Anda di halaman 1dari 17

REVIEW JURNAL

SISTEM IMUN SPESIFIK HUMORAL

OLEH:

HARIYANTI 201505095

FAKULTAS FARMASI
STIKES CINDEKIA UTAMA
KUDUS
2017

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang..........................................................................1
Rumusan Masalah.....................................................................2
Tujuan........................................................................................2
Manfaat.....................................................................................2

BAB II ISI...............................................................................3
A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh..........................................3
B. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh........................................3
C. Regulasi......................................................................................5
D. Komponen Komponen Sistem Imun.......................................7
E. Imunitas Humoral.......................................................................9
F. Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh................................9
G. Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh.................................13
BAB III KESIMPULAN.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, berolahraga, dan terhindar dari
masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam
tubuh, maka harus segera dikeluarkan. Kondisi sistem kekebalan tubuh
menentukan kualitas hidup. Ada orang yang mudah sakit, ada pula orang yang
jarang sakit, ini ada kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh seseorang
tersebut.Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat
sehingga daya tahan tubuh kebal terhadap penyakit. Pada bayi yang baru lahir,
pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan masih memerlukan
ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya
tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna.
Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun.
Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Misalnya sarapan di dalam
kendaraan, makan siang serba tergesa, belum lagi kualitas makanan yang
dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut,
daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit.
Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan
antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga
timbul berbagai penyakit infeksi, dan penuaan dini pada usia produktif.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh ?
Bagaimana mekanisme sistem kekebalan tubuh?
Apa yang dimaksud dengan regulasi?
Apa saja komponen-komponen sistem imun ?
Apa yang dimaksud dengan imunitas humoral?
Apa saja gangguan pada sistem kekebalan imun?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem kekebalan tubuh.
2. Untuk mengetahui mekanisme system kekebalan tubuh.
3. Untuk mengetahui pengertian regulasi.
4. Untuk mengetahui komponen- komponen sistem imun.
5. Untuk mengetahui pengertian imunitas humoral.
6. Untuk mengetahui gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian sistem kekebalan tubuh.
2. Dapat mengetahui mekanisme system kekebalan tubuh.
3. Dapat mengetahui pengertian regulasi.
4. Dapat mengetahui komponen- komponen sistem imun.
5. Dapat mengetahui pengertian imunitas humoral.
6. Dapat mengetahui gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

BAB II
ISI
A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh kta sepanjang waktu terpapar dengan bakter,virus,jamur semuanya
terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit,mulut,jalan
napas,saluran cerna,membran yang melapisi mata bahkan saluran kemih. Namun
terkadang kita terpapar dengan bakteri dan virus serta parasit yang infeksius atau
dapat menginfeksi tubuh dan menyebabkan penyakit yang akut sehingga sangat
4

dibutuhkannya sistem pertahanan dari tubuh untuk melawan bakteri,viirus serta


parasit tersebut . Suatu sistem khusus yang dimiliki tubuh melawan bermacammacam agen infeksius dan toksik inilah yang disebut dengan Sistem Kekebalan
Tubuh (Sistem Imun).
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.Sistem imun juga memberikan
pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor.Terhambatnya mekanisme kerja
sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.
B.

Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh


Adanya sistem pertahanan tubuh membuat tubuh kita aman dari serangan

penyakit. Diibaratkan sebuah senjata, sistem pertahanan tubuh membunuh semua


bibit penyakit yang menyerang tubuh. Mekanisme yang dilakukan pun amat
beragam. Di dalam tubuh, sistem imun yang kita miliki dapat melakukan
mekanisme pertahanan dari berbagai jenis antigen, seperti bakteri, virus maupun
kuman tertentu. Mekanisme pertahanan tersebut dapat dilakukan dengan cara
membentuk kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
a. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam
tubuh, karena tubuh membuat antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk
baik secara alami ataupun buatan. Kekebalan aktif alami (natural immunity) adalah
kekebalan tubuh yang diperoleh tubuh setelah seseorang sembuh dari serangan
suatu penyakit. Sebagai contoh, orang yang pernah terserang penyakit seperti cacar
air, campak, dan gondongan tidak akan terserang penyakit yang sama untuk kedua

kalinya. Sebab, tubuh yang terserang sudah begitu kenal atau tidak asing dengan
antigen yang menyerang. Akibatnya, darah membentuk antibodi untuk melawan
antigen tersebut.
Selain secara alami, kekebalan aktif dapat diperoleh secara buatan.
Kekebalan aktif buatan (induced immunity) diperoleh dari luar tubuh, yakni
setelah tubuh mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi merupa kan proses memasukkan
vaksin ke dalam tubuh supaya tubuh membentuk antibodi sehingga kebal terhadap
suatu penyakit. Sementara vaksin ialah kuman penyakit yang sudah dilemahkan
atau dijinakkan sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.
Tindakan membentuk kekebalan dalam tubuh

seseorang

dengan

memberikan vaksin disebut imunisasi. Orang yang mengembangkan imunisasi


pertama kali adalah dr. Edward Jenner, seorang dokter berkebangsaan Inggris.
Teknik ini seringkali diberikan kepada semua umur supaya kebal terhadap antigen
tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat dilawan dengan vaksin, misalnya
vaksin BCG yang melawan antigen penyakit TBC. Imunisasi mempunyai beberapa
tipe. Imunisasi yang diberikan kepada individu dari spesies yang sama disebut
isoimun. Sedangkan imunisasi yang diberikan pada individu yang berbeda dan dari
spesies yang berbeda pula disebut heteroimun.
b. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh bukan dari antibodi
yang disintesis dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja. Seperti halnya
kekebalan aktif, kekebalan pasif juga terjadi secara alami dan buatan. Kekebalan
pasif alami adalah kekebalan yang diperoleh bukan dari tubuhnya sendiri,
melainkan dari tubuh orang lain. Misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari
ibunya. Ketika masih dalam kandungan, bayi mendapatkan antibodi dari ibunya
melalui plasenta dan tali pusat. Kemudian setelah lahir, bayi mendapatkan antibodi
dari ASI eksklusif melalui proses menyusui.
Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah kekebalan yang diperoleh dari
antibodi yang sudah jadi dan terlarut dalam serum. Sepintas antibodi ini mirip
dengan vaksin. Perbedaannya yakni vaksin bersifat sementara, sedangkan serum
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Bahkan dapat

digunakan seumur hidup. Sebagai contoh adalah suntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) dan sun tikan IG (Globulin Imun).
C. Regulasi
Regulasi sistem imun atau imunoregulasi adalah pengendalian respon dan
interaksi imun spesifik antara limfosit B dan T serta makrofag. Pada dasarnya
keutuhan tubuh dipertahankan oleh dua sistem pertahanan yaitu sistem pertahan
tubuh non spesifik (natural) dan spesifik (adaptive).
1. Sistem Imun Non Spesifik
sistem imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,karena sistem imun spesifik
memerlukan waktu sebelum memberikan responnya. Sistem imun tersebut
disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertenntu.
Sistem pertahanan nonspesifik terdiri dari pertahanan fisik,pertahanan larut
(biokimia) dan pertahanan seluler.Pertahanan fisik terdiri darikulit,selaput
lender, silia saluran napas,batuk dan bersin dapat mencegah berbagai kuman
patogen yang masuk kedalam tubuh. Pertahanan larut terdiri dari bahan-bahan
yang

disekresi

mukosa

saluran

napas,kelenjar

sebasea

kuliit,kelenjar

kulit,telinga,spermin dalam semen,lisozim yang dilepas makrofag dan laktoferin


merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh.Pertahanan seluler
terdiri dari makrofag,sel NK dan sel mast.
2. Sistem Imun Spesifik
sistem imun mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama timbul dalam badan yang
segera dikenal sistem imun spesifik,akan mensensitasi sel-sel sistem imun
tersebut. Bila sel sistem tersebut terpajan ulang dengan benda asing yang sama
yang akhir akan dikenal lebih cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu sistem
tersebut disebut spesifik.Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan tetapi umunya terjalin
kerja sama yang baik antara antibodi,komplemen,fagosit dan antara sel T

makrofag. Komplemen turut diaktifkan dan ikut berperan dalam menimbulkan


inflamasi yang

terjadi pada

respon imun.Sistem imun spesifik terdiri dari

spesifik humoral dan spesifik seluler.Yang berperan dalam sistem imun spesifik
humoral adalah limfosit B atau sel B sedangkan pada spesifik seluler yang
beperan adalah limfosit T atau sel T. Bila antigen spesifik melakukan kontak
dengan limfosit T dan B didalam jaringan limfoid maka limfosit T tertentu
menjadi teraktivasi untuk membentuk sel T teraktivasi dan limfosit B tertentu
menjadi teraktivasi untuk membentul antibodi. Sel T yang teraktivasi dan atibodi
ini kemudian bereaksi dengan sangat spesifik terhadap antigen tipe tertentu yang
mencetuskan pembentukan sel imun tadi.Makrofag juga sangat berperan dalam
proses aktivasi sel T dan sel B. dmana makrofag mentransfer antigen-antigen
tertentu secara langsung ke limfosit dengan cara kontak sel ke sel sehingga
menimbulkan aktivasi klon limfositik yang spesifik. Selain itu makrofag juga
menyekresikan zat pengaktivasi khusus yang meningkatkan pertumbuhan dan
reproduksi limfosit spesifik.zat

ini disebut

Interleukin-1.

D. Komponen Komponen Sistem Imun


komponen-komponen sistem imun spesifik dan non spesifik yang terlibat dalam
sistem pertahanan tubuh adalah :
1. Makrofag
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis,sel utama
yang berperan pada pertahanan nonspesifik adalah sel mononokluer (monosit dan
makrofag) serta sel polimorfonukleaar seperti neutrofil.Fagositosis dini yang
efektif pada invasi kuman dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis
menjadi

dalam beberapa

tingkat

sebagai

berikut:kemotaksis,menangkap,membunuh dan mencerna.


2. Sel NK (Natural Killer)
Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik
yang ditemukan dalam sirkulasi.Oleh karena itu disebut juga sel non B non T atau

sel populasi ke tiga atau null cell. Morfologis,sel NK merupakan limfosit dengan
granul besar. sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel
neoplasma. Interferon mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik
sel NK.
3. Sel mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu
dan jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi.sel mast juga berperan
pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri.
4. Antibodi
Antibodi atau imunoglobulin adalah golongan protein yang dibentuk sel
plasma (proliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan antigen.Ada lima jenis
imunoglobulin,yaitu :

a. IgG
IgG nerupakan komponen utama (terbanyak) imunoglobulin serum
.Kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml merupakan 75 % dari semua Ig. IgG
ditemukan juha dalam berbagai cairan lain antaranya cairan saraf sentral (CSF)
dan juga urin.IgG dapat menembus plasenta dan masuk ke janin dan berperan
pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgG dapat mengaktifkan komplemen
meningkatkan pertahanan badan melalui opsonisasi dan reaksi inflamasi
(peradangan).
b. IgA
IgA ditemukan dalam jumlah sedikit dalam serum,tetapi kadarnya dalam cairan
sekresi saluran napas,saluran cerna,saluran kemih,air mata, keringat,ludah dan
kolostrum lebih tinggi sebagai IgA sekretori. Baik IgA dalam serum maupun
dalam sekresi dapat menetralisir toksin atau virus dan atau mencegah kontak
antara toksin/virus dengan alat

sasaran.

c. IgM
IgM

merupakan Ig terbesar kebanyakan sel B mengandung IgM pada

permukaannya sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada


respons imun primer tetapi tidak berlangsung lama,karena itu kadar IgM yang
tinggi merupakan tanda adanya infeks dini.
d. IgD
IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah. IgD tidak
mengikat komplemen,mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai
makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. Selanjutnya IgD ditemukan
bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen pada aktivasi sel B.
e. IgE
IgE ditemukan dalam serum dalam jumlah yang sangat dikit. IgE mudah diikat
mastosit ,basofil,eosinofil,makrofag,dan trombosit yang pada permukaannya
memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgE. IgE dibentuk juga setempat oleh sel
plasma dalam selaput lendir saluran napas dan cerna .Kadar IgE serum yang
tinggi ditemukan pada alergi,infeksi cacing.

E. Imunitas Humoral
Imunitas humoral berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal darisel asal multipoten dalam
sumsum tulang. Bila sel B dirangsang benda asing sel tersebut akan berpoliferasi
dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi
yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antbodi ialah
mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri,virus dan menetralsas toksin.
F.

Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan dapat menghasilkan dua jenis respons terhadap antigen,

yaitu respons humoral dan respons selular. Respons humoral atau kekebalan
humoral melibatkan aktivitas sel B dan produksi antibodi yang beredar di dalam

10

plasma darah dan limfa. Kekebalan humoral efektif melawan bakteri atau virus
yang mencoba masuk ke dalam cairan tubuh. Adapun respons selular atau
kekebalan selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel
asing atau jaringan yang terinfeksi. Jenis kekebalan ini dapat secara langsung
melawan sel-sel tubuh yang terinfeksi oleh bakteri atau virus. Akan tetapi,
kekebalan selular ini berperan pula dalam pengenalan jaringan asing dan
penolakan atas jaringan hasil transplantasi.
Secara umum, kekebalan humoral dan selular memberikan tiga fungsi
utama sebagai berikut :
1. Pengenalan
Sistem kekebalan dapat mengenali benda asing (antigen) yang masuk ke
dalam tubuh. Meskipun jenis patogen sangat beraneka ragam, sistem kekebalan
dapat mengenali dan menyusun respon melawan semua jenis organisme secara
spesifik.
2. Reaksi
Setelah mengenali antigen yang masuk, sistem kekebalan bereaksi dengan
mempersiapkan respons humoral dan selular.
3. Pembuang
Sistem kekebalan dapat menghancurkan antigen yang masuk ke dalam
tubuh. Penghancuran ini dapat dilakukan secara humoral melalui antibodi maupun
secara selular, oleh limfosit T. Ketika sistem kekebalan bekerja secara efektif,
antigen akan hancur dan dibuang.
a. Kekebalan Humoral
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kekebalan humoral melibatkan
aktivasi sel B dan produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan
limfa. Antibodi yang beredar sebagai respons humoral, bekerja melawan bakteri,
virus, dan toksin yang ada di dalam cairan tubuh. Untuk melawan antigen,
limfosit B dengan antibodi tertentu akan membelah dan berdiferensiasi menjadi
dua bagian, yaitu sel plasma dan sel B memori. Sel plasma dapat memproduksi
antibodi dengan kecepatan 120.000 molekul/menit, dengan umur sel plasma
sekitar 5 hari. Antibodi memiliki dua sisi ikatan (binding site) yang berbeda.

11

Oleh karena itu, antibodi dapat membentuk suatu formasi ikatan (crosslink)
terhadap antigen sehingga membentuk suatu ikatan kompleks. Antigen yang telah
berikatan dengan antibodi, tidak dapat menginfeksi sel. Selain itu, antigen
tersebut menjadi sasaran yang mudah bagi sel-sel fagosit untuk ditelan dan
dihancurkan.
Untuk membuat respons ini lebih efektif, antibodi memberikan
instruksi kepada molekul dan sel-sel lain di dalam tubuh untuk mengetahui
adanya serangan. Apabila antigen tersebut berupa protein bebas, antibodi akan
berikatan dengan antigen tersebut dan diekskresikan oleh ginjal. Adapun antigen
yang berupa bakteri dan virus, antibodi akan memberi sinyal kimiawi untuk
menarik sel-sel fagosit agar menghancurkannya.
Kemudian, beberapa antibodi akan mengaktifkan sejumlah protein dalam
darah atau protein komplemen. Ketika protein komplemen ini bertemu dengan
antibodi yang menempel pada permukaan sel, protein tersebut akan menempel
pada membran sel dan membentuk pori-pori. Pori-pori ini akan membuat sel
menjadi lisis (pecah).

Keterangan: (a)Antibodi yang membentuk ikatan, (b)fagosit untuk menghancurkan


antigen, dan (c)protein komplemen menempel dan membentuk pori-pori
.
Kontak pertama antara sel-sel B dengan antigen beserta reaksi dari sel-sel
tersebut terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh disebut respons kekebalan
primer. Pada respons kekebalan primer, dibutuhkan sekitar 1017 hari bagi
limfosit untuk membentuk respons yang maksimum. Pada waktu tersebut, sel-sel

12

B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel B memori. Kondisi ini dapat
menyebabkan suatu individu menjadi sakit (contohnya demam). Akan tetapi,
gejala penyakit tersebut akan hilang ketika antigen yang masuk ke dalam tubuh
telah dibersihkan oleh antibodi dan sel T. Apabila suatu individu terpapar lagi
oleh antigen yang sama beberapa waktu kemudian, respons akan menjadi lebih
cepat (27 hari) dengan respons yang lebih besar dan lama. Proses ini dinamakan
dengan respons kekebalan sekunder. Konsep kekebalan ini sangat kita kenali di
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya apabila kita pernah terserang cacar air,
kita tidak mungkin terkena penyakit itu lagi.

Keterangan: Respons kekebalan primer dan kekebalan sekunder.


b. Kekebalan Selular
Kekebalan selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap selsel asing atau jaringan yang terinfeksi. Kekebalan ini merupakan kekebalan yang
ditunjang oleh sel T. Berbeda dengan sel B, sel T tidak memproduksi molekul
antibodi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga jenis sel T yang
berperan dalam kekebalan selular. Tiga jenis sel T tersebut yaitu sitotoksik, sel T
pembantu, dan sel T supressor. Ketika sel T sitotoksik kontak dengan antigen
pada permukaan sel asing, sel T sitotoksik akan aktif untuk menyerang dan

13

menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Adapun fungsi sel T
supressor yaitu untuk menekan respons kekebalan dengan memperlambat laju
pembelahan sel dan membatasi produksi antibodi. Proses ini berlangsung apabila
infeksi telah berhasil ditangani.
Selain itu, sel T lain yang berperan adalah sel T pembantu. Sel T
pembantu ini berfungsi untuk menghasilkan sekret yang dapat merangsang sel B
dan juga menghasilkan senyawa lain yang berfungsi dalam respons kekebalan.

Keterangan: Mekanisme kekebalan yang dilakukan oleh (a) sel T sitotoksik, (b) sel
T pembantu, dan (c) sel Tsupressor.
Kekebalan selular sangat penting dalam menghadapi infeksi oleh virus.
Meskipun antibodi dapat menangkap partikel-partikel virus, antibodi tidak dapat
menyerang virus yang telah masuk ke dalam sel. Sel T sitotoksik dapat
mendeteksi

protein

virus

pada

permukaan

sel

yang

terinfeksi

dan

menghancurkannya sebelum virus tersebut bereplikasi dan menginfeksi sel-sel


yang lain.

14

G. Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh


Gangguan atau kelainan pada sistem kekebalan tubuh bervariasi dari yang
ringan seperti alrgi sampai yang serius seperti penolakan pencangkokan organ,
difisiensi kekebalan, serta penyakit autoimun.
1. Alergi
Alergi disebabkan oleh respons kebal terhadap beberapa antigen. Antigenantigen yang dapat menimbulkan suatu tanggapan alergi dikenal sebagai alergen
(penyebab alergi).
2. Penolakan Transplantasi
Sistem kekebalan mengenali dan menyerang apapun yang secara normal
berbeda denga unsur yang ada di dalam tubuh seseorang, bahkan unsur yang hanya
sedikit berbeda, seperti organ dan jaringan yang dicangkokkan. Penolakan
transplantasi dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penolakan hiperakut, akut,
dan kronis.
3. AIDS (Acquired Immunodeficiencyn Syndrome)
Suatu penyebab infeksi yang menurunkan kekebalan secara fatal adalah
HIV (Human Immunodefiency Virus). Virus tersebut menyebabkan kasus AIDS
dengan menginfeksi dan secara cepat menghancurkan sel-sel T penolong. AIDS
adalah suatu sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS termasuk
penyakit menular seksual (PMS).
4. Defisiensi Imun
Defisiensi sistem kekebalan (imun) dapat diperoleh dari keturunan.
Defisiensi imun yang diwariskan tersebut umumnya mencerminkan kegagalan
pewarisan suatu gen kepada generasi berikut sehingga dihasilkan makrofag yang
tidak mampu mencerna dan menhancurkan organisme penyerbu, contohnya adalah
severe Combined Immunodeficiency (SCID). Penderita SCID mengalami
kekurangan limfosit B dan T sehingga harus tinggal dilingkungan steril agar tidak
terkena infeksi.
5. Penyakit Autoimun

15

Ketika suatu penyakit autoimun menyerang, sistem kekebalan akan


menyerang organ atau jaringannya sendiri seolah-olah merek adalah unsur asing.
Penyakit autoimun sering terjadi pada kasus kencing manis dan demam rematik.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, sebagai
berikut:
1. Sistem kekebalan tubuh adalah kelompok sel, molekul, dan organ yang bekerja
sama untuk mempertahnkan tubuh terhadap serangan benda asing yang dapat
menyebabkan penyakit.
2. Komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas makrofag, limfosit, reseptor
antigen, sel pengangkut antigen,dan antibodi.
3. Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang menyerang benda asing
melalui mekanisme fagositosis.
4. Sel limfosit terbagi menjadi dua kategori, yaitu sel limfosit B dan sel limfosit
T.
5. Antibodi bekerja dengan cara menetralisir, opsonisasi, dan melalui fiksasi
komplemen untuk menghancurkan antigen yang masuk kedalam tubuh.
6. Imunisasi adalah upaya membangkitkan kekebalan tubuh manusia terhadap
penyakit tertentu dengan menggunakan mikroorganisme.
7. Imunisasi terdiri atas dua jenis. Yaitu imunisai aktif dan imunisasi pasif.
8. Kelainan pada sistem kekebalan tubuh bervariasi dari yang ringan seperti alrgi
sampai yang serius seperti penolakan pencangkokan organ, difisiensi
kekebalan, serta penyakit autoimun.

16

DAFTAR PUSTAKA

C. Elizabeth J, buku saku patofisiologi edisi tiga, buku kedokteran, EGC : 2009.
W.F. Ganong, Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 22, buku kedokteran, EGC:2008
Dorland. 1995. Pocket Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Company
Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT Setia
Purna Inves
Gershon RK. 1987. The immunological. Sunderland: Mass Sinauer Associat ion
http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/sistem-imun-spesifik-seluler/
tanggal 1 Oktober pukul 20.54 WIB

di

unduh

http://eprints.undip.ac.id/29074/3/Bab_2.pdf diunduh tanggal 1 Oktober pukul 20.43


WIB
Karnen Garna, 2006, Imunologi Dasar edisi tujuh, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Kresno, Siti Boedina. 1996. Imunologi :Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Priadi, Arif. 2009. Biology 2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira
Rachmawati, Faidah, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Ricardo CV
Sudibyo. 1989. Dasar- Dasar Imunologi. Jakarta: CV. Sembiring
Widayari, Sri, dkk. 2009. Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Pustaka Insan
Madani
Zahroni, Mahfud. 2003. Imunologi Dasar. Bandung: CV. Ilmu Persada

17

Anda mungkin juga menyukai