan digunakan bahan tersebut.

5.5. K a y u
Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui. Kayu harus dari mutu
yang baik dan harus diawetkan dengan baik. Kayu harus bertekstur
seragam, berserat lurus bebas dari mata kayu, lobang-lobang bor, serangan
humus, pembusukan, titik-titik, pembongkokan, belitan atau retak-retak
serta kekurangan-kekurangan dan noda-noda lainnya. Semua persyaratan lain
harus dipenuhi seperti kekuatan tekan, tarikan, penyimpanan, penyusunan dan
kelas harus sesuai dengan tuntutan Standard Indonesia untuk kayu NI.5 atau
seperti yang ditentukan oleh Direksi.

5.6. Kawat Bronjong Anyaman


Kawat yang digunakan untuk bronjong atau krip atau groyne haruslah
kawat baja yang digalvanisir yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi
sesuai spesifikasi Standard Indonesia, dianyam dengan menggunakan mesin
penganyam/ pabrikasi atau sesuai petunjuk Direksi. Anyaman dibuat
dengan melilitkan dua batang kawat sebanyak 3 (tiga) lilitan membentuk
segi enam. Diameter kawat 4 mm untuk Bronjong anyaman manual dan
diameter kawat 3 mm untuk Bronjong anyaman pabrikasi seperti yang
ditentukan oleh Direksi.

5.7. Geotextile
Geotextile sebagai separator dan stabilisasi tanah harus memenuhi syarat
untuk mencegah kontaminasi dua lapisan aggregat yang berlainan jenis
tetapi sekaligus harus dapat meloloskan air tanpa terjadi penyumbatan.
Kontraktor harus menyerahkan contoh material disertai dengan sertifikat
dari pabrik yang menjelaskan kapasitas teknis dari material geotextile.
Sifat-sifat fisik geotextile :
a. Geotextile harus dari jenis yang tidak dianyam (non-woven), yang
terdiri dari serabut menerus dengan vahan polimer polypropylene yang
diproduksi dengan teknik needle punched. Kualitas dari polimer yang
dipakai harus bersertifikasi pabrik, tahan asam, alkaki dan zat kimia
didalam rentang pH 2-12 dan tidak mengalami hidrólisis pada kondisi
iklim tropis.
b. Geotextile harus mempunyai daya tahan terhadap pengaruh kontak
langsung dengan zat kimia yang umumnya ada di dalam tanah dan air
limbah serta memiliki daya tahan terhadap mikro biologis lainnya.
c. Geotextil harus mempunyai kualitas filtrasi yang memadai dan
permeabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan drainase pada
tanah berbutir halus dengan tingkat kejenuhan yang tinggi.
d. Geotekstile harus mempunyai jaringan serabut yang stabil sehingga
memiliki ketahan terhadap kerusakan selama proses konstruksi.
e. Geotextile yang dihasilkan dari potongan-potongan bahan fiber atau
daur ulang tidak diterima.
f. Setiap rol geotextile yang dikirim ke lapangan harus mempunyai kode
produksi dan pernyataan type yang tertera jelas pada pembungkus luar
maupun sepanjang lembaran denga interval tertentu untuk
pemerikasaan visual.

5.7.1. Geotextile type geomembran


Geotextile yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang
disebutkan berikut dengan metode pengujian yang sama.
Metode
Sifat-sifat Persyaratan Pengujian
a. Massa Nominal (gr/m2) 400 ISO 9864
b. Tebal (mm) 3.2 ISO 9863
c. Ketahanan Jebol CBR (N) 4250 ISO 12236
d. Ketahanan Jebol Metode Rod (N) 800 ASTM D
4833
e. Kuat Tarik (kN/m) 28 ISO 10319
f. Elongasi (%) 80/40 ISO 10319
g. Ukuran bukaan efektif (O95) (mm) 0.08 ISO 12956
h. Performance Energy 8.4
i. Dynamic Drop Cone Puncture 14 ISO 13433
j. Kuat Tarik Grab (N) 1770 / ASTM D
1650 4632
k. Permeabilitas vertikal (m/s) 3x10-3 ISO 11058
l. Kapasitas Pengaliran vertikal ISO 11058
(l/m2/s) 50
- 50 mm head 106
- 100 mm head
m. Kapasitas pengaliran horizontal ISO 12958
(l/m.h) 20.0
- 20 kPa 4.0
- 200 kPa

5.7.2. Geotextile type clay-liner, geo-cl


Geotextile type ini strukturnya lebih tebal dibandingkan dengan
geotextile jenis non woven dan type ini lebih cocok dipasang pada
timbunan yang menggunakan tanah liat. Geotextile berfungsi
sebagai penyokong tanah dengan daya tegangannya dan dapat
meneruskan air rembesan pada lokasi pekerjaan timbunan jalan,
timbunan tubuh bendungan dan sebagainya.
Material ini dibentang diatas permukaan tanah yang akan ditimbun
pada tanah lembek.
Bukaan
Kelas Kekuatan Kekuatan Ruang/ Permittiv
Fungsi
Geotextile tegangan Tekan Liang ity

1 2 3 4 5 6
Geotextile Penguatan Tanah 0.71 KN 0.42 KN 0.212 mm 1.4 jam-1
Klas I
Geotextile Penguatan Tanah
Klas II dan Rembesan 201.4 KN/m 120 KN/m 0.6 mm 0.32 jam-1

5.7.3. Geotextile non wooven


Bahan geotextile non wooven adalah crimped polyester fiber yang
diikat dengan cara needle-punched staple fibre yang dirancang
khusus dengan ketebalan tinggi, tahan terhadap coblosan (puncture)
tinggi dan kapasitas mulur (elongation) yang tinggi sehingga dapat
mengikuti deformasi tanah akibat beban besar.

Geotextile non wooven harus memiliki properti seperti tertera dalam tabel berikut ini :

Certified
Charecteristic value Test method Unit
value
Raw material PES/PP/PA

Mass per unit area DIN EN 965 g/m2 ≥600

Thickness (x-s) DIN EN 964-1 mm ≥5

Tensile strength (x-s)  DIN EN ISO 10319

Longitudinal KN/m ≥11,0

Transverse ≥11,0

Elongation at max. tensile DIN EN ISO 10319 %


strength
≥60
Longitudinal
≥40
Transverse
Puncture force (x-s)* DIN EN ISO 12236 Nm ≥1200

Elongation at static DIN EN ISO 12236 % ≥35


puncture strength
Effective opening size DIN E 60500 Part 6 mm ≤0,1

Water permeability
coefficient
DIN E 60500 Part 4 m/s ≤8,0 x 10-3
at a load 2 kN/m2 Kv
DIN E 60500 Part 7 m/s ≤1,7 x 10-2
Kh
Bonding method - - Needle
punched
Detector tested - - Yes

Standard roll dimension - m ≥5,0 x ≥50


Geotextile Filter cloth harus memiliki properti seperti tertera dalam tabel berikut ini :

Certified
Charecteristic value Test method Unit
value
Raw material PES/PP/PA
Mass per unit area DIN EN 965 g/m2 250
Thickness (x-s) DIN EN 964-1 mm 2-3
Tensile strength (x-s)  DIN EN ISO 10319
Longitudinal KN/m ≥11,0
Transverse ≥11,0
Elongation at max. tensile DIN EN ISO 10319 %
strength ≥60
Longitudinal ≥40
Transverse
Puncture force (x-s)* DIN EN ISO 12236 Nm ≥1200
Elongation at static puncture DIN EN ISO 12236 % ≥35
strength
Effective opening size DIN E 60500 Part 6 mm ≤0,1
Water permeability
coefficient DIN E 60500 Part 4 m/s ≤8,0 x 10-3
at a load 2 kN/m2 Kv DIN E 60500 Part 7 m/s ≤1,7 x 10-2
Kh
Bonding method - - Needle
punched
Detector tested - - Yes
Standard roll dimension - m ≥5,0 x ≥50
Geotextile non woven dibuat dan dihasilkan dibawah pengendalian
mutu yang ketat. Pabrik telah bersertifikat ISO 9001 (2000).

5.7.4. Geotextile sand container


Bahan geotextile sand container adalah geotextile non woven yang
dibuat dengan mekanisasi interlocking polypropylene, crimped
staple fibres melalui sebuah proses needle punching. Material yang
dihasilkan kemudian dirol di atas pipa yang dibuat khusus, tebal
dinding 6 mm. Setelah proses needle punching dan sebelum dirol,
material harus dites needle patah/hancur dengan detector metal dan
setiap metal yang ditemukan harus dibuang.

Geotextile sand container harus memiliki properti seperti terteta dalam tabel berikut ini :

Property Test Method * Unit Value


Mass per unit area DIN EN 965 g/m² ≥600
Thickness DIN EN 964-1 mm ≥5,0
Tensile strength at DIN EN ISO 10319 kN/m
break
Machine direction ≥25,0
(md)
Cross machine ≥40,0
direction (cmd)
Elongation at break DIN EN ISO 10319
Machine direction
(md) % ≥60
Cross machine % ≥40
direction (cmd)
Puncture force N ≥6.000
Puncture elongation DIN EN ISO 12236 % ≥35
Effective opening size DIN EN ISO 12956 mm ≤0,1
Permeability DIN EN ISO 11058 m/s ≤3,0 x 10-2
20
20

* Test method dari pabrik


Pabrik yang memproduksi harus terakreditasi dengan ISO 9001
(2000)
Geotextile sand container harus dijahit dengan type jahitan ganda
(double lock stitch) dan dengan menggunakan benang jahit
dengan spesifikasi berikut (untuk kedua sisi kantong) :
- Bahan dasar polypropylene, single ply Z twisted
- Warna biru
- Guarantee UV-treated
- Dapat di-recycle
- Tanpa sambungan
- Tahan terhadap air laut
Data teknis benang adalah seperti berikut :
Yield : 1.500 m/kg
Twist/mt : 65
Tensile strength : 360 N
Elongation at break : 15 %
Lubrication : 15 %
Denier 600, breaking strength : 37,5 kg
Proses pembuatan kantong geotextile harus dengan menggunakan
mesin khusus yang direkomendasi dan telah terbukti
pemakaiannya (referensi proyek). Untuk benang penutup kantong
juga harus memiliki spesifikasi khusus sebagai berikut :
- Terbuat dari benang Polyester 100%
- Type benang adalah staple spun polyester
- Mass per unit benang adalah 300 gram / m2
- Tahan terhadap sinar UV dan air laut
- Ukuran benang : Nm 20/5
- Meter per kilo : 2.350 m +/- 3%.
- Elongation : 16% +/- 4%.
- Strength : 95 N (+/- 3%)
Mesin yang digunakan untuk menutup kantong geotextile juga
harus memiliki type double lock stitch dengan mesin yang
direkomendasi dan telah terbukti pemakaiannya (referensi
proyek).

5.8. Batu < 250 Kg, 250 Kg – 1.000 Kg dan batu > 1000 Kg
Lokasi Pengambilan Material (Batu) dari sekitar lokasi pekerjaan sepanjang
masih memenuhi persyaratan atau pada tempat lain yang disetujui Direksi.
Batu tersebut harus tahan terhadap cuaca (udara, air, panas dan dingin,
getaran, tekanan) dan mempunyai kepadatan yang memenuhi syarat.
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
sebelum pengadaan material dengan menunjukkan contoh / sample
material yang akan digunakan.
Pengujian material harus memenuhi syarat standart ASTM atau standart lain
yang diakui, dengan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.
Pegujian bahan batu yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
 Abration Test (ASTM C-131-03) dengan model test diijinkan lebih kecil
atau sama dengan 10% - 20% dari batu mengalami kehausan.
 Berat isi atau kepadatan bahan tidak kurang dari 2 t/m3

5.9. Kayu Cerucuk


Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu bakau dengan
berdiameter antara 10–15 cm. Apabila menggunakan kayu lain harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.
5.10. Drain Hole
Drain hole terbuat dari bahan pipa PVC berdiameter seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dengan panjang 50 cm (atau disesuaikan
dengan ketebalan konstruksi) dan terdiri dari bahan ijuk, kerikil. Pemakaian
pipa PVC, ijuk dan kerikil harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direksi.

5.11. Gebalan Rumput


Gebalan rumput harus berakar dan dicangkul setebal ± 4 cm. Gebalan
rumput harus segera ditanamkan dalam jajaran bersambung dan segera disiram
air. Agar gebalan tidak tergelincir maka harus dipasang pasak bambu
sedalam 10 cm. Rumput yang ditanam adalah jenis rumput Pait- paitan dengan
pola tanam papan catur.

5.12. Bahan-bahan sumur pompa


5.12.1. Kayu
Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui direksi, dengan
mutu yang baik atau menurut persetujuan direksi dimana kayu
tersebut akan digunakan.

5.12.2. Pipa
PVC
Pipa yang dipakai adalah Pipa PVC yang bertekanan 10 kg/cm2,
sesuai dengan standar JIS atau SII dengan diameter 6 inchi atau
diameter 4 inchi. Cara penyambungan menggunakan lem pipa
yang berstandar JIS atau SII. Semua bahan yang akan digunakan
untuk pekerjaan harus persetujuan direksi.

5.12.3. Pipa GIV DIA 6” dan


4”
Pipa GIV yang dipakai adalah Pipa GIV yang ketebalannya 4,2 mm
sesuai dengan standar JIS atau SII dengan diameter 6 inchi dan 4
inchi. Cara penyambungan menggunakan material las dan socket.
Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan harus
persetujuan direksi.

5.12.4. Pipa-pipa Sumur


Pipa konstruksi sumur yang dipakai adalah pipa GIV sesuai dengan
standar JIS atau SII dengan diameter 10 inchi dan 6 inchi. Cara
penyambungan menggunakan material las dan socket. Semua
bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan harus persetujuan
direksi.

5.12.5 Pipa saringan


Pipa saringan sumur yang dipakai adalah pipa low carbond steel
0,4 mm sesuai dengan standar JIS atau SII dengan diameter 10
inchi dan 6 inchi. Cara penyambungan menggunakan material las
dan socket. Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan
harus persetujuan direksi.

5.12.6. Cable-cable
Pompa
Cable yang dipakai untuk pompa Submersible adalah Cable
NYYHY dengan ukuran 3 core x 6 mm. Untuk Cable probe
automatic water level adalah Cable NYYHY dengan ukuran ukuran
3 core x 3 mm. Semua bahan yang akan digunakan untuk
pekerjaan harus persetujuan direksi.

5.12.7. Wire Rope


Wire Rope untuk pengaman pompa dengan ukuran 6 mm dan
ditambah Star clam untuk pengikat cable. Semua bahan yang akan
digunakan untuk pekerjaan harus persetujuan direksi.
5.13. Pintu Air
Pintu air yang digunakan adalah harus dari pabrik atau perbengkelan pintu air
yang sudah berpengalaman. Pengguna jasa dan/atau Direksi Teknis berhak
menolak perbengkelan tersebut jika dipandang pengalamannya dalam
pembuatan pintu air belum memenuhi syarat. Disamping berpengalaman,
perbengkelan pintu air juga harus memiliki peralatan sandblansting dan
coating worly, karena untuk pekerjaan pintu materialnya (besi) harus
dilakukan sandblansting dan coating worly.
Penunjukan perbengkelan pintu air harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari pengguna jasa dan/atau Direksi Teknis.

5.14.Wiremesh
Wiremesh yang digunakan merupakan hasil produksi pabrik (pabrikan)
dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Jenis material : besi ulir dia. 5 (m – 5)
Jenis material : besi ulir dia. 6 (m – 6)
- Ukuran lembar : 2,1 x 5,4 m
- Jarak kotak standar : 150 mm x 150 mm
Wiremesh yang digunakan harus memenuhi standar SNI. 07 – 0663 -1995.
Sebelum dilakukan pemasangan, wiremesh yang diajukan terlebih harus
mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa/atau Direksi Teknis.

5.15.Sheet Pile Baja Type FSP – II


Sebelum pekerjaan sheet pile dikerjakan terlebih dahulu kontraktor harus
melakukan test tanah (sondir) setiap 5 m – 30 m dengan titik sondir 3
tempat test untuk dapat menentukan berapa panjang sheet pile yang
dibutuhkan sesuai dengan hasil test labotorium.
Sheet Pile yang kita gunakan produk jadi atau pabrikan dengan spesifikasi
sebagai berikut :
- Lebar : 400 mm
- Tinggi : 100 mm
- Ketebalan : 10,50 mm
- Panjang : 12 m
- Berat Per Unit : 48 Kg/m
- Moment Inersia : 8.740 cm4/m
- Modulus Elastisitas : 874 cm3/m
Semua tiang pancang (sheet pile) baja yang dikerjakan harus sesuai dengan
spesifikasi yang tersebut diatas dan setiap syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan lainnya dari cara pelaksanaan harus sesuai peraturan-peraturan
terkait lainnya yang sudah dibakukan.

5.16.Sheet Pile Beton (RFC)


Sebelum pekerjaan sheet pile dikerjakan terlebih dahulu kontraktor harus
melakukan test tanah (sondir) setiap 5 m – 30 m dengan titik sondir 3
tempat test untuk dapat menentukan berapa panjang sheet pile yang
dibutuhkan sesuai dengan hasil test labotorium.
Sheet Pile yang kita gunakan produk jadi atau pabrikan dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a. Flat Type

Lenght B T Crack Ultimate


Type (mm
(m’) (mm) (Tf-m) (Tf-m)
)
FPC-220-A-500 9 – 12 500 220 3,32 5,39
FPC-320-A-500 9 – 12 500 320 6,05 7,85

b. Corrugated Type
Lenght Top End Section (mm)
Type
(m’) H t i j e
W-325 A – 1000 9 - 12 325 110 125 200 430
W-400 A – 1000 9 - 12 400 120 200 200 370

Lenght Middle Section (mm)


Type
(m’) a b c d h f
W-325 A – 1000 9 - 12 109 169 338 63 215 100
W-400 A – 1000 9 - 12 130 148 296 93 280 100

Semua tiang pancang press tress (sheet pile) beton yang dikerjakan harus
sesuai dengan spesifikasi yang tersebut diatas dan setiap syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan lainnya dari cara pelaksanaan harus sesuai peraturan-
peraturan terkait lainnya yang sudah dibakukan.
BAGIAN - III
PELAKSANAAN
PEKERJAAN

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
LAPANGAN
a. Pekerjaan pembersihan adalah pada lokasi/lapangan pekerjaan maupun
lokasi untuk jalan masuk peralatan agar dapat ditempuh langsung dengan
mudah. Semua daerah yang ditempati bangunan atau yang dilewati jalur
bangunan dibersihkan sesuai petunjuk Direksi. Pembersihan meliputi
pembersihan pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Hasil pembersihan itu harus ditempatkan diluar
tempat kerja atau dibuang, kecuali ada ketentuan lain sesuai petunjuk Direksi.
b. Pekerjaan tebas tebang dilakukan pada lokasi pekerjaan yang banyak
ditumbuhi pepohonan dengan diameter lebih besar 30 cm, yang bertujuan untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan tersebut dipotong-potong dan kemudian
ditumpuk pada suatu lokasi/ tempat dengan syarat tidak menggangu
lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya sesuai dengan persetujuan Direksi
c. Pekerjaan cabut tunggul dilaksanakan pada lokasi dimana akan dibangun
suatu bangunan tanggul yang banyak terdapat pepohonan, apabila tidak
dilaksanakan pekerjaan cabut tunggul dibuang keluar lokasi pekerjaan
dengan syarat tidak merusak lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya atas
persetujuan dari Direksi.
d. Kontraktor diminta untuk memulai pekerjaan pembersihan ini sebelum
pekerjaan utama dimulai.
e. Semua kerusakan yang timbul akibat pekerjaan tersebut terhadap milik
umum atau perseorangan yang dilaksanakan untuk kontraktor, hal tersebut harus
diperbaiki atau diganti atas biaya kontraktor.

2. PEKERJAAN UITZET/PENGUKURAN UNTUK M.C. NOL DAN


PEMASANGAN PROFIL
a. Untuk mendukung pelaksanaan pekerjan konstruksi, Kontraktor harus melakukan
pengukuran terlebih dahulu. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran tersebut harus
disaksikan oleh pengawas/pihak Direksi yang akan menunjukkan titik referensi.
b. Patok-patok sementara yang terpasang dibuat dari kayu, dipasang pada setiap
jarak antara 25 sampai 50 meter atau ditentukan dalam jarak lain, menurut
pertimbangan teknis oleh Direksi. Patok-patok ini dipasang sedemikian rupa
sehingga tidak mudah goyang atau hilang dan patok ini dipakai sebagai titik
uitzet, dimana ketinggian patok tersebut dapat diketahui dari hasil pengukuran.
Agar mudah terlihat, patok dicat warna merah.
c. Kontraktor diwajibkan menjaga titik uitzet ini sebagai titik bantu dalam
pelaksanaan pekerjaan baik oleh Direksi pekerjaan ataupun oleh Tim Pemeriksa
Serah terima Pekerjaan. Apabila patok/titik uitzet tersebut hilang/rusak maka
Kontraktor diwajibkan mengganti patok baru dengan persetujuan Direksi atas
biaya Kontraktor.
d. Pengukuran M.C.-0, untuk mutual chek nol yang akan menghasilkan:
 Data Ukur
 Gambar situasi
 Gambar profil memanjang
 Construction drawing (CD)
e. Setiap hasil pengukuran baik yang data ukur dan gambar harus diketahui dan
diparaf dan ditandatangani oleh Pihak Kontraktor serta Pihak Direksi. Data
dan gambar yang disajikan harus dibuat pada kertas reproduksi yang berkualitas
baik, sehingga hasilnya dapat dibaca dengan jelas dan dijilid rapi.
f. Kontraktor harus telah menyerahkan gambar-gambar Contruction Drawing (CD)
dari pengukuran M.C.-Nol, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk diperiksa oleh Direksi
sebelum dilakukan persetujuan.
g. Setiap ada terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dituangkan
dalam gambar dan tulisan dan boleh dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
pihak Direksi.
h. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau dalam
ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini dianggap larut dalam harga
satuan pekerjaan lainnya.

3. PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


a. Sesuai persyaratan dalam Kontrak, maka Kontraktor harus mengadakan
Mobilisasi peralatan yang akan dipakai dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Biaya mobilisasi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendatangkan
alat berat ke dan dari lokasi pekerjaan.
c. Pembayaran untuk pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi dilakukan lamp
sump dalam 2 (dua) tahap yaitu :
 Tahap kesatu sebesar 50% (lima puluh persen) pada tahap akhir mobilisasi
(mendatangkan alat), dan alat siap dioperasikan.
 Tahap kedua sebesar 50% (lima puluh persen) pada saat pekerjaan
konstruksi siap 100% (seratus persen), dan alat sudah dipulangkan.

4. DIREKSI KEET, BARAK KERJA/GUDANG DAN LAIN-LAIN


a. Kantor Direksi Lapangan yang disiapkan oleh kontraktor adalah merupakan
bagian dari persiapan kontraktor dalam pekerjaan sementara sesuai dengan yang
tertuang dalam spesifikasi umum.
b. Barak kerja untuk pemondokan pekerja maupun bangunan gudang, bengkel
sebagai penyimpanan bahan/material ataupun peralatan kerja harus sesuai
dengan spesifikasi umum.
c. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau dalam
ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini dianggap larut dalam harga
satuan pekerjaan lainnya.

5. PEMBUATAN /PEMELIHARAAN JALAN MASUK


a. Untuk kelancaran mendatangkan bahan/material maupun alat-alat berat ke dan
dari lokasi proyek, Kontraktor dapat memanfaatkan jalan desa, jalan inspeksi
yang sudah ada.
b. Apabila jalan masuk tersebut rusak yang diakibatkan lalu lalangnya alat-alat
berat dan lain-lainnya ke dan dari lokasi proyek, kontraktor harus
memperbaikinya.
c. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau dalam
ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini dianggap larut dalam harga
satuan pekerjaan lainnya.

6. DEWATERING
Pekerjaan pengeringan (Dewatering) harus dilakukan untuk pekerjaan yang
mempunyai elevasi dibawah permukaan air dan dilakukan secara terus menerus
hingga konstruksi pasangan maupun beton bertulang sudah mengering dengan
sempurna. Tidak dibenarkan melakukan pasangan batu maupun beton dalam keadaan
tergenang air .
6.1. Pengukuran dan
Pembayaran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan Dewatering (pengeringan) dilakukan
menurut harga satuan lump sump atau disesuaikan dengan satuan seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pekerjaan yang dilaksanakan
menurut kebutuhan dalam pekerjaan konstruksi seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga atau sesuai yang ditentukan oleh Direksi.

7. QUALITY
CONTROL
Kontraktor berkewajiban untuk melakukan quality control terhadap semua
pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan.
Quality control pekerjaan timbunan akan meliputi test-test sebagaimana berikut:
- Water Content
- Specific
Gravity
- Atterberg Limit
- Gradasi dan grain size
analysis
- Test Hydrometer
- Test
Permeabilitas
- Standart Compaction
- Konsolidasi
- Uncofined Compression Test
Untuk Pekerjaan Beton dilakukan Test Sebagai Berikut :
- Test Tekan Beton atau Schmidt Hammer
- Slump Test Beton
- Test
Vicat
Apabila dipandang perlu oleh Direksi, maka Kontraktor berkewajiban untuk
melaksanakan test/pengujian tambahan sebagaimana diminta oleh Direksi dan
Kontraktor tidak berhak untuk meminta biaya tambahan berkenaan dengan hal
tersebut. Apapun hasil test, tidak membebaskan Kontraktor terhadap kewajiban
dan tanggung-jawabnya terhadap keamanan dan stabilitas konstruksi.

II. PEKERJAAN
TANAH

1. Ruang Lingkup
Pekerjaan
Semua pekerjaan tanah yang diminta untuk dilaksanakan pada dokumen-dokumen
kontrak untuk semua tujuan yang bersangkutan, dan seperti yang diminta oleh
direksi, akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
diajukan disini akan berlaku kecuali bila untuk suatu item pekerjaan tertentu. Tempat
pengambilan dan pembuangan tanah menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

2. Pembersihan
a. Semua tanah yang perlu dikerjakan harus diadakan pembersihan seperti ditentukan
oleh direksi. Tanah harus dibersihkan dari semua pohon-pohon, semak dan bahan
yang mengganggu lainnya dan bahan tersebut akan dibuang ketempat yang
disetujui oleh direksi.
b. Sisa-sisa bongkaran bangunan harus dibuang ketempat sesuai persetujuan
direksi.
c. Penyedia jasa akan diminta untuk melakukan pembersihan sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai.
d. Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan atau bangunan masyarakat atau
pemerintah yang disebabkan pelaksanaan kontraktor di dalam pembersihan
akan diperbaiki atau diganti atas biaya kontraktor.
e. Ukuran dan Pembayaran.
Pembersihan lapangan dalam spesifikasi ini dibuat atas dasar harga satuan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang meliputi pecabutan pohon-pohon,
pembersihan akar-akar pohon dan bangunan yang dibongkar (dimana tidak
termasuk pembersihan gulma, rumput dan semak) dan sayarat-syarat lain yang
sesuai dengan spesifikasi.

3. Galian Umum
a. Semua galian akan dilaksanakan sesuai dengan syarat bab ini dan dengan profil
dan elevasi yang ditunjukkan gambar-gambar atau ditentukan oleh direksi.
b. Selama berlangsungnya pekerjaan, mungkin perlu atau diminta oleh direksi untuk
merubah kemiringan-kemiringan ataupun dimensi-dimensi galian dengan
mengadakan revisi kemiringan ataupun dimensi gambar dengan spesifikasi ini.
c. Jika galian tidak ditutup oleh konstruksi maka galian harus dibuat dengan
dimensi penuh yang diminta yang disempurnakan menurut profil dan elevasi yang
diberikan. Semua tindakan yang perlu harus diambil untuk menjaga agar material
dibawah dan diatas profil dalam kondisi sebaik mungkin. Setiap galian yang
dibuat untuk memudahkan kontraktor dengan suatu alasan atau tujuan kecuali bila
ditentukan lain, harus ditimbun kembali bila diminta atas biaya sendiri.
d. Penyedia jasa harus menjaga dan mengontrol kecepatan dan penambahan dan
penurunan muka air terhadap galian sehingga tidak membahayakan stabilitas
lereng-lereng atau bangunan-bangunan, pondasi-pondasi, konstruksi- konstruksi
dan lainnya.
e. Semua galian harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menjaga stabilitas
jalan-jalan dan konstruksi berdekatan lainnya.

4. Ukuran dan Pembayaran


Galian tanah harus pada ketentuan yang ditunjukkan dalam gambar yang telah
disetujui oleh direksi, termasuk pemindahan ketentuan pembuangan atau penimbunan
apabila galian tersebut digunakan kembali. Apabila tidak ditunjukkan pada gambar,
galian tanah harus diukur untuk mendapatkan gambaran pasti atau menggunakan
ketentuan lain yang paling baik tingkat dan ukurannya dan disetujui direksi.

5. Bahan-bahan yang Digali


a. Semua hasil bahan galian yang cocok dengan spesifikasi yang diminta akan
digunakan dan akan ditempatkan pada lokasi tertentu langsung dari tempat
penggalian, kecuali bahan galian yang akan dipakai untuk penimbunan
kembali sesuai dengan petunjuk direksi harus ditempatkan disekitar tempat-
tempat dimana penimbunan kembali akan dilaksanakan. Bahan galian yang
akan digunakan untuk penimbunan tanggul harus dipadatkan dengan kadar air
yang optimum yang dapat diperoleh dengan penyiraman atau dengan cara lain
yang cocok sebelum dan selama penggalian.
b. Semua timbunan dan timbunan kembali disekitar bangunan pada lereng-lereng
dan garis batas bangunan sampai dengan permukaan tanah asli harus diapadatkan
dengan alat pemadat, sedangkan timbunan atau timbunan kembali diatas
permukaan tanah asli harus diperlakukan sebagai pemadatan tanggul, kecuali bila
ditentukan lain pada gambar.
c. Apabila hasil galian yang cocok tidak mencukupi untuk penimbunan tanggul,
kisdam, timbunan kembali pada bangunan dan pekerjaan timbunan lainnya yang
ditunjuk dalam gambar atau sesuai perintah direksi, maka dapat dipakai
timbunan tanah didatangkan untuk mencukupi volume pekerjaan tersebut
sesuai dengan gambar rencana.
d. Bahan-bahan yang berisikan kayu, akar, humus dan lainnya yang tidak
berguna dan bahan galian yang tidak dibutuhkan untuk timbunan kembali
pada bangunan, tanggul-tanggul dan konstrusi permanen lainnya, harus
ditempatkan pada tempat pembuangan yang telah ditentukan oleh direksi.

6. Timbunan Umum
a. Timbunan harus ditempatkan pada garis-garis dan profil-profil yang
ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh direksi sesuai dengan
spesifikasi.
b. Semua bahan timbunan dan timbunan kembali harus terdiri dari hasil galian
yang baik dan disetujui oleh direksi yang dihamparkan dalam lapisan-lapisan dan
dipadatkan sebagaimana ditentukan dalam syarat teknik atau sesuai atas garis-
garis elevasi yang ditunjukkan pada gambar.
c. Bilamana timbunan lokal yang sesuai tidak cukup, maka kekurangan
didatangkan yang harus diusahakan oleh kontraktor dan dibawa kelokasi.

7. Galian di Tempat Pengambilan Tanah


Penyedia jasa harus memperoleh tanah yang cocok untuk pemadatan timbunan, jalan
inspeksi dan pekerjaan lainnya. Daerah tempat pengambilan tanah, kedalaman dan
kemiringan harus mendapat persetujuan dari direksi. Bilamana menurut direksi
bahan-bahan yang diperlukan tidak cocok, maka kontraktor tidak boleh menggunakan
tanah tersebut dan mengganti dengan tanah yang lain.

8. Pemadatan
a. Timbunan tanah dan timbunan kembali yang direncanakan pada gambar atau oleh
direksi harus dipadatkan pada suatu garis lurus (jalur), tersusun padat dan
berlereng seperti yang ditunjukkan pada gambar atau seperti yang ditetapkan oleh
direksi.
b. Material yang dipadatkan harus ditimbun (dikumpulkan) dalam lapisan horizontal
dengan tebal tidak boleh lebih dari 25 cm sesudah dipadatkan dan pendistribusian
material akan homogen dan bebas dari bentuk pengelupasan berkantong, retakan
atau ketidaksempurnaan.
c. Penggalian dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sehingga material yamg
dipadatkan tercampur dan dijamin pemedatannya dapat mencapai tingkat terbaik.
Bila menggunaka tamping roller kaki tamping roller harus dijaga tetap bersih dari
material yang merugikan keefektifan kerja dari tamping roller.
d. Untuk beberapa bagian dari timbunan tanah atau timbunan kembali yang
berdekatan dengan bangunan termasuk pipa-pipa beton dimana pemadatan
timbunan tanah atau timbunan kembali dibutuhkan, dalam hal tersebut tidak
memungkinkan mencapai pemadatan yang memadai dengan pemadatan
rolling, timbunan tanah atau timbunan kembali harus dipadatkan dengan
tempers mekanis pada tingkatan yang sama pada pemadatan mendekati timbunan
tanah atau timbunan kembali dipadatkan.
e. Pemadatan dengan tenaga manusia.
Material yang akan dipadatkan harus dihamparkan dan lapisan-lapisan horizontal
yang tebal tidak lebih dari 15 cm. Alat stemper tangan mempunyai berat tidak
lebih dari 15 kg, dan tinggi jatuh untuk menyelesaikan pekerjaan adalah 30 cm.
Material dipadatkan harus mencapai density yang dimaksud. Metode pemadatan
harus disetujui oleh direksi.
f. Dalam menempatkan alat pemadat dalam hal pekerjaan timbunan kembali atau
timbunan tanah yang berhubungan dengan pipa beton, kedua sisi pipa dipukul dan
dipadatkan sehingga menjadi perletakan pipa yang kuat. Material kemudian
harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lajuran seperti yang ditetapkan.
g. Percobaan pemadatan. Sebelum dimulai pekerjaan timbunan, penyedia jasa
harus menunjukkan kepada direksi, peralatan dan cara-cara penempatan material
timbunan dan pemadatannya paling tidak tiga lapisan percobaan timbunan.

9. Galian Tanah
Berpasir
a. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan menggali tanah berpasir untuk
perapihan tanah asli guna meletakkan batu.
b. Lokasi penggalian yang akan dilaksanakan adalah sepanjang jalur rencana
Revetment.
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus terlebih dahulu dilakukan
pengukuran memanjang dan melintang sehingga diperoleh titik-titik elevasi dasar
yang akurat. Setelah penggalian selesai harus dilakukan pengukuran kembali
untuk mendapatkan besarnya volume galian yang diratakan.
d. Untuk menentukan titik-titik elevasi, dipasang patok-patok yang berjarak
antara 20 meter hingga 50 meter atau sesuai arahan Direksi.
e. Galian menggunakan Excavator.
f. Hasil galian dibuang pada lokasi tempat pembuangan yang aman terhadap
dampak lingkungan atas persetujuan Direksi.
g. Tempat pembuangan diupayakan agar tidak berdampak terhadap lingkungan
disekitar lokasi yaitu dengan membuat benteng atau urugan tanah sesuai petunjuk
Direksi yang biayanya sudah larut dan sudah diperhitungkan pada biaya
penggalian.
h. Volume yang dibayar adalah volume galian dihitung dalam satuan meter kubik
(M3) sesuai dengan tampang hasil penggaian terakhir.

10. Galian Tanah


(Mekanik)
a. Semua galian menggunakan alat berat, galian ini harus dilakukan sesuai
dengan Gambar yang ditentukan dan Syarat-Syarat Teknik ini atau seperti
diperintahkan oleh Direksi. Selama pekerjaan berlangsung Direksi mungkin
mengubah lereng, kemiringan atau dimensi galian karena sesuatu sebab.
b. Kontraktor tidak akan mendapatkan biaya tambahan akibat perubahan
semacam itu. Galian lain yang dilakukan oleh Kontraktor untuk keperluannya
sendiri seperti untuk jalan masuk atau untuk mengangkut bahan hasil galian harus
mendapat persetujuan Direksi dan atas biaya Kontraktor dan tidak dapat
dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
c. Kontraktor harus selalu berusaha agar batuan di bawah galian berada dalam
kondisi tidak terganggu. Semua penggalian yang melebihi batas yang
ditentukan oleh Direksi dianggap tidak sah dan tidak dapat dibebankan kepada
Pimpinan Proyek.
d. Kecuali kalau Direksi memerintahkan lain, semua galian-lebih harus ditimbun
kembali dengan tanah, tanah dipadatkan, beton atau bahan lain yang
ditentukan oleh Direksi atas biaya Kontraktor. Namun demikian apabila galian
lebih terjadi akibat keadaan geologi yang tidak menguntungkan dan bukan karena
kelalaian Kontraktor maka Kontraktor berhak atas suatu pembayaran untuk
mengisi kembali galian-lebih tersebut.
e. Pembayarannya berdasarkan harga satuan yang sesuai dengan bahan yang
digunakan dan harga satuannya sudah ada dalam Kontrak. Semua galian untuk
pondasi bangunan harus merupakan galian dalam keadaan kering. Tidak ada
biaya tambahan untuk galian dalam keadaan basah.
f. Kontraktor harus mengambil semua tindakan guna melindungi lereng galian
terhadap erosi atau degradasi selama pekerjaan berlangsung. Biaya untuk
pekerjaan ini harus dimasukkan dalam harga satuan pekerjaan yang berkaitan
dengan penggalian.
30
30

g. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi kemiringan
lereng galian harus mengikuti Tabel berikut. Selain itu untuk setiap tinggi 6 m
harus dibuat berm lebar 2 m pada galian tanah.
Bahan Kemiringan Keterangan
(V:H)
Batuan 1 : 0.3 Untuk lereng permanen
1 : 0.2 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
Batuan lapuk 1 : 1.0 Untuk lereng permanen
1 : 0.6 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
Tanah 1 : 1.5 Untuk lereng permanen
Tanah residual 1 : 1.0 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
Aluvium 1 : 2.5 Untuk lereng permanen
1 : 2.0 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali

h. Golongan bahan yang digali ditentukan oleh Direksi berdasar klasifikasi yang
berlaku dalam Spesifikasi Teknis ini.
i. Sebelum pekerjaan dimulai dan segera setelah pekerjaan selesai harus
dilakukan pengukuran volume galian. Kontraktor harus memasang tanda-
tanda di lapangan sehingga kondisi sebelum dan setelah penggalian dapat
diketahui guna menghitung volume galian. Kemudian hasil pengukuran
Kontraktor akan diperiksa ulang oleh Direksi.
j. Paling lambat 7 hari sebelum mulai pekerjaan pengukuran Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi suatu rencana yang menunjukkan tata-letak semua
patok, garis referensi, profil dan rincian metode pengukuran yang akan digunakan
untuk menghitung volume.
k. Garis referensi dan patok harus dipasang di lapangan paling lambat 24 jam
sebelum pengukuran dimulai dan memberitahukan hal itu kepada Direksi.
l. Semua jenis referensi dan patok harus tetap berada di tempatnya dalam kondisi
baik sampai waktu yang ditentukan oleh Direksi untuk memungkinkan Direksi
dapat melakukan pengukuran ulang.
m. Semua catatan lapangan pengukuran dan penghitungan volume galian harus
diserahkan kepada Direksi.
n. Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan dipakai dasar untuk
mengajukan pembayaran tambahan harus dilakukan dengan kehadiran
Direksi. Kontraktor harus memberitahukan Direksi sebelumnya sehingga
pengukuran bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi kemajuan pekerjaan
penggalian.

11. Timbunan Blanket


a. Semua lapisan tipis (seam) lempung, retakan (crack) dan rekahan
(kekar/joint) pada permukaan batuan pondasi lebih besar dari 25 mm harus
dibersihkan sampai kedalaman tidak kurang dari tiga kali lebarnya pada
permukaan dan diisi kembali dengan slash grout, adukan semen atau beton
atau sesuai arahan oleh Direksi.
b. Direksi dapat meminta Kontraktor untuk melakukan penanganan celah dan
retakan permukaan yang lebih kecil agar di-grouting khusus, sikat masuk
adukan semen, atau dengan aplikasi pneumatic dengan mortar, gunite atau
shotcrete.
c. Cekungan, ketidakteraturan dan lubang besar pada permukaan pondasi dan bekas
galian sumur uji (test pit) atau investigasi bawah tanah lainnya harus diisi
kembali sesuai arahan Direksi dengan beton atau material urugan yang
memenuhi spesifikasi material urugan dan dipadatkan sebagaimana diuraikan
pada pasal sebelumnya.
d. Segera sebelum penempatan lapisan zona urugan utama, permukaan pondasi
harus dibersihkan dari semua material lepas atau pengganggu.
e. Air yang tertampung di cekungan harus dibersihkan dengan tangan atau
dengan alat lainnya sesuai persetujuan Direksi.
f. Sebaliknya bila permukaan pondasi terlalu kering permukaan pondasi dapat
dibasahi sesaat sebelum penempatan material urugan guna mendapatkan lekatan
yang baik dengan lapisan pertama material urugan.
g. Kontrol Kelembaban dan Density
Kelembaban seluruh lapisan material urugan sebelum dan selama pemadatan
harus dijaga seragam. Kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi, kadar air dari
material urugan harus memenuhi ketentuan sesuai Standard ASTM D 2216
sebagai berikut:
 Kadar air material zona urugan sebelum, selama dan sesaat setelah
pemadatan harus dalam kisaran minus satu persen (-1%) sampai plus tiga
persen (+3%) dari kadar air optimum (OMC) sebagaimana didapat dari uji
pemadatan yang dilakukan berdasarkan Standard ASTM D 698; dengan
catatan bahwa rata-rata kadar air material harus dalam kisaran OMC
sampai plus dua persen (+2%) OMC.
 Pengkondisian kadar air material urugan harus dilakukan sebelum
pengangkutan ke lokasi konstruksi yaitu pada lokasi sumber material atau
tempat penimbunan sementara (stockpile).
 Metode untuk mendapatkan kadar air yang ditentukan dari material urugan
adalah merupakan tanggung jawab Kontraktor dengan mendapatkan
persetujuan Direksi. Tambahan kelembaban mungkin dapat diberikan pada
urugan jika secara spesifik diarahkan dan disetujui Direksi dan tambahan
kelembaban tersebut harus dilaksanakan dengan menggunakan kendaraan
penyemprot (sprinkle) atau sejenisnya sesuai persetujuan Direksi.
 Density kering material urugan sesaat setelah pemadatan tidak boleh kurang
dari 98% dari Density Kering Maksimum (DKM) sebagaimana didapat dari
uji pemadatan standard yang dilakukan berdasarkan prosedur standar
ASTM; dengan catatan bahwa rata-rata density kering material tidak boleh
kurang seratus persen (100%) density kering maksimum.
 Kadar air dan density saat penempatan, dan kadar air optimum dan densitas
kering maksimum material urugan akan ditentukan oleh Direksi secara berkala
dengan uji lapangan dan laboratorium berdasarkan sampel acak sesuai dengan
pasal sebelumnya pada bab ini.
 Jika kadar air atau density pada saat penempatan sebagaimana ditentukan
dalam uji kontrol tidak dapat dipenuhi maka Direksi akan meminta Kontraktor
untuk mengganti material atau untuk mengolah material sedemikian sehingga
kadar air dan densitynya dapat diperbaiki sesuai ketentuan. Hal ini perlu
diperiksa dengan pengujian berikutnya.
 Direksi mempunyai hak untuk mengubah kadar air yang diijinkan setiap
saat, berdasarkan informasi yang didapat dari uji pengisian selama konstruksi.
Untuk perubahan semacam itu tidak diperbolehkan adanya perubahan harga
satuan pekerjaan.

h. Penempatan material
 Pemilihan, penempatan dan penyebaran material urugan harus sedemikian
sehingga distribusi dan gradasi material terpasang bebas dari kelainan tekstur,
gradasi, kadar air atau densitas dari material di sekitarnya.
 Bila material berbeda karakternya maka material yang lebih halus dan lebih
urugan harus ditempatkan pada lokasi yang lebih ke tengah zona.
 Penghamparan dan penyebaran material harus sedemikian sehingga
memperkecil kemungkinan segregasi. Batu dengan diameter lebih dari 10
cm tidak boleh ada pada material urugan. Bila ditemukan kumpulan pasir,
kerikil atau kerakal di sekitar struktur, batas zona, area kontrak, maka
harus dibuang untuk menghindari pemipaan sepanjang permukaan kontak
tersebut.
 Jika Direksi berpendapat bahwa permukaan pondasi yang disiapkan atau
permukaan pemadatan lapisan urugan dianggap terlalu kering atau terlalu
halus untuk pelekatan yang baik dengan lapisan urugan berikutnya, maka
permukaan tersebut harus dibasahi dan atau dikasarkan dengan menggunakan
alat yang disetujui oleh Direksi sebelum lapisan berikutnya dihamparkan.
 Jika menurut Direksi permukaan terpadatkan dari lapisan material urugan
dianggap terlalu basah untuk pemadatan lapisan berikutnya, maka harus
dibuang, dibiarkan kering dahulu atau dikasarkan dengan alat tertentu untuk
mengurangi kadar airnya hingga yang diperlukan dan kemudian dipadatkan
kembali sesuai spesifikasi sebelum lapisan berikutnya digelar.
 Material homogen harus ditempatkan di urugan secara menerus, kurang
lebih horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan densitas yang
diperlukan tercapai di seluruh lapisan sesuai pasal di atas bila dipadatkan
dengan catatan ketebalan lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum
dipadatkan. Semua lapisan harus mempunyai kemiringan drainase kurang
lebih 1:30 setelah pemadatan.
 Jika sheepfoot roller akan digunakan untuk pemadatan material urugan
pada permukaan pondasi, termasuk “grout cap” atau permukaan beton
pengisi, lapisan pertama diperbolehkan lebih tebal dari yang ditentukan
tapi tidak boleh lebih dari 50 cm sebelum pemadatan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari kerusakan permukaan pondasi akibat aksi dari kaki
sheepfoot roller.
 Direksi memiliki hak untuk merubah ketebalan lapisan material urugan
setiap saat, berdasarkan informasi yang didapat dari uji pengisian atau uji
kontrol selama konstruksi; dan pada kejadian itu tidak boleh ada perubahan
harga satuan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya.

10. Pengukuran dan Pembayaran


a. Harga–harga satuan yang ditenderkan didalam rencana anggaran biaya untuk
berbagai pos pekerjaan tanah meliputi biaya pemakaian semua tenaga kerja,
perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan di dalam menggali, menimbun,
termasuk pelaksanaan semua kebutuhan pengeringan dan pengadukan. Untuk
pemadatan yang tepat bila dibutuhkan pada pengangkutan semua material
galian dari borrow area ketempat penimbunan untuk timbunan kembali.
b. Pengukuran untuk pembayaran material timbunan adalah dalam meter kubik
pada timbunan terpasang sesuai garis, ukuran dan level seperti ditunjukkan
dalam Gambar atau sesuai perubahan oleh Direksi tidak tergantung pada
toleransi yang diijinkan pada konstruksi.
c. Pembayaran material timbunan sesuai harga satuan per meter kubik yang
disetujui sebelumnya untuk item pekerjaan bersangkutan dalam Daftar Kuantitas
Pekerjaan.
III. PEKERJAAN
BETON

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Semua "beton" yang akan digunakan pada bagian konstruksi harus sesuai
spesifikasi dan yang diminta oleh Direksi. Beton harus terdiri dari bahan yang
disetujui oleh Direksi. Beton harus terdiri dari bahan yang telah ditentukan dan harus
secara proporsi sesuai dengan yang ditentukan menurut ketentuan- ketentuan dan
kebutuhan seperti tersebut di atas. Konstruksi harus dilaksanakan kecuali bila mana
ada ketentuan-ketentuan yang tidak diperinci disini harus sesuai dengan Standard
Beton Indonesia yaitu NI. 2 PBI 1971.

2. BAHAN
Seluruh material untuk beton, termasuk semen, pasir , agregat kasar dan air akan
disesuaikan dengan Bagian I, yaitu bahan-bahan umum.

3. MUTU BETON
3.1. Mutu Beton
Mutu beton harus disesuaikan dengan Standard Indonesia untuk beton NI. 2
PBI 1971 seperti tabel berikut ini:

T’bm With S Supervision Control


T’bk = 46 Category of
Us Grade (Kg/cm2) Agregate
(Kg/cm2) Crushing
Structure
Non Visual
B - - Structural Inspection No Test

Structural Stric No Test


B1 - - Inspection
Detailed
K-125 125 200 Structural Examination No Test
by Dation
Detailed Test To
K-175 175 250 Structural Examination be Carried
by Dation Out
Detailed Test To
K-225 225 300 Structural Examination be Carried
by Dation Out

Dimana T'bk adalah karakteristik "Crushing Strength" yang diperoleh dari


beberapa percobaan sample crushing, dengan penyimpangan maksimum 5
% di bawah yang disyaratkan.
T'bm adalah nilai crusing stregth rata-rata.
Jika tidak ditentukan lain, nilai crushing strength selalu diambil nilai
compresive strength dari kubus ukuran 15 (0.06) cm per sisi, diuji pada
umur 28 hari.
Formula untuk menghitung adalah :
T ' bk  T ' bm  1.64S

(T ' b  2T ' bm
)
S 
N 1
Dimana:
N = Jumlah sample yang diuji (minimum 20 buah sample)
T'b = Crushing Strength untuk tiap sample (kg/cm2)
T'bm = Nilai Crushing rata-rata
S = Standard Crushing Deviasi (kg/cm2)
3.2. Kriteria
Secara umum USBR dapat diterima dengan ketentuan bahwa strength 80%
dari hasil test specemen harus lebih besar dari design strength. Design strength
klasifikasi seperti:
Class I = 160 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari;
Class II = 200 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 21 hari;
Class III = 225 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari.

4. CAMPURAN BETON
a. Beton terdiri dari semen portland, pasir, agregat kasar, air seperti yang telah
tercantum pada spesifikasi, semua dicampur secara baik dan membawa
konsistensi yang layak.
b. Untuk beton mutu grade "B" campuran biasanya untuk "Non-Structural
Work" digunakan dengan kondisi bahwa proporsi semen portland, pasir, dan
agregat tidak kurang dari 1:8. Jumlah semen untuk tiap-tiap m3 beton harus
sedikitnya 225 kg.
c. Untuk mutu beton B1 dan K-125, campuran normal semen portland, pasir
dan kerikil batu pecah akan berlaku proporsi 1:2:3 atau 1:1,5:2,5. Jumlah semen
untuk tiap m3 beton harus diantara 300 - 325 kg.
d. Untuk mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi harus digunakan "Design
Mix". Design Mix harus dari hasil pengujian campuran untuk memperoleh
ketentuan-ketentuan dan karakteristik kekuatan. Jumlah semen untuk tiap m3
beton sekurang-kurangnya 325 kg.
e. Ukuran maksimum agregat dalam beton untuk beberapa bagian pekerjaan
adalah yang paling besar dari ukuran yang telah ditentukan dan penggunaannya
mulai dari pengadukan beton sampai pemasangan hingga memuaskan.
f. Proporsi untuk bermacam bahan-bahan yang akan digunakan untuk tempat yang
berbeda harus seperti yang didapatkan dari hasil percobaan test, dari waktu ke
waktu selama pekerjaan berlangsung.
g. Proporsi campuran air dan semen akan dideterminasi dari beton sudah
diproduksi yang mempunyai density yang cocok, impermeabilitas, ketahanan,
dan tegangan yang dibutuhkan tanpa menggunakan semen dengan jumlah yang
berlebihan.
h. Perbandingan air semen dari beton (tak termasuk air dalam atau diabsorsi
oleh agregat) tidak akan lebih 0.55 dari berat untuk Class III dan tidak lebih
0.60 dari berat untuk Class-class lain.
i. Pengujian beton dibuat oleh Direksi dan propor-si campuran akan diganti
bilamana diperlukan untuk maksud pengukuhan kebutuhan ekonomi,
kemampuan kerja, density, impermeabilitas, ketahanan atau kekuatan dan
Kontraktor harus menyanggupi bahwa tidak ada kompensasi tambahan
karena pertukaran yang demikian.

5. PENGUJIAN KONSISTENSI BETON DAN SAMPLE BETON


a. Jumlah air yang digunakan dalam beton harus diatur sesuai kebutuhan untuk
menjamin konsistensi betonyang sebenarnya dan untuk pengaturan berbagai
variasi dalam kandungan kadar air atau gradasi dari agregate sebagai mana
dimasukkan ke dalam mixer. Penambahan air untuk mengganti kekakuan
dari hasil beton yang telah diaduk yang melampaui batas untuk dapat dipakai
lagi karena terlalu kering sebelum penurunan, tidak boleh lebih dari 5 cm untuk
beton yang mengandung ukuran agregate maksimum 7,5 cm. Untuk beton lantai
jembatan, pada puncak-puncak dinding, pilar, tepi trotoar dan plat yang
horizontal atau mendekati horizontal dan tidak akan lebih dari 7.5 cm. Untuk
semua beton pengujian (test) disesuaikandengan standar Indonesia NI.2 PBI
1971. Direksi menyatakan kebenaran tentang keperluan lesser slump.
b. Compressive Strength dan pada beton akan didapatkan Direksi melalui
pengujian pada silinder dengan diameter 15 cm dengan 30 cm atau kubus 15 x
15 atau 20 x 20 dibuat dan diuji sesuai dengan NI.2 PBI 1971 atau designation
29 sampai 33, termasuk edisi terakhir dari USBR Concrete Manual,
kecuali untuk semua sample beton silinderis yang dicetak. Butir dengan
ukuran lebih besar dari 3.8 cm harus dipisahkan dengan ayakan.
Slump test akan dibuat oleh Kontraktor dengan pengawasan Direksi sesuai
dengan NI.2 PBI 1971 atau designation 22 USBR Concrete Manual. Kontraktor
harus menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk memperoleh dan
mendapatkan test sample yang memadai.
c. Frekuensi test akan ditetapkan oleh direksi dengan dasar "Placement Rate"
pada bangunan, tetapi tidak lebih dari yang diperlukan untuk menjamin
bahwa beton yang dipasang sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan- kebutuhan
design.

6. PENUMPUKAN BAHAN (BATCHING)


Penyedia jasa harus melengkapi beberapa hal dengan perlengkapan sebagaimana
dibutuhkan oleh direksi pekerjaan dengan teliti untuk dapat mengecek jumlah
masing-masing bahan terpisah sampai menjadi beton. Beberapa macam
perlengkapan dan cara operasinya berlangsung, pada setiap waktu harus disetujui
oleh direksi pekerjaan.

7. PENGADUKAN
7.1. Mesin Pengaduk Campuran
Beton
a. Bahan-bahan untuk adukan beton harus dicampur dalam batch mixer atau
"Portable Mixer", waktu pengadukan tidak kurang dari 15 menit,
sesudah seluruh bahan-bahan (kecuali untuk air dengan jumlah yang
penuh) di dalam mixer. Waktu pengadukan perlu ditambah apabila
kapsitas mixer melebihi dari 15 m3. Direksi memberi syarat untuk
penembahan waktu pengadukan bila mana pengisian dan operasi
pengadukan gagal menghasil-kan beton melalui bahan-bahan yang
didistribusi dan konsis-tensi yang uniform concrete harus seragam.
Dalam komposisi dan konsistensi dari kelompok-kelompok kecuali bila
perganti-an dalam komposisi atau konsistensi dibutuhkan. Air harus
ditambahkan sebelum pengisian dan pengadukan berikutnya
dilaksanakan. Campuran yang berlebihan dengan penamba-han air untuk
mendapatkan konsistensi beton tidak diizinkan.
b. Truck mixer akan diizinkan hanya jika mixer-mixer dan operasi
menunjukkan beton yang diolah adalah uniform dari tiap-tiap
pengolahan dengan memperhatikan konsistensi dan grading. Setiap mixer
yang menghasilkan hasil yang tidak memuaskan harus dibuang dari atas
biaya sendiri dari Kontraktor. Setiap mixer yang memberikan hasil yang
tidak memuaskan harus diperbaiki. Mixer dalam pengolahan secara
sentralisasi dan mixing plant harus dirangkai sedemikian rupa sehingga
gerak-an pengadukan dalam mixer dapat diobservasi dari tempat yang
sesuai terhadap tempat operator-operator mixing plant. Mixer tidak
akan dibebani dengan bahan yang melebihi dari kapasitasnya, kecuali
dalam keadaan khusus yang diizinkan. Setiap mixer harus dilengkapi
dengan alat pencatat waktu pengadukan mekanis yang menunjukkan
dan menjamin periode adukan-adukan yang dibutuhkan terhadap yang
sudah selesai.

7.2. Hand Mixing Beton


Untuk pekerjaan kecil dapat dilakukan pengadukan dengan tangan apabila
ada izin dari direksi pekerjaan:
a. Karena strain daripada beton sangat tergantung pada kesempurnaan
pengadukan, maka pekerjaan ini harus dijaga dan dilaksanakan serta
dicoba sesuai dengan petunjuk Direksi. Direksi setiap saat dapat
memeriksa beberapa penampang dari bentuk yang dijumpai dengan serba
kekurangannya dan perhatiannya, dan Kontraktor harus segera
memperbaiki pekerjaan dengan biaya sendiri;
b. Box pengukuran agregat, saringan agregat dan pengadukan beton
dengan bentuk datar dilengkapi dengan ukuran yang cukup untuk
meningkatkan dan mempercepat pengadukan sekurang-kurangnya dua
batching pada waktu yang sama. Tiap-tiap bahan tidak akan lebih dari
15 cm3;
c. Dalam box-box pengadukan, pengukuran jumlah pasir disebar lebih
dahulu dalam adukan, kemudian semen harus disebar di atas pasir, dan
pasir serta semen secara sempurna dicampur hingga warna seragam,
kemudian penambahan air yang membuat lapisan mortar. Setelah
campuran dibentuk lengkap sebagai mortar, kemudian agregat disebarkan
di atas permu-kaan dan keseluruhannya disodok dan dibalik, atau
dicampur sampai adukan tercampur sempurna dan semua agregat ditutup
dengan mortar. Hal ini mungkin membutuhkan adukan dibalik dan
disodok berkali-kali sampai sempurna.
d. Hand mixing tidak diizinkan untuk beton bendung, jembatan dan
bangunan-bangunan yang besar.

8. TEMPERATUR
Temperatur beton ketika dipasang tidak lebih dari 32OC dan tidak kurang dari
4.5OC. Ketika tempereatur beton waktu bekerja mungkin 27O C dan 32OC, beton
akan dicampurkan dijob site dan dituangkan ke dalam peker-jaan dengan segera
setelah pengadukan selesai. Jika dipasang pada keadaan cuaca dengan temperatur
beton lebih dari 32OC, seperti yang didapatkan oleh direksi maka campuran pada
malam perlu dilakukan untuk mempertahankan temperatur beton terpasang di bawah
32OC.

9. DESAIN PERANCAH
Design perancah disesuaikan dengan berbagai bentuk, ketinggian dan dimensi dari
beton seperti terlihat dalam gambar atau sebagaimana yang ditentukan oleh
Direksi. Bahan yang dipergunakan dalam design perancah akan ditentukan oleh
direksi sebelum pelaksanaan dimulai, meskipun telah disetujui bukan berarti
bahwa Kontraktor tidak bertanggung jawab atas bentuk-bentuk atau perbaikan
beberapa bagian yang rusak yang dapat berkembang atau menjadi tidak dapat
digunakan.

10. PEMBUATAN PERANCAH


a. Perancah untuk membentuk beton sesuai dengan keperluan harus dibuat
seperlunya. Perancah harus terdiri dari logam, dengan line kayu, plywood
linning, tempered presswood linning atau papan halus, dalam kondisi baik yang
dibutuhkan menghasilkan permukaan yang baik seperti yang ditentukan.
b. Permukaan halus dari beton yang sudah dikerjakan sangat diperlukan, bila
pekerjaan ini untuk dilalui air. Perancah cetakan untuk beberapa permukaan
boleh terbuat dari kayu atau metal lain dan harus benar dalam setiap
penempatan, bentuk dan ukuran dan harus dengan strength yang cukup dan
kaku untuk menjaga posisi dan bentuk akibat beban dan operasi pemasangan
dan vibrasi beton. Semua cetakan kayu untuk permukaan yang dilalui air
harus rata dan bersih. Kekuatan dan keefektifan harus dijamin sehingga
dalam konstruksi seluruh cetakan dapat mengikat sisi yang berdampingan
dengan ujung dari panel-panel dan membentuk penampang yang tepat. Ini
semua untuk melidungi pembentukan tumpukan, pembongkaran-
pembongkaran halus atau yang rusak permukaan betonnya setelah terpasang.
c. Semua cetakan harus rapat ketika didirikan agar diperoleh hasil yang cocok
dan baik untuk pembongkaran cetakan tanpa mengganggu permukaan beton
yang telah terpasang harus dipersiapkan sebelum beton dituang permukaan
cetakan diberi oli yang akan secara efektif mencegah pelekatan dari beton
dengan cetakan dan tidak akan menodai beton. Semua baha-bahan yang
tersimpan atau yang telah dipakai hanya boleh digunakan bila disetujui
direksi. Kontak antara tulangan baja cetakan juga harus diperhatikan, jangan
sampai menghasilkan perpaduan yang tidak baik.
d. "Chamfer Strips" (bingkai penguat) harus ditempatkan pada sudut cetakan
hingga menghasilkan sisi yang dibentuk atas permukaan beton. Sudut-sudut
interior pada beberapa permukaan dan sisi miring kecuali sisi miring dapat
diketahui dari gambar-gambar.

11. KLASIFIKASI PERANCAH


Kebutuhan tambahan dari apa yang sudah ditentukan di dalam daftar volume dan
harga yaitu:
a. Perancah < 4 m;
b. Perancah lainnya.

12. PEMASANGAN
PERANCAH
a. Tidak dibolehkan untuk pemasangan beton sebelum semua perancah, cetakan
dan persiapan-persiapan lainnya yang berhubungan dengan pemasangan
disetujui oleh Direksi. Tidak diperbolehkan memasang beton di dalam air
tanpa izin tertulis dari Direksi, dan metode pengecoran harus disetujui. Tidak
diperbolehkan memasukkan beton ke dalam air yang mengalir dan tidak
boleh mengalirkan air sebelum beton telah cukup mengering. Semua kerak-
kerak beton, mortar, grout yang melekat pada permukaan cetakan harus
dibersihkan sebelum pengecoran beton berikutnya dimulai.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan yang akan diisi beton
harus bersih dan bebas dari genangan air, lumpur, kotoran atau loose
material. Permukaan bahan-bahan yang akan menyerap beton harus dibasahi
sehingga kadar air dari beton tidak terserap.
c. Bagian permukaan yang akan ditutup dengan beton bila dirasa perlu untuk
menyediakan penggetar (vibrator) beton di dalam pengerasan dan pondasi
seperti ditentukan oleh Direksi, Kontraktor harus memasang beton kelas. B
atau kepingan beton yang terdiri dari ketebalan 5 cm sebagai lantai kerja.
kepingan kasar harus tersebar secara merata di seluruh pondasi yang akan
dilindungi, baru diperbolehkan mengadakan pengecoran setelah 24 jam.
d. Permukaan beton yang sudah mengeras yang akan dilapisi dengan beton
baru, tidak boleh dicor dengan begitu saja, harus dilaksanakan sebagai
penyambungan konstruksi (constructions joints). Permukaan sambungan
konstruksi harus bersih dan basah bila ditutup dengan beton baru atau
mortar. Pembersihan harus menghilangkan semua lailance, beton yang lepas
atau yang rusak, lapisan atau bahan asing. Permukaan sambungan konstruksi
harus dibersihkan dengan sand-blasting dan pencucian harus dilakukan pada
kesempatan terakhir sebelum penempatan yang pasti. Semua genangan air harus
dihilangkan dari permukaan sambungan konstruksi sebelum beton yang baru
dipasang.
e. Permukaan dari semua sambungan konstruksi atau expansion joint seperti
ditunjukkan pada gambar harus dibersihkan dengan baik dari tempelan beton
atau bahan-bahan asing lain dengan menggaruk, shipping, atau cara lain
yang disetujui Direksi.
13. PENEMPATAN
a. Metode dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut beton harus
sedemikian sehingga beton yang mempunyai komposisi dan konsistensi yang
dibutuhkan akan terjamin tanpa pemisahan atau kehilangan slump yang
merugikan.
b. Beton boleh dicor apabila Direksi atau wakilnya yang dikuasakan, su-dah
hadir permukaan konstruksi sambungan atas dimana beton baru akan dicor harus
ditutupi lapisan grout semen yang rapi atau ditutup dengan lapisan mortar kira-
kira 2 cm tebalnya. Mortar harus mempu-nyai proporsi semen dan pasir yang
sama dengan campuran beton yang telah diatur kecuali diarahkan dengan lain.
Rasio air semen dari mortar tidak melebihi dari rasio beton yang akan dipasang
di atasnya, dan konsistensi dari mortar harus sama dengan pengecoran dan
pekerjaan dengan cara-cara yang ditetapkan. Mortar harus menyebar secara
seragam dan harus dikerjakan dengan teliti. Beton harus ditem-patkan segera
pada mortar yang baru, didalam menempatkan beton pada sambungan-
sambungan konstruksi yang dibentuk, tindakan- tindakan pencegahan khusus
harus diambil untuk menjamin bahwa beton baru dimasukkan ke dalam kotak
yang erat dengan permukaan sambungan, dengan secara hati-hati dengan alat
yang cocok.
c. Pengaturan kembali beton tidak akan diizinkan. Suatu beton yang telah kaku,
demikian pula penempatan yang tepat tidak dapat dijamin akan sia-sia dan tidak
ada pembayaran kepada Kontraktor. Beton harus ditempatkan dalam semua hal,
sedapat mungkin dapat dilaksanakan secara langsung di dalam posisi akhir
dan tidak akan mengalir dengan suatu cara sehingga menyebabkan
pemisahan. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar di dalam beton yang
disebabkan karena membiarkan beton jatuh bebas dari ketinggian yang terlalu
tinggi, atau pada sudut partikel yang terlalu besar atau yang akan merusak
cetakan dan tulangan baja tidak dibolehkan bila pemisahan-pemisahan terjadi,
Kontraktor harus menyediakan jeram-jeram penjatuhan yang cocok dan bafle
untuk membatasi dan mengontrol beton yang jatuh.
d. Kecuali karena dihalangi oleh sambungan-sambungan, semua beton yang
terbentuk harus ditempatkan di dalam lapisan-lapisan horizontal yang menerus,
yang ketebalannya tidak melebihi 50 cm. Direksi berhak memerintahkan
ketebalan lapisan kurang dari 50 cm bilamana ketebalan 50 cm tersebut tidak
bisa dilaksanakan sesuai dengan tuntutan spesifikasi. Semua interseksi dari
sambungan-sambungan konstruksi dengan permukaan harus dibuat lurus dan
datar atau tegak.
e. Dalam menempatkan beton di daerah-daerah yang diekpose dengan
ketebalan yang besar, Kontraktor harus menjaga daerah yang diekpose dari
beton baru dengan syarat-syarat praktis yang minimum, dengan mula-mula
membentuk beton dengan lebar bangunan dengan ketinggi-an yang cukup di
atas daerah yang dibatasi pada suatu ujung bangunan dan kemudian dilanjutkan
dalam tahap-tahap progressive yang serupa terhadap daerah bangunan. Lereng
yang dibentuk pada ujung mendaki yang tidak terbatas dari lapisan-lapisan beton
yang sudah baik harus dijaga securam mungkin, beton pada sisi ujung-ujung ini
tidak boleh digetarkan segera dan kondisi- kondisinya sedemikian rupa sehingga
beton akan mengeras, dimana getaran berikutnya tidak akan sepenuhnya
mengkonsolidasikan dan menginte- grasikan dengan beton baru yang
ditempatkan pada penyambungan kelompok-kelompok agregat besar harus
disebar sebelum beton yang baru dipasang di atasnya, masing-masing deposit
beton harus digetarkan sebelum deposit beton beriikutnya ditempatkan di
atasnya.
f. Beton tidak boleh dicor selama musim hujan lebat atau sehingga
menghanyutkan mortar dari agregat kasar pada lereng-lereng penempatan.
Selama hujan yang demikian mortar tidak boleh ditebar-kan pada sambungan
konstruksi dan mortar yang telah disebarkan harus dibuang dan diganti
sebelum melanjutkan pekerjaan. Sekali penempatan beton yang telah dimulai di
dalam suatu bangunan, penempatan tidak boleh diganggu.
g. Ember-ember beton yang digunakan harus dapat dengan cepat mengeluarkan
slump yang rendah, campuran-campuran beton yang ditentukan dan mekanisme
dumping harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengisian sebanyak 0.35 m3
bagian muatan di suatu tempat. Ember-ember harus cocok untuk pengikatan
dan pemakaian dari drop chute (jeram) yang dibutuhkan di lokasi-lokasi
terbatas.
h. Sambungan konstruksi harus mendekati horizontal kecuali bila ditentukan
lain pada gambar-gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Semua interseksi dari
sambungan-sambungan konstruksi dengan permukaan beton yang akan diekpose
kepada pandangan akan dibuat lurus dan datar atau tegak.
i. Bila beton ditempatkan secara monolitis seputar lubang-lubang yang
mempunyai dimensi vertikal yang lebih besar 60 cm, beton dalm deck (geladak)
dasar lantai, balok gelagar atau bagian-bagian bangunan yang serupa
ditempatkan secara monolitis dengan beton yang menopangnya. Instruksi-
instruksi berikutnya harus diteliti baik-baik:
- Penempatan beton harus ditunda dari satu atau tiga jam pada bagian atas
lubang dan pada dasar bevel di bawah deck, lantai dasar, gelagar atau
bagian serupa dari bangunan-bangunan sewaktu bevel ditentukan atau tidak
ditentukan, tetapi dalam hal penempatan ditunda sedemikian lamanya
sehingga unit yang bergetar tidak akan siap untuk penetrasi secara berat
sendiri beton yang ditempatkan sebelum penundaan. Ketika
mengkonsolidasi-kan beton yang ditempatkan setelah penundaan, unit yang
bergetar harus menyerap dan menggetarkan beton yang ditempat- kan
sebelum penundaan;
- 60 cm terakhir atau lebih dari beton ditempatkan segera sebelum
penundaan harus ditempatkan dengan slump sepraktis mungkin dan
perhatian khusus dicurahkan agar konsolidasi beton yang teliti akan
terlaksana;
- Beton yang ditempatkan di atas lubang-lubang dan di dalam deck-deck,
lantai-lantai, balok gelagar dan bangunan serupa lainnya harus ditempatkan
dengan slump serendah mungkin dan perhatian khusus harus dicurahkan
untuk menghasilkan konsolidasi yang teliti dari beton.
j. Tiap-tiap lapisan beton harus dikonsolidasi sampai kepadatan yang
semaksimum mungkin sehingga bebas dari kantong-kantong agregat, dan
menutupi semua permukaan bentuk bahan-bahan yang ditanam-kan, Di
dalam mengkonsolidasikan setiap lapisan beton, getaran terdahulu dari vibrator
harus dibiarkan menyerap dan menggetarkan kembali beton bagian atas lapisan.
Semua beton harus dikonsolidasikan dengan listrik atau type imersion yang
dikendalikan tenaga pneumatik yang beroperasi pada kecepatan sekurang-
kurangnya 7000 rpm. Bila dicelupkan dalam beton lapisan tambahan beton tidak
boleh ditempatkan sebelum lapisan yang ditempatkan sebelumnya telah
dikerjakan secara teliti sesuai dengan yang ditentukan.

14. WAKTU DAN METODE PEMBONGKARAN PERANCAH


a. Waktu dan metode pembongkaran dan pemindahan perancah/ cetakan harus
seperti yang ditentukan oleh Direksi dan pekerjaan ini harus dilakukan
dengan teliti untuk menghindari kerusakan dari beton.
b. Penunjang dan penopang perancah tidak boleh dibongkar dari balok-balok
beton tulang, lantai-lantai dan dinding-dinding sebelum mencapai kekuatan
yang cukup untuk memikul beban berat sendiri plus suatu muatan yang
diperkirakan di atasnya.
c. Tidak dibolehkan adanya muatan pada beton yang belum mengeras segera
setelah perancah dilepas permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan
40
40

setiap permukaan-permukaan yang tidak teratur harus segera diperbaiki demi


kerapian dan keindahan.
d. Pada umumnya waktu minimum sebelum melepaskan perancah adalah dua
hari untuk dinding-dinding yang tidak dimuati, 7 hari untuk dinding penopang
dan dinding induk serta 21 hari untuk lantai jambatan. Tabel di bawah ini
menunjukkan kekuatan minimumdari beton untuk pelepasan bentuk.

KEKUATAN MINIMUM CONCRETE UNTUK PELEPASAN BENTUK

Kekuatan minimum Usia dengan


Klasifikasi Struktural yang diharuskan kondisi
perbaikan
kg/cm2 psi
yang baik
1. Beton yang tidak mengalami tekukan
35 500 24 jam
yang berat, atau tekanan langsung, atau
tidak perlu tiang perancah untuk bantuan
vertikal, atau tidak perlu dikuatirkan
setelah pembongkaran perancah dan
operasi aktivitas-aktivitas lain selama
konstruksi

2. Beton yang dipengaruhi tekukan yang 53 750 36 jam


diizinkan dan/atau tekanan langsung dan
sebagian memerlukan tiang perancah
yang vertikal subjek terhadap muatan
mati saja

15. PERAWATAN (CURING)


a. Semua beton dibasahi dengan air siraman/rendaman sesuai dengan yang
ditentukan. Direksi berhak untuk menentukan metode apa yang akan digunakan
dalam bagian pekerjaan yang berlainan.
b. Beton yang dirawat dengan air harus tetap basah sekurang-kurangya 14 hari
berturut-turut setelah pemasangan. Perawatan harus dimulai segera setelah beton
cukup mengeras untuk mencegah kerusakan. Curing harus dengan
penutupan bahan yang basah suatu sistem dengan pipa-pipa yang berlubang,
sprinkler, mekanis, penyiram yang poreous atau dengan metode lain yang
disetujui yang akan menjaga agar semua permukaan yang dirawat secara
kontinyu tetap basah (tidak periodik). Air yang digunakan untuk curing harus
memenuhi ketentuan-ketentuan spesifikasi air yang digunakan untuk mengaduk
beton.

16. PERLINDUNGAN
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap gangguan sampai akhirnya
diterima oleh Direksi. Permukaan beton yang diekpose, kecuali permukaan beton
yang dilapisi dengan campuran penutup berpigmen putih, harus dilindungi dari sinar
matahari langsung selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari pertama setelah
pengecoran. Setiap perlindungan harus efektif, sepraktis mungkin setelah pengecoran
beton yang tidak berperancah atau setelah perancah beton dibongkar.

17. PERAPIHAN
a. Perapihan permukaan beton harus dilakukan oleh pekerja-pekerja yang
terampil dengan kehadiran Direksi. Permukaan beton akan ditest oleh Direksi
untuk menentukan apakah keadaan permukaan yang tidak teratur dalam batas-
batas yang ditentukan. Perbaikan yang disebab-kan karena pemindahan atau
pemasangan cetakan yang salah, atau linning dari penampang cetakan,
pengancingan cetakan yang lepas atau kerusakan cetakan dianggap sebagai
bentuk yang tidak teratur dan akan ditest dengan pengukuran langsung.
Semua keadaan tidak teratur lainnya dianggap sebagai keadaan tidak teratur
yang berangsur (gradualy) dan akan ditest dengan menggunakan template
yang terdiri dari ujung lurus atau yang disamakan untuk permukaan yang
berlekuk. Panjang template 1.5 m untuk pengetesan permukaan yang
dibentuk dan 3 m untuk pengetesan permukaan yang tidak dibentuk. Sebelum
Direksi menerima pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan
yang terlihat, kecuali ditetapkan lain seperti kerak dan noda-noda yang tidak
tampak.
b. Permukaan bagian dalam yang tidak terbentuk harus dimiringkan untuk
pengeringan seperti ditunjukkan pada gambar-gambar atau seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi. Permukaan yang sempit seperti puncak dinding dan
beton penahan harus dimiringkan 20 mm untuk setiap lebar 1 m. Permukaan
yang lebih besar seperti plat form dan lantai harus dimiringkan kira-kira 10 mm
setiap lebar 1 m.
c. Permukaan yang tidak teratur yang diukur seperti yang digambarkan dalam
(a) melebihi 6 mm untuk keadaan yang tidak teratur dan tidak terdapat tanda-
tanda tambahan.
Sambungan dan ujung harus dikerjakan kecuali ditetapkan lain, perapihan untuk
permukaan yang tidak dibentuk dilakukan sebagai berikut :
- Permukaan yang tidak dibentuk yang akan ditutup dengan bekas galian
atau dengan beton harus dirapikan dengan levelling yang cukup panjang
untuk menghasilkan permukaan seragam yang rata. Permukaan yang tidak
teratur yang diukur seperti (a) tidak melebihi 0.95 cm.
- Bajak keras harus digunakan untuk permukaan-permukaan yang tidak
dibentuk yang akan terpampang atau yang akan berhadapan dengan air
mengalir, kecuali permukaan lantai jembatan subjek terhadap lalu lintas
pejalan kaki atau yang berkendaraan yang akan dirapikan dengan
menyapukan lapisan yang terang. Penambalan dapat dilakukan dengan
menggunakan perlengkapan yang dikendalikan dengan tenaga atau dengan
tangan. Penambala akan dimulai segera setelah permukaan yang panjang
telah cukup kaku dan harus mencapai keadaan minimum yang diperlukan
untuk menghasilkan permukaan yang bebas dari tanda-tanda perpanjangan
dan pelebaran seragam dalam teksturnya.

18. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON


a. Apabila setelah pengupasan beton ternyata tidak berbentuk seperti yang
ditunjukkan pada gambar-gambar atau tidak lurus atau datar, dan menunjukkan
permukaan yang rusak hal ini akan dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi dan
harus dihilangkan atau diganti oleh Kontraktor atas biayanya, kecuali bila
Direksi memberi izin untuk mem-perbaiki daerah yang rusak. Perbaikan harus
dilakukan seperti yang digambarkan dalam pasal- pasal berikutnya.
b. Kerusakan yang perlu diganti atau diperbaiki adalah yang terdiri dari sarang
lebah, kerusakan yang disebabkan pengelupasan cetakan, potongan-potongan
yang lepas dari beton, lubang-lubang skrup, lubang-lubang tongkat ikatan
(tie rode), tepi-tepi dan pembengkakan yang disebabkan karena bergeraknya
cetakan. Tepi-tepi dan pem-bengkakan (gelembung-gelembung) akan
dihilangkan dengan shipping (penyerpihan) atau tolling dan diikuti dengan
penggosokan dengan batu penggosok. Sarang lebah dan lainnya yang
merusak beton akan diserpihkan dengan alat yang berujung tajam dan berbentuk
sedemiki-an rupa sehingga perbaikan akan dilakukan di tempat. Semua lubang-
lubang harus dibasahi dengan baik selama 24 jam. Permukaan pengisi akan
diselesaikan sesuai dengan dinding-dinding di sekitarnya sehing- ga mempunyai
tekstur yang sama. Semua tambalan harus dihaluskan.
c. Apabila menurut pendapat Direksi penambahan yang tidak sempurna untuk
bangunan yang terpampang sedemikian rupa sehingga tidak akan
menghasilkan suatu tembok dengan penampilan yang memuas-kan,
Kontraktor akan diminta untuk membuat tembok sebaik mungkin dengan
tembok yang berbatasan sesuai dengan petunjuk Direksi.
d. Kekurangan-kekurangan baut dan lubang ikatan dan daerah sarang kerikil
harus diperbaiki dengan diisi mortar penambahan kering yang terdiri dari
satu bagian semen dan dua bagian pasir beton (perbandingan volume)
dengan campuran tambahan yang tidak mengerut, dengan air yang cukup,
dan yang sudah disetujui oleh Direksi dengan jumlah yang sesuai dengan
spesifikasi pabrik sehingga setelah adukan bercampur baik mortar melekat
dan menyatu dengan baik tanpa ada gelembung-gelembung udara. Mortar yang
digunakan untuk memper-baiki beton dipasang dengan lapisan yang tipis dan
dipadatkan secara tipis dengan alat yang memadai. Pengisian mortar harus
diperhatikan secara khusus sehingga setiap lubang terisi penuh dengan mortar
yang padat.
e. Untuk beton permukaan mortar harus dibuat dengan warna yang sama
dengan menggunakan bahan pengganti yang terdiri dari semen putih dalam
jumlah yang sesuai. Sambungan beton harus kedap air, rapi dan baik serta dapat
diterima oleh Direksi.

19. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a.
Beton
Semua beton dan grout yang dibutuhkan untuk pekerjaan dalam spesifikasi
ini harus dimasukkan dalam harga satuan penawaran di dalam rencana anggaran
biaya untuk item-item yang berhubu-ngan. Harga satuan penawaran
untuk pekerjaan demikian akan meliputi tetapi tidak terbatas pada air, pasir dan
agregat, campu-ran tambahan, campuran yang tidak menyusut, campuran
perbaikan dan perletakan neoprene dan asbestos sheet packing dan juga meliputi
semua pengerjaan tetapi tidak terbatas pada pengolahan, pencampuran,
pengontrolan, temperatur, transpor-tasi persiapan untuk penempatan perbaikan,
perlindungan dan sewa pengerjaan lainnya, prosedur-prosedur,
penempatan-penempatan dan syarat-syarat yang diajukan.

b.
Perancah
Semua perancah yang dibutuhkan harus dimasukkan ke dalam harga satuan
pekerjaan di dalam rencana anggaran biaya sesuai dengan klasifikasinya. Harga
satuan pekerjaan mengikuti dan tidak terbatas pada bahan-bahan cetakan,
transportasi, persia-pan, pemasangan, pelepasan kembali dan semua pekerjaan
yang lain sesuai persyaratan dan prosedur.

IV. PEKERJAAN PASANGAN BATU

1. Ruang Lingkup Pekerjaan


Semua pasangan batu yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik dan untuk
keperluan yang berhubungan dengannya, dibuat dan yang mungkin ditentukan oleh
direksi pekrjaan, terdiri dari bahan yang dipersyaratkan disini dan harus dicampur
sesuai dengan kegunaan, pembuatan dan pemasangannya sesuai dengan ketentuan
dan persyaratan yang dinyatakan disini. Ketentuan dan persyaratan disini lebih
lanjut harus diterapkan untuk semua pekerjaan batu, kecuali ada yang secara khusus
untuk jenis pekerjaan tertentu diubah oleh Direksi.

2. Bahan
Untuk pasangan batu yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik ini meliputi batu,
semen, pasir dan air, harus sesuai dengan ketentuan dan sepenuhnya memenuhi
persyaratan dalam Bab I Bahan Umum. Untuk pasangan batu terdiri dari 1 PC : 3
pasir atau 1 PC : 4 pasir dalam satuan volume dan air secukupnya sampai
dihasilkan kepekatan yang sesuai dengan keperluan yang diinginkan.

3. Adonan Adukan
Adukan dibuat dalam volume yang cukup dipakai untuk pekerjaan yang segera
dilaksanakan saja, semua adonan yang telah ditambah air dalam adukan selama
30 menit tidak boleh dipakai lagi. Mengencerkan kembali adukan tidak
diperkenankan.

4. Pasangan batu bata dan batu kali


a. Batu yang dipakai dalam pasangan batu harus bersih dan sisetujui oleh direksi
pekerjaan.
b. Batu tidak boleh dipasang pada waktu hujan yang dapat mengikis adukan
dari pasangan batu. Adukan yang telah dipasang yang menjadi encer karena
kehujanan harus dibongkar dan diganti sebelum melanjutkan pekerjaan yang
baru.
c. Batu yang dipakai harus terlebih dahulu dibasahi dengan air antara 3 – 4 jam
sebelum dipakai, dengan cara yang dapat menjamin bahwa tiap batu telah
menjadi basah dengan merata.

5. Siaran
a. Susunan adukan untuk siaran harus terdiri dari campuran 1 PC : 3 pasir
dalam volume air yang cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk keperluan
yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan siaran dimulai, celah-celah batu harus dikorek sebelum
adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Siaran terbenam. celah-celah diisi sampai rata sedalam 1 cm muka batu;
- Siaran rata. celah-celah diisi sampai rata muka batu;
- Siaran timbul. celah-celah diisi sampai timbul setebal 1 cm dan dengan
lebar tidak kurang dari 2 cm.

6. Plasteran
a. Susunan adukan untuk plasteran harus terdiri dari campuran 1 PC : 3 pasir
dalam volume air yang cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk keperluan
yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan plasteran dimulai, celah-celah dan permukaan pasangan
batu harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dan dengan ketentuan
ketebalan plasteran adalah 16 mm.

7. Pasangan Batu Kosong


a. Pekerjaan batu kosong dilaksanakan pada kondisi tanah yang labil antara lain
pada bagian bawah pondasi, pada bagian bawah atau dibelakang bronjong,
diisikan batu kosong agar kedudukan pondasi dan bronjong dapat stabil dan
duduk dengan baik.
b. Batu kosong yang dipakai adalah jenis batu kali yang bermutu baik dan tidak
mudah pecah atau retak oleh goresan air.

8. Perawatan
a. Semua pasangan batu termasuk siaran harus dirawat dengan memakai air dengan
memakai cara yang dapat diterima dan disetujui direksi pekerjaan.
b. Bila dirawat dengan air maka pasangan batu harus dijaga supaya tetap basah
sekurang-kurangnya 14 hari, dengan cara tertentu atau dapat dilakukan dengan
memakai pipa yang berlubang-lubang. Air yang dipakai untuk
perawatan harus memenuhi syarat untuk air yang dipakai dalam adonan
beton.

9. Perbaikan Pasangan Batu


Setelah pekerjaan pasangan batu selesai dikerjakan, maka jika pasangan batu
keluar dari jalur atau tidak mendatar, atau tidak sesuai dengan garis dan arah
yang ditunjukkan dalam gambar, maka harus dibongkar dan diganti atas biaya
penyedia jasa, atau petugas teknik memberi jaminan secara tertulis untuk menambal
atau memperbaiki bagian yan rusak.

10. Ukuran dan Pembayaran


a. Ukuran untuk pembayaran pasangan batu harus dibuat hanya sampai batas yang
terlihat pada gambar atau ditentukan direksi secara tertulis. Volume rongga,
pipa dan lekukan harus dikurangkan terhadap ukuran pasangan.
b. Harga satuan harus meliputi harga air, pasir, semen, kapur, angkutan,
persiapan untuk pemasangan, perawatan, perlindungan, penyelesaian dan
perbaikan, prosedur kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan pasangan batu sesuai dengan persyaratan teknik ini.

V. PEKERJAAN GEOTEXTILE

1. Umum
Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang Geotextile non woven seperti
yang tertera pada gambar atau ditentukan oleh direksi/pengawas. Pemakaian
Geotextile non woven sudah umum dalam pekerjaan teknik sipil, diantaranya:
sebagai filter, lapisan pelindung, lapisan pemisah tanah untuk mencegah
bercampurnya tanah/material timbunan dengan tanah lunak, dan drainase di bawah
tanah.

2. Material
Kontraktor harus mengajukan persetujuan pengadaan material kepada konsultan/
pemilik dengan disertai brosur, teknikal data dan sample material. Kontraktor
tidak dibenarkan untuk melakukan pembelian material sebelum ada persetujuan dari
konsultan/pemilik proyek. Dalam pengajuan persetujuan material, kontraktor harus
memberikan waktu yang cukup untuk prosedur pengajuan tersebut dan juga
harus mempertimbangkan waktu pengadaan barang, waktu produksi hingga
pengiriman ke lapangan. Keterlambatan yang disebabkan karena masalah persetujuan
dan pengadaan barang akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari kontraktor.

3. Pelaksanaan

3.1. Geotextile non wooven


a. Setiap rol Geotextile non wooven yang dikirim ke site dilapis lembar
polyethylene dan diberi label untuk detail identifikasi produk, panjang,
lebar, dan berat.
b. Pengiriman, penyimpanan dan penanganan Geotextile non woven harus
mengikuti petunjuk-petunjuk pabrik.
c. Pemilihan area harus dipersiapkan untuk penyimpanan rol-rol Geotextile
non woven di site. Area tersebut harus aman, kokoh, kering dan
terlindung dari material yang dapat merusak Geotextile non woven.
d. Kontraktor harus menjamin tempat dan peralatan yang digunakan untuk
menangani Geotextile tidak akan merusak Geotextile non woven dan lapis
pelindungnya.
e. Rol-rol Geotextile non woven disimpan dan ditangani sedemikian rupa
sehingga tidak sampai terjadi kerusakan.
f. Untuk melindungi Geotextile non woven dari cuaca, semua rol harus
ditutup dengan tarpaulin atau lembar plastik tambahan. Bila ada beberapa
rol yang lapis pelindungnya rusak harus ditandai untuk diperiksa
kemudian.
g. Lapis pelindung harus segera diperbaiki secepatnya. Dan sebaiknya
pemasangan jangan dilakukan pada saat ada angin kencang.
h. Permukaan tanah tempat geotextile akan dipasang, harusklah bersih
dari benda-benda pengrusak seperti akar pohon dan lain-lain yang
berpotensi menimbulkan kerusakan pada geotextile. Tanah dibawah
tempat geotextile akan digelar harus diushakan mempunyai kepadatan
yang seragam atau atas persetujuan Direksi.
i. Penyambungan Geotextile dengan overlap harus tepat, baik lebar
maupun posisinya agar geotetile tersebut berfungsi selama usia pakai
praduk atau dijahit dengan mesin jahit ketik ganda portable.
j. Penyambungan geotextile dengan cara menjahit harus dengan jahitan
ganda dengan jarak 50 m sampai dengan 100mm dari tepian lembar
geotextile yang disambung. Sambungan diusahakan sesedikit mungkin dan
harus dengan persetujuan dari Direksi.
k. Penimbunan dan pemadatan material urugan setelah penggelaran
geotextile harus dilakukan dengan baik sehingga geotextile tidak
mengalami beban melebihi tegangan ijinnya.
l. Peralatan konstruksi tidak boleh berada langsung diatas geotextile dan baru
dijinkan beroperasi diatas geotextile bila tebal urugan telah mencapai
minimal 30 cm.
m. Kerusakan geotextile selama proses penimbunan material urugan harus
diperbaiki atas petunjuk Direksi.

3.2. Geotextile sand container


Sebelum pengisian, harus dipersiapkan personel dan sarana untuk penutupan/
penjahitan tutup kantong geotextile dari supplier yang disetujui oleh
konsultan/ pemilik. Kantong geotextile hanya boleh diisi 80% dari volume
maksimum dan tidak boleh kurang dari 70%. Material pengisi yang
direkomendasi adalah pasir (sand). Apabila material pengisi bukan dari
pasir/sand, maka harus mendapat persetujuan sebelumnya dari
konsultan/pemilik proyek.
Secara umum urutan pengerjaan geotextile sand container adalah berikut ini
:
a. Penyiapan material isian
b. Pengisian material ke dalam geotextile sand container
c. Geotextile sand container dijahit untuk penutupan
d. Pengisian geotextile sand container berikutnya
e. Dengan menggunakan clamp shell geotextile sand container di letakkan di
atas dasar laut/sungai

3.3. Metoda Pemasangan Geotextile (Filter cloth) untuk Revetment Dan Groin
a. Melakukan pengukuran ulang untuk mengetahui apakah elevasi tanah asli
(pantai) masih sesuai dengan elevasi rencana dasar revetment, karena
akibat gelombang laut/pengaruh pasang surut dapat mempengaruhi elevasi
dan kedudukan garis pantai.
b. Melakukan perapihan dasar revetment sesuai dengan elevasi rencana.
c. Sebelum filter cloth digelar terlebih dahulu dianyam/dijahit dengan
mempergunakan benang Nilon dan jarum jahit tangan sesuai dengan lebar
kebutuhan yang akan dipasang/digelar.
d. Filter cloth yang sudah dianyam digulungkan ke alat bantu (pipa besi)
yang telah diberi gantungan yang berfungsi untuk memudahkan
menggelar dan sekaligus berfungsi sebagai pemberat Geotextile dengan
diberi rangka dengan kayu 2/3”.
e. Filter cloth yang sudah digelar pada bagian sisi luar diberi batu yang
berfungsi sebagai pengunci, kemudian dilanjutkan dengan pengisian
batu ukuran 10 - 50 kg/unit dengan menggunakan Excavator yang
dituangkan kebagian tengah filter cloth yang digelar. Pengisian awal
berfungsi juga sebagai pengunci filter cloth yang dituangkan dengan
bucket excavator secara acak maupun per jarak 1 – 2 meter.
f. Kemudian setelah dipastikan filter cloth tidak akan terlipat dan
tergantung maka pengisian batu 10 – 50 Kg/Unit dapat dilanjutkan dengan
menggunakan Excavator atau Loader sampai mencapai elevasi yang
ditentukan.

4. Pembayaran
Harga satuan jenis pekerjaan ini untuk setiap satuan kuantitas sudah termasuk
penyediaan bahan (filter cloth), pekerja, peralatan, perkakas dan semua keperluan
lainnya atau biaya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana mestinya
dibayar meter persegi.

VI. PEKERJAAN REVETMENT, GROIN DAN JETTY

1. Galian Pasir
a. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan menggali pasir untuk perapihan
tanah asli guna meletakkan batu;
b. Lokasi penggalian yang akan dilaksanakan adalah sepanjang jalur rencana
revetment;
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus terlebih dahulu dilakukan
pengukuran memanjang dan melintang sehingga diperoleh titik-titik elevasi
dasar yang akurat. Setelah penggalian selesai harus dilakukan pengukuran
kembali untuk mendapatkan besarnya volume galian yang diratakan;
d. Untuk menentukan titik-titik elevasi, dipasang patok-patok yang berjarak
antara 25 meter hingga 50 meter atau sesuai pengarahan Direksi;
e. Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator;
f. Hasil galian dibuang pada lokasi tempat pembuangan yang aman terhadap
dampak lingkungan atas persetujuan Direksi;
g. Tempat pembuangan diupayakan agar tidak berdampak terhadap lingkungan di
sekitar lokasi yaitu dengan membuat benteng atau urugan tanah sesuai petunjuk
Direksi yang biayanya sudah larut dan sudah diperhitungkan pada biaya
penggalian;
h. Volume yang dibayar adalah volume galian dihitung dalam satuan meter
kubik (m3) sesuai dengan tampang hasil penggalian akhir.

2. Pemasangan Filter cloth (Geotextile)


Kondisi garis pantai dievaluasi kembali karena kemungkinan terjadinya perubahan
akibat pergerakan pasir sejajar pantai (lifloral drill). Pukulan gelombang pada
konstruksi tumpukan batu dapat menimbulkan terjadinya scouring/erosi pada
dasar Revetment, terutama pada bagian dimana terjadi gelombang pecah, oleh
karena itu pada daerah yang mengalami gelombang pecah, konstruksi pondasi
Revetment harus lebih dalam.
Untuk mengamankan konstruksi tumpukan batu terletak di pasir, terlepas dari
tumpukan, mencegah keruntuhan dan scouring, digunakan lapisan selimut atau filter
cloth. Berdasarkan berat dari material batu digunakan filter cloth jenis
polythlene yang merupakan lapisan selimut tipis.
Bilamana pondasi konstruksi tumpukan batu terletak di atas pasir, lapisan selimut
akan memberikan perlindungan terhadap konstruksi tumpukan batu terhadap pukulan
gelombang dan arus sepanjang pantai yang memindahkan pasir melalui pori-pori
tumpukan batu dan menyebabkan terjadinya penurunan.
Untuk pemakaian filter cloth dapat menggunakan spesifikasi dari pabrik.
Spesifikasi filter cloth harus sesuai dengan standar industri.
Kontraktor harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi dalam hal
pemakaian filter cloth.
Sifat-sifat fisik filter cloth yang diijinkan adalah sebagai berikut :
 Berat 350 - 400 gram/m2 (ASTM D 3776)
 Tebal 2 – 4 mm
 Kekuatan tegangan tarik minimum 27,5 KN/M ( ASTM D4595)
 Kerembesan < 10 -3 m/ s.

3. Susunan Batu

3.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari susunan batu untuk pondasi (inti/lapisan pengisi) dan
lapisan penutup yang posisinya sejajar garis pantai (Revetment). Bentuk
kemiringan, ketinggian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar atau
berdasarkan petunjuk Direksi.

3.2. Material
Material susunan batu revetment yang memenuhi persyaratan/spesifikasi
dan sudah disetujui oleh Direksi.

3.3. Metoda
Pelaksanaan
a. Persiapan
Galian pondasi dan pembentukan kemiringan permukaan dimana
susunan batu revetment akan ditempatkan harus dilakukan secara tepat
setelah dilakukan pengecekan potongan melintang dari garis pantai.
Persiapan lokasi penyimpanan material di sekitar lokasi proyek harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
b. Revetment
- Batu dengan berat < 250 Kg
Batu dengan berat < 250 Kg berfungsi sebagai batu pengunci dan
dipasang/disusun mulai diatas elevasi batu dengan berat > 1.000 Kg
(sesuai gambar). Dipasang dengan menggunakan alat berat
(Excavator) mengikuti jalur rencana.
Didalam pemasangan/penyusunan batu ini, agar dapat diatur sisi-sisi
sudut batu satu dengan batu lainnya dengan memperkecil
rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi lebih kompak dan kokoh
terhadap pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat 250 Kg – 1.000 Kg
Batu dengan berat 250 Kg – 1.000 Kg merupakan batu primer, yang
dipasang dengan menggunakan alat berat Excavator. Batu ini
dipasang diatas lapisan geotextile hingga mencapai elevasi yang
ditentukan, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu dengan berat
> 1.000 Kg. Pemasangan batu ukuran ini dilakukan secara hati
– hati untuk mencegah terjadinya kerusakan pada lapisan geotextile.
Untuk memperkuat batu satu dengan lainnya, pemasangan dilakukan
dengan mengatur sisi – sisi sudut batu satu dengan batu lainnya dengan
cara memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi
kompak dan kokoh terhadap pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat > 1.000 Kg
Batu dengan berat > 1.000 Kg merupakan batu primer yang dipasang
dengan menggunakan alat berat Excavator. Batu ini dipasang setelah
batu ukuran 250 Kg – 1.000 Kg mencapai elevasi yang ditentukan,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu dengan berat < 250
Kg sebagai batu mengunci, untuk memperkuat batu satu dengan lainnya
(menutupi pori/rongga) dipasang batu yang ukurannya lebih kecil dari
batu primer. Hal ini diperlukan agar lebih kokoh dan kompak.
Untuk lebih jelasnya metode pemasangan batu dengan berat < 250 Kg, batu
250 Kg – 1.000 Kg dan ditambah batu > 1.000 Kg dapat dilihat pada
gambar terlampir.
c. Groin Dan Jetty
- Batu dengan berat < 250 Kg
Batu dengan berat < 250 Kg berfungsi sebagai batu pengunci dan
dipasang/disusun mulai diatas elevasi batu dengan berat > 1.000 Kg
(sesuai gambar). Dipasang dengan menggunakan alat berat
(Excavator) mengikuti jalur rencana.
Didalam pemasangan/penyusunan batu ini, agar dapat diatur sisi-sisi
sudut batu satu dengan batu lainnya dengan memperkecil
rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi lebih kompak dan kokoh
terhadap pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat > 1.000 Kg
Batu dengan berat > 1.000 Kg merupakan batu primer, yang dipasang
dengan menggunakan alat berat Excavator. Batu ini dipasang diatas
lapisan geotextile hingga mencapai elevasi yang ditentukan,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu pengunci dengan berat <
250 Kg. Pemasangan batu ukuran ini dilakukan secara hati – hati untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada lapisan geotextile. Untuk
memperkuat batu satu dengan lainnya, pemasangan dilakukan dengan
mengatur sisi – sisi sudut batu satu dengan batu lainnya dengan cara
memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi kompak dan
kokoh terhadap pengaruh gelombang laut.
Untuk lebih jelasnya metode pemasangan batu dengan berat < 250 Kg, batu
dengan berat < 1.000 Kg dapat dilihat pada gambar terlampir.

4. Pembayaran
Harga satuan untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk semua persyaratan yang
ditetapkan proyek seperti test material, pengadaan material, transportasi,
peralatan dan upah pekerja juga hal yang berhubungan dengan pemasangan
batu. Untuk pembayarannya dihitung volume batu dalam meter kubik (m 3)
terpasang yang dinyatakan dalam Berita Acara Penyelesaian Prestasi Pekerjaan
selama periode pelaksanaan kontrak.
VII. PEKERJAAN BRONJONG

1. Umum
Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng
yang pada penggunaannya diisi batu – batu untuk mencegah erosi yang dipasang
pada tebing – tebing, tepi – tepi sungai, yang proses pengayamannya
menggunakan mesin. Pekerjaan bronjong meliputi pekerjaan-pekerjaan : penyediaan,
pengangkutan dan pemasangan kawat bronjong yang diisi dengan batu kali
seperti yang ditunjuk pada gambar rencana.

2. Material
Bronjong kawat anyaman pabrikasi (dia.3 mm) atau anyaman manual (dia.4 mm)
dengan ukuran sangkar adalah :
- Tinggi : 0,50 meter
- Lebar : 1,00 meter
- Panjang : 2,00 meter.
Ukuran-ukuran bronjong disesuaikan dengan kondisi lapangan dan harus mendapat
petunjuk dan persetujuan pihak Direksi. Pengayaman dengan menggunakan mesin
mengacu pada SNI 03-0090-1987 tentang mutu dan cara uji bronjong dan kawat
bronjong dan syarat bahan baku mengacu pada SNI 03-
6154-1999 tentang kawat bronjong. Bentuk dan ukuran kawat bronjong, ukuran
anyamannya adalah 80 mm x 100 mm atau 100 mm x 120 mm dengan diameter
kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi diameter 4,0 mm dan kawat pengikat diameter
2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar dan tinggi) dan diameter kawat
sebesar 10%.
Batu untuk pengisi bronjong harus batu yang keras dan tahan lama dengan
ukuran 20 cm – 30 cm dapat berupa batu kali atau batu gunung, dimana batu pipih
dan panjang tidak boleh dipakai.

3. Pelaksanaan
a. Pemasangan bronjong harus hati-hati untuk mencegah kerusakan lapisan saringan.
Sebelum batu diisikan, bronjong ditegangkan sampai bentuk yang diinginkan.
b. Pengisian mulai dari bagian bawah, krat-krat supaya diletakkan dalam keadaan
kosong, diisi dengan batu sampai penuh dan kemudian ditutup.
c. Sambungan-sambungan antara bronjong maupun sekat-sekatnya harus diikat
dengan kawat dengan mutu yang sama. Bronjong ditempatkan diatas filter yang
terbuat dari ijuk sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
d. Batu isian dipergunakan batu yang keras, tahan lama, tidak rusak dan pecah
oleh air. Ukuran batu minimum tidak boleh lebih kecil dari 16 cm, dengan ukuran
batu rata-rata berbentuk sama yang dapat ditahan oleh saringan kawat bronjong.
e. Semua bagian tepi dari bronjong dan matras termasuk panel, dan sekat harus
terikat rapat pada kawat sisi panel dan terikat secara mekanikal atau petunjuk
Direksi, hal untuk menjaga terlepasnya anyaman, diameter kawat pengikat
yang menghubungkan antara sisi panel untuk perakitan, pemasangan, matras
berdiameter minimal 2 mm.
f. Setiap bronjong harus dihubungkan dengan ikatan yang didekatnya.
g. Sambungan-sambungan vertikal antara bronjong-bronjong yang ditempatkan
pada setiap 2 (dua) lapisan akan disusun bergiliran seperti yang ditunjukkan
dalam gambar atau petunjuk Direksi.
h. Satuan kuantitas bronjong anyaman mesin adalah unit/buah.
50
50

4. Pembayaran
Volume pembayaran bronjong dilakukan berdasarkan atas harga satuan per m³
bronjong yang terpasang.

VIII.PEKERJAAN PEMANCANGAN KAYU CERUCUK

1. Umum
Pekerjaan pemancangan kayu cerucuk meliputi pekerjaan-pekerjaan : penyediaan,
pengangkutan dan pemancangan seperti yang ditunjuk pada gambar rencana.

2. Material
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu bakau dengan
berdiameter antara 10–15 cm. Apabila menggunakan kayu lain harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi

3. Pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan pemancangan, maka ujung kayu yang akan dipancang
harus dilancipkan terlebih dahulu untuk memudahkan pelaksanaan pemancangan,
dan ujung pancang kayu yang dilancipkan sekurang-kurangnya
25 cm.
b. Posisi kayu saat pemancangan harus dibuat vertikal dan betul-betul tegak lurus
sehingga akan diperoleh hasil yang optimal, toleransi kemiringanya hanya 5 %.
c. Pemancangan kayu cerucuk dilakukan sampai mencapai tanah keras atau
sesuai dengan yang diarahkan oleh Direksi dan kayu cerucuk berada dalam posisi
yang stabil dan secara struktural berada dalam kondisi yang kokoh.
d. Untuk kayu penyokong ataupun angker kayu harus dibuat sesuai gambar rencana
ataupaun petunjuk Direksi yang biayanya sudah termasuk dalam biaya
pemancangan.

4. Pembayaran
Volume pembayaran untuk pekerjaan ini adalah per m¹ kayu yang akan
terpancang dan masuk kedalam tanah.

IX. PEKERJAAN SHEET PILE


1. Sheet Pile Baja Type FSP – II
1.1. Pekerjaan
Pemancangan
Pemancangan sheet pile ini dikerjakan dengan kedalaman yang telah
direncanakan atau sesuai elevasi yang direncanakan dan sampai pada tanah
yang keras dengan menggunakan Vibro Hammer, Diesel Hammer atau Pile
Hammer.
Dalam pengadaan sheet pile diatas sudah termasuk pembelian, ongkos
angkut dan kayu ganjalan untuk menompang tumpukan sheet pile dilapangan.
Pemasangan sheet pile harus rapi dan sejajar sesuai dengan gambar. Volume
pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan pemacangan ini adalah per-meter
sheet pile yang terpasang.
1.2. Pekerjaan Memotong Kepala Sheet
Pile
Pekerjaan memotong kepala sheet pile ini harus dikerjakan untuk meratakan
kepala sheet pile sehingga didapat permukaan yang rata untuk mempermudah
pekerjaan capping beton bertulang. Volume pekerjaan yang dibayar untuk
pekerjaan ini adalah per-meter kubit yang dipecahkan.
1.3. Pekerjaan Beton Bertulang (Capping Kepala Sheet Pile)
Pekerjaan beton pada pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material,
dan cara pelaksanaan. Syarat – syarat bahan/material, vahan tambahan
(admixture) dan cara pelaksanaan mengikuti syarat – syarat yang telah
diuraikan sebelumnya pada Spesifikasi Teknis ini.
1.4. Pekerjaan Pembesian dan Penulangan
1.4.1. Semua penulangan harus dari baja U-24 , produksi dalam negeri
dengan standar industri Indonesia.
1.4.2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat penulangan dan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam N.I.2, kecuali tertulis pada
gambar atau ditentukan direksi, bengkokan, penggelasan selimut beton
dan detail lainnya. Besi yang dipakai harus bebas dari gemuk /
pelumas, karat dan kotoran-kotoran lain serta tidak bengkok-bengkok.
Diameter besi sesuai yang telah ditentukan, batang dengan berbagai
ukuran agar diberikan tanda yang jelas dan dikelompokkan terpisah
satu sama lainnya.
1.4.3. Selimut/ pelindung beton harus terjamin sesuai dengan gambar baik
horizontal maupun vertikal dengan memasang tahu-tahu beton.
1.4.4. Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya 2 (dua) kali putaran
dengan kawat beton 1,6 mm, ujung kawat beton agar dipotong
sependek mungkin agar tidak mencuat dari keluar dari beton.
1.4.5. Bila pemasangan tulangan selesai dilakukan kontraktor harus
menyiapkan dan mengajukan untuk diperiksa oleh pihak direksi dan
konsultan pengawas untuk dilakukan pengecekan akhir kebenaran
penempatan penulangan.
1.4.6. Untuk pekerjaan tulangan menggunakan besi beton dengan
diameter 12 mm dan besi beton berdiameter 8 mm untuk besi behel
dengan diikat oleh kawat beton.
1.4.7. Volume pekerjaan dibayar untuk pekerjaan ini adalah perkilogram
(Kg) berat bersih besi yang terpasang.
1.5. Pekerjaan Pemasangan Sheet Oile Angkur
Pemasangan angker sheet oile angkur dipergunakan buatan pabrikan dipasang
dengan interval jarak 5 m - 10 m. Pada ujung sheet oile angkur di pasang baut
untuk mengikat/tarikan besi.

2. Sheet Pile Beton


2.1. Pekerjaan Pemancangan
Pemancangan sheet pile ini dikerjakan dengan kedalaman yang telah
direncanakan atau sesuai elevasi yang direncanakan dan sampai pada tanah
yang keras dengan menggunakan Vibro Hammer, Diesel Hammer atau Pile
Hammer.
Dalam pengadaan sheet pile diatas sudah termasuk pembelian, ongkos
angkut dan kayu ganjalan untuk menompang tumpukan sheet pile dilapangan.
Pemasangan sheet pile harus rapi dan sejajar sesuai dengan gambar. Volume
pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan pemacangan ini adalah per-meter
sheet pile yang terpasang.
2.2. Pekerjaan Memecah Kepala Sheet Pile
Pekerjaan memecah kepala sheet pile ini harus dikerjakan untuk meratakan
kepala sheet pile sehingga didapat permukaan yang rata untuk
mempermudah pekerjaan capping beton bertulang. Volume pekerjaan yang
dibayar untuk pekerjaan ini adalah per-meter kubit yang dipecahkan.
2.3. Pekerjaan Beton Bertulang (Capping Kepala Sheet
Pile)
Pekerjaan beton pada pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material,
dan cara pelaksanaan. Syarat – syarat bahan/material dan cara pelaksanaan
mengikuti syarat – syarat yang telah diuraikan sebelumnya pada Spesifikasi
Teknis ini.
2.4. Pekerjaan Pembesian dan
Penulangan
2.4.1. Semua penulangan harus dari baja U-24 , produksi dalam negeri
dengan standar industri Indonesia.
2.4.2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat penulangan dan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam N.I.2, kecuali tertulis pada
gambar atau ditentukan direksi, bengkokan, penggelasan selimut beton
dan detail lainnya. Besi yang dipakai harus bebas dari gemuk /
pelumas, karat dan kotoran-kotoran lain serta tidak bengkok-bengkok.
Diameter besi sesuai yang telah ditentukan, batang dengan berbagai
ukuran agar diberikan tanda yang jelas dan dikelompokkan terpisah
satu sama lainnya.
2.4.3. Selimut/ pelindung beton harus terjamin sesuai dengan gambar baik
horizontal maupun vertikal dengan memasang tahu-tahu beton.
2.4.4. Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya 2 (dua) kali putaran
dengan kawat beton 1,6 mm, ujung kawat beton agar dipotong
sependek mungkin agar tidak mencuat dari keluar dari beton.
2.4.5. Bila pemasangan tulangan selesai dilakukan kontraktor harus
menyiapkan dan mengajukan untuk diperiksa oleh pihak direksi dan
konsultan pengawas untuk dilakukan pengecekan akhir kebenaran
penempatan penulangan.
2.4.6. Untuk pekerjaan tulangan menggunakan besi beton dengan
diameter 12 mm dan besi beton berdiameter 8 mm untuk besi behel
dengan diikat oleh kawat beton.
2.4.7. Volume pekerjaan dibayar untuk pekerjaan ini adalah perkilogram
(Kg) berat bersih besi yang terpasang.

3. Pengukuran dan Pembayaran


Harga satuan untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk semua persyaratan yang
ditetapkan seperti pengadaan material, transportasi, peralatan dan upah pekerja
dan juga hal yang berhubungan dengan pemancangan unit sheet pile. Untuk
pengadaan bahan, volume sheet pile yang dibayar adalah unit sheet pile yang
sudah terpancang dalam satuan batang seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Sedangkan untuk pembayaran pemacangan dihitung volume unit sheet
pile yang terpancang dalam satuan m’ seperti yang terdapat dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Volume pembayaran dinyatakan dalam Berita Acara
Penyelesaian Prestasi Pekerjaan selama periode pelaksanaan kontrak.

IX. PEKERJAAN JALAN


1. Pekerjaan Base Course

1.1. U m u m
Lapis dasar untuk jalan akses permanen dan perkerasan harus dibangun sesuai
dengan jalur, elevasi, kemiringan, dan ukuran pada Gambar atau sesuai
petunjuk Direksi.
Material lapis dasar terdiri dari agregat batu pecah atau agregat kerikil
pecah bersiku sesuai dengan persyaratan untuk agregat beton dalam
Spesifikasi Teknis ini kecuali yang diberikan dalam spesifikasi yang telah
ditentukan.

1.2. Material
a. Jika material tidak mengandung cukup material rekat alam untuk
mengikat dengan cepat pada kegiatan watering dan pemadatan, harus
ditambahkan bahan rekat yang mengandung batu pecah kecil, bahan rekat
tanah atau material rekat lainnya yang disetujui oleh Direksi.
b. Jumlah dari bahan rekat yang ditambahkan harus dengan persetujuan
dari Direksi dan setelah bahan rekat telah ditambahkan, kombinasi ukuran
dari campuran itu harus dalam batasan seperti di atas.
c. Jumlah berat bahan rekat dari campuran itu tidak lebih dari dua puluh
persen (20 %) dari campuran.
d. Bahan rekat harus dicampurkan secara seragam pada material base pada
tempat dimana material diproduksi, atau atas persetujuan Direksi, pada
tempat dimana dilakukan penempatan dan penghamparan dari material
base.

1.3. Pelaksanaan

a. Kontraktor mengirimkan material lapis dasar dan menempatkannya


dalam lapisan di atas sub-base atau subgrade yang telah dipersiapkan
sebelumnya, sehingga ketebalan setelah pemadatan tidak lebih dari 10
centimeter, kecuali jika atas petunjuk atau persetujuan dari Direksi.
b. Setelah material untuk tiap lapis telah ditempatkan maka material
tersebut dicampur/diaduk dan dihamparkan (dalam kadar air yang
diperlukan) dengan alat motor grader atau alat lain yang telah disetujui,
sehingga ketebalan lapisan seragam dan distribusi dan gradasi material
yang merata tercapai.
c. Ketika pemuatan dilakukan di atas material yang sebelumnya telah
ditempatkan, Kontraktor harus menentukan rute dari alat-alat pemuatan di
atas material yang sudah ditempatkan sedemikian sehingga perjalanan
menyebar secara seragam di seluruh permukaan untuk mendistribusikan
efek pemadatan dari alat itu dan untuk meminimalkan rutting dan
pemadatan yang tidak seragam.
d. Setelah dihamparkan, tiap lapisan harus dipadatkan sampai kepadatan
yang ditentukan pada semua lebar lapisan dengan penggilas dengan silinder
halus (smooth drum roller), penggilas roda ban (pneumatic-tired roller), dan
alat-alat pemadatan lainnya yang disetujui oleh Direksi. Semua metode
pemadatan dan alat-alatnya harus menurut persetujuan Direksi dan detail
lengkap dari pekerjaan itu harus diajukan kepada Direksi untuk persetujuan
sebelum awal pekerjaan.
e. Operasi dari alat-alat pemadatan, kontrol kadar air dan persiapan
permukaan lapisan untuk lapisan-lapisan berikutnya sama seperti
pemadatan untuk material urugan seperti ditentukan di atas. Penggilasan
untuk tiap lapisan harus maju secara gradual dari sisi ke tengah (centre),
paralel dengan centreline jalan, dan harus dilaksanakan secara kontinyu
sampai seluruh permukaan telah digilas. Ketidak-teraturan atau penurunan
yang terjadi selama penggilasan harus dikoreksi dengan melepas material
pada tempat-tempat itu dan menambah atau mengurangi material sampai
permukaan seragam yang halus diperoleh. Untuk tempat-tempat yang
berdekatan dengan struktur dan tempat- tempat yang tidak dapat
dijangkau roller besar, material harus
dipadatkan dengan alat pemadat mekanik tangan atau stamper (hand
tamper).
f. Lapisan teratas dari material lapis dasar, harus dikupas dengan grader
dan digilas sampai permukaan halus secara merata, bebas dari bentuk
bergelombang, dan sesuai dengan elevasi dan tampang pada Gambar,
atau atas petunjuk Direksi, dengan toleransi + 3 centimeter dalam tiap 5
meter.
g. Kontrol kadar air dan kepadatan
 Kadar air dari material base selama dan setelah pemadatan, seperti
ditetapkan menurut Standar ASTM D2216, harus dalam range dari
minus tiga persen (-3 %) sampai dengan plus satu persen (+1 %) dari
kadar air optimum / optimum moisture content (OMC) seperti
didapatkan dari Standard Compaction Test yang dilaksanakan
menurut Standar ASTM D698, dan kadar air ini harus seragam dalam
tiap lapisnya.
 Tiap lapis dari material base harus dipadatkan sampai kepadatan
seragam pada lapisannya, yang harus mempunyai nilai California
Bearing Ratio (CBR) minimal 60, sesuai Standar ASTM D1883.

1.4. Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran untuk pembayaran dari lapis dasar akan ditentukan dari
volume material yang dipadatkan dalam meter kubik dengan kemiringan,
elevasi, dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai
petunjuk dari Direksi.
b. Pembayaran dari penempatan dan pemadatan dari lapis dasar akan dihitung
dari harga unit per meter kubik yang telah ditenderkan sebelumnya dalam
Daftar Kuantitas Pekerjaan, dimana harga unit itu sudah termasuk
kompensasi penuh untuk tenaga, peralatan, dan material termasuk
pemuatan, pengangkutan, penempatan, penyebaran, pembasahan atau
pengeringan yang diperlukan, pemadatan, pembentukan dan
penyelesaian, pengujian dan item-item lainnya yang diperlukan dalam
penyelesaian pekerjaan.

2. Pekerjaan Surface Course/Perkerasan Makadam


2.1. U m u m
Metode dari konstruksi lapis makadam (macadam) ini secara garis besar
adalah sebagai berikut :
i. Lapis dasar (base course) jalan harus dilapisi awal dengan lapisan awal
aspal bitumen;
ii. Lapisan agregat kasar harus dihamparkan di atas lapis dasar yang telah
dilapisi, dan harus digilas dan diperlakukan dengan bahan rekat aspal
bitumen;
iii. Penghamparan pertama dari agregat kunci (key aggregate) harus
dihamparkan di atas lapisan agregat kasar dan aspal dan harus digilas dan
diperlakukan dengan bahan rekat aspal bitumen;
iv. Penghamparan kedua dari key aggregate harus dihamparkan di atas
lapisan agregat kasar, key aggregate, dan aspal; dan harus digilas dan
diperlakukan dengan bahan rekat aspal bitumen;
v. Lapisan akhir yang terdiri dari aggregat halus harus digilas
sepenuhnya.
Kontraktor harus membangun lapis permukaan dari bituminous penetration
macadam untuk pekerjaan jalan dan area lain yang diperkeras dengan jalur,
elevasi, dan kelandaian seperti dalam Gambar atau atas perintah Direksi.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memelihara semua bagian dari
pekerjaan jalan dan perkerasan yang telah selesai sampai waktu yang disetujui
oleh Pemberi Tugas.
Ketebalan dari lapis atas ini tidak boleh kurang dari enam puluh (60)
millimeter kecuali jika ditentukan dalam Gambar atau atas perintah Direksi.
Lapis atas makadam penetrasi bitumen harus dibuat hanya jika permukaan
pekerjaan jalan kering dan cuaca tidak berkabut atau hujan.

2.2. Material
Agregat untuk makadam penetrasi bitumen harus terdiri dari batu pecah
atau kerikil pecah bersiku sesuai dengan persyaratan yang ditentukan pada
Spesifikasi Teknis untuk agregat beton dan Bituminous asphalt untuk lapis
awal dan bahan rekat yang telah memenuhi persyaratan teknis.

2.3. Pengambilan contoh dan pengujian


Semua pengujian agregat dan material bitumen pada konstruksi perkerasan
harus memenuhi spesifikasi dan Standar seperti ketentuan dan harus diuji
sesuai persyaratan. Contoh-contoh agregat dan material bitumen bersama
dengan hasil-hasil pengujian harus dikirimkan kepada Direksi untuk
persetujuan sebelum material-material itu digunakan untuk pekerjaan. Contoh-
contoh tambahan dan hasil-hasil pengujian dari agregat dan material
bitumen mungkin diperlukan oleh Direksi selama konstruksi. Pengambilan
contoh dari semua agregat dan material bitumen harus sesuai dengan
persyaratan ASTM Designation D75-87, “Sampling of Aggregates”, dan
D140-88, “Sampling of Bituminous Materials”.

2.4. Peralatan konstruksi


Semua peralatan dan mesin yang digunakan untuk konstruksi perkerasan harus
disetujui oleh Direksi. Tipe spesifik dari peralatan yang digunakan adalah atas
usul Kontraktor. Peralatan utama yang diperlukan untuk konstruksi perkerasan
terdiri atas mesin penghampar agregat ( aggregate spreader), alat
penyemprot aspal bitumen (pressure distributor), dan mesin penggilas
(roller). Peralatan pelengkap yang diperlukan terdiri atas alat penyapu,
shovel, penggaruk, dan lain-lain.
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan umum sebagai
berikut :
i. Penghampar Agregat (Aggregate Spreader) : Penempatan agregat
langsung pada lapis dasar atau lapis permukaan yang mendahului, dan
penggunaan motor grader atau sejenisnya untuk menghamparkan agregat
tidak diperkenankan; agregat harus dihamparkan dengan bantuan mesin
penghampar mekanik yang disetujui oleh Direksi. Jika terjadi pemisahan
agregat selama penanganan maka agregat tersebut harus dicampur ulang
sampai bergradasi baik, sebelum dimuat dalam mesin penghampar
agregat.
ii. Bituminous Asphalt Sprayer : Alat sprayer (pressure distributor) yang
digunakan untuk menyemprotkan lapis awal aspal bitumen dan bahan
rekat harus dapat dioperasikan untuk mendistribusikan material secara
merata. Alat sprayer digerakkan dengan unit power yang terpisah
untuk mengoperasikan pompa bitumen. Penyemprotan material aspal
bitumen dengan alat yang lain dari pressure distributor tidak
diperkenankan dan alat tersebut harus dapat mengontrol temperatur dalam
batasan tertentu secara akurat.
iii. Roller : Penggilas (roller) dapat berupa tipe penggilas silinder halus
triple atau tandem dengan berat masing-masing tidak kurang dari 8 ton
untuk tipe statis atau 5 ton untuk tipe getar. Penggilas roda ban
diijinkan untuk digunakan asal dilengkapi dengan ban halus dan
mempunyai berat tidak kurang dari 10 ton. Penggilas harus dilengkapi
dengan tangki air dan alat sprinkler untuk menjaga agar roda tetap basah
jika diperlukan, untuk mencegah melekatnya material bitumen dan
silinder atau roda juga harus dilengkapi dengan alat pengupas untuk
pembersihan.

2.5. Pelaksanaan
Metode konstruksi dan tahapan konstruksi untuk lapisan atas makadam
penetrasi bitumen secara umum adalah sebagai berikut :
a. Pelapisan awal dari lapis dasar jalan
Sebelum pelaksanaan pelapisan, lapis dasar jalan harus dipadatkan secara
menyeluruh dan telah selesai dengan kelandaian dan tampang melintang
seperti ditunjukkan dalam Gambar. atau atas perintah Direksi dengan
toleransi tertentu. Material lepas harus disapu dibersihkan. Lapis awal
harus diberikan hanya jika permukaan lapis dasar kering dan diberikan
dengan jumlah seperti ketentuan.
b. Penghamparan dari agregat kasar – lapis pertama
Lapis agregat kasar dihamparkan dengan jumlah seperti ketentuan pada
Sub-Bab 6.6.8 di bawah, dengan ketinggian seragam dan dengan
alinemen, kelandaian, dan tampang melintang yang benar dengan bantuan
spreader mekanik seperti ketentuan pada Sub-Bab 6.6.5 di atas,
ditambah dengan penghampar tangan seperti sekop, garpu, dan garuk.
Ukuran partikel agregat sangat besar atau sangat kecil harus diganti
dengan material yang sesuai sebelum penggilasan dimulai.
c. Penggilasan – lapis pertama agregat kasar
Setelah lapis agregat telah ditempatkan pada seluruh lebar, permukaannya
garus digilas. Penggilasan harus dilakukan secara longitudinal dan
dimulai dari tepi luar ke tengah, dan bertautan minimal 30 centimeter
untuk tiap strip.Penggilasan harus diteruskan sampai tekstur permukaan
seragam dan tingkat kepadatan sesuai ketentuan. Ketidak-teraturan yang
lebih dari satu (1) centimeter harus dikoreksi dengan melepas dan
membentuk lapis agregat atau menambahkan agregat sesuai keperluan,
dan dengan penggilasan kembali area tersebut. Lapis agregat kasar yang
dipadatkan harus kuat, dan sesuai dengan ketentuan pada Gambar. Untuk
tempat-tempat yang dekat dengan struktur seperti dinding dan sebagainya
tidak diperkenankan digunakannya roller; agregat harus dipadatkan
dengan alat pemadat tangan sampai kepadatan yang ekuivalen dengan
lapisan yang dipadatkan dengan roller.
d. Pemberian pertama bahan rekat bitumen
Pemberian pertama bahan rekat bitumen pada agregat kasar yang telah
disiapkan. Bahan rekat harus diberikan hanya jika agregat kasar kering
pada setiap ketinggian lapisan.
Bahan rekat bitumen harus diberikan secara seragam pada lapis
agregat kasar dengan alat penyemprot seperti ketentuan dengan jumlah
per meter persegi seperti ketentuan di bawah.
e. Penghamparan pertama agregat kunci – lapis kedua
Segera setelah pemberian bahan rekat bitumen pada lapis pertama agregat
kasar, agregat kunci harus dihamparkan secara seragam pada permukaan
dengan alat aggregate spreader dengan jumlah seperti ketentuan.
Kegiatan penghamparan agregat kunci harus diperhatikan
untuk mendapatkan keseragaman pemberian, dan jika atas perintah
Direksi, permukaan harus disapu dengan push broom atau drag broom.
f. Penggilasan – penghamparan pertama agregat kunci
Penggilasan permukaan dari agregat kunci harus dimulai segera setelah
penghamparan, dilakukan ketika bahan rekat bitumen pada lapisan
lapis agregat kasar masih panas, dan diteruskan sampai material pada
secara menyeluruh.Penambahan agregat kunci dalam jumlah kecil
diberikan sesuai keperluan selama penggilasan.
g. Pemberian kedua bahan rekat bitumen
Setelah penggilasan dari penghamparan pertama agregat kunci telah
selesai, permukaan harus dibersihkan dari material lepas, dan
pemberian kedua bahan rekat bitumen harus dilaksanakan dengan alat
sprayer pada jumlah per meter persegi sesuai ketentuan.
h. Penghamparan kedua agregat kunci – lapis ketiga
Segera setelah pemberian kedua bahan rekat bitumen, penghamparan
kedua dari agregat kunci dilaksanakan secara seragam di atas permukaan
dengan jumlah sesuai ketentuan.
i. Penggilasan – penghamparan kedua agregat kunci
Penggilasan permukaan dari penghamparan kedua agregat kunci harus
dimulai segera setelah penghamparan, dilakukan ketika bahan rekat
bitumen masih panas. Penghamparan agregat kunci diikuti dengan
penggilasan secara menyeluruh dan penyapuan permukaan. Bagian
agregat kunci yang dicadangkan selama penghamparan harus
ditambahkan sesuai keperluan selama penggilasan dan penyapuan
berlangsung pada tempat-tempat yang memerlukan material tambahan,
agar permukaan yang seragam tercapai. Penggilasan dan penyapuan
dilanjutkan sampai semua celah terisi.
j. Pemberian ketiga bahan rekat bitumen dan agregat halus lapis
teratas
Setelah penggilasan dari penghamparan kedua agregat kunci telah selesai,
permukaan harus dibersihkan dari material lepas, dan pemberian
ketiga bahan rekat bitumen harus dilaksanakan pada jumlah sesuai
ketentuan. Permukaan lapisan kemudian ditutup dengan agregat halus,
dan harus digilas dan disapu sampai agregat halus menutup secara
seragam pada seluruh permukaan perkerasan.
Pada penyelesaian pelapisan, permukaan harus dibersihkan sehingga tidak
ada material lepas pada permukaan.

2.6. Pemanasan untuk material bitumen


Lapis awal aspal bitumen dan bahan rekat harus dipanaskan pada
temperatur antara 120 sampai 160 0C, tidak diperkenankan dipanaskan di atas
200 0C.

2.7. Perkiraan jumlah material


Perkiraan jumlah material per meter persegi adalah sebagai berikut :

Agregat kg/m2 Aspal


Penghamparan/
bitumen
Pemberian Kasar Kunci Halus
Lapis awal 0,9 sampai
Lapis Pertama 100 sampai - - 1,2
Lapis Kedua 120 13 sampai 18 - 4,5 sampai
Lapis Ketiga - 11 sampai 16 - 5,5
Lapis Terakhir - - 8 sampai 12 1,8 sampai
- 2,2
1,5 sampai
1,9
-
Berat pada tabel di atas adalah untuk agregat dengan berat jenis 2,65 sesuai
ketentuan Standar ASTM C127. Koreksi dilakukan jika agregat kasar
mempunyai berat jenis kurang dari 2,65. Jumlah terkoreksi dari agregat
kasar merupakan hasil perkalian antara berat per meter persegi dengan
rasio antara berat jenis agregat kasar yang digunakan dengan 2,65. Jumlah
untuk penghamparan agregat dan pemberian aspal bitumen tiap lapis
adalah perkiraan; jumlah pasti harus ditentukan oleh Direksi, berdasarkan
pengujian laboratorium dan pengujian lapangan.

2.8. Kontrol ketebalan


Direksi harus mengontrol keseragaman ketebalan pada lapisan dengan lubang
uji jika diperlukan.
Umumnya, rangkaian 3 lubang uji digali pada interval jarak 200 meter, satu
lubang pada tengah, lubang lainnya dekat pinggir atau sekitar
perempatnya, atas petunjuk Direksi. Lubang uji harus digali dan diisi
kembali oleh Kontraktor atas perintah Direksi dan atas biaya Kontraktor.

2.9. Persyaratan permukaan


Jika diuji dengan crown template, sesuai tampang melintang pada Gambar,
variasi permukaan antara dua kontak pada permukaan tidak boleh melebihi
10 millimeter; jika diuji dengan straight edge, variasi tersebut tidak boleh lebih
dari 6 millimeter.

2.10. Perlindungan perkerasan


Selama periode antara persiapan lapis dasar dan penyelesaian
penghamparan agregat halus lapis atas, permukaan perkerasan harus dilindungi
dari semua lalu lintas.

2.11. Pengukuran dan pembayaran


a. Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pelapisan atas makadam
penetrasi bitumen untuk perkerasan akan dibuat dalam luasan meter
persegi sesuai jalur, kelandaian, dan elevasi seperti pada Gambar atau
seperti perintah Direksi.
b. Pembayaran pekerjaan pelapisan atas makadam penetrasi bitumen
untuk jalan dan perkerasan akan dibuat pada harga unit per meter persegi
yang ditenderkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, dimana harga unit
termasuk kompensasi penuh untuk biaya pekerja, peralatan, material
termasuk prosesnya, pengangkutan, penghamparan, pemberian material
bitumen, pemadatan, pembentukan, penyelesaian, pengujian, perawatan
dan item-item lainnya yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan.

X. PEKERJAAN PINTU AIR

1. Spesifikasi Untuk Bangunan Pintu dan Pintu Sorong


1.1. Bangunan Pintu
a. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang semourna. Daun pintu
untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan
horizontal harus diklem kuat pada permukaan plat dan batang tidak lebih dari
1 mm.
Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus menerus
didua sisi, sedemikian hingga tidak air yang bocor diantara bagian –
bagian tersebut.
b. Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat
dinding, rangka, ambang, tangki ulir gear dan material yang dibutuhkan.
Semua bagian daripada pintu harus cocok dengan gambar desain.
c. Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan
dengan baut berjangkar, dan semua rongga yang ada antara rangka dan
bangunan harus diisi dengan mortar 1 PC : 3 PS sampai Direksi menganggap
cukup.
d. Semua pembuatan konstruksi harus sedemian rupa sehingga pintu bebas
dari puntiran, bengkok dan deformasi lain menurut anggapan Direksi.
e. Pemakaian karet atau vahan lain untuk seals guna perapat pada pintu – pintu
harus sesuai dengan yang diijinkan yang mempunyai efektifitas, keawetan
sesuai cuaca Indonesia dan terendam dalam air secara kontinu, dan
keterbukaan pada sinar matahari dimungkinkan pemakaian vahan karet
sintetik atau plastik yang memenuhi persyaratan.
f. Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai stándar industria untk
memudahkan perakitan, pemasangan dan pemindahan. Semua dimensi yang
ada digambar adalah mínimum. Dalam pembuatan harus melebihi
(ukurannya) secukupnya, sedemikian hingga tidak ada dimensi yang kurang.

1.2. Pintu Sorong


a. Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap termasuk
tangkai, dan kunci, gear, serta kompling dan lain – lain.
Tarikan yang dibutukan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk
membuka atau menutup pintu dan las roda setang harus pada elevasi 0,90
diatas bangunan atau paltform dimana operator akan berdiri.
b. Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat. Gear harus dari
besi tulang atau selubung/rangka las dilengkapi tutup untuk pemberian
pelumas dari gear.
c. Pintu sorong harus seluruhnya shop assembled (rakitan pabrik) ukuran
plat dan profil pintu harus sesuai dengan gambar.

2. Spesifikasi Teknik Umum


2.1. Penyiapan bahan – bahan
a. Semua kegiatan, sedapat mungkin dilakukan dalam/sekitar wilayah
(proyek)
b. Mutu dan penyelesaian harus sesuai dengan kenyataan praktek dalam
pekerjaan konstruksi baja modern. Bahan pada pekerjaan besi harus dijaga
bersih dan terlindung dari pengaruh cuaca sejauh memungkinkan dalam
praktek. Lubang baut harus betul – betul bulat. Ukuran dari lubang baut
harus tidak lebih dari 2 mm lebih besar dari diameter nominal
(ditetapkan) dari baut dan harus menciptakan putaran yang pas dengan baut.
c. Panjang uliran baut harus sedemikian hingga sehingga seluruh diameter
tangkai berada dalam daerah geser (shear zone). Baut harus menonjol paling
tidak satu panjang uliran dengan mínimum 3 mm dan maksimum
10 mm setelah pergeseran dari mur. Di bawah mur pada baut jangkar dan
dibawah semua kepala baut dan mur, harus dilengkapi dengan “heavy
duty washer”.
60
60

Jika baut digunakan dalam permukaan yang miring, harus menggunakan


“bevelled washer”. Kepala dari mur harus diputar dengan benar, dengan
menggunakan kunci inggris yang cocok dan dengan panjang tidak kurang
dari 0,30 m.
d. Untuk drat stang harus dipasang doublé drat.
e. Sebelum dimulainya pengelasan, Penyedia Jasa harus membuat dan
menenyerahkan kepada Direksi untuk disetujui, program lengkap yang
menunjukkan :
- Type pengelasan
Klasifikasi bahan untuk pengelasan, termasuk ukuran – ukuran yang
diperlukan untuk mewujudkan dimensi spesifikasi setelah pengelasan.
Sesudah pengelasan, semua ceceran las harus dibersihakn dan semua
lubang pori dan berkas – berkas terbakar harus diperbaiki.
- Diameter kawat las dan aliran listrik yang dipakai harus memenuhi
ketentuan.

2.2. Pemasangan
a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan seperti pada
gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk Direksi ditempat
pekerjaan, termasuk semua alat alat pelengkap seperti baut jangkar, penahan,
seal (penguat) dan sebagainya.
b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan diteliti/tepat
sebelum dan selama pemasangan. Dinding plat, sandaran dan ambang
harus diperkuat seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
c. Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan
dirapikan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus memindahkan sembua
kelebihan bahan- bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan
Direksi.
Semua gear reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak pelumas,
sesuai syarat dari pembuat/pabrik. Gear reducer terbuka harus duberi gemuk
kualitas baik pada giginya (graphite grease). Semua pelumas dan zat pencuci
harus disediakan Penyedia Jasa tanpa tambhan biaya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang cukup untuk
jangka waktu pemeliharaan untuk semua bagian pekerjaan dari Kontrak
ini.

2.3. Test dan Garansi


a. Pada saat penyelesaian pekerjaan, peralatan harus siap untuk ditest, dihadapan
Direksi sebelum penyerahannya untuk bisa membuktikan bisa dioperasikan
dengan memuaskan.
Jika ada bagian pekerjaan gagal dioperasikan sesuai dengan ketentuan
Direksi, beberapa perubahan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa sesuai
ketentuan Direksi tanpa pembayaran ekstra.
b. Pada saat penyerahaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melaksanakan
pemeliharaan selama jangka waktu masa pemeliharaan untuk semua
pekerjaan, meliputi perbaikan dari semua kekurangan dan kerusakan yang
mungkin terjadi dalam waktu tersebut tanpa biaya tambahan.

2.4. Pengecatan
2.4.1. Bahan – bahan
a. Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik (factory
scaled) kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh Direksi.
b. Cat yang telah melampaui batas kadaluarsa seperti tertulis pada
kalengnya tidak boleh dipakai, dan harus segera disingkirkan dari
tempat pekerjaan.

2.4.2. Pelaksanaan Pengecatan Pekerjaan Baja


Sebelum pengecatan dilaksanakan permukaan harus dibersihkan dan
dikerjakan atau dicat sebagai berikut :
a. Pengecatan dikerjakan dengan menggunakan tenaga manusia,
dalam pelaksanaan pengecatan lapis demi lapis sampai dengan
ketebalan yang ditentukan dimulai dari cat meni lalu cat anti karat
dan terakhir dilapis cat bron untuk bagian atas konstruksi.
b. Yang bersentuhan dengan pekerjaan baja lainnya ketika
pemasangan di lapangan, dua lapis cat dasar, kecuali ditentukan lain.
c. Yang bersentuhan dengan beton, aspal, ter macadam atau bitumen
penahan air, tidak perlu pengerjaan apa - apa atau pengecatan.

2.4.3. Pengecatan daun pintu/schot balk (daun pintu)


a. Sebelum pengecatan dimulai terlebih dahulu bidang – bidang
permukaan yang akan dicat, dibersihkan dari kotoran – kotoran tanah
dan Lumpur dan sebagainya.
b. Semua bidang permukaan kayu diketam licin.
c. Pengecatan permukaan daun pintu/papan balok sekat dicat 4x kecuali
ditentukan lain oleh Direksi.

2.5. Pemeriksaan dan Perakitan


2.5.1. Pemeriksaan Bahan dan Mutu
Direksi atau pejabat yang bertugas mengadakan pemeriksaan
terhadap bahan – bahan, mutu pekerjaan pabrik, percobaan perakitan di
pabrik, harus melakukan pemeriksaan – pemeriksaan.
Pemeriksaan meliputi :
a. Pemeriksaan baja atau bahan lain yang dipakai untuk memastikan
bahwa bahan diatas sesuai dengan estándar. Laporan percobaan
kimia dan fisika yang dilakukan pemeriksaan terhadap bahan yang
dipakai harus ditunjukkan pemeriksaan
b. Memeriksa ukuran
c. Memeriksa pekerjaan las dan mengujinya bila diperlukan
d. Memeriksa pembersihan dan pengecatan dari pekerjaan baja e.
Percobaan perakitan dan menguji hasilnya
f. Memeriksa cara pengepakan untuk pengiriman
2.5.2. Pengerjaan di lapangan
Penyedia Jasa harus melakukan pekerjaan baja selengkapnya dan
menyediakan perancah sementara serta persiapan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan.
Sebelum pelaksanaan dimulai di lapangan Penyedia Jasa harus
menyampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan, cara
yang diusulkan untuk pelaksanaan pekerjaan baja serta melaksanakan
pengaturan dan pencegahan terhadap kecelakaan seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi.

2.6. Permukaan yang Bersentuhan


Kecuali ditentukan lain, jika logam dipasang permanen pada permukaan
logam lain, permukaan logam yang bersentuhan harus dicat dengan dua país cat
bitumen, segera sebelum pemasangan.
Alumunium tidak boleh dipasang pada beton basah atau pasangan batu, atau
dipasang tetap pada beton yang masih muda. Bila perlu untuk
menghubungkan alumunium dengan baja atau besi tulang, kedua permukaan
harus dipisahkan dengan vahan pemisah yang disetujui tebalnya tidak kurang
dari 1,5 mm.
Bila alumunium batang atau bangunan baja dipasang dalam pasangan batu, bata
atau beton, permukaan yang bersentuhan harus dicat lebih dahulu dan bahan
sambungan harus diberi seng.

2.7. Pemasangan Bagian –


Bagian
Untuk pemasangan bagian – bagian pekerjaan baja yang tercantum dalam
pekerjaan beton atau pasangan batu yang permanen maka bagian – bagian diatas
angkur, plat perletakan dan lain – lain harus lebih dahulu daripada bagian lain.

3. Perhitungan dan Pembayaran


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yang telah
disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (Unit) Buah. Harga
satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah, tenaga,
vahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, biaya umum dan keuntungan.

XI. PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Pekerjaan Drain Hole


a. Drain hole terbuat dari bahan pipa PVC berdiameter 2”, dengan panjang 50 cm
dan terdiri dari bahan ijuk, kerikil.
b. Drain hole dipasang pada pekerjaan pasangan batu, sesuai posisi yang
direncanakan.
c. Ujung pipa PVC bagian luar dipotong lancip sesuai kemiringan yang
diperlukan, sedangkan bagian dalam dipotong tegak lurus diberi ijuk
secukupnya dan diikat dengan kawat
d. Sewaktu pemasangan, bagian drain hole sebelah dalam (bagian yang diberi
ijuk) harus diberi kerikil secukupnya dan dipasang miring sesuai kebutuhan agar
drain hole dapat bekerja sesuai fungsinya.
e. Pengukuran dan pembayaran
Tidak diadakan pengukuran untuk pekerjaan ini. Pembayaran dilakukan
setelah pekerjaan dipasang dengan baik oleh Kontraktor yang dinyatakan diterima
oleh Direksi. Pekerjaan dibayarkan dalam harga satuan buah (bh) sesuai daftar
kuantitas dan harga.

2. Pekerjaan Gebalan Rumput


a. Gebalan rumput yang dipakai harus bersih, bebas dari tanaman lain yang tidak
diinginkan.
b. Pekerjaan tersebut harus dilakukan pada seluruh permukaan timbunan tanggul
kecuali pada permukaan pasangan seperti Rip-rap, Jalan inspeksi dan bronjong,
sisa permukaan lubang galian yang tidak ditutup pasangan seperti pada saluran
pelimpah, irigasi, tanggul pematang batas genangan seperti ditunjukkan dalam
gambar desain dan tempat lain atas petunjuk Direksi.
c. Gebalan rumput yang dipakasi harus berakar dan dicangkul setebal ± 4 cm.
d. Sebelum ditanami dengan gebalan rumput, permukaan lahan perlu dilapisi
dengan jenis tanah humus hasil kupasan setebal 3 cm.
e. Gebalan rumput harus segera ditanamkan dalam jajaran bersambung dan
segera disiram air.
f. Agar gebalan tidak tergelincir maka harus dipasang pasak bambu sedalam 10 cm.
g. Pola penanaman yang digunakan adalah papan catur. h.
Pengukuran dan Pembayaran.
Volume pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan Gebalan Rumput adalah harga
per m2, dimana pekerjaan tersebut telah dilaksanakan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar pelaksanaan dan disetujui oleh Direksi.

3. Waterstop
a. Pemasangan water stop dan joint filler dalam bentuk dan ukuran sebagaimana
ditentukan dan pada tempat-tempat yang diperlihatkan dalam gambar-gambar atau
sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
b. Water stop dan Joint filler disediakan dan disimpan pada suatu tempat dengan
suatu cara yang akan ditunjukkan oleh Direksi.
c. Semua sambungan di lapangan dan hubungan-hubungan water stop dan joint
filler hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan hubungan
yang kedap air dengan segala cara sebagaimana dispesifikasikan pabrik pembuat
water stop dan joint filler.
d. Pengukuran dan pembayaran
Pengukuran kuantitas pekerjaan "Water Stop" dilakukan untuk setiap meter
panjang dari "Water Stop" yang terpasang diukur sepanjang garis tengah (as)
dari "Water Stop" sesuai dengan gambar-gambar. Pembayaran untuk "Water
Stop" dihitung menurut harga satuan meter panjang (m’) seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, jenis pekerjaan pada Penawaran.
Harga satuan harus sudah mencakup semua biaya pengadaan dan pemasangan dan
biaya-biaya lain pekerjaan terkait.

4. Dowell Bar / Angker


a. Batang pantek (angker) harus disediakan dalam sambungan-sambungan
konstruksi dan ekspansi, sebagaimana diperlihatkan dalam gambar-gambar
atau sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
b. Suatu batang pantek (angker) harus merupakan suatu batang lurus, bulat
berprofil dari kepanjangan 100 cm dan 22 mm, diameter kecuali diperlihatkan lain
secara khusus dalam gambar atau ditentukan Direksi.
c. Panjang setengah dari batangan pantek harus ditutup dengan pipa PVC
diameter 25 mm bahan-bahan lain yang disetujui untuk mencegah pengikatan dan
harus ditetapkan pada jarak-jarak sebagaimana diperlihatkan pada gambar-
gambar atau sebagaimana ditentukan oleh Direksi. Setengahnya yang lain harus
diikat kuat pada suatu sisi dari sambungan.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran kuantitas "Dowell Bar" diukur dari jumlah batang yang dipasang
disetiap sambungan seperti diperlihatkan pada gambar-gambar atau menurut
perintah Direksi. Pembayaran dihitung menurut harga satuan per buah pada
Daftar Kuantitas dan Harga, jenis pekerjaan dalam Penawaran. Harga satuan
harus sudah mencakup biaya untuk pengadaan dan pemasangan yang
diisyaratkan termasuk pengadaan dan penyediaan bahan penutup /pelapis
seperti pipa PVC dan biaya-biaya lain yang diperlukan.

5. Wiremesh
a. Wiremesh dipasang sebagai penggati tulangan (pembesian) pada dasar dan
dinding saluran pasangan beton.
b. Sebelum dilakukan pemasangan, untuk mendapatkan posisi wiremesh sesuai
dengan gambar rencana, diperlukan beton tahu sebagai pengganjal. Beton
tahu ini ditempatkan pada sela – sela antara tanah dan wiremesh dengan posisi
penempatan sesuai dengan gambar rencana.
c. Sambungan – sambungan antara lembaran wiremesh harus diikat dengan
kawat beton, minimal 3 kali lilitan untuk menjamin menyatunya lembar yang
satu dengan lembar lainnya.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran kuantitas wiremesh diukur dari jumlah m2 yang terpasang pada
saluran beton seperti yang diperlihatkan pada gambar – gambar atau menurut
perintah Direksi. Pembayaran dihitung menurut harga satuan per m2 dalam
Daftar Kuantitas dan Harga jenis pekerjaan dalam penawaran. Harga satuan
harus sudah mencangkup biaya untuk pengadaan dan pemasangan yang
disyaratkan.

XI. PEKERJAAN FINISHING

1. Pembongkaran dan Pembersihan tempat Kerja


Setelah penyelesaian pekerjaan konstruksi dan sebelum disetujui Direksi,
kontraktor harus membongkar bangunan –bangunan, sampah barang-barang
yang tidak berguna, tangki-tangki penyimpanan, jaringan listrik sementara dan
bangunan yang ada, kecuali fasilitas-fasilitas yang tercantum dalam speksifikasi
umum, menimbun lubang-lubang dan merapikan tempat-tempat yang berongga yang
diperlukan selama pelaksanaan dan meninggalkan wilayah kegiatan seperti keadaan
semula sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
Dalam hal kontraktor menolak atau gagal dalam melaksanakan pekerjaan ini
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diberitahukan oleh Direksi, Bangunan-
bangunan dan tambahan-tambahan lainnya menjadi milik pemilik dan selanjutnya
apabila ada kegagalan/kelalaian kontraktor untuk melaksanakannya, maka
tersebut diambil alih oleh pemberi pekerjaan atas biaya kontraktor.
Biaya pembokaran dan pembersihan tempat kerja dan fasilitas/bangunan lainnya
harus sudah larut dalam harga penawaran untuk bermacam-macam item dalam daftar
kualitas dan harga.

2. Yang Harus Diserahkan Pada Proyek


Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal yang telah lebih
awal dikehendaki oleh Direksi, kontraktor harus mengosongkan dan menyerahkan
kepada Direksi seperti yang telah ditentukan dalam pasal ini. Semua unit
perumahan, kantor dan fasilitas yang lain harus dibersihkan dan dalam keadaaan
yang baik, (kecuali untuk membongkar) apabila diserahkan kepada pemberi kerja.
BAGIAN - IV
METODE
PENGUKURAN

1. PENDAHULUAN
1.1. Volume pekerjaan adalah volume yang dihitung dari gambar dan diperlukan untuk
dapat memberikan ketentuan yang sama dalam mengajukan penawaran yang
selanjutnya akan dipakai dasar dan evaluasi terhadap semua penawaran. Apabila
kontrak sudah ditandatangani, yang mengikat adalah harga satuan untuk tiap-
tiap pekerjaan, sedangkan volume pekerjaan didapat dari perhitungan kembali
berdasarkan kenyataan di lapangan.
1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak adalah syarat-syarat kontrak,
spesifikasi dan gambar-gambar serta dokumen-dokumen lainnya, karena ketentuan-
ketentuan tersebut harus dipenuh dalm pelaksanaan pekerjaan.
1.3. Volume pekerjaan yang dipakai dalam dasar menentukan pembayaran adalah
sesuai dengan metode pengukuran yang akan diuraikan selanjutnya.
1.4. Harga satuan yang harus dimasukkan dalam volume pekerjaan sudah termasuk
harga dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, semua
resiko umum, pertanggungjawaban dan kewajiban yang tertera dalam dokumen
kontrak.
1.5. Harga satuan pekerjaan tersebut harus dimasukkan pada setiap uraian pada
daftar volume dan bila pekerjaan tidak mempunyai harga satuan, sudah harus
diperhitungkan dalam harga lain atau harga satuan pekerjaan dalam volume
pekerjaan tersebut.
1.6. Petunjuk dan penjelasan pekerjaan secara umum sudah tercakup dalam
spesifikasi dan tidak perlu diulang dalam volume pekerjaan.
1.7. Satuan harga yang tertulis dalam volume pekerjaan harus disesuaikan dengan
syarat-syarat kontrak.

2. METODE PENGUKURAN
2.1. Umum
2.1.1. Pengukuran
Bila tidak ada petunjuk khusus, semua volume dihitung bersih dari gambar
pelaksanaan dan tidak diperhitungkan adanya penyusutan atau pengurangan
volume, dan dibulatkan keatas atau ke bawah terhadap angka yang
terdekat.

2.1.2 Uraian harga pokok


Uraian harga pokok pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sub penyedia
jasa, harus dicantumlan pada volume pekerjaan. Setiap uraian harga
pokok harus diikuti dengan:
a. Penjelasan mengenai penyediaan buruh apabila tidak ada ketentuan
dalam kontrak terhadap hal berlawanan termasuk:
(1). Apabila sub kontraktor yang ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan dilapangan, diberikan kelonggaran kepadanya untuk
menggunakan perancah, ruang makan, pemondokan, pemeriksaana
kesehatan yang disediakan oleh kontraktor, berupa: ruangan,
perlengkapan kantor, gudang peralatan, bahan, penerangan dan air;
(2). Apabila sub kontraktor yang ditunjuk tidak melaksanakan
pekerjaan dilapangan, untuk pekerjaan pembongkaran,
menyimpan/mengangkut bahan-bahan yang disediakan dan
mengembalikan bahan-bahan.
b. Penjelasan yang ditentukan dengan prosentase dari harga pokok sesuai
dengan biaya yang diperlukan. Apabila ada barang yang disediakan
oleh sub penyedia jasa yang harus digunakan oleh penyedia jasa dalam
setiap uraian pekerjaan harus diuraikan kembali secara terinci dari
pekerjaan tersebut, dimana bahan-bahan dan barang tersebut harus
disediakan.

2.2. Pembersihan lapangan


Uraian pekerjaan yang terinci harus diberikan kepada pembersihan lapangan
yang tidak berbeda sifatnya antara:
(1). Daerah berkayu ringan termasuk sawah, daerah terang berumput dengan
pohon-pohon yang jarang;
(2). Kampung termasuk dengan tanaman terpelihara dan bangunan kayu yang
kecil dan jarang;
(3). Hutan termasuk hutan muda dimana pohon yang jatuh sedikit;
(4). Bangunan termasuk pekerjaan batu seperti beton atau pasangan batu kali.

2.3. Pekerjaan Tanah


2.3.1. Penggalian dan pengerukan
(1). Uraian pekerjaan harus dibuat secara terperinci untuk penggalian
sebagai berikut:
(a). Pengupasan muka tanah (m3);
(b). Galian tanah biasa (m3);
(c). Galian untuk bangunan (m3); (d).
Galian untuk pembuangan (m3).
(2). Galian yang berbeda-beda harus dibagi lagi sebagai berikut:
(a). Bahan untuk digunakan kembali;
(b). Bahan untuk dibuang;
(c). Pengangkutan bahan buangan untuk jarak berbeda-beda.
(3). Volume galian kecuali disebutkan lain, harus merupakan isi bersih
dari rongga yang dibentuk oleh pemindahan bahan yang digali sesuai
dengan spesifikasi dan gambar. Dalam hal ini tidak diberi kelonggaran
untuk besarnya.
(4). Bahan yang digali harus dianggap bisa dipakai kembali kecuali
dinyatakan dalam uraian pekerjaan untuk dibuang. Dimana bahan untuk
dibuang dapat disimpan secara langsung di dekat hasil galian, kecuali
pengangkutan dicantumkan dalam uraian pekerjaan.
(5). Bahan yang harus digali dianggap bahan asli, kecuali tanah cadas
atau permukaan tanah apabila tidak dicantumkan dalam uraian
pekerjaan.
(6). Volume yang diukur untuk galian sebuah bangunan, pondasi atau
pipa adalah volume yang dihitung secara vertikal diatas bagian
bangunan, pondasi atau pipa. Galian tambahan untuk ruang kerja tidak
diperhitungkan.
(7). Uraian pekerjaan yang terperinci tidak diperlukan untuk menegakkan
sisi galian.
(8). Volume pekerjaan secara terperinci yaitu bahan keras buatan yang
terjadi pada bahan yang harus digali tidak diperhitungkan kecuali
apabila volume lebih daripada 1 m3.
(9). Bahan yang digali 2 kali, hanya diukur sejauh yang diminta. Volume
yang diukur dalam pengangkutan 2 kali, akan menjadi ruang kosong
yang harus diisi dengan penimbunan sementara pada saat bahan
dipindahkan.
2.3.2. Penimbunan dan pemadatan, penggolongan dan satuan
(1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci untuk setiap
penimbunan yang sifat, tujuan atau metode pelaksanaan yang berbeda
seperti berikut:
(a). Timbunan kembali pada bangunan m3;
(b). Penghamparan dan pemadatan m3
(2). Untuk pekerjaan penimbunan harus diperinci lagi untuk bagian-
bagian yang dianggap perlu antara lain:
(a). Bahan galian yang dipilih;
(b). Bahan asli yang didatangkan dari tempat penggalian;
(c). Pengangkutan dengan jarak :
0 - 1 km
1 - 2 km
2 - 4 km
4 - 10 km
> - 10 km
(3). Volume timbunan dan pemadatan harus merupakan isi bersih yang
ditimbun sesuai dengan ukuran dan ketinggian yang terlihat pada
gambar.
(4). Volume tanggul yang diukur merupakan tanggul yang sudah
dipadatkan atau merupakan volume timbunan. Pengukuran volume dari
bahan timbunan yang dipadatkan apabila terjadi perbedaan antara
jumlah volume bahan timbunan dan volume bahan yang digali,
untuk keerluan penimbunan merupakan volume timbunan yang sama
yang dipadatkan. Timbunan tambahan dan pemadatan yang
diperlukan akibat penimbunan atau penetrasi pada bahan yang
dibawanya akan diukur apabila kedalaman melebihi 75 cm.
(5). Bahan timbunan akan dianggap ditempatkan secara langsung pada galian
dimana jarak pengangkutan tidak ditentukan pada uraian pekerjaan.
(6). Bahan timbunana yang dalam uraian pekerjaan diangkut dari luar daerah
proyek dianggap pengangkutan tak terbatas yang ditentukan sendiri oleh
kontraktor.
(7). Bahan timbunan dianggap tanah yang digali kecuali tanah cadas atau
permukaan tanah , apabila tidak dinyatakan dalam uraian pekerjaan.
(8). Timbunan dari galian sekeliling bangunan yang sudah jadi akan
diukur hanya sejauh volume yang ditimbun juga diukur sebagai
galian.
(9). Uraian pekerjaan harus dberikan secara terperinci untuk pemadatan
tanggul dan volume timbunan , apabila terjadi volume pemadatan
yang berbeda akan ditentukan dengan bahan timbunan yang sama, untuk
itu harus ditentukan pada uraian pekerjaan.
(10).Bilamana bahan harus ditimbuan di bawah air atau pada tanah yang
lembek dan volumenya tidak bisa dihitung secara pasti, volume
diukur pada banyaknya angkutan ditempat penimbunan atau penggalian
tersebut.

2.3.3. Penggalian dan penimbunan lainnya


Penggolongan dan satuan
(1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci untuk gebalan
rumput.
(2). Keadaan lapangan, ukuran serta ketebalan bahan yang digunakan
untuk pekerjaan batu kosong ditentukan dalam uraian pekerjaan.
2.3.4 Pekerjaan dengan kerikil, penggolongan dan satuan.
Uraian harus diberikan secara terperinci untuk lapisan atas jalan inspeksi.

2.4. Beton dan Beton


lainnya
2.4.1. (1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci dimana
memerlukan metode pelaksanaan untuk kegiatan pekerjaan yang
berbeda seperti berikut :
(a). Beton tumbuk yang dicor setempat m3
(b). Beton bertulang dicor setempat m3
(2). Untuk pekerjaan beton tersebut dicor setempat harus diuraikan
secara terperinci dan di dalam hal ini sudah termasuk campuran
pengecoran dan pemadatan beton, pembersihan dan lebih terperinci
lagi sebagai berikut:
(a). Perbedaan mutu beton;
(b). Beton lantai kerja;
(c). Beton dasar, plat kaki dan plat dasar tanah.
(3). Volume beton yang diukur harus termasuk:
(a). Pembershan penampang besi lainnya.
(b). Komponen pengecoran masing-masing denga volume kurang
dari 0,1 m3;
(c). Pemotongan dan bagian yang runcing dalam tiap luas
penampang ukuran dari 0,01 m2;
(d). Kantong dan lubang dengan volume kurang dari 0,15 m3.

2.4.2. Perancah
Penggolongan dan satuan
(1). Perancah akan diukur dengan satuan luas dalam m2 untuk keseluruhan
permukaan beton yang dicor setempat yang membutuhkan dukungan
sementara selama pengecoran.
(2). Uraian pekerjaan terperinci harus diberikan untuk:
(a). Golongan yang berbeda dari penyelesaian seperti yang telah
diuraikan dalam spesifikasi;
(b). Perancah < 4 m;
(c). Perancah lainnya.
(3). Perancah akan diukur untuk permukaan samping beton yang dicor
setempat pada waktu penggalian, kecuali beton tersebut betul-
betul dibutuhkan untuk dicor pada permukaan yang harus digali.
Permukaan samping adalah termasuk permukaan miring belakang
dengan sudut tidak melebihi 45 derajat terhadap bidang tegak,
terhadap bidang horizontal hanya dibutuhkan sementara selama
pengecoran. Uraian pekerjaan harus jelas bahwa perancah untuk
bagian atas, kecuali pada permukaan miring dengan sudut tidak
melebihi 10 % terhadap bidang tegak.
(4). Perancah untuk permukaan beton sementara , akan diukur pada
tempat yang ditentukan, tetapi tidak pada tempat yang ditentukan
penyedia jasa. Perancah untuk lantai kerja tidak akan dihitung.
(5). Perancah tidak akan diukur terpisah untuk:
(a). Pemotongan dan kemiringan dalam yang luas penampangnya
kurang dari 16 mm;
(b). Kantong dan lubang dengan volume kurang dari 0,15 m3.

2.4.3. Pembesian
Penggolongan dan satuan
(1). Pembesian akan diukur dengan berat dalam kg.
(2). Masa baja pembesian diambil 785 kg/m per 100 mm2 dari luas
penampang (7,85 t/m3). Masa dari bahan lain diambil seperti
yang ditentukan dalam kontrak. Uraian yang terpisah tidak
diperlukan untuk pengikatan pembesian pendukung. Masa
pembesian yang diukur termasuk masa baja yang mendukung
ujung pembesian.
(3). Batang pembesian yang tidak bulat penampangnya akan
digolongkan dengan diameter batang bulat yang terdaftar dalam
golongan luas penampang melintang yang terdekat.
(4). Batang pembesian dinyatakan kelipatan 3 (tiga) kali lebih tinggi
dari yang berkutnya dengan diameter lebih dari 12 mm sebelum
pembongkaran.

2.5.Pasangan Batu
2.5.1. Pasangan batu
Penggolongan dan satuan
(1). Volume pekerjaan pasangan diukur dalam m3.
(2). Uraian pekerjaan harus teperinci untuk:
(a). Pasangan dengan campuran 1 semen : 3 pasir
(b). Pasangan dengan campuran 1 semen : 4 pasir
(3). Untuk sambungan bungkus pipa saluran , pengecatan atau
pengikatan tidak diminta uraian secara terinci.
(4). Volume yang diukur termasuk pula sambungan. Tidak ada
pengukuran atau tambahan terhadap volume yang diukur untuk
pemotongan arah atau permukaan lain yang direncanakan untuk
pemotongan arah atau permukaan lain yang direncanakan untuk
setiap penampang melintang dari 0,5 m2. Tidak ada pengurangan
volume terhadap pembuatan lubang dan bukaan dinding atau permukaan
lainnya untuk setiap luas penampang melintang kurang dari 0,25 m2.

Anda mungkin juga menyukai