OLEH:
Mengetahui,
Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Dicky Endrian Kurniawan, M.Kep
NIP. 19811028 200604 2 002 NRP. 760016846
Menyetujui,
Wakil Dekan I
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
v
A. Definisi
Oksigenasi merupakan tindakan memenuhi kebutuhan oksigen dalam
tubuh dengan melancarkan saluran masuknya oksigen sehingga onsentrasi oksigen
meningkat dalam tubuh. Adapun tujuan dari pemberian oksigen yaitu untuk
mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan, menurunkan kerja paru-
paru supaya tidak bekerja terlalu berat, dan menurunkan kerja jantung (Rakhman
& Khodijah, 2014). Menurut hierarki Maslow, kecukupan oksigen merupakan
salah satu kebutuhan fisiologis untuk proses kehidupan. Oksigen berperan sangat
penting dalam proses metabolisme tubuh. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh, karena berkurangnya kebutuhan oksigen dalam tubuh
dapat merusak otak dan, jika terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kematian (Hidayat & Uliyah, 2015).
1
Menurut Somantri (2009), sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing saluran pernafasan:
2
enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa
cincin,dilapisi selaput lender yang terdiri atas epithelium bersila
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjuatan dari
trakea yang terdi atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
kanan lebih lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus
kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari bolus atas
dan bawah.
c. Bronkiolus merupakan saluran percabangan bronkus. Bronkiolus
berujung pada gelembung-gelembung halus yang dinamakan
alveoli. Alveoli memiliki dinding yang elastis dan banyak
mengandung kapiler darah. Pada bagian ini terjadi pertukaran gas
antara oksigen dan karbondioksida.
3) Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat. Paruparu ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang
terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-
paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi
rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis).
Fisiologi sistem pernapasan dibagi menjadi dua yaitu pernapasan eksternal
(Pulmoner) dan pernapasan Pernapasan pulmoner secara umum terbagi menjadi
tiga langkah, yaitu ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar dan transpor
oksigen. Pada ventilasi pulmoner udara bergantian masuk-keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga adanya pertukaran gas dari lingkungan eksternal tubuh
dengan alveoli. Pada pertukaran gas alveolar terdapat proses difusi oksigen dari
alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Proses difusi ini berlangsung di alveoli
3
dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran dan perbedaan
tekanan gas. Pada proses transpor oksigen dan karbondioksida, akan terjadi proses
dimana oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut
dari jaringan untuk dikembalikan ke paru.
C. Epidemiologi
D. Etiologi
1) Faktor Fisiologis
Pada faktor ini penurunan kapasitas angkut O2. Normalnya sebanyak 72%
O2 diangkut oleh hemoglobin, tetapi jika terdapat kapasitas angkut yang
berubah sewaktu-waktu akan menyebabkan gangguan pada tubuh.
Penurunan konsentrasi O2 juga dapat menyebabkan munculnya gangguan
oksigenasi dikarenakan akibat penggunaan terapi pernapasan dan
penurunan kadar 02 di lingkungan.
2) Status Kesehatan
Pada kondisi tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat yang berakibat
pada terhmbatnya pemenuan kebutuhan oksigenasi. Kondisi itu yaitu
4
adanya gangguan pada system pernapasan dan kardiovaskular, penyakit
kronis, dan penyakit obstruksi pernapasan bagian atas.
3) Faktor Perkembangan
- Bayi premature - Bayi dan anak-anak - Anak usia sekolah dan remaja -
Dewasa muda - Lansia
4) Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku
dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi). Sebagai contoh, obesitas
dapat mempengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas dapat
menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.
5) Lingkungan
Konidisi lingkungan seperti suhu, ketinggian, dan polusi dapat
berpengaruh terjadinya gangguan kebutuhan oksigenasi.
Menurut PPNI (2016) penyebab yang dapat mempengaruhi gangguan
pertukaran gas adalah ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, dan perubahan
membrane alveolus- kapiler atau dengan kondisi klinis terkait: PPOK, Gagal
jantung kongestif, Asma, Pneumonia, TB Paru, Afiksia, Persistent Pulmonary
Hypertension of Newborn (PPHN), Prematuritas, dan Infeksi Saluran Napas.
E. Tanda dan Gejala
5
a. Takipnea: Pola pernapasan yang cepat dengan frekuensi lebih dari 24 kali
per menit.
b. Bradipnea: Pola pernapasan yang lambat dengan frekuensi kurang dari 10
kali per menit.
c. Dispnea: Perasaan sesak dan berat saat bernapas.
d. Orthopnea: Kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
e. Apnea : Berhenti bernapas.
f. Hiperventilasi: peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Ini
terjadi disebabkan oleh asidosis, infeksi, dan kecemasan.
3) Obstruksi jalan napas merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal
akibat ketidakmampuan batuk secara efektif yang disebabkan oleh benda
asing (seperti makanan, akumulasi sekret, lidah yang menyumbat orofaring
pada pasien yang tidak sadar).
F. Patofisiologi
Pada paru-paru terjadi proses pertukaran gas yang melibatkan dua proses
umum yaitu perfusi proses membawa darah ke jaringan kapiler paru, sedangkan
ventilasi yang merupakan proses membawa udara ke permukaan alveolus. Oksigen
diperlukan dalam proses respirasi sel-sel tubuh, lalu karbon dioksida yang dihasilkan
pada proses respirasi akan ditukar kembali dengan oksigen dan selanjutnya darah akan
mentranspor karbon dioksida untuk kembali ke alveolus paru dan akan dikeluarkan ke
udara luar melalui lubang hidung saat proses ekspirasi. Terjadinya gangguan pertukaran
gas menunjukkan adanya penurunan kapasitas difusi yang disebabkan oleh menurunnya
luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi
yang tidak baik. Hal-hal tersebut. juga dapat menyebabkan pengangkutan oksigen dari
paru ke jaringan menjadi terganggu dan bila terlambat dalam penanganannya dapat
menyebabkan dampak fatal yaitu kematian. Tanda klinis yang dapat dijumpai adalah
dispnea, bernapas dengan bibir pada saat ekspirasi yang panjang, latergi, peningkatan
tahanan vascular paru, penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan parsial karbon
dioksida, dan juga sianosis
6
Web of Causation Kebutuhan dasar oksigen
Infeksi
Inflamasi
Gangguan Pertukaran
gas
7
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemantauan Hemodinamika
2) Pengobatan bronkodilator
3) Penggunaan ventilator mekanik
4) Fisoterapi dada
5) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal nebulizer, kanula nasal, dan masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan. (Potter& Perry, 2005).
H. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakoterapi
Terapi farmakologi dengan gangguan kebutuhan oksigen dilakukan
dengan mengobati pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi serta
sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien. Adapun pada pasien
pneumonia dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan berdasarkan
penyebab, tingkat keparahan, dan gejala yang ditimbulkan dari infeksi itu
sendiri. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat diberikan
antibiotik yang tepat. Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik.
Ada dua vaksin tersedia, yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan
pneumococcal polysacharide vaccine. Antibiotik yang sering digunakan
dalam perawatan tipe pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan
clavulanic acid, serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin.
2) Non Farmakoterapi
a. Nasal kanul
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian
O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian tidak dapat memberikan
konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2berkurang bila klien bernafas
8
lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi
selaput lender.
b. Sungkup muka sederhana Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-
8. Keuntungan konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat memberikan O2
konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
d. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan
konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan
selaput lendir. Kerugian kantong O2 bisa terlipat.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian Terfokus
Keadaan umum: Pasien tampak lemah dan nafas cepat. Tanda vital pasien
abnormal, gangguan respirasi, dyspnea, takikardi, takipnea.
Airway:
9
3. Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan napas.
Breathing:
1. Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi untuk
ekspansi bilateral pada dada.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau tidak
adanya bunyi nafas.
3. Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan pasien
dengan suatu alat oksigenasi yang sesuai
Circulation:
1. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) Tentukan status
sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama dan ritmenya dan
mengkaji warna kulit.
2. Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompenssasi dada tertutup.
3. Kaji tekanan darah
4. Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum besar
(16-18). Mulai pergantian volume per protokol. Cairan kristaloid seimbang
(0.9% normal salin atau RL) biasanya yang digunakan
5. Kaji adanya bukti perdasarahan dan kontrol perdarahan dengan penekanan
langsung.
6. Jika pasien tidak bernafasa periksa denyut nadi di leher (karotis)
7. Jika pasien bernafas, periksa denyut nadi pada karotis atau pada
pergelangan tangan (radial)
8. Jika nadi katoris pasien teraba, tapi nadi radialis tidak maka ini tanda dari
syok.
9. Jika ditemuka darah berwarna cerah dan muncrat kemungkinan berasal
dari arteri, sebaliknya bila berwarna gelap dan mengalir biasanya berasal
dari vena
10. Kaji juga warna kulit, suhu tubuh dan kelembaban. Jika ditemukan kulit
pucat dan dingin menjadi indikasi syok.
10
-Kepala
- Hidung
Inspeksi :Perhatikan bentuk hidung, ada tidaknya alat bantu napas, cuping
hidung, jejas, memar, perdarahan, luka.
- Leher
- Dada
Palpasi: Terdapat nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada
(heaves), dan titik implus jantung maksimal.
- Ekstremitas
11
Inspeksi : Perhatikan bentuk ada tidaknya pembesaran (edema), perhatikan
kemerahandan tanda infeksi lainnya pada bagian ekstremitas. Perhatikan fungsi
pergerakan baik ekstremitas atas maupun bawah.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan upaya napas
12
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Tujuan: Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Efektif (D.0001) Setelah dilakukan tindakan asuhan Definisi: Mengidentifikasi kepatenan jalan napas
Ketidakmampuan keperawatan selama..., maka bersihan jalan Observasi
membersihkan sekret atau napas (L.01001) meningkat, dengan 1. Monitor pola nafas.
obstruksi jalan napas untuk Kriteria hasil : Bersihan Jalan Napas 2. Monitor bunyi nafas tambahan
mempertahankan jalan napas (L.01001) 3. Monitor sputum
tetap paten 1. Batuk efektif meningkat Terapeutik
2. Produksi sputum menurun 4. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Mengi menurun 5. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
4. Wheezing menurun Edukasi
5. Dipsnea menurun 6. Anjurkan batuk efektif
6. Frekuensi napas membaik Kolaborasi
7. Pola nafas membaik 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator
2. Gangguan Pertukaran Gas Tujuan: Pemantauan Respirasi (1.01014)
(D.0003) Setelah dilakukan tindakan asuhan Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
Kelebihan atau kekurangan keperawatan selama..., maka pertukaran gas memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan
oksigenasi dan/atau eliminasi (L.01003) meningkat, dengan kriteria hasil : pertukaran gas.
13
karbondiosida pada membran Pertukaran Gas (L.01003) Observasi:
alveoluskapiler 1. Dipsnea menurun 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
2. Bunyi nafas tambahan menurun nafas
3. Takikardi menurun 2. Monitor pola nafas
4. PCO2 membaik 4. Auskultasi bunyi nafas
5. PO2 membaik Terapeutik
5. Atur interval pemantauan resprasi sesuai kondisi
klien
6. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
8. Informasikan hasil pemantauan
3. Pola Napas Tidak Efektif Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan Pemantauan Respirasi (I. 01014)
(D.0005) keperawatan selama..., maka pola napas Definisi: Mengumpulkan dan menganalisa data untuk
Inspirasi dan/atau ekpirasi yang (L.01004) membaik, dengan kriteria hasil : emastikan kepatenan jalan napas dan keefektikan
tidak memberikan ventilasi Pola Napas (L.01004) pertukaran gas
adekuat 1. Dispnea menurun Observasi
2. Penggunaan otot bantu pernapasan 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi (Frekuensi
menurun dan kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas,
14
3. Frekuensi napas membaik bunyi napas tambahan, saturasi oksigen)
4. Kedalaman napas membaik 2. Monitor hasil x-ray thorax
5. Tekanan inspirasi meningkat
6. Tekanan ekspirasi meningkat Dukungan Ventilasi (I.01002)
Definisi: Memfasilitasi dalam mempertahankan
pernapasan spontan untuk memaksimalkan
pertukaran gas di paru-paru
Observasi
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
2. Monitor status respirasi dan oksigenasi
Terapeutik
3. Berikan posisi semi fowler atau fowler
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Edukasi
6. Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
7. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu
15
J. Penatalaksanaan berdasarkan evidence-based practice in nursing
16
napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan pada pasien
asma di IGD RSUD Patuh Patut Patju Gerung Lombok Barat dengan
taraf signifikan 95%
17
3. Pasien dengan permasalahan yang berkaitan dengan
pernafasan
5. Persiapan 1. Pastikan identitas pasien
Pasien
2. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tindakan akan segera
dimulai
Tahap Kerja
1. Posisikan pasien senyaman mungkin (supinasi, low
fowler, semi fowler, fowler, atau high fowler)
2. Instruksikan pasien untuk meletakkan tangan satu
pada bagian atas dada dan yang satu pada bagian atas
perut
3. Instruksikan pasien untuk menutup mata agar dapat
18
berkonsentrasi
4. Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam
5. Instruksikan pasien untuk menahan nafas dengan
menghitung selama 3 hitungan dalam hati hingga
rongga perut terisi dengan udara (perut
menggembung)
6. Instruksikan pasien untuk menghembuskan nafas
melalui mulut secara perlahan hingga udara yang
berada di rongga perut kosong (perut mengempis)
7. Instruksikan pasien untuk bernafas normal beberapa
saat (1-2 menit)
8. Instruksikan pasien untuk melakukan secara mandiri
Tahap Terminasi
1. Kaji respon klien selama tindakan (evaluasi subjektif
dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien
3. Menganjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam kembali jika merasakan
nyeri/cemas,dll
4. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri pertemuan dengan baik
6. Mencuci tangan
7. Mendokumentasikan hasil kegiatan yang telah
dilakukan
19
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Dua Satria Offset
Berman, A., Synder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & ERB’S Fundamentals of
Nursing Concepts, Process, and Practice. In Pearson Education Inc.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2013). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan volume 1, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
LAPORAN KASUS
20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. P DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG
OLEH:
21
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. P No. RM : 21xxx
Umur : 75 tahun Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam Tanggal MRS : 12 September
2022 Jam: 20.00 WIB
Pendidikan : Tidak sekolah Tanggal Pengkajian : 13 September
2022 Jam: 10.20 WIB
Alamat : Grenden SumberInformasi : Pasien, keluarga, RM
Puger
II. Ri
w
a
y
a
t
K
e
s
e
h
a
22
t
a
n
1. Diagn
osis
Medis
:
Pneumonia
2. Keluhan Utama:
Sesak nafas seperti tertimpa benda padat.
23
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Keluarga pasien mengatakan dulunya Ny.P ada sakit jantung.
c. Imunisasi:
Pasien pernah diimunisasi lengkap. Namun, tidak vaksinasi COVID-19.
d. Kebiasaan/pola hidup/lifestyle:
Pasien dulu bekerja sebagai seorang petani. Kesehariannya ia selalu berada di sawah.
Terkadang ia merasakan sesak, lemas pada saat bekerja. Kemudian 1 tahun ini, ia sudah tidak
melakukan aktifitas yang berat.
Genogram:
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumahsakit)
Antropometry
Tidak terkaji
Interpretasi : -
Biomedical sign :
GD 2JPP 177 mg/dl
Interpretasi :
Gula darah pasien melebihi batas normal
Clinical Sign :
Keadaan umum lemah, pasien tampak sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, tampak lemas,
GCS E4 V5 M6, tingkat kesadaran composmentis, CRT <2 detik, pasien terpasang oksigen
non rebreathing mask.
Interpretasi :
Pasien mengalami sesak nafas
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Pola makan Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 3 kali/hari 3 kali/hari
Jumlah 1 piring 4 sendok
Kebiasaan nafsu makan Selalu habis Terkadang tidak habis
Interpretasi :
Pola nutrisi pada pasien mengalami perubahan.
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumahsakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Durasi 8 jam 1 jam per tidur
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun karena sesak nafas
Keadaan bangun Segar bugar Lemas
tidur
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan tidur karena sesak nafas.
Airway: ada upaya bernafas, tidak ada benda asing di jalan nafas,
Breathing: dyspnea, otot bantu nafas terlihat, bunyi nafas wheezing, SpO2: 80% saat tidak
terpasang oksigen, hembusan nafas cepat
Circulation: perdarahan tidak ada, CRT <2 detik, akral perifer: hangat
Farmakokinetik:
Salin normal yang diberikan secara
intravena memiliki bioavailabilitas
100%. Sodium tidak berikatan
dengan protein plasma dan akan
dieliminasi.
32
VI. Pemeriksaan Penunjang &Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
2. EKG
Pola tidur:
Durasi: ±1 jam per tidur Terbangun saat tidur
Gangguan tidur: sering terbangun di malam
hari karena sesak
Keadaan bangun tidur: lemas Gangguan Pola Tidur
TANGGAL
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN KETERANGAN
PERUMUSAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan 13 September 2022
upaya napas ditandai dengan pasien memiliki pola napas cepat
dan dangkal, dyspne,takikardi. Silvia
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan asuhan Dukungan Tidur (1.05174) 1. Untuk mengetahui penyebab
berhubungan dengan dyspnea keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Observasi kesulitan tidur pasien
ditandai dengan adanya masalah dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi faktor pengganggu tidur 2. Untuk membantu Silvia
perubahan durasi tidur pasien, hasil: Terapeutik memberikan lingkungan yang
pasien sering terbangun. Status Kenyamanan (L.08064) 2. Modifikasi lingkungan mendukung kualitas tidur
1. Kesejahteraan psikologis 3. Fasilitasi menghilangkan stress 3. Untuk mengurangi pemicu
ditingkatkan dari skala 3 (sedang) sebelum tidur kesulitan tidur
ke skala 5 (meningkat) Edukasi 4. Untuk memberikan edukasi
2. Dukungan sosial dari keluarga di 4. Ajarkan faktor-faktor yang pada pasien/keluarga tentang
tingkatkan dari skala 3 (sedang) ke berkontribusi terhadap gangguan pola pemicu gangguan tidur
skala 5 (meningkat) tidur
3. Keluhan sulit tidur di tingkatkan
dari skala 3 (sedang) ke skala 5
37
(menurun)
38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Paraf dan
Tanggal/ No DX IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF
Nama
Jam Kep (HASIL/RESPON)
13-9-2022/ D.0005 Mengukur TTV pasien TD= 115/68 mmHg
12.30 HR=115x/menit
RR= 30x/menit Silvia
S=37,8oC
SpO2=99%
13-9-2022/ D.0005 Memberikan posisi semi fowler atau fowler dan mengatur Pasien kooperatif dan posisi telah semi fowler
12.40 bantal pada leher pasien
Silvia
13-9-2022/ D.0005 Memonitor status respirasi dan oksigenasi (Frekuensi dan Pola napas pasien masih cepat dan dangkal, tidak ada
12.43 kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas bunyi napas tambahan
tambahan, saturasi oksigen) Silvia
13-9-2022/ D.0005 Mempertahankan kepatenan jalan nafas Pasien dapat bicara dan menjawab pertanyaan perawat
12.53
Silvia
13-9-2022/ D.0005 Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan atau memonitor Pasien telah terpasan oksigen NRM 10lpm dan pasien
13.00 oksigenasi mengatakan enak, tidak sesak
Silvia
13-9-2022/ D.0005 Mengajarkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam Pasien mencoba mempraktikan relaksasi nafas dalam
13.15
Silvia
13-9-2022/ D.0055 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur Pasien mengatakan tidur teganggu karena sesak
13.30
Silvia
13-9-2022/ D.0055 Memodifikasi lingkungan Pasien mengatakan badannya lengket
13.35
Silvia
13-9-2022/ D.0055 Melibatkan keluarga untuk menyeka badan pasien dan Keluarga melaksanakan anjuran perawat
13.45 mengganti baju
Silvia
39
13-9-2022/ D.0055 Memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur Pasien tidak ada tekanan dan stres
13.55
Silvia
13-9-2022/ D.0055 Mengajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Perawat mengedukasi keluarga terkait faktor yang
14.00 gangguan pola tidur berpengaruh pada pola tidur pasien
Silvia
14-9-2022/ D.0005 Memonitor hasil x-ray thorax Hasil x-ray thorax menunjukan pasien mengalami
11.00 cardiomegali dan pneumonia
Silvia
14-9-2022/ D.0005 Mengukur TTV pasien TD= 100/60 mmHg
11.20 HR=98x/menit
RR= 28x/menit Silvia
S=38oC
SpO2=99%
14-9-2022/ D.0005 Memberikan posisi semi fowler atau fowler Pasien kooperatif dan posisi telah semi fowler. Pasien
11.30 mengatakan nyaman posisinya
Silvia
14-9-2022/ D.0005 Memonitor status respirasi dan oksigenasi (Frekuensi dan Pola napas pasien lebih membaik daripada hari
11.35 kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas sebelumnya, tidak ada bunyi napas tambahan
tambahan, saturasi oksigen) Silvia
14-9-2022/ D.0005 Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan atau memonitor Pasien mengatakan tidak memakai oksigennya karena
11.45 oksigenasi sudah enak
Silvia
14-9-2022/ D.0005 Mengajarkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam Pasien mampu mempraktikan relaksasi nafas dalam
11.50
Silvia
14-9-2022/ D.0005 Membantu memberikan transfusi darah Pasien nampak meringis, pasien bersedia ditransfusi,
12.15
Silvia
14-9-2022/ D.0055 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur Pasien mengatakan tidur teganggu karena sesak
13.00
Silvia
40
14-9-2022/ D.0055 Memodifikasi lingkungan Pasien mengatakan badannya lengket
13.20
Silvia
13-9-2022/ D.0055 Memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur Pasien tidak ada tekanan dan stres
13.30
Silvia
13-9-2022/ D.0055 Mengajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Perawat mengedukasi keluarga terkait faktor yang
13.40 gangguan pola tidur berpengaruh pada pola tidur pasien
Silvia
41
CATATAN
PERKEMBANGAN/EVALUASI
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor frekuensi, pola napas, dan saturasi oksigen
- Dokumentasikan hasil pemantauan respirasi
- Informasikan hasil pemantauan respirasi
-- Atur posisi untuk mengurangi sesak (semi-fowler)
- Pertahankan status oksigenasi
2. 13 September 2 S:
2022/ 14.00 Pasien mengeluh tidak bisa tidur, keluarga pasien mengatakan tidur
1 jam terbangun Silvia
O:
Pasien dan keluarga mendengarkan dengan seksama dan
memahami apa yang telah di ajarkan
P : lanjutkan intervensi
- identifikasi pola tidur
- ajarkan teknik napas dalam
- ciptakan suasana yang aman dan nyaman
3. 14 September 1 S : keluarga pasien mengatakan tidak sesak dan Ny.P ingin dilepas
2022/ 14.00 jadi melepas oksigen
Silvia
O : - Inspeksi nafas spontan, pola napas reguler, pengembangan
dada simetris
-RR : 28x/menit, HR : 98x/menit, SpO2 : 99 %
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor frekuensi, pola napas, dan saturasi oksigen
- Dokumentasikan hasil pemantauan respirasi
- Informasikan hasil pemantauan respirasi
-- Atur posisi untuk mengurangi sesak (semi-fowler)
- Pertahankan status oksigenasi
42
4. 14 September 2 S:
2022/ 14.00 keluarga pasien mengatakan Ny.P sudah bisa tidur 3 jam
Silvia
O:
Pasien dan keluarga mendengarkan dengan seksama dan
memahami apa yang telah di ajarkan
P : lanjutkan intervensi
- identifikasi pola tidur
- ajarkan teknik napas dalam
- ciptakan suasana yang aman dan nyaman
5. 15 September S:-
2022/ 07.00
O: intervensi dihentikan karena pasien meninggal dunia Silvia
A:-
P: -
43