Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Fajar (IIA)

NPM : 194101484010030

1. TEORI TENTANG PILULAE (PIL)

Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng


mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500
mg. Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat pengisi untuk
memperbesar volume, zat pengikat, zat pembasah, dan bila perlu ditambahkan zat
penyalut.

Pil merupakan sediaan yang berbentk bulat telur, sediaan ini merupakan
sediaan per oral. Pil berasal dari bahasa latin “pila ” yang berarti bola. Salah satu
bentuk sediaan yang digunakan adalah pil atau pilulae. Menurut Farmakope
Indonesia edisi ke tiga, pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu
atau lebih bahan obat padat. Pil adalah suatu bentuk sediaan yang terdiri dari butir-
butir bulat, dibagi-bagi menurut bobotnya, dimana pilulae dengan bobot dari 60 - 300
mg, granula dengan bobot yang kurang dari 60 mg dan boli dengan bobot yang lebih
dari 300 mg.

Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur, dibuat menggunakann pil.
Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan
tambahan yang cocok, dicampur, dibasahi dengan bahan pembasah yang cocok, diaduk
dan ditekan hingga jadi massa yang mudah digulung. Piil yang diperoleh tidak boleh
berubah bentuk pada penyimpanan atau tidak terlalu keras.

Bentuk pil ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain dapat menutupi rasa dan
bau yang tidak enak dari bahan-bahan obat dan memberikan obat dalam dosis
tertentu. Cara pembuatan pil pada prinsipnya adalah mencampurkan bahan- bahan,
baik bahan obat atau zat utama dan zat-zat tambahan sampai homogen, campuran ini
ditetesi dengan zat pembasah sampai menjadi massa lembek yang elastis atau plastis
dan kohesif, lalu dibuat bentuk batang dengan cara menekan sampai sepanjang alat
pemotong pil yang dikehendaki, kemudian dipotong dengan alat pemotong pil sesuai
jumlah pil yang diminta.

Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan
obat.sebagai zat tambahan adalah sebagai berikut: Zat pengisi : akar manis atau bahan
lain yang cocok; zat pengikat : sari akar manis, gum akasia, atau bahan lain yang
cocok; zat pembasah: air, sirop, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang
cocok; zat penabur: likopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok, zat penyalut:
perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolopodium, gelatin, gula, atau bahan lain yang
cocok.

Peraturan-peraturan umum pada pembuatan pil-pil :


1. Bobot pil-pil: antara 100 -150 mg, rata-rata 120mg.
2. Zat pengisi: untuk pil yang jumlah obatnya sedikit, hendaklah memakai radix
sekurang-kurangnya dua kali sebanyak succus. (2:1 ). Jika bahan berkhasiatnya
cukup banyak kita bisa pakai pulvis pro pilulae yaitu campuran sama banyak
radix dan succus (1 : 1)
3. Zat pengikat : jika mungkin kita memakai succus liqiuiritiae dan pada
umumnya 2 g untuk 60 pil.
4. Pada pembuatan pil harus ditambahkan suatu airan supaya dengan
pengempalan diperoleh suatu masa yang homogen dan cukup baik untuk
dikerjakan selanjutnya. . untuk ini dipakai Aqua gliserinata.
5. Menyelesaikan masa pil; setelah pembuatan masa pil, maka jika perlu masa itu
dibagi bagi dalam beberapa bagian dan siap digulung dan dipotong, kemudian
pada akhirnya pil-pil dibulatkan pada alat pembulat dengan penabur
licopodium.

2. ALAT PEMBUAT PILL KONVENSIONAL DAN GUNA MASING-MASING


ALAT

1) Piller Plan : digunakan untuk menggulung adonan pill dan memotong pill
2) Pembulat pill : untuk membentuk adonan yang telah di potong menjadi bulat

3. TAHAPAN PEMBUATAN PIL SESUAI RESEP

a.      Pembuatan Massa Pil


1. Hitung bobot b.o per mil
2. Tentukan macam & jumlah bahan tambahan
3. Lakukan pencampuran b.o. dengan bahan pengisi, pengikat, dan pemecah
4. Tambahkan bahan pembasah sedikit demi sedikit sambil digilas kuat

Cara mengetahui massa pil yang baik :


 Massa pil dipindahkan ke kertas perkamen
 Digulung dengan tangan membentuk silinder
 Bila silinder masih pecah/retak, ditambah pembasah
 Bila silinder terlalu lembek/lengket, ditambah bahan pengisi lagi

b.      Pemotongan Pil
1.      Massa pil yang sudah jadi dipindahkan ke kertas perkamen, kemudian dibentuk silinder dengan
tangan (ujung silinder harus pipih).
2.      Pindahkan ke papan pemotong pil yang sudah diberi penabur, lalu buat silinder panjang (sesuai
jumlah pil yang diminta).
3.      Dipotong dengan pemotong pil.

c.       Pembulatan Pil
1.      Potongan massa pil pindahkan ke alat pembulat pil yang sudah diberi penabur.
2.      Pil dibulatkan dengan gerakan memutar ditambah sedikit penekanan.
3.      Setelah bulat, masukkan wadah sambil dihitung.

d.      Penyalutan Pil
Bila pil perlu disalut, lakukan penyalutan sesuai jenis bahan penyalut yang dipakai.
Tujuan :
·         Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput) contoh :  garam-garam ferro
disalut tolubalsem.
·         Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula), contoh : kloramfenikol, strychnin
·         Memperbaiki penampilan pil (salut selaput)

4. TEORI TENTANG LARUTAN


Menurut Farmakope Indonesia edisi III halaman 32, larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia
maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung (direct)
dan larutan tidak langsung (indirect).

Larutan langsung adalah larutan yang terjadi semata-mata karena peristiwa fisika, bukan
peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan ke dalam air atau KBr dilarutkan ke dalam air, jika
pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau KBr diperoleh kembali.

            Larutan tidak langsung adalah larutan yang terjadi semata-mata karena peristiwa kimia
bukan peristiwa fisika. Misalnya jika Zn ditambahkan H2SO4, maka akan terjadi reaksi kimia
menjadi larutan ZnSO4 yang tidak dapat kembali menjadi Zn dan H2SO4.

            Suatu larutan dapat pula digolongkan menjadi larutan mikromolekuler, miseler dan
makromolekuler tergantung ukuran molekul atau ion yang terlarut. (anonim.2011)

Menurut FI IV, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara pemberiannya, yaitu
larutan oral dan larutan topikal, atau digolongkan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut.

·      Penggolongan sediaan larutan menurut cara pemberiannya:


1. Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air.

a. Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(sirop
simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa)
b. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk
mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan sebagai pelarut, dapat ditambahkan kosolven
lain seperti gliserin dan propilenglikol.
2.   Larutan topical adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau
dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.

·      Penggolongan larutan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut:


1. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
2. Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
3. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau
senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya.

·      Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan larutan


Keuntungan:
1.      Merupakan campuran homogen.
2.      Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.
3.      Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan tablet atau kapsul sulit diencerkan.
4.      Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi.
5.      Mudah diberi pemanis, pewangi, dan pewarna, dan hal ini cocok untuk pemberian pada
anak-anak.
6.      Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

Kerugian:
1.      Volume bentuk larutan lebih besar.
2.      Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
3.      Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.

·      Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan


Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut:
1.      Suhu dan tekanan
Kebanyakan bahan kimia menyerap panas  bila dilarutkan (panas larutan negatif) yang
menyebabkan bila suhu dinaikkan terjadi peningkatan kelarutan bahan kimia. Tetapi sebagian
kecil bahan kimia ada juga berkurang kelarutannya karena kenaikan suhu (panas larutan positif)
contohnya kalsium hidroksida, kalsium hypophospat.
2.      Ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel akan semakin luas permukaan yang kontak dengan pelarut
sehingga makin cepat proses melarut.
3.      Pengadukan.
Semakin kuat pengadukan akan semakin banyak pelarut tak jenuh yang bersentuhan
dengan obat, sehingga makin cepat terbentuk larutan
4.      Polaritas.
Molekul sejenis akan saling berikatan. Senyawa organik lebih mudah larut dalam pelarut
organik. Molekul bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga, begitu juga
sebaliknya.
5.      Konsolven
Komposisi campuran pelarut menentukan kelarutan zat terlarut.
6.      Salting out
Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu garam yang
lebih baik sifat kelarutannya. Contohnya larutan garam quininum dan papaverium dapat
berkurang kelarutannya oleh penambahan kalium, natrium atau ammonium halogenida
7.      Salting in
Peningkatan kelarutan bahan organik pada saat penambahan garam.
8.      Berat molekul
Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya berat molekul.
9.      PH pelarut
Asam lemah atau basah lemah bereaksi dengan baik dengan asam kuat maupun basa kuat
membentuk garam yang dapat larut dengan air.

·         Istilah kelarutan (IMO Hal.96)


Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang di
perlukan untuk melarutkan
Sangat mudah larut < 1 bagian
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10.000
> 10.000
Praktis tidak larut

5.RESEP 10-11
RESEP 10
1. Kelengkapan Resep :
- Inscriptio : Tidak Lengkap
1) Nama Dokter tidak ada
2) SIP tidak ada
- Invocatio : Lengkap
- Praescriptio : Lengkap
- Signatura : Lengkap
- Subscribtio : Tidak Lengkap
1) Paraf dokter tidak ada

2. Resep Standar : -

3. Penggolongan Obat dan Indikasi :


- Sanprima : DG, antibiotik
- Pehaclor : DG, antihestanikum
- PGS : suspending agent
- Syr.Simplex : Corrigen Saporis
Indikasi :

4. Obat tidak tercampurkan : -


5. Perhitungan Dosis :
- CTM (-/40 mg) FI III hal 963
15
Kadar sirup simplex = x 100 %=15 %
100
BJ = 1
100
V= =100 ml
1
100 ml
Ꜭcth = =20 cth
5 ml
6 x 4 mg
Kand/cth = =1,2mg
20 cth
5
I hr = x 40=11,76 mg
5+12
- Sanprima (150 VO. 49 hal 169)
Dosis lazim
5 x 160
Trimetroprim = =40 mg
20 cth
5 x 800
Sulfametoksazol = =200 mg
20 cth

6. Penimbangan :
- sanprima : 5 tab
- pehachlor : 6 tab
2%
- PGS : x 100=2
100 %
Air untuk PGS =2x7=14 ml
- Syr.Simplex : 15
- Aqua ad :100

7. Cara Kerja :
1) Tara botol 120 dan Cawan penguap
2) Ambil sanprima 5 dan ctm gerus ad halus dimortir kecil
3) Timbang PGS dan ukur air
4) Masukan PGS dan air kedalam mortir besar gerus ad mucilago
5) Masukan sanprima dan ctm yang sdh halus gerus ad homogen
6) Timbang sirup simplex tambahkan sedikit ke mortir besar untuk pengenceran, lalu masukan ke
dalam botol
7) Tambahkan aqua ad 100
8) Kemas botol beri etiket putih dan label NI dan KO
S= 3x sehari 1 sendok the
Tiap 8 jam, dihabiskan
RESEP 11
1. Kelengkapan Resep :
- Inscriptio : Tidak Lengkap
1) Tanggal resep tidak ada
- Invocatio : Lengkap
- Praescriptio : Lengkap
- Signatura : Lengkap
- Subscribtio :Tidak Lengkap
1) Paraf dokter tidak ada
2. Resep Standar : (F.M.S. hal 82)
R/ zinc chlorid 1
Aluminis 1
Acid salicylic 0,300
Ol.menth pip gtt H
Aquadest ad 300
S. garg

3. Penggolongan Obat dan Indikasi :


- zinc chlorid : DW, antiseptikum (sangat mudah larut air)
- Aluminis : DW, atsmngen (sangat mudah larut air
mendidih ,mudah larut air)
- Acid salicylic : DW, keratulitikum dan antifungi
( larut dalam 550 bagian air)
- Ol. Menth pip : DW, karminatifa (larut dalam 4 bagian etanol)
Indikasi :
4. Obat tidak tercampurkan : -
5. Perhitungan Dosis : -
6. Penimbangan :
1
- zinc chlorid : x 150 ml=0,5
300
1
- Aluminis : x 150 ml=0,5
300
0,300
- Acid salicylic : x 150 ml=0,15
300
2
- Ol. Menth pip : x 150 ml=1 tetes
300
- Aquadest : 150
7. Cara Kerja :
1) Kalibrasi botol 150 ml
2) Timbang as. Salisilat (0,15) zinc chlorid (0,5) dan aluminis (0,5)
3) Larutkan as. Salisilat menggunakan air panas 85 ml di dalam gelas beaker aduk ad larut masukan
ke dalam Erlenmeyer
4) Larutkan zinc chlorid dengan kurang lebih 5 ml air aduk ad larut masukan dalam Erlenmeyer
5) Larutkan aluminis dengan kurang lebih 5ml air aduk ad larut masukan dalam Erlenmeyer
6) Masukan ke dalam botol lalu timbang 1 tetes ol. Menth pip
7) Masukan aquadest ad 150 ml
8) Kemas dan beri etiket biru + label kocok dahulu signa obat kumur

Anda mungkin juga menyukai