Anda di halaman 1dari 28

Sistem Manajemen Keselamatan

Kesehatan Kerja Nelayan


MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Higyene Industri

Dosen Ampu: Tatang Sukama.,S.Kep.,Ners.,M.kes.

Oleh: Fadlan Rinaldy

S1 Kesehatan Masyarakat

SK 14002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL


BANDUNG
Jln. Kopo No. 161 BANDUNG

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadiran Allah SWT, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai pada
waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Sistem Manajemen
Kesehatan Keselamatan Kerja Nelayan”.

Isi makalah ini menguraikan tentang pengertian Sistem manajemen


keselamatan kesehatan kerja Nelayan, Fungsi Manajemen Keselamatan Kesehatan
Kerja Nelayan, Faktor Pengaruh Keselamatan kesehatan kerja Nelayan, Program
Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan.

Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna sehinga penulis


mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan, serta penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Amin

Bandung, Juni 2016

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................2

DAFTAR ISI .................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang ......................................................................4
B. Rumusan
Masalah .................................................................5
C. Tujuan
Makalah .....................................................................5
D. Manfaat
Makalah ...................................................................5
E. Metode
Penulisan ..................................................................5
F. Sistematika
Penulisan ............................................................6

BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teoritis..............................................................................7
1. Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
Nelayan ..................................................................................8
2. Fungsi Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
Nelayan .13
3. Faktor Pengaruh Keselamatan kesehatan kerja
Nelayan .......16
4. Program Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan.
24

BAB III PENUTUP


A.
Kesimpulan ............................................................................26
B.
Saran ......................................................................................27

3
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara-negara yang sedang berkembang masih banyak manusia


demi untuk dapat bertahan hidup justru mengorbankan kesehatan dan
keselamatannya dengan bekerja di tempat yang penuh dengan berbagai
macam bahaya yang mempunyai resiko langsung maupun yang baru
diketahui resikonya setelah waktu yang cukup lama. Dalam resikonya
perkembangan pasar dunia bebas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
telah menjadi isu global dan mempunyai kedudukan strategis karena
selain menjamin keselamatan dan kesehatan dalam bekerja juga
merupakan salah satu pilar tegaknya Hak Asasi Manusia (HAM).
Nelayan termasuk warga negara Indonesia sangat kontras sekali
dengan perannya sebagai pahlawan protein bangsa. Sekarang ini banyak
ditemukan praktik penangkapan ikan dengan kapal besar menggunakan
troll dalam posisi demikian, nelayan tradisional sangat sulit sekali
beraktifitas melakukan penangkapan ikan yang berkelanjutan. Selain itu
situasi dimana rezim pasar hari ini tidak menguntungkan bagi nelayan.
Misalnya, ada persyaratan sertifikasi perikanan untuk industri. Inilah
beberapa masalah yang terjadi pada nelayan Indonesia.
Sektor perikanan tradisional belum ditempatkan sebagai
masyarakat maupun komoditas yang memiliki peran penting di bangsa
kita. Bahkan yang paling miris adalah kalau kita membaca undang-
undang (UU) tentang Perikanan. Yang disebut dengan nelayan adalah
mereka yang menangkap ikan. Hanya mereka yang menangkap ikan.
Padahal kalau kita pergi ke kampung nelayan kita bisa memperhatikan
bagaimana seorang perempuan nelayan membantu suaminya memilih
ikan dan menjualnya di pasar. Begitu pula anak-anaknya bisa juga
mengambil peran yang cukup penting di dalam kegiatan perikanan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
Nelayan ?
2. Apa sajakah Fungsi Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan ?
3. Apa sajakah Faktor Pengaruh Keselamatan kesehatan kerja Nelayan ?
4. Apa Program Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan ?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca
tentang pengertian sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja
nelayan.
2. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca tentang prinsip
manajemen keselamatan kesehatan kerja nelayan.
3. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca tentang faktor
pengaruh keselamatan kesehatan kerja nelayan.
4. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca tentang program
kebijakan keselamatan kesehatan kerja nelayan.

D. Manfaat Makalah

Pada umumnya makalah ini dibuat untuk memberikan manfaat sebagai bahan
pembelajaran kepada kita dan memberikan wawasan mengenai mata kuliah
Hygien Industri tentang sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja nelayan.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan yaitu metode pustaka, karena sumber yang penulis
dapat berasal dari buku dan internet.

5
F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
E. Metode penulisan
F. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
G. Kajian Teoritis
H. Pembahasan
BAB III PENUTUP

I. Simpulan
J. Saran
BAGIAN PENUTUP

Daftar Pustaka

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program didasari
pendekatan secara ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi.
Menurut Sutabri (2005:8), “Sistem adalah sekelompok unsur yang erat
hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Malthis dan Jackson (2002:245), “Keselamatan kerja merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang”.
Menurut Husni (2010:156), “Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu
kesehatan yang bertujuan supaya tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan
dapat bekerja secara optimal”.
Menurut Sedarmayanti (2011:124), “Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang
mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cedera”.
Nelayan menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 adalah orang yang
mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

7
1. Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
Sistem Manajemen K3 di lingkungan kerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Pengertian manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Proses mengintegrasikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
kedalam operasi perusahaan
Definisi SMK3 adalah : Bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.(Peraturan Pemerintah No.50/2012)

A. Komparasi Permennaker No. 05/1996 dan Peraturan Pemerintah No.


50/2012
1) Dasar Hukum yang digunakan :

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1) UU No.14 th1969 tentang 1) UU No. 13 th 2003 ttg


Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja
2) UU No. 1 th 1970 ttg Keselamatan
2) UU No. 1 th 1970 ttg Keselamatan Kerja
Kerja

8
2) Tujuan penerapan SMK3

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

Menciptakan suatu sistem K3 di tempat a)Meningkatkan efektivitas


kerja kerja dgn melibatkan unsur perlindungan K3 yg terencana, terukur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan dan teintegrasi;
lingkungan kerja yg terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi b)Mencegah dan mengurangi

kecelakaan dan PAK serta terciptanya kec.kerja dan PAK dgn melibatkan

tempat kerja yang aman, effisien dan unsur manajemen, pekerja/ buruh,

produktif. dan/atau SP/SB;

c)Menciptakan tempat kerja yg


aman, nyaman dan efisien utk
mendorong produktivitas

3) Dasar Penerapan SMK3

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

Ditetapkan melalui ketentuan-ketentuan Dilakukan berdasarkan KEBIJAKAN


sebagai pedoman dalam penerapan NASIONAL ttg SMK3 sebagai pedoman

9
SMK3. perusahaan dalam menerapkan SMK3.

4) Ketentuan Penerapan SMK3,

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1)Kebijakan K3 dan Komitmen 1) Penetapan kebijakan K3


penerapan SMK3
2) Perencanaan K3
2)Perencanaan pemenuhan
kebijakan 3) Pelaksanaan rencana K3

3) Penerapan kebijakan K3 4)Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

4)Pengukuran, pemantauan dan 5)Peninjauan dan peningkatan

eveluasi kinerja K3 kinerja SMK3

5)Tinjauan ulang dan perbaikan


terus menerus

5) Ketentuan Penilaian SMK3 :

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

10
1. 1. Elemen Audit : 12 elemen 1. Elemen Audit : 12 elemen dan 44
dan 41 sub elemen; dan 166 sub
kriteria
elemen; dan 166 kriteria

1. 2. Audit dilakukan oleh Badan


1. Audit dilakukan Lembaga Audit
Audit yg ditunjuk Menteri
Independen yg ditunjuk Menteri
atas permohonan perusahaan.

1. 3. Direktur berwenang
menetapkan persh yg wajib utk
1. Perusahaan yg berpotensi bahaya
di audit
tinggi wajib melakukan penilaian
penerapan SMK3

1. 4. Audit dilaksanakan 3 th sekali

6) Laporan Audit SMK3

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

1. 1. Laporan Audit disampaikan 1. 1. Hasil Audit dilaporkan kpd


kpd Direktur dan pengurus Menteri
tempat kerja 2. 2. Laporan Audit, tembusan
2. 2. Direktur melakukan evaluasi disampaikan kpd :
dan penilaian laporan audit
• Menteri pembina sektor

11
3. 3. Berdasrkan hasil evaluasi • Gubernur
dan penilaian ditetapkan • Bupati/Walikota
pemberian sertifikat/ bendera
untuk peningkatan SMK
penghargaan dan
menginstruksi utk tindakan
hukum jika terdpt pelanggaran.

7) Tingkat Penilaian SMK3

Tingkat Pencapaian Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No.


50/2012
Penerapan

0-59% dari total kriteria Tindakan hukum Tingkat penilaian


Penerapan Kurang

60-84% dari total kriteria Sertifikat dan bendera Tingkat penilaian


perak Penerapan Baik

85-100% dari total kriteria Sertifikat dan bendera Tingkat Penilaian


emas Penerapan Memuaskan

8) Obyek Pengawasan

Permennaker No. 05/1996 Peraturan Pemerintah No. 50/2012

Prinsip-prinsip Penerapan SMK3 1. 1. Pembangunan dan terjaminnya

12
pelaksanaan komitmen;

1. Organisasi;
2. Sumber Daya Manusia
3. Pelaksanaan Perat Peruu K3;
4. Keamanan Bekerja;
5. Pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran penerapan SMK3;
6. Pengendalian keadaan darurat dan
bahaya industri;
7. Pelaporan dan perbaikan
kekurangan; dan
8. Tindak lanjut audit

2. Fungsi Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan


Fungsi manajemen dari keselamatan kesehatan kerja nelayan ini
yang paling mendasar yaitu sebagai berikut :

A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan mencakup hal-hal pemilihan/pemetaan tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijakan, proyeksi, program, metode,
sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Kegagalan penanganan tentang keselamatan kesehatan nelayan selama ini,
disamping kurangnya keterpaduan, juga terdapatnya berbagai kelemahan dalam
perencanaan. Untuk itu dalam proses perencanaan harus memperhatikan unsur-
unsur sebagai berikut :
1) Perumusan sasaran yang jelas, berupa : hasil akhir yang diharapkan dari
kegiatan yang dibuat, kelembagaan yang bertanggung jawab, serta objek
dari kegiatan.

13
2) Pengidentifikasian situasi yang ada, yaitu dengan mempertimbangkan
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan
ancaman), tujuannya untuk mengetahui kondisi sesungguhnya tentang
objek yang akan ditangani. Selanjutnya akan memudahkan dalam
menyusun berbagai strategi yang mendukung penanganan keselamatan
kesehatan kerja nelayan.
3) Penentuan tujuan harus bersifat spesifik (objek, kegiatan, dibatasi waktu
dan terukur), sehingga penanganan keselamatan kesehatan nelayan jelas
siapa sasarannya dan jenis kegiatan yang akan dilakukan, dan selanjutnya
berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan dapat
ditentukan dengan jelas.
4) Menganalisa keadaan, pelaksanaan kegiatan harus disesuaikaan antara
ketentuan yang telah ditetapkan dengan realitas yang ada dilapangan, dan
apabila terjadi permasalahan diluar dugaan, maka perlu segera dibuatkan
strategi dan tindakan baru untuk menutup jurang perbedaan.
5) Pendampingan, monitoring dan evaluasi, pendampingan harus dilakukan
awal kegiatan dilaksanakan, sampai pasca kegiatan, sehingga akan
menjadi bahan evaluasi, apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan, sumber daya organisasi, dan
lingkungan tempat organisasi berada. Pengorganisasian bertujuan
membagi suatu kegiatan yang besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih
kecil. Selain dari itu, mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas-tugasnya yang telah dibagi-bagi tersebut.
Dalam pengorganisasian disini mengenai sistem manajemen
keselamatan kesehatan kerja nelayan pemimpin berhak menetapkan
susunan struktur organisasi untuk tercapainya tujuan yang ingin
dicapai, pemimpin juga

14
berhak mendelegasikan wewenang nya dan memantapkan hubungan
mengenai sistem manajemen keselamatan kesehatan keselamatan kerja
nelayan.

C. Pengarahan dan Implementasi ( Actuating )


Actuating adalah proses implementasi program agar dapat
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi
agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi dalam
sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja nelayan ini antara lain :
1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan dan
menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
3) Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja nelayan
4) menjelaskan alat pelindung diri yang di butuhkan oleh nelayan
5) menjelaskan energi yang di butuhkan oleh nelayan.

D. Pengawasan dan pengendalian (Controling)


Controling adalah proses yang dilakukan untuk memastikan
seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan
diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan
sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang
dihadapi. Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian antara
lain :
1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini harus secara
rutin dilakukan supaya terlihat pada point mana target yang telah

15
tercapai dan target yang belum tercapai sehingga dapat diambil
langkah penyelesaian.
2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan
yang mungkin ditemukan. Langkah ini harus selalu dilakukan agar
setiap kesalahan yang ada dapat segera diperbaiki.
3) Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang
terkait dengan pencapaian tujuan dan target demi mengetahui
keselamatan kesehatan kerja nelayan.

3. Faktor Pengaruh Keselamatan kesehatan kerja Nelayan


Nelayan merupakan pengelola sumber daya kelautan dan perikanan
dengan jumlah terbesar dari seluruh pengelola sumber kelautan dan
sebagai pekerja sektor informal dengan resiko kecelakaan yang sangat
tinggi, masih belum mendapat perhatian yang memadai dari segi
keselamatan kerja. padahal dalam UndangUndang Tahun 2003 telah
disebutkan setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Dari hal tersebut,
melalui karya akademik ini, penulis mengangkat faktor-faktor yang
berpengaruh pada keselamatan kesehatan kerja nelayan antara lain :
A. Faktor Individu yang meliputi : umur, tingkat pendidikan,
masa kerja, lama kerja, pekerjaan sampingan, pendapatan,
tingkat pengetahuan, dan sikap.
B. Faktor pekerjaan yang meliputi: waktu kerja dan peralatan
kerja, dan faktor lingkungan kerja.
C. Faktor asupan gizi atau kalori yang di butuhkan oleh nelayan.

16
Untuk pekerjaan yang berat seperti nelayan jumlah energi
kalori yang di butuhkan tentunya berbeda dengan jenis
pekerjaan yang ringan ataupun sedang. kalori adalah panas
yang di dapat tubuh dari hasil pembakaran karbohidrat, lemak,
protein dalam tubuh. Kebutuhan kalori untuk nelayan dengan
pekerjaan yang berat laki-laki berjumlah 2650 kalori
sedangkan perempuan berjumlah 2150 kalori. Kebutuhan
kalori tersebut harus di koreksi dengan : penyesuaian menurut
umur, penyesuaian menurut derajat kegiatan dan Keadaan
hamil dan menyusui bagi wanita, kebutuhan kalori di tambah
10% ( suma’mur 1996).
D. Faktor Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja.Dan juga mengurangi resiko akibat
kecelakaan.
Adapun fungsi dan jenis alat pelindung diri menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.08/MEN/VII/2010. Yaitu:
1) Alat pelindung kepala
Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan,
terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau
benda keras yang melayang atau meluncur di udara,
terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang
ekstrim.
Jenis Jenis alat pelindung kepala terdiri dari : helm
pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala,
penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

17
2) Alat pelindung mata dan muka.
Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dan
muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan
air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas,
radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion
maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya,
benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri
dari: kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng
muka (face shield), masker selam, tameng muka dan
kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
3) Alat pelindung telinga.
Fungsi Alat pelindung telinga adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi alat pendengaran
terhadap kebisingan atau tekanan.
Jenis Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat
telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
4) Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya.
Fungsi Alat pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme,
partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap,
gas/ fume, dan sebagainya.
Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan
perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air
Supply Machine = Air Hose Mask Respirator, tangki

18
selam dan regulator (Self-Contained Underwater
Breathing Apparatus atau SCUBA), Self-Contained
Breathing (SCBA), dan emergency
Apparatus breathing
apparatus.
5) AlatFungsi
pelindung tangan. tangan (sarung tangan) adalah
Pelindung
alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan
dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus
listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
Jenis-Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung
tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain
atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang
tahan bahan kimia.
6) Alat pelindung kaki.
Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk
melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan
benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir.
Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu
keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran
logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang
berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat
kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad
renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
7) Pakaian pelindung.
Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk
melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan

19
dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, percikan
bahanbahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan,
tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme patogen
dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan
seperti virus, bakteri dan jamur.
Jenis Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi
(Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket,
pakaian pelindung
dan yang menutupi sebagian atau
seluruh bagian badan.
8) Alat pelindung jatuh perorangan.
Fungsi Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi
membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke tempat
yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja
berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta
membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur
lantai dasar.
Jenis Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri
dari sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali
koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat
penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat
penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-
lain.
9) Pelampung
Fungsi Pelampung berfungsi melindungi pengguna
yang bekerja di atas air atau dipermukaan air agar
terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada

20
pada posisi tenggelam (negative buoyant) atau
melayang (neutral buoyant) di dalam air.
Jenis Jenis pelampung terdiri dari jaket
keselamatan (life jacket), rompi keselamatan ( life
vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control
Device).
E. Perubahan Iklim
Menurut The National Oceanic and Atmospheric
Administration(NOAA, 2007) perubahan iklim adalah
pergeseran jangka panjang dalam statistik dari cuaca (termasuk
rata-rata nya). Sebagai contoh, bisa muncul sebagai perubahan
iklim normal (diharapkan nilai rata-rata suhu dan curah hujan)
untuk tempat dan waktu tertentu tahun, dari satu dekade ke
depan. Iklim didefinisikan sebagai sintesis dari kegiatan yang
terkait dengan cuaca dalam jangka waktu yang panjang, yang
secara statistik cukup untuk menunjukkan perbedaan antara
satu periode ke periode yang lain (BMKG).Gibbs (1987)
mendefinisikan iklim sebagai kesempatan statistik kondisi
atmosfer, termasuk suhu, tekanan, angin, kelembaban, yang
terjadi di daerah dalam jangka waktu yang panjang.
Perubahan iklim sebagai implikasi dari pemanasan global
telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer dari lapisana
bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi.
Perubahan iklim baru dapat diketahui setelah periode waktu
yang panjang. Hingga saat ini penelitian-penelitian terkait
perubahan iklim telah banyak dilakukan sebagian besar
mengindikasikan akan adanya kenaikan temperature global
walaupun besarnya belum dapat dipastikan.Sejak tahun 1950,
anomali temperatur global mengalami kenaikan secara
kontinyu hingga mencapai 0,7°C pada tahun 2000. Kondisi ini
mengindikasikan adanya perubahan iklim skala global.

21
Definisi perubahan iklim adalah semua perubahan dalam
iklim dalam suatu kurun waktu, apakah karena perubahan
alamiah atau sebagai akibat aktivitas manusia (UNDP
Indonesia, 2007).
Sedangkan berdasarkan Assessment Report (AR4) Working
Group I IPCC, istilah perubahan iklim mengacu pada sebuah
perubahan dari keadaan iklim (sebagai contoh dengan
menggunakan uji statistik) oleh perubahan pada nilai rata-
ratanya dan atau variabilitasnya dan berlangsung lama pada
periode berikutnya, baik pada periode dekadal atau yang lebih
panjang (AR4 IPCC, 2007 dalamKurniawan, 2008).
F. Dampak Perubahan Iklim bagi Nelayan
Pada tahun 2100, temperatur atmosfer akan meningkat
1.5
– 4.5 derajat Celcius, jika pendekatan yang digunakan
“melihat dan menunggu, tanpa melakukan apa-apa” (wait and
see, and do nothing), suhu rata-rata permukaan bumi naik
dengan cepat maka akan terjadi perubahan permukaan bumi
secara radikal, akibatnya akan mempengaruhi kesehatan
dan keamanan manusia. Kenaikan suhu permukaan bumi
sebesar satu derajat Celcius akan menaikkan permukaan laut
setinggi limabelas centimeter, yang akan menenggelamkan
pesisir. Penguapan akan meningkat sehingga
jutaan rumah dan
menimbulkan kekeringan. akan Kekeringan
menimbulkan
kegagalan panen yang mengakibatkan kelaparan di mana-
mana. Penyakit malaria dan demam berdarah menyebar dengan
cepat kemana-mana. Cuaca buruk, badai topan, yang dipicu
oleh fenomena iklim seperti El Niño, akan menjadi suatu hal
rutin.
Dampak-dampak nya antara lain :

22
1) Berdampak kepada kehidupan sosial – budaya : Bagi
nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring
meningkatnya intensitas badai
2) Dampak bagi ekonomi : Meningkatnya intensitas
bencana akan merusak infrastruktur yang amat penting
bagi laju pertumbuhan ekonomi, Bencana juga
menyebabkan manusia kehilangan harta benda dan
menyebabkan mereka menjadi miskin, Rehabilitasi dan
rekontruksi pasca bencana akan memerlukan biaya
yang sangat besar
3) Dampak bagi kelangsungan makhluk hidup(nelayan) :
Musnahnya berbagai jenis keanekragaman ikan dan
tumbuhan yang ada di laut, Kenaikan suhu air laut
menyebabkan terjadinya coral bleaching dan kerusakan
terumbu karang diseluruh dunia
4) Dampak bagi kesehatan manusia : Menyebarnya
penyakit-penyakit tropis, sepertimalaria, ke daerah-
daerah baru karenabertambahnya populasi serangga
(nyamuk), Suhu yang ekstrim akan menyebabkan
semakin lamanya firus bertahan hidup sehingga
menyebarluaskan penyakit
5) Derdampak bagi lingkungan hidup : Meningkatnya
frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan
banjir, Mencairnya es dan glasier di kutub, Kenaikan
permukaan laut hingga menyebabkanbanjir yang luas.
Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik
hingga 15 - 95 cm
6) Dampak bagi pariwisata : pangandaran adalah pulau
yang hidup dari pariwisata dimana pantai adalah
sebagai obyek unggulannya. Naiknya permukaan air
laut ( sea level rise ) akan menyebabkan rusaknya

23
kawasan pantai, dan tentu saja nilai jual pantai tersebut
akan menurun serta berpengaruh kepada kelangsungan
pariwisata di pangandaran.
Bagaimana kita dapat meramalkan Perubahan Iklim
sementara kita tidak dapat meramalkan cuaca ?
Penting untuk dimengerti perbedaan antara iklim
dan cuaca.
Iklim : Pola cuaca yang terjadi dalam jangka
waktu panjang, 30-100 tahun. Contoh: iklim tropis,
sub-tropis, iklim panas,
iklim dingin. Cuaca :
gejala alam yang terjadi dan berubah dalam waktu
singkat. Contoh: cuaca, suhu, angin, dll. Iklim adalah
cuaca secara umum. Nah, cuaca di kawasan tertentu
sulit untuk diramalkan secara detail, dari minggu
ke minggu. Sementara, pola cuaca selama
bertahuntahun (iklim), lebih mudah untuk diketahui,
dimengerti, dan diramalkan.

Berdasarkan pemaparan di atas setidaknya untuk nelayan sebagai


alat pelindung diri yang harus dimiliki seperti pelampung, sarung tangan,
bila perlu topi dan pakaian yang menutup badan supaya terhindar dari
sengatan matahari langsung yang bisa membakar kulit dan berdasarkan
faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja di atas disarankan adanya
pemberian pendidikan/penyuluhan kepada nelayan oleh Dinas terkait
seperti Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas Kesehatan dan
Dinas Tenaga Kerja tentang pengetahuan keselamatan berlayar dan
menyediakan peralatan keselamatan melaut terhadap pentingnya peralatan
kerja. Untuk menanamkan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.

4. Program Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan


Banyak program telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
kemiskinan nelayan. Program yang bersifat umum antara lain : Program
Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Keluarga Sejahtera, Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Program Jaring Pengaman Sosial

24
(JPS). Sedangkan program yang secara khusus ditujukan untuk kelompok
sasaran masyarakat nelayan antara lain program Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir (PEMP) dan Program Pengembangan Usaha Perikanan
Tangkap Skala Kecil (PUPTSK).
Namun, secara umum program-program tersebut tidak membuat
nasib nelayan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Salah satu
penyebab kurang berhasilnya program-program pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan nelayan adalah formulasi kebijakan yang
bersifat top down. Formula yang diberikan cenderung seragam padahal
masalah yang dihadapi nelayan sangat beragam dan seringkali sangat
spesifik lokal. Di samping itu, upaya penanggulangan kemiskinan nelayan
seringkali sangat bersifat teknis perikanan, yakni bagaimana upaya
meningkatkan produksi hasil tangkapan, sementara kemiskinan harus
dipandang secara holistik karena permasalahan yang dihadapi
sesungguhnya jauh lebih kompleks dari itu.
Oleh karena itu, perlu sekali diterbitkan sebuah kebijakan sosial
yang berisikan keterpaduan penanganan kemiskinan nelayan sebagaimana
yang mereka butuhkan, kebijakan tersebut juga harus didukung oleh
kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten atau kota dimana
terdapat masyarakat miskin khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan keegoan dari masing-
masing pemangku kepentingan.
Keterpaduan tersebut adalah sebagai berikut :
pertama, keterpaduan sektor dalam tanggung jawab dan
kebijakan. Keputusan penanganan kemiskinan nelayan harus diambil
melalui proses koordinasi di-internal pemerintah, yang perlu digaris
bawahi adalah kemiskinan nelayan tidak akan mampu ditangani secara
kelembagaan oleh sektor kelautan dan perikanan, melainkan seluruh pihak
terkait.
Kedua, keterpaduan keahlian dan pengetahuan, untuk
merumuskan berbagai kebijakan, strategi, dan program harus didukung
berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan keahlian, tujuannya adalah agar
perencanaan yang
25
disusun betul-betul sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat nelayan.
Ketiga, keterpaduan masalah dan pemecahan masalah sangat diperlukan
untuk mengetahui akar permasalahan yang sesungguhnya, sehingga
kebijakan yang dibuat bersifat komprehensif, dan tidak parsial.
Keempat, keterpaduan lokasi, memudahkan dalam melakukan
pendampingan, penyuluhan dan pelayanan (lintas sektor), sehingga
profram tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pemaparan materi yang telah di
susun antara lain sebagai berikut :
1. Sistem manajemen kesehatan kerja adalah Bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif dan telah tercantum dalam Komparasi Permennaker
No. 05/1996 dan Peraturan Pemerintah No. 50/2012
2. Fungsi manajemen dari keselamatan kesehatan kerja nelayan ini yang
paling mendasar yaitu terdiri dari Planning,Organizing, Actuating,
Controlling (POAC)
3. Faktor Pengaruh Keselamatan kesehatan kerja Nelayan terdiri dari : Faktor
individu, faktor lingkungan, faktor asupan gizi, faktor dari alat pelindung
diri dan faktor dari perubahan iklim.

26
4. Program Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja Nelayan, program
kebijakan bagi nelayan telah di atur dan di susun oleh pemerintah untuk
masyarakat nelayan akan tetapi kebijakan tersebut belum efektif oleh
karna itu perlu sekali diterbitkan sebuah kebijakan sosial yang berisikan
keterpaduan penanganan kemiskinan nelayan sebagaimana yang mereka
butuhkan, kebijakan tersebut juga harus didukung oleh kebijakan yang
diterbitkan oleh pemerintah kabupaten atau kota dimana terdapat
masyarakat miskin khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan.

A. SARAN

Berdasarkan uraian pokok masalah diatas, maka rekomendasi atau saran


yang harus dilakukan mengenai sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja
nelayan adalah:
1. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat nelayan, dalam hal ini
konteksnya adalah nelayan sebagai kepala rumah tangga, dan nelayan
sebagai seperangkat keluarga. Anak nelayan diharapkan mampu
menyelesaikan pendidikan tingkat menengah.
2. Perlunya merubah pola kehidupan nelayan, supaya masyarakat mengetahui
dan sadar betapa pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan demi
efektifitas pekerjaan.
3. Peningkatan kualitas perlengkapan nelayan dan fasilitas pemasaran.
Perlunya dukungan kelengkapan tekhnologi perahu maupun alat tangkap,
agar kemampuan nelayan Indonesia bisa sepadan dengan nelayan bangsa
lain. Begitupula fasilitas pengolahan dan penjualan ikan, sehingga harga
jual ikan bisa ditingkatkan.

27
4. Perlunya sebuah kebijakan sosial dari pemerintah yang berisikan program
yang memihak nelayan.

DAFTAR PUSTAKA

➢ Supriatna, Tjahya. “Birokrasi Pemberdayaan dan


Pengentasan Kemiskinan”. Bandung: Humaniora Utama Press. 1997
➢ Permenaker No.5/1996 tentang SMK3
➢ Peraturan Pemerintah No. 50/2012 tentang SMK3
➢ Suma’mur PK, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Toko Gunung Agung

28

Anda mungkin juga menyukai