Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP PENGKAJIAN BIO,PSIKO,SOSIO, SPIRITUAL DAN


KULTURAL PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS

OLEH : KELOMPOK I

Manye latumahina Maryam matdoan Maryam wakan Melisa lesilolo


Oshin f lakato Neldin lesiela Mita padangga Nanda lulang
Moh.hijan tehuayo Nining wabula Noviyanti ali Nur asya
Nur hafni fid Nur haja masa Nurlena Ramlia siwa
rumbouw siwan
Nurmina kaimudin Rakiba kilwouw Ramalia patiekon Putri arsyi
Riyanti rumalean Riska A tasmin Risna tunny Umiyana bakia
Risnawati nifunubun Risti umasugi Sandra picarima

KELAS : A2 SIANG

SEMESTER : IV (EMPAT)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “konsep pengkajian bio,psiko
sosial,spiritual daan kultur pada pasien dengan HIV/AIDS” dengan sebaik-baiknya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
keperawatan hiv/AIDS . Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus kami
sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

Kairatu 01 mei 2019

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar belakang

2. Tujuan penulisan

3. Rumusan masalah

BAB II : PEMBAHASAN

A. pengkajian bio, psiko, sosial, spritiual dan kultural

B. Pemeriksaan fisik

C. Pemeriksaan diagnostik

D. Tanda dan gejala

E. Penatalaksaan

BAB III : PENUTUP

a).Kesimpulan

b). Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun
1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,
epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005
dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4
dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak
tahun 1981.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang
dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus
AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas
76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal
tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia
yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

2. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui Pengkajian Bio, Psiko, Sosial, Spritual, dan kultural

2. Untuk mengetahui Pemeriksaan fisik HIV/AIDS

3. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS


4. Untuk mengetahui Tanda Dan Gejala HIV/AIDS

5. Untuk mengetahui Penatlaksanaan Pada Pasien HIV/AIDS

3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengkajian Bio, Psiko, Sosial, Spritual, dan kultural?


2. Bagaimana Pemeriksaan Fisik ?
3. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik pada pasien HIV/AIDS?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala HIV/AIDS?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Pada pasien HIV/AIDS?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Bio, Psiko, Sosial, Spritual, dan kultural

a). Pelayanan Secara Bio


Seorang perawat adalah profesi yang diharapkan selalu care (peduli) terhadap klien pasien
yang tidak hanya sebagai objek tapi juga subjek. Salah satu pelayanan secara bio ikut
menentukan keputusan akan pengobatan/ terapi/perawatan terhadap pasien. Salah satu
contohnya adalah misalnya klien mengalami batuk perawat mengkaji Jika klien batuk dan
dahaknya sulit keluar, maka perawat mengajarkan cara bagaimana batuk yang efektif untuk
mengeluarkan dahaknya atau dengan memberikan fisioterapi, memberikan obat, makanan
sesuai dengan keadaan penyakit pasien, dan memberikan asupan nutrisi-nutrisi untuk
mengurangi rasa sakitnya.
b). Pelayanan Secara Psiko
kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat
merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.dan
peran perawat melakukan Komunikasi dengan pasien adanya sikap care, memberikan arahan
pada keluarga komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan bila kurang baik dilakukan jauh dari pendengaran pasien.
Perawat tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi penyakitnya.Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia
berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa nyaman.Sehingga hal tersebut dapat memberikan psikologis yang baik yang
dapat membantu dalamprosespenyembuhan.
c). Pelayanan secara sosio
Pelayanan yang dilakuakan perawat secara sosio adalah perawat sebagai:
1)Mediator :bertindak sebagai penghubung, perantara atau penengah antara pasien dengan
pihak-pihak yang terkait dirumah sakit (misal : dokter, perawat, bagian keuangan, bagian
kerohanian) ataupun dengan lembaga-lembaga di luar rumah sakit yang terlibat dalam upaya
pemberian bantuan.
2) Motivator/dinamisator :bertindak sebagai pendorong, pemberi semangat dan pemberi
dukungan kepada pasien maupun keluarganya, agar dapat mengatasi sendiri masalah yang
dialami.
3) Advokasi (pembelaan) :bertindak sebagai pembela, pada kasus-kasus pasien maupun
keluarganya (sebagai pihak yang benar) dirugikan oleh pihak lain. Bantuan ini dilakukan, jika
memang pasien tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri.
4) Fasilitator :bertindak sebagai penyedia informasi, jika pasien kurang memahami sesuatu.
Informasi yang diberikan tidak terbatas (artinya, bisa mengenai hal apapun) sejauh yang
diketahui secara pasti oleh tim.
d). Pelayanan secara spiritual
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan
serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, danpermohonan maaf atas segala kesalahan yang
pernah diperbuat (Alimul.2006). Hubungan keyakinan dengan pelayanan kesehatan

B. Pemeriksaan Fisik

a). Keadaaan umum : Lemah


b). Kesadaran : Composmentis
c). Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg N: 90 x/menit Rr : 24x/menit S : 39oc
d). Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, warna rambut hitam dan lurus, tidak terdapat ketombe,
tidak ada alopesia, tidak ada trauma dan pembengkakan pada kepala.
· Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
e). Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan,tidak ada radang pada kelopak mata, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan intra okuler baik.
f). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat secret, tidak ada radang atau infeksi, terpasang
oksigen 3liter/menit.
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
g). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, auricula bersih, tidak ada tumpukan serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa.
h). Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : Tidak tampak cianosis pada bibir, bibir Nampak bersih, tidak ada caries, tidak
ada peradangan, lidah Nampak bersih serta mukosa berwarna merah.
i). Leher
· Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak tampak ada kekakuan.
· Palpasi : Tidak terdapat massa, dan tidak ada nyeri tekan.
j). Sistem Respirasi
· Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, frekuensi pernapasan
24kali/menit.
· Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
k). Abdomen
· Inspeksi : Permukaan perut datar,warna kulit sawo matang, tidak tampak adanya luka,
tidak tampak adanya asites.
· Palpasi : Bunyi peristaltic usus terdengar 6kali/menit
· Perkusi : Bunyi thympani
· Auskultasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
l). Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
· Inspeksi : Tampak terpasang infuse, Tidak ada atrofi, tidak ada cianosis pada kuku.
· Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan, klien dapat merasakan sentuhan.
2) Ekstremitas bawah
· Inspeksi : Klien dapat menggerakan kedua kakinya tetapi kekuatan ototnya berkurang,
tidak tampak ada kekakuan sendi, tidak terdapat atrofi.
· Palpasi : Tidak terdapat massa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan.

C. Pemeriksaan Diagnostik
Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Serologis
• Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnosa
• Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
• Sel T limfosit Penurunan jumlah total
• Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>
• T8 ( sel supresor sitopatik ) Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada
sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
• P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV) Peningkatan nilai
kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
• Kadar Ig Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
• Reaksi rantai polimerase Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler.
• Tes PHS Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
c. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d. Tes Lainnya
• Sinar X dada Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut
atau adanya komplikasi lain
• Tes Fungsi Pulmonal Deteksi awal pneumonia interstisial
• Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
• Biopsis Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
• Brankoskopi / pencucian trakeobronkial

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru.

D. Tanda dan Gejala


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS :
Panas lebih dari 1 bulan, Batuk-batuk, Sariawan dan nyeri menelan, Badan menjadi kurus
sekali, Diare ,Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening, Kesadaran menurun,
Penurunan ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman di kulit.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar
getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

E. Penatalaksaan pasien dengan HIV/AIDS

Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan


memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun
semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini,
belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau
demikian, terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk
mengurangi aktivitas HIV dalam tubuh penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem
imun, terutama CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif
dan vaksinasi HIV masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Terapi Antiretroviral (ARV)
Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis golongan
ARV yang rutin digunakan:
1. NRTI ( nucleoside and nucleotide reverse transcriptaser inhibitors ) dan NNRTI ( non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitors ): berfungsi sebagai penghambat kinerja enzim
reverse transcriptase (enzim yang membantu HIV untuk berkembang dan aktif dalam tubuh
pejamu)
2. PI ( protease inhibitors ), menghalangi proses penyatuan dan maturasi HIV
3. INSTI ( integrase strand transfer inhibitors ), mencegah DNA HIV masuk ke dalam
nukleus
Pemberian ARV diinisiasi sedini mungkin sejak penderita terbukti menderita infeksi HIV.
ARV Lini Pertama untuk Dewasa Pilihan ARV lini pertama untuk dewasa adalah sebagai
berikut:
TDF (Tenofovir) 300mg + 3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg +
EFV (Efavirenz) 600mg: Umumnya dalam bentuk KDT (kombinasi dosis tetap) Atau
AZT (Zidovudine) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg + EFV(Efavirenz) 600mg atau NVP
(Nevirapine) 150mg TDF (Tenofovir) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC
(Emtricitabine) 200mg + NVP (Nevirapine) 150mg
TDF tidak boleh dimulai jika CCT (creatine clearance test ) < 50ml/menit, atau pada kasus
diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal. AZT tidak boleh digunakan bila Hb
<10g/dL sebelum terapi. Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang umum tersedia:
TDF+3TC+EFV.

Efek Samping ARV


Selama 1 bulan awal pemberian ARV, penting untuk dilakukan evaluasi untuk memantau
respon tubuh terhadap pengobatan, baik efek yang dirasakan secara fisik maupun psikologis.
Efek yang sering dirasakan pada awal penggunaan ARV berupa mual, urtika,
limbung/kehilangan keseimbangan, lemas, pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat
timbul pada masa awal penggunaan ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil
dalam darah.

Follow Up Terapi
Pemantauan rutin dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan sekali. Yang dipantau termasuk dari
keluhan yang dirasakan selama penggunaan ARV, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan
laboratorium terutama CD4, viral load dan baseline.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

· Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan,bahwa penyakit HIV/AIDS adalah adalah
sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV.

· Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

a).AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV.

b).AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV.

B. Saran

o Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

o Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi tercapainya kesempurnaan
dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Heri.” Asuhan Keperawatan HIV/AIDS”,( Online),(http://mydocumentku.blogspot.


com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html , diakses 20 Oktober 2012)

Istiqomah, Endah.” Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”,( Online)


( http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html , diakses
20 Oktober 2012)

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 .

Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan


Pasien . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit . Jakarta : EGC

UGI.2012.” Diet Penyakit HIV/AIDS ”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.


blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai

  • Absen Ners
    Absen Ners
    Dokumen2 halaman
    Absen Ners
    OsHin Febrianti Lakato
    Belum ada peringkat
  • Askep Seminar KDP Kel 3
    Askep Seminar KDP Kel 3
    Dokumen31 halaman
    Askep Seminar KDP Kel 3
    OsHin Febrianti Lakato
    Belum ada peringkat
  • ) )
    ) )
    Dokumen21 halaman
    ) )
    OsHin Febrianti Lakato
    Belum ada peringkat
  • ) )
    ) )
    Dokumen21 halaman
    ) )
    OsHin Febrianti Lakato
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen53 halaman
    Proposal
    OsHin Febrianti Lakato
    Belum ada peringkat
  • Kti Angela Kolo 2019 PDF
    Kti Angela Kolo 2019 PDF
    Dokumen59 halaman
    Kti Angela Kolo 2019 PDF
    OsHin Febrianti Lakato
    Belum ada peringkat