Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA


TATANAN SEKOLAH
Dususun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Disusun Oleh Kelompok 2 :


- Suci Amanda Agustin
- Anggie Sulastri Aslsabila
- Yanti Puspita Sari
- Suci Nur’aila Dwiany

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim…
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Promosi Kesehatan dengan membahas “Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Di Tatanan Sekolah” dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalampenyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Penulisan makalah adalah
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Promosi Kesehatan di Prodi DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur
Cimahi.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamii

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. Pengertian PHBS di Sekolah...............................................................................6
B. Tujuan PHBS di Sekolah.....................................................................................6
C. Manfaat PHBS di Sekolah...................................................................................7
D. Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Sasaran PHBS).............................8
E. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.........................................................8
F. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah....................................9
1. Mencuci Tangan dengan Air Bersih yang Mengalir dan Sabun..................10
2. Jajan Di Kantin Sekolah Yang Sehat............................................................11
3. Membuang Sampah pada Tempatnya..........................................................12
4. Mengikuti Kegiatan Olahraga di Sekolah....................................................14
5. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap 6 Bulan....15
6. Tidak Merokok di Sekolah............................................................................17
7. Memberantas Jentik Nyamuk Di Sekolah Secara Rutin.............................18
8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah..............................20
G. Definisi Perilaku, Bentuk perilaku................................................................22
1. Pengertian Perilaku........................................................................................22
2. Bentuk – bentuk Perilaku Kesehatan...........................................................22
3. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan...........................................................24
4. Perilaku dalam Bentuk Sikap........................................................................26
5. Perilaku dalam Bentuk Tindakan.................................................................30

ii
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku..............................................31
BAB III...........................................................................................................................33
METODE PENELITIAN..............................................................................................33
A. Kerangka Konsep...............................................................................................33
B. Defini Istilah.......................................................................................................33
C. Rancangan/Desain Penelitian............................................................................34

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan sekolah merupakan
upaya siswa dan guru atas dasar kesadaran untuk mencegah penyakit, membuat
lingkungan yang sehat terbebas dari penyakit, serta meningkatkan kualitas kesehatan
untuk tubuh. Sekolah / Institusi adalah salah satu tempat pendidikan yang strategis
untuk mengajarkan pentingnya pengetahuan menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Peserta didik diajarkan untuk melakukan hal sederhana sebagai rutinitas
kegiatan anak sebagai upaya menjaga kesehatan (misalnya mencuci tangan
menggunakan sabun, menggosok gigi malam, mengkonsumsi jajan sehat di kantin
sekolah, melaksanakan rutinitas olahraga yang teratur, sampah yang dibuang di
tempatnya yang disediakan , menggunakan fasilitas jamban yang bersih) yang
berdampak besar bagi kesehatan (Proverawati, 2012). Selain itu, anak usia sekolah
terutama sekolah dasar (10 – 14 tahun) merupakan usia yang tepat untuk
mengajarkan nilai-nilai PHBS dan mereka berpotensi untuk menyalurkan dan
mempromosikan kesehatan untuk lingkungan disekelilingnya sehingga menciptakan
kebiasaan PHBS sebagai kegiatan positif yang membudaya di lingkungan (Depkes,
2008).
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan, seacara global,
timbulnya angka terjadinya penyakit salah satunya diare hampir 6 juta kasus anak
yang mengakibatkan kematian pada anak tahun 2015 (Lamberti, 2017). Di sebabkan
oleh kuman yang masuk kedalam mulut dengan kondisi belum cuci tangan ketika
sedang mau makan, air dan tangan yang kotor buruknya kebersihan lingkungan, serta
makanan dan minuman yang kurang sehat Sebagai konsumsi anak ketika menikmati
istirahat siang mengakibatkan 88 % kematian anak di seluruh dunia. Hasil
rekapitulasi kejadia luar biasa (KLB) diare tahun 2017 tercatat 1725 anak yang
menderita diare dan 34 anak tercatat meninggal dunia, dan case fatality rate (CFR)
diare saat KLB tercatat 1,97% mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016
(Depkes RI, 2017).
Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan, penduduk umur > 10 tahun
menerapkan cuci tangan yang sesuai di Indonesia dengan rata – rata presentase 49,8

4
% dan berperilaku BAB dengan benar dari hasil kajian perhitungan rata – rata 88,2%,
menyikat gigi setiap hari dengan hasil riset rata- rata 94,7% . Dari hasil penjabaran
pada tiap daerah provinsi yang ada di Indonesia mempunyai angka prevalensi dengan
tingkat perilaku hidup bersih dan sehat berbeda - beda, salah satunya provinsi Jawa
Tengah menunjukkan hasil rata – rata anak usia sekolah 49,5 % berperilaku cuci
tangan dengan benar, BAB dengan benar di jamban dari tempat maupun kebersihan
setelah BAB sebesar 90,0%, menyikat gigi setiap hari sebesar 95,5% (Kemenkes,
2018).
Data Global School Health Survey (GSHS) tahun 2015, mengungkapkan anak
usia sekolah >10 tahun aktivitas fisik <60 menit perhari dengan presentase 32,2%,
konsumsi makanan fast food sebesar 54%, 22,2 % punya kenangan merokok, 11,6 %
perokok , 4,4% pernah minum alkohol, angka kejadian tersebut dapat mempengaruhi
kesehatan sesorang yang berdampak buruk pada PHBS. (Kemenkes, 2017). Dari hasil
data rekapitulasi Riskesdas tahun 2018, usia anak > 10 Indonesia dimasa sekarang
sikap perilaku hidup bersih dan sehat menurun, banyak anak bangsa Indonesia yang
tercatat merokok aktif sebesar 28,8 %, mengkonsumsi minuman beralkohol tercatat
13,2 %, jarang mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 95,5%, aktivitas fisik yang
kurang akibat kecanduan gadget sebesar 33,5% (Riskesdas, 2018). Riskesdas tahun
2013 menyatakan, angka kebersihan diri yang terjadi pada anak mengalami
permasalahan pada gigi sebanyak 86%, belum tahu caranya potong kuku sebanyak
53%, belum mengerti caranya menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak
melaksanakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan sebanyak 8%. (Kemenkes,
2013).
Becker tahun 1979 mengungkapkan teori, konsep perilaku yang dilandasi
dengan konsep pengetahuan terhadap PHBS. Bloom tahun 1908. Becker mengatakan
bahwa 3 komponen perilaku sehat yaitu pengetahuan terhadap kesehatan (health
knowledge), sigap untuk melaksanakan Kesehatan (health attitude) dan
merealisasikan menjaga kesehatan (health practice). Komponen mempunyai manfaat
terhadap menjaga kesehatan pada tiap pribadi seseorang (Notoatmodjo, 2010). Hasil
data Riskesdas (2018) anak usia sekolah memiliki perilaku yang buruk, tercatat
pernah berperilaku merokok, minum - minuman beralkohol dan jarang melakukan
rutinitas olahraga yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan anak, sebagai penerus
anak bangsa angka PHBS ini perlu diresapi karena jika tidak diatasi, maka akan

5
semakin meningkatnya angka perilaku yang buruk bagi generasi penerus dan masa
yang akan datang (Riskesdas, 2018).
Hasil riset yang telah dilakukan oleh Lestari (2015), mengungkapkan dari
hasil observasi yang di lakukan oleh kelas V SD dengan responden 15 siswa sebelum
mendapatkan pendidikan peer educator sebagian besar 10 siswa memiliki
pengetahuan pada sub aspek air bersih untuk menggunakan cuci tangan dan
penggunaan jamban yang baik, dan membuang sampah pada tempatnya 66,7%, sikap
7 siswa yang sopan santun dan berperilaku dengan baik 46,7% , dan praktik 10 siswa
66,7% aspek air bersih untuk menggunakan cuci tangan, penggunaan jamban yang
baik, dan membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan sebaya melibatkan orang
terdekat teman sepermainannya, sehingga menciptakan peran yang dapat
mempengaruhi sebayanya melakukan hal yang positif (Bleeker, 2001). Penelitian
yang dilakukan Lestari (2015), tentang pengaruh edukasi peer educator terhadap
PHBS anak usia sekolah di Banguntapan Bantul dengan hasil yang baik, akan tetapi
dalam melaksanakan penelitian tersebut terdapat kendala satu implementasi
disebabkan oleh kesenjangan usia dan pengetahuan antara penyuluh dengan objek
penyuluhan dalam mengajarkan dengan metode peer educator ini (Lestari, 2015).

B. Rumusan Masalah
Penerapan PHBS di sekolah sangat penting terhadap sikap untuk menjaga
kesehatan tubuh maupun lingkungan dengan menciptakan suasana nyaman bernuansa
bersih dan sehat. Usia 6-10 tahun merupakan usia yang tepat untuk mengajarkan
PHBS, terdapat sebuah kendala dalam penelitian yang pernah di lakukan dalam
kesenjangan usia dan pengetahuan antara penyuluh dengan objek penyuluhan
bagaimana untuk menciptakan suasana yang nyaman dalam proses pendidikan
dengan metode peer educator.
Metode peer educator ini dapat digunakan dengan metode pendekatan untuk
mengajarkan pendidikan kesehatan terkait dengan PHBS terhadap siswa SD, dari
hasil data terdapat masalah yang cukup buruk mengenai PHBS, menurut penelitian
yang pernah dilakukan adanya pengruh peer educator terhadap PHBS. Diharapkan
siswa dapat mempunyai pengetahuan, sikap dan praktik yang lebih baik supaya
meningkatkan kesehatan.

6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas metode peer educator terhadap implementasi perilaku
hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin, usia, kelas siswa siswi SD
sebelum diberikan pendidikan kesehatan PHBS dengan menggunakan
metode peer educator.
b. Mengidentifikasi implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (cuci
tangan, gosok gigi malam, buang sampah pada tempatnya, jajan sehat, dan
rutinitas olahraga) pada siswa siswi SD sebelum diberikan buku panduan
pornografi dan PHBS dengan menggunakan metode peer educator
c. Mengidentifikasi implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (cuci
tangan, gosok gigi malam, buang sampah pada tempatnya, jajan sehat, dan
rutinitas olahraga) pada siswa siswi SD sesudah diberikan buku panduan
peer counsellor dan PHBS dengan menggunakan metode peer educator
d. Mengidentifikasi perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan,
gosok gigi malam, buang sampah pada tempatnya, jajan sehat, dan
rutinitas olahraga) pada siswa siswi SD sebelum dan sesudah diberikan
buku panduan peer counselor dan PHBS dengan menggunakan metode
peer educator.

D. Manfaat Penelitian
1. Profesi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
memahami karakteristik anak dalam memahami pengetahuan dan sikap tentang
perilaku hidup bersih dan sehat agar dapat digunakan sebagai panduan penelitian
berikutnya.
2. Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menggunakan
metode peer educator sehingga siswa-siswi dapat mengerti pentingnya PHBS
terhadap pencegahan timbulnya penyakit.

7
3. Institusi
Hasil dari Penelitian ini dapat dijadikan informasi ilmiah tentang pendidikan
tentang PHBS pada anak sekolah dengan menggunakan metode peer educator.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PHBS di Sekolah


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikan oleh peserta didik, guru dan maasyarakat di lingkungan Sekolah atas
dasar Kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat (Kemenkes, 2014)
PHBS di Sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa,guru dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu memperaktikan PHBS
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup Bersih dan Sehat
juga merupakan sekumpulan perilaku yang diperaktikan oleh peserta didik,guru, dan
masyarakat lingkungan Sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan Sehat (Depkes RI,2007).

B. Tujuan PHBS di Sekolah


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah mempunyai tujuan yakni:
1. Tujuan Umun
Memperdayakan setiap siswa, guru dan masyarakat lingkungan Sekolah agar
tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
menerapkan PHBS dan berperan aktif mewujudkan Sekolah sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan Pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan Sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan Masyarakat
lingkungan Sekolah ber PHBS di Sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, Guru, dan Masyarakat lingkungan.

C. Manfaat PHBS di Sekolah


1. Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak sakit
9
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan Produktifitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit
2. Manfaat bagi warga Sekolah:
a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian
target dan tujuan.
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh
orang tua
c. Meningkatnya citra Sekolah yang Positif.
3. Manfaat bagi Sekolah:
a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di Sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di Sekolah
4. Manfaat bagi Masyarakat:
a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup Bersih dan Sehat yang diterapkan oleh
Sekolah.

D. Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Sasaran PHBS)


Menurut Depkes RI, (2008) dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah
atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat tempat umum, institusi pendidikan,
dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah
seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
a. Sasaran primer
Yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan
dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah
(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang masalah)
b. Sasaran sekunder
10
Yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan
yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader
kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor
terkait
c. Sasaran tersier
Yaitu merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam
mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya
pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah,
camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat.

E. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS menurut (Manda 2006) yaitu:
a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan
practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
kelompok masyarakat.

b. Bina Suasana (Social Support)


Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat
tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyarakat umum
c. Advokasi (Advocacy)
Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak-pihak
terkait (stakeholders). Pihak- pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat
formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang
dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama,
tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan

11
tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyangah dana non pemerintah. Sasaran
advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu:
1. Mengetahui adanya masalah
2. Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif
pemecahan masalah sekolah ber PHBS.
4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah
5. Memutusi tindak lanjut kesepakatan

F. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah


Menurut (Depkes RI, 2001) Ada 8 Indikator Perilaku hidup Bersih dan Sehat di
Sekolah Antara lain:

1. Mencuci Tangan dengan Air Bersih yang Mengalir dan Sabun


Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat- tempat yang
kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat
menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan
mencuci tangan.
Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat
dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau
kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat
mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan
nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim,2009).
Saat harus mencuci tangan yaitu:
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,
berkebun)
b. Setelah buang air besar
c. Sebelum makan dan sebelum memegang makanan

Manfaat mencuci tangan diantaranya :

12
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), flu burung
atau SARS.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu:


a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
b. Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan, gosok
bila perlu
c. Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari
d. Setelah itu keringkan dengan lap bersih. (Depkes RI, 2001).

2. Jajan Di Kantin Sekolah Yang Sehat


Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella
Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini
mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran
mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan
kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax
(pengawet yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang
digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan
methanilyellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).
Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembaran, tempat,
harus di kantin sekolah karena:
a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin
kebersihannya, terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari
serangga dan tikus.
b. Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
siswa, sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
13
c. Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan
peralatan makan.
d. Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air
kotor.
e. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.

3. Membuang Sampah pada Tempatnya


Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar
manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk
diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan
menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan
hampir di semua kalanganmasyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka
yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).
Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah adalah suatu
bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun
alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman
penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah. Secara garis
besar, Depkes RI (2001) membedakan sampah menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Sampah anorganik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan
secara alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.
b. Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara alami,
contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau
sisa buah.
c. Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum suntik
bekas.

Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah:

a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus
b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang
membahayakan Kesehatan

14
d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran

Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara memusnahkan atau


memanfaatkannya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan
secara sederhana sebagai berikut:

a. Penumpukan
Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,
namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena berjangkitnya penyakit
menular, menyebabkan pencemaran udara, terutama bau, sumber penyakit dan
mencemari sumber-sumber air.
b. Pengomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan
pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap,
bau, dan kebakaran.
d. Sanitari landfill
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah
penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus
yang sangat luas.

Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos dan makanan
ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah
kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan
sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang
dapat didaur ulang misalnya:

1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening maupun
yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.
2) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali kertas
yang berlapis minyak
3) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
15
4) Besi bekas rangka meja, besi rangka beton
5) Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember
6) Sampah basah dapat diolah menjadi kompos

Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang
lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:

1) Menghemat sumber daya alam


2) Menghemat energi
3) Mengurangi uang belanja
4) Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA)
5) Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah.

4. Mengikuti Kegiatan Olahraga di Sekolah


Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang
terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan
sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda- beda
sesuai dengan tugas atau profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari
komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan
dengan Kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang
berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness).
Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk memelihara
kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Selain itu juga
untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik. Manfaat olahraga antara lain:
1) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan
darah tinggi, kencing manis
2) Berat badan terkendali
3) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
4) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
5) Lebih percaya diri

16
6) Lebih bertenaga dan bugar
7) Keadaan kesehatan menjadi lebih baik

5. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap 6 Bulan


Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu Upaya untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk
peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan
untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui
melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan
ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh
melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka
pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil
berarti pertumbuhannya lambat.
Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran
rata-rata anak-anak lain seusianya. Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan
adalah untuk memantau pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa
agar segera diketahui jika ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi
lebih. Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu
dengan mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap siswa di
Kartu Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan telihat berat badan atau
tinggi badan naik atau tidak naik (terlihat perkembangannya). Manfaat
penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah (Depkes,2001) antara lain:
a. Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat.
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa.
c. Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi lebih,

Sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar di
sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas. Jenis-jenis kondisi gizi tidak
seimbang yang dapat diketahui setelah melakukan penimbangan berat badan
adalah:

a. Gizi buruk

17
Gizi buruk adalah bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka akan
berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaanya ini dapat
menjadi kwarshiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain
seperti diare, infeksi, penyakit pencemaan, infeksi saluran pernafasan bagian
atas, dan anemia Tanda-tanda gizi buruk (Meru, 2008) yaitu:
1) Sangat kurus, tulang iga tampak jelas
2) Wajah terlihat lebih tua
3) Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis)
4) Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung, dan bila dicabut tidak sakit
5) Kulit keriput
6) Pantat kendur dan keriput
7) Perut cekung atau buncit
8) Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan bila
ditekan lama Kembali
Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat.
b. Gizi lebih
Masalah ini disebabkan melebihi dari yang dibutuhkan, terutama konsumsi
lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni. Pada umumnya masalah ini
banyak terdapat di daerah perkotaan dengan dijumpainya balita yang
kegemukan.
Tanda-tanda gizi lebih (Meru, 2008) yaitu:
1) Berat badan jauh di atas berat normal
2) Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang
3) Tidak dapat bergerak bebas
4) Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan
5) Mudah Lelah
6) Malas melakukan kegiatan.
c. Gizi kurang
Gizi kurang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi
kebutuhannya dalam waktu tertentu (Meru, 2008).

6. Tidak Merokok di Sekolah

18
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok
harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Wastuwibowo,
2008). Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan
kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan
karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta
aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, sedangkan
karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perokok aktif
Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1 batang
dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin
sekalipun atau hanya sekedar coba-coba.
2. Perokok pasif
Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok orang
lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang
yang sedang merokok.

Bahaya merokok (Depkes RI, 2003), antara lain:


a. Menyebabkan kerontokan rambut
b. Gangguan pada mata, seperti katarak
c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok
menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan kanker
d. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap
e. Tulang lebih mudah keropos.

7. Memberantas Jentik Nyamuk Di Sekolah Secara Rutin


Sekolah menjadi bebas jentik dan warga sekolah serta Masyarakat sekolah
terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk. seperti demam
berdarah, malaria, dan kaki gajah. Memberantas jentik di sekolah adalah kegiatan

19
memeriksa tempattempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak
mandi, kolam) apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan
memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya:
a. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara3 M plus
(menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam
dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat
perkembangbiakannya.

Tiga (3) M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN,yaitu:

a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak


mandi, kolam, tatakan pot kembang
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti lubang bak kontrol,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air, seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik- plastik yang
dibuang sembarangan (bekas botol atau gelas air mineral, plastik kresek)
d. Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
1) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya
memakai obat nyamuk oles atau diusap ke kulit
2) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
3) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak
4) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang
sulit dikuras, misalnya di talang air atau di daerah sulit air
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampung air
misalnya ikan cupang, ikan nila.
6) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk, misalnya zodia lavender,
rosemary

Manfaat sekolah bebas jentik adalah:

1) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit


dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.

20
2) Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti
demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah.
3) Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat.

Cara pemeriksaan jentik berkala dapat dilakukan secara sederhana dengan


menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. Jika ditemukan jentik,
warga sekolah dan masyarakat sekolah diminta untuk menyaksikan atau
melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN melalui 3M atau
3M plus. Setelah itu mencatat hasil pemeriksaan jentik.

8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah


Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap
masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah untuk
menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk.
Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat
dimana harus terletak minimal meter dari sumber air dan mempunyai saluran
pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung), yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya.

Jenis jamban ada dua, yaitu:


a. Jamban cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan
kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup
agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik atau leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian atau
dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.

21
Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jamban bersih adalah:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, typhus, kecacingan, penyakit kulit
dan keracunan.

Perilaku kita sangat merugikan pengguna jamban berikutnya :


a. Buang air besar dan buang air kecil haruslah di jamban untuk mencegah
penularan penyakit, karena tinja dan urine (air kencing) banyak
mengandung kuman penyakit.
b. Menyiram hingga bersih setelah buang air besar atau buang air kecil.
c. Buanglah sampah pada tempatnya, agar jamban tidak tersumbat dan penuh
dengan sampah.
d. Mengingatkan guru dan penjaga sekolah untuk mengawasi dan
memastikan bahwa jamban yang tersedia selalu dalam keadaan bersih.
G. Definisi Perilaku, Bentuk perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmojo, 2007).
Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa prilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak
sama dengan sikap. Sikap adalah hanya satu kecenderungan untuk mengadakan
tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya
tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap
hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, serta
lingkungan. Perubahan – perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang
dapat diketahui melalui persepsi yang dihasilkan melalui panca indera.
Menurut machfoed (2005), pengertian perilaku kesehatan mempunyai dua unsur
pokok, yaitu :

22
a. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap) maupun bersifat aktif ( tindakan yang nyata dan praktis)
b. Stimulus dan rangsangan, terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

2. Bentuk – bentuk Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) mencakup:
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, bagaimana manusia
berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya), maupun
aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat – tingkat pencegahannya penyakit, yakni:
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (Health Promotion Behaviour). Misalnya makan makanan
yang bergizi, olahraga dan sebagainya.
b) Perilaku pencegahan penyakit (Health Prevention Behavior), adalah
respon untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya: tidur
memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria,
imunisasi, dan sebagainya. Termaksud juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit pada orang lain.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (Health seeking
Behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari
pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya, atau
mencari pengobatan ke fasilitas Kesehatan modern, maupun ke
fasilitas kesehatan.
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (Health
rehabilitation behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha – usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya melakukan diet,mematuhi anjuran dokter dalam
rangka pemulihan kesehatannya.

23
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan Kesehatan
modern msupun tradisional.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respon seseorang
terhadaap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri.
Perilaku ini antara lain mencangkup:
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termaksud didalamnya
komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan
Kesehatan
b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang
menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan
penggunaannya.
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun
limbah cair. Termaksud didalamnya system pembuangan sampah dan
air limbah, serta dampak pembuaatan limbah yang tidak baik.
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi
ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

3. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan


Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya
datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik. (Notoatmodjo,
2003).
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca Indera manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai mengahasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain

24
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Ever Behavior).
Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan
masalah yang dihadapi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan,
baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan.
perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam Upaya mewujudkan
derajat kesehatan optimal. Menurut Notoatmodjo, 2003), pengetahuan
mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
“tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, mengatakan.
2. Memahami (Comprehention)
Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapa mengiterprestasikan secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus metode,
prinsip dalam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian dan dapat menggunakan prinsip- prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan
4. Analisis (Analysis)

25
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti: dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian d dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusunformulasi baru dari formulasi yang ada.
Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyusuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah
ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Penilaianpenilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentuka sendiri atau menggunakan
kriteria.

4. Perilaku dalam Bentuk Sikap


Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulis atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetpai
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yng tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.
Sikap mengandung suatau penelitian emosional/efektif (senang, benci, sedih dan
sebagainya). Sikap ini tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah
selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang
dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan

26
sikapnya, Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan
informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954)
dalam soekidjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempnyai 3 (tiga)
komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmodjo, 1996):

1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya: misalkan sikap orang terhadap
lingkungan dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang lingkungan.

2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Misalnya: seorang ibu mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb)
untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)

27
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya:
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Ciri-ciri sikap adalah:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari


sepanjang perkembangan dalam hubungan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenesi seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah kerena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaankeadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubunga tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap it terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan denga suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan
yang dimiliki orang (Heri Purwanto, 1998).

Fungsi sikap dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yakni :

1. Communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah


pula menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengukur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak
kecil atau binatang pada Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap
adalah sesuatu yang bersifat umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan
terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada
pertimbangan, tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya,
perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan
tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsangperangsang itu. Jadi, antara perangsang dan reaksi terhadap
28
sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-
pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang
erat hubungannya dengan citacita orang, tujuan hidup orang, peraturan-
peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan- keinginan pada
orang itu dan sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-
pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara
aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia tetapi manusia memilih mana-mana
yang perlu dan mana-mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai penyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi
yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada
objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut. Jadi, sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan
mengubah sikap seseorang, maka kita harus mengetahui keadaan
sesungguhnya dari sikap orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan
sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut
diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto,
1999).

5. Perilaku dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu Tindakan untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor
pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmojo, 1993). Tindakan
terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

29
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoptioan)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan
baik, artinya tindakan itu sudah di modifikasikan tanpa mengurangi
kebenaran tingkat tersebut.

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut L.W.Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah factor
perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku Kesehatan
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, nilai- nilai
dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin
dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu
tersebut.
2. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors)
Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk
di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misalnya : dana,
trasportasi, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.
3. Faktor-faktor Pendukung (ReinforcingFactors)
Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas
kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

30
4. Faktor-faktor Pendukung (ReinforcingFactors)
Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas
kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

31
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Indikator PHBS:
1. CTPS
2. Konsumsi makanan Perilaku Hidup Bersih
bergizi
3. Konsumsi jajanan sehat dan Sehat pada Anak
4. Menjaga kebersihan dan Usia Dini
lingkungan
5. Olahraga teratur

B. Defini Istilah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dilakukan oleh siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang bertujuan untuk mampu mencegah penyakit secara
mandiri, meningkatkan kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sekolah sehat (KEMENKES RI, 2016).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan mengacu kepada lima
indikator PHBS di sekolah. Lima indikator yang digunakan sebagai alat ukur untuk
memperolah gambaran mengenai PHBS anak usia dini di sekolah sebagai upaya
pencegahan COVID-19. Lima indikator PHBS di sekolah adalah Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), konsumsi makanan bergizi, Konsumsi jajanan sehat, kebersihan diri
dan lingkungan sekolah, serta melakukan olahraga teratur di sekolah. Pengukuran
penelitian ini diukur dengan menggunakan pedoman wawancara dan lembar ceklis
mengenai penerapan PHBS pada anak usia dini sebagai bentuk upaya pencegahan
COVID-19. Berikut ini adalah definisi istilah beberapa indikator PHBS yaitu sebagai
berikut:
1. CTPS; salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun oleh anak untuk menjadi bersih dan memutuskan
mata rantai kuman.
32
2. Konsumsi makanan bergizi; makanan yang mengandung unsur karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh dengan tujuan agar
tubuh tetap sehat dan meningkatkan imunitas.
3. Konsumsi jajanan sehat; makanan atau minuman yang dibeli anak memiliki
kandungan gizi yang seimbang dan terjamin higiene sanitasinya.
4. Menjaga kebersihan diri serta lingkungan sekolah; upaya manusia untuk
memelihara diri dan lingkungan sekolah dari segala yang kotor dalam rangka
mewujudkan dan melestarikan lingkungan yang sehat dan nyaman.
5. Olahraga yang teratur; Olahraga adalah bentuk khusus dari aktivitas fisik yang
terencana dan sengaja dilakukan untuk menyehatkan badan.

C. Rancangan/Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Penggunaan pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh
pemahaman mendalam tentang pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada anak sebagai Upaya pencegahan COVID-19. Kemudian hasil penelitian
dideskripsikan serta pemahaman dalam bentuk ungkapan bahasa yang tepat dan
sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan studi fenomenologi. Creswell menyatakan bahwa studi fenomenologi
memberikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman
hidup terkait konsep dan fenomena (Creswell, 2015 dalam A. Tabi’in, 2020). Studi
fenomenologis ini membantu peneliti menemukan esensi dari PHBS pada anak usia
dini dalam melakukan upaya pencegahan COVID-19. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara mendalam dengan para informan. Data diperoleh
dengan wawancara mendalam dengan menanyakan perilaku hidup sehat dan bersih
selama dirumah dan peran guru dan orangtua dalam membantu anak usia dini untuk
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat saat pandemic COVID-19. Wawacara
mendalam dengan orangtua dan guru dilengkapi dengan hasil observasi dari lembar
ceklis. Kemudian data yang sesuai akan dianalisis dan dijabarkan menggunakan
pendekatan deskriptif.

D. Tempat Penelitian

33
Penelitian

inidilaksanakandiTKITIskandarMuda,TambunUtara,KabupatenBekasi.

E. Informan Penelitian

Informanpenelitiandipilihmenggunakantekniknonprobabilitysamplingyai

tupurposivesampel.MenurutSugiyono(2019:289)Purposivesampel adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangantertentu. Pertimbangan

tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap

palingtahutentangapayangkitaharapkan,ataumungkindiasebagaipenguasasehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi social yang

diteliti.Berdasarkanpertimbangantersebut,diambilinformanpenelitianberdasarkank

riteria sebagaiberikut:

1.Orangtuayang memilikianak berusia4-6tahun,

2. Orangtuaatau guruyang tinggaldidaerahDesaSriamur,

3.GuruyangmengajardilembagaPAUDdaerah KecamatanTambunUtara.

Dalampenelitian ini,makainformandibagimenjadi3yaitusebagaiberikut:

1. InformanKunci/Utama

Informankunciadalahinformanyangmemilikiinformasisecaramenyeluru

h tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti (Ade Heryana,2018:4).

34
Informan utama adalah orang yang mengetahui secara teknis

dandetailtentangmasalahpenelitianyangakandipelajari(AdeHeryana,

35
2018:6).Informankunci/

utamadalampenelitianiniadalahorangyangmengetahui secara konseptual

mengenai penerapan PHBS pada anak usiadinidi sekolah yaitu

GuruTKsebanyak5 orang.

2. Informan Pendukung/Triangulasi

Informanpendukung/

triangulasimerupakanorangyangdapatmemberikaninformasitambahansebagai

pelengkapanalisisdanpembahasan dalam penelitian kualitatif (Ade Heryana,

2018:6).

Informanpendukungdalampenelitianiniadalahorangyangmemberikandatatam

bahanpenelitianyaituOrangtua atauwalimuridsebanyak6orang.

Besar sampel peneltiain ini sebanyak 11 sampel terdiri dari 5 Guru

TKdan 6 orangtua/wali murid TKIT Iskandar Muda. Dalam sampel purposive,

besarsampelditentukanolehbeberapapertimbanganinformasi.Sepertiditegaskanole

h Locoln dan Guba (1985) bahwa “Jika tujuannya adalah

memaksimalkaninformasi, kemudian pengambilan sampel dihentikan ketika

tidak ada informasibaru yang datang dari unit sampel yang baru; dengan

demikian redundansi adalahkriteria utama”. Dalam hubungan ini, S. Nasution

(1988) menjelaskan bahwapenentu unit sampel (responden) dianggap telah

memadai apabila telah

sampaikepadataraf“redundancy”(datanyatelahjenuh,ditambahsampellagitidakme

36
mberikaninformasiyangbaru),artinyabahwadenganmenggunakanresponden

selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasibaruyang

berarti (Sugiyono,2019:290).

37
F. Instrument Penelitian

Instrumentyangdigunakandalampenelitianinidengankuesioner.Kuesioner

adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaanuntukdijawabolehresponden.Kuesionerdigunakanketikapenelitiinginm

engetahuipersepsiataukebiasaansuatupopulasiberdasarkanresponden.Dalam

penelitian ini kuesioner berupa pertanyaan mengenai PHBS yang akandiajukan

kepada responden dengan metode wawancara. Tidak hanya kuesioner,lembar

observasi, alat tulis dan handphone sebagai bahan instrument

penelitian.Handphone ini digunakan sebagai dokumentasi dan suara responden

pada saatwawancara.

G. Prosedur Penelitian

Dalamprosedurpenelitianini,penelitimelaluibeberapatahapan-

tahapanyaitu sebagai berikut:

SurveyAwal

Survey awal dilakukan dengan mencari data sekunder yang

dilakukandengan cara wawancara secara langsung. wawancara ini dilakukan

kepadaDinasKesehatanKabupatenBekasi,KepalaPuskesmasSriamurdanPeme

gang Program Kesehatan, Pemegang data demografi di Desa Sriamur,dan11

KepalaTKdi DesaSriamur.
38
PersiapanPenelitian

Mengumpulkanliteraturedanbahaskepustakaanlainnyayangberkaitan

dengan materipenelitian sebagai bahanreferensi.Peneliti

jugamempersiapkaninstrumentyangakandigunakanpadasaatpelaksanaanpenel

itiangunamengetahuihasildaripenelitian.

TahapPelaksanaan

PraPenelitian

Menyusunrencanapenelitian

Memilihlapangan/daerahpenelitian

Mengurusperizinan

Mensurveidanmenilaikeadaan lapangan

Memilihdanmemanfaatkaninforman

Menyiapkanperlengkapaninstrument

Persoalanetikapenelitian

TahapKegiatanLapangan

Memahamidanmemasukilapangan

39
Mencatatsemuainformasidan datayangditemui

Tahapanalisis

Pengolahandata

Interpretasidanpenafsirandata

40
H. Pengumpulan Data

SumberData

DataPrimer

Dataprimerpadapenelitianinididapatkandarihasilsurveylangsungdi1

1TKDesaSriamurKabupatenBekasidengancaramelakukanobservasidanwa

wancaramengenai PHBSkepadaKepalaTK.

DataSekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dariarsipDinasKesehatanKabupatenBekasidanPemegangProgramdiPuskes

mas Sriamur seperti data profil kesehatan, data COVID-19, dandata

PHBS.

TeknikPengumpulanData

Teknikpengumpulandatamerupakanlangkahyangpalingutamadalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkandata.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akanmendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

(Sugiyono,2019:296).Teknikpengumpulandatapada penelitian iniadalah:

Wawancara/Interview

41
Menurut Sugiyono (2019:304), wawancara adalah

pertemuandua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab,

sehinggadapatdikonstruksikanmaknadalamsuatutopictertentu.Wawancara

digunakansebagaiteknikpengumpulandataapabilapenelitiingin

42
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang

harusditeliti,tetapijugaapabilapenelitiinginmengetahuihal-

haldarirespondenyang lebih mendalam.

Teknikwawancarainimenggunakansuatuinstrumentyaknipedom

anwawancaratetapidalampelaksanaanpenelitianwawancaradilakukan lebih

bebas. Wawancara ini bisa disebut dengan

WawancaraSemiTerstruktur(SemiStructureInterview).Tujuannyaadalahunt

ukmenemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang

diajakwawancara dimintapendapat danide-idenya.

Observasi

Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2019)

menyatakanbahwa, observasi adalah dasar semua ilmu hukum. Observasi

dilakukanuntukmendukungdatayangsudahdiperolehmelaluiwawancarame

ndalamkepadainforman.Observasidalampenelitianiniyaitumelakukanpeng

amatanmengenaifasilitas-fasilitanpendukungber-PHBS.

Dokumen

Dokumenmerupakancatatanperistiwayangsudahberlalu.Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentaldari

seseorang (Sugiyono, 2019:314).Dokumentasi adalah salah satumetode

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau

43
menganalisisdokumenyangada.Dalamhalinipenelitimenggunakanhandpho

neguna

44
untukmendokumentasikandanpendukungsebagaihasildalampenelitian,berupa gambar
ketikasedangmelakukankegiatanpenelitian.

PengolahandanAnalisisData

MilesdanHuberman(1984)dalamSugiyono(2019:321),mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secarainteraktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanyasudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display,

danconclusiondrawing/veification.Langkah-

langkahanalisisdatamelaluitahapsebagaiberikut:

DataReduction (ReduksiData)

Mereduksi dara berarti merangkum, memilih dan memilih hal-

halyangpokok,memfokuskanpadahal-

halyangpenting,dicaritemadanpolanya.Dengandemikiandatayangtelahdiredu

ksiakanmemberikangambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk

melakukanpengumpulandataselanjutnya,danmencarinyabiladiperlukan.Redu

ksidatadapatdibantudenganperalatanelektronikseperticomputermini,dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2019:323).Dengan

demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaranyang telah

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulandata,dan

mencarinyabiladiperlukan.

45
DataDisplay(PenyajianData)

Setelah data reduksi, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentukuraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya.Dengan mendisplay data, maka akan

memudahkan untuk memahami apayang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasakan apa saja yang telahdipahamitersebut

(Sugiyono,2019:325).

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion

Drawing/Verification)Langkahselanjutnyaadalahpenarika

nkesimpulandanverifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusannmasalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

jugatidak,

karenasepertitelahdikemukakanbahwamasalahrumusanmasalahdal

ampenelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelahpenelitian berada di lapangan. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif adalahmerupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapatberupadeskripsiataugambaransuatuobyekyangsebelumnyam

asihremang-

1
remangataugelapsehinggasetelahditelitimenjadijelas,dapatberupah

ubungankausalatauinteraktif,hipotesisatauteori(Sugiyono,2019:32

9).

TeknikKeabsahanData

Untukmenetapkankeabsahandatadiperlukanteknikpemeriksaanke

absahandata,salahsatuteknikuntukmemperolehdatayangvaliddalam.

penelitian kualitatif yang perlu dibahas adalah penggunaan teknik

triangulasi.Triangulasi berarti segitiga, artinya informasi cukup di cari

dari tiga sumber saja.Dalam kaitan ini, triangulasi dapat berarti adanya

informasi yang berbeda atauadanya sumber data yang berbeda

mengenai sesuatu. Triangulasi dilakukan

untukmemperkuatdata,untukmembuatpenelitiyakinterhadapkebenaran

dankelengkapandata.Triangulasidapatdilakukansecaraterusmenerussa

mpaipeneliti puas dengan datanya, sampai yakin bahwa data itu valid

(Afrizal dalamLutfiatusSholikhah, 2019).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik.

Triangulasiteknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek datakepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperolahdengan wawancara lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi, atau keusioner(Sugiyono, 2019:369). Maka peneliti akan

2
mewawancarai beberapa informan danmelihat secara langsung

mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di sekolah,agar data yang

dikumpulkan dapat valid antara yang dibicarakan dengan

yangdilakukan.

Anda mungkin juga menyukai