net/publication/372717263
CITATION READS
1 579
10 authors, including:
Andi Asari
State University of Malang
53 PUBLICATIONS 53 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Factors Of Library Readiness In Applying Information And Communication Technology View project
Factors Of Library Readiness In Applying Information And Communication Technology View project
All content following this page was uploaded by Andi Asari on 28 July 2023.
ISBN 978-623-130-322-6
134 h.
14,8 x 21 cm
cetakan ke-1, 2023
Penulis
Randa Wulaisfan, dkk
Editor
Rissa Megavitry, M.Si
Penerbit
Madza Media
Anggota IKAPI: No.273/JTI/2021
Kantor 1: Jl. Pahlawan, Simbatan, Kanor, Bojonegoro
Kantor 2: Jl. Bantaran Indah Blok H Dalam 4a Kota Malang
redaksi@madzamedia.co.id
www.madzamedia.co.id
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara
apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin
fotocopy tanpa izin sah dari penerbit.
KATA PENGANTAR
PENGANTAR ILMU
FARMASI
Oleh: Randa Wulaisfan
A. Pendahuluan
Pengetahuan merupakan hasil dari proses rasa ingin tahu
manusia terhadap sesuatu. Setiap jenis ilmu juga berbeda satu
sama lain tergantung bagaimana cara mendapatkan dan apa
yang dipelajari dari ilmu tersebut. Orang mengembangkan
pengetahuan karena dua alasan: pertama, orang memiliki
bahasa yang dapat menyampaikan informasi, dan cara
berpikir yang mendasari informasi tersebut. Kedua, manusia
memiliki cara berpikir yang sesuai dengan alur, yang
kemudian disebut penalaran (Yasin et al., 2018)
Secara ilmu pengetahuan, kontribusi dunia farmasi
terhadap dunia kesehatan sangat besar melalui penemuan
berbagai obat dan sistem pengobatan yang rasional dengan
mengutamakan keselamatan pasien sebagai penalaran
(Haeria, 2017).
Tanggung jawab apoteker menjadi lebih penting dengan
pengembangan obat baru sebagai hasil penelitian para
ilmuwan. Tanggung jawab ini secara khusus mengacu pada
2 Randa Wulaisfan
tisasikan dan ditata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kaidah-kaidah normatif prosedural, metodologis, teknis dan
akademik. Dengan demikian, pengetahuan telah diverifikasi
kebenaran ilmiahnya dan telah berhasil keasliannya, karena
diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, prosesnya dapat
dipahami secara prosedural, metodis dan teknis, dan tidak
secara acak, diverifikasi kebenarannya (Rokhmah, 2021).
1. Aspek Ontologi
Ontologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari
sifat dari apa yang terjadi. Ontologi sebagai bahasan
utama dalam filsafat dimana realitas atau realita dibahas.
Pada dasarnya ontologi berbicara tentang prinsip-prinsip
rasional tentang apa yang ada, atau disebut studi tentang
teori "makhluk", karena membahas tentang apa yang
ingin diketahui seseorang dan sejauh mana rasa ingin
tahu itu (Mahfud, 2018).
Aspek ontologi objek yang dibahas dalam bidang
farmasi sangat luas dan mencakup dukungan untuk
disiplin ilmu lain seperti biologi, kimia, botani, fisika, ilmu
sosial, ekonomi, hukum dan hukum, seni dan matematika
sebagai alat komunikasi (bahasa) ilmu pengetahuan
(Amal and Hidayah, 2013)
Melihat keterkaitan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
farmasi, dapat dikatakan bahwa farmasi tidak dapat
dipisahkan dari ilmu-ilmu dasar (pokok) yaitu:
a. Matematika
b. Fisika
c. Kimia
d. Biologi
4 Randa Wulaisfan
Dari bidang-bidang yang termasuk dalam kategori ilmu
pengetahuan dasar, akan dilakukan kajian lebih lanjut di
bidang farmasi dalam bentuk:
a. Kimia farmasi analisis
b. Kimia medisinal
c. Kimia klinik
Sedangkan fisika, seperti halnya kimia menjadi dasar
pembahasan dalam bidang farmasi, khususnya teknologi
farmasi, mengenai penyiapan dan formulasi senyawa
obat. Bidang bahasan di bidang farmasi berkaitan dengan
fisika sebagai ilmu dasar:
a. Farmasetika
b. Bio Farmasi
c. Farmako kinetik
d. Teknologoi Farmasi (liquid, semi solid dan solida)
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi pada dasarnya berbicara tentang dasar,
sumber, ciri, kebenaran, dan cara memperoleh
pengetahuan. Aspek terpenting yang dibahas dalam
epistemologi adalah sumber pengetahuan dan metode
pengetahuan. Keduanya dibahas dalam epistemologi, dan
dalam epistemologi juga dibahas jumlah pengetahuan.
Oleh karena itu, ketika ilmu dibedakan melalui
epistemologi, maka pembahasannya diarahkan pada
bagaimana sumber yang digunakan ilmuwan dalam
pengembangan ilmu dan apa saja metodenya, karena
setiap jenis ilmu memiliki sumber dan metode ilmu yang
berbeda-beda, bisa saja sama, tapi tentu saja ada
karakteristik. atau nuansa yang membedakan sains
(Rahayu, 2021).
6 Randa Wulaisfan
tidak merusak ekosistem lingkungan (Amal and Hidayah,
2013).
Pelayanan kefarmasian yaitu pengalihan disiplin ilmu
kefarmasian (farmasis/apoteker) kepada unit kesehatan
(apotek, rumah sakit, dinas pengawas dan unit kesehatan
lainnya). Pelayanan apoteker/apoteker pada pelayanan
kefarmasian meliputi penyaluran obat dari industri
farmasi ke pelayanan kesehatan. unit pelayanan yang
memberikan pelayanan informasi obat kepada penduduk
dan paramedis, serta pemantauan penggunaan obat oleh
penderita (pasien). Peran farmasis/apoteker dalam
tatanan pelayanan kesehatan sangat penting dan
menitikberatkan pada pemberian obat yang rasional
secara empiris yaitu pemberian obat tepat dosis, tepat
pasien, tepat indikasi dan harga terjangkau (Amal and
Hidayah, 2013).
3. Aspek Aksiologi
Salah satu cabang filsafat ilmu yang menimbulkan
pertanyaan tentang bagaimana manusia menggunakan
pengetahuannya disebut aksiologi. Aksiologi mencoba
menjangkau hakikat dan manfaat yang ada dalam
pengetahuan. Diketahui bahwa salah satu manfaat ilmu
pengetahuan adalah memberikan manfaat dan kemudah-
an bagi kehidupan manusia (Fakhri and Wirda, 2019)
Secara filosofis, farmasi adalah ilmu tentang obat,
informasi tentang obat dan cara penggunaan obat untuk
pengobatan. Farmasi sebagai seni pembuatan dan
pembuatan obat-obatan untuk tujuan meningkatkan
kehidupan manusia. Filosofi farmasi ada sebagai bentuk
penelitian ilmiah. Farmasi lahir untuk menjawab berbagai
tantangan dalam kehidupan manusia. Farmasi sebagai
8 Randa Wulaisfan
manusia dan kualitas hidup, sehingga peran apotek harus
tidak hanya sebatas bagaimana menemukan obatnya tetapi
jauh lebih maju bagaimana mengembangkannya dan
membantu masyarakat agar mau dan mampu menjaga
kesehatannya dengan baik serta menjadikan industri farmasi
dan pelayanan kefarmasian sebagai sarana peningkatan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat. taraf hidup yang layak
bagi sebagian besar masyarakat dan umat manusia pada
umumnya (Amal and Hidayah, 2013)
Mengingat tingkat kemampuan masyarakat sangat
bervariasi sesuai dengan tingkat ekonominya, selain
menyebabkan banyak penyakit yang dideritanya, dan yang
terpenting adalah kemampuan membayar biaya kesehatan
juga sangat bervariasi. Tantangan bagi Farmasis/Apoteker
adalah menyediakan obat alternatif yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat sehingga semua masyarakat dapat
terlayani dengan baik terutama masyarakat yang ber-
penghasilan rendah (Wulaisfan and Fauziah, 2019).
Untuk itu, kerja sama antara Farmasis/Apoteker dengan
pihak terkait (multidisiplin) sangat diperlukan dan didukung
oleh pemahaman yang luas yang terfokus pada kesehatan
total dan hedonistik, produktivitas yang manusiawi, serta
pemahaman terhadap lingkungan yang bernuansa
kesejahteraan yang universal (Kode Etik Apoteker Indonesia,
2009)
Dari sudut pandang filsafat ilmu, kajian farmasi sebagai
salah satu cabang ilmu dapat memberikan wawasan tentang
arah perkembangan farmasi saat ini dan ke depan.
Penyelenggara pendidikan kefarmasian memainkan peran
penting dalam mendefinisikan konsep farmasis/apoteker
untuk kepentingan kemanusiaan. Kurikulum pendidikan
farmasi harus segera direvisi untuk menghasilkan tidak hanya
10 Randa Wulaisfan
DAFTAR PUSTAKA
Amal, A.S., Hidayah, A.H., 2013. Farmasi Dalam Perspektif Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Kompasian Press.
Anshari, M., Mulyani, R., 2018. Asuhan Farmasi Dalam
Persimpangan Epistemologi. Tunas-Tunas Ris. Kesehat. 8
(1), 69–76.
Arlitadelina, I.G.A.D., Endah Kusumaningrum, A., 2022. Analisis
Pelanggaran Apoteker Di Rumah Sakit Pada Kasus
Administrasi Error Berujung Pidana. J. Huk. Kesehat.
Indones. 1 (2), 97–105.
https://doi.org/10.53337/jhki.v1i02.11
Astriarimbi, 2013. Filsafat Farmasi. WordPress.
Fakhri, E., Wirda, E., 2019. Dakwah bil hal pada siswa anak
berkebutuhan khusus (abk) di sekolah menengah pertama
luar biasa (smplb) yayasan penyantunan penyandang cacat
(yppc) labui banda aceh. Al-idarah j. Manaj. Dan adm. Islam
3 (2), 85–101.
Haeria, 2017. Pengantar ilmu farmasi. UIN Alauddin Makassar :
Press, Makassar.
Kode Etik Apoteker Indonesia, 2009. Kode Etik Apoteker
Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta,
Indonesia.
Mahfud, M., 2018. Mengenal ontologi, epistemologi, aksiologi
dalam pendidikan islam. Cendekia J. Studi Keislam. 4, 82–
96. https://doi.org/10.37348/cendekia.v4i1.58
Rahayu, N.A.P., 2021. Tinjauan Ontologi, Epistemologi, Dan
Aksiologi Peningkatan Ketereampilan Menulis Deskripsi
Melalui Model Kooperatif Tipe Round Table. J. Pendidik.
Bhs. Dan Sastra Indones. 133–139.
12 Randa Wulaisfan
BAB 10
A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman yang terus
bertambah pesat dan cepat maka seirama juga dengan dunia
kesehatan bagi setiap insan makhluk hidup di dunia. Hal
tersebut berdampak pada setiap elemen masyarakat di
berbagai negara dan salah satu perihal tersebut berupa dalam
menghantarkan pelayanan medis yang berdaya dan tepat
guna dalam meningkatkan mutu hidup pasien. Dunia
kefarmasian semakin menjadi salah satu insan yang menjadi
sangat bercorak dalam menghantarkan pelayanan kesehatan
tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Negara
Republik Indonesia guna dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada bidang farmasi bagi masyarakat Indonesia,
turut berkembang untuk memantapkan diri dan mengem-
bangkan pendidikan farmasi agar mengimbangi pergolakan
zaman tersebut. Hal tersebut sesuai dengan maklumat
pemerintahan Negara Republik Indonesia, bahwa setiap
individu wajib mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak
dan tepat guna bagi semua perihal terdampak yang diderita