BAGIAN – I
SPESIFIKASI
UMUM
I. PENDAHULUAN
1. Penyedia jasa harus melindungi Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ataupun
Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang dari tuntutan atas paten, lisensi,
serta hak cipta yang melekat pada barang, bahan, dan jasa yang digunakan atau
yang disediakan penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang
diajukan oleh penyedia jasa, penyedia jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada
direksi pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum
direksi pekerjaan mentetapkan setuju atau tidak.
3. Dalam hal direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan penyedia
jasa tidak menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari standar yang
disyaratkan, maka penyedia jasa harus tetap memenuhi ketentuan standar yang
disyaratkan dalam dokumen lelang.
4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan kebutuhan awal bagi
para calon penyedia jasa untuk dapat menyusun penawaran yang realistis dan
kompetitif, sesuai dengan kebutuhan Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
ataupun Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang tanpa catatan atau
persyaratan lain dalam penawaran mereka.
5. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, spesifikasi harus mensyaratkan bahwa
semua barang dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan adalah baru,
belum dipergunakan, dari type/model yang terakhir diproduksi/dikeluarkan, dan
termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap desain dan bahan yang
digunakan.
6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar nasional (SNI, SII,
SKSNI, dsb.) untuk barang, bahan dan jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi
terakhir, atau standar Internasional (ISO, dsb)/standar negara asing (ASTM, dsb)
padanannya (equivalennya) yang secara substantif sama atau lebih tinggi dari standar
nasional yang disyaratkan. Apabila standar nasional untuk barang, bahan, dan
pengerjaan/jasa/pabrikasi tertentu belum ada, dapat digunakan standar internasional
atau standar negara asing.
7. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS (metre,
kilogram, second), sedangkan penggunaan standar satuan ukuran lain, dapat
digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
8. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada :
1). Lingkup pekerjaan, termasuk ketentuan angka 8 di atas.
2). Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk kontrak.
3). Spesifikasi umum:
a. Peraturan Perundang-undangan terkait, misalnya:
- UU tentang Lingkungan;
- UU tentang Keselamatan Kerja;
- UU/PP/SK Bersama/KPTS tentang Tenaga Kerja;
- UU/PP tentang Galian “C“;
- Perda terkait; dsb
b. Dokumen acuan (berupa standar-standar) dengan memperhatikan
ketentuan tersebut pada angka 6 dan 7 di atas;
2
c. Alingnment dan survey;
d. Hari kerja dan jam kerja;
e. Gangguan dan keadaan darurat;
f. Penyingkiran material berlebih.
4). Spesifikasi Khusus:
a. Lapangan;
b. Bangunan/desain/pengerjaan spesifik;
c. Bangunan-bangunan umum dan fasilitas-fasilitas publik;
d. Perancah;
e. Pengaturan lalu-lintas;
f. Pengendalian lingkungan.
5). Spesifikasi untuk Masing-masing Jenis Pekerjaan.
a. Apabila ketentuan untuk salah satu bagian pekerjaan menggunakan dasar
standar pengerjaan atau standar fabrikasi tertentu, dengan beberapa
perubahan, maka pertama-tama harus dicantumkan ketentuan berikut:
PERUBAHAN :
Ketentuan ini didasarkan pada standar
……………………………………………
(satu atau lebih standar pengerjaan atau standar fabrikasi).
Perubahan-perubahan dari ketentuan dasar tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
i). Kata-kata yang merupakan tambahan dari standar dan merupakan
bagian dari spesifikasi, akan ditampilkan dalam huruf kursif/Italic.
ii). Kata-kata yang akan dihapus dari standar dan bukan merupakan bagian
dari spesifikasi, akan ditampilkan dengan huruf yang dicoret (strike out)
sehingga kata-kata/kalimat asli dari standar yang digunakan masih
dapat dibaca.
b. Lingkup pekerjaan.
c. Dokumen acuan (standar-standar) yang digunakan.
d. Uraian ketentuan-ketentuan untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan,
apabila tidak digunakan standar tertentu.
II. UMUM
1. Uraian Pekerjaan
Paket ........................................................................... ini meliputi
pekerjaan
…………………
…………………………………………………………………...……………………
…......... (jenis-jenis pekerjaan utama yang akan dikerjakan).
4. Gambar-gambar
Gambar yang dipakai pada pelelangan tercantum dalam Bab XII dokumen
pengadaan.
Gambar-gambar yang disiapkan kontraktor antara lain.
4.2.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap.
(1). Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor seperti yang tersebut di
bawah ini, harus merupakan gambar yang telah ditandatangani direksi.
Apabila ada perubahan pada gambar tersebut maka perubahan yang
telah dilakukan, kembali harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari
Direksi.
(2). Gambar-gambar pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar
mempersiapkan gambar pelaksanaan. Gambar dibuat secara lebih
detail dan dapat memperlihatkan penampang melintang dan memanjang
dari pekerjaan.
6. Spesifikasi Dasar
Kecuali ditentukan lain bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku 30 hari sebelum tanggal pemasukan surat penawaran. Spesifikasi
lain dapat disubstitusikan atas ketetapan direksi pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan sekurang-kurangnya satu salinan : Standar
Nasional Indonesia yang ditentukan dalam spesifikasi atau standar lainnya yang
disetujui untuk bahan yang disuply atau hasil pekerjaan yang sedang dalam
pelaksanaan pada pekerjaan.
Standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keperluan pemeriksaan dan
penggunaan oleh direksi pekerjaan.
Bahan dan hasil pekerjaan yang tidak sepenuhnya dirinci atau tidak dicakup
dalam standar nasional atau standar lain yang telah disetujui haruslah bahan dan
hasil pekerjaan semacam pekerjaan untuk kelas satu. Direksi pekerjaan akan
menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang dipesan yang akan
digunakan untuk pekerjaan tersebut dapat/cocok untuk digunakan.
7. Data Ketinggian
Ketinggian yang tertera dalam gambar didasarkan pada titik tetap utama, yang
letak dan angkanya terdapat pada spesifikasi khusus. Selanjutnya detail dari
penjelasan tentang titik tetap tersebut dapat diperoleh dengan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada direksi pekerjaan.
11. Pengukuran
Pengukuran saluran/bangunan yang telah dilakukan selama periode desain akan
disediakan untuk keperluan penyedia jasa dan dapat dipakai sebagai dasar untuk
perhitungan dan penetapan volume pekerjaan untuk pembayaran. Apabila menurut
pendapat direksi pekerjaan keadaan lapangan telah banyak berubah sejak
pengukuran yang telah dilakukan, maka direksi pekerjaan dapat memerintahkan
kepada penyedia jasa untuk mengukur ulang sebagian atau seluruh
saluran/bangunan yang ada.
I. BAHAN-BAHAN UMUM
1. PORTLAND
CEMENT Semen
Semen yang akan dipakai adalah semen portland sesuai dengan Standard
Indonesia N.I.8, AST, Model C.150 atau Standard Inggris Model BS.12.
1.3. Gudang/Penyimpanan
a. Kontraktor harus menyediakan suatu tempat menyimpan (gudang)
yang memenuhi syarat untuk penyimpanan semen-semen tersebut, dari
setiap waktu semen tersebut harus terlindung dari kelembaban dan
pembekuan. Tempat/rumah penyimpanan semen-semen tersebut
benar-benar rapat/ tertutup, mempunyai jarak di atas lantai dengan ukuran
minimum 30 cm yang luasnya juga harus cukup untuk menyimpan semen
yang didatangkan. Selain itu untuk menghindari adanya penundaan-
penundaan gangguan-gangguan pekerjaan harus mempunyai suatu tempat
yang luas agar dapat menampung truck yang mengangkut semen tersebut
secara terpisah, sehingga masih ada jalan untuk menarik/mengambil
(sampling) semen tersebut, menghitung semen yang akan disimpan atau-
pun semen yang akan dipindahkan. Tumpukan semen pada kantong atau
zak, jangan melebihi 2 m.
b. Untuk menghindari penyimpanan yang terlalu lama atas semen -
semen yang telah dikirim tersebut, Kontraktor harus mengatur
penggunaan semen-semen yang ada dalam zak-zak tersebut secara
berturut-turut sesuai dengan urutan waktu pengiriman ( cronological
order) sampai di lokasi. Setiap pengiriman dari semen tersebut harus
langsung disimpan dan dengan mudah dapat dibedakan antara zak-zak
yang baru dengan yang lama, begitu juga zak-zak bekas yang sudah
kosong segera dikumpulkan dan tandai sedemikian rupa atas
persetujuan Direksi, sebelum dibuang.
c. Kontraktor harus menyediakan alat timbang yang baik, teliti dalam
skala yang memenuhi syarat untuk pengetesan berat semen yang disimpan
pada setiap tempat yang berhubungan dengan pekerjaan bila diminta oleh
Direksi.
d. Kontraktor harus memperkerjakan penjaga gudang yang baik dan
mampu menata pergudangan (tempat penyimpanan semen tersebut),
menyimpan dan mencatat dengan baik semua pengiriman dan pemakaian
semen. Copy/salinan dari catatan tersebut juga harus diberikan/
diperlihatkan kepada Direksi, bila diminta, dan juga memperlihatkan
secara detail jumlah zak semen yang telah digunakan selama pelaksanaan
untuk tiap-tiap bagian pekerjaan.
Dengan nilai tersebut di atas harus dengan gradasi baik ( well graded)
sehingga sesuai dengan pekerjaan adukan yang diperlukan.
i. Pasir alam dan pasir campuran dapat diminta untuk ditest oleh Direksi
untuk menentukan apakah pasir-pasir tersebut sesuai dengan apa yang
telah ditentukan dan dibutuhkan. Kontraktor harus menyiapkan dan
melaksanakan pengambilan contoh yang diperintahkan oleh Direksi tanpa
pungutan bayaran yang meliputi tenaga, material dan operasinya.
3. TULANGAN
3.1 Bahan-Bahan dan Ukuran Tulangan
a. Semen tulangan beton harus baru dan dari tingkatan dan ukuran yang
sesuai dengan Indonesia Standard for Concrete N.I.2, PBI 1971 atau
ASTM Design Nation A.15 dan harus disetujui oleh Direksi.
b. Kontraktor dapat diminta untuk menyediakan sertifikat pengetesan
tulangan beton terhadap adukan yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan Direksi.
3.3. Pemasangan
a. Tulangan harus ditempatkan secara tepat dan dijamin terhadap
penggesekan dengan menggunakan ikatan kawat besi atau klip-klip
yang cocok pada persilangan, dan harus diganjal dengan kepingan
beton atau logam sesuai dengan keperluan konstruksi. Di dalam semua
hal pengganjal yang cukup untuk tulangan mendatar harus digunakan
sehingga tidak akan ada pelenturan dari pada batangan atau ikatan.
Bilamana pengganjal tersebut akan digunakan untuk permukaan licin,
pengganjal-nya harus dibuat dari logam yang tidak berkarat.
b. Tulangan di dalam plat beton di atas tanah harus ditopang dengan
beton yang dicor sebelumnya. Kepingan beton harus mempunyai
permukaan datar dengan ukuran 5 - 7.5 cm kali 5 - 7.5 cm. Tulangan di
dalam semua ukuran plat lainnya dan di dalam balok harus ditopang
dengan logam.
c. Jarak minimum antara batang yang sejajar harus sama dengan diameter
batang, tetapi jarak bersih antara batang tidak kurang dari 1.2 x diameter
maksimum dari pada agregate yang kasar. Pada permukaan pondasi,
plat, dinding dan konstruksi pokok lainnya dimana beton dicor secara
langsung terhadap dasar, tulangan harus mempunyai lapisan penutup
beton min. 7.5 cm.
3.4. S a m b u n g a n
Bila diperlukan menyambung tulangan pada suatu titik selain dari yang
ditunjuk pada gambar, ciri sambungan harus ditentukan oleh Direksi. Panjang
penyambungan di dalam dinding tulangan dan harus min. 30 x diameter
tulangan dan harus disetujui oleh Direksi.
Setelah rencana tersebut disetujui atau diminta untuk memperbaiki oleh
Direksi, pekerjaan pengalihan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah disetujui. Pembayaran untuk pekerjaan sementara tersebut
ditanggung dalam item Prop. Sum sesuai dengan permintaan Kontraktor yang
dilampiri dengan penjelasan penggunaannya secara detail sesuai dengan
perintah Direksi.
5. AIR
Semua air yang digunakan untuk pekerjaan beton, adukan dan grout harus bebas dari
lumpur yang dapat mengganggu, bahan organik, alkali, garam dan hal-hal lain
yang tidak baik. Air yang dapat digunakan di dalam semua beton, adukan dan grout
akan ditest oleh Direksi untuk menentukan kecocokannya terhadap keperluan-
keperluan.
5. BAHAN-BAHAN
LAIN
5.1. Batu-bata
Batu bata harus batu bata biasa, yang sesuai dengan Standard Indonesia
untuk batu bata NI 10 batu bata harus digolongkan sebagai berikut:
a. Batu bata klas I harus terbuat dari tanah yang baik, bekas dari deposit
saline harus dibakar dengan baik tanpa divitrivikasi, harus teratur,
seragam dalam bentuk dan ukuran dengan ujung yang tajam dan persegi,
permukaan sejajar dan mempunyai warna merah menyala atau tembaga;
Batu-bata klas I harus bertekstur homogen dan menimbulkan suara
gemerincing yang jelas bila dipukul dan harus bebas dari retakan,
serpihan, batu dan modul batu kapur.
b. Batu bata klas II harus dibakar sama baiknya seperti batu bata klas I
atau sedikit dibakar berlebihan tetapi tidak divitrivikasikan di dalam
bagian manapun dan harus memberi suara gemerin-cing yang jelas bila
dipukul. Perbedaan yang kecil dalam ukuran bentuk dan warna akan
diterima tetapi tidak sedemikian sehingga memberi bentuk yang tidak
teratur atau tidak rata.
5.2. Batu
Kapur
Batu kapur harus berupa batu kapur biasa yang sesuai dengan tuntutan
Standar Indonesia untuk Kapur N.I.7.
5.5. K a y u
Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui. Kayu harus dari mutu
yang baik dan harus diawetkan dengan baik. Kayu harus bertekstur
seragam, berserat lurus bebas dari mata kayu, lobang-lobang bor, serangan
humus, pembusukan, titik-titik, pembongkokan, belitan atau retak-retak
serta kekurangan-kekurangan dan noda-noda lainnya. Semua persyaratan lain
harus dipenuhi seperti kekuatan tekan, tarikan, penyimpanan, penyusunan dan
kelas harus sesuai dengan tuntutan Standard Indonesia untuk kayu NI.5 atau
seperti yang ditentukan oleh Direksi.
5.7. Geotextile
Geotextile sebagai separator dan stabilisasi tanah harus memenuhi syarat
untuk mencegah kontaminasi dua lapisan aggregat yang berlainan jenis
tetapi sekaligus harus dapat meloloskan air tanpa terjadi penyumbatan.
Kontraktor harus menyerahkan contoh material disertai dengan sertifikat
dari pabrik yang menjelaskan kapasitas teknis dari material geotextile.
Sifat-sifat fisik geotextile :
a. Geotextile harus dari jenis yang tidak dianyam (non-woven), yang
terdiri dari serabut menerus dengan vahan polimer polypropylene yang
diproduksi dengan teknik needle punched. Kualitas dari polimer yang
dipakai harus bersertifikasi pabrik, tahan asam, alkaki dan zat kimia
didalam rentang pH 2-12 dan tidak mengalami hidrólisis pada kondisi
iklim tropis.
b. Geotextile harus mempunyai daya tahan terhadap pengaruh kontak
langsung dengan zat kimia yang umumnya ada di dalam tanah dan air
limbah serta memiliki daya tahan terhadap mikro biologis lainnya.
c. Geotextil harus mempunyai kualitas filtrasi yang memadai dan
permeabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan drainase pada
tanah berbutir halus dengan tingkat kejenuhan yang tinggi.
d. Geotekstile harus mempunyai jaringan serabut yang stabil sehingga
memiliki ketahan terhadap kerusakan selama proses konstruksi.
e. Geotextile yang dihasilkan dari potongan-potongan bahan fiber atau
daur ulang tidak diterima.
f. Setiap rol geotextile yang dikirim ke lapangan harus mempunyai kode
produksi dan pernyataan type yang tertera jelas pada pembungkus luar
maupun sepanjang lembaran denga interval tertentu untuk
pemerikasaan visual.
1 2 3 4 5 6
Geotextile Penguatan Tanah 0.71 KN 0.42 KN 0.212 mm 1.4 jam-1
Klas I
Geotextile Penguatan Tanah
Klas II dan Rembesan 201.4 KN/m 120 KN/m 0.6 mm 0.32 jam-1
Geotextile non wooven harus memiliki properti seperti tertera dalam tabel berikut ini :
Certified
Charecteristic value Test method Unit
value
Raw material PES/PP/PA
Transverse ≥11,0
Water permeability
coefficient
DIN E 60500 Part 4 m/s ≤8,0 x 10-3
at a load 2 kN/m2 Kv
DIN E 60500 Part 7 m/s ≤1,7 x 10-2
Kh
Bonding method - - Needle
punched
Detector tested - - Yes
Certified
Charecteristic value Test method Unit
value
Raw material PES/PP/PA
Mass per unit area DIN EN 965 g/m2 250
Thickness (x-s) DIN EN 964-1 mm 2-3
Tensile strength (x-s) DIN EN ISO 10319
Longitudinal KN/m ≥11,0
Transverse ≥11,0
Elongation at max. tensile DIN EN ISO 10319 %
strength ≥60
Longitudinal ≥40
Transverse
Puncture force (x-s)* DIN EN ISO 12236 Nm ≥1200
Elongation at static puncture DIN EN ISO 12236 % ≥35
strength
Effective opening size DIN E 60500 Part 6 mm ≤0,1
Water permeability
coefficient DIN E 60500 Part 4 m/s ≤8,0 x 10-3
at a load 2 kN/m2 Kv DIN E 60500 Part 7 m/s ≤1,7 x 10-2
Kh
Bonding method - - Needle
punched
Detector tested - - Yes
Standard roll dimension - m ≥5,0 x ≥50
Geotextile non woven dibuat dan dihasilkan dibawah pengendalian
mutu yang ketat. Pabrik telah bersertifikat ISO 9001 (2000).
Geotextile sand container harus memiliki properti seperti terteta dalam tabel berikut ini :
5.8. Batu < 250 Kg, 250 Kg – 1.000 Kg dan batu > 1000 Kg
Lokasi Pengambilan Material (Batu) dari sekitar lokasi pekerjaan sepanjang
masih memenuhi persyaratan atau pada tempat lain yang disetujui Direksi.
Batu tersebut harus tahan terhadap cuaca (udara, air, panas dan dingin,
getaran, tekanan) dan mempunyai kepadatan yang memenuhi syarat.
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
sebelum pengadaan material dengan menunjukkan contoh / sample
material yang akan digunakan.
Pengujian material harus memenuhi syarat standart ASTM atau standart lain
yang diakui, dengan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.
Pegujian bahan batu yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
Abration Test (ASTM C-131-03) dengan model test diijinkan lebih kecil
atau sama dengan 10% - 20% dari batu mengalami kehausan.
Berat isi atau kepadatan bahan tidak kurang dari 2 t/m3
5.12.2. Pipa
PVC
Pipa yang dipakai adalah Pipa PVC yang bertekanan 10 kg/cm2,
sesuai dengan standar JIS atau SII dengan diameter 6 inchi atau
diameter 4 inchi. Cara penyambungan menggunakan lem pipa
yang berstandar JIS atau SII. Semua bahan yang akan digunakan
untuk pekerjaan harus persetujuan direksi.
5.12.6. Cable-cable
Pompa
Cable yang dipakai untuk pompa Submersible adalah Cable
NYYHY dengan ukuran 3 core x 6 mm. Untuk Cable probe
automatic water level adalah Cable NYYHY dengan ukuran ukuran
3 core x 3 mm. Semua bahan yang akan digunakan untuk
pekerjaan harus persetujuan direksi.
5.14.Wiremesh
Wiremesh yang digunakan merupakan hasil produksi pabrik (pabrikan)
dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Jenis material : besi ulir dia. 5 (m – 5)
Jenis material : besi ulir dia. 6 (m – 6)
- Ukuran lembar : 2,1 x 5,4 m
- Jarak kotak standar : 150 mm x 150 mm
Wiremesh yang digunakan harus memenuhi standar SNI. 07 – 0663 -1995.
Sebelum dilakukan pemasangan, wiremesh yang diajukan terlebih harus
mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa/atau Direksi Teknis.
b. Corrugated Type
Lenght Top End Section (mm)
Type
(m’) H t i j e
W-325 A – 1000 9 - 12 325 110 125 200 430
W-400 A – 1000 9 - 12 400 120 200 200 370
Semua tiang pancang press tress (sheet pile) beton yang dikerjakan harus
sesuai dengan spesifikasi yang tersebut diatas dan setiap syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan lainnya dari cara pelaksanaan harus sesuai peraturan-
peraturan terkait lainnya yang sudah dibakukan.
BAGIAN - III
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
LAPANGAN
a. Pekerjaan pembersihan adalah pada lokasi/lapangan pekerjaan maupun
lokasi untuk jalan masuk peralatan agar dapat ditempuh langsung dengan
mudah. Semua daerah yang ditempati bangunan atau yang dilewati jalur
bangunan dibersihkan sesuai petunjuk Direksi. Pembersihan meliputi
pembersihan pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Hasil pembersihan itu harus ditempatkan diluar
tempat kerja atau dibuang, kecuali ada ketentuan lain sesuai petunjuk Direksi.
b. Pekerjaan tebas tebang dilakukan pada lokasi pekerjaan yang banyak
ditumbuhi pepohonan dengan diameter lebih besar 30 cm, yang bertujuan untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan tersebut dipotong-potong dan kemudian
ditumpuk pada suatu lokasi/ tempat dengan syarat tidak menggangu
lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya sesuai dengan persetujuan Direksi
c. Pekerjaan cabut tunggul dilaksanakan pada lokasi dimana akan dibangun
suatu bangunan tanggul yang banyak terdapat pepohonan, apabila tidak
dilaksanakan pekerjaan cabut tunggul dibuang keluar lokasi pekerjaan
dengan syarat tidak merusak lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya atas
persetujuan dari Direksi.
d. Kontraktor diminta untuk memulai pekerjaan pembersihan ini sebelum
pekerjaan utama dimulai.
e. Semua kerusakan yang timbul akibat pekerjaan tersebut terhadap milik
umum atau perseorangan yang dilaksanakan untuk kontraktor, hal tersebut harus
diperbaiki atau diganti atas biaya kontraktor.
6. DEWATERING
Pekerjaan pengeringan (Dewatering) harus dilakukan untuk pekerjaan yang
mempunyai elevasi dibawah permukaan air dan dilakukan secara terus menerus
hingga konstruksi pasangan maupun beton bertulang sudah mengering dengan
sempurna. Tidak dibenarkan melakukan pasangan batu maupun beton dalam keadaan
tergenang air .
6.1. Pengukuran dan
Pembayaran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan Dewatering (pengeringan) dilakukan
menurut harga satuan lump sump atau disesuaikan dengan satuan seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pekerjaan yang dilaksanakan
menurut kebutuhan dalam pekerjaan konstruksi seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga atau sesuai yang ditentukan oleh Direksi.
7. QUALITY
CONTROL
Kontraktor berkewajiban untuk melakukan quality control terhadap semua
pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan.
Quality control pekerjaan timbunan akan meliputi test-test sebagaimana berikut:
- Water Content
- Specific
Gravity
- Atterberg Limit
- Gradasi dan grain size
analysis
- Test Hydrometer
- Test
Permeabilitas
- Standart Compaction
- Konsolidasi
- Uncofined Compression Test
Untuk Pekerjaan Beton dilakukan Test Sebagai Berikut :
- Test Tekan Beton atau Schmidt Hammer
- Slump Test Beton
- Test
Vicat
Apabila dipandang perlu oleh Direksi, maka Kontraktor berkewajiban untuk
melaksanakan test/pengujian tambahan sebagaimana diminta oleh Direksi dan
Kontraktor tidak berhak untuk meminta biaya tambahan berkenaan dengan hal
tersebut. Apapun hasil test, tidak membebaskan Kontraktor terhadap kewajiban
dan tanggung-jawabnya terhadap keamanan dan stabilitas konstruksi.
II. PEKERJAAN
TANAH
1. Ruang Lingkup
Pekerjaan
Semua pekerjaan tanah yang diminta untuk dilaksanakan pada dokumen-dokumen
kontrak untuk semua tujuan yang bersangkutan, dan seperti yang diminta oleh
direksi, akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
diajukan disini akan berlaku kecuali bila untuk suatu item pekerjaan tertentu. Tempat
pengambilan dan pembuangan tanah menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
2. Pembersihan
a. Semua tanah yang perlu dikerjakan harus diadakan pembersihan seperti ditentukan
oleh direksi. Tanah harus dibersihkan dari semua pohon-pohon, semak dan bahan
yang mengganggu lainnya dan bahan tersebut akan dibuang ketempat yang
disetujui oleh direksi.
b. Sisa-sisa bongkaran bangunan harus dibuang ketempat sesuai persetujuan
direksi.
c. Penyedia jasa akan diminta untuk melakukan pembersihan sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai.
d. Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan atau bangunan masyarakat atau
pemerintah yang disebabkan pelaksanaan kontraktor di dalam pembersihan
akan diperbaiki atau diganti atas biaya kontraktor.
e. Ukuran dan Pembayaran.
Pembersihan lapangan dalam spesifikasi ini dibuat atas dasar harga satuan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang meliputi pecabutan pohon-pohon,
pembersihan akar-akar pohon dan bangunan yang dibongkar (dimana tidak
termasuk pembersihan gulma, rumput dan semak) dan sayarat-syarat lain yang
sesuai dengan spesifikasi.
3. Galian Umum
a. Semua galian akan dilaksanakan sesuai dengan syarat bab ini dan dengan profil
dan elevasi yang ditunjukkan gambar-gambar atau ditentukan oleh direksi.
b. Selama berlangsungnya pekerjaan, mungkin perlu atau diminta oleh direksi untuk
merubah kemiringan-kemiringan ataupun dimensi-dimensi galian dengan
mengadakan revisi kemiringan ataupun dimensi gambar dengan spesifikasi ini.
c. Jika galian tidak ditutup oleh konstruksi maka galian harus dibuat dengan
dimensi penuh yang diminta yang disempurnakan menurut profil dan elevasi yang
diberikan. Semua tindakan yang perlu harus diambil untuk menjaga agar material
dibawah dan diatas profil dalam kondisi sebaik mungkin. Setiap galian yang
dibuat untuk memudahkan kontraktor dengan suatu alasan atau tujuan kecuali bila
ditentukan lain, harus ditimbun kembali bila diminta atas biaya sendiri.
d. Penyedia jasa harus menjaga dan mengontrol kecepatan dan penambahan dan
penurunan muka air terhadap galian sehingga tidak membahayakan stabilitas
lereng-lereng atau bangunan-bangunan, pondasi-pondasi, konstruksi- konstruksi
dan lainnya.
e. Semua galian harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menjaga stabilitas
jalan-jalan dan konstruksi berdekatan lainnya.
6. Timbunan Umum
a. Timbunan harus ditempatkan pada garis-garis dan profil-profil yang
ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh direksi sesuai dengan
spesifikasi.
b. Semua bahan timbunan dan timbunan kembali harus terdiri dari hasil galian
yang baik dan disetujui oleh direksi yang dihamparkan dalam lapisan-lapisan dan
dipadatkan sebagaimana ditentukan dalam syarat teknik atau sesuai atas garis-
garis elevasi yang ditunjukkan pada gambar.
c. Bilamana timbunan lokal yang sesuai tidak cukup, maka kekurangan
didatangkan yang harus diusahakan oleh kontraktor dan dibawa kelokasi.
8. Pemadatan
a. Timbunan tanah dan timbunan kembali yang direncanakan pada gambar atau oleh
direksi harus dipadatkan pada suatu garis lurus (jalur), tersusun padat dan
berlereng seperti yang ditunjukkan pada gambar atau seperti yang ditetapkan oleh
direksi.
b. Material yang dipadatkan harus ditimbun (dikumpulkan) dalam lapisan horizontal
dengan tebal tidak boleh lebih dari 25 cm sesudah dipadatkan dan pendistribusian
material akan homogen dan bebas dari bentuk pengelupasan berkantong, retakan
atau ketidaksempurnaan.
c. Penggalian dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sehingga material yamg
dipadatkan tercampur dan dijamin pemedatannya dapat mencapai tingkat terbaik.
Bila menggunaka tamping roller kaki tamping roller harus dijaga tetap bersih dari
material yang merugikan keefektifan kerja dari tamping roller.
d. Untuk beberapa bagian dari timbunan tanah atau timbunan kembali yang
berdekatan dengan bangunan termasuk pipa-pipa beton dimana pemadatan
timbunan tanah atau timbunan kembali dibutuhkan, dalam hal tersebut tidak
memungkinkan mencapai pemadatan yang memadai dengan pemadatan
rolling, timbunan tanah atau timbunan kembali harus dipadatkan dengan
tempers mekanis pada tingkatan yang sama pada pemadatan mendekati timbunan
tanah atau timbunan kembali dipadatkan.
e. Pemadatan dengan tenaga manusia.
Material yang akan dipadatkan harus dihamparkan dan lapisan-lapisan horizontal
yang tebal tidak lebih dari 15 cm. Alat stemper tangan mempunyai berat tidak
lebih dari 15 kg, dan tinggi jatuh untuk menyelesaikan pekerjaan adalah 30 cm.
Material dipadatkan harus mencapai density yang dimaksud. Metode pemadatan
harus disetujui oleh direksi.
f. Dalam menempatkan alat pemadat dalam hal pekerjaan timbunan kembali atau
timbunan tanah yang berhubungan dengan pipa beton, kedua sisi pipa dipukul dan
dipadatkan sehingga menjadi perletakan pipa yang kuat. Material kemudian
harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lajuran seperti yang ditetapkan.
g. Percobaan pemadatan. Sebelum dimulai pekerjaan timbunan, penyedia jasa
harus menunjukkan kepada direksi, peralatan dan cara-cara penempatan material
timbunan dan pemadatannya paling tidak tiga lapisan percobaan timbunan.
9. Galian Tanah
Berpasir
a. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan menggali tanah berpasir untuk
perapihan tanah asli guna meletakkan batu.
b. Lokasi penggalian yang akan dilaksanakan adalah sepanjang jalur rencana
Revetment.
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus terlebih dahulu dilakukan
pengukuran memanjang dan melintang sehingga diperoleh titik-titik elevasi dasar
yang akurat. Setelah penggalian selesai harus dilakukan pengukuran kembali
untuk mendapatkan besarnya volume galian yang diratakan.
d. Untuk menentukan titik-titik elevasi, dipasang patok-patok yang berjarak
antara 20 meter hingga 50 meter atau sesuai arahan Direksi.
e. Galian menggunakan Excavator.
f. Hasil galian dibuang pada lokasi tempat pembuangan yang aman terhadap
dampak lingkungan atas persetujuan Direksi.
g. Tempat pembuangan diupayakan agar tidak berdampak terhadap lingkungan
disekitar lokasi yaitu dengan membuat benteng atau urugan tanah sesuai petunjuk
Direksi yang biayanya sudah larut dan sudah diperhitungkan pada biaya
penggalian.
h. Volume yang dibayar adalah volume galian dihitung dalam satuan meter kubik
(M3) sesuai dengan tampang hasil penggaian terakhir.
g. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi kemiringan
lereng galian harus mengikuti Tabel berikut. Selain itu untuk setiap tinggi 6 m
harus dibuat berm lebar 2 m pada galian tanah.
Bahan Kemiringan Keterangan
(V:H)
Batuan 1 : 0.3 Untuk lereng permanen
1 : 0.2 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
Batuan lapuk 1 : 1.0 Untuk lereng permanen
1 : 0.6 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
Tanah 1 : 1.5 Untuk lereng permanen
Tanah residual 1 : 1.0 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
Aluvium 1 : 2.5 Untuk lereng permanen
1 : 2.0 Untuk lereng sementara dan galian yang
diisi kembali
h. Golongan bahan yang digali ditentukan oleh Direksi berdasar klasifikasi yang
berlaku dalam Spesifikasi Teknis ini.
i. Sebelum pekerjaan dimulai dan segera setelah pekerjaan selesai harus
dilakukan pengukuran volume galian. Kontraktor harus memasang tanda-
tanda di lapangan sehingga kondisi sebelum dan setelah penggalian dapat
diketahui guna menghitung volume galian. Kemudian hasil pengukuran
Kontraktor akan diperiksa ulang oleh Direksi.
j. Paling lambat 7 hari sebelum mulai pekerjaan pengukuran Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi suatu rencana yang menunjukkan tata-letak semua
patok, garis referensi, profil dan rincian metode pengukuran yang akan digunakan
untuk menghitung volume.
k. Garis referensi dan patok harus dipasang di lapangan paling lambat 24 jam
sebelum pengukuran dimulai dan memberitahukan hal itu kepada Direksi.
l. Semua jenis referensi dan patok harus tetap berada di tempatnya dalam kondisi
baik sampai waktu yang ditentukan oleh Direksi untuk memungkinkan Direksi
dapat melakukan pengukuran ulang.
m. Semua catatan lapangan pengukuran dan penghitungan volume galian harus
diserahkan kepada Direksi.
n. Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan dipakai dasar untuk
mengajukan pembayaran tambahan harus dilakukan dengan kehadiran
Direksi. Kontraktor harus memberitahukan Direksi sebelumnya sehingga
pengukuran bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi kemajuan pekerjaan
penggalian.
h. Penempatan material
Pemilihan, penempatan dan penyebaran material urugan harus sedemikian
sehingga distribusi dan gradasi material terpasang bebas dari kelainan tekstur,
gradasi, kadar air atau densitas dari material di sekitarnya.
Bila material berbeda karakternya maka material yang lebih halus dan lebih
urugan harus ditempatkan pada lokasi yang lebih ke tengah zona.
Penghamparan dan penyebaran material harus sedemikian sehingga
memperkecil kemungkinan segregasi. Batu dengan diameter lebih dari 10
cm tidak boleh ada pada material urugan. Bila ditemukan kumpulan pasir,
kerikil atau kerakal di sekitar struktur, batas zona, area kontrak, maka
harus dibuang untuk menghindari pemipaan sepanjang permukaan kontak
tersebut.
Jika Direksi berpendapat bahwa permukaan pondasi yang disiapkan atau
permukaan pemadatan lapisan urugan dianggap terlalu kering atau terlalu
halus untuk pelekatan yang baik dengan lapisan urugan berikutnya, maka
permukaan tersebut harus dibasahi dan atau dikasarkan dengan menggunakan
alat yang disetujui oleh Direksi sebelum lapisan berikutnya dihamparkan.
Jika menurut Direksi permukaan terpadatkan dari lapisan material urugan
dianggap terlalu basah untuk pemadatan lapisan berikutnya, maka harus
dibuang, dibiarkan kering dahulu atau dikasarkan dengan alat tertentu untuk
mengurangi kadar airnya hingga yang diperlukan dan kemudian dipadatkan
kembali sesuai spesifikasi sebelum lapisan berikutnya digelar.
Material homogen harus ditempatkan di urugan secara menerus, kurang
lebih horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan densitas yang
diperlukan tercapai di seluruh lapisan sesuai pasal di atas bila dipadatkan
dengan catatan ketebalan lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum
dipadatkan. Semua lapisan harus mempunyai kemiringan drainase kurang
lebih 1:30 setelah pemadatan.
Jika sheepfoot roller akan digunakan untuk pemadatan material urugan
pada permukaan pondasi, termasuk “grout cap” atau permukaan beton
pengisi, lapisan pertama diperbolehkan lebih tebal dari yang ditentukan
tapi tidak boleh lebih dari 50 cm sebelum pemadatan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari kerusakan permukaan pondasi akibat aksi dari kaki
sheepfoot roller.
Direksi memiliki hak untuk merubah ketebalan lapisan material urugan
setiap saat, berdasarkan informasi yang didapat dari uji pengisian atau uji
kontrol selama konstruksi; dan pada kejadian itu tidak boleh ada perubahan
harga satuan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. BAHAN
Seluruh material untuk beton, termasuk semen, pasir , agregat kasar dan air akan
disesuaikan dengan Bagian I, yaitu bahan-bahan umum.
3. MUTU BETON
3.1. Mutu Beton
Mutu beton harus disesuaikan dengan Standard Indonesia untuk beton NI. 2
PBI 1971 seperti tabel berikut ini:
(T ' b 2T ' bm
)
S
N 1
Dimana:
N = Jumlah sample yang diuji (minimum 20 buah sample)
T'b = Crushing Strength untuk tiap sample (kg/cm2)
T'bm = Nilai Crushing rata-rata
S = Standard Crushing Deviasi (kg/cm2)
3.2. Kriteria
Secara umum USBR dapat diterima dengan ketentuan bahwa strength 80%
dari hasil test specemen harus lebih besar dari design strength. Design strength
klasifikasi seperti:
Class I = 160 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari;
Class II = 200 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 21 hari;
Class III = 225 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari.
4. CAMPURAN BETON
a. Beton terdiri dari semen portland, pasir, agregat kasar, air seperti yang telah
tercantum pada spesifikasi, semua dicampur secara baik dan membawa
konsistensi yang layak.
b. Untuk beton mutu grade "B" campuran biasanya untuk "Non-Structural
Work" digunakan dengan kondisi bahwa proporsi semen portland, pasir, dan
agregat tidak kurang dari 1:8. Jumlah semen untuk tiap-tiap m3 beton harus
sedikitnya 225 kg.
c. Untuk mutu beton B1 dan K-125, campuran normal semen portland, pasir
dan kerikil batu pecah akan berlaku proporsi 1:2:3 atau 1:1,5:2,5. Jumlah semen
untuk tiap m3 beton harus diantara 300 - 325 kg.
d. Untuk mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi harus digunakan "Design
Mix". Design Mix harus dari hasil pengujian campuran untuk memperoleh
ketentuan-ketentuan dan karakteristik kekuatan. Jumlah semen untuk tiap m3
beton sekurang-kurangnya 325 kg.
e. Ukuran maksimum agregat dalam beton untuk beberapa bagian pekerjaan
adalah yang paling besar dari ukuran yang telah ditentukan dan penggunaannya
mulai dari pengadukan beton sampai pemasangan hingga memuaskan.
f. Proporsi untuk bermacam bahan-bahan yang akan digunakan untuk tempat yang
berbeda harus seperti yang didapatkan dari hasil percobaan test, dari waktu ke
waktu selama pekerjaan berlangsung.
g. Proporsi campuran air dan semen akan dideterminasi dari beton sudah
diproduksi yang mempunyai density yang cocok, impermeabilitas, ketahanan,
dan tegangan yang dibutuhkan tanpa menggunakan semen dengan jumlah yang
berlebihan.
h. Perbandingan air semen dari beton (tak termasuk air dalam atau diabsorsi
oleh agregat) tidak akan lebih 0.55 dari berat untuk Class III dan tidak lebih
0.60 dari berat untuk Class-class lain.
i. Pengujian beton dibuat oleh Direksi dan propor-si campuran akan diganti
bilamana diperlukan untuk maksud pengukuhan kebutuhan ekonomi,
kemampuan kerja, density, impermeabilitas, ketahanan atau kekuatan dan
Kontraktor harus menyanggupi bahwa tidak ada kompensasi tambahan
karena pertukaran yang demikian.
7. PENGADUKAN
7.1. Mesin Pengaduk Campuran
Beton
a. Bahan-bahan untuk adukan beton harus dicampur dalam batch mixer atau
"Portable Mixer", waktu pengadukan tidak kurang dari 15 menit,
sesudah seluruh bahan-bahan (kecuali untuk air dengan jumlah yang
penuh) di dalam mixer. Waktu pengadukan perlu ditambah apabila
kapsitas mixer melebihi dari 15 m3. Direksi memberi syarat untuk
penembahan waktu pengadukan bila mana pengisian dan operasi
pengadukan gagal menghasil-kan beton melalui bahan-bahan yang
didistribusi dan konsis-tensi yang uniform concrete harus seragam.
Dalam komposisi dan konsistensi dari kelompok-kelompok kecuali bila
perganti-an dalam komposisi atau konsistensi dibutuhkan. Air harus
ditambahkan sebelum pengisian dan pengadukan berikutnya
dilaksanakan. Campuran yang berlebihan dengan penamba-han air untuk
mendapatkan konsistensi beton tidak diizinkan.
b. Truck mixer akan diizinkan hanya jika mixer-mixer dan operasi
menunjukkan beton yang diolah adalah uniform dari tiap-tiap
pengolahan dengan memperhatikan konsistensi dan grading. Setiap mixer
yang menghasilkan hasil yang tidak memuaskan harus dibuang dari atas
biaya sendiri dari Kontraktor. Setiap mixer yang memberikan hasil yang
tidak memuaskan harus diperbaiki. Mixer dalam pengolahan secara
sentralisasi dan mixing plant harus dirangkai sedemikian rupa sehingga
gerak-an pengadukan dalam mixer dapat diobservasi dari tempat yang
sesuai terhadap tempat operator-operator mixing plant. Mixer tidak
akan dibebani dengan bahan yang melebihi dari kapasitasnya, kecuali
dalam keadaan khusus yang diizinkan. Setiap mixer harus dilengkapi
dengan alat pencatat waktu pengadukan mekanis yang menunjukkan
dan menjamin periode adukan-adukan yang dibutuhkan terhadap yang
sudah selesai.
8. TEMPERATUR
Temperatur beton ketika dipasang tidak lebih dari 32OC dan tidak kurang dari
4.5OC. Ketika tempereatur beton waktu bekerja mungkin 27O C dan 32OC, beton
akan dicampurkan dijob site dan dituangkan ke dalam peker-jaan dengan segera
setelah pengadukan selesai. Jika dipasang pada keadaan cuaca dengan temperatur
beton lebih dari 32OC, seperti yang didapatkan oleh direksi maka campuran pada
malam perlu dilakukan untuk mempertahankan temperatur beton terpasang di bawah
32OC.
9. DESAIN PERANCAH
Design perancah disesuaikan dengan berbagai bentuk, ketinggian dan dimensi dari
beton seperti terlihat dalam gambar atau sebagaimana yang ditentukan oleh
Direksi. Bahan yang dipergunakan dalam design perancah akan ditentukan oleh
direksi sebelum pelaksanaan dimulai, meskipun telah disetujui bukan berarti
bahwa Kontraktor tidak bertanggung jawab atas bentuk-bentuk atau perbaikan
beberapa bagian yang rusak yang dapat berkembang atau menjadi tidak dapat
digunakan.
12. PEMASANGAN
PERANCAH
a. Tidak dibolehkan untuk pemasangan beton sebelum semua perancah, cetakan
dan persiapan-persiapan lainnya yang berhubungan dengan pemasangan
disetujui oleh Direksi. Tidak diperbolehkan memasang beton di dalam air
tanpa izin tertulis dari Direksi, dan metode pengecoran harus disetujui. Tidak
diperbolehkan memasukkan beton ke dalam air yang mengalir dan tidak
boleh mengalirkan air sebelum beton telah cukup mengering. Semua kerak-
kerak beton, mortar, grout yang melekat pada permukaan cetakan harus
dibersihkan sebelum pengecoran beton berikutnya dimulai.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan yang akan diisi beton
harus bersih dan bebas dari genangan air, lumpur, kotoran atau loose
material. Permukaan bahan-bahan yang akan menyerap beton harus dibasahi
sehingga kadar air dari beton tidak terserap.
c. Bagian permukaan yang akan ditutup dengan beton bila dirasa perlu untuk
menyediakan penggetar (vibrator) beton di dalam pengerasan dan pondasi
seperti ditentukan oleh Direksi, Kontraktor harus memasang beton kelas. B
atau kepingan beton yang terdiri dari ketebalan 5 cm sebagai lantai kerja.
kepingan kasar harus tersebar secara merata di seluruh pondasi yang akan
dilindungi, baru diperbolehkan mengadakan pengecoran setelah 24 jam.
d. Permukaan beton yang sudah mengeras yang akan dilapisi dengan beton
baru, tidak boleh dicor dengan begitu saja, harus dilaksanakan sebagai
penyambungan konstruksi (constructions joints). Permukaan sambungan
konstruksi harus bersih dan basah bila ditutup dengan beton baru atau
mortar. Pembersihan harus menghilangkan semua lailance, beton yang lepas
atau yang rusak, lapisan atau bahan asing. Permukaan sambungan konstruksi
harus dibersihkan dengan sand-blasting dan pencucian harus dilakukan pada
kesempatan terakhir sebelum penempatan yang pasti. Semua genangan air harus
dihilangkan dari permukaan sambungan konstruksi sebelum beton yang baru
dipasang.
e. Permukaan dari semua sambungan konstruksi atau expansion joint seperti
ditunjukkan pada gambar harus dibersihkan dengan baik dari tempelan beton
atau bahan-bahan asing lain dengan menggaruk, shipping, atau cara lain
yang disetujui Direksi.
13. PENEMPATAN
a. Metode dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut beton harus
sedemikian sehingga beton yang mempunyai komposisi dan konsistensi yang
dibutuhkan akan terjamin tanpa pemisahan atau kehilangan slump yang
merugikan.
b. Beton boleh dicor apabila Direksi atau wakilnya yang dikuasakan, su-dah
hadir permukaan konstruksi sambungan atas dimana beton baru akan dicor harus
ditutupi lapisan grout semen yang rapi atau ditutup dengan lapisan mortar kira-
kira 2 cm tebalnya. Mortar harus mempu-nyai proporsi semen dan pasir yang
sama dengan campuran beton yang telah diatur kecuali diarahkan dengan lain.
Rasio air semen dari mortar tidak melebihi dari rasio beton yang akan dipasang
di atasnya, dan konsistensi dari mortar harus sama dengan pengecoran dan
pekerjaan dengan cara-cara yang ditetapkan. Mortar harus menyebar secara
seragam dan harus dikerjakan dengan teliti. Beton harus ditem-patkan segera
pada mortar yang baru, didalam menempatkan beton pada sambungan-
sambungan konstruksi yang dibentuk, tindakan- tindakan pencegahan khusus
harus diambil untuk menjamin bahwa beton baru dimasukkan ke dalam kotak
yang erat dengan permukaan sambungan, dengan secara hati-hati dengan alat
yang cocok.
c. Pengaturan kembali beton tidak akan diizinkan. Suatu beton yang telah kaku,
demikian pula penempatan yang tepat tidak dapat dijamin akan sia-sia dan tidak
ada pembayaran kepada Kontraktor. Beton harus ditempatkan dalam semua hal,
sedapat mungkin dapat dilaksanakan secara langsung di dalam posisi akhir
dan tidak akan mengalir dengan suatu cara sehingga menyebabkan
pemisahan. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar di dalam beton yang
disebabkan karena membiarkan beton jatuh bebas dari ketinggian yang terlalu
tinggi, atau pada sudut partikel yang terlalu besar atau yang akan merusak
cetakan dan tulangan baja tidak dibolehkan bila pemisahan-pemisahan terjadi,
Kontraktor harus menyediakan jeram-jeram penjatuhan yang cocok dan bafle
untuk membatasi dan mengontrol beton yang jatuh.
d. Kecuali karena dihalangi oleh sambungan-sambungan, semua beton yang
terbentuk harus ditempatkan di dalam lapisan-lapisan horizontal yang menerus,
yang ketebalannya tidak melebihi 50 cm. Direksi berhak memerintahkan
ketebalan lapisan kurang dari 50 cm bilamana ketebalan 50 cm tersebut tidak
bisa dilaksanakan sesuai dengan tuntutan spesifikasi. Semua interseksi dari
sambungan-sambungan konstruksi dengan permukaan harus dibuat lurus dan
datar atau tegak.
e. Dalam menempatkan beton di daerah-daerah yang diekpose dengan
ketebalan yang besar, Kontraktor harus menjaga daerah yang diekpose dari
beton baru dengan syarat-syarat praktis yang minimum, dengan mula-mula
membentuk beton dengan lebar bangunan dengan ketinggi-an yang cukup di
atas daerah yang dibatasi pada suatu ujung bangunan dan kemudian dilanjutkan
dalam tahap-tahap progressive yang serupa terhadap daerah bangunan. Lereng
yang dibentuk pada ujung mendaki yang tidak terbatas dari lapisan-lapisan beton
yang sudah baik harus dijaga securam mungkin, beton pada sisi ujung-ujung ini
tidak boleh digetarkan segera dan kondisi- kondisinya sedemikian rupa sehingga
beton akan mengeras, dimana getaran berikutnya tidak akan sepenuhnya
mengkonsolidasikan dan menginte- grasikan dengan beton baru yang
ditempatkan pada penyambungan kelompok-kelompok agregat besar harus
disebar sebelum beton yang baru dipasang di atasnya, masing-masing deposit
beton harus digetarkan sebelum deposit beton beriikutnya ditempatkan di
atasnya.
f. Beton tidak boleh dicor selama musim hujan lebat atau sehingga
menghanyutkan mortar dari agregat kasar pada lereng-lereng penempatan.
Selama hujan yang demikian mortar tidak boleh ditebar-kan pada sambungan
konstruksi dan mortar yang telah disebarkan harus dibuang dan diganti
sebelum melanjutkan pekerjaan. Sekali penempatan beton yang telah dimulai di
dalam suatu bangunan, penempatan tidak boleh diganggu.
g. Ember-ember beton yang digunakan harus dapat dengan cepat mengeluarkan
slump yang rendah, campuran-campuran beton yang ditentukan dan mekanisme
dumping harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengisian sebanyak 0.35 m3
bagian muatan di suatu tempat. Ember-ember harus cocok untuk pengikatan
dan pemakaian dari drop chute (jeram) yang dibutuhkan di lokasi-lokasi
terbatas.
h. Sambungan konstruksi harus mendekati horizontal kecuali bila ditentukan
lain pada gambar-gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Semua interseksi dari
sambungan-sambungan konstruksi dengan permukaan beton yang akan diekpose
kepada pandangan akan dibuat lurus dan datar atau tegak.
i. Bila beton ditempatkan secara monolitis seputar lubang-lubang yang
mempunyai dimensi vertikal yang lebih besar 60 cm, beton dalm deck (geladak)
dasar lantai, balok gelagar atau bagian-bagian bangunan yang serupa
ditempatkan secara monolitis dengan beton yang menopangnya. Instruksi-
instruksi berikutnya harus diteliti baik-baik:
- Penempatan beton harus ditunda dari satu atau tiga jam pada bagian atas
lubang dan pada dasar bevel di bawah deck, lantai dasar, gelagar atau
bagian serupa dari bangunan-bangunan sewaktu bevel ditentukan atau tidak
ditentukan, tetapi dalam hal penempatan ditunda sedemikian lamanya
sehingga unit yang bergetar tidak akan siap untuk penetrasi secara berat
sendiri beton yang ditempatkan sebelum penundaan. Ketika
mengkonsolidasi-kan beton yang ditempatkan setelah penundaan, unit yang
bergetar harus menyerap dan menggetarkan beton yang ditempat- kan
sebelum penundaan;
- 60 cm terakhir atau lebih dari beton ditempatkan segera sebelum
penundaan harus ditempatkan dengan slump sepraktis mungkin dan
perhatian khusus dicurahkan agar konsolidasi beton yang teliti akan
terlaksana;
- Beton yang ditempatkan di atas lubang-lubang dan di dalam deck-deck,
lantai-lantai, balok gelagar dan bangunan serupa lainnya harus ditempatkan
dengan slump serendah mungkin dan perhatian khusus harus dicurahkan
untuk menghasilkan konsolidasi yang teliti dari beton.
j. Tiap-tiap lapisan beton harus dikonsolidasi sampai kepadatan yang
semaksimum mungkin sehingga bebas dari kantong-kantong agregat, dan
menutupi semua permukaan bentuk bahan-bahan yang ditanam-kan, Di
dalam mengkonsolidasikan setiap lapisan beton, getaran terdahulu dari vibrator
harus dibiarkan menyerap dan menggetarkan kembali beton bagian atas lapisan.
Semua beton harus dikonsolidasikan dengan listrik atau type imersion yang
dikendalikan tenaga pneumatik yang beroperasi pada kecepatan sekurang-
kurangnya 7000 rpm. Bila dicelupkan dalam beton lapisan tambahan beton tidak
boleh ditempatkan sebelum lapisan yang ditempatkan sebelumnya telah
dikerjakan secara teliti sesuai dengan yang ditentukan.
16. PERLINDUNGAN
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap gangguan sampai akhirnya
diterima oleh Direksi. Permukaan beton yang diekpose, kecuali permukaan beton
yang dilapisi dengan campuran penutup berpigmen putih, harus dilindungi dari sinar
matahari langsung selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari pertama setelah
pengecoran. Setiap perlindungan harus efektif, sepraktis mungkin setelah pengecoran
beton yang tidak berperancah atau setelah perancah beton dibongkar.
17. PERAPIHAN
a. Perapihan permukaan beton harus dilakukan oleh pekerja-pekerja yang
terampil dengan kehadiran Direksi. Permukaan beton akan ditest oleh Direksi
untuk menentukan apakah keadaan permukaan yang tidak teratur dalam batas-
batas yang ditentukan. Perbaikan yang disebab-kan karena pemindahan atau
pemasangan cetakan yang salah, atau linning dari penampang cetakan,
pengancingan cetakan yang lepas atau kerusakan cetakan dianggap sebagai
bentuk yang tidak teratur dan akan ditest dengan pengukuran langsung.
Semua keadaan tidak teratur lainnya dianggap sebagai keadaan tidak teratur
yang berangsur (gradualy) dan akan ditest dengan menggunakan template
yang terdiri dari ujung lurus atau yang disamakan untuk permukaan yang
berlekuk. Panjang template 1.5 m untuk pengetesan permukaan yang
dibentuk dan 3 m untuk pengetesan permukaan yang tidak dibentuk. Sebelum
Direksi menerima pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan
yang terlihat, kecuali ditetapkan lain seperti kerak dan noda-noda yang tidak
tampak.
b. Permukaan bagian dalam yang tidak terbentuk harus dimiringkan untuk
pengeringan seperti ditunjukkan pada gambar-gambar atau seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi. Permukaan yang sempit seperti puncak dinding dan
beton penahan harus dimiringkan 20 mm untuk setiap lebar 1 m. Permukaan
yang lebih besar seperti plat form dan lantai harus dimiringkan kira-kira 10 mm
setiap lebar 1 m.
c. Permukaan yang tidak teratur yang diukur seperti yang digambarkan dalam
(a) melebihi 6 mm untuk keadaan yang tidak teratur dan tidak terdapat tanda-
tanda tambahan.
Sambungan dan ujung harus dikerjakan kecuali ditetapkan lain, perapihan untuk
permukaan yang tidak dibentuk dilakukan sebagai berikut :
- Permukaan yang tidak dibentuk yang akan ditutup dengan bekas galian
atau dengan beton harus dirapikan dengan levelling yang cukup panjang
untuk menghasilkan permukaan seragam yang rata. Permukaan yang tidak
teratur yang diukur seperti (a) tidak melebihi 0.95 cm.
- Bajak keras harus digunakan untuk permukaan-permukaan yang tidak
dibentuk yang akan terpampang atau yang akan berhadapan dengan air
mengalir, kecuali permukaan lantai jembatan subjek terhadap lalu lintas
pejalan kaki atau yang berkendaraan yang akan dirapikan dengan
menyapukan lapisan yang terang. Penambalan dapat dilakukan dengan
menggunakan perlengkapan yang dikendalikan dengan tenaga atau dengan
tangan. Penambala akan dimulai segera setelah permukaan yang panjang
telah cukup kaku dan harus mencapai keadaan minimum yang diperlukan
untuk menghasilkan permukaan yang bebas dari tanda-tanda perpanjangan
dan pelebaran seragam dalam teksturnya.
b.
Perancah
Semua perancah yang dibutuhkan harus dimasukkan ke dalam harga satuan
pekerjaan di dalam rencana anggaran biaya sesuai dengan klasifikasinya. Harga
satuan pekerjaan mengikuti dan tidak terbatas pada bahan-bahan cetakan,
transportasi, persia-pan, pemasangan, pelepasan kembali dan semua pekerjaan
yang lain sesuai persyaratan dan prosedur.
2. Bahan
Untuk pasangan batu yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik ini meliputi batu,
semen, pasir dan air, harus sesuai dengan ketentuan dan sepenuhnya memenuhi
persyaratan dalam Bab I Bahan Umum. Untuk pasangan batu terdiri dari 1 PC : 3
pasir atau 1 PC : 4 pasir dalam satuan volume dan air secukupnya sampai
dihasilkan kepekatan yang sesuai dengan keperluan yang diinginkan.
3. Adonan Adukan
Adukan dibuat dalam volume yang cukup dipakai untuk pekerjaan yang segera
dilaksanakan saja, semua adonan yang telah ditambah air dalam adukan selama
30 menit tidak boleh dipakai lagi. Mengencerkan kembali adukan tidak
diperkenankan.
5. Siaran
a. Susunan adukan untuk siaran harus terdiri dari campuran 1 PC : 3 pasir
dalam volume air yang cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk keperluan
yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan siaran dimulai, celah-celah batu harus dikorek sebelum
adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Siaran terbenam. celah-celah diisi sampai rata sedalam 1 cm muka batu;
- Siaran rata. celah-celah diisi sampai rata muka batu;
- Siaran timbul. celah-celah diisi sampai timbul setebal 1 cm dan dengan
lebar tidak kurang dari 2 cm.
6. Plasteran
a. Susunan adukan untuk plasteran harus terdiri dari campuran 1 PC : 3 pasir
dalam volume air yang cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk keperluan
yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan plasteran dimulai, celah-celah dan permukaan pasangan
batu harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dan dengan ketentuan
ketebalan plasteran adalah 16 mm.
8. Perawatan
a. Semua pasangan batu termasuk siaran harus dirawat dengan memakai air dengan
memakai cara yang dapat diterima dan disetujui direksi pekerjaan.
b. Bila dirawat dengan air maka pasangan batu harus dijaga supaya tetap basah
sekurang-kurangnya 14 hari, dengan cara tertentu atau dapat dilakukan dengan
memakai pipa yang berlubang-lubang. Air yang dipakai untuk
perawatan harus memenuhi syarat untuk air yang dipakai dalam adonan
beton.
V. PEKERJAAN GEOTEXTILE
1. Umum
Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang Geotextile non woven seperti
yang tertera pada gambar atau ditentukan oleh direksi/pengawas. Pemakaian
Geotextile non woven sudah umum dalam pekerjaan teknik sipil, diantaranya:
sebagai filter, lapisan pelindung, lapisan pemisah tanah untuk mencegah
bercampurnya tanah/material timbunan dengan tanah lunak, dan drainase di bawah
tanah.
2. Material
Kontraktor harus mengajukan persetujuan pengadaan material kepada konsultan/
pemilik dengan disertai brosur, teknikal data dan sample material. Kontraktor
tidak dibenarkan untuk melakukan pembelian material sebelum ada persetujuan dari
konsultan/pemilik proyek. Dalam pengajuan persetujuan material, kontraktor harus
memberikan waktu yang cukup untuk prosedur pengajuan tersebut dan juga
harus mempertimbangkan waktu pengadaan barang, waktu produksi hingga
pengiriman ke lapangan. Keterlambatan yang disebabkan karena masalah persetujuan
dan pengadaan barang akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari kontraktor.
3. Pelaksanaan
3.3. Metoda Pemasangan Geotextile (Filter cloth) untuk Revetment Dan Groin
a. Melakukan pengukuran ulang untuk mengetahui apakah elevasi tanah asli
(pantai) masih sesuai dengan elevasi rencana dasar revetment, karena
akibat gelombang laut/pengaruh pasang surut dapat mempengaruhi elevasi
dan kedudukan garis pantai.
b. Melakukan perapihan dasar revetment sesuai dengan elevasi rencana.
c. Sebelum filter cloth digelar terlebih dahulu dianyam/dijahit dengan
mempergunakan benang Nilon dan jarum jahit tangan sesuai dengan lebar
kebutuhan yang akan dipasang/digelar.
d. Filter cloth yang sudah dianyam digulungkan ke alat bantu (pipa besi)
yang telah diberi gantungan yang berfungsi untuk memudahkan
menggelar dan sekaligus berfungsi sebagai pemberat Geotextile dengan
diberi rangka dengan kayu 2/3”.
e. Filter cloth yang sudah digelar pada bagian sisi luar diberi batu yang
berfungsi sebagai pengunci, kemudian dilanjutkan dengan pengisian
batu ukuran 10 - 50 kg/unit dengan menggunakan Excavator yang
dituangkan kebagian tengah filter cloth yang digelar. Pengisian awal
berfungsi juga sebagai pengunci filter cloth yang dituangkan dengan
bucket excavator secara acak maupun per jarak 1 – 2 meter.
f. Kemudian setelah dipastikan filter cloth tidak akan terlipat dan
tergantung maka pengisian batu 10 – 50 Kg/Unit dapat dilanjutkan dengan
menggunakan Excavator atau Loader sampai mencapai elevasi yang
ditentukan.
4. Pembayaran
Harga satuan jenis pekerjaan ini untuk setiap satuan kuantitas sudah termasuk
penyediaan bahan (filter cloth), pekerja, peralatan, perkakas dan semua keperluan
lainnya atau biaya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana mestinya
dibayar meter persegi.
1. Galian Pasir
a. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan menggali pasir untuk perapihan
tanah asli guna meletakkan batu;
b. Lokasi penggalian yang akan dilaksanakan adalah sepanjang jalur rencana
revetment;
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus terlebih dahulu dilakukan
pengukuran memanjang dan melintang sehingga diperoleh titik-titik elevasi
dasar yang akurat. Setelah penggalian selesai harus dilakukan pengukuran
kembali untuk mendapatkan besarnya volume galian yang diratakan;
d. Untuk menentukan titik-titik elevasi, dipasang patok-patok yang berjarak
antara 25 meter hingga 50 meter atau sesuai pengarahan Direksi;
e. Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator;
f. Hasil galian dibuang pada lokasi tempat pembuangan yang aman terhadap
dampak lingkungan atas persetujuan Direksi;
g. Tempat pembuangan diupayakan agar tidak berdampak terhadap lingkungan di
sekitar lokasi yaitu dengan membuat benteng atau urugan tanah sesuai petunjuk
Direksi yang biayanya sudah larut dan sudah diperhitungkan pada biaya
penggalian;
h. Volume yang dibayar adalah volume galian dihitung dalam satuan meter
kubik (m3) sesuai dengan tampang hasil penggalian akhir.
3. Susunan Batu
3.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari susunan batu untuk pondasi (inti/lapisan pengisi) dan
lapisan penutup yang posisinya sejajar garis pantai (Revetment). Bentuk
kemiringan, ketinggian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar atau
berdasarkan petunjuk Direksi.
3.2. Material
Material susunan batu revetment yang memenuhi persyaratan/spesifikasi
dan sudah disetujui oleh Direksi.
3.3. Metoda
Pelaksanaan
a. Persiapan
Galian pondasi dan pembentukan kemiringan permukaan dimana
susunan batu revetment akan ditempatkan harus dilakukan secara tepat
setelah dilakukan pengecekan potongan melintang dari garis pantai.
Persiapan lokasi penyimpanan material di sekitar lokasi proyek harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
b. Revetment
- Batu dengan berat < 250 Kg
Batu dengan berat < 250 Kg berfungsi sebagai batu pengunci dan
dipasang/disusun mulai diatas elevasi batu dengan berat > 1.000 Kg
(sesuai gambar). Dipasang dengan menggunakan alat berat
(Excavator) mengikuti jalur rencana.
Didalam pemasangan/penyusunan batu ini, agar dapat diatur sisi-sisi
sudut batu satu dengan batu lainnya dengan memperkecil
rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi lebih kompak dan kokoh
terhadap pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat 250 Kg – 1.000 Kg
Batu dengan berat 250 Kg – 1.000 Kg merupakan batu primer, yang
dipasang dengan menggunakan alat berat Excavator. Batu ini
dipasang diatas lapisan geotextile hingga mencapai elevasi yang
ditentukan, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu dengan berat
> 1.000 Kg. Pemasangan batu ukuran ini dilakukan secara hati
– hati untuk mencegah terjadinya kerusakan pada lapisan geotextile.
Untuk memperkuat batu satu dengan lainnya, pemasangan dilakukan
dengan mengatur sisi – sisi sudut batu satu dengan batu lainnya dengan
cara memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi
kompak dan kokoh terhadap pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat > 1.000 Kg
Batu dengan berat > 1.000 Kg merupakan batu primer yang dipasang
dengan menggunakan alat berat Excavator. Batu ini dipasang setelah
batu ukuran 250 Kg – 1.000 Kg mencapai elevasi yang ditentukan,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu dengan berat < 250
Kg sebagai batu mengunci, untuk memperkuat batu satu dengan lainnya
(menutupi pori/rongga) dipasang batu yang ukurannya lebih kecil dari
batu primer. Hal ini diperlukan agar lebih kokoh dan kompak.
Untuk lebih jelasnya metode pemasangan batu dengan berat < 250 Kg, batu
250 Kg – 1.000 Kg dan ditambah batu > 1.000 Kg dapat dilihat pada
gambar terlampir.
c. Groin Dan Jetty
- Batu dengan berat < 250 Kg
Batu dengan berat < 250 Kg berfungsi sebagai batu pengunci dan
dipasang/disusun mulai diatas elevasi batu dengan berat > 1.000 Kg
(sesuai gambar). Dipasang dengan menggunakan alat berat
(Excavator) mengikuti jalur rencana.
Didalam pemasangan/penyusunan batu ini, agar dapat diatur sisi-sisi
sudut batu satu dengan batu lainnya dengan memperkecil
rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi lebih kompak dan kokoh
terhadap pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat > 1.000 Kg
Batu dengan berat > 1.000 Kg merupakan batu primer, yang dipasang
dengan menggunakan alat berat Excavator. Batu ini dipasang diatas
lapisan geotextile hingga mencapai elevasi yang ditentukan,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu pengunci dengan berat <
250 Kg. Pemasangan batu ukuran ini dilakukan secara hati – hati untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada lapisan geotextile. Untuk
memperkuat batu satu dengan lainnya, pemasangan dilakukan dengan
mengatur sisi – sisi sudut batu satu dengan batu lainnya dengan cara
memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi batu menjadi kompak dan
kokoh terhadap pengaruh gelombang laut.
Untuk lebih jelasnya metode pemasangan batu dengan berat < 250 Kg, batu
dengan berat < 1.000 Kg dapat dilihat pada gambar terlampir.
4. Pembayaran
Harga satuan untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk semua persyaratan yang
ditetapkan proyek seperti test material, pengadaan material, transportasi,
peralatan dan upah pekerja juga hal yang berhubungan dengan pemasangan
batu. Untuk pembayarannya dihitung volume batu dalam meter kubik (m 3)
terpasang yang dinyatakan dalam Berita Acara Penyelesaian Prestasi Pekerjaan
selama periode pelaksanaan kontrak.
VII. PEKERJAAN BRONJONG
1. Umum
Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng
yang pada penggunaannya diisi batu – batu untuk mencegah erosi yang dipasang
pada tebing – tebing, tepi – tepi sungai, yang proses pengayamannya
menggunakan mesin. Pekerjaan bronjong meliputi pekerjaan-pekerjaan : penyediaan,
pengangkutan dan pemasangan kawat bronjong yang diisi dengan batu kali
seperti yang ditunjuk pada gambar rencana.
2. Material
Bronjong kawat anyaman pabrikasi (dia.3 mm) atau anyaman manual (dia.4 mm)
dengan ukuran sangkar adalah :
- Tinggi : 0,50 meter
- Lebar : 1,00 meter
- Panjang : 2,00 meter.
Ukuran-ukuran bronjong disesuaikan dengan kondisi lapangan dan harus mendapat
petunjuk dan persetujuan pihak Direksi. Pengayaman dengan menggunakan mesin
mengacu pada SNI 03-0090-1987 tentang mutu dan cara uji bronjong dan kawat
bronjong dan syarat bahan baku mengacu pada SNI 03-
6154-1999 tentang kawat bronjong. Bentuk dan ukuran kawat bronjong, ukuran
anyamannya adalah 80 mm x 100 mm atau 100 mm x 120 mm dengan diameter
kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi diameter 4,0 mm dan kawat pengikat diameter
2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar dan tinggi) dan diameter kawat
sebesar 10%.
Batu untuk pengisi bronjong harus batu yang keras dan tahan lama dengan
ukuran 20 cm – 30 cm dapat berupa batu kali atau batu gunung, dimana batu pipih
dan panjang tidak boleh dipakai.
3. Pelaksanaan
a. Pemasangan bronjong harus hati-hati untuk mencegah kerusakan lapisan saringan.
Sebelum batu diisikan, bronjong ditegangkan sampai bentuk yang diinginkan.
b. Pengisian mulai dari bagian bawah, krat-krat supaya diletakkan dalam keadaan
kosong, diisi dengan batu sampai penuh dan kemudian ditutup.
c. Sambungan-sambungan antara bronjong maupun sekat-sekatnya harus diikat
dengan kawat dengan mutu yang sama. Bronjong ditempatkan diatas filter yang
terbuat dari ijuk sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
d. Batu isian dipergunakan batu yang keras, tahan lama, tidak rusak dan pecah
oleh air. Ukuran batu minimum tidak boleh lebih kecil dari 16 cm, dengan ukuran
batu rata-rata berbentuk sama yang dapat ditahan oleh saringan kawat bronjong.
e. Semua bagian tepi dari bronjong dan matras termasuk panel, dan sekat harus
terikat rapat pada kawat sisi panel dan terikat secara mekanikal atau petunjuk
Direksi, hal untuk menjaga terlepasnya anyaman, diameter kawat pengikat
yang menghubungkan antara sisi panel untuk perakitan, pemasangan, matras
berdiameter minimal 2 mm.
f. Setiap bronjong harus dihubungkan dengan ikatan yang didekatnya.
g. Sambungan-sambungan vertikal antara bronjong-bronjong yang ditempatkan
pada setiap 2 (dua) lapisan akan disusun bergiliran seperti yang ditunjukkan
dalam gambar atau petunjuk Direksi.
h. Satuan kuantitas bronjong anyaman mesin adalah unit/buah.
50
50
4. Pembayaran
Volume pembayaran bronjong dilakukan berdasarkan atas harga satuan per m³
bronjong yang terpasang.
1. Umum
Pekerjaan pemancangan kayu cerucuk meliputi pekerjaan-pekerjaan : penyediaan,
pengangkutan dan pemancangan seperti yang ditunjuk pada gambar rencana.
2. Material
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu bakau dengan
berdiameter antara 10–15 cm. Apabila menggunakan kayu lain harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
3. Pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan pemancangan, maka ujung kayu yang akan dipancang
harus dilancipkan terlebih dahulu untuk memudahkan pelaksanaan pemancangan,
dan ujung pancang kayu yang dilancipkan sekurang-kurangnya
25 cm.
b. Posisi kayu saat pemancangan harus dibuat vertikal dan betul-betul tegak lurus
sehingga akan diperoleh hasil yang optimal, toleransi kemiringanya hanya 5 %.
c. Pemancangan kayu cerucuk dilakukan sampai mencapai tanah keras atau
sesuai dengan yang diarahkan oleh Direksi dan kayu cerucuk berada dalam posisi
yang stabil dan secara struktural berada dalam kondisi yang kokoh.
d. Untuk kayu penyokong ataupun angker kayu harus dibuat sesuai gambar rencana
ataupaun petunjuk Direksi yang biayanya sudah termasuk dalam biaya
pemancangan.
4. Pembayaran
Volume pembayaran untuk pekerjaan ini adalah per m¹ kayu yang akan
terpancang dan masuk kedalam tanah.
1.1. U m u m
Lapis dasar untuk jalan akses permanen dan perkerasan harus dibangun sesuai
dengan jalur, elevasi, kemiringan, dan ukuran pada Gambar atau sesuai
petunjuk Direksi.
Material lapis dasar terdiri dari agregat batu pecah atau agregat kerikil
pecah bersiku sesuai dengan persyaratan untuk agregat beton dalam
Spesifikasi Teknis ini kecuali yang diberikan dalam spesifikasi yang telah
ditentukan.
1.2. Material
a. Jika material tidak mengandung cukup material rekat alam untuk
mengikat dengan cepat pada kegiatan watering dan pemadatan, harus
ditambahkan bahan rekat yang mengandung batu pecah kecil, bahan rekat
tanah atau material rekat lainnya yang disetujui oleh Direksi.
b. Jumlah dari bahan rekat yang ditambahkan harus dengan persetujuan
dari Direksi dan setelah bahan rekat telah ditambahkan, kombinasi ukuran
dari campuran itu harus dalam batasan seperti di atas.
c. Jumlah berat bahan rekat dari campuran itu tidak lebih dari dua puluh
persen (20 %) dari campuran.
d. Bahan rekat harus dicampurkan secara seragam pada material base pada
tempat dimana material diproduksi, atau atas persetujuan Direksi, pada
tempat dimana dilakukan penempatan dan penghamparan dari material
base.
1.3. Pelaksanaan
2.2. Material
Agregat untuk makadam penetrasi bitumen harus terdiri dari batu pecah
atau kerikil pecah bersiku sesuai dengan persyaratan yang ditentukan pada
Spesifikasi Teknis untuk agregat beton dan Bituminous asphalt untuk lapis
awal dan bahan rekat yang telah memenuhi persyaratan teknis.
2.5. Pelaksanaan
Metode konstruksi dan tahapan konstruksi untuk lapisan atas makadam
penetrasi bitumen secara umum adalah sebagai berikut :
a. Pelapisan awal dari lapis dasar jalan
Sebelum pelaksanaan pelapisan, lapis dasar jalan harus dipadatkan secara
menyeluruh dan telah selesai dengan kelandaian dan tampang melintang
seperti ditunjukkan dalam Gambar. atau atas perintah Direksi dengan
toleransi tertentu. Material lepas harus disapu dibersihkan. Lapis awal
harus diberikan hanya jika permukaan lapis dasar kering dan diberikan
dengan jumlah seperti ketentuan.
b. Penghamparan dari agregat kasar – lapis pertama
Lapis agregat kasar dihamparkan dengan jumlah seperti ketentuan pada
Sub-Bab 6.6.8 di bawah, dengan ketinggian seragam dan dengan
alinemen, kelandaian, dan tampang melintang yang benar dengan bantuan
spreader mekanik seperti ketentuan pada Sub-Bab 6.6.5 di atas,
ditambah dengan penghampar tangan seperti sekop, garpu, dan garuk.
Ukuran partikel agregat sangat besar atau sangat kecil harus diganti
dengan material yang sesuai sebelum penggilasan dimulai.
c. Penggilasan – lapis pertama agregat kasar
Setelah lapis agregat telah ditempatkan pada seluruh lebar, permukaannya
garus digilas. Penggilasan harus dilakukan secara longitudinal dan
dimulai dari tepi luar ke tengah, dan bertautan minimal 30 centimeter
untuk tiap strip.Penggilasan harus diteruskan sampai tekstur permukaan
seragam dan tingkat kepadatan sesuai ketentuan. Ketidak-teraturan yang
lebih dari satu (1) centimeter harus dikoreksi dengan melepas dan
membentuk lapis agregat atau menambahkan agregat sesuai keperluan,
dan dengan penggilasan kembali area tersebut. Lapis agregat kasar yang
dipadatkan harus kuat, dan sesuai dengan ketentuan pada Gambar. Untuk
tempat-tempat yang dekat dengan struktur seperti dinding dan sebagainya
tidak diperkenankan digunakannya roller; agregat harus dipadatkan
dengan alat pemadat tangan sampai kepadatan yang ekuivalen dengan
lapisan yang dipadatkan dengan roller.
d. Pemberian pertama bahan rekat bitumen
Pemberian pertama bahan rekat bitumen pada agregat kasar yang telah
disiapkan. Bahan rekat harus diberikan hanya jika agregat kasar kering
pada setiap ketinggian lapisan.
Bahan rekat bitumen harus diberikan secara seragam pada lapis
agregat kasar dengan alat penyemprot seperti ketentuan dengan jumlah
per meter persegi seperti ketentuan di bawah.
e. Penghamparan pertama agregat kunci – lapis kedua
Segera setelah pemberian bahan rekat bitumen pada lapis pertama agregat
kasar, agregat kunci harus dihamparkan secara seragam pada permukaan
dengan alat aggregate spreader dengan jumlah seperti ketentuan.
Kegiatan penghamparan agregat kunci harus diperhatikan
untuk mendapatkan keseragaman pemberian, dan jika atas perintah
Direksi, permukaan harus disapu dengan push broom atau drag broom.
f. Penggilasan – penghamparan pertama agregat kunci
Penggilasan permukaan dari agregat kunci harus dimulai segera setelah
penghamparan, dilakukan ketika bahan rekat bitumen pada lapisan
lapis agregat kasar masih panas, dan diteruskan sampai material pada
secara menyeluruh.Penambahan agregat kunci dalam jumlah kecil
diberikan sesuai keperluan selama penggilasan.
g. Pemberian kedua bahan rekat bitumen
Setelah penggilasan dari penghamparan pertama agregat kunci telah
selesai, permukaan harus dibersihkan dari material lepas, dan
pemberian kedua bahan rekat bitumen harus dilaksanakan dengan alat
sprayer pada jumlah per meter persegi sesuai ketentuan.
h. Penghamparan kedua agregat kunci – lapis ketiga
Segera setelah pemberian kedua bahan rekat bitumen, penghamparan
kedua dari agregat kunci dilaksanakan secara seragam di atas permukaan
dengan jumlah sesuai ketentuan.
i. Penggilasan – penghamparan kedua agregat kunci
Penggilasan permukaan dari penghamparan kedua agregat kunci harus
dimulai segera setelah penghamparan, dilakukan ketika bahan rekat
bitumen masih panas. Penghamparan agregat kunci diikuti dengan
penggilasan secara menyeluruh dan penyapuan permukaan. Bagian
agregat kunci yang dicadangkan selama penghamparan harus
ditambahkan sesuai keperluan selama penggilasan dan penyapuan
berlangsung pada tempat-tempat yang memerlukan material tambahan,
agar permukaan yang seragam tercapai. Penggilasan dan penyapuan
dilanjutkan sampai semua celah terisi.
j. Pemberian ketiga bahan rekat bitumen dan agregat halus lapis
teratas
Setelah penggilasan dari penghamparan kedua agregat kunci telah selesai,
permukaan harus dibersihkan dari material lepas, dan pemberian
ketiga bahan rekat bitumen harus dilaksanakan pada jumlah sesuai
ketentuan. Permukaan lapisan kemudian ditutup dengan agregat halus,
dan harus digilas dan disapu sampai agregat halus menutup secara
seragam pada seluruh permukaan perkerasan.
Pada penyelesaian pelapisan, permukaan harus dibersihkan sehingga tidak
ada material lepas pada permukaan.
2.2. Pemasangan
a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan seperti pada
gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk Direksi ditempat
pekerjaan, termasuk semua alat alat pelengkap seperti baut jangkar, penahan,
seal (penguat) dan sebagainya.
b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan diteliti/tepat
sebelum dan selama pemasangan. Dinding plat, sandaran dan ambang
harus diperkuat seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
c. Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan
dirapikan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus memindahkan sembua
kelebihan bahan- bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan
Direksi.
Semua gear reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak pelumas,
sesuai syarat dari pembuat/pabrik. Gear reducer terbuka harus duberi gemuk
kualitas baik pada giginya (graphite grease). Semua pelumas dan zat pencuci
harus disediakan Penyedia Jasa tanpa tambhan biaya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang cukup untuk
jangka waktu pemeliharaan untuk semua bagian pekerjaan dari Kontrak
ini.
2.4. Pengecatan
2.4.1. Bahan – bahan
a. Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik (factory
scaled) kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh Direksi.
b. Cat yang telah melampaui batas kadaluarsa seperti tertulis pada
kalengnya tidak boleh dipakai, dan harus segera disingkirkan dari
tempat pekerjaan.
3. Waterstop
a. Pemasangan water stop dan joint filler dalam bentuk dan ukuran sebagaimana
ditentukan dan pada tempat-tempat yang diperlihatkan dalam gambar-gambar atau
sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
b. Water stop dan Joint filler disediakan dan disimpan pada suatu tempat dengan
suatu cara yang akan ditunjukkan oleh Direksi.
c. Semua sambungan di lapangan dan hubungan-hubungan water stop dan joint
filler hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan hubungan
yang kedap air dengan segala cara sebagaimana dispesifikasikan pabrik pembuat
water stop dan joint filler.
d. Pengukuran dan pembayaran
Pengukuran kuantitas pekerjaan "Water Stop" dilakukan untuk setiap meter
panjang dari "Water Stop" yang terpasang diukur sepanjang garis tengah (as)
dari "Water Stop" sesuai dengan gambar-gambar. Pembayaran untuk "Water
Stop" dihitung menurut harga satuan meter panjang (m’) seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, jenis pekerjaan pada Penawaran.
Harga satuan harus sudah mencakup semua biaya pengadaan dan pemasangan dan
biaya-biaya lain pekerjaan terkait.
5. Wiremesh
a. Wiremesh dipasang sebagai penggati tulangan (pembesian) pada dasar dan
dinding saluran pasangan beton.
b. Sebelum dilakukan pemasangan, untuk mendapatkan posisi wiremesh sesuai
dengan gambar rencana, diperlukan beton tahu sebagai pengganjal. Beton
tahu ini ditempatkan pada sela – sela antara tanah dan wiremesh dengan posisi
penempatan sesuai dengan gambar rencana.
c. Sambungan – sambungan antara lembaran wiremesh harus diikat dengan
kawat beton, minimal 3 kali lilitan untuk menjamin menyatunya lembar yang
satu dengan lembar lainnya.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran kuantitas wiremesh diukur dari jumlah m2 yang terpasang pada
saluran beton seperti yang diperlihatkan pada gambar – gambar atau menurut
perintah Direksi. Pembayaran dihitung menurut harga satuan per m2 dalam
Daftar Kuantitas dan Harga jenis pekerjaan dalam penawaran. Harga satuan
harus sudah mencangkup biaya untuk pengadaan dan pemasangan yang
disyaratkan.
1. PENDAHULUAN
1.1. Volume pekerjaan adalah volume yang dihitung dari gambar dan diperlukan untuk
dapat memberikan ketentuan yang sama dalam mengajukan penawaran yang
selanjutnya akan dipakai dasar dan evaluasi terhadap semua penawaran. Apabila
kontrak sudah ditandatangani, yang mengikat adalah harga satuan untuk tiap-
tiap pekerjaan, sedangkan volume pekerjaan didapat dari perhitungan kembali
berdasarkan kenyataan di lapangan.
1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak adalah syarat-syarat kontrak,
spesifikasi dan gambar-gambar serta dokumen-dokumen lainnya, karena ketentuan-
ketentuan tersebut harus dipenuh dalm pelaksanaan pekerjaan.
1.3. Volume pekerjaan yang dipakai dalam dasar menentukan pembayaran adalah
sesuai dengan metode pengukuran yang akan diuraikan selanjutnya.
1.4. Harga satuan yang harus dimasukkan dalam volume pekerjaan sudah termasuk
harga dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, semua
resiko umum, pertanggungjawaban dan kewajiban yang tertera dalam dokumen
kontrak.
1.5. Harga satuan pekerjaan tersebut harus dimasukkan pada setiap uraian pada
daftar volume dan bila pekerjaan tidak mempunyai harga satuan, sudah harus
diperhitungkan dalam harga lain atau harga satuan pekerjaan dalam volume
pekerjaan tersebut.
1.6. Petunjuk dan penjelasan pekerjaan secara umum sudah tercakup dalam
spesifikasi dan tidak perlu diulang dalam volume pekerjaan.
1.7. Satuan harga yang tertulis dalam volume pekerjaan harus disesuaikan dengan
syarat-syarat kontrak.
2. METODE PENGUKURAN
2.1. Umum
2.1.1. Pengukuran
Bila tidak ada petunjuk khusus, semua volume dihitung bersih dari gambar
pelaksanaan dan tidak diperhitungkan adanya penyusutan atau pengurangan
volume, dan dibulatkan keatas atau ke bawah terhadap angka yang
terdekat.
2.4.2. Perancah
Penggolongan dan satuan
(1). Perancah akan diukur dengan satuan luas dalam m2 untuk keseluruhan
permukaan beton yang dicor setempat yang membutuhkan dukungan
sementara selama pengecoran.
(2). Uraian pekerjaan terperinci harus diberikan untuk:
(a). Golongan yang berbeda dari penyelesaian seperti yang telah
diuraikan dalam spesifikasi;
(b). Perancah < 4 m;
(c). Perancah lainnya.
(3). Perancah akan diukur untuk permukaan samping beton yang dicor
setempat pada waktu penggalian, kecuali beton tersebut betul-
betul dibutuhkan untuk dicor pada permukaan yang harus digali.
Permukaan samping adalah termasuk permukaan miring belakang
dengan sudut tidak melebihi 45 derajat terhadap bidang tegak,
terhadap bidang horizontal hanya dibutuhkan sementara selama
pengecoran. Uraian pekerjaan harus jelas bahwa perancah untuk
bagian atas, kecuali pada permukaan miring dengan sudut tidak
melebihi 10 % terhadap bidang tegak.
(4). Perancah untuk permukaan beton sementara , akan diukur pada
tempat yang ditentukan, tetapi tidak pada tempat yang ditentukan
penyedia jasa. Perancah untuk lantai kerja tidak akan dihitung.
(5). Perancah tidak akan diukur terpisah untuk:
(a). Pemotongan dan kemiringan dalam yang luas penampangnya
kurang dari 16 mm;
(b). Kantong dan lubang dengan volume kurang dari 0,15 m3.
2.4.3. Pembesian
Penggolongan dan satuan
(1). Pembesian akan diukur dengan berat dalam kg.
(2). Masa baja pembesian diambil 785 kg/m per 100 mm2 dari luas
penampang (7,85 t/m3). Masa dari bahan lain diambil seperti
yang ditentukan dalam kontrak. Uraian yang terpisah tidak
diperlukan untuk pengikatan pembesian pendukung. Masa
pembesian yang diukur termasuk masa baja yang mendukung
ujung pembesian.
(3). Batang pembesian yang tidak bulat penampangnya akan
digolongkan dengan diameter batang bulat yang terdaftar dalam
golongan luas penampang melintang yang terdekat.
(4). Batang pembesian dinyatakan kelipatan 3 (tiga) kali lebih tinggi
dari yang berkutnya dengan diameter lebih dari 12 mm sebelum
pembongkaran.
2.5.Pasangan Batu
2.5.1. Pasangan batu
Penggolongan dan satuan
(1). Volume pekerjaan pasangan diukur dalam m3.
(2). Uraian pekerjaan harus teperinci untuk:
(a). Pasangan dengan campuran 1 semen : 3 pasir
(b). Pasangan dengan campuran 1 semen : 4 pasir
(3). Untuk sambungan bungkus pipa saluran , pengecatan atau
pengikatan tidak diminta uraian secara terinci.
(4). Volume yang diukur termasuk pula sambungan. Tidak ada
pengukuran atau tambahan terhadap volume yang diukur untuk
pemotongan arah atau permukaan lain yang direncanakan untuk
pemotongan arah atau permukaan lain yang direncanakan untuk
setiap penampang melintang dari 0,5 m2. Tidak ada pengurangan
volume terhadap pembuatan lubang dan bukaan dinding atau permukaan
lainnya untuk setiap luas penampang melintang kurang dari 0,25 m2.