Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi
pada semester 5. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rassa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Shirly Kumala, M.Biomed, Apt. selaku dosen mata kuliah Imunologi yang
telah memberikan bimbingannya.
2. Teman-teman kelompok XIV.
3. Serta seluruh Mahasiswa Imunologi Kelas A.

Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalasnya melainkan hanya
dapat memohon semoga Tuhan memberikan balasan atas kebaikan dari berbagai pihak
yang dapat membantu untuk penulisa makalah ini. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan dansaran dari
berbagai pihak demi kesempurnaa dari makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 9 Desember 2015

Tim penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

ABSTRAK .................................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1


I. LATAR BELAKANG
II. RUMUSAN MASALAH
III. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................3


A. Definisi Imunomodulator ..............................................................................3
B. Imunomodulator Vaksin ............................................................................3
C. Imonomodulator Sera ................................................................5
D. Imunomodulator pada
Pengobatan .........................................................................................................8

BAB III PENUTUP ....................................................12


I. Kesimpulan................................................................................................................
.........12
II. Saran...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................24


LAMPIRAN
ABSTARK

Imunomodulator merupakan suatu substansi baik alamiah maupun sintetis yang dapat
membantu mengatur keseimbangan system imun. Penggunaan imunomodulator dapat
direkomendasikan pada pendertia gangguan system imun atau secara luas digunakan untuk
pengobatan penyakir kronis untuk memperbaiki system imun. System imun terbagi atas dua
jenis, yaitu system imun kongenital atau nonspesifik dan system imun didapat atau adaptive atau
spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh system imun kongenital bersifat spontan, tidak
spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan
berulang dengan patogen yang sama. Bentuk imunomodulator terdiri dari imunodepresan dan
imunostimulan.

Dalam penanganan penyakit dibutuhkan suatu imunomodulator berupa imunomodulator


vaksin dan seratorapi. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau liar. Imunisasi aktif secara buatan dengan pemberian dalam
jumlah kecil mikroba yang sudah di-inaktivasi atau dilemahkan kepada orang sehat dengan
tujuan untuk merangsang tubuh orang tersebut membentuk antibodi (kekebalan) terhadap
mikroba tersebut disebut dengan Vaksinasi. Sedangkan sera / serum adalah bagian dari plasma
yang didalamnya terlarut berbagai macam protein, diantaranya gamaglobulin yang berupa zat
anti bodi dan berfungsi untuk mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit. Gamaglobulin
telah dipakai untuk memberikan kekebalan atau imunisasi berbagai penyakit. Pentingnya
imunomodulator vaksin dan seratorapi dibutuhkan dalam pengobatan penderita penyakit kronis
untuk memperbaiki system imun.
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sistem imun tubuh terdiri dari banyak komponen. Semua komponen tersebut akan
bekerja secara serentak saat tubuh mendapatkan serangan dari penyakit yang berasal dari luar
tubuh maupun dari dalam tubuh kita sendiri. Mempertahankan kekebalan tubuh diperlukan
agar tubuh senantiasa sehat. Meningkatkan dengan menjaga pola hidup sehat, yaitu
istirahat/tidur yang cukup, konsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin dan mineral,
dan bila perlu menggunakan imunomodulator. Imunomodulator sangat berperan penting dalam
memperbaiki system imun. Secara definisi imunomodulator adalah imunostimulasi atau
imunopotensiasi, yaitu cara memperbaiki fungsi sistem imun tubuh dengan menggunakan
bahan yang merangsang atau meningkatkan kerja sistem tersebut.
Pada orang dengan kondisi prima tidak mudah terkena infeksi tetapi jika pada saat tubuh
dalam keadaan kurang baik maka akan mudah terpapar oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur
yang akan masuk ke dalam tubuh baik melalui makanan ataupun kulit. Banyak faktor yang
dapat mengakibatkan sistem imun terganggu, di antaranya: stress, kurang gizi, terlalu lelah dan
gaya hidup yang tidak teratur. Seiring dengan makin berkembangnya pemahaman mengenai
respon imun tubuh dalam menghadapi infeksi maupun penyakit lain, makin berkembang pula
penelitian mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon imun tersebut. Bahan-bahan
yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari imunomodulator ?
2. Apa yang dimaksud dengan imunomodulator vaksin ?
3. Apa yang dimaksud dengan imunomodulator seratorapi ?
4. Bagaimana pengobatan imunomodulator vaksin dan seratorapi pada penyakit ?

III. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari imunomodulator.
2. Mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan imunomodulator vaksin.
3. Mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan imunomodulator seratorapi.
4. Mengetahui bagaimana pengobatan imunomodulator vaksin dan seratorapi pada suatu
penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN

Imunomodulator adalah imunostimulasi atau imunopotensiasi, yaitu cara memperbaiki


fungsi sistem imun tubuh dengan menggunakan bahan yang merangsang atau meningkatkan
kerja sistem tersebut. Persyaratan imunomodulator menurut WHO, imunomodulator haruslah
memenuhi persyaratan berikut :
1. Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia.
2. Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat.
3. Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik.
4. Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek samping
farmakologik yang merugikan.
5. Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar.
6. Dasar fungsional paramunitas

Sistim imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistim imun kongenital atau nonspesifik dan
sistim imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistim imun
kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun
kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistim imun
didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada
paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistim imun kongenital memungkinkan respon
imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan
untuk mengaktivasai limfosit (imunitas didapat).
Imunomodulator direkomendasikan pada penderita gangguan system imun. Bentuk
imunomodulator terbagi atas imunodepresan dan imunostimulan. Imunodepresan merupakan
substansi ang dapat menghambat system imun. Sedangkan imunostimulan adalah substansi yang
dapat menstimulir system imun. Obat yang berefek imunosupresan mencegah terjadinya
penolakan trasplantasi organ/jaringan, pengobatan terhadapat penyakit atutoimuno dan
pengobatan terhadap penyakit alergi kronis. Obat-obat yang bertindak sebagai imunosupresan
yaitu glukorkortikoid, sitostastik, antibody dan obat yang bekerja pada imunofilin.
Imunostimulan terbagi atas imunostimulan spesifik dan imunostimulan non spesifik.
Imunostimulan spesifik merangsang terbentuknya respon imun spesifik yaitu vaksin dan antigen.
Imunostimulan non spesifik merangsang terbentuknya respon imun non-spesifik pada adjuvan
dan obat alami.
Vaksin merupakan imunostimulan spesifik yang merangsang terbentuknya respon imun
spesifik. Definisi Vaksin menurut Farmakope Indonesia Edisi IV : Vaksin adalah sediaan yang
mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.
Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspense organisme hidup
atau inaktif atau fraksifraksinya atau toksoid. Jenis-jenis vaksin menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV :
1. Vaksin Bakteri : Vaksin bakteri dibuat dari biakan galur bakteri yang sesuai dalam media
cair atau padat yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif atau komponen
imunogeniknya.
2. Toksoid Bakteri diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat
toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteksi, tanpa mengurangi sifat
imunogenisitas.
3. Vaksin Virus dan Riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang ditumbuhkan dalam
telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam jaringan yang sesuai. Mengandung virus
atau riketsia hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya. Vaksin virus hidup
umumnya dibuat dari virus galur khas yang virulensinya telah dilemahkan.

Jenis-jenis vaksin virus menurut Kistner, 2003 yaitu : Vaksin virus hidup yang
dilemahkan (Live Attenuated virus Vaccines), Vaksin virus inaktif/mati (Inactivated/killed virus
Vaccines) dan Vaksin subunit (subunit Vaccines). Proses pelemahan virus yaitu pada virus
virulen dapat dibuat menjadi kurang virulen (attenuated) dengan cara menumbuhkan virus
tersebut pada sel inang yang berbeda dari sel inang normal atau dengan cara mengembang-
biakkan virus tersebut pada suhu non fisiologis. Mutan yang mampu berkembang biak lebih baik
dibanding virus tipe liar (wild type) pada kondisi selektif tersebut akan meningkat selama
replikasi virus. Jika mutan tersebut diisolasi, dimurnikan, dan diuji patogenisitas pada model
yang tepat, beberapa tipe mutan dapat memiliki sifat patogen yang lebih rendah dibandingkan
induknya. Mutant tersebut merupakan kandidat yang baik sebagai vaksin karena mereka tidak
lagi berkembang dengan baik pada inang alaminya tetapi memiliki kemampuan bereplikasi yang
cukup tinggi sehingga dapat menstimulasi respons imun, tetapi tidak menimbulkan penyakit.
Contoh Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine) : Vaksin BCG, Vaksin Sabin (polio),
Vaksin campak, Vaksin rubella.

Vaksin virus inaktif atau mati pada metoda ini, virus yang secara alami bersifat pathogen
diproduksi dalam jumlah besar dan diinaktifkan dengan menggunakan bahan kimia atau prosedur
fisik yang dirancang untuk menghilangkan sifat infektif dari virus tanpa kehilangan sifat
antigenisitasnya (yaitu kemampuan untuk memicu respons imun yang diinginkan). Teknik yang
umum digunakan adalah dengan cara perlakuan dengan formalin atau beta propriolactine atau
ekstraksi dari partikel envelope virus dengan detergen nonionik seperti Triton X-100. Jenis
vaksin ini relatif tidak memerlukan proses pembuatan yang rumit dan berbiaya murah. Contoh
Vaksin virus inaktif : Vaksin Influenza, Poliovirus (Salk Vaccine), Rabies , vaksin untuk hewan
(veterinary).

Sera disebut juga serum merupakan bagian dari plasma yang di dalamnya terlarut
berbagai macam protein diantaranya gamaglobulin yang berupa zat antibody dan berfungsi untuk
mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit. Gamagloulin telah dipakai untuk beberapa
penyakit sebagai imunisasi yaitu pada cacar, campak, polio dan hepatitis B. Fungsi dari beberapa
serum yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :

1. Serum Anti Tetanus : Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit tetanus.


2. Serum Anti Difteri : Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit difteri.
3. Serum Anti Bisa Ular : Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa yang
mengandung efek neurotoksik (Naja sputatrix / ular Kobra, Bungarus fasciatus / ular
Belang) dan efek hemotoksis (Ankystrodon rhodostoma / ular Tanah).
4. Serum Anti Rabies : Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan hewan yang sakit atau
diduga rabies.

Proses pembuatan serum dibuat dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh suatu
hewan (sapi, kuda, kambing, dll) sehingga kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap
vaksin tersebut. Setelah diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa hewan tersebut telah kebal
terhadap vaksin yang dimasukkan, maka dilakukan pengambilan darah melalui vena leher (vena
jugularis). Setelah diambil, darah kemudian dipisahkan antara plasma dengan sel-sel dan protein
darahnya. Plasma darah kemudian dimurnikan menjadi serum. Serum inilah yang akan
memberikan kekebalan kepada seseorang yang melakukan imunisasi dengan serum.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995

Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, A Novel Cell-Derived Influenza Vaccine, National Influenza
Summit, Chicago, May 20-21, 2003

http://www.uin-alauddin.ac.id/download-14.Gemi%20Nastity%20Handayani.pdf

Anda mungkin juga menyukai