Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang maha Rahman dan Rahim atas

segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal

yang berjudul “Hubungan PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan

Kejadian Dermatitis di RT 04 Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten

Maluku Tengah”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

Pada kesempatan ini, Penulis hendak menyampai kepada semua pihak yang

telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga proposal ini dapat

selesai. terima kasih bahwa proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak ,oleh

sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih:

1. Hamdan Tunny S.Kep.,M.Kes selaku pembina yayasan STIKes Maluku Husada.

2. Rasma Tunny, S.Sos selaku ketua yayasan STKes Maluku Husada, yang telah

menyediakan fasilitas-fasilitas kepada peneliti selama menempuh pendidikan di

STIKes Maluku Husada.

3. Dr. Sahrir Silehu, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Maluku Husada yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.


4. Ira Sandi Tunny,S.Sit.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

5. Ns. Endah Fitriasari, S.Kep,.M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan proposal ini.

6. Ns. Maryati Mardjuky,S.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan proposal ini.

7. Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep.,M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah

menguji dan telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan proposal saya.

8. Wiwi Rumaolat, S.Pd.,M.Si.,Med selaku dosen penguji II yang telah menguji dan

telah memberikan saran da masukan untuk perbaikan proposal saya.

9. Keluarga tercinta ayahanda bapa Zulkifli Abdullah dan mama Saadiah Hayoto

yang telah banyak memberikan semangat, dukungan dan Doa, serta dorongan

baikmaterial maupun spiritual

10. Teman-teman sejawat Angkatan ke IX mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan (Oshin.F.Lakato, Neldin Lesiela, Irfan, dll) dan juga teman-teman

dari program study Farmasi (M.Taip Pattilouw dan Ardi Rumbalifar) dan

Kesehatan Masyarakat yang telah mengisi hari-hariku dengan penuh cinta dan rasa

persaudaraan.

11. Keluarga besar racong squat (Sarda jihan Toyo, Fatmawatti Kumkelo, neneng

sarpa Wakano,Sahmiyani Soa, Rita Hayoto, Amaela Kumkelo dan Mentari Wally)

yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa serta dorongan baik material

maupun spiritual.

iv
Akhirnya, peneliti berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi

kepentingan orang banyak. Ucapan dan doa peneliti penjatkan kehadirat Allah

SWT, semoga segala rahmat dan Hidayah-Nya dilimpahkan kepada kita semua.

Amin Ya Rabbal alamin.

Kairatu, 27 Juli 2021

Peneliti

v
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................6
1.3.1 Tujuan umum........................................................................6
1.3.2 Tujuan khusus.......................................................................6
1.4 ManfaatPenelitian...........................................................................6
1.4.1 Manfaat teoritis.....................................................................6
1.4.2 Manfaat praktis.....................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum tentang kejadian dermatitis...................................8
2.1.1 Defenisi dermatitis................................................................8
2.1.2 Klasifikasi dermatitis............................................................9
2.1.3 Etiologi .................................................................................11
2.1.4 Gejala klinis..........................................................................11
2.1.5 Pencegahan dermatitis..........................................................13
2.1.6 Pengobatan dermatitis...........................................................14
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis......................15
2.2 Tinjauan umum tentan PHBS.........................................................18
2.2.1 Defenisi PHBS......................................................................18
2.2.2 Indikator PHBS.....................................................................19
2.2.3 ManfaatPHBS.......................................................................23
2.3 Keaslian penelitian.........................................................................24
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 KerangkaKonsep.............................................................................26
3.2 Hipotesis penelitian.........................................................................27
BAB IV METODE PENILITIAN
4.1 Desain Penelitian............................................................................28
4.2 Tempat dan waktu penelitian..........................................................28
4.3 Populasi, sampel dan sampling.......................................................28
4.4 Variabel penelitian..........................................................................30
4.5 Defenisi Operasional.......................................................................31
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................31
4.7 Uji validitas dan uji reliabilittas .....................................................32
4.8 Prose Pengumpulan data ................................................................34
4.9 Analisa Data....................................................................................35

vi
4.10 etika penelitian..............................................................................36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan hidup sehat adalah

keinginan setiap individu. Dalam mendorong terwujudnya hidup sehat

pemerintah telah meluncurkan berbagai program diantaranya adalah PHBS

yaitu kepanjangan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. PHBS dalam

praktiknya memiliki lima ruang lingkup diantaranya PHBS tatanan rumah

tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum

dan tatanan fasilitas kesehatan. PHBS adalah suatu kumpulan praktik perilaku

atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang,

keluarga, kelompok, atau masyarakat dapat menolong dirinya sendiri secara

mandiri dalam bidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Dengan demikian PHBS dapat terdiri dari ratusan

bahkan ribuan perilaku yang dipraktikkan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2011 dalam Permatasari et al., 2019).

Hingga saat ini perilaku hidup sehat menjadi satu perhatian khusus

terutama bagi pemerintah. Hal ini karena PHBS dijadikan sebagai tolak ukur

dalam pencapaian untuk meningkatkan cakupan kesehatan pada program

Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2015-2030. PHBS dalam SDGs

merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan yang menimbulkan dampak

jangka pendek di dalam peningkatan kesehatan pada tiga tempat antara lain,

1
2

pada lingkup anggota keluarga, masyarakat umum, serta sekolah (Kemenkes RI,

2015 dalam Dwi et al., 2020).

Sektor kesehatan mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu

mengajak dan memotivasi masyarakat umumnya dan penyelenggaraan

kesehatan pada khususnya. Untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit

menjadi sudut pandang sehat, yang dikenal “paradigma sehat”, wujud dari

paradigma sehat tersebut dalam bentuk Perilku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(Dinkes Kabupaten Sragen, 2010 dalam Erna Irawati, 2016).

Pola penerapan hidup bersih dan sehat merupakan bentuk dari perilaku

berdasarkan kesadaran sebagai wujud dari pembelajaran agar individu bisa

menolong diri sendiri baik pada masalah kesehatan ataupun ikut serta dalam

mewujudkan masyarakat yang sehat di lingkungannya. Program penerapan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk dari upaya untuk

memberikan pelajaran berupa pengalaman pada tiap individu, anggota keluarga,

sekumpulan, maupun pada masyarakat umum. Pelajaran dapat melalui media

komunikasi, pemberian berita, serta adanya pendidikan agar terjadinya

peningkatan pada pengetahuan, perubahan sikap, dan perilaku melalui metode

pendekatan dari pimpinan, membina suasana, dan juga melakukan gerakan

memampukan diri pada kelompok masyarakat. Kondisi ini sebagai salah satu

wujud pencerminan yang berguna untuk membantu masyarakat dalam

mengenali dan mengetahui serta mengatasi masalah yang terjadi pada individu

dalam tatanan rumah tangga. Tujuannya tidak lain adalah agar terbentuknya

masyarakat yang menerapkan cara kebiasaan hidup yang sehat pada


3

kesehariannya yang merupakan upaya dalam meningkatkan derajat

kesehatannya pada tatanan rumah tangga atau lingkungan masyarakat

(Kemenkes RI, 2011 dalam Erna Irawati, 2016).

Program PHBS yang telah dicanangkan pemerintah merupakan program

prioritas pemerintah karena buruknya kondisi lingkungan yang belum baik dan

perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, diduga menjadi penyebab

permasalahan kesehatan dengan masih tingginya angka penyakit infeksi dan

peningkatan penyakit degeneratif, salah satunya penyakit kulit Dermatis

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006 dalam (Jesika & Hilal, 2016)

Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menyebabkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal.Tanda polimorfik

tidak selalu terjadi bersamaan, bahkan mungkin hanya satu jenis misalnya berupa

papula (oligomorfik). Dermatitis cendrung residif dan menjadi kronis (Menaldi,

2016 dalam (Hastuty Milda, 2018).

Dermatitis merupakan peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal,

dapat berupa penebalan/bintil kemerahan, multipel mengelompok atau tersebar,

kadang bersisik, berair dan lainnya. Pembentukan lepuh atau gelembung kecil

pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga

digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada

kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini

diambil dari Bahasa Yunani yang berartimendidih atau mengalir keluar. Akibat
4

permukaan kulit terkena bahan atau unsurunsur yang ada di lingkungannya

(faktor eksogen). Namun demikian, untuk terjadinya suatu jenis dermatitis atau

beratnya gejala dermatitis, kadang-kadang dipengaruhi pula oleh faktor

kerentanan kulit seseorang (faktor endogen) (Widiyanto, dkk 2014 dalam

(Maudani et al., 2020).

Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) pada

survei American Academy of Allergy, Asthma and Immunology (AAAAI)

tahun 2013, dermatitis merupakan masalah kulit yang umum dimana terdapat

5,7 juta kunjungan dokter pertahun akibat penyakit dermatitis. Pada umumnya

penyakit dermatitis sering terjadi pada remaja atau dewasa yang berlangsung

lama, kemudian cenderung menurun dan membaik (sembuh) setelah usia 30

tahun, jarang sampai usia pertengahan, hanya sebagian kecil terus berlangsung

sampai tua (WHO, 2014 dalam (Zahara, 2018).

Berdasarkan Data Ditjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI

Tahun 2014, ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan

lainnya terdapat 15,6%, di mana penyakit dermatitis mencapai 66,3%

(Kemenkes RI, 2014 dalam (Zahara, 2018).

Di Maluku data tentang penyakit dermatitis sulit ditemukan. Kejadian

penyakit kulit di Maluku pada tahun 2013 berada pada urutan kedelapan yaitu

kasus penyakit kulit sebanyak 1587 sedangkan pada tahun 2014 angka kejadian

penyakit kulit mengalami peningkatan dengan jumlah kasus 2.480. keadaan ini

menggambarkan kurangnya prilaku hidup bersih dan sehat sehingga terjadinya

peningkatan jumlah kasus penyakit.(Profil Kesehatan Maluku, 2014).


5

Situasi lokasi penelitian di Desa Laimu Kecamatan Telutih. Desa Laimu

terletak di Kecamatan Telutih dengan jumlah penduduk Desa Laimu pada tahun

2018 sampai dengan 2020 sebanyak 1050 KK, dan di RT 04 sebanyak 115 KK .

Berdasarkan hasil survai penyakit dermatitis yang ada di Puskesmas Laimu

kecamatan Telutih, yang menderita penyakit dermatitis 563 orang pada tahun

2018-2020 dan pada tahun 2021 yang menderita penyakit dermatitis sebanyak

36 orang yang terdiri dari bulan januari 12 orang, ferbuari 5 orang, maret 10

orang, april 6 orang, dan 3 orang pada bulan mei.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 masyarakat di RT 04 Desa

Laimu didapatkan data data masyarakat berpendapat bahwa penyakit dermatitis

ini hanya gatal-gatal biasa, dan bisa hilang dengan sendirinya serta kemerahan

dikulit bisa kering dengan sendirinya tanpa membeli obat atau salep di apotik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Hubungan PHBS Dengan Kejadian Dermastitis Di RT 04 Desa Laimu

Kecamatan Telutih Kab Maluku Tengah

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah : apakah terdapat hubungan PHBS dengan kejadian

Dermastitis di RT 04 Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku

Tengah?
6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan PHBS dengan kejadian Dermastitis

di RT 04 Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku Tengah

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi kebiasaan menjaga kebersihan pakaian

masyarakat di RT 04 Desa Laimu

2. Untuk mengidentifikasi sumber dan kualitas air di RT 04 Desa Laimu

3. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menjaga kebersihan pakaian

dengan kejadian dermatitis di RT 04 Desa Laimu

4. Untuk mengetahui hubungan sumber dan kualitas air dengan kejadian

dermatitis di RT 04 Desa Laimu

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini harapkan dapat memberikan kontribusi ilmu

pengetahuan berkaitan dengan penyebaran penyakit dermatitis

2. Masyarakat

Mejadi sumber pada informasi tentang penularan dan pencegahan

penyakit ini di masyarakat


7

3. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya

4. Institusi

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan ilmu yang berguna

sebagai bahan pembelajaran dan sebagai bahan bacaan bagi

mahasiswa di Perpustakaan. Serta dapat dijadikan informasi

tambahan pada pokok bahasan dermatitis.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan

masukan kepada Masyarakat agar lebih menigkatkan tingkat

kebersihan di lingkungan masyarakat.

2. Puskesmas

bagi pihak Puskesmas agar lebih meningkatkan kewaspadaan dalam

penanganan penyakit dermatitis

3. Peneliti selanjutnya

hasil penelitian ini pula dapat dijadikan acuan dan besed data untuk

penelitian selanjutnya, sehingga pada penelitian selanjutnya variabel

maupun jenis penelitian dapat lebih beragam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Kejadian Dermatitis

2.1.1 Defenisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit pada lapisan epidermis dan dermis

sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,

dengan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik seperti eritema,

edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan keluhan gatal. Tanda

polimorfik tidak slalu timbul bersamaan, mungkin hanya beberapa atau

oligomorfik. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis (Djuanda,

2010 dalam (Zahara, 2018).

Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal, dapat

berupa penebalan/bintil kemerahan, multipel mengelompok atau tersebar,

kadang bersisik, berair dan lainnya. Pembentukan lepuh atau gelembung

kecil pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah

eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan

perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian

permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berartimendidih

atau mengalir keluar. Akibat permukaan kulit terkena bahan atau

unsurunsur yang ada di lingkungannya (faktor eksogen). Namun

demikian, untuk terjadinya suatu jenis dermatitis atau beratnya gejala

dermatitis,

8
9

kadang-kadang dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan kulit seseorang

(faktor endogen) (Widiyanto, dkk 2014 dalam (Maudani et al., 2020).

Dampak yang ditimbulkan dari penyakit dermatitis tergantung dari

daya tahan tubuh penderita. Bisa jadi dampak dari reaksi satu orang

berbeda dengan orang lainnya meskipun penyebabnya sama. Tetapi

apabila seseorang yang menderita penyakit dermatitis yang sudah parah

maka pada kulit akan terjadi kelepuhan dan sangat berbahaya bagi kulit.

(Rahimah (2013) dalam Sartiwi (2016), dalam (Zahara, 2018)

2.1.2 Klasifikasi Dermatitis

1. Kontak Dermatitis

Kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi

yang menempel pada kulit. Ada dua macam jenis dermatitis kontak,

yaitu :

a Dermatitis kontak iritan,di sebabkan oleh pajanan dengan bahan

yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak

pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang

terjadi selain di tentukan oleh ukuran molekul, daya larut,

konsentrasi bahan tersebut dan vehikulum. Terdapat juga

pengaruh faktor lain, yaitu: lama kontak, kekerapan (terus

menerus atau berselang), oklusi yang menyebabkan kulit lebih

permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan

kelembaban lingkungan juga turut berperan.


10

b Dermatitis kontak alergik, disebabkan oleh bahan kimia

sederhana dengan berat molekul rendah (<1000 dalton), disebut

sebagaihapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif,dan dapat

menembus stratus korneum sehingga mencapai sel epidermis

bagian dalam yang hidup. Berbagai faktor berpengaruh terhadap

kejadian DKA, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit

area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan

kelemban lingkungan, vehikulum dan pH. Ada juga di sebabkan

oleh faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak

(keadaan stratus korneum, ketebalan epidermis), status imun

(misalnya sedang mengalami sakit, atau terpajan sinar matahari

secara intens).

2. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang

kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu

terutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural

ekstremitas (pada fase anak).

3. Liken simplek kronikus

Liken simplek kronikus merupakan peradangan kulit kronis,

gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak

lebih meninjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat

garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai

ransangan pruritogenik.
11

4. Dermatitis numularis

Dermatitis numularis ialah peradangan kulit yang bersifat kronis,

ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong,

barbatas tegas, dengan efloresensi berupa populovesikel yang

biasanya mudah pech sehingga membasah (oozing).

5. Dermatitis statis

Dermatitis statis adalah peradangan pada kulit tungkai bawah

yang disebabkan insufisiensi dan hipertensi vena yang bersifat

kronis.

2.1.3 Etiologi

Salah satu faktor yang menyebabkan dermatitis adalah kebersihan diri

yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan kuku,

tangan, kaki dan berpakaian. Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis. Dari perilaku tersebut di dapatkan bahwa respon seseorang

terhadap kebersihan diri akan berkaitan dengan sakit dan penyakit. (Ririn

Maulina, 2012 dalam (Calistus Martinus Ola, Muhammad Azwar, 2019)

2.1.4 Gejala klinis

Pada umumnya pasien dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit

bergantung pada stadium penyakit, dapat sirkumskrip, dapat pula difus,

dengan penyebaran setempat, gneralisata dan universalis. Pada stadium

akut kelainan kulit dengan gambaran klinis berupa eritema, edema,

vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak membasah


12

(madidans). Pada stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat

mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis lesi tampak

kering, berbentuk skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, meski

mungkin juga masih terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak

awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin

hanya oligomorfik (Menaldi, 2015 dalam(Utama, 2018)

Menurut Arief Manjoer (2000) dalam (Utama, 2018) Manifestasi klinis

dermatitis dibagi menjadi 4, yaitu :

a Subyektif, ada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus (sebagai

pengganti dolor. Selain itu terdapat pula kenaikan suhu ( kalor),

kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan, dan gangguan

fungsi kulit (fungsio lesa)

b Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi

polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut.

Pada permulaan timbul eritema dan edema. Edema sangat jelas

pada kulit yang longgar misalnya muka (terutama palpebra dan

bibir) dan genitalia eksterna. Ifiltrasi biasanya terdiri atas papul.

c Dermatitis mardidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana-sisi

terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel

pungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.

Kelainan tersebut dapat disertai bula ata pustul, jika disertai infeksi.
13

d Dermatitis sika (kering) berarti tidak mandidans. Bila gelembung

gelembung mengering, maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi

dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut

dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuaasi, artinya

timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi

dan sebagai sekuele terlihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi

2.1.5 Pencegahan dermatitis

Usaha pencegahan dermatitis kronik akibat kerja dapat dilakukan

dengan melakukan :

1. Usaha pencegahan jangka pendek

Dalam melakukan usaha pencegahan dermatitis kronik akibat kerja

perlu dilakukan perbaikan sarana diagnostik. Deteksi dini kerusakan

kulit yang tidak disertai gejala klinik dermatitis kronik akibat kerja

memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.

2. Usaha pencegahan jangka panjang

Mengahadapi dermatitis akibat kerja, pencegahannya yang paling

penting yaitu selalu menghindari kontak dengan sabun yang keras,

detergen, bahan-bahan pelarut, pengelantang dan lain-lain. Kulit yang

sakit harus sering dilumuri dengan emolien. Riwayat penyakit yang

lengkap harus ditanyakan karena dapat mengungkapkan pajanan yang

tidak diketahui terhadap zat-zat iritan atau alergen.


14

Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah deramatitis yaitu

masalah kebersihan perseorangan (personal hyegiene) dan sanitasi

lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan

yang baik. Pesonal hyegiene misalnya, cuci tangan, mandi sebelum pulang

kerja, pakaian bersih dan berganti pakaian tiap hari, alat pelindung diri

yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan

ketatarumahtanggaan meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri,

pembersihan debu, penerapan produksi yang tidak menimbulkan

pencemaran udara dan juga permukaa, cara sehat dan selamat penimbunan

dan penyimpanan barang dan lainnya (Suma’mur, 2009 dalam (Utama,

2018).

2.1.6 Pengobatan dermatitis

Pengobatan dermatitis yaitu menhindari penyebabnya. Akan tetapi, seperti

diketahui penyebab dermatitis multifaktor, sehingga kadang sulit untuk

mengetahui penyebab dengan pasti. Oleh karena itu, umumnya

pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi

keluhan dan gejala, serta menekan peradangan (Menaldi, 2015 dalam

(Utama, 2018).

1. Sistemik

Pada kasus ringan dapat di berikan antihistamin. Pada kasus akut dan

berat dapat diberikan kortikosteroid.

2. Topikal

Prinsip umum terpai topikal sebagai berikut :


15

a Dermatitis akut/basah diobati secara basah (kompres terbuka), bila

subakut, diberi losion (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentu

(pasta pendingin). Krm diberikan pada daerah yang berambut,

sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Pada kelainan yang

kronk dapat diberikan salap

b Makin berat atau atau penyakitnya, makin rendah persentase obat

spesifik yang digunakan, misalnya kortikosteroid.

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis

1 Umur

Usia hanya sedikit berpengaruh pada kapitas sensitisasi. Setiap usia

memiliki pola karakteristik sensitivitas yang berbeda, seperti pada

dewasa muda cenderung didapati alergi karena kosmetik dan

pekerjaan, sedangkan pada usia yang lebih tua pada medikamentosa

dan adanya riwayat sensitivitas terdahulu (Siregar, 2005 dalam

(Utama, 2018).

2 Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, dermatitis akibat kerja memiliki frekuensi

yang sama pada pria dan wanita (Siregar, 2006 dalam (Utama, 2018).

Nikel merupakan penyebab paling sering terjadinya dermatitis kontak

pada wanita, sedangkan pada laki-laki jarang terjadi alergi akibat

kontak dengan nikel.

3 Personal hyegiene
16

Siregar dan Nugroho, 1991 dalam (Utama, 2018) menyatakan bahwa

hyegiene personal merupakan salah satu penyebab faktor yang dapat

mencegah terjadinya penyakit dermatitis. Kebersihan kulit yang

terjaga baik akan menghindari diri dari penyakit, dengan cuci tangan

dan kaki, ganti pakaian secara rutin dapat terhindar dari penyakit kulit.

Dengan mandi dan mengganti pakaian setelah bekerja akan

mengurangi kontak dengan mikroorganisme yang hidup di permukaan

kulit yang berasal dari lingkungan sekitar

4 Masa kerja

Pekerja yang berpengalaman akan lebih berhati-hati sehingga

kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit. Selain itu adanya

masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap bahan kimia pada

pekerja dengan masa kerja pendek. Pada pekerja dengan masa panjang

dapat di mungkinkan telah mengalami resistensi terhadap bahan kimia

yang digunakan.

5 Pengetahuan

Pengetahuan sangatlah penting dimiliki oleh pekerja, karena dengan

adanya pengetahuan dapat mengenali dan memahami

substansisubstansi yang dapat membahayakan kesehatan pekerja dan

dapat mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja. Pekerja

yang tidak mengetahui prosedur kerja akan bekerja dengan sendirinya

tanpa mempehatikan keselamatan dan kesehatan kerja (Retnoningsih,

2017 dalam (Utama, 2018).


17

6 Pemakaian alat perlindungan diri

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

Per.01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 tentang kewajiba melapor PAK

bahwa kewajiban pengurus menyediakan alat perlindungan diri dan

wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan

dermatitis (Septiani, 2012 dalam (Utama, 2018).

Menurut Budiono, 2005 dalam (Utama, 2018). Beberapa jenis

APD yang sering digunakan adalah

a Alat pelindung kepala: helm, tutup kepala, hats/cap

b Alat pelindung mata atau muka: spectacles, goggles, perisai

muka

c Alat pelindung telinga: ear plug, ear muff

d Alat pelindung pernafasan: masker, respirator

e Alat pelindung tangan: sarung tangan

f Alat pelindung kaki: sepatu boot

g Pakaian pelindung: celana panjang, baju panjang

7 Lama Kontak

Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja

(Djuanda, 2007 dalam (Utama, 2018). Lama kontak dengan bahan

kimia yang terjadi akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak

akibat kerja. Semakin lama kulit kontak dengan bahan kimia maka

dapat menyebabkan rusaknya sel kulit lapisan luar, semakin sering


18

berkontak maka semakin rusaknya sel kulit lapisan yang lebih dalam

sehingga kejadian dermatitis kontak semakin beresiko tinggi

8 Ras

Ras merupakan salah satu faktor yang ikut berperan untuk terjadinya

dematitis. Ras dalam hubungannya dalam dermatitis terlihat dari

warna kulit, setiap individu mempunyai warna kuli yang berbeda

berdasarkan rasnya masing-masing. Kulit putih lebih rentan terkena

dermatitis dibandingkan dengan klit hitam. Orang kulit hitam lebih

tahan terhadap lingkungan industri karena kulitnya kaya akan melanin

(Djuanda, 2007 dalam (Utama, 2018)

9 Riwayat penyakit kulit sebelumnya

Pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita penyakit kulit akibat

kerja lebih mudah mendapat dermatitis akibat kerja, karena fungsi

perlindungan dari kulit sidah berkurang akibat dari penyakit kulit yang

diderita sebelumnya. Fungsi perlindungan yang dapat menurun antara

lain hilangnya lapisan-lapisan kulit, rusaknya saluran kelenjar keringat

dan kelenjar minyak serta perubahan pH kulit (Djuanda, 2007 dalam

(Utama, 2018).

2.2. Tinjauan Umum Tentang PHBS

2.2.1 Defenisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan

perilaku yang berupa tindakan dan dilakukan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran yang menjadikan individu atau kelompok dapat


19

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat. Sasaran dari program PHBS

merupakan seluruh elemen masyarakat. Tujuan dari dilakukannya PHBS

adalah untuk menjaga, memelihara, melindungi, serta meningkatkan

kesehatan setiap individu (Kemenkes RI, 2011: 9 dalam (Banun, 2016).

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyaraakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan

pengetahuan, sikapdan perilaku, melalui pendekatan advokas, bina

suasana (social support) dengan gerakan masyarakat (empowerment)

sehingga dapatmenerapkan cara-carahidup sehat, dalam rangka menjagam

memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI 2011

dalam (Ismayanti, 2017).

2.2.2 Indikator PHBS

Indikator PHBS yang telah resmi dirilis oleh Departemen Kesehatan RI

adalah seagai berikut :

1 Penggunaan Air Bersih

Menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti

memasak, mandi, hingga untuk kebutuha air minum. Air yang tidak

bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit.

a Persyaratan Air Bersih, diantaranya:


20

1 Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita,

antaralain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba).

2 Air tidak berwarna harus bening/jernih.

3 Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,

busa, dan kotoran lainnya.

4 Air tidak berasa, tidak asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan

tidak pahit,harus bebas dari bahan kimia beracun.

5 Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau

belerang.

b Manfaat penggunaan air bersih

1 Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera,

disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakitkulit atau

keracunan.

2 Setiap anggota keluargaterpelihara kebersihan dirinya. Mata air

sumur gali, penggunaan air hujan.

c Sumber air bersih

1 Mata air

2 Air sumur atau air sumur pompa

3 Air ledeng/perusahan air minum

4 Air hujan

5 Air dalam kemasan

d Pemelihara sumber air bersih


21

1 Jarak letak sumber air dengan jambang dan tempat

pembuangan sampah paling sedikit 10 meter.

2 Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.

3 Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus

dijaga bangunannya agar tidak rusak seperti lantai sumur tidak

boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya

dibri penutup.

4 Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada gangguan air di

sekitar sumber air, tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak

berlumut pada lantai/didingsumur. Ember/gayung pengambilan

air harus tetap bersih dan tidak di letakan dilantai

(ember/gayung digantung di tiang sumur).

2 Kebersihan pribadi

Kebersihan pribadi merupakan segala tindakan memelihara

kebersihan dan kesehatan setiap individu untuk kesejahteraan fisik dan

psikisnya. Kebersihan pribadi meliputi kebersihan kulit, kebersihan

rambut, kebersihan kuku, kebersihan tangan dan kaki, kebersihan

mata, kebersihan rongga mulut dan gigi, kebersihan telinga,

kebersihan hidung, serta pemeliharaan pakaian (Aip Syarifuddin dan

Muhadi, 1992: 249-251 dalam (Ismayanti, 2017).

3 Kebersihan pakaian

Pemeliharaan kebersihan terhadap pakaian perlu dilakukan karena

pakaian berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh manusia yang kontak


22

langsung dengan tubuh. Pakaian yang memenuhi syarat kesehatan

menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 251) dalam (Ismayanti,

2017). Antara lain sebagai berikut:

a Lembut sehingga tidak merusak kulit.

b Berukuran sedang, tidak terlalu sempit dan tidak terlalu longgar.

c Mudah dibersihkan (dicuci dengan sabun).

d Warna sesuai dengan kondisi pemakai dan suasana.

Selain itu, pakaian yang baik adalah bersih dari kotoran, kering,

menyerap keringat, serta dapat melindungi tubuh. Setelah dicuci

kering, ada baiknya pakaian disetrika karena selain membuat pakaian

menjadi rapi, bibit penyakit juga akan mati saat pakaian disetrika

(Koes Irianto dan Putranto Jokohadikusumo, 2010: 9 dalam

(Ismayanti, 2017). Penggunaan pakaian juga tidak boleh terlalu lama.

Pakaian harus segera diganti minimal sekali dalam sehari. Pakain yang

telah kotor harus segera dicuci, jikapun tidak, harus dipisahkan dari

pakaian bersih.

4 Kebersihan lingkungan

Lingkungan manusia terbagi atas lingkungan fisik dan lingkungan

biotik (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992: 257-260 dalam (Ismayanti,

2017). Lingkungan fisik mencakup tanah, air, udara, dan benda-benda

lainnya. Lingkungan biotik mencakup seluruh makhluk hidup yang

ada di sekitar manusia itu sendiri, seperti manusia, hewan, tumbuh-

tumbuhan, kuman, dan lainnya. Perilaku menyehatkan lingkungan


23

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perilaku yang meliputi

cara pembuangan dan pengolahan sampah, cara pembuangan limbah

kotoran manusia, cara pencegahan polusi udara, cara menjaga

kebersihan air serta pemanfaatannya, dan pemberantasan bibit

penyakit.

2.2.3 Manfaat PHBS bagi masyarakat

1 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

2 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah

kesehatan.

3 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4 Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKMB) (Departemen Pekerjaan Umum,2007:113 dalam

(Ismayanti,2017).
24

2.3. keaslian Penelitian

No Judul/pengarang Desain Sampel Variabel Instrument Analisis Hasil


1 Hubungan Desain 92 Variabel Kuesioner Data yang Hasil penelitian
Personal Hygiene penelitian responde independen : diperoleh menunjukkan ada
Dengan Kejadian Cross n personal dianalisis hubungan personal
Dermatitis Kontak Sectional hygiene dengan uji hygiene dengan
Iritan Pada Pekerja chi square dermatitis kontak iritan
Di Pt.Perindustrian Variabel pada pekerja diperoleh p
Dan Perdagangan dependen : value = 0,036. Bagi PT.
Bangkinang Tahun kejadian Perindustrian dan
2016 dermatitis Perdagangan
(Milda Hastuty) kontak iritan Bangkinang diharapkan
dapat menjadi referensi
terutama dalam
merancang aturan, dan
kebijakan bagi pekerja
untuk mencegah
terjadinya kejadian
penyakit kulit
(dermatitis kontak iritan)
dengan meningkatkan
personal hygiene yang
baik dan tercapainya
lingkungan kerja yang
sehat bagi para
pekerjanya

2 Kejadian Desain 112 Variabel Kusioner Korelasi Berdasarkan uji Chi-


25

Dermatitis Pada penelitian responde penelitian : Chi- Square untuk


Masyarakat yang n kejadia Square mengetahui faktor yang
Nelayan (Study digunakan dermatitis berhubungan dengan
Analitik di dalam kejadian dermatitis pada
Wilayah Kerja penelitian masyarakat nelayan di
Puskesmas ini adalah wilaya kerja Puskesmas
Lamaau Desa observasion Lama’au Desa Aulesa
Aulesa Kabupaten al analitik Kabupaten Lembata,
Lembata Nusa dengan diketahui bahwa alat
Tenggara Timur rancangan pelindung diri (APD) (p
Tahun 2018) yang = 0,000), riwayat
(Calistus Martinus digunakan pekerjaan (p = 0,019),
Ola et al) adalah kesehatan pribadi (p =
cross 0,003), riwayat kontak
sectional (p = 0,034) dan riwayat
study alergi (p = 0,018).
3 Perilaku Hidup Penelitian 249 Variabel Kuesioner Data yang Hasil penelitian pada
Bersih dan Sehat ini reponden independen : diperoleh variabel pengetahuan
pada Masyarakat termasuk pengetahuan dianalisis didapatkan nilai p
di Kelurahan penelitian dan sikap dengan uji 0,014<α (0,05), artinya
Rangkah Kota kuantitatif tentang PHBS chi square terdapat hubungan
Surabaya yang antara tingkat
(Puput Dwi Cahya menggunak Variabel pengetahuan terhadap
Ambar Wati, an desain dependen : PHBS.
Ilham Akhsanu potong Perilaku Hidup
Ridlo, 2020) lintang Bersih dan
Sehat
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kjaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan di amati atau

di ukur melalui penelitian yng akan di lakukan, (Notoatmodjo, 2012)

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

PHBS Kejadian
- kebersihan Dermatitis
pakaian
- sumber dan
kualitas air

Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

:Garis hubungan

26
27

3.2 Hipotesis penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konsep yang telah

dikemukakan diatas, maka hipotesa dalam penelitian ini dapat di rumuskan

sebagai berikut:

1. Hipotesis Alternatif (Ha) :

a Ada hubungan kebiasaan menjaga kebersihan pakaian dengan kejadian

Dermatitis di RT 04 Desa Laimu

b Ada hubungan sumber dan kualitas air dengan kejadian Dermatitis di

RT 04 Desa Laimu
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian menggunakan rencangan penelitian Observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk mengetahui

hubungan phbs dengan kejadian Dermatitis di Desa Laimu Kecamatan Telutih

Kabupaten Maluku Tengah (Sugiono, 2014).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat

Penelitian dilakukan di RT 04 Desa Laimu Kecamatan Telutih

Kabupaten Maluku Tengah

4.2.2 Waktu

Penelitian direncanakan pada bulan Juli-Agustus 2021

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitia n ini adalah subjek (misalnya manusia,klien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan (Nursalam,2017). Populasi

pada penelitian ini adalah 115 KK

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagiandari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

28
29

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat me nggunakan sampel yang di

ambil dari populasi itu (Sugiono,2014).

N
Dengan mengunakan rumus slovin: n=
1+ N ¿ ¿

Keterangan :

N= jumlah populasi

n = jumlah sampel

e = nilai eror (0,05)

N 115
n= n=
1+ N ¿ ¿ 1+115 ¿ ¿

115
¿
1+115 (0,0025)

115
¿
1+ 0,28

115
¿
1,28

= 89

Sampel dalam penelitian ini adalah 89 KK

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah Simple Random Samling yaitu merupakan proses

sampling dengan cara pengambila sampel secara acak tanpa memperhatikan


30

strata yang ada dalam populasi itu. Penggunaan teknik Simple Ramdom

Sampling dalam penelitian ini lebih mudah pelaksanaannya dibandingkan

teknik lainnya.

Dengan Kriteria inklusi dan kriteria ekslusi :

1 Kriterian Inklusi

a Sampel yang diambil dari warga yang menderita penyakit

dermatitis

b Bersedia sebagai responden yang di teliti

c Yang bisa membaca dan menulis

2 Kriteria Ekslusi

a Tidak ada ditempat atau di desa saat penelitian

b Sedang sakit saat penilitian berlangsung

4.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:

4.4.1 variavel bebas (independen)

Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang menyebabkan

berubahnya nilai dari variabel terkait. Variabel bebas pada penelitian ini

adalah PHBS dalam kebiasaan menjaga pakaian dan mengidentifikasi

sumber dan air di Desa Laimu

4.4.2 variabel terkait (dependen)


31

Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena

pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

Kejadian Dermatitis.

4.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.Secara

rinci defenisi operasional pada penelitian ini dijelaskan.

Tabel 4.5 Defenisi Opserasional

Variabel Defenisi operasional Alat ukur skala Hasil ukur

Variabel Independen

Kebersihan pakaian pakaian berfungsi sebagai Kuesioner Ordinal - Baik ≥ 28


pelindung bagi tubuh - Tidak baik <
manusia yang kontak 28
langsung dengan tubuh (Rahma
Widya Uama,
2018)

Sumber dan Aktifitas nyata sehari-hari Kuesioner Ordinal 1 baik


kualitas air masyarakat 2 kurang baik
dalammemanfaatkan air (Nofita
bersih untuk kebutuhan Sundari, 2014)
mandi dan mencuci
Variabel dependen

Kejadian Suatu kejadian yang Kuesioner Ordinal - Ada ≥ 3


Dermatitis pernah dialami oleh gejala - Tidak
responden di masa lalu ada < 3 gejala
terhadap peyakit (Rahma Widya
dermatitis Utama, 2018)

4.6 Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini , maka peneliti menggunakan

kuesioner. Dalam kuesioner kebersihan pakaian terdapat 12 pertanyaan tentang


32

upaya pencegahan penyakit dermatitis yang telah dilakukan oleh masyarakat

dalam bentuk pertanyaan tertutup. Skala pengukuran upaya pencegahan penyakit

dermatitis menggunakan skala Likert yang dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan

positif: selalu 4, sering 3, kadang-kadang 2, tidak pernah 1. Jika petanyaan dalam

bentuk negatif maka: selalu 1, sering 2, kadang-kadang 3, tidak pernah 4. Dan

dalam kuesioner sumber dankualitas air terdapat 8 pertanyaan dengaan

menggunakan skala guttman,dimana jawaban responden hanya terbatas 2

jawaban, Ya dan Tidak dimana, baik : Jika responden dapat menjawab benar

dengan skor > 4 dari pertanyaan yang diberikan. Kurang baik : Jika responden

dapat menjawab benar dengan skor ≤ 4 dari pertanyaan yang diberikan.

Berisi tentang pengalaman terhadap penyakit dermatitis dalam kuesioner

kejadian dermatitis dengan 6 pertanyaan dengan menggunakan skala guttman, di

mana jawaban responden hanya terbatas 2 jawaban, Ya dan Tidak dimana jika

responden menjawab Ya lebih dari 2 maka responden tersebut bisa dikatakan ada

mengalami dermatitis sebelumnya dan jika responden Ya hanya 2 maka

responden tersebut dikatakan tidak pernah mengalami dermatitis.

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilittas

Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa hal

yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reliabilittas dan ketepatan

fakta atau kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara

pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada

pengamatan atau pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013). Prinsip

validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan


33

instrument dalam mengumpulkan data, instrument dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Nursalam, 2013).

Untuk mengukur validitas soal menggunakan rumus korelasi product moment

person. Hasil r hitung dibandingkan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r

tabel < r hitung maka valid (Sujarweni, 2015).

4.7.1 Uji Validitas

1. Uji validitas pada kuesioner pada kebersihan pakaian dan kejadian

dermatitis:

Kuesioner diujikan pada kelompok nelayan yang berada pada wilayah desa

Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Peneliti Rahma Widya Utama,

2018 melakukan uji validitas kuesioner pada kelompok nelayan tersebut

karena kelompok tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama dengan

sampel penelitian. Jumlah sampel pada uji validitas kuesioner sebanyak 30

responden. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan

software SPSS versi 16.0. Untuk mengetahui bahwa item-item pernyataan

pada kuesioner tersebut jika r hitung > r tabel product moment pearson.

Nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment dengan df

(degree of freedom) = n-2 , jadi jika responden berjumlah 30 maka df=30-

2=28 . Dengan taraf signifikansi 5%, maka diketahui bahwa r tabel product

moment pearson sebesar 0,312. Hasil menunjukkan bahwa dari 24 item

pernyataan pada kuesioner, ada 2 pernyataan yang dinyatakan tidak valid.

Untuk mengetahui kuesioner tersebut benar-benar valid, maka dilakukan

lagi validasi dengan menggunakan komputer dengan syarat item-item


34

pernyataan yang tidak valid dihilangkan ke dalam entri data. Hasil

menunjukkan bahwa 22 item pernyataan pada kuesioner tersebut valid.

Berdasarkan uji validitas.

2. Uji validitas kuesioner pada kualitas dan sumber air

Pengujian validitas dilakukan berdasarkan analisis item yaitu

mengkorelasikan skor setiap item dengan skor variabel (hasil penjumlahan

seluruh skor item pertanyaan). Penelitian Nofita Sundari, 2014 melakukan

uji validitas kuesioner pada masyarakat tersebut karena kelompok tersebut

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Teknik

korelasinya memakai Pearson Correlation, dihitung dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS versi 20. Item pertanyaan dinyatakan valid

apabila memiliki nilai rhitung> rtabel. Hasil uji validitas dengan metode

Pearson Correlation diperoleh nilai rhitung dari semua item pada validitas >

rtabel, maka butir-butir instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid.

Sehingga semua butir instrumen pertanyaan yang berhubungan dengan

variabel kualitas produk, fitur produk, disain produk, harga, merek produk

dan keputusan pembelian dinyatakan valid sehingga pertanyaan-pertanyaan

yang tertuang dalam angket penelitian dapat digunakan dalam penelitian.

4.7.2 Uji Reliabilittasi

1 Uji Reliabilitas kuesioner pada kebersihan pakaian dan kejadian dermatitis

setelah melakukan uji validitas maka selanjutnya melakukan uji reliabilittas.

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu
35

yang berlainan (Nursalam, 2013). Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai

cronbach alpha, jika nilai alpha > 0,60 maka kontruk pernyataan yang

merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Uji Reliabilitas Setelah

melakukan uji validitas maka selanjutnya melakukan uji reliabilittas.

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan (Nursalam, 2013). Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai

cronbach alpha, jika nilai alpha > 0,60 maka kontruk pernyataan yang

merupakan dimensi variabel adalah reliabel.

2 Uji Reliabilitas kuesioner pada kualitas dan sumber air

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung

besarnya nilai Cronbach’s Alpha instrumen dari masing-masing variabel

yang diuji. Apabila nilai Cronbach's Coefficient Alpha lebih besar dari 0,60,

maka jawaban dari para responden pada kuesioner sebagai alat pengukur

dinilai dinyatakan reliabel. Jika nilai Cronbachs Coefficient Alpha lebih

kecil 0,60, maka jawaban dari para responden pada kuesioner sebagai alat

pengukur dinilai dinyatakan tidak reliable.

4.8 Proses Pengumpulan Data

4.8.1 Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil data,

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono dan

Mekar Dwi, 2014).


36

Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan dalam

beberapa tahap yaitu :

1. Pengumpulan dan penyerahan dokumen persyarataan pengambilan

surat data awal di bagian Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat (LPPM) STIKes Maluku Husada

2. Pengambilan surat data awal di bagian Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKes Maluku Husada

3. Pemberian surat data awal kepada Bapa Pejabat Desa Laimu

4. Pemberian surat data awal kepada Puskesmas Desa Laimu

5. Melakukan pembagian kuesioner langsung terhadap responden di RT

04 Desa Laimu Kecamata Telutih Kabupaten Maluku Tengah

4.8.2 Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitiannya (Saryono dan Mekar

Dwi, 2014).

Data sekunder dari penelitian ini diperoleh berdasarkan pengambilan data

awal di Desa Laimu

4.9 Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan
37

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sandiri maupun orang lain (Sugiono 2014).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat

dan Bivariat. Pengolahan data menggunakan komputer. (Besral 2014).

4.9.1 Analisis Univariat

Disajikan dalam bentuk tabel distribusi untuk mengetahui frekuensi

dan presentasi variabel dependen dan independen

4.9.2 Analisis Bivariat

Dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel terikat

dengan uji statistik uji chi square untuk mengetahui hubungan yang

signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji

chi square dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak

berbentuk komputer dengan tingkat signifikal p>0,05 (taraf kepercayaan

95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95%, jika

nilai sig p>0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukkan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini pihak

masyarakat Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku Tengah 2021.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika penelitian yang meliputi :


38

Menurut Hidayat (2017) masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut :

4.10.1 Informed concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consenttersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

4.10.2 Anonymity (tanpa nama)

Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

penelitian ini benar-benar menjadi rahasia masyarakat dan peneliti untuk

itu peneliti hanya mencantumkan inisial atau kode pada pembahasan atau

hasil penelitian.

4.10.3 Privasy

Peneliti perlu memastikan bahwa penelitian yang dilakukan tidak

menginvasi melebihi batas yang diperlukan dan dan privasi subjek tetap

dijaga selama penelitian, invasi terhadap privasi dapat terjadi bila

informasi bersifat pribadi dibagikan kepada orang lain antara

pengetahuan subjek.
39

DAFTAR PUSTAKA

Banun, T. S. (2016). Hubungan antara pengetahuan phbs (perilaku hidup bersih dan
sehat) dengan pola hidup sehat siswa di sd negeri tamanan bantul TA
2015/2016.
Calistus Martinus Ola, Muhammad Azwar, M. R. (2019). Journal Health Community
Empowerment Vol. II No. 1 Edisi Januari 2019 kejadian dermatitis pada
masyarakat nelayan (Study Analitik di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaau Desa
Aulesa Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur Tahun 2018). II, 1.
Dwi, P., Ambar, C., & Ridlo, I. A. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
Masyarakat di Kelurahan Rangkah Kota Surabaya Hygienic and Healthy
Lifestyle in the Urban Village of Rangkah Surabaya. 8(1), 47–58.
Https://doi.org/10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58
Erna Irawati, W. (2016). Gambaran karakteristik keluarga tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (phbs) pada tatanan rumah tangga di desa karangasem
wilayah kerja puskesmas tanon ii sragen. 8(2).
Hastuty Milda. (2018). Hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada pekerja di pt.perindustrian dan perdagangan bangkinang tahun
2016 milda. Jurnal ners, 2, 11–17.
Ismayanti, D. (2017). Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) rumah
tangga di desa setiawaras kecamatan cibalong kabupaten tasikmalaya tahun
2017. 12, 77.
Jesika, P., & Hilal, N. (2016). Hubungan jenis sumber air dan personal hygiene
dengan kejadian penyakit dermatitis di desa kedungrandu kecamatan patikraja
kabupaten banyumas tahun 2016. 35, 278–386.
Maudani, A. S., Baharuddin, A., Studi, P., Kesehatan, M., Sarjana, P. P., Indonesia,

U. M., Lingkungan, D. K., Sarjana, P. P., & Indonesia, U. M. (2020). Analisis

spasial penyakit dermatitis di puskesmas labakkang kabupaten pangkep spatial


40

analysis of dermatitic disease. 16, 45–52.

Permatasari, J., Safitri, D. F., Luthfia, F., & Orlanda, D. (2019). Penyuluhan PHBS

Dalam Mewujudkan Masyarakat Dusun Talang Parit Peduli Akan Kesehatan.

1(1), 18–23.

Utama, R. W. (2018). Hubungan pengetahuan dan pengalaman terhadap

pencegahan dermatitis pada nelayan di wilayah batang kapas kabupaten pesisir

selatan tahun 2018. 34.

Zahara, H. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis di

pesantren darul munawwarah pidie jaya tahun 2018.

Nursalam (2013) Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika

Nursalam (2017) Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (P.P

Lestari, Ed) 4 Tahun Ed. Jakarta:Salemba Medika


41

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Sehubungan dengan proses penyelesaian tugas akhir (proposal) program studi
keperawatan Stikes Maluku Husada,dengan ini saya:

Nama : Aisya T Abdullah


Npm :1420117016
Akan melakukan penelitian berjudul
“Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian
Dermatitis di RT 04 Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku
Tenganh”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menngetahui hubungan perilaku


hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian Dermatitis di RT 04 Desa Laimu.
Untuk kepentingan tersebut,maka saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi menjadi responden dengan sukarela dan menjawab pertanyaan yang di
berikan dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan yang Bapak/Ibu alami.semua jawaban
dan data Bapak/Ibu akan di rahasiakan dan tidak ada maksud kegunaan lain.

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan,atas bantuan dan kesediaan


Bapak/Ibu,saya ucapkan terimakasih

Kairatu, juli 2021


Hormat saya

Aisya T Abdullah
42

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Inisial :
Usia :
Alamat :
Tahun :
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan Kejadian Dermatitis di RT 04 Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten
Maluku Tengah”
2. Perlakuan terhadap subyek
3. Prosedur penelitian
Responden mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.oleh karena itu saya :

BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA
Secara sukarela menjadi responden penelitian dengan penuh kesadaran serta
tanpa paksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
tanpa ada tekanan dari pihak manapun
Kairatu, juli,2021
Peneliti responden

Aisya T Abdullah ( )
Npm:1420117016
Saksi
( )
43

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian


LEMBARAN KUESIONER
Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian

Dermatitis Di Desa Laimu Kecamatan Telutih Kabupaten Maluku

Tengah

No. Responden
Hari/tanggal wawancara
A. Identitas Responden
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Pendidikan terakhir responden
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Akademi/sarjana
I. Pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman terhadap penyakit

dermatitis

Petunjuk : isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (√) pada

kotak. Ya atau Tidak sesuai pilihan jawaban anda .


44

Pertanyaan Jawaban

No

Apakah bapak pernah mengalami Ya Tidak

tanda dan gejala seperti berikut

1 Gatal

2 Kulit kemerahan

3 Luka yang menonjol

4 Luka yang berisi cairan

5 Luka yang mengering

6 Bengkak diatas kulit yang padat dan

berwarna kemerahan
45

II. Pertanyaan yang Berhubungan dengan kebersihan pakaian

Petunjuk : isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda

(√) pada kotak. Selalu, sering, kadang-kadang atau tidak pernah

sesuai pilihan jawaban anda. Jika anda ingin mengganti jawaban,

silahkan mencoret jawaban kemudian menuliskan kembali chek

list (√) pada jawaban yang baru dengan pernyataan yang sama.

N Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Tidak


o kadang pernah
1 Saya mandi
setelah bekerja
2 Pakaian saya
dicuci langsung
setelah bekerja
3 Pakaian saya
dicuci dengan
sabun
4 Saya
mengeringkan
pakaian tanpa
dicuci
5 Saya mencuci
sarungtangan
setelah digunakan
6 Saya mencuci
sepatu kerja
setelah digunakan
7 Saya
menggunakan
baju panjang saat
bekerja
8 Saya
menggunakan
celana panjang
saat bekerja
9 Saya
menggunakan
topi saat bekerja
10 Saya
menggunakan
sarung tangan
saat bekerja
11 Saya
menggunakan
sepatu boot
46

selama bekerja
12 Saya memakai
sepatu boot karet
sampai lutut saat
bekerja

- Jika pertanyaan positif maka skor

Selalu :4

Sering :3

Kadang-kadang :2

Tidak pernah :1

Jika pertanyaa negatif maka skor

Selalu :1

Sering :2

Kadang-kadang :3

Tidak pernah :4
47

III. Pertanyaan yang Berhubungan dengan sumber dan kualitas

air

1. Apakah pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan mandi dan

mencuci merupakan kebiasaan masyarakat setempat ?

a Ya

b Bukan

2. Bagaimana kondisi air sungai yang di manfaatkan untuk mandi

dan mencuci ?

a Baik, cocok untuk mandi dan mencuci

b Sangat tidak memungkinkan

3. Apakah semua masyarakat menggunakan air sungai untuk

mandi dan mencuci ?

a Ya hampir seluruh keluarga

b Hanya beberapa keluarga saja

4. Apakah anda nyaman menggunakan air sungai sebagai sarana

untuk mandi dan mencuci ?

a Ya

b Tidak

5. Apakah anda terus akan menggunakan sungai sebagai sarana

mandi dan mencuci ?

a Ya

b Tidak
48

6. Adakah kemauan anda untuk mengubah kebiasaan

menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci ?

a Ada

b Tidak, karena sudah terbiasa demikian

7. Apakah ada keiginan anda untuk memilki sarana mandi dan

mencuci ?

a Ya

b Tidak

8. Adakah penyakit yang anda alami karena kebiasaan

menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci ?

a Ada

b Tidak

Anda mungkin juga menyukai