PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
KRISTIAN NINGSIH TAMBA
201651297
NIM : 201651297
DISETUJUI OLEH
Pembimbing I Pembimbing II
(apt. Hendry Candra Dewanto, M.Farm.) (apt. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M.)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat, rahmat, serta
hidayah-Nya penyusunan proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Proposal skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Instaasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tangerang Periode Juni – Desember 2020” diajukan guna memperoleh gelar Sarjana
Farmasi dari Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta. Dalam penyusunan dan
penyelesaian proposal skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Dede Rukmayadi, S.T., M.Si. selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-
Kamal Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
2. apt. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
3. apt. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M. selaku Ketua Program Studi Farmasi Institut
Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
4. apt. Hendry Candra Dewanto, M.Farm. selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam mengarahkan penulis sehingga
proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
5. apt. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam mengarahkan penulis sehingga
proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Rini Yanuarti, S.Pi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, mengarahkan, memberikan masukan dan semangat hingga
terselesaikan proposal skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta yang telah
membantu terselesaikannya proposal skripsi ini.
8. Ayah, Ibu, kakak, adik dan keluarga yang selalu memberikan doa, nasihat,
semangat dan perhatian
9. Teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut
memberikan bantuan, semangat serta dukungannya selama ini.
ii
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan adanya kekurangan dalam penyusunan
proposal skripsi ini, sebagaimana keterbatasan yang dimiliki penulis. Dengan segala
kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga proposal skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iii
D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ........................................ 30
1. Populasi .......................................................................................... 30
2. Sampel ............................................................................................ 30
E. DEFINISI OPRASIONAL ................................................................... 31
F. PERSIAPAN PENELITIAN ................................................................ 32
1. Analisis situasi................................................................................ 32
2. Tahap pengambilan data ................................................................. 33
3. Tahap analisis data ......................................................................... 33
4. Tata Cara Analisis Data .................................................................. 33
G. KETERBATASAN DAN KELEMAHAM PENELITIAN ................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 36
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menitdalam keadaan cukup
istirahat atau tenang (1). Hipertensi sering disebut silent killer karena pada umumnya
pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya, serta hipertensi umumnya tidak menimbulkan
suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi (2).
Menurut WHO, pada tahun 2008 40% orang dewasa usia 25 tahun ke atas
didiagnosis hipertensi. Pada tahun 1980 jumlah penderita hipertensi adalah sekitar
600 juta orang, sedangkan tahun 2008 jumlah penderita hipertensi semakin meningkat
yaitu 1 miliar. Dari keseluruhan negara-negara di dunia, penderita hipertensi pada
negara-negara berpenghasilan tinggi (negara maju) memiliki prevalensi yang lebih
rendah yaitu 35%, sedangkan pada negara berkembang prevalensinya yaitu 40% (3).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, penderita hipertensi di Indonesia pada
umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8% sedangkan menurut Riskesdas Banten, data
penderita hipertensi khususnya di Kota Tangerang mempunyai angka yang cukup
tinggi yaitu 24,5%. Namun, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau riwayat
minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (1).
Umumnya tekanan darah meningkat dengan bertambahnya umur. Resiko untuk
menderita hipertensi pada populasi ≥55 tahun yang sebelumnya tekanan darahnya
normal adalah 90%. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre hipertensi
sebelum mereka terdiagnosis hipertensi, dan kebanyakan terdiagnosis hipertensi pada
umur di antara dekade ketiga dan dekade kelima (2). Profil data kesehatan Indonesia
tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit
dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi
kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (4).
1
2
penggunaan berlebih obat antihipertensi yang diberikan dua kali dalam sehari
sedangkan dalam literatur adalah satu kali sehari. Ketepatan dosis sangat
diperlukan dalam keberhasilan suatu terapi (7).
Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat terjadi
pada pasien dengan indikasi PJK tanpa penanganan yang tepat, maka evaluasi
penggunaan obat antihipertensi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan efikasi
dan keamanan penggunaan obat agar tercapai tekanan darah yang optimal (7). Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah Rumah Sakit yang dibentuk berdasarkan
Perda Kota Tangerang No. 12 Tahun 2012 sebagai upaya tindak lanjut Pemerintah
Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada
masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. RSUD Kota Tangerang merupakan Rumah Sakit Umum
kelas C dengan kapasitas 300 tempat tidur. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kabupaten Tangerang Periode Juli – Desember 2020”.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik penggunaan obat antihipertensi yang digunakan pada
pasien penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tangerang selama periode Juli – Desember 2020?
2. Bagaimana ketepatan penggunaan obat antihipertensi yang digunakan pada
pasien penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tangerang?
3. Berapa persentasi pengobatan yang efektif pada terapi pasien penyakit jantung
koroner di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Tangerang selama periode
Juli – Desember 2020?
C. BATASAN MASALAH
Penelitian ini hanya dibatasi pada pasien yang menderita penyakit jantung
koroner dengan menggunakan terapi antihipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kabupaten Tangerang selama periode Juli – Desember 2020.
4
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui karakteristik penggunaan obat antihipertensi pada pasien
penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Tangerang.
2. Untuk mengetahui ketapatan penggunaan obat antihipertensi pada pasien
jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Tangerang apakah
sudah sesuai dengan pedoman terapi.
3. Untuk mengetahui berapa persentase pengobatan yang efektif pada pasien di
Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Tangerang Periode Juni – Desember
2020.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pharmaceutical
care untuk pasien PJK dan dengan tekanan darah tinggi sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Kabupaten Tangerang.
2. Hasil dari penelitian ini dapat mendukung dan meningkatkan peran farmasis
dalam memilih obat antihipertensi yang efektif untuk pasien dengan tekanan
darah tinggi.
3. Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
menyusun atau membuat kebijakan di RSUD Kota Tangerang dalam penggunaan
obat antihipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (7). Tekanan darah tinggi
tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diatasi dengan beberapa cara seperti perubahan
gaya hidup dan apabila diperlukan dapat menggunakan obat-obatan. Hipertensi
biasanya tidak menimbulkan suatu gejala, sehingga sering disebut dengan “silent
killer”(7).
1. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan etiologi patofisiologinya dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi
sekunder atau non esensial yang diketahui penyebabnya (8).
a. Hipertensi primer
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial (primer).
Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi faktor genetik
dan lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan hipertensi
esensial (9).
Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap
stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin
dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,
5
6
2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia (11). Semakin meningkatnya
populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
7
juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80% akan terjadi kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang dari 639 juta kasus di tahun 2000
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2021 (11).
3. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac
output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistence). Curah
jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup
(stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous
return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus
otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas
darah. Semua parameter tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem renin-angiotensin-aldosteron
(SRAA) dan faktor lokal berupa bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel
pembuluh darah (11).
4. Gejala Klinis
Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Ada
kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita
hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar
penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi
terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri
dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan,
tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (12).
B. FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Untuk mencapai tujuan terapi diperlukan evaluasi efektivitas penggunaan obat.
Efektivitas merupakan seberapa jauh obat dapat mencapai efek yang di inginkan
dalam praktek klinis. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan
mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan kerusakan organ target seperti
gagal jantung, penyakit jantung koroner atau penyakit ginjal kronik. Tujuan utama
terapi hipertensi yaitu mengatasi hipertensi dan mengidentifikasi faktor risiko lainnya
9
Penyakit
Semua pasien
Usia<60 thn Usia≥60 thn Ginjal
Diabetes
Penyakit
Mulai dengan 2 jantung
ACEI atau CCB atau obat
ARB Tiazid koroner
Riwayat
Stroke
CCB atau Tiazid
Gagal
Jika perlu Jika perlu
tambahkan CCB tambahkan ACEI
ACEI atau ARB
Jika perlu, tambah obat lain misal spironolactone, agen kerja sentral,
beta blocker
Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum dijumpai,
tetapi kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan pasien hipertensi tekanan
darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan darah sistolik masih tinggi.
Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang diobati tetapi belum terkontrol,
76.9% mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥ 90 mmHg.
Tekanan darah sistolik diperoleh selama kontraksi jantung dan tekanan darah
diastolik diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Pada kebanyakan
pasien, tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah
sistolik yang diinginkan sudah tercapai. Karena tekanan darah sistolik berkaitan
dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik, maka tekanan darah
sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis utama untuk pengontrolan penyakit
pada hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih
obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pengunaan obat
tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan
darah melebihi 20/10 mmHg di atas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai
terapi dengan dua obat (16).
C. PENATALAKSANAAN ANTIHIPERTENSI
1. Terapi Farmakologis
Ada 9 kelas obat antihipertensi yang umum digunakan. Obat-obat ini baik secara
tunggal atau kombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien
dengan hipertensi karena terbukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat
ini (17).
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti
terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar,
jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien atau penyakit. Praktik evidence-
based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang
menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau
kerusakan organ target akibat hipertensi (17).
11
3. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri dan
mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah perifer. Hipertensi
adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient
ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal,
dementia, dan atrial fibrilasi (18).
Komplikasi penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi seperti
gagal jantung, penyakit jantung koroner, infark miokard dan stroke memiliki
algoritma terapi yang berbeda seperti terlihat pada Gambar II.2.
KOMPLIKASI
β-blocker
atau CCB
D. ANATOMI JANTUNG
Lapisan viseral dari perikardium serosa, disebut juga epikardium, melekat kuat
pada Jantung berada di antara paru-paru. Ukuran dari jantung yaitu memiliki
Panjang kurang lebih 12 cm, lebar kurang lebih 9 cm, dan tebalnya kurang lebih
6 cm serta mempunyai berat antara 250-300 gram pada wanita dan pria dewasa.
Sekitar 2/3 bagian dari jantung terletak lebih ke sebelah kiri tubuh. Apeks jantung
dari ujung ventrikel kiri menunjuk ke arah anterior, inferior, dan kiri, serta berada
di atas diafragma.
E. JANTUNG KORONER
1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung koroner (PJK)
adalah ketidaksanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena kekurangan
suplai darah pada myokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem
nadi koroner. Pengertian lain untuk PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan
oleh terjadinya penyempitan dan hambatan arteri yang mengalihkan darah ke otot
jantung. Apabila penyempitan ini menjadi parah, maka dapat menimbulkan
serangan jantung (20).
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh darah nadi koroner.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
pembuluh darah itu sendiri. Bila ada tekanan dapat mengakibatkan kerusakan
pada pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan, timbul bekuan darah
yang lebih besar yang nantinya akan menyumbat pembuluh darah sehingga
darah tidak bisa mencapai otot jantung dan mengakibatkan kematian pada
sebagian otot jantung (23).
G. REKAM MEDIK
Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Fungsi rekam medis memegang peranan penting dalam hal
pelayanan kesehatan yaitu : pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti
proges penegakan hukum, disiplin kedokteran, keperluan pendidikan dan penelitian,
dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan data statistik kesehatan (21).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1996, yang diwajibkan untuk
membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
langsung kepada pasien, adalah sebagai berikut :
1. Tenaga medis (dokter dan dokter gigi)
2. Tenaga keperawatan (perawat dan bidan)
3. Tenaga kefarmasian (apoteker, analisa farmasi, dan asisten apoteker)
4. Tenaga kesehatan masyarakat (administrator kesehatan)
5. Tenaga gizi (nutrisionis dan dietis)
6. Tenaga keterapian fisik (fisioterapis)
7. Tenaga keteknisian medis (radiographer, analis kesehatan dan perekam medis).
H. RUMAH SAKIT
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
25
4) Kebidanan / maternity
5) Anak (Pediatrik)
6) Kamar Bayi
7) ICU / ICCU / NICU / PICU
c. Pelayanan 24 jam
1) Unit Gawat Darurat
Unit gawat darurat melayani pasien 24 jam yang didukung oleh dokter jaga
dan perawat handal serta berpengalaman.
2) Laboratorium
Instalasi laborium klinik melayani pasien 24 jam baik pasien sakit dirawat
maupun pasien rujukan.
3) Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi memberikan pelayanan resep obat rawat jalan, instalasi
gawat darurat, dan rawat inap selama 24 jam.
4) Ambulans
Pelayanan ambulans 24 jam dengan 1 armada milik rumah sakit dan 3
armada stand by yang bekerjasama kepada pihak ketiga dengan kondisi
prima dan full team yang siap mengantarkan dan menjemput pasien dari
RS Kabupaten Tangerang atau rumah sakit rujukan lain di Tangerang.
5) Radiologi
RS Umum Kabupaten Tangerang memiliki fasilitas unggulan yaitu CT
SCAN 128 Slices yang tercepat dan terefisien dalam melakukan diagnosa
di kelasnya saat ini. Teknologi CT SCAN 128 Slices, saat ini hanya ada 3
(tiga) di Indonesia dan RS Umum Kabupaten Tangerang adalah yang
pertama menggunakanya di propinsi Banten. MRI 1, 5 Tesla, X-Ray
dengan kapasitas 640 mili amper dan dilengkapi TV monitor untuk
fluoroscopy dan memiliki X-Ray Mobile Unit. Cakupan pemeriksaan
adalah pemeriksaan X-Ray non kontras dan pemeriksaan bahan kontras.
d. Pelayanan fasilitas Lain
1) Pelayanan Operasi atau Bedah
Instalasi kamar bedah dengan 3 unit kamar bedah yang didukung oleh 3
orang dokter bedah umum, 2 bedah ortophedi, dokter anestesi, didukung
27
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional deskriptif dengan
menggunakan data retrospektif. Jika pada pengambilan sampel penelitian yang
dibutuhkan kurang representatif, maka periode penelitian akan diperpanjang.
Penelitian ini dilakukan dengan mencatat data rekam medik pasien yang
menderita penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Kabupaten Tangerang. Analisis deskriptif digunakan karena penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis tentang pola penggunaan obat
antihipertensi pada pasien penyakit jantung koroner. Bersifat retrospektif karena
penelusuran data dilakukan dari klausa menuju ke masa lalu setelah kejadian yang
sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan suatu perlakuan
terhadap penderita (23).
B. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Tangerang.
C. WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2021 – Desember 2021, dan akan
diperpanjang untuk sampel yang representatif.
30
31
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dari populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, total sampling
yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria diambil sebagai penelitian (18).
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian, memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk
sampel dalam kasus penelitian sebagai berikut :
1) Pasien rawat inap yang di diagnosa PJK dan menggunakan obat
antihipertensi pada periode Juni – Desember 2020.
2) Pasien dengan rekam medis yang lengkap dan dapat dibaca.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat
diikut sertakan dalam penelitian sebagai berikut :
1) Pasien pulang paksa
2) Pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap.
E. DEFINISI OPRASIONAL
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang
dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep yang
berupa konstruk dengan kata- kata yang menggambarkan perilaku atau gejala
yang dapat diamati dan yang dapat diuji serta dapat ditentukan kebenarannya (24).
1. Obat antihipertensi merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi. Obat antihipertensi yang digunakan meliputi golongan
antihipertensi ACEi, ARB, dan CCB.
2. Kondisi pasien PJK yang dimaksud adalah dengan pemeriksaan tanda vital
yang terdapat dalam rekam medis yaitu tekanan darah.
3. Evaluasi efektivitas obat mengkaji ketepatan pemilihan obat berdasarkan JNC
8 (2014) untuk hipertensi, AHA/ASA (2014) untuk hipertensi dengan
komplikasi stroke dan AHA/ACC/ASH (2015) untuk hipertensi dengan
komplikasi gagal jantung. Ketepatan dosis obat antihipertensi berdasarkan
yang sesuai dengan Drug Information Handbook 2011.
32
F. PERSIAPAN PENELITIAN
Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antishipertensi pada pasien
penyakit jantung koroner yang dirawat inap di RSUD Kabupaten Tangerang
meliputi tiga tahapan dalam penelitian, yaitu analisis situasi, pengambilan data,
dan analisisdata.
1. Analisis situasi
Tahap analisis situasi dimulai dengan mengidentifikasi obat antihipertensi
yang digunakan di Instalasi Rawat Inap pasien rawat inap RSUD Kabupaten
Tangerang. Penelitian di mulai setelah diperoleh ijin dari RSUD Kabupaten
Tangerang. Sebelum memulai penelitian dilakukan penelusuran informasi dan
pembuatan instrument penelitian. Penelusuran informasi dilakukan dengan
wawancara terhadap apoteker untuk mengetahui formularium yang digunakan
di Instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Tangerang.
33
Perijinan
Di RSUD Kabupaten
Tangerang
Institut Sains Dan Teknologi
Al-Kamal
Pengumpulan Sampel
Analisis Data
Kesimpulan
2. Chobanian, et.al. The seventh report of the joint national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. US departement of health
and human services, Boston; 2004, 2560-2572.
3. WHO. A global brief on hypertension: Silent killer, global public health crisis. World
Health Organization Press, Geneva; 2013, 9,20.
4. Kemenkes RI. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2012. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta; 2012, 77.
5. Depkes RI. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Direktorat bina farmasi
komunitas dan klinis Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta; 2006, 12-
54
6. Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen. Penyakit hipertensi. Bakti Husada, Jakarta; 2006, h 1-7.
8. Depkes RI. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinis Departemen Kesehatan RI. Jakarta; 2006, h 12-54.
9. Weber, et.al. Clinical practice guidelines for the management of hypertension in the
community a statement by the American society of hypertension and the international
society of hypertension. J Hypertens; 2014, h 3-15.
10. Gunawan, dkk. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Gaya Baru; 2007, h 341-360.
11. Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian
epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS; 2007.
36
37
12. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive vascular disease. Dalam robin and
cotran pathologic basis of disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005,
p528- 529.
13. Rustiana. Gambaran faktor resiko pada penderita hipertensi di puskesmas ciputat
Timur Tahun 2014. Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.
14. Eliot WJ, Ram CVS. Calcium chanel locker, the journal of clinical hypertension;
2011,13 (9), h 687.
15. Kemenkes RI. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta; 2012, h 77.
17. Tyashapsari W E, Zulkarnain AK. Penggunaan obat pada pasien hipertensidi Instalasi
rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang. Majalah Farmasetik;
2012, 8 (2), 150.
19. Rustiana. Gambaran faktor resiko pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciputat
timur tahun. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.
21. Iman Soeharto. Serangan jantung dan stoke hubungannya dengan lemak dan
kolesterol, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban. [diakses 3 Oktober tahun 2020]. Diakses dari
https://persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk42018.pdf
38
23. Hermawati, Haris Candra Dewi. Penyakit jantung koroner. Kandasmedia. Jakarta:
Imprint agromedia pustaka; 2014.
25. Maulana, Mirza. Mengenal diabetes melitus panduan praktis menangani penyakit
kencing manis. Yogjakarta: Katahati; 2008