Anda di halaman 1dari 22

Tugas Compounding and Dispensing

“Penatalaksanaan dan Analisis Resep


Imunosupresan”

Disusun oleh :
Raras Meliasari 2018000085
Sandra Y 2018000095
Tita Yuliyanti 2018000105
Yasinta Fitri 2018000115

Kelompok 6 :

Annisa Nadya Pratiwi 2018001146


Debi Rose Siti M. 2018001156
Annisa Safitri 2018001213
Ditha Kurniati 2018001223

Kelas :A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 3
B. Tujuan ...................................................................................... 4

BAB II DESKRIPSI IMUNOSUPRESAN


A. Definisi Imunosupresan ............................................................ 5
B. Indikasi Imunosupresan ............................................................ 5
C. Prinsip Umum Terapi Imunosupresan ..................................... 6
D. Obat Imunosupresan ................................................................ 7

BAB III ANALISIS RESEP DAN PERAN APOTEKER


A. Analisis Resep .......................................................................... 8
1. Skrining Resep ................................................................... 8
2. Deskripsi Obat ................................................................... 9
3. Perhitungan dan kesesuaian Dosis...................................... 16
4. Perhitungan Harga ............................................................. 17
5. Drug Related Problem ....................................................... 17
6. Pembuatan Resep................................................................ 18
7. Penyerahan dan Informasi Obat ........................................ 20
B. Peran Apoteker dalam Penatalaksanaan ................................... 21
1. Implementasi Pengobatan .................................................. 21
2. Konseling ........................................................................... 22
3. Monitoring dan Evaluasi .................................................... 22

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa sekarang ini arti respon imun sudah lebih luas, yang pada dasarnya
mencakup pengobatan maupun pencegahan suatu penyakit yang disebabkan oleh
pengaruh faktor dari luar tubuh atau zat asing .Aktivitas sistem imun dapat menurun
karena berbagai faktor, diantaranya karena usia atau penyakit.

Sistem Imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan


tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi “serangan” dari luar tubuh
kita.Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai bertugas.
Antigen bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Kelak, mekanisme inilah
yang akan melindungi tubuh dari serangan berbagai mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur, dan berbagai kuman penyebab penyakit. Ketika sistem imun
tidak bekerja optimal, tubuh akan rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat
mempengaruhi daya tahan tubuh.Misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan,
gaya hidup sehari-hari, stress, umur, dan hormon.

Fungsi sistem imun bagi tubuh ada tiga.Pertama sebagai pertahanan tubuh
yakni menangkal “benda” asing Kedua, untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama
menjaga keseimbangan komponen yang tua, dan ketiga, sebagai pengintai
(surveillance immune system), untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi atau
ganas.Pada prinsipnya jika sistem imun seseorang bekerja optimal, maka tidak akan
mudah terkena penyakit, sistem keseimbangannya juga normal.

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan


respon imun seperti mencegah penolakan transplantasi, mengatasi penyakit
autoimun dan mencegah hemolysis rhesus dan neonates.Sebagian dari kelompok
ini bersifat sitotoksik dan digunakan sebagai anti kanker.

Maka untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat mengganggu sistem


imun diperlukan pengetahuan yang lebih tentang sistem imun dan obat-obat yang
digunakan untuk mencegah atau mengobati gangguan tersebut seperti
imunosupresan.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terpisah dengan makhluk


lainnya baik hewan, tumbuhan maupun benda-benda mikroskopik seperti debu,
tungau, serbuk bunga sampai berbagai makanan yang kita konsumsi sehari-hari
seperti susu, telur, kacang-kacangan dan seafood.

Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi ditubuh akibat


masuknya suatu zat asing. Zat asing yang dinamakan allergen tersebut masuk

3
kedalam tubuh melalui saluran nafas (inhalan) seperti debu, tungau, serbuk bunga.
Allergen juga dapat masuk melalui saluran pencernaan (ingestan) seperti susu,
telur, kacang-kacangan dan seafood. Disamping itu juga dikenal allergen kontak
yang menempel pada kulit seperti kosmetik dan perhiasan.Saat allergen masuk
kedalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan
dengan membuat antibody yang disebut immunoglobulin E. Imunoglobulin E
tersebut menempel pada sel mast (mast cell) pada tahap berikutnya, allergen akan
mengikat immunoglobulin E yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut
memicu pelepasan senyawa histamine dalam darah.Peningkatan histamine
menstimulasi rasa gatal melalui mediasi ujung saraf sensorik.Senyawa histamin
yang teramat banyak juga bisa disebabkan oleh stress dan depresi.

Pengobatan gatal-gatal karena alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat


antihistamin yang banyak dijual secara bebas.Efek samping dari pemakaian obat
diantaranya linglung, pusing, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur,
namun jarang ada penderita yang mengalami hal tersebut.Dewasa ini terdapat obat
antihistamin generasi baru yang tidak berefek sedative (mengantuk) dan beraksi
lebih lama, namun harganya lebih mahal dan harus ditebus dengan resep
dokter.Sesungguhnya pemakaian obat antihistamin hanya menghilangkan gejala
alergi dan menghindari serangan yang lebih besar di masa mendatang, tidak
menyembuhkan alergi .Jika penderita kontak lagi dengan alergen, maka alergi akan
muncul kembali. Oleh karena itu, yang terbaik untuk mengatasi alergi adalah
dengan menghindari kontak dengan alergen, menjaga keberisihan diri dan
lingkungan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta menjauhi stres.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan immunosupresan

2. Untuk mengetahui indikasi

3. Untuk mengetahui penggolongan obat immunosupresan

4. Untuk melakukan skrining resep

4
BAB II
IMUNOSUPRESAN

A. Pengertian imunosupresan
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan
respons imun seperti pencegah penolakan transplantasi,mengatasi penyakit
autoimun dan mencegah hemolisis Rhesus pada neonatus. Sebagian dari
kelompok inibersifat sitotoksik dan digunakan sebagai antikanker.
Imunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun
dengan jalan interaksi diberbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam
proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari sitokin,sehingga mata
rantai penting dalamrespon-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial
bagi perbanyakan dan diferensial limfosit,yang dapat dihambat pula oleh efek
sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan
dengan pembentukan antibodi terhadap limfosit. Imunosupresan digunakan
untuk tiga indikasi utama yaitu transplantasi organ,penyakit autoimun dan
pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

B. Indikasi Imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu transplantasi
organ, penyakit autoimun dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

1. Transplantasi organ
Imunosupresan sangat diperlukan untuk mencegah reaksi penolakan
transplantasi. Pada awalnya obat yang digunakan adalah sitotoksik
nonspesifik (azatioprin dan siklofosfamid) dan kortikosteroid. Obat
nonspesifik menimbulkan efek imunosupresan dengan cara menghambat
poliferasi limfosit. Sayangnya, obat-obat ini juga menekan pertumbuhan
sel-sel yang cepat berkembang seperti sumsum tulang dan mukosa saluran
cerna. Hal ini dapat menyebabkan efek samping seperti meningkatnya
resiko infeksi dan supresi sumsum tulang. Sklosporin sangat membantu
meningkatkan keberhasilan Transplantasi. Paduan obat yang sering digunakan
untuk transplantasi Berbagai organ (ginjal, sumsum tulang, hati jantung, dan
Pankreas) menggunakan siklosporin dan prednison. Azotioprin juga
digunakan sebagai kombinasi kedua obat tersebut, terutama untuk
transplantasi ginjal dan jantung.

2. Pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus

5
Eritroblastosis fetalis terjadi bila seorang ibu rhesus negatif mengandung
bayi rhesus positif. Darah bayi yang mengandung antigen D dapat masuk ke
sirkulasi ibu pada waktu persalinan atau bila ada solusi plasenta atau
kehamilan ektopik. Proses ini akan menyebabkan ibu membentuk antibodi
Terhadap eritrosit Rh(+). Pada kehamilan berikutnya,antibodi terhadap Rh(+)
akan semakin meningkat dengan risiko transfer antibodi ke Sirkulasi janin
terutama pada trimester akhir dan Menyebabkan hemolisis pada janin
(eritroblastosis fetalis). Untuk pencegahan antibodi RH(D) diberikan pada
ibu RH(- ) dalam waktu 72 jam setelah melahirkan.

3. Pengobatan penyakit autoimun


Penyakit autoimun berkembang bila sistemimunmengalami sensitisasi oleh
protein endogen dan menganggapnya sebagai protein asing. Hal ini
merangsang pembentukan antibodi atau perkembangan sel T yang dapat
bereaksi dengan antigen endogen ini. Efektifitas terapi imunosupresan
bervariasi tergantung dari jenis penyakit.Berbagai penyakit autoimun
seperti ITP ,anemia hemolitik Autoimun, dan gromeluronefritis akut,
umunya memberiRespon cukup baik terhadap pemberian prednison saja.

C. Prinsip umum terapi imunosupresan


Prinsip umum penggunaan imunosupresan untukmencapai hasil terapi yang
optimal adalah sebagai berikut:
1. Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan
dengan respons imun sekunder. Tahap awal respons imun primer
mencangkup: pengolahanantigen oleh APC, sintesis limfokin,proliferasi dan
diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap
obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka
efektivitas obat imunosupresan akan jatuh berkurang.
2. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang
berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respons imun terhadap suatu
antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
3. Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan
sebelum paparan terhadap antigen.

D. Obat imunosupresan

6
Penggunaan obat imunosupresan berdasarkan waktu pemberiannya. Untuk itu
respon imun dibagi dalam dua fase.
1. Fase induksi, yang meliputi :
- Fase pengolahan Ag oleh makrofag, dan pengenalan Ag oleh limfosit
imunosupresan
- Fase poliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T, masing-masing untuk
respon imun humoral dan seluler.
2. Fase produksi, yaitu fase sintesis aktif AB dan limfokin

Berdasarkan fase-fase tersebut diatas imunosupresan dibagi 3 kelas, yaitu :


1. Imunusupresan kelas I, harus diberikan sebelum fase induksi yaitu
sebelum terjadi perangsangan oleh Ag, jadi kerjanya adalah merusak
limfosit imunokompeten (limfolitik). Contoh alkilator radiomimetic,
kortikosteroid (sinar x juga bekerja dalam fase ini). Jika diberikan
setelah terjadi perangsangan oleh Ag, biasanya tidak diperoleh
imunosupresif sehingga respon imun dapat berlanjut terus.
2. Imunosupresan kelas II adalah yang harus diberikan dalam fase induksi,
biasanya satu atau dua hari setelah perangsangan oleh Ag berlangsung.
Obat golongan ini bekerja menghambat proses diferensiasi dan
proliferasi sel imunokompeten, misalnya antimetabolit. Jika diberikan
sebelum adanya perangsangan oleh Ag, umumnya tidak
memperlihatkan efek imunosupresif, malahan sebaliknya, beberapa obat
tersebut justru dapat meningkatkan respon imun, contonya azatioprin
dan metrotreksat.
3. Imunosupresan kelas III memiliki sifat imunosupresan kelas I dan kelas
II. Jadi golongan ini dapat menghasilkan imunosupresi bila diberikan
sebelum maupun sesudah adanya perangsangan oleh Ag.

7
BAB III
ANALISIS RESEP DAN PERAN APOTEKER

A. ANALISIS RESEP

8
1. Skrining Resep
Administrasi Ada Tidak ada
Nama dokter √
Nomor Izin Praktek √
Tanggal Penulisan Resep √
Tanda Tangan / Paraf Dokter √
Nama dan Umur Pasien √
Berat Badan Pasien √
Farmasetik
Nama obat √
Bentuk Sediaan √
Dosis Obat √
Kekuatan Obat √
Jumlah obat √
Cara penguunaan obat √
Stabilitas obat √
Inkompabilitas obat √
Klinis
Adanya alergi √
DRP √

2. Deskripsi Obat
Nama Obat Ka-En 1B
Isi natrium, kiorida, glukosida
Kekuatan 500 mL
Indikasi digunakan untuk membantu mengganti cairan dan elektrolit pada
kondisi, seperti: dehidrasi pada pasien yang kekurangan
karbohidrat, penyakit yang belum diketahui penyebabnya, pra dan
pasca operasi.
Kontra indikasi Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap salah satu
komposisi dari KA-EN 1B.
Efek samping  Hipersensitif (gatal-gatal, terbentuk ruam)
 Nyeri pada tempat injeksi
 Pembengkakan paru-paru dan otak

Peringatan batasi asupannya pada gangguan fungsi ginjal, gagal jantung,


hipertensi, udem perifer dan paru-paru, toksemia kehamilan

9
Nama Obat Cefotaxim
Isi Sefotaksim
Kekuatan 1g
Indikasi Profilaksis infeksi pembedahan, Septicemia, Infeksi tulang dan
sendi, Infeksi sistem saraf pusat, Infeksi Genitourinari, Infeksi
Ginekologis, Infeksi intraabdomen, Infeksi saluran pernapasan,
Infeksi struktur kulit dan kulit, Gonore.
Kontra indikasi Alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin.
Efek samping  diare berair atau berdarah
 ruam, memar, kesemutan, mati rasa, nyeri, otot lemah
 detak jantung tidak teratur
 demam, menggigil, sakit pada tubuh, gejala flu
 mudah memar atau berdarah, lemah lesu tidak biasa
 demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala dengan kulit
melepuh, mengelupas, dan ruam
 Kejang-kejang atau pingsan atau
 mata atau kulit menguning

Interaksi Peningkatan risiko nefrotoksisitas dengan aminoglikosida.


Peningkatan konsentrasi serum dg probenesid
Peringatan Pasien dengan riwayat alergi dan kolitis penisilin. Gangguan
ginjal. Anak Kehamilan dan menyusui.

Nama Obat Paracetamol


Isi Paracetamol
Kekuatan 250 mg
Indikasi Nyeri dan demam ringan hingga sedang
Kontra indikasi gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas
Efek samping jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk
trombositopenia, leukopenia, neutropenia), hipotensi juga
dilaporkan pada infus, PENTING: Penggunaan jangka panjang dan
dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati,
lihat pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan

Interaksi Interaksi Obat :


Mengurangi penyerapan dengan colestyramine. Konsentrasi serum
menurun dengan rifampisin dan beberapa antikonvulsan (mis.
Fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, primidon). Meningkatkan
efek antikoagulan warfarin dan kumarin lainnya dengan
penggunaan jangka panjang. Peningkatan penyerapan dengan
metoclopramide dan domperidone. Peningkatan konsentrasi serum

10
dengan probenesid. Dapat meningkatkan konsentrasi serum
kloramfenikol.
Interaksi Makanan:
Peningkatan risiko hepatotoksisitas dengan alkohol. Konsentrasi
serum menurun dengan St. John's wort.
Peringatan gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, ketergantungan
alkohol.

Nama Obat Fenitoin kapsul


Isi Fenitoin
Kekuatan 100 mg
Indikasi Untuk mengontrol serangan pada psikomotor (epilepsi lobus
temporalis), pencegahan dan serangan yang terjadi selama bedah
saraf.
Kontra indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap fenitoin
Efek samping Nistagmus, ataksia, bicara tidak jelas dan konfusi mental, pusing,
tidak dapat tidur dan sakit kepala. Pada terapi jangka panjang,
mual, muntah, konstipasi, keracunan, hepatitis, dan kerusakan
hati, bintik merah, trombositopenia dengan atau tanpa supresi
sumsum tulang.
Interaksi  Meningkatkan kadar phenytoin dalam darah, jika
digunakan dengan amiodarone, ketoconazole,
capecitabine, chloramphenicol, chlordiazepoxide,
diazepam, disulfiram, estrogen, fluorouracil, fluoxetine,
fluvoxamine, cimetidine, isoniazid, omeprazole,
phenothiazine, sertraline, ticlopidine, atau warfarin.
 Mengurangi kadar phenytoin dalam darah, jika digunakan
dengan bleomycin, carbamazepin, asam folat,
reserpin, phenobarbital, natrium divalproex, asam
valproat atau sukralfat.
 Berpotensi mengurangi efektivitas
obat antijamur golongan azole, kortikosteroid,
doxycycline, estrogen, furosemide, irinotecan, paclitaxel,
paroxetine, rifampisin, sertraline, teofilin, dan vitamin D.
 Meningkatkan risiko perdarahan, jika digunakan
dengan warfarin.
 Mengurangi kadar albendazole, efavirenz, quetiapine,
atorvastatin, ciclosporin, digoxin, asam folat, dan
simvastatin di dalam darah.

11
Peringatan  Meningkatkan risiko hipotensi dan gangguan irama
jantung pada penggunaan phenytoin yang diberikan
melalui suntikan secara cepat.
 Penggunaan phenytoin bagi penderita epilepsi kronis
dapat mengurangi kandungan mineral dalam tulang.
 Phenytoin berisiko mengurangi vitamin D dari dalam
tubuh, sehingga menyebabkan rendahnya kadar kalsium
dan fosfat dalam darah.
 Hati-hati bagi penderita aritmia, albumin rendah,
gangguan pada hati, hormon tiroid
rendah, agranulositosis, anemia, trombositopenia,
pansitopenia, diabetes, dan porfiria.
 Phenytoin dapat meningkatkan dorongan untuk bunuh
diri, hati-hati terutama pada awal-awal konsumsi.
 Jangan menghentikan penggunaan obat ini secara
mendadak karena berpotensi memperburuk kondisi.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah
menggunakan phenytoin, segera temui dokter.

Nama Obat Asam Valproat


Isi Asam Valproat
Kekuatan 250 mg
Indikasi Profilaksis migrain, episode manik akut gangguan bipolar, kejang
absensi yang sederhana dan kompleks, gangguan bipolar, kejang
parsial kompleks; Kejang absen yang sederhana dan kompleks
Kontra indikasi Ada riwayat disfungsi hati, riwayat penyakit hati aktif, porfiria;
gangguan siklus mitokondria dan urea. Pasien dengan kelainan
mitokondria yang diketahui disebabkan oleh mutasi pada
mitokondria DNA polymerase gamma (mis. Alpers-Huttenlocher
Syndrome). Ggn hati. Anak-anak <2 tahun. Kehamilan
Efek samping Sakit kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, peningkatan nafsu
makan, kenaikan berat badan, nistagmus, mengantuk, pusing,
kelelahan, ensefalopati hiperammonaemia, hipotermia,
halusinasi. Trombositopenia (terkait dosis), tremor, peningkatan
LFT. Penggunaan kronis dapat menyebabkan defisiensi karnitin.
Berpotensi Fatal: Hepatotoksisitas fatal terutama pada anak <2
tahun, multi-organ dan reaksi hipersensitivitas dermatologis (mis.
Sindrom Stevens-Johnson, erythema multiforme), pankreatitis,
diskrasia darah.

12
Interaksi Meningkatkan risiko toksisitas dg bupropion. Meningkatnya
risiko kejang dg mefloquine. Peningkatan risiko defisiensi
karnitin dg pivmecillinam dan pivampicillin. Peningkatan risiko
hepatotoksisitas dan toksisitas carbamazepine dengan penurunan
kadar asam valproat bersamaan dengan carbamazepine.
Mengurangi asam valproik dan meningkatkan kadar serum
etosuksimida dg etosuksimid. Penurunan kadar asam valproik
dengan karbapenem, rifampisin, fenitoin, fenobarbital (atau
primidon) dan rejimen obat antineoplastik. Peningkatan kadar
asam valproat bersama felbamate dan aspirin. Peningkatan risiko
hepatotoksisitas dengan olanzepine. Penggunaan bersamaan
meningkatkan tingkat fenobarbital, nimodipine, nifedipine,
lamotrigin, AZT, amitriptyline, nortriptyline, dan benzodiazepin.
Penggunaan bersamaan menurunkan tingkat tigabine dan
clozapine. Peningkatan risiko status absen bersama clonazepam.
Peningkatan risiko hiperammonaemia dg topiramate. Peningkatan
konsentrasi asam valproat gratis dengan obat terikat protein
tinggi.
Berpotensi Fatal: Karbapenem bersamaan tidak dianjurkan karena
hal ini dapat menurunkan kadar valproat. Hindari salisilat
bersamaan pada anak <3 tahun karena terlalu beresiko
hepatotoksisitas. Peningkatan risiko hepatotoksisitas dg
cosyntropin. Hindari etanol karena ini dapat meningkatkan
depresi SSP.
Peringatan  Harap berhati-hati dalam menggunakan asam
valproat jika menderita penyakit liver, gangguan
ginjal, pankreatitis, demensia, dehidrasi, kelainan bawaan
(seperti sindrom Alpers-Huttenlocher dan gangguan siklus
urea), perdarahan, serta infeksi HIV.
 Beri tahu dokter jika memiliki riwayat hilangnya
kemampuan berpikir dan memahami sesuatu, koma, sulit
mengoordinasikan gerakan tubuh, atau
infeksi cytomegalovirus.
 Informasikan pada dokter mengenai obat-obatan yang
rutin dikonsumsi, termasuk suplemen dan obat herba.
 Pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan asam
valproat berisiko mengalami perubahan kondisi mental,
terutama pada awal pengobatan, misalnya kecenderungan
untuk bunuh diri. Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter
sesuai dengan jadwal kontrol selama mengonsumsi obat
ini.

13
Jangan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan alat-
alat berat ketika sedang mengonsumsi obat ini.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah
mengonsumsi asam valproat, segera temui dokter.
Sumber :Drug Information Handbook 17thedition; IONI 2008

3. Perhitungan dan kesesuaian Dosis

Perhitungan :
1. CaCo3 = 500 mg x 60 kaspul = 30.000 mg = 30 g

Kesesuain dosis :

Literatur
Nama Obat (Drug Information Handbook, 17th Dalam R/ Keterangan
editiondan IONI 2018)
Rheumatoid arthritis: Oral: 2 x 1 tablet
Awal: 1 mg / kg / hari diberikan sekali sehari
atau dibagi dua kali sehari, selama 6-8
minggu; naik 0,5 mg / kg setiap 4 minggu
sampai respons atau hingga 2,5 mg / kg /
Imuran hari; uji coba yang memadai harus minimal
tablet 12 minggu

Dosis pemeliharaan: Kurangi dosis 0,5 mg /


kg setiap 4 minggu sampai dosis efektif
terendah tercapai; durasi terapi optimal tidak
ditentukan; mungkin dihentikan tiba-tiba
Pencegahan dan pengobatan Osteoporosis 1x Sesuai Dosis
Actonel
(pascamenopause): Oral: 5 mg sekali sehari seminggu Lazim
tablet
atau 35 mg seminggu sekali atau satu tablet
75 mg diminum 2 hari berturut-turut sebulan
sekali (total 2 tablet / bulan) atau 150 mg
.
sebulan sekali.
Calcium Osteoporosis: Dewasa> 51 tahun: 1200 mg / 2 x 1 kapsul < Dosis Lazim
carbonate hari.
kapsul
tukak lambung dan tukak duodenum 1 x 1 kapsul Sesuai Dosis
(termasuk yang komplikasi terapi AINS), 20 Lazim
Omeprazole
mg satu kali sehari selama 4 minggu pada
kapsul
tukak duodenum atau 8 minggu pada tukak
lambung; pada kasus yang berat atau kambuh

14
tingkatkan menjadi 40 mg sehari;
pemeliharaan untuk tukak duodenum yang
kambuh, 20 mg sehari; pencegahan kambuh
tukak duodenum, 10 mg sehari dan
tingkatkan sampai 20 mg sehari bila gejala
muncul kembali.
Anti-inflamasi atauimunosupresan:Oral: 2- 1 x 1 tablet Sesuai Dosis
Methyl 60 mg / hari dalam 1-4 dosis terbagi untuk Lazim
predni memulai, diikuti dengan pengurangan
solone bertahap ke tingkat serendah mungkin
4 mg konsisten dengan mempertahankan respon
klinis yang memadai.

4. Perhitungan Harga
PPn = 10%
Mark Up = 28%
HNA = Harga PBF (diambil dari HET tiap bahan)
HJA = HNA x 1,1 x 1,28
Biaya Racik = Rp 3.000,-
Biaya Non Racik = Rp 1.000,-

Harga R/ yang diambil


Nama Obat HNA HJA Harga Obat
(PER
TABLET)
Imuran tablet Rp 6.809,- Rp 9.587,- Rp 575.220,-
Actonel tablet Rp 104.824,- Rp 147.592,- Rp 147.592,-
Calcium carbonate Rp 375,- Rp 528,- Rp 31.680,-
kapsul
Omeprazole kapsul Rp 371,20,- Rp 522,65,- Rp 15.679 ,-
Methylprednisolone Rp 121,81,- Rp 171,51,- Rp 5.145,-
4 mg tablet
Total Harga Rp 782.316,-

Sumber :MIMS 139THEdition 2018, Indonesia

5. Drug Related Problem

15
Kategori DRP DRP yang DRP yang terjadi Penyelesaian Referensi
ditemukan
pada resep
Terapi obat tidak -
diperlukan
Diperlukan terapi -
obat tambahan
Obat tidak efektif -
Dosis obat terlalu -
rendah
Dosis obat terlalu -
tinggi
Reaksi obat yang -
tidak diinginkan
Interaksi obat Actonel Penggunaan caco3 Hindari U.S Food and
dengan menurunkan meminum Drug
caco3 absorbsi Actonel Actonel dan Administration
(Drug Information caco3 secara (https://www.acce
Handbook, 17th bersamaan ssdata.fda.gov/dru
edition) gsatfda_docs/labe
l/2006/021823s00
4_LBL.pdf
Actonel Penggunaan actonel Gunakan UK Medicines
dengan dengan PPI pada dosis terendah Information
omeprazole wanita omeprazole (UKMi)
meningkatkan pharmacists for
NHS healthcare
resiko fraktur (Int J
professionals
Clin Exp Med 2015 :
https://www.sps.nh
Original Article s.uk/wp-
Bone fracture and content/uploads/20
the interaction 17/02/UKMi_QA_
between bisphosphonates-
bisphosphonates and PPI_May_2017.doc
proton pump x
inhibitors: a meta-
analysis)https://ww
w.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC4
483859/pdf/ijcem00
08-4899.pdf

16
6. Pembuatan Resep
a. Disiapkan cangkang kapsul no.0 dan serbuk CaCO3
b. Ditimbang CaCO3 sebanyak 30 gram
c. Dimasukkan serbuk CaCO3 ke dalam cangkang kapsul satu persatu
d. Dibersihkan cangkang kapsul CaCO3 menggunakan kain flanel
e. Kapsul yang berisi CaCO3 dimasukkan ke dalam plastik klip kemudian
diberi etiket
f. Diambil tablet Imuran, tablet Actonel, kapsul Omeprazole, dan tablet
Methylprednisolone. Masing-masing dimasukkan ke dalam plastik klip
yang berbeda dan masing-masing diberi etiket.

Etiket Tablet Imuran : Etiket Tablet Actonel :


Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jalan Raya Perjuangan Kav. 8 Kebon Jeruk, Jakarta Barat Jalan Raya Perjuangan Kav. 8 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. (021) 25677888 Telp. (021) 25677888
Apoteker :Annisa Rose Kurniati, S.Farm., Apt. Apoteker :Annisa Rose Kurniati, S.Farm., Apt.

No. : 03 02-04-2019 No. : 03 02-04-2019

Ny. Chadidjah N Loebis (52 Thn) Ny. Chadidjah N Loebis (52 Thn)
2 x sehari (sesudah makan) 1 x seminggu (sebelum makan pagi)
Semoga Lekas Sembuh Semoga Lekas Sembuh

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER

Etiket Kapsul CaCO3 : Etiket Kapsul Omeprazole :


Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jalan Raya Perjuangan Kav. 8 Kebon Jeruk, Jakarta Barat Jalan Raya Perjuangan Kav. 8 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. (021) 25677888 Telp. (021) 25677888
Apoteker :Annisa Rose Kurniati, S.Farm., Apt. Apoteker :Annisa Rose Kurniati, S.Farm., Apt.

No. : 03 02-04-2019 No. : 03 02-04-2019

Ny. Chadidjah N Loebis (52 Thn) Ny. Chadidjah N Loebis (52 Thn)
2 x sehari (sesudah makan) 1 x sehari (sebelum makan)
Semoga Lekas Sembuh Semoga Lekas Sembuh

Etiket Tablet Methylprednisolone : TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo


Jalan Raya Perjuangan Kav. 8 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. (021) 25677888
Apoteker :Annisa Rose Kurniati, S.Farm., Apt.

No. : 03 02-04-2019

Ny. Chadidjah N Loebis (52 Thn)


1 x sehari (sesudah makan)
Semoga Lekas Sembuh

17
TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER

7. Penyerahan dan Informasi Obat


a. Resep diterima Apoteker
b. Dilakukan pengkajian resep oleh Apoteker
c. Ketersediaan obat yang tertera dalam resep dicek
d. Dilakukan perhitungan harga obat dalam resep
e. Resep dibayar oleh pasien
f. Dilakukan peracikan dan penyiapan obat
g. Penyerahan obat dilakukan dengan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi yang tepat, yaitu :
1) Penyampaian ke pasien bahwa obat yang digunakan adalah obat
keras berupa tablet dan kapsul, dengan aturan pemakaian :
a) Tablet Imuran = 2 x sehari (sesudah makan)
b) Tablet Actonel = 1 x seminggu (diminum 30 menit sebelum
makan pagi)
Risedronate harus diambil dalam posisi tegak dengan segelas
penuh (6-8 ons) air putih dan pasien harus menghindari
berbaring selama 30 menit untuk meminimalkan kemungkinan
efek samping GI. Tablet harus ditelan utuh; jangan
menghancurkan atau mengunyah.
c) Kapsul CaCO3 = 2 x sehari (sesudah makan)
d) Kapsul Omeprazole = 1 x sehari (sebelum makan)
e) Tablet Methylprednisolone = 1 x sehari (sesudah makan)
2) Perlu diberikan informasi mengenai hal-hal yang dapat berinteraksi
dengan obat dan efek samping yang akan terjadi
3) Penyimpanan obat harus di tempat yang kering, suhu ruangan yang
tidak panas, dijauhkan dari jangkauan anak-anak

18
4) Bila ada hal yang ingin ditanyakan kepada apoteker, dapat
menghubungi ke nomor telepon yang tertera
5) Bila sakit berlanjut, diharapkan untuk kontrol ke dokter

B. PERAN APOTEKER DALAM PENATALAKSANAAN

Peran apoteker adalah memberikan rekomendasi dalam pemilihan obat yang


tepat berdasarkan kondisi pasien yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
pasien dan hasil diagnosa dokter.
1. Implementasi Pengobatan
a. Menyediakan obat (drug supply management)
b. Pemberian informasi dan edukasi
Edukasi merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan
kesehatan pasien. Tujuan dari edukasi adalah agar pasien mendapatkan
pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Adanya pemberian edukasi
dapat merubah perilaku dari sasaran edukasi.

Pedoman pemberian informasi dan edukasi :


a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini sebaiknya membekali diri
dengan pengetahuan yang cukup mengenai pengobatan dengan
imunosupresan disamping memiliki rasa empati dan ketrampilan
berkomunikasi, sehingga dapat tercipta rasa percaya pasien terhadap
Apoteker dalam mendukung pengobatan mereka.
b. Pemberian informasi dan edukasi ini diberikan kepada pasien dengan
mempertimbangkan latar belakang dan pendidikan agar terjalin
komunikasi yang efektif.
c. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien yang meliputi
riwayat penyakit, riwayat pengobatan, makanan atau minuman yang
diberikan yang dapat berpengaruh kepada pengobatan.
d. Kepatuhan pasien dalam pengobatan akan lebih baik apabila :
1) Jumlah obat yang dipergunakan lebih sedikit.

19
2) Kejadian efek samping obat lebih jarang terjadi.
3) Ada pengertian dan kesepakatan antara dokter, pasien, dan apoteker.
e. Membantu pasien dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi dalam penggunaan obat, jika perlu dengan melibatkan tenaga
kesehatan lain seperti dokter.

2. Konseling
Untuk pasien yang mendapat resep dokter dapat diberikan konseling
secara terstruktur dengan Tiga Pertanyaan Utama (Three Prime Questions)
kepada pasien sebagai berikut :
1) Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan?
2) Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat?
3) Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan?

3. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat dan
meningkatkan keberhasilan terapi. Pelaksanakan kegiatan ini memerlukan
pencatatan data pengobatan pasien (medication record).

20
BAB IV

KESIMPULAN

1. Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respons


imun seperti pencegah penolakan transplantasi, mengatasi penyakit autoimun
dan mencegah hemolisis Rhesus pada neonates.

2. Penggolongan obat imunosupresan berdasarkan waktu pemberiannya terdiri dari


fase induksi dan fase produksi dan terbagi lagi imenjadi tiga fase berdasarkan
fase tersebut yaitu Imunosupresan kelas I, Imunosupresan kelas II (azatioprin
dan metrotreksat) dan Imunosupresan kelas III.

3. Resep yang diskrining oleh kelompok kami adalah resep berbentuk elektronik
dimana untuk kelengkapan administrasi tidak terdapat nomor izin praktek, paraf
dokter serta berat badan pasien. Untuk farmasetik lengkap dan klinis terdapat
DRP namun bisa tertangani tanpa intervensi dokter.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association

Anonimb . 2018. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 139 issue 1,


2018/2019. Jakarta: Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2008.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPER POM dan
CV SagungSeto.

Baratawidjaya K G. Imunologi Dasar. Edisi ke 7. 2006 Jakarta : Balai Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Food and Drug Administration, 2006, FDA Drug, ACTONEL with CALCIUM,
U.S. Department of Health and Human Services Terdapat di:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2006/021823s004_LBL.pd
f [Diakses pada Mei 2019].

Gunawan, gan sulistia. 2016 Farmakologi dan terapi edisi 6. Departemen


Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

Int J Clin Exp Med 2015 : Original Article Bone fracture and the interaction
between bisphosphonates and proton pump inhibitors: a meta- analysis. Terdapat di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4483859/pdf/ijcem00 08-
4899.pdf [Diakses pada Mei 2019].

UK Medicines Information (UKMi) pharmacists for NHS healthcare professionals.


2017.Is there an interaction between bisphosphonates and proton pump inhibitors?.
Terdapat di https://www.sps.nhs.uk/wp-
content/uploads/2017/02/UKMi_QA_bisphosphonates-PPI_May_2017.docx
[Diakses pada Mei 2019].

22

Anda mungkin juga menyukai