Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi
pada semester 5. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rassa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Shirly Kumala, M.Biomed, Apt. selaku dosen mata kuliah Imunologi yang
telah memberikan bimbingannya.
2. Teman-teman kelompok XIV.
3. Serta seluruh Mahasiswa Imunologi Kelas A.
Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalasnya melainkan hanya
dapat memohon semoga Tuhan memberikan balasan atas kebaikan dari berbagai pihak
yang dapat membantu untuk penulisa makalah ini. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan dansaran dari
berbagai pihak demi kesempurnaa dari makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................................vi
Imunomodulator merupakan suatu substansi baik alamiah maupun sintetis yang dapat
membantu mengatur keseimbangan system imun. Penggunaan imunomodulator dapat
direkomendasikan pada pendertia gangguan system imun atau secara luas digunakan untuk
pengobatan penyakir kronis untuk memperbaiki system imun. System imun terbagi atas dua
jenis, yaitu system imun kongenital atau nonspesifik dan system imun didapat atau adaptive atau
spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh system imun kongenital bersifat spontan, tidak
spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan
berulang dengan patogen yang sama. Bentuk imunomodulator terdiri dari imunodepresan dan
imunostimulan.
III. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari imunomodulator.
2. Mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan imunomodulator vaksin.
3. Mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan imunomodulator seratorapi.
4. Mengetahui bagaimana pengobatan imunomodulator vaksin dan seratorapi pada suatu
penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistim imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistim imun kongenital atau nonspesifik dan
sistim imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistim imun
kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun
kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistim imun
didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada
paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistim imun kongenital memungkinkan respon
imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan
untuk mengaktivasai limfosit (imunitas didapat).
Imunomodulator direkomendasikan pada penderita gangguan system imun. Bentuk
imunomodulator terbagi atas imunodepresan dan imunostimulan. Imunodepresan merupakan
substansi ang dapat menghambat system imun. Sedangkan imunostimulan adalah substansi yang
dapat menstimulir system imun. Obat yang berefek imunosupresan mencegah terjadinya
penolakan trasplantasi organ/jaringan, pengobatan terhadapat penyakit atutoimuno dan
pengobatan terhadap penyakit alergi kronis. Obat-obat yang bertindak sebagai imunosupresan
yaitu glukorkortikoid, sitostastik, antibody dan obat yang bekerja pada imunofilin.
Imunostimulan terbagi atas imunostimulan spesifik dan imunostimulan non spesifik.
Imunostimulan spesifik merangsang terbentuknya respon imun spesifik yaitu vaksin dan antigen.
Imunostimulan non spesifik merangsang terbentuknya respon imun non-spesifik pada adjuvan
dan obat alami.
Vaksin merupakan imunostimulan spesifik yang merangsang terbentuknya respon imun
spesifik. Definisi Vaksin menurut Farmakope Indonesia Edisi IV : Vaksin adalah sediaan yang
mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.
Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspense organisme hidup
atau inaktif atau fraksifraksinya atau toksoid. Jenis-jenis vaksin menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV :
1. Vaksin Bakteri : Vaksin bakteri dibuat dari biakan galur bakteri yang sesuai dalam media
cair atau padat yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif atau komponen
imunogeniknya.
2. Toksoid Bakteri diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat
toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteksi, tanpa mengurangi sifat
imunogenisitas.
3. Vaksin Virus dan Riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang ditumbuhkan dalam
telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam jaringan yang sesuai. Mengandung virus
atau riketsia hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya. Vaksin virus hidup
umumnya dibuat dari virus galur khas yang virulensinya telah dilemahkan.
Jenis-jenis vaksin virus menurut Kistner, 2003 yaitu : Vaksin virus hidup yang
dilemahkan (Live Attenuated virus Vaccines), Vaksin virus inaktif/mati (Inactivated/killed virus
Vaccines) dan Vaksin subunit (subunit Vaccines). Proses pelemahan virus yaitu pada virus
virulen dapat dibuat menjadi kurang virulen (attenuated) dengan cara menumbuhkan virus
tersebut pada sel inang yang berbeda dari sel inang normal atau dengan cara mengembang-
biakkan virus tersebut pada suhu non fisiologis. Mutan yang mampu berkembang biak lebih baik
dibanding virus tipe liar (wild type) pada kondisi selektif tersebut akan meningkat selama
replikasi virus. Jika mutan tersebut diisolasi, dimurnikan, dan diuji patogenisitas pada model
yang tepat, beberapa tipe mutan dapat memiliki sifat patogen yang lebih rendah dibandingkan
induknya. Mutant tersebut merupakan kandidat yang baik sebagai vaksin karena mereka tidak
lagi berkembang dengan baik pada inang alaminya tetapi memiliki kemampuan bereplikasi yang
cukup tinggi sehingga dapat menstimulasi respons imun, tetapi tidak menimbulkan penyakit.
Contoh Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine) : Vaksin BCG, Vaksin Sabin (polio),
Vaksin campak, Vaksin rubella.
Vaksin virus inaktif atau mati pada metoda ini, virus yang secara alami bersifat pathogen
diproduksi dalam jumlah besar dan diinaktifkan dengan menggunakan bahan kimia atau prosedur
fisik yang dirancang untuk menghilangkan sifat infektif dari virus tanpa kehilangan sifat
antigenisitasnya (yaitu kemampuan untuk memicu respons imun yang diinginkan). Teknik yang
umum digunakan adalah dengan cara perlakuan dengan formalin atau beta propriolactine atau
ekstraksi dari partikel envelope virus dengan detergen nonionik seperti Triton X-100. Jenis
vaksin ini relatif tidak memerlukan proses pembuatan yang rumit dan berbiaya murah. Contoh
Vaksin virus inaktif : Vaksin Influenza, Poliovirus (Salk Vaccine), Rabies , vaksin untuk hewan
(veterinary).
Sera disebut juga serum merupakan bagian dari plasma yang di dalamnya terlarut
berbagai macam protein diantaranya gamaglobulin yang berupa zat antibody dan berfungsi untuk
mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit. Gamagloulin telah dipakai untuk beberapa
penyakit sebagai imunisasi yaitu pada cacar, campak, polio dan hepatitis B. Fungsi dari beberapa
serum yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
Proses pembuatan serum dibuat dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh suatu
hewan (sapi, kuda, kambing, dll) sehingga kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap
vaksin tersebut. Setelah diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa hewan tersebut telah kebal
terhadap vaksin yang dimasukkan, maka dilakukan pengambilan darah melalui vena leher (vena
jugularis). Setelah diambil, darah kemudian dipisahkan antara plasma dengan sel-sel dan protein
darahnya. Plasma darah kemudian dimurnikan menjadi serum. Serum inilah yang akan
memberikan kekebalan kepada seseorang yang melakukan imunisasi dengan serum.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, A Novel Cell-Derived Influenza Vaccine, National Influenza
Summit, Chicago, May 20-21, 2003
http://www.uin-alauddin.ac.id/download-14.Gemi%20Nastity%20Handayani.pdf