Anda di halaman 1dari 51

Mencegah Perlu

Salah satu tugas dilakukan


Apoteker -> masalah
memberikan terkait pemantauan
pharmaceutical penggunaan agar obat
care
obat mencapai
efektifitas

Monitoring
Mengurangi
Efek
tingkat
Samping
kejadian ESO
Obat
 Pharmacist’s Role --> memberikan
layanan kefarmasian yang berorientasi
pada pasien.
 Farmasis diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan DRP (Drug Related
Problem) dan kemudian mengupayakan
penanganan dan pencegahannya.
 MESO (Monitoring Efek Samping Obat) 
upaya yang dilakukan oleh tenaga
profesional kesehatan (khususnya
apoteker) untuk memantau,
mengawasi, dan menanggulangi efek
samping obat.
 MESO diharapkan dapat mengurangi
tingkat kegawatan dan angka kejadian
ESO, serta memperoleh informasi
mengenai ESO ESO dapat segera
ditangani dan tidak memperparah
keadaan pasien.
Menurut • Akibat atau gejala yang timbul secara tidak
KBBI langsung di samping proses atau tujuan
utamanya.

Menurut • Setiap kejadian merugikan yang berkaitan


dengan penggunaan suatu obat pada
FDA manusia.

Menurut • Respon terhadap suatu obat yang


berbahaya dan tidak diharapkan, serta
WHO terjadi pada dosis lazim yang dipakai untuk
tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi.
 Efek samping tidak mungkin
dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi
dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor
risiko yang sebagian besar sudah diketahui.

 Tidak semua efek samping dapat dideteksi


secara mudah dalam tahap awal, kecuali
kalau yang terjadi adalah bentuk-bentuk
yang berat, spesifik, dan jelas sekali secara
klinis.
Tipe Aksi Farmakologi
• Reaksi yang umum terjadi (normal) tetapi
meningkat atau reaksi yang muncul secara
berlebihan dimana reaksi ini terkait dengan dosis
Tipe A yang diminum.

• Reaksi yang aneh dan tidak terkait dengan aksi


farmakologi sehingga tidak dapat diprediksi dan
hanya terjadi pada individu yang rentan terhadap
Tipe B reaksi tersebut.

• Reaksi yang terkait penggunaan jangka panjang


yang dapat menyebabkan terakumulasinya obat
dalam tubuh. Reaksi ini tidak umum dan
Tipe C bergantung dosis.
• Reaksi terjadi atau muncul setelah beberapa waktu
mengkonsumsi obat.
Tipe D • Reaksi ini tidak umum dan biasanya bergantung dosis.

• Reaksi ini tidak umum dan muncul segera setelah


penghentian obat.
Tipe E

• Reaksi ini sering terjadi dan bergantung dosis.


• Penyebab yang paling sering adalah adanya interaksi
Tipe F obat.
Reaksi imunologi dan non-
imunologi
• interaksi • aktivasi dari
antara zat sistem
aktif obat komplemen
dengan
antibodi IgE
Tipe Tipe
I II

Tipe Tipe
III IV
• Ikatan alergen • reaksi
dengan
hipersensitivi
antibodi IgM
atau IgG tas lambat
Reaksi Obat
• efek samping farmakologi,
Tidak Diinginkan efek toksik obat; efek akibat
yang Dapat interaksi obat; serta efek akibat
Diprediksi overdosis.

Reaksi Obat
• reaksi pseudoalergi,idiosinkrasi,
Tidak Diinginkan dan intoleran
yang Tidak
Dapat Diprediksi
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efek Samping
Obat

Pasien Obat Sosial Penyakit


•Usia •Poli farmasi •Kebiasaan • Mempengaru
•Jenis Kelamin •Regimen Mengonsumsi hi
•Status Pemberian Obat alkohol kerentanan
kehamilan •Ras dan Etnik pasien
•Perkembangan •Kebiasaan terhadap
Fetal Merokok efek samping
•Status obat
Clearance renal
•Alergi
•Berat Badan
dan distribusi
Lemak
Suatu program pemantauan
keamanan obat dengan
melihat respon obat yang
merugikan (ESO) dalam dosis
lazim.

Dilakukan secara
berkesinambungan untuk
menjamin keamanan dan
efektivitas pengobatan.
1.
Mengetahui 2. 3.
efektifitas Menemukan efek Menentukan
(efectiveness) dan samping obat frekuensi dan
keamanan (ESO) sedini insidensi efek
penggunaan obat mungkin terutama samping obat
pasca pemasaran, yang berat, tidak yang sudah
yaitu pada kondisi dikenal, dikenal dan yang
kehidupan nyata frekuensinya baru saja
atau praktik klinik jarang. ditemukan.
yang sebenarnya.
4.
Mengenal semua
faktor yang 5. 6.
mungkin dapat
Meminimalkan Mencegah
menimbulkan
resiko kejadian terulangnya
atau
reaksi obat yang kejadian reaksi
mempengaruhi
tidak obat yang tidak
angka kejadian
dikehendaki. dikehendaki.
dan hebatnya
efek samping
obat.
Melindungi pasien Meminimalkan Meningkatkan
dari adanya efek biaya perawatan kualitas hidup
samping obat pasien pasien

Menurunkan angka
Mencegah kejadian
morbiditas dan
Memperbaiki hasil adanya reaksi efek
mortalitas akibat
klinik terapi obat samping obat
penyalahgunaan
terulang kembali
obat
Menjadi informasi penting dalam mengambil keputusan terapi di
kemudian hari

Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dalam mencegah


& melindungi pasien dari reaksi efek samping obat

Meningkatkan kepercayaan pasien kepada para tenaga


kesehatan

Dapat menilai keamanan dari suatu obat

Mampu mengetahui angka kejadian efek samping obat

Mendidik dan meningkatkan kesadaran para tenaga kesehatan


terhadap terjadinya reaksi efek samping obat
Bagi Rumah Sakit
Menjadi data
Melindungi atau sumber
dan terhadap
meminimalkan Meningkatkan pemilihan
Menurunkan
kewajiban mutu dan obat yang
length of stay
rumah sakit kualitas akan
(LOS) pasien
akibat efek pelayanan di digunakan
rawat inap
yang rumah sakit dan kebijakan
merugikan menentukan
pasien formularium
rumah sakit
METODE MONITORING EFEK
SAMPING OBAT
Metode
MESO

Database Pelaporan
Study Spontan

Case
Cohort
based
Study
Study
Berdasarkan Permenkes nomor 35 tahun 2014
pasal 3, dalam monitoring efek samping obat,
apoteker bertanggung jawab untuk:
Mengidentifikasi obat dan pasien yang
mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping obat.
Mengisi formulir monitoring efek samping
obat (MESO)
Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek
Samping Obat Nasional menggunakan
formulir kuning.
Sedangkan menurut FIP (Federation International
Pharmaceutique), peran apoteker dalam melakukan
monitoring efek samping obat dapat dibagi menjadi empat
bidang:

Sebagai apoteker dalam bidang edukasi


Peran harus didukung dengan disiplin ilmu yang
meningkatkan pengertian calon apoteker tentang
pentingnya keamanan obat. Selain dalam bidang
pendidikan apoteker, edukasi perlu dilakukan juga kepada
masyarakat.

Sebagai praktisi apoteker/farmasis


Apoteker sebagai praktisi dalam apotek atau rumah sakit
harus memberikan kontribusi dalam melakukan pengawasan
pasca-pemasaran untuk obat baru yang mungkin belum
memiliki data efek samping obat jangka panjang. Selain itu,
monitoring efek samping untuk obat beresiko tinggi juga terus
dilakukan.
 Sebagai apoteker dalam asosiasi profesi
Mengadakan negosiasi dengan pemerintah untuk
memberikan perhatian lebih banyak terhadap
kegiatan monitoring efek samping obat.

 Sebagai apoteker dalam pemerintahan


Menyediakan sumber daya yang mendukung
pelaksanaan monitoring efek samping obat.
Contohnya: BPOM mengembangkan situs e-
meso.pom.go.id., yang dapat memudahkan
pengawasan efek samping obat. Selain itu, apoteker
dalam pemerintahan juga perlu menciptakan
metode/ sistem pelaporan yang dapat diterapkan
dalam prakek.
Program & Pelaksanaan MESO

Program pemantauan keamanan obat sesudah


beredar (pasca pemasaran)

Untuk menjaminan keamanan obat dalam


pelaksanaan evaluasi aspek efikasi,
keamanan, dan mutu sebelum obat diberi ijin
edar
Metode Pelaporan MESO

Memudahkan
voluntary reporting  pengisiannya (formulir
formulir pelaporan kuning)
sesederhana mungkin
Aspek keamanan laporan ESO
• pembatasan indikasi,
• pembatasan dosis,
Keuntungan : • pembekuan atau penarikan ijin
• Biaya relatif sedikit edar
• Bila terlaksana dengan • penarikan obat dari peredaran
baik  efektif untuk
mengumpulkan laporan
ESO dari tenaga
kesehatan
menjamin perlindungan keamanan
masyarakat.
Proses Pelaporan
MESO
Hal-Hal Penting Dalam Pelaporan

perawat, dokter, bidan, apoteker dan tenaga


Siapa kesehatan lainnya

setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek


samping obat perlu dilaporkan, baik efek
Apa
samping yang belum diketahui maupun yang
sudah pasti

ESO yang hendak dilaporkan diisikan ke dalam


formulir kuning yang tersedia. Dalam penyiapan
Bagaimana pelaporan tenaga kesehatan dapat menggali
informasi dari pasien atau keluarga pasien dan
catatan medis pasien

segera setelah muncul kasus diduga ESO atau


Kapan segera setelah adanya kasus ESO yang
teridentifikasi dari laporan keluhan pasien
Deskripsi
lengkap
mengenai ESO
Informasi detail
yang terjadi
produk terapetik
Informasi lain atau obat yang
yang relevan dicurigai

Karakteristik
Data
pemeriksaan Pelaporan Karakteristik
pasien
atau uji
laboratorium
ESO yang (demografi, faktor
yang relevan. Baik risiko, riw.
Keluarga)

Diagnosa efek
Terapi atau
samping, metode
tindakan medis Informasi yang digunakan
yang diberikan pelapor untuk
kepada pasien meliputi nama, membuat/menegak
untuk menangani alamat, dan kan diagnosis
efek samping nomor telepon
Prinsip utama 
pelengkapan
dokumentasi dan
komunikasi ESO 
Medication
Management Cycle
 Penelusuran riwayat rinci pemakaian obat pasien,
baik resep dokter atau pengobatan sendiri,
 Penggunaan obat hanya bila ada indikasi jelas, tidak
ada  alternative non-farmakoterapi
 Hindari penggunaan berbagai jenis obat sekaligus
 Perhatian khusus terhadap dosis dan respons
pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan
pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal,
hepar dan jantung.
 Pemantauan obat apakah harus dilanjutkan atau
dihentikan
 Pemantauan keluhan atau gejala penyakit baru
yang dirasakan pasien
Penghentian semua
obat dengan segera
bila diketahui /
dicurigai efek
Penanganan samping

Efek
Samping
Obat Pengangan klinis
pada efek samping
atau kondisi tertentu
dari penderita
Ibu H menderita sesak napas.
Riwayat penyakit: asma dengan tingkat
keparahan “sedang” dan baru-baru ini
mendapatkan obat tetes mata timolol
0,25% untuk mengobati glaukoma
simpleks kronis (chronic simple
glaucoma).
Obat lain: inhaler salbutamol 100 µg jika
diperlukan.
Timolol

Beta bloker

menghambat adrenoreseptor
beta di bronkus Ibu H

sesak nafas Riwayat asma “sedang”

asma kambuh /
semakin parah
menyarankan obat alternatif glaukoma kepada dokter

inhibitor karbonik anhidrase (misal: dorzolamide)

menurunkan produksi aqueus humor

berhasil tidak berhasil

beta bloker yang lebih hati-hati dalam


kardioselektif (misal: betaksolol) penggunannya
Ny. Syahrini, 37 tahun, hamil 7 bulan
Diagnosis: pre-eklamsia dengan
tekanan darah 160/90
Terapi: nifedipine
Ny. Syahrini
Nifedipine

Calcium channel blocker Pre-eklamsia

Kategori C dan Studi pada hewan


menyebabkan cacat lahir, kehamilan Edem Janin Hipertensi
diperpanjang, perkembangan tulang
terganggu dan kematian janin

ES : edem
menyarankan obat alternatif antihipertensi aman untuk ibu hamil
kepada dokter

golongan α2-agonis sentral (misal: metildopa)

menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan


hemodinamik janin

monitoring

tekanan darah; kerusakan jantung, ginjal, mata, dan otak;


interaksi obat dan efek samping obat; kepatuhan
penggunaan obat; pemeriksaan USG; dan memberikan
konseling kepada pasien
 Ibu H sedang menderita sesak napas.
Riwayat penyakitnya menunjukkan bahwa
ia menderita asma dengan tingkat
keparahan “sedang” dan baru-baru ini ia
mendapatkan obat tetes mata yang
mengandung timolol 0,25% untuk
mengobati glaukoma simpleks kronis
(chronic simple glaucoma). Obat lainnya
adalah inhaler salbutamol 100 mikrogram
yang digunakan jika diperlukan saja.
Menurut anda, apakah penyebab
timbulnya sesak napas tersebut?
 Analisis penyebab timbulnya sesak napas :
Penghambat beta (beta blocker) dapat
memperburuk kondisi asma dan efek ini
dapat membahayakan. Seperti obat mata
lain yang diberikan secara topikal, timolol
dapat diserap secara sistemik dan ROTD
yang tampak pada penghambat beta oral
dapat terjadi. Hal ini dapat dimungkinkan
karena obat tetes mata diresepkan oleh
dokter yang berbeda dengan dokter yang
meresepkan salbutamol sehingga
memungkinkan timbulnya ROTD yang tidak
dapat terdeteksi.
Analisis Kasus
(MESO)
 Tindakan apa yang dilakukan?
Sarankan suatu obat alternatif kepada
dokter untuk mengobati glaukoma yang
dialami Ibu H tersebut. Dorzolamid dapat
menjadi pilihan alternatif untuk glaukoma.
Apabila terapi alternatif tersebut tidak
berhasil mengendalikan gejala-gejalanya
maka suatu beta blocker yang lebih
kardioselektif seperti betaksolol dapat
dipakai dengan hati-hati. Senyawa-
senyawa yang lebih kardioselktif memiliki
efek menghalangi saluran napas yang
lebih kecil meskipun tidak dapat hilang
sama sekali dari efek tersebut.
 Ny. Syahrini berumur 37 tahun dan
sedang hamil 7 bulan, didiagnosis oleh
dokter menderita preeklamsia dengan
tekanan darah 160/90. Untuk
menurunkan tekanan darahnya, diterapi
dengan nifedipin.
 Pre-eklamasia diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai
protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
 Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga
kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua.
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya
dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan
yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria.
Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi
kenaikan 1 kg seminggu berapa kali.
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
Hipertensi preeklampsia terjadi karena tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg dan tekanan diastolik mencapai 90
mmHg.
 Pada kasus di atas, Ny.Syahrini mempunyai
tekanan darah 160/90 yang masuk dalam
kategori hipertensi tahap 2.
 Ny.Syahrini hamil 7 bulan dan menderita
preeklamsia yang disebabkan oleh
hipertensinya tersebut sehingga
pengobatannya harus diperhatikan karena
dapat mempengaruhi janin yang
dikandungnya.
 Selama trimester ke dua dan ke tiga, obat
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan secara fungsional pada janin
atau dapat meracuni plasenta.
 Pertimbangan terapi yang telah diberikan :
Terapi obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darahnya adalah nifedipin. Salah satu efek
samping dari penggunaan nifedipin adalah adanya
edema, sehingga hal ini akan memperburuk kondisi
ibu hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang
mengalami preeklamsia, akan disertai dengan
edema pada kaki dan tungkai.
Nifedipin diindikasikan untuk terapi hipertensi kronik
dan hipertensi urgensis. Akan tetapi, pemakaian
obat-obat golongan antagonis kalsium seperti
verapamil, nifedipin, dan diltiazem selama kehamilan
ternyata menunjukkan kecenderungan yang besar
terjadinya hipotensi pada maternal dan
menyebabkan terjadinya hipoksia fetal.
 Rekomendasi terapi yang diberikan :
Alternatif terapi obat dapat dilakukan dengan
penggunaan obat antihipertensi golongan α2-agonis
sentral yaitu metildopa. Obat ini masih merupakan
pilihan utama untuk hipertensi pada kehamilan
karena terbukti aman untuk janin.
Dosis efektif minimal adalah 2 x 125 mg per hari dan
dosis maksimal 3 g per hari. Obat ini termasuk
golongan α2-agonis sentral yang mempunyai
mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-
adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi
aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak.
Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan
parasimpatik akan menurunkan denyut jantung,
cardiac output, dan resistensi perifer.
Peran apoteker dalam pharmaceutical
care :
Monitoring yang perlu dilakukan oleh
seorang apoteker adalah :
Melakukan monitoring tekanan darah,
monitoring kerusakan target organ, seperti
jantung, ginjal, mata, dan otak, monitoring
interaksi obat dan efek samping obat,
monitoring kepatuhan penggunaan obat,
monitoring pemeriksaan USG, dan juga
memberikan konseling kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai