Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FARMASI RUMAH SAKIT

Dosen Pengampu: Ahmad Subhan, S. Si., M. Si., Apt.

Disusun Oleh :

Nama : Nada Nurjannah


NPM : 2019000050
Kelas :B

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PANCASILA
2019
Tugas Kasus tentang Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

A. Contoh Kasus
Ny. N (pasien) datang bersama anaknya dengan keluhan adanya rasa kesemutan pada
kaki, pasien tampak berkeringat dingin dan gemetar saat memegang benda. Pasien juga
mengeluhkan sering merasa lapar dan gelisah. saat itu juga pasien mengeluhkan nyeri
pada perut bagian atas dan merasa ada benjolan pada perut bagian atasnya dan sakit
saat bergerak. Sejak 2 bulan yang lalu pasien menderita kencing manis dan hipertensi.
Hal tersebut diketahui saat pasien memeriksakan diri di puskesmas dengan keluhan
sering buang air kecil saat malam dan penurunan berat badan. Pasien rutin meminum
obatnya , obat yang biasa diminum ialah glibenklamid 3x1 tablet, metformin 1x1 tablet,
kandesartan 1x1 tablet, indapamide 1x1.

1. Diagnosis Utama dan Penyakit Penyerta


DM tipe 2 dengan komplikasi hipoglikemia (terkoreksi), hipertensi stage 2

2. Riwayat Penggunaan Obat


No. Nama Obat Dosis Indikasi Aturan pakai
1 glibenklamid 5 mg Anti diabet 3 kali sehari, 1 tablet
2 Metformin 500 mg Anti diabet 1 kali sehari, 1 tablet
3 Candesartan 16 mg antihipertensi 1 kali sehari, 1 tablet
4 Indapamide 2,5 mg antihipertensi 1 kali sehari, 1 tablet

3. Hasil Data Laboratorium


Parameter Hasil Nilai Rujukan

HbA1C 7,1 % < 5,6%

GDS 62 mg/dL 70-130 mg/dL

Tekanan darah 170/100 mmHg < 170/100 mmHg


B. Manifestasi Efek Samping Obat
No. Nama Obat Efek Samping Literatur
1 Glibenklamid hipoglikemi PIO Nas, Perkeni

C. Rekomendasi terkait Efek Samping Obat


1. Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana)
2. Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang berisi
glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
3. Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikkan glukosa darah.
4. Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah terapi pilihan
pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar.
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit
pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah pengobatan
hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien diminta
untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya hipoglikemia.

D. Pemeriksaan Kembali
GDS = 89 mg/dL

E. Algorima Naranjo

Skala Penilaian
No. Pertanyaan Tidak Skor
Ya Tidak
Diketahui
Apakah ada laporan reaksi efek samping obat
yang serupa? 1
1. 1 0 0
(Are the previous conclusive reports on this
reaction?)
Apakah reaksi efek samping obat terjadi
setelah pemberian obat yang dicurigai? 1
2. 2 -1 0
(Did the ADR appear after the suspected drug
was administered?)
Apakah reaksi efek samping obat membaik
setelah obat dihentikan atau obat antagonis 1
khusus diberikan?
3. 1 0 0
(Did the ADR improve when the drug was
discontinued or a specific antagonist was
administered?)
Apakah Reaksi efek samping obat terjadi
berulang setelah obat diberikan kembali? (Did 0
4. 2 -1 0
the ADR recure when the drug was
readministered?)
Apakah ada alternative penyebab yang dapat
menjelaskan yang kemungkinan terjadinya 0
5. reaksi simpang obat? -1 2 0
(Are there alternative causes that could on
their own have cause the reaction?)
Apakah reaksi efek samping obat muncul
kembali ketika placebo diberikan? 0
6. -1 1 0
(Did the ADR reapper when a placebo was
given?)
Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di
dalam darah atau cairan tubuh lainnya dengan
7. konsentrasi yang toksik? 1 0 0 0
(Was the drug detected in the blood (or the
fluids) in concentrations know to be toxic?)
Apakah reaksi efek samping obat bertambah
parah ketika dosis obat ditingkatkan atau
bertambah ringan ketika obat diturunkan
8. dosisnya? 1 0 0 0
(Was the ADR more severe when the dose was
increased or less severe when the dose was
decreased?)
Apakah pasien pernah mengalami reaksi efek
samping obat yang sama atau dengan obat 0
yang mirip sebelumnya?
9. 1 0 0
(Did the patient have a similar ADR to the
same or similar drugs in any previous
exposure?)
Apakah reaksi efek samping obat dapat
dikonfirmasi dengan bukti yang obyektif? 1
10. 1 0 0
(Was the ADR confirmed by objective
evidence?)
Total Skor 4

Hasil: skor 4 (cukup mungkin)

Keterangan Skor Naranjo :


Skala Kategori
9+ Sangat mungkin / Highly probable
5–8 Mungkin / Probable
1–4 Cukup mungkin / Possible
0- Ragu – ragu / Doubfful
Tugas Kasus tentang Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

F. Contoh Kasus
Tuan K adalah seorang pelayan toko berusia 43 tahu dengan BB 60kg dan TB 165cm.
Tuan K datang ke klinik dan mengeluhkan sakit kepala, lemas dan batuk kering.
Setelah diselidiki tuan K memiliki riwayat hipertensi dan mengonsumsi kaptopril dan
amlodipin, pasien juga menggunakan paracetamol untuk meringankan sakit
kepalanya. Dari hasil pengukuran tekanan darah, tekanan darah tuan K mencapai
170/100 mmHg.

4. Diagnosis Utama dan Penyakit Penyerta


Hipertensi stage 2

5. Riwayat Penggunaan Obat


No. Nama Obat Dosis Indikasi Aturan pakai
1 kaptopril 12,5 mg hipertensi 3 kali sehari
2 Amlodipin 5 mg hipertensi 1 kali sehari
3 Paracetamol 500 mg analgetik 3 kali sehari

6. Hasil Data Laboratorium


Parameter Hasil Nilai Rujukan

Tekanan darah 170/100 mmHg < 120/80 mmHg

G. Manifestasi Efek Samping Obat


No. Nama Obat Efek Samping Literatur
1 kaptopril Batuk kering Drug Information
& pionas

H. Rekomendasi terkait Efek Samping Obat


Menghentikan penggunaan kaptopril dan menggantinya dengan obat kandesartan
(ARB) 8 mg dua kali sehari.
I. Pemeriksaan Kembali
Diperiksa kembali batuk kering yang dialami pasien dan tekanan darah pasien.
Hasil : - batuk kering : tidak ada
- Tekanan darah : 160/100 mmHg

J. Algorima Naranjo

Skala Penilaian
No. Pertanyaan Tidak Skor
Ya Tidak
Diketahui
Apakah ada laporan reaksi efek samping obat
yang serupa? 1
1. 1 0 0
(Are the previous conclusive reports on this
reaction?)
Apakah reaksi efek samping obat terjadi
setelah pemberian obat yang dicurigai? 1
2. 2 -1 0
(Did the ADR appear after the suspected drug
was administered?)
Apakah reaksi efek samping obat membaik
setelah obat dihentikan atau obat antagonis
khusus diberikan? 1
3. 1 0 0
(Did the ADR improve when the drug was
discontinued or a specific antagonist was
administered?)
Apakah Reaksi efek samping obat terjadi
berulang setelah obat diberikan kembali? (Did 0
4. 2 -1 0
the ADR recure when the drug was
readministered?)
Apakah ada alternative penyebab yang dapat
menjelaskan yang kemungkinan terjadinya
5. reaksi simpang obat? -1 2 0 2
(Are there alternative causes that could on
their own have cause the reaction?)
Apakah reaksi efek samping obat muncul
kembali ketika placebo diberikan? 0
6. -1 1 0
(Did the ADR reapper when a placebo was
given?)
Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di
dalam darah atau cairan tubuh lainnya dengan
7. konsentrasi yang toksik? 1 0 0 0
(Was the drug detected in the blood (or the
fluids) in concentrations know to be toxic?)
Apakah reaksi efek samping obat bertambah
parah ketika dosis obat ditingkatkan atau
bertambah ringan ketika obat diturunkan 0
8. dosisnya? 1 0 0
(Was the ADR more severe when the dose was
increased or less severe when the dose was
decreased?)
Apakah pasien pernah mengalami reaksi
samping obat yang sama atau dengan obat
yang mirip sebelumnya? 0
9. 1 0 0
(Did the patient have a similar ADR to the
same or similar drugs in any previous
exposure?)
Apakah reaksi samping obat dapat
dikonfirmasi dengan bukti yang obyektif? 0
10. 1 0 0
(Was the ADR confirmed by objective
evidence?)
Total Skor 5
Hasil : skor 5 dengan kategori mungkin

Keterangan Skor Naranjo :


Skala Kategori
9+ Sangat mungkin / Highly probable
5–8 Mungkin / Probable
1–4 Cukup mungkin / Possible
0- Ragu – ragu / Doubfful

Pustaka :
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2015.
Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
2. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi.
3. Halim MC, dkk. Risiko penggunaan ACEi terhadap kejadian batuk kering pada pasien
hiopertensi di rsud cengkareng dan rsud tarakan DKI Jakarta. Universitas Indonesia.
2015;5(2):115-122.

Anda mungkin juga menyukai