Bismillahirrahmaanirrahiim…
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dengan membahas “Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Di Tatanan Sekolah” dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalampenyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Penulisan makalah adalah
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Promosi Kesehatan di Prodi DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur
Cimahi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. Pengertian PHBS di Sekolah...............................................................................6
B. Tujuan PHBS di Sekolah.....................................................................................6
C. Manfaat PHBS di Sekolah...................................................................................7
D. Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Sasaran PHBS).............................8
E. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.........................................................8
F. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah....................................9
1. Mencuci Tangan dengan Air Bersih yang Mengalir dan Sabun..................10
2. Jajan Di Kantin Sekolah Yang Sehat............................................................11
3. Membuang Sampah pada Tempatnya..........................................................12
4. Mengikuti Kegiatan Olahraga di Sekolah....................................................14
5. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap 6 Bulan....15
6. Tidak Merokok di Sekolah............................................................................17
7. Memberantas Jentik Nyamuk Di Sekolah Secara Rutin.............................18
8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah..............................20
G. Definisi Perilaku, Bentuk perilaku................................................................22
1. Pengertian Perilaku........................................................................................22
2. Bentuk – bentuk Perilaku Kesehatan...........................................................22
3. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan...........................................................24
4. Perilaku dalam Bentuk Sikap........................................................................26
5. Perilaku dalam Bentuk Tindakan.................................................................30
ii
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku..............................................31
BAB III...........................................................................................................................33
METODE PENELITIAN..............................................................................................33
A. Kerangka Konsep...............................................................................................33
B. Defini Istilah.......................................................................................................33
C. Rancangan/Desain Penelitian............................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan sekolah merupakan
upaya siswa dan guru atas dasar kesadaran untuk mencegah penyakit, membuat
lingkungan yang sehat terbebas dari penyakit, serta meningkatkan kualitas kesehatan
untuk tubuh. Sekolah / Institusi adalah salah satu tempat pendidikan yang strategis
untuk mengajarkan pentingnya pengetahuan menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Peserta didik diajarkan untuk melakukan hal sederhana sebagai rutinitas
kegiatan anak sebagai upaya menjaga kesehatan (misalnya mencuci tangan
menggunakan sabun, menggosok gigi malam, mengkonsumsi jajan sehat di kantin
sekolah, melaksanakan rutinitas olahraga yang teratur, sampah yang dibuang di
tempatnya yang disediakan , menggunakan fasilitas jamban yang bersih) yang
berdampak besar bagi kesehatan (Proverawati, 2012). Selain itu, anak usia sekolah
terutama sekolah dasar (10 – 14 tahun) merupakan usia yang tepat untuk
mengajarkan nilai-nilai PHBS dan mereka berpotensi untuk menyalurkan dan
mempromosikan kesehatan untuk lingkungan disekelilingnya sehingga menciptakan
kebiasaan PHBS sebagai kegiatan positif yang membudaya di lingkungan (Depkes,
2008).
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan, seacara global,
timbulnya angka terjadinya penyakit salah satunya diare hampir 6 juta kasus anak
yang mengakibatkan kematian pada anak tahun 2015 (Lamberti, 2017). Di sebabkan
oleh kuman yang masuk kedalam mulut dengan kondisi belum cuci tangan ketika
sedang mau makan, air dan tangan yang kotor buruknya kebersihan lingkungan, serta
makanan dan minuman yang kurang sehat Sebagai konsumsi anak ketika menikmati
istirahat siang mengakibatkan 88 % kematian anak di seluruh dunia. Hasil
rekapitulasi kejadia luar biasa (KLB) diare tahun 2017 tercatat 1725 anak yang
menderita diare dan 34 anak tercatat meninggal dunia, dan case fatality rate (CFR)
diare saat KLB tercatat 1,97% mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016
(Depkes RI, 2017).
Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan, penduduk umur > 10 tahun
menerapkan cuci tangan yang sesuai di Indonesia dengan rata – rata presentase 49,8
4
% dan berperilaku BAB dengan benar dari hasil kajian perhitungan rata – rata 88,2%,
menyikat gigi setiap hari dengan hasil riset rata- rata 94,7% . Dari hasil penjabaran
pada tiap daerah provinsi yang ada di Indonesia mempunyai angka prevalensi dengan
tingkat perilaku hidup bersih dan sehat berbeda - beda, salah satunya provinsi Jawa
Tengah menunjukkan hasil rata – rata anak usia sekolah 49,5 % berperilaku cuci
tangan dengan benar, BAB dengan benar di jamban dari tempat maupun kebersihan
setelah BAB sebesar 90,0%, menyikat gigi setiap hari sebesar 95,5% (Kemenkes,
2018).
Data Global School Health Survey (GSHS) tahun 2015, mengungkapkan anak
usia sekolah >10 tahun aktivitas fisik <60 menit perhari dengan presentase 32,2%,
konsumsi makanan fast food sebesar 54%, 22,2 % punya kenangan merokok, 11,6 %
perokok , 4,4% pernah minum alkohol, angka kejadian tersebut dapat mempengaruhi
kesehatan sesorang yang berdampak buruk pada PHBS. (Kemenkes, 2017). Dari hasil
data rekapitulasi Riskesdas tahun 2018, usia anak > 10 Indonesia dimasa sekarang
sikap perilaku hidup bersih dan sehat menurun, banyak anak bangsa Indonesia yang
tercatat merokok aktif sebesar 28,8 %, mengkonsumsi minuman beralkohol tercatat
13,2 %, jarang mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 95,5%, aktivitas fisik yang
kurang akibat kecanduan gadget sebesar 33,5% (Riskesdas, 2018). Riskesdas tahun
2013 menyatakan, angka kebersihan diri yang terjadi pada anak mengalami
permasalahan pada gigi sebanyak 86%, belum tahu caranya potong kuku sebanyak
53%, belum mengerti caranya menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak
melaksanakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan sebanyak 8%. (Kemenkes,
2013).
Becker tahun 1979 mengungkapkan teori, konsep perilaku yang dilandasi
dengan konsep pengetahuan terhadap PHBS. Bloom tahun 1908. Becker mengatakan
bahwa 3 komponen perilaku sehat yaitu pengetahuan terhadap kesehatan (health
knowledge), sigap untuk melaksanakan Kesehatan (health attitude) dan
merealisasikan menjaga kesehatan (health practice). Komponen mempunyai manfaat
terhadap menjaga kesehatan pada tiap pribadi seseorang (Notoatmodjo, 2010). Hasil
data Riskesdas (2018) anak usia sekolah memiliki perilaku yang buruk, tercatat
pernah berperilaku merokok, minum - minuman beralkohol dan jarang melakukan
rutinitas olahraga yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan anak, sebagai penerus
anak bangsa angka PHBS ini perlu diresapi karena jika tidak diatasi, maka akan
5
semakin meningkatnya angka perilaku yang buruk bagi generasi penerus dan masa
yang akan datang (Riskesdas, 2018).
Hasil riset yang telah dilakukan oleh Lestari (2015), mengungkapkan dari
hasil observasi yang di lakukan oleh kelas V SD dengan responden 15 siswa sebelum
mendapatkan pendidikan peer educator sebagian besar 10 siswa memiliki
pengetahuan pada sub aspek air bersih untuk menggunakan cuci tangan dan
penggunaan jamban yang baik, dan membuang sampah pada tempatnya 66,7%, sikap
7 siswa yang sopan santun dan berperilaku dengan baik 46,7% , dan praktik 10 siswa
66,7% aspek air bersih untuk menggunakan cuci tangan, penggunaan jamban yang
baik, dan membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan sebaya melibatkan orang
terdekat teman sepermainannya, sehingga menciptakan peran yang dapat
mempengaruhi sebayanya melakukan hal yang positif (Bleeker, 2001). Penelitian
yang dilakukan Lestari (2015), tentang pengaruh edukasi peer educator terhadap
PHBS anak usia sekolah di Banguntapan Bantul dengan hasil yang baik, akan tetapi
dalam melaksanakan penelitian tersebut terdapat kendala satu implementasi
disebabkan oleh kesenjangan usia dan pengetahuan antara penyuluh dengan objek
penyuluhan dalam mengajarkan dengan metode peer educator ini (Lestari, 2015).
B. Rumusan Masalah
Penerapan PHBS di sekolah sangat penting terhadap sikap untuk menjaga
kesehatan tubuh maupun lingkungan dengan menciptakan suasana nyaman bernuansa
bersih dan sehat. Usia 6-10 tahun merupakan usia yang tepat untuk mengajarkan
PHBS, terdapat sebuah kendala dalam penelitian yang pernah di lakukan dalam
kesenjangan usia dan pengetahuan antara penyuluh dengan objek penyuluhan
bagaimana untuk menciptakan suasana yang nyaman dalam proses pendidikan
dengan metode peer educator.
Metode peer educator ini dapat digunakan dengan metode pendekatan untuk
mengajarkan pendidikan kesehatan terkait dengan PHBS terhadap siswa SD, dari
hasil data terdapat masalah yang cukup buruk mengenai PHBS, menurut penelitian
yang pernah dilakukan adanya pengruh peer educator terhadap PHBS. Diharapkan
siswa dapat mempunyai pengetahuan, sikap dan praktik yang lebih baik supaya
meningkatkan kesehatan.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas metode peer educator terhadap implementasi perilaku
hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin, usia, kelas siswa siswi SD
sebelum diberikan pendidikan kesehatan PHBS dengan menggunakan
metode peer educator.
b. Mengidentifikasi implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (cuci
tangan, gosok gigi malam, buang sampah pada tempatnya, jajan sehat, dan
rutinitas olahraga) pada siswa siswi SD sebelum diberikan buku panduan
pornografi dan PHBS dengan menggunakan metode peer educator
c. Mengidentifikasi implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (cuci
tangan, gosok gigi malam, buang sampah pada tempatnya, jajan sehat, dan
rutinitas olahraga) pada siswa siswi SD sesudah diberikan buku panduan
peer counsellor dan PHBS dengan menggunakan metode peer educator
d. Mengidentifikasi perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan,
gosok gigi malam, buang sampah pada tempatnya, jajan sehat, dan
rutinitas olahraga) pada siswa siswi SD sebelum dan sesudah diberikan
buku panduan peer counselor dan PHBS dengan menggunakan metode
peer educator.
D. Manfaat Penelitian
1. Profesi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
memahami karakteristik anak dalam memahami pengetahuan dan sikap tentang
perilaku hidup bersih dan sehat agar dapat digunakan sebagai panduan penelitian
berikutnya.
2. Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menggunakan
metode peer educator sehingga siswa-siswi dapat mengerti pentingnya PHBS
terhadap pencegahan timbulnya penyakit.
7
3. Institusi
Hasil dari Penelitian ini dapat dijadikan informasi ilmiah tentang pendidikan
tentang PHBS pada anak sekolah dengan menggunakan metode peer educator.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyangah dana non pemerintah. Sasaran
advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu:
1. Mengetahui adanya masalah
2. Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif
pemecahan masalah sekolah ber PHBS.
4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah
5. Memutusi tindak lanjut kesepakatan
12
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), flu burung
atau SARS.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus
b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang
membahayakan Kesehatan
14
d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran
a. Penumpukan
Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,
namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena berjangkitnya penyakit
menular, menyebabkan pencemaran udara, terutama bau, sumber penyakit dan
mencemari sumber-sumber air.
b. Pengomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan
pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap,
bau, dan kebakaran.
d. Sanitari landfill
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah
penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus
yang sangat luas.
Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos dan makanan
ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah
kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan
sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang
dapat didaur ulang misalnya:
1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening maupun
yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.
2) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali kertas
yang berlapis minyak
3) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
15
4) Besi bekas rangka meja, besi rangka beton
5) Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember
6) Sampah basah dapat diolah menjadi kompos
Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang
lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:
16
6) Lebih bertenaga dan bugar
7) Keadaan kesehatan menjadi lebih baik
Sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar di
sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas. Jenis-jenis kondisi gizi tidak
seimbang yang dapat diketahui setelah melakukan penimbangan berat badan
adalah:
a. Gizi buruk
17
Gizi buruk adalah bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka akan
berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaanya ini dapat
menjadi kwarshiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain
seperti diare, infeksi, penyakit pencemaan, infeksi saluran pernafasan bagian
atas, dan anemia Tanda-tanda gizi buruk (Meru, 2008) yaitu:
1) Sangat kurus, tulang iga tampak jelas
2) Wajah terlihat lebih tua
3) Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis)
4) Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung, dan bila dicabut tidak sakit
5) Kulit keriput
6) Pantat kendur dan keriput
7) Perut cekung atau buncit
8) Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan bila
ditekan lama Kembali
Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat.
b. Gizi lebih
Masalah ini disebabkan melebihi dari yang dibutuhkan, terutama konsumsi
lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni. Pada umumnya masalah ini
banyak terdapat di daerah perkotaan dengan dijumpainya balita yang
kegemukan.
Tanda-tanda gizi lebih (Meru, 2008) yaitu:
1) Berat badan jauh di atas berat normal
2) Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang
3) Tidak dapat bergerak bebas
4) Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan
5) Mudah Lelah
6) Malas melakukan kegiatan.
c. Gizi kurang
Gizi kurang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi
kebutuhannya dalam waktu tertentu (Meru, 2008).
18
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok
harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Wastuwibowo,
2008). Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan
kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan
karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta
aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, sedangkan
karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perokok aktif
Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1 batang
dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin
sekalipun atau hanya sekedar coba-coba.
2. Perokok pasif
Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok orang
lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang
yang sedang merokok.
19
memeriksa tempattempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak
mandi, kolam) apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan
memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya:
a. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara3 M plus
(menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam
dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat
perkembangbiakannya.
Tiga (3) M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN,yaitu:
20
2) Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti
demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah.
3) Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat.
21
Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jamban bersih adalah:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, typhus, kecacingan, penyakit kulit
dan keracunan.
22
a. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap) maupun bersifat aktif ( tindakan yang nyata dan praktis)
b. Stimulus dan rangsangan, terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
23
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan Kesehatan
modern msupun tradisional.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respon seseorang
terhadaap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri.
Perilaku ini antara lain mencangkup:
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termaksud didalamnya
komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan
Kesehatan
b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang
menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan
penggunaannya.
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun
limbah cair. Termaksud didalamnya system pembuangan sampah dan
air limbah, serta dampak pembuaatan limbah yang tidak baik.
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi
ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
24
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Ever Behavior).
Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan
masalah yang dihadapi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan,
baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan.
perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam Upaya mewujudkan
derajat kesehatan optimal. Menurut Notoatmodjo, 2003), pengetahuan
mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
“tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, mengatakan.
2. Memahami (Comprehention)
Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapa mengiterprestasikan secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus metode,
prinsip dalam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian dan dapat menggunakan prinsip- prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan
4. Analisis (Analysis)
25
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti: dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian d dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusunformulasi baru dari formulasi yang ada.
Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyusuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah
ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Penilaianpenilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentuka sendiri atau menggunakan
kriteria.
26
sikapnya, Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan
informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954)
dalam soekidjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempnyai 3 (tiga)
komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmodjo, 1996):
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya: misalkan sikap orang terhadap
lingkungan dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang lingkungan.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Misalnya: seorang ibu mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb)
untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
27
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya:
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu Tindakan untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor
pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmojo, 1993). Tindakan
terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
29
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoptioan)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan
baik, artinya tindakan itu sudah di modifikasikan tanpa mengurangi
kebenaran tingkat tersebut.
30
4. Faktor-faktor Pendukung (ReinforcingFactors)
Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas
kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Indikator PHBS:
1. CTPS
2. Konsumsi makanan Perilaku Hidup Bersih
bergizi
3. Konsumsi jajanan sehat dan Sehat pada Anak
4. Menjaga kebersihan dan Usia Dini
lingkungan
5. Olahraga teratur
B. Defini Istilah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dilakukan oleh siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang bertujuan untuk mampu mencegah penyakit secara
mandiri, meningkatkan kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sekolah sehat (KEMENKES RI, 2016).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan mengacu kepada lima
indikator PHBS di sekolah. Lima indikator yang digunakan sebagai alat ukur untuk
memperolah gambaran mengenai PHBS anak usia dini di sekolah sebagai upaya
pencegahan COVID-19. Lima indikator PHBS di sekolah adalah Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), konsumsi makanan bergizi, Konsumsi jajanan sehat, kebersihan diri
dan lingkungan sekolah, serta melakukan olahraga teratur di sekolah. Pengukuran
penelitian ini diukur dengan menggunakan pedoman wawancara dan lembar ceklis
mengenai penerapan PHBS pada anak usia dini sebagai bentuk upaya pencegahan
COVID-19. Berikut ini adalah definisi istilah beberapa indikator PHBS yaitu sebagai
berikut:
1. CTPS; salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun oleh anak untuk menjadi bersih dan memutuskan
mata rantai kuman.
32
2. Konsumsi makanan bergizi; makanan yang mengandung unsur karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh dengan tujuan agar
tubuh tetap sehat dan meningkatkan imunitas.
3. Konsumsi jajanan sehat; makanan atau minuman yang dibeli anak memiliki
kandungan gizi yang seimbang dan terjamin higiene sanitasinya.
4. Menjaga kebersihan diri serta lingkungan sekolah; upaya manusia untuk
memelihara diri dan lingkungan sekolah dari segala yang kotor dalam rangka
mewujudkan dan melestarikan lingkungan yang sehat dan nyaman.
5. Olahraga yang teratur; Olahraga adalah bentuk khusus dari aktivitas fisik yang
terencana dan sengaja dilakukan untuk menyehatkan badan.
C. Rancangan/Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Penggunaan pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh
pemahaman mendalam tentang pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada anak sebagai Upaya pencegahan COVID-19. Kemudian hasil penelitian
dideskripsikan serta pemahaman dalam bentuk ungkapan bahasa yang tepat dan
sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan studi fenomenologi. Creswell menyatakan bahwa studi fenomenologi
memberikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman
hidup terkait konsep dan fenomena (Creswell, 2015 dalam A. Tabi’in, 2020). Studi
fenomenologis ini membantu peneliti menemukan esensi dari PHBS pada anak usia
dini dalam melakukan upaya pencegahan COVID-19. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara mendalam dengan para informan. Data diperoleh
dengan wawancara mendalam dengan menanyakan perilaku hidup sehat dan bersih
selama dirumah dan peran guru dan orangtua dalam membantu anak usia dini untuk
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat saat pandemic COVID-19. Wawacara
mendalam dengan orangtua dan guru dilengkapi dengan hasil observasi dari lembar
ceklis. Kemudian data yang sesuai akan dianalisis dan dijabarkan menggunakan
pendekatan deskriptif.
D. Tempat Penelitian
33
Penelitian
inidilaksanakandiTKITIskandarMuda,TambunUtara,KabupatenBekasi.
E. Informan Penelitian
Informanpenelitiandipilihmenggunakantekniknonprobabilitysamplingyai
palingtahutentangapayangkitaharapkan,ataumungkindiasebagaipenguasasehingga
diteliti.Berdasarkanpertimbangantersebut,diambilinformanpenelitianberdasarkank
riteria sebagaiberikut:
3.GuruyangmengajardilembagaPAUDdaerah KecamatanTambunUtara.
Dalampenelitian ini,makainformandibagimenjadi3yaitusebagaiberikut:
1. InformanKunci/Utama
Informankunciadalahinformanyangmemilikiinformasisecaramenyeluru
34
Informan utama adalah orang yang mengetahui secara teknis
dandetailtentangmasalahpenelitianyangakandipelajari(AdeHeryana,
35
2018:6).Informankunci/
GuruTKsebanyak5 orang.
2. Informan Pendukung/Triangulasi
Informanpendukung/
triangulasimerupakanorangyangdapatmemberikaninformasitambahansebagai
2018:6).
Informanpendukungdalampenelitianiniadalahorangyangmemberikandatatam
bahanpenelitianyaituOrangtua atauwalimuridsebanyak6orang.
besarsampelditentukanolehbeberapapertimbanganinformasi.Sepertiditegaskanole
tidak ada informasibaru yang datang dari unit sampel yang baru; dengan
sampaikepadataraf“redundancy”(datanyatelahjenuh,ditambahsampellagitidakme
36
mberikaninformasiyangbaru),artinyabahwadenganmenggunakanresponden
berarti (Sugiyono,2019:290).
37
F. Instrument Penelitian
Instrumentyangdigunakandalampenelitianinidengankuesioner.Kuesioner
pertanyaanuntukdijawabolehresponden.Kuesionerdigunakanketikapenelitiinginm
engetahuipersepsiataukebiasaansuatupopulasiberdasarkanresponden.Dalam
pada saatwawancara.
G. Prosedur Penelitian
Dalamprosedurpenelitianini,penelitimelaluibeberapatahapan-
SurveyAwal
kepadaDinasKesehatanKabupatenBekasi,KepalaPuskesmasSriamurdanPeme
KepalaTKdi DesaSriamur.
38
PersiapanPenelitian
Mengumpulkanliteraturedanbahaskepustakaanlainnyayangberkaitan
jugamempersiapkaninstrumentyangakandigunakanpadasaatpelaksanaanpenel
itiangunamengetahuihasildaripenelitian.
TahapPelaksanaan
PraPenelitian
Menyusunrencanapenelitian
Memilihlapangan/daerahpenelitian
Mengurusperizinan
Mensurveidanmenilaikeadaan lapangan
Memilihdanmemanfaatkaninforman
Menyiapkanperlengkapaninstrument
Persoalanetikapenelitian
TahapKegiatanLapangan
Memahamidanmemasukilapangan
39
Mencatatsemuainformasidan datayangditemui
Tahapanalisis
Pengolahandata
Interpretasidanpenafsirandata
40
H. Pengumpulan Data
SumberData
DataPrimer
Dataprimerpadapenelitianinididapatkandarihasilsurveylangsungdi1
1TKDesaSriamurKabupatenBekasidengancaramelakukanobservasidanwa
wancaramengenai PHBSkepadaKepalaTK.
DataSekunder
dariarsipDinasKesehatanKabupatenBekasidanPemegangProgramdiPuskes
PHBS.
TeknikPengumpulanData
Teknikpengumpulandatamerupakanlangkahyangpalingutamadalam
Wawancara/Interview
41
Menurut Sugiyono (2019:304), wawancara adalah
jawab,
sehinggadapatdikonstruksikanmaknadalamsuatutopictertentu.Wawancara
digunakansebagaiteknikpengumpulandataapabilapenelitiingin
42
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang
harusditeliti,tetapijugaapabilapenelitiinginmengetahuihal-
Teknikwawancarainimenggunakansuatuinstrumentyaknipedom
anwawancaratetapidalampelaksanaanpenelitianwawancaradilakukan lebih
WawancaraSemiTerstruktur(SemiStructureInterview).Tujuannyaadalahunt
Observasi
dilakukanuntukmendukungdatayangsudahdiperolehmelaluiwawancarame
ndalamkepadainforman.Observasidalampenelitianiniyaitumelakukanpeng
amatanmengenaifasilitas-fasilitanpendukungber-PHBS.
Dokumen
Dokumenmerupakancatatanperistiwayangsudahberlalu.Dokumen
43
menganalisisdokumenyangada.Dalamhalinipenelitimenggunakanhandpho
neguna
44
untukmendokumentasikandanpendukungsebagaihasildalampenelitian,berupa gambar
ketikasedangmelakukankegiatanpenelitian.
PengolahandanAnalisisData
MilesdanHuberman(1984)dalamSugiyono(2019:321),mengemukakan
danconclusiondrawing/veification.Langkah-
langkahanalisisdatamelaluitahapsebagaiberikut:
DataReduction (ReduksiData)
halyangpokok,memfokuskanpadahal-
halyangpenting,dicaritemadanpolanya.Dengandemikiandatayangtelahdiredu
untuk
melakukanpengumpulandataselanjutnya,danmencarinyabiladiperlukan.Redu
ksidatadapatdibantudenganperalatanelektronikseperticomputermini,dengan
mencarinyabiladiperlukan.
45
DataDisplay(PenyajianData)
(Sugiyono,2019:325).
Drawing/Verification)Langkahselanjutnyaadalahpenarika
nkesimpulandanverifikasi.
jugatidak,
karenasepertitelahdikemukakanbahwamasalahrumusanmasalahdal
dapatberupadeskripsiataugambaransuatuobyekyangsebelumnyam
asihremang-
1
remangataugelapsehinggasetelahditelitimenjadijelas,dapatberupah
ubungankausalatauinteraktif,hipotesisatauteori(Sugiyono,2019:32
9).
TeknikKeabsahanData
Untukmenetapkankeabsahandatadiperlukanteknikpemeriksaanke
absahandata,salahsatuteknikuntukmemperolehdatayangvaliddalam.
dari tiga sumber saja.Dalam kaitan ini, triangulasi dapat berarti adanya
untukmemperkuatdata,untukmembuatpenelitiyakinterhadapkebenaran
dankelengkapandata.Triangulasidapatdilakukansecaraterusmenerussa
mpaipeneliti puas dengan datanya, sampai yakin bahwa data itu valid
2
mewawancarai beberapa informan danmelihat secara langsung
yangdilakukan.