DISUSUN OLEH:
KELAS 2
KELOMPOK A
DARMA, 20 TAHUN
DENPASAR
Case Study
Seorang pasien laki-laki, 20 tahun, BB 60 kg, datang ke RS dengan keluhan
hidung tersumbat (+), meler (+) lendir hidung berwarna bening, sakit kepala (+),
terasa sakit pada kerongkongan (+). Awalnya pasien merasa sulit menelan 2 hari
yang lalu, kemudian hari ini mulai terasa hidung tersumbat. Hasil pemeriksaan
area epiglottis memerah. Pasien tidak mengalami mual, tidak muntah, merasa
lemas dan kurang enak badan. Pasien tidak mengalami demam. Riwayat penyakit
tidak ada. Riwayat penggunaan obat tidak diketahui.
PENERIMAAN SKRINNING
Jika ada
Penetapan Komunikasi dengan
ada/tidaknya DRP dokter,
a. Diperiksa kebenaran pasien yang tertera pada resep meliputi nama, umur
dan alamat pasien. Jika terdapat ketidaksesuaian, dilakukan konfirmasi pada
dokter penulis resep atau resep ditolak.
b. Diperiksa kelengkapan resep sesuai dengan daftar tilik skrining resep dan
apabila meragukan segera hubungi dokter.
c. Dilakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis,
frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
obat.
d. Dilakukan kajian aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment
yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,
jumlah obat, dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien dan hal lain yang
terkait dengan kajian aspek klinis.
e. Ditetapkan ada tidaknya permasalah terkait obat atau Drug Related
Problem.
Berikut adalah hasil skrining resep dan patient assessment yang dilakukan.
A. Pembacaan Resep
Adapun hasil pembacaan resep oleh Apoteker adalah sebagai berikut:
R/ Lapifed No. X
S. 3.d.d. 1
R/ Lameson 4 mg No. X
S. 3.d.d. 1
Nama : Darma
Umur : 20 tahun
Alamat : Denpasar
Skrining 6 (Analisis Pertimbangan Klinis) Sandingkan dengan PMR Pasien pada kunjungan2 sebelumnya
24. Adanya riwayat alergi pada pasien Ada √ Tidak ada
25. Reaksi atas efek samping penggunaan Ada / Pernah √ Tdk Ada / Tdk
Pernah
26. Interaksi antar komponen obat Ada masalah √ Tdk ada masalah
27. Kesesuaian dosis dengan kondisi pasien √ Sesuai Tidak sesuai
28. Hal-hal khusus terhadap pasien √ Tidak ada Ada, sebutkan
Sikap Apoteker Hasil komunikasi
29. Konfirmasi ke dokter Ya, Perlu
30. Komunikasi ke pasien √ Ya, perlu Gejala sakit kepala yang dirasakan pasien, apakah mengganggu.
Keputusan Apoteker √ Lanjut Ditunda Ditolak
Catatan Tambahan Apoteker menanyakan informasi terkait berat badan dan tinggi badan pasien
DAFTAR TILIK SKRINING RESEP (DTSR)
2. Asal-usul pasien:
Melakukan penggalian
informasi kepada pasien
atau keluarga pasien
terkait berat badan dan
tinggi badan pasien yang
akan berpengaruh pada
perhitungan dosis obat
yang diterima pasien.
Farmasetis 1. Informasi sediaan 1. Sediaan yang diminta
yang diberikan pada resep sudah jelas,
yaitu Zibramax, Lapifed
dan Lameson
2.Kesesuaian kekuatan 2 . Kekuatan dan dosis
masing-masing sediaan
dan dosis yang diberikan telah
sesuai
C. Patient Assessment
Setelah dilakukan proses skrining terhadap resep yang dibawa oleh pasien,
apoteker selanjutnya melakukan patient assessment terhadap pasien yaitu dengan
melakukan penggalian informasi kesehatan (anamnesa) pasien. Patient
Asssessment (History talking) merupakan tahapan pelayanan kefarmasian yang
dilakukan oleh apoteker untuk menggali informasi kesehatan (anamnesa) kepada
pasien. Apoteker dapat menggali informasi terkait dengan resep yang dibawa oleh
pasien dengan menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien. Keluhan-
keluhan yang dirasakan pasien selanjutnya akan dicocokkan dengan terapi yang
diberikan oleh dokter penulis resep. Dalam kasus ini, assesment yang dilakukan
dapat berupa percakapan sebagai berikut: (A) Apoteker; (P) Pasien
A : “Selamat siang Pak, selamat datang di apotek Royal Farma. Perkenalkan
saya Gung Sri apoteker yang bertugas di apotek ini. Apakah ada yang bisa
saya bantu pak?”
P : “Iya bu silahkan”
A : “Jika saya boleh tahu, kapan bapak diberikan resep ini oleh dokter?”
P : “Tadi pagi saya periksa diri ke dokter bu, karena saya tidak memiliki
cukup waktu untuk mengantri menebus resep di rumah sakit jadi saya baru
menebus resep ini sekarang”
P : “2 hari yang lalu saya merasa sulit menelan, kemudian mulai terasa
hidung tersumbat, meler, ada lendirnya berwarna bening, kerongkongan
juga terasa sakit dan sakit kepala sampai sekarang”
A : “Baik pak, lalu pada saat itu apakah dokter melakukan pemeriksaan lain
terhadap kondisi bapak?”
P : “Saat itu saya diminta untuk membuka mulut, dan dokter bilang ada
kemerahan di kerongkongan saya”
A : “Baik bapak. Selain itu apakah saat ini bapak merasa mual atau bahkan
merasa ingin muntah?”
P : “Tidak bu. Hanya saja saya merasa lemas dan kurang enak badan”
P : “Tidak Bu”
A : “Apakah saat ini bapak sedang mengkonsumsi obat tertentu atau vitamin
pak?”
A : “Baik pak. Jika boleh saya tahu berapa tinggi badan dan berat badan
bapak sekarang?”
P : “Tinggi saya 165 cm, kebetulan 2 hari yang lalu saya sempat menimbang,
berat saya 60 kg Bu”
A : “Jika boleh tahu apa pekerjaan atau kesibukan bapak sehari-hari saat
ini?”
P : “Saya sibuk kuliah Bu, akhir-akhir ini saya memang sedang banyak
kegiatan dikampus, saya berpikir karena itu mungkin saya mengalami ini”
P : “Oke terimakasih”
D. Kesimpulan Skrining Resep dan Patient Asessment
Berdasarkan hasil skrining resep (meliputi skrining administratif, farmasetis
dan klinis) serta patient assessment yang dilakukan kepada pasien, terdapat
beberapa masalah, yaitu:
1. Tidak terdapat nama dan SIP dokter, namun dicantumkan bahwa resep
berasal dari seorang dokter spesialis THT pada sebuah rumah sakit.
2. Tidak terdapat tinggi dan berat badan pasien.
Berdasarkan konfirmasi yang dilakukan kepada dokter dan pasien yang
bersangkutan, dapat disimpulkan bahwa resep dinyatakan valid dan dapat dilayani
oleh Apoteker.
III. Monitoring
Monitoring terhadap pasien bertujuan untuk memantau efektifitas terapi
yang disarankan dan efek samping yang mungkin muncul (Adverse Drug
Reaction). Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat dan
meningkatkan keberhasilan terapi. Pelaksanakan kegiatan ini memerlukan
pencatatan data pengobatan pasien (medication record). Monitoring akan
membantu untuk melakukan penanganan lebih lanjut kepada pasien dan
meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
a. Efektivitas Terapi
Monitoring efektivitas terapi dapat dilakukan dengan melihat kondisi dari
gejala penyakit pasien apakah sudah membaik, ataukah dengan menanyakan
masih atau tidaknya demam, batuk, pilek, nyeri saat menelan dan lemas yang
dialami oleh pasien.
Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan pasien mengkonsumsi obat
terutama obat yang tergolong antibiotik, karena kepatuhan pasien akan
berpengaruh terhadap efektifitas terapi. Merupakan tanggung jawab apoteker
dalam memastikan penggunaan antibiotika secara rasional. Prioritas diberikan
untuk menyusun kebijakan tentang penggunaan antibiotika yang akan
berdampak pada outcome terapi yang optimal di samping meminimalkan
penyebaran strain mikroorganisme yang resisten (Depkes RI, 2005).
Apoteker menghubungi pasien kembali pada hari ke 2, dimana pada hari ke
3 pasien harus melakukan kontrol kembali ke dokter untuk memastikan infeksi
yang dialami pasien.Apoteker menanyakan mengenai keadaan pasien, apakah
keluhan hidung gatal, bersin-bersin, lendir encer dan hidung tersumbat yang
dialami sudah hilang atau masih dirasakan. Bila pasien masih merasakan
keluhanya, maka apoteker dapat menganjurkan pasien untuk kembali periksa ke
dokter.
b. Efek Samping Obat
Monitoring efek samping terapi dapat dilakukan dengan menanyakan ada
atau tidaknya gejala-gejala yang membuat pasien tidak nyaman yang timbul
setelah mengkonsumsi obat zibramax, lapifed dan lameson, seperti diare,
kembung, mual, muntah, dan gelisah.
B. Tepat Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan jenis penyakit. Untuk menilai ketepatan
pemilihan obat, maka didasarkan pada algoritma terapi, yang didasarkan pada
keluhan yang disampaikan oleh pasien.
C. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah jumlah obat atau dosis yang diresepkan kepada pasien
sesuai dengan kebutuhan individual dari pasien dan dosis yang diberikan berada
dalam rentang terapi. Berikut adalah perbandingan kesesuaian dosis resep dengan
dosis pustaka.
Tabel 3.2.Perbandingan Dosis Pustaka dan Dosis Resep.
No Nama Zat Aktif Dosis Lazim Ket.
Resep Pustaka
500 mg sekali Dosis sudah
sehari selama 3 berada pada
1 hari rentang terapi
Azitromisin 500mg
D. Tepat Pasien
Obat yang diresepkan harus mempertimbangkan kondisi individu yang
bersangkutan dan semaksimal mungkin tidak kontraindikasi dengan kondisi
pasien yang menerima resep dan sebaiknya tidak menimbulkan efek samping atau
apanila muncul efek samping, efek samping yang ditimbulkan adalah yang paling
minimal. Pada resep, sediaan yang diberikan kepada pasien dengan cara oral
↓
Dicatat pengambilan sediaan Zibramax 500 mg, Lapifed, Lameson 4
mg dan Paracetamol 500mg pada kartu stok masing-masing sediaan
(lampiran 1).
↓
Ditulis etiket untuk masing-masing sediaan setelah semua sediaan
pada resep disiapkan.
↓
Untuk Sediaan Zibramax 500 mg, Lapifed, Lameson 4 mg dan
Paracetamol 500mg yang digunakan peroral, etiket yang digunakan
adalah etiket berwarna putih
↓
Penulisan etiket harus jelas dan mudah dipahami oleh pasien.
↓
Penulisan etiket meliputi tanggal pembuatan resep, nomor resep,
nama pasien, aturan penggunaan, dan waktu penggunaan.
↓
Pada saat pemberian etiket juga dilakukan pengecekan ulang terkait
nama, jumlah, jenis, dan kekuatan sediaan Zibramax 500 mg,
Lapifed, Lameson 4 mg dan Paracetamol 500mg.
↓
Kemudian etiket yang sudah dituliskan aturan pakai ditempelkan
sesuai dengan sediaan.
B. Tahapan Dispensing
Obat yang telah disiapkan diperiksa kembali secara teliti oleh Apoteker
sebelum obat diserahkan kepada pembawa resep (pasien atau pengantar pasien)
untuk memastikan bahwa obat yang telah disiapkan sesuai dengan permintaan
dokter dan memastikan bahwa etiket telah ditempel pada klip obat yang sesuai.
Selanjutnya, Apoteker memanggil nama atau nomor tunggu pasien, lalu
memeriksa dan memverifikasi identitas pasien serta meminta nomor telepon
pasien agar mudah dihubungi terkait pemantauan pengobatan. Selanjutnya obat
diserahkan kepada pasien dengan pemberian informasi, dan edukasi pasien.
Apabila pasien telah mengerti, maka pasien diminta untuk mengulangi informasi
yang diberikan terkait penggunaan obat untuk memastikan bahwa pasien akan
meminum obatnya dengan tepat. Setelah pasien meninggalkan apotek, resep
disimpan di Apotek pada tempatnya dan mencatat tindakan yang dilakukan
terhadap pasien terkait pengobatannya dalam PMR (Patients Medication Record)
(KemenKes RI dan IAI, 2011).
Skema Tahapan Dispensing
Apoteker memanggil nomor tunggu dan nama pasien sesuai dengan yang
tertulis pada resep
(IAI, 2013)
b. Salinan Resep, Etiket, Patient Medication Record
Rancangan salinan resep tertera pada lampiran 2, etiket tertera pada
lampiran 3 dan Patient Medication Record (PMR) tertera pada lampiran 4 yang
mengacu pada contoh PMR dalam CPFB (terlampir).
Berikut ini merupakan cuplikan percakapan antara Apoteker dengan pasien Darma
dalam melakukan proses KIE.
Apoteker : “Nomor antrian satu, atas nama pasien Darma yang beralamat di
Denpasar”?
(Queue number one, patient with the name Darma in Denpasar?)
Darma : “Iya saya mbak”
(“Yes I am”)
Apoteker : “Selamat siang dik, perkenalkan saya Gung Sri Apoteker di Apotek
Royal Pharma, apakah benar dengan Darma umur 20 tahun?”
(Apoteker tersenyum)
(Good afternoon Mr., I am Gung Sri pharmacist in Pharmacy
Royal Pharma, is it true this Mr. Darma aged 20 years? ")
Darma : “Iya benar mbak saya Darma”.
(“Yes I am”)
Apoteker : “Baik dik, ini obat yang adik Darma butuhkan” (Sambil
memegang klip obat yang sudah siap diserahkan)
(Yes Mr., this is the medicine that you need”)
Darma : “Terima kasih mbak, berapa saya harus membayar obat ini mbak?
(“Thank you Mrs. Gung Sri, how much should I pay for this
medicine?”)
Apoteker : “Baik dik, mohon maaf sebelum proses pembayaran apakah boleh
saya meminta waktu adik sebentar? saya ingin menyampaikan
beberapa informasi mengenai obat yang adik terima ini”
(Yes Mr., I am sorry before the payment process may I ask for your
time? I would like to convey some information about the medicines
that you take ")
Darma : “Boleh mbak tapi sebentar saja ya, kalau boleh tau untuk apa ya
mbak?”
(“Yes of course Mrs., but maybe you can convey it briefly, can I
ask you what is the information that you want me to know?”)
Apoteker : “Terimakasih atas kesempatannya, saya ingin memberikan
konseling untuk memastikan bahwa adik akan menggunakan obat
dengan baik dan benar sehingga bisa lekas sembuh”
(“Thank you for you’re your permission, I want to do some
counseling for guarantee that you will use the medicine properly
and correctly so you can recover soon”)
Darma : “O begitu ya mbak baik mbak silahkan”
(“Yes Mrs., sure I am ready to listen it”)
Apoteker : “Berdasarkan resep yang saya terima, adik mendapatkan obat
dengan nama Zibramax, Lafiped, Lameson serta Parasetamol“
(Sambil menunjukkan obat yang dimaksud satu persatu) mohon
maaf sebelumnya apakah adik sudah pernah mengosumsi obat ini
sebelumnya?”
(“Based on your prescription you get some medicine that consisting
of Zibramax, Lapifed, Lameson dan Parasetamol”. “Sorry for
asking you, have you ever consumed this medicine before?”)
Darma : “Oh tidak pernah mbak, saya baru pertama kali mendapatkan obat
itu, sebenarnya itu obat apa ya mbak?”
(I’ve never consumed this medicine before, this is my first time take
this medicine”. What is the purpose of this medicine Mrs?”)
Apoteker : “Jadi begini, adik mendapatkan obat Zibramax® yang digunakan
untuk mengatasi infeksi bakteri atau sebagai antibiotic, artinya obat
ini digunakan untuk membunuh bakteri penyebab penyakitnya. Obat
ini digunakan dengan cara minum 1 kali sehari 1 tablet 15-30 m3nit
setelah makan ya dik. Obat ini harus diminum sampai habis ya,
walaupun keluhan dari adik sudah hilang tetapi apabila obat ini
masih maka harus dihabiskan, obat ini disimpan pada suhu ruang,
diletakkan saja di kamar, tetapi pada tempat kering dan tidak terkena
cahaya matahari secara langsung”
(Mr. this is Zibramax for treat your symptomps because the infection
of bacteria or for antibiotic. You have to consume this medicine once
a day, 15-30 minute after you eat. You must consume this medicine
until it’s runs out although the symptomps is disappeared. Stored at
room temperature, or at your bed room but at dry place and not
exposed to direct sunlight.”
Darma : “Ooh kotak obat saya taruh di dinding dekat dengan lemari
dikamar tamu sehingga mudah untuk mengambilnya.”
(Aah yea, I put the stored box in the wall near my cabinets, in the
living room, so I can easy to take it”)
Apoteker : “Wah sudah benar sekali adik”
(“Yes, that is really good and right”)
Darma : “Ohh ya mbak yang ini untuk obat apa mbak”?
(What is the indication of this medicine Mrs?”)
Apoteker : “Nah obat ini namanya obat Lapifed®, ini kegunaanya
meredakan keluhan hidung tersumbat yang adik dialami, obat ini
diminum 3 kali 1 sehari , diminum sekitar 15-30 menit setelah
makan, obat dapat dikonsumsi setiap 8 jam. Penyimpanan obat ini
sama seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, adik bisa
menyimpannya di kotak obat”
(“Yeah, this medicine is Lapifed®, this use for defuse the
symptomps (nasal congestion) that you feels, you have to consume
this three times a day, 15-30 minute after you eat. This medicine
consumed in the span of 8 hours a day. You can store this at your
store box like I said before”)
Darma : “ohh iya mbak, untuk minum obatnya apakah harus setiap 8 jam
mbak? karena jika saya sakit biasaya obat saya kosumsi pada pagi,
siang dan sore hari,, saya tidak pernah mempertimbangkan rentang
waktu tersebut..?”
(Yes Mrs., I have to consume this every 8 hours? Because when I
feels sick usually I consumes the medicine every morning,
afternoon and before evening, I am not consider about the span of
the time…?”)
Apoteker : “jadi begini mas, untuk waktu pmberian obat yang efektif pada
umumnya adalah setiap 8 jam, dengan rentang waktu tersebut
diharapkan obat dapat bekerja secara efektif, sehingga pengobatan
menjadi lebih cepat, jika boleh saya sarankan agar adik mengubah
kebiasaaan mengosumsi obat dengan mengosumsi obat berdasarkan
waktu yang disarakan dan pada umumnya yaitu setiap 8 jam”
(Yes Mr., so I will explain it, for the time to give the medicine for
effectiveness usually every 8 hours, with the span like that we hope
the medicine can effective and the recovery will happen soon. May
I ask you to change your habit for consume the medicine based on
the time that we suggestion that is usually every 8 hours.”)
Darma : “Wah terima kasih sekali mbak,, mulai sekarang saya akan
melakukan hal tersebut”
(Thank you Mrs, I will do it”)
Apoteker :“Nah yang terahir adik mendapatkan obat Lameson® dan
Parasetamol. Obat Lameson® digunakan sebagai antiradang,
artinya untuk mengobati keluhan yang anda alami seperti meler,
hidung tersumbat dan sakit tenggorokan, berarti ada suatu radang
atau infeksi dalam tubuh anda. Obat ini dapat diminum bersamaan
dengan obat Lapifed®, dimana obat ini dikosumsi 3 kali 1 sehari,
sekitar 15-30 menit setelah makan dan untuk penyimpanan sama
dengan yang saya jelaskan sebelumnya.” Kemudian Parasetamol
diminum jika sakit kepala yang anda alami menggangu aktivitas
anda sehari-hari, diminum maksimal 6 kali sehari setelah makan.”
(The last medicine is Lameson® and Paracetamol. Lameson® for
treat your symptomps like slimy nose, nasal congestion dan sore
throat, so there is an infection in your body. You can consume this
medicine three times a day, 15-30 minute after you eat.
Parasetamol for your headache when you feel like your headache
is really disturb your daily activity, consume max 6 times a day
after you eat. Stored this medicine same like what I said before.”)
Darma : “Wah terima kasih banyak, mbak atas informasinya,, akan saya
lakukan apa yang mbak informasikan tadi”
(Thank you so much for your information Mrs., I will do all of your
suggestion”)
Apoteker : “Baik adik sama-sama, saya juga senang sakali bisa membantu,
semoga cepat sembuh dan dapat kembali beraktivitas sepeti biasa.
Apakah ada suatu hal kurang jelas dan ingin adik tanyakan lagi?”
(You are welcome Mr., I’m really happy to help you, I hope you will
get better soon and you can do your daily activity like usually.
Mr. Darma are do you want to ask me for the other information or
maybe you do not understand what I said before?”)
Darma : “Tidak mbak sudah jelas sekali informasinya” (Pasien tersenyum)
(No Mrs. You give me the information so clearly.”)
Apoteker : “Adik obat ini telah saya berikan petunjuk, ketika adik lupa waktu
konsumsi obatnya, dapat dilihat disini, ini sudah memuat tentang
nama obat, berapa kali anda harus minum obat dan bagaimana
penyimpananya (Sambil menunjukkan etiket ke pasien) disini juga
tercantum nomer telepon apotek ini, sehingga jika ada suatu hal yang
ingin tanyakan perihal obat bisa menelpon ke apotek ini (Apoteker
tersenyum kepada pasien )”
(Mr. Darma I have given the instruction, when you forget to
consume your medicine you can look at this. This etiket consisting
of name of the medicine, when you have to consume and how to
stored it. So when you want tou ask about the information of the
medicine you can call this pharmacy store.”)
Darma : “Wah terima kasih banyak mbak,,saya juga senang sekali telah
mendapatkan banyak informasi tentang obat ini” (Pasien tersenyum)
oo ya mbak berapa kiranya saya harus mebayar obat ini?”
(Thank you so much Mrs., I’m happy to get all the information from
you. how much should I pay for this medicine?”)
Apoteker : “Setelah saya menghitung harga obat semuanya adalah Rp 150.000
dik” mohon maaf apabila harganya cukup mahal, karena memang
harga obat-obatan ini mahal (Apoteker tersenyum)
(After I’m count the total price you have to pay is Rp. 150.000, I’m
sorry the prices is too expensive, because from the industry the
prices is expensive.”)
Darma : “Ya mbak, tidak masalah yang penting saya sembuh bagi saya harga
tidak masalah mbak” (Pasien tersenyum )
(It’s okay Mrs, the important thing is I want to recovery soon soon the
prices is doesn’t matter for me.
Apoteker : “Baik adik terima kasih” (sambil menyerahkan obat)
Oh ya dik saya juga ingin menginformasikan bahwa ketika ada gejala
efek samping yang timbul misalnya sakit kepala, mual, muntah atau
apabila sakit tidak kunjung membaik, mohon segera menghubungi
dokter ya, dan tolong agar beristirahat dengan cukup, mengkosumsi
makanan yang sehat dan bergizi”
(Thank you Mr. Darma, I have to tell you something important, if you
feels side effects of the medicines like headache, nausea and vomiting
you can call the doctor. Take a good rest and healty food.”)
Darma : ”Baik mbak terima kasih, ini uangnya mbak” (Sambil menyerahkan
uang ke apoteker)
(Thank you Mrs. Here is the money.”)
Apoteker :“Baik adik, terimakasih banyak, oh iya, ini ada surat keterangan bahwa
telah melakukan KIE, yang perlu adik tandatangani sebagai bukti
bahwa saya telah melakukan KIE di Apotek Royal Farma, jika
berkenan adik dapat membubuhkan tanda tangan pada bagian
ini”(Apoteker menunjukkan tempat untuk tanda tangan).
(Yes Mr. here is the form for counseling and education that you have
to sign in for evidence I was given you counseling and education.”)
Darma :“Baik mbak saya akan tanda tangan” ( pasien melakukan tanda
tangan)
(Okay Mrs. I will sign it.”)
Apoteker : “Saya ucapkan terima kasih banyak dik dan terima kasih telah
berkujung ke apotek kami, semoga lekas sembuh” (Apoteker
mencakupkan tangan sambil mengucapkan terima kasih).
(Thank you Mr. Darma vor visiting our pharmacy store, hope you
wil get better soon.”)
Drarma : “Baik mbak, makasi mbak ya, mari mbak saya pulang”
(You are welcome Mrs. Okay I have to go now”)
Apoteker : “Hati-hati dijalan ya dik” (Apoteker tersenyum dan melanjutkan
melakukan pengisian dokumentasi pemberian KIE
(“Of course Mr.Darma, take care of your self”)
3.6. Problem Based Learning 6
3.6.1 Pemaparan Kasus
Anda telah melakukan KIE kepada pasien. Setelah melakukan KIE, sebagai
seorang Apoteker Anda wajib mendokumentasikan kegiatan pelayanan
kefarmasien Anda ke dalam dokumentasi. 2 hari kemudian, keluarga pasien
menelpon Apotek Anda, dan menyampaikan bahwa : Pasien merasa sudah rutin
minum obat, namun terkadang masih mengalami keluhan yang diderita (sesuai
case study pada kasus).
Sebagai seorang apoteker:
1.Rancanglah evaluasi terhadap penggunaan obat atau efek samping obat dan
parameter data klinik / data laboratorium yang diamati / dilakukan
pemeriksaan ulang.
2.Keputusan melaksanakan evaluasi melalui homecare / telp merupakan
tanggungjawab dan kewenangan farmasis. Apabila akan dilakukan
kunjungan ke rumah pasien/melalui telpon, maka :
- Rancanglah tahapan pelayanan kefarmasian homecare yang Anda
lakukan.
- Rancanglah informed consent / persetujuan pelaksanaan homecare.
- Rancanglah informasi yang anda berikan sebagai apoteker saat
pelaksanaan homecare.
3.6.2 Penyelesaian Kasus
A. Evaluasi Penggunaan Obat yang diambil
Melakukan Evaluasi penggunaan obat Zibramax, yang diberikan pada pasien
evaluasi penggunaan zibramax karena merupakan antibiotik maka pasien harus
meminum obat ini sampai habis, atau dipantau tingkat kepatuhan pasien dalam
mengosumsi obat ini, dimana tingkat kepatuhan ini dapat dilihat dari
perkembangan kesehatan pasien: (memburuk/membaik/sembuh). Evaluasi ini di
dokumentasikan dalam Form Patient Medication Record (terlampir).
Melakukan evaluasi Efek Samping Obat dari penggunaan zibramax,
lameson, lapifed dan parasetamol. Adapun efek samping dari penggunaan
Zibramax dan Lapifed yang dijadikan acuan oleh Apoteker adalah: kemungkinan
terjadi reaksi hypersensitivitas dan terjadi efek samping mengantuk. Evaluasi ini
di dokumentasikan dalam Form Monitoring Efek Samping Obat (terlampir).
B. Pelaksanaan Home Care
I. Tahap Persiapan
Menurut Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah
(Home Pharmacy Care) (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Depkes RI, 2008), sebelum melakukan pelayanan home care terlebih dahulu
dilakukan beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
II. Tahap Identifikasi Jenis Pasien
a. Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus
tentang penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat
b. Pasien dengan terapi jangka panjang (misal : TB, HIV/AIDS, DM, dll)
c. Pasien dengan resiko (pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan salah
satu kriteria atau lebih regimen obat (Pasien minum obat 6 macam atau
lebih setiap hari, Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari, Pasien
minum salah satu dari 20 macam obat yang telah diidentifikasi tidak sesuai
untuk pasien geriatric, Pasien dengan 6 macam diagnose atau lebih.
III. Penentuan Jenis Layanan
Home care dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a) Dengan kunjungan langsung ke rumah pasien.
b) Dengan melalui telepon.
IV. Menyiapkan lembar persetujuan (informed consent) dan meminta
pasien untuk memberikan tanda tangan, apabila pasien menyetujui
pelayanan tersebut (Informed consent).
C. Tahap Pelaksanaan
I. Penentuan Jenis Layanan Home Care
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker atau home care adalah
pendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah
dengan persetujuan pasien atau keluarganya. Pelayanan kefarmasian di rumah
terutama untuk pasien yang tidak atau belum dapat menggunakan obat dan atau
alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki kemungkinan
mendapatkan risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan obat dan atau alat kesehatan agar tercapai efek
yang terbaik (Direktorat Binfar, 2008)
Berdasarkan kasus yang diperoleh, apotek kami akan melakukan home
care melalui telepon kepada pasien, layanan ini bertujuan agar dapat memberikan
pelayanan yang maksimal atas keluhan yang disampaikan oleh pasien, dimana
pasien mengeluh gejala yang dialami belum kunjung berkurang meskipun telah
meminum obat yang diresepkan oleh dokter. Home care yang diterapkan oleh
apotek kami dipilih dengan menghubungi pasien melalui telepon, cara ini
dilakukan karena dinilai sesuai dengan kondisi pasien yang merupakan mahasiswa
berumur 20 tahun, dimana pada usia ini dianggap bahwa pasien lebih tanggap dan
mudah mengerti informasi yang diberikan meskipun melalui telepon. Selain itu,
dilihat pula jenis obat-obatan yang diterima pasien merupakan sediaan oral tablet,
artinya bahwa tidak perlu pengawasan khusus yang harus dilakukan untuk
memantau cara penggunaan obat pasien.
II. Prosedur Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
9. Apotekerdengan
didiskusikan mendokumentasikan semua (bila
dokter yang mengobati tindakan profesi tersebut pada
rujukan)
Catatan Penggunaan Obat Pasien.
Apoteker menanyakan apa saja keluhan yang masih dirasakan pasien saat ini?
Adakah keluhan tambahan lain selain hidung tersumbat, sakit kepala,
tenggorokan sakit dan susah menelan?
Apabila tidak terdapat keluhan tambahan dan pasien telah meminum obat
sesuai dengan anjuran yang diinformasikan pada saat KIE, maka Apoteker
memberikan informasi agar pasien melanjutkan pengobatan terlebih dahulu
sampai obat yang diresepkan tersebut habis dan melakukan istirahat dengan
cukup serta menghindari gaya hidup kurang sehat, dan jika kondisi tidak
membaik, maka Apoteker menganjurkan pasien untuk memeriksakan diri
kembali ke dokter.
Setelah dirasa pasien paham dengan informasi yang diberikan oleh Apoteker,
maka Apoteker dapat menutup pembicaraan dan memberi salam “semoga
lekas sembuh”
Hak Pasien
d. Ikut menentukan rencana pelayanan kefarmasian di rumah
e. Menerima pelayanan yang sesuai dengan standar/pedoman yang berlaku
f. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pelayanan yang sedang
dilakukan
g. Memperoleh perlindungan hukum atas tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur
Kewajiban Pasien/ Keluarga
1. Bekerjasama dan membantu apoteker untuk mendukung tercapainya
tujuan pelayanan kefarmasian di rumah.
2. Mematuhi rencana pelayanan kefarmasian yang telah dibuat berdasarkan
kesepakatan dengan apoteker
3. Membayar pelayanan yang diterima sesuai dengan tarif yang berlaku
4. Memperlakukan apoteker sesuai dengan norma yang berlaku berdasarkan
etika, norma agama dan sosial budaya tanpa diskriminasi berdasarkan ras,
warna kulit, agama, jenis kelamin, usia atau asal-usul kebangsaan.
Hak Apoteker
i. Menerima jasa pelayanan sesuai tarif yang berlaku
ii. Memperoleh informasi yang sebenarnya dari pasien/keluarga pasien
tentang keadaan pasien yang terkait dengan pelayanan kefarmasian yang
diberikan
iii. Memperoleh perlakukan yang sesuai dengan norma yang berlaku
Kewajiban Apoteker
1. Memberikan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar/pedoman
yang berlaku
2. Mematuhi rencana pelayanan kefarmasian yang telah dibuat berdasarkan
kesepakatan dengan pasien/keluarga
3. Memberikan informasi kepada pasien yang berkaitan dengan pelayanan
yang sedang dilakukan
Apoteker,
Kartu Kunjungan
KARTU KUNJUNGAN PASIEN APOTIK ROYAL FARMA
9
Rancangan alur pelayanan kefarmasian swamedikasi (tanpa resep) ini
dibuat berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SOP) untuk pelayanan
swamedikasi yang dimiliki Apotek Royal Farma. Adapun tahapan- tahapan yang
penting adalah pada saat menggali informasi dari pasien meliputi kepada siapa
obat diberikan (keadaan pasien, usia pasien, kondisi pasien misalnya dalam
keadaan hamil dan menyusui atau kondisi tertentu yang dialami pasien). Kemudian
tempat timbulnya gejala keluhan, seperti apa rasanya gejala keluhan, kapan mulai
timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya. Lalu pertanyaan terkait sudah
berapa lama gejala dirasakan, ada tidaknya gejala penyerta, pengobatan yang
sebelumnya telah dilakukan, obat lain yang dikonsumsi untuk pengobatan penyakit
lainnya.
a. Identitas Pasien
b. Subjektif
Keluhan utama : Pasien tidak nafsu makan, tidak bersemangat, lemas,
lesu, dan pegal-pegal. Pasien mengeluh mual-
mual dan muntah-muntah pada pagi hari dan
dirasakan sangat mengganggu, Pasien merasa
mual (+), lemas (+), tidak nafsu makan.
Keluhan tambahan : Susah tidur.
c. Objektif
Riwayat penyakit :-
Kondisi pasien : Pasien sedang hamil 4 minggu dan merupakan
kehamilan pertama.
Riwayat penggunaan obat : Terapi suplemen besi dan asam folat.
d. Assessment
Berikut adalah tatalaksana terapi morning sickness pada wanita hamil:
Gambar 3.6 Tata Laksana Terapi Morning Sickness Pada Wanita Hamil (Niebly,
2010)
pertama kehamilan.
3. Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas
pada kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru
atau obat yang belum pernah dicoba secara klinis.
4. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu
sesingkat mungkin.
5. Penggunaan banyak obat tidak boleh diberikan sekaligus (polifarmasi)
Selain melakukan KIE terkait obat yang diberikan kepada pasien, juga
dapat dilakukan KIE terkait terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pasien.
Berikut adalah terapi non farmakologi yang dapat dianjurkan pada pasien. berikut
adalah terapi non-farmakologi yang disarankan ke pasien :
1. Konsumsi Gizi Seimbang
Makanan yang baik untuk ibu hamil adalah yang tinggi karbohidrat dan
protein. Buah dan sayuran juga harus teratur dikonsumsi. Lebih baik
mengatur makan dalam porsi sedikit namun lebih sering frekuensinya agar
perut tidak kosong dan kadar gula darah stabil.
2. Bergerak Perlahan
Jangan terburu-buru dalam melakukan gerakan, misalnya dari bangun
pagi, lebih baik duduk dahulu sebelum berdiri.
3. Hindari Pemicu Mual
Setiap ibu hamil memiliki hal-hal tertentu yang dapat memicu mual,
seperti parfum atau makanan berbau tajam, sehingga perlu dihindari bau- bau
yang memicu mual sang ibu.
4. Konsumsi Jahe
Untuk pengobatan tradisional, jahe adalah pilihan yang tepat, bisa berupa
minuman atau dikunyah. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa mual.
5. Menggunakan Aroma Buah Apel
Beberapa orang sering kali menggunakan aroma buah apel untuk
meringankan rasa mual yang ingin muntah yang dialaminya, ini juga dapat
diterapkan pada ibu hamil.
6. Mengkonsumsi Susu Ibu Hamil
Pasien dapat disarankan untuk mengkonsumsi susu ibu hamil, dimana
tujuan dari mengkonsumsi susu tersebut adalah mencegah terjadinya
dehidrasi akibat morning sickness dan juga sebagai suplai nutrisi bila ibu
hamil tidak nafsu makan.
7. Mengkonsumsi Makanan yang Cukup
Pasien disarankan untuk mengkomsumsi makanan yang bisa dimakan dan
tidak menyebabkan mual muntah, dimana ibu hamil harus mendapatkan
asupan nutrisi yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi yang dapat
memperparah kondisi pasien.
C. Kesimpulan yang Diperoleh
2.1 Pendahuluan
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis).
Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang
menyerang penduduk indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik
karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian
dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal
asam urat didalam persendian (Tehupeiroy, 2006). Selain itu asam urat merupakan
hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati,
ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian
senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan
(Wortmann, 2001).
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat di golongkan menjadi 2, yaitu:
a. Penyakit gout primer.
Penyebabnya kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini di duga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat. Atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh.
b. Penyakit gout sekunder.
1) Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang tidak
terkontrol, yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi. Purin adalah salah
satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan
termasuk dalam kelompok asam amino, yang merupakan unsur pembentukan
protein.
2) Produksi asam urat juga dapat meningkat. Karena penyakit pada darah
(penyakit sumsum tulang, polisitemia, anemia hemolitik), obat-obatan (alkohol,
obat-obat kanker, vitamin B12, diuretika, dosis rendah asam salisilat).
3) Obesitas (kegemukan).
4) Intoksikasi (keracunan timbal).
5) Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Dimana
akan ditemukan mengandung benda-benda keton (hasil buangan metabolisme
lemak) dengan kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi.
(Poor and Mituszova, 2003)
Tidak semua orang dengan peningkatan asam urat dalam darah
(hiperuremia) akan menderita penyakit asam urat. Namun ada beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan seseorang menderita
penyakit asam urat, diantaranya:
a. Pola makan yang tidak terkontrol. Asupan makanan yang masuk ke dalam
tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang
mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat.
b. Seseorang dengan berat badan yang berlebihan (obesitas).
c. Suku bangsa tertentu. Menurut penelitian, suku bangsa di dunia yang paling
tinggi prevalensinya terserang asam urat adalah orang maori di Australia.
Prevalensi orang maori terserang penyakit asam urat tinggi. Sedangkan di
Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di
daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan ikan dan
mengkonsumsi alkohol.
d. Peminum alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat
urine ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan di dalam darah.
e. Seseorang yang berumur ≥ 45 tahun biasanya pada laki-laki, dan perempuan
saat umur menepouse.
f. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asam urat.
g. Seseorang kurang mengkonsumsi air putih.
h. Seseorang dengan gangguan ginjal dan hipertensi.
i. Seseorang yang menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama.
j. Seseorang yang mempunyai penyakit diabetes mellitus.
(Tom et al, 2010)
2.2 Prevalensi
Prevalensi artritis gout di dunia berkisar 1 - 2% dan mengalami peningkatan
dua kali lipat dibandingkan dua dekade sebelumnya (Hamijoyo, Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2016). Di Indonesia prevalensi artritis gout belum
diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang
lain. Sebuah penelitian di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi artritis gout
sebesar 1,7% sementara di Bali didapatkan prevalensi hiperurisemia mencapai
8,5% . Penderita paling banyak pada golongan usia 30 - 50 tahun yang tergolong
usia produktif (Hamijoyo, 2016).
- NSAID
NSAID digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasien asam urat,
Penggunaan NSAID tidak mempengaruhi kadar urat dalam serum, namun
dapat membuat pasien merasa lebih baik. Pemberian NSAID sebaiknya
diminum setelah makan dengan dosis 150-200 mg sehari dan sedapat mungkin
dihindarkan penggunaannya pada pasien dengan gangguan ginjal dan
gangguan gastrointestinal (Depkes RI, 2006)
- Kortikosteroid
Kortikosteroid oral maupun injeksi merupakan alternatif untuk pasien
yang tidak toleransi terhadap NSAID dan kolkisin.Injeksi intra-artikular
kortikosteroid sangat berguna untuk asam urat yang terbatas hanya pada
sendi.Kortikosteroid dapat diberikan dalam dosis tinggi (30-40 mg), kemudian
berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid
harus diperhatikan pada pasien dengan gagal jantung (Hainer et al., 2015;
Depkes RI, 2006)
- Kolkisin
Kolkisin merupakan pilihan terapi lain untuk asam urat. Kolkisin tidak
memiliki sifat analgesik dan kurang efektif jika diberikan pada 72-96 jam
setelah timbul gejala. Kolkisin tidak menurunkan kadar urat dalam serum dan
dapat dipakai untuk mencegah serangan dan direkomendasikan untuk
diberikan dalam dosis rendah sebelum memulai obat penurun asam urat,
kemudian dilanjutkan sampai 1 tahun setelah asam urat dalam serum menjadi
normal. Bila diberikan secara oral, maka diberikan dosis awal 1 mg, diikuti
dnegan dosis 0,5 mg (Hainer et al., 2015; Depkes RI, 2006)
- Xanthine oxidase inhibitor (urikostatik)
Obat golongan ini dapat menurunkan produksi asam urat yang saat ini
sebagai drug of choice penurun kadar asam urat. Dosis awal diatur sesuai
dengan fungsi ginjal (CrCl>80 mL/menit, 300 mg/sehari; CrCl 30-60
mL/menit, 200 mg/hari; CrCl 20-29 mL/menit, 100 mg/sehari) (Depkes RI,
2006).
- Obat golongan urikosurik
Urikosurik meningkatkan ekskresi asam urat dengan cara menghambat
reabsorpsi tubular ginjal. Obat ini dapat digunakan untuk asam urat yang
disebabkan karena konsumsi obat diuretik (Depkes RI, 2006).
2.7 Pencegahan
Gout tidak dapat di cegah tetapi beberapa pencetusnya dapat di hindari
misalnya cedera, konsumsi alkohol yang berlebih, makanan yang kaya
protein.Untuk mencegah kekambuhan dianjurkan meminum air yang banyak,
menghindari minuman beralkohol dan mengurangi makanan kaya protein. Banyak
penderita gout yang memiliki kelebihan berat badan, jika berat badan mereka
dikurangi maka kerap kali kadar asam urat dalam darah akan kembali normalatau
mendekati normal. Beberapa gout terutama yang mengalami serangan berulang
yang hebat, mulai menjalani pengobatan jangka panjang.Kolkisin dosis rendah
diminum setiap hari dan dapat mencegah serangan atau sekurang kurangnya
mengurangi frekuensi serangan.Mengkonsumsi obat anti peradangan non steroid
secara rutin juga dapat mencegah terjadinya serangan gout berulang.Terkadang
kolkisin dan obat anti peradangan non steroid diberikan dalam jangka waktu yang
bersamaan. Namun kombinasi kedua obat ini tidak mencegah maupun
memperbaiki kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan memiliki resiko
bagi penderita yang memiliki penyakit ginjal atau hati (Junadi, 2013).
Penggunaan obat sintetik atau kimia terkait terapi pada penyakit gout
arthritis memiliki beberapa efek samping seperti pada obat NSAID dapat
menyebabkan efek samping yaitu iritasi pada system gastrointestinal, ulserasi
pada perut dan usus, dan bahkan perdarahan pada usus (Rahmah dan Safarudin,
2016). Toksisitas lain yang berkaitan dengan NSAID, dapat menyebabkan
penyakit ginjal, termasuk insufisiensi renal akut, hiperkalemia, nekrosis papilari
ginjal. Data klinis sindrom ginjal: meningkatnya serum kreatinin, BUN,
hiperkalemia, meningkatnya tekanan darah, edema peiferal, penambahan berat
badan. COX-2 inhibitor juga berpotensi mengakibatkan toksistas ginjal; Bukti
mutakhir COX-2 inhibitor juga berisiko untuk pasien kardiovaskular Coxib dan
NSAID tidak biasa menyebabkan hepatitis (Depkes RI, 2006). Kolkhisin dipakai
untuk Arthritis gout akut, sebagian rematologis menganggap tidak efektif, karena
cenderung menyebabkan diare berat terutama bagi pasien dengan mobilitas
terbatas. Sebaiknya dipakai untuk pencegahan saja atau sebagai pilihan terakhir
22. Obat uriko surik Probenesid dan sulfinpirazon sebaiknya tidak dipakai untuk
pasien dengan kerusakan ginjal (Depkes RI, 2006). Hal yang perlu diwaspadai
pada penggunaan obat urikostatik:
- Banyak interaksi, terutama dengan antikoagulan oral, teofilin, azatioprin.
- Efek samping utama : ruam (2%)
- Reaksi hipersensitif: (0.4%), meningkat bila dimakan bersama ampisilin
(20%), tiazid. Reaksi hipersensitif dapat mengakibatkan mortalitas.
- Karena ekskresi hanya lewat ginjal, hati-hati bagi yang mengalami kerusakan
ginjal, sebab itu dosis harus disesuaikan dengan creatinin clearance.
2. 8. Obat Tradisional Untuk Penderita Asam Urat
Obat herbal merupakan bahan atau ramuan yang bisa berupa tumbuhan,
hewan, bahan mineral, atau campuran darisemua bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan masyarakat untuk pengobatan dan diterapkan
sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Obat herbal dikenal juga sebagai obat
alternatif, obat alamiah, atau tradisional yang sudah dimanfaatkan sejak lama.
Pemanfaatan bahan alam disekitar kehidupan manusia secara kultur dilakukan
manusia turun-temurun. Keuntungan penggunaan obat herbal dibandingkan
dengan pengobatan modern antara lain:
1. Efek samping sangat kecil karena berasal dari bahan alami.
2. Menghilangkan akar penyakit karena efek obat herbal bersifat menyeluruh
sehingga tidak hanya mengobati penyakit tetapi juga meningkatkan sistem
kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
3. Bahan mudah didapat , tanaman herbal banyak ditemukan disekitar kita dan
mudah dibudidayakan.
4. Bebas dari racun/toksin. Obat herbal mengandung anti racun dan memiliki
kemampuan megeluarkan racun dari dalam tubuh.
5. Bahan mudah dioleh, tidak memerlukan teknologi tinggi dan sangat
sederhana.
6. Bisa mengobati berbagai penyakit secara bersamaan.
(Margowati dan Priyanto, 2017)
Obat tradisional untuk asam urat, antara lain :
1. Kumis Kucing
Rebus 30-60 gr kumis kucing kering atau 90-120 gr kumis kucing segar,
lalu minum air rebusannya. Kumis kucing segar atau kering juga dapat diseduh
lalu diminum seperti teh (Saraswati, 2010)
Di Apotek telah dijual serbuk kumis kucing yang dapat digunakan sebagai
teh, cara penggunaan dilakukan dengan cara melarutkan serbuk kumis kucing 2
sendok makan dengan air hangat diaduk dan disaring airnya kemudian dapat
diminum.
2. Kompres Jahe
Kompres Jahe, karena jahe mengandung minyak asiri, gingerol dan
oleoresin yang bersifat menghangatkan. Kompres jahe baik digunakan bagi
penderita asam urat yang telah mengalami pembengkakan yang berfungsi untuk
memperlebar pembuluh darah dan memperlancar aliran darah, sehingga bengkak
dan nyeri dapat berkurang atau hilang. Alat dan bahan : jahe 3-5 ruas, parutan,
mangkok dan kain perban. Cara membuatnya yaitu cuci bersih jahe, kemudian
parut jahe dan tempatkan dalam mangkok, aduk sampai seperti bubur. Cara
penggunaannya adalah balurkan parutan jahe tersebut pada sendi yang sakit,
kemudian sisa parutan jahe perbankan pada sendi yang bengkak (Saraswati S.,
2010)
Di apotek telah dijual serbuk jahe yang dapat digunakan sebagai parem
atau boreh, diambil secekupnya serbuk sesuai kebutuan dan dilarutakn dengan air
sehingga menjadi seperti lulur kemudian diolesi bagian yang mengalami
pembengkakan.
Penggunaan obat sintetik/kimia dapat menimbulkan efek samping meskipun
mekanisme kerja obatnya lebih cepat dibandingkan dengan obat herbal. Obat
herbal dapat dijadikan sebagai terapi alternatif maupun suportif terhadap penyakit
gout arthritis melihat dari keunggulan obat herbal. Tidak semua masalah
kesehatan dapat diatasi dengan pengobatan konvensional, dalam kenyataannya
saat ini pengobatan tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas.
Memperhatikan hal tersebut di atas dan terjadinya pergeseran pola penyakit dari
infeksi ke degeneratif, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran, mengakibatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan pengobatan yang berkualitas. Hendaknya masyarakat mengetahui
keuntungan dan kerugian penggunaan obat konvensional maupun obat tradisional,
sehingga dapat memilih dengan tepat mana obat yang sesuai dengan kebutuhan,
bahkan kombinasi dimungkinkan selama tidak ada interaksi obat. Selang waktu
ideal antara mengkonsumsi obat herbal dan obat kimia adalah minimal 2 jam
(Somahita, 2014).
Namun dalam penggunaan obat tradisional ramuan dari tanaman kumis
kucing perlu diperhatikan. Interaksi obat dapat terjadi terhadap penggunaan obat
tradisonal kumis kucing dengan obat hipertensi golongan diuretik, dimana dapat
meningkatkan efektivitasnya sehingga meningkatkan frekuensi buang air kecil
dan meningkatkan resiko kekurangan kalium dan resiko infeksi saluran kandung
kemih (Informasi kesehatan, 2018).
BAB III
PEMBAHASAN
BNF. 2009. British National formulary Edition 57. London: BMJ Group.
Clark, S.M., Constantine, M.M., and Hankins, G.D.V. 2012. Review of NVP and
HG and Early Pharmacotherapeutic Intervention. Obstretics and
Gynecology International.
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Rematik. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB).
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Einarson, A., Maltepe, C., Boskovic, R., Koren, G. 2007. Treatment of Nausea
and Vomiting in Pregnancy: An Updated Algorithm. Canadian Family
Physician, 53(12). 2109-2111.
Fiona Marion McQueen, Quentin Reeves, Nicola Dalbeth. 2013. New Insights
Into An Old Disease: Advanced Imaging In The Diagnosis And
Management Of Gout. Postgrad Med.89:87–93. doi:10.
Hainer, B.L. Eric M., R.T. Wilkes. 2014. Diagnosis, Treatment, and Prevention
Gout. American Family Physician. Vol. 90(12): 831-836.
Junadi I. 2013.Rematik Dan Asam Urat. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Direktorat Bina Gizi. Jakarta: Subdit Bina Gizi
Klinik.
Niebyl, J.R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. The New England Journal
of Medicine. Vol. 363: p.1544-1550.
Pranata, S., Fauziah, Y., M.A., Kusrini, I. Riset Kesehatan Dasar Dalam Angka
RISKESDAS 2013 Provinsi Bali. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Quinla, J.D., and Hill, D.A. 2003. Nausea and Vomiting of Pregnancy. American
Family Phsycian, 68(1). 121-128.
Saraswati S., 2010. Diet Sehat untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi
dan Stroke, Cetakan 1, Jogjakarta : A Plus Books
Tehupeiroy ES. 2006. Artrtritis pirai (arthritis gout). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
hal.1218-20.
Walton, R.E., and M. Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi.
Ahli Bahasa: Narlan S, Winiati S, Bambang N. Edisi ke-3. Jakarta:EGC
No Revisi
No: SOP-PR-01
-
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN
Tanggal Revisi ALAT KESEHATAN DENGAN RESEP Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan
dokter hewan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
Penerimaan resep (dilakukan oleh Apoteker)
3.1. Apoteker memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
3.2. Apoteker menerima resep.
3.3. Melakukan skrining resep berupa skrining administratif, farmasetis, dan farmakologi (klinis)
berdasarkan Daftar Tilik Skrining Resep. (Lampiran 2).
3.4. Melakukan pemeriksaan administratif (kelengkapan dan keabsahan resep) yaitu nama dokter,
nomor ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter, nama,
alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
3.5. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
3.6. Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment kepada pasien yaitu adanya alergi,
efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan riwayat pengobatan), keluhan
pasien dan hal lain yang terkait dengan kajian aspek klinis (assessment pasien dibarengi dengan
pengisian daftar tilik skrining resep dengan batas waktu ± 5 menit).
3.7. Menetapkan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan profesi (komunikasi dengan dokter, merujuk
pasien ke sarana kesehatan terkait).
3.8. Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.
3.9. Mengecek ketersediaan sediaan farmasi-alkes di apotek dengan yang tertulis di resep.
a. Jika sediaan farmasi dan alkes tidak tersedia di apotek atau stoknya telah habis maka sediaan farmasi-
alkes pada resep tidak diberi harga dan diberi tanda (*)
b. Sediaan farmasi-alkes yang tertulis di resep tersedia stoknya di apotek maka sediaan farmasi-alkes
tersebut di cek harganya di catatan list harga.
3.10. Jika ada sediaan farmasi-alkes yang tidak tersedia di apotek, pasien dan atau dokter diberitahu termasuk
alternatif pengganti jika ada.
3.11. Diberitahukan harga yang harus dibayar pasien
a. Pasien diminta membayar jika ia setuju dengan harga yang harus dibayar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 2 dari 3
No Revisi
No: SOP-PR-01
-
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN
Tanggal Revisi ALAT KESEHATAN DENGAN RESEP Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
b. Jika pasien tidak membawa uang yang cukup, apoteker harus menghubungi dokter dan
mengkonsultasikan dengan dokter penulis resep untuk mengganti obat tersebut dengan obat generik
yang memiliki kandungan zat aktif sama sehingga harganya sesuai dan mampu dibayar oleh pasien.
3.12. Ketika harga sudah sesuai maka terjadi pembayaran.
3.13. Memberi nomor urut sesuai dengan nomor resep pada pasien. Nomor antrian dapat dilihat pada
(Lampiran 3).
3.14. Nomor antrian diberikan pada pasien yang bersangkutan, selanjutnya ditukar dengan obatnya setelah
proses penyiapan selesai.
Penyiapan dan Labeling sediaan farmasi
3.15. Menyiapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan permintaan pada resep.
3.16. Untuk sediaan racikan berupa puyer, kapsul dan salep dapat dilihat pada SOP-PR-02.
3.17. Untuk pelayanan sirup kering dapat dilihat pada SOP-PR-03.
3.18. Untuk sediaan narkotika, psikotropika, dan prekursor dapat dilihat pada SOP-PR-04.
3.19. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3.20. Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung tangan/alat/spatula/sendok.
3.21. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke tempat semula
3.22. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok.(Lampiran 4)
3.23. Menyiapkan etiket untuk sediaan farmasi yang penggunaannya secara per oral, etiket yang digunakan
adalah etiket berwarna putih, sedangkan sediaan farmasi yang digunakan non oral dan alat kesehatan
menggunakan etiket berwarna biru.
3.24. Penulisan etiket menggunakan tinta hitam serta penulisan etiket meliputi: tanggal pembuatan resep,
nomor resep, nama pasien, aturan penggunaan, dan waktu penggunaan.
3.25. Kemudian etiket ditempelkan sesuai dengan sediaan farmasi-alat kesehatan. Etiket bisa dilihat pada
(Lampiran 5)
No Revisi
No: SOP-PR-01
-
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN
Tanggal Berlaku:
Tanggal Revisi ALAT KESEHATAN DENGAN RESEP
6 April 2018
-
Komang Ayu Trisna P, S.Farm., Apt A.A. Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y, S.Farm., M.Sc., Apt.
(Apoteker Pendamping I) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran 1. Bagan Alir Pelayanan Resep
Lampiran 2. Daftar Tilik Skrining Resep
Lampiran 3. Nomor Antrian
NOMOR ANTRIAN
001
Terimakasih Telah
Sabar Menunggu
Lampiran 4. Kartu Stok
No. 1 Denpasar,
Nama OBAT :
Digunakan : X SEHARI
SEBELUM / SAAT / SESUDAH – MAKAN
Harus dihabiskan / Diminum bila
Baik Digunakan Sebelum Tanggal: .
Penyimpanan:
Paraf Apoteker
PHARMACY
APOTEK ROYAL FARMA
Address: Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung
Phone: (0361) 945874 / 087861863880
No. 1 Denpasar,
Name : ...............( M / W )
Address :
Medicine :
Use : a day
BEFORE MEALS/ WITH MEALS / AFTER MEALS
Don’t left over medicine, spent it / Consume if
Expired date : .
Stored :
Pharmacist
No. 2 Denpasar,
Nama OBAT :
Digunakan : X SEHARI
Paraf Apoteker
PHARMACY
APOTEK ROYAL FARMA
Address: Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung
Phone: (0361) 945874 / 087861863880
No. 2 Denpasar,
Patient's name: ( M / F)
Address :
Medicine :
Used : a day
Expired date : .
Storage :
Pharmacist
No Revisi
No: SOP-PR-02
- PENYIAPAN OBAT DENGAN RESEP
Tanggal Revisi RACIKAN (PUYER, KAPSUL, DAN SALEP) Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan
dokter hewan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1 Penyiapan Sediaan Obat Puyer
1. Mengambil sediaan farmasi dari rak obat sesuai dengan permintaan pada resep.
2. Setiap pengambilan sedian farmasi – alat kesehatan harus mencatat pada masing-masing kartu stok.
3. Apoteker memastikan bahwa semua obat dalam resep dapat diracik atau digerus. Untuk obat-obat
yang bersifat lepas lambat, obat salut enterik, tablet salut film dan sedian sublingual atau bukal tidak
bisa digerus. Obat tidak boleh digerus dan harus dilakukan konfirmasi pada dokter penulis resep.
4. Apoteker menyiapkan obat- obat yang akan diracik berdasarkan resep yang diterima.
5. Alat – alat sebelum digunakan seperti mortir dan stamper harus dicuci terlebih dahulu dan
dikeringkan.
6. Obat-obat yang akan diracik dikeluarkan dari kemasannya, setelah semua obat terbuka dari
kemasannya digerus sampai halus dan homogen.
7. Kemudian membagi serbuk-serbuk tersebut sama banyak sesuai dengan jumlah puyer yang akan
dibuat sesuai dengan permintaan pada resep.
8. Mengemas puyer dengan menggunakan kertas puyer kemudian dipress dengan menggunakan sealing
machine.
9. Apoteker menuliskan etiket dengan tinta hitam dan langsung ditempatkan di wadah pengemas (plastik
klip) agar tidak tertukar dengan resep lain. Penulisan etiket menggunakan tinta hitam serta penulisan
etiket meliputi : tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama pasien, aturan penggunaan, dan waktu
penggunaan.
10. Apoteker menghitung kembali jumlah puyer yang dibuat berdasarkan resep dan memasukkan puyer
pada plastik klip yang sudah diberi etiket.
3.2 Penyiapan Sediaan Kapsul
1. Mengambil sediaan farmasi dari rak obat sesuai dengan permintaan pada resep.
2. Setiap pengambilan sedian farmasi – alat kesehatan harus mencatat pada masing-masing kartu stok.
11. Apoteker memastikan bahwa semua obat dalam resep dapat diracik atau digerus. Untuk obat-obat
yang bersifat lepas lambat, obat salut enterik, tablet salut film dan sedian sublingual atau bukal tidak
bisa digerus. Obat tidak boleh digerus dan harus dilakukan konfirmasi pada dokter penulis resep.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 2 dari 5
.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 3 dari 5
No Revisi
No: SOP-PR-02
- PENYIAPAN OBAT DENGAN RESEP
Tanggal Revisi RACIKAN (PUYER, KAPSUL, DAN SALEP) Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
4. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
IAI. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia. Bali: Ikatan Apoteker Indonesia.
Komang Ayu Trisna P., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm., M.Sc., Apt
(Apoteker Pendamping ) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
INSTRUKSI KERJA Halaman 4 dari 5
No Revisi
No: IK-PR-02
-
CUCI MORTIR DAN STEMPER
Tanggal Revisi Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
I. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pembersihan mortir dan stamper dengan tujuan untuk membersihkan
mortir dan stamper dari sisa-sisa obat dan bahan lain yang digunakan dalam proses peracikan sehingga mortir
dan stamper dapat siap digunakan untuk proses peracikan berikutnya
IV INSTRUKSI KERJA
4.1 Untuk mortir dan stamper peracikan sediaan oral (puyer, kapsul, suspensi dan emulsi)
Bersihkan mortir dan stamper dari kotoran yang melekat dengan menggunakan lap atau tisu.
Cuci mortir dan stamper dengan air di tempat pencucian hingga tidak ada kotoran yang tersisa.
4.2 Untuk mortir dan stamper peracikan sediaan topikal (krim, salep, pasta dan gel)
Bersihkan mortir dan stamper dari kotoran yang melekat dengan menggunakan lap atau tisu.
Cuci mortir dan stamper dengan air di tempat pencucian hingga tidak ada kotoran yang tersisa.
Pastikan mortir dan stamper terasa tidak licin.
4.3 Lap mortir dan stamper dengan lap kain yang bersih dan kering
4.4 Alasi tempat penyimpanan mortir dan stamper dengan lap kain yang bersih dan kering
4.5 Simpan mortir dan stamper yang telah dilap pada tempat penyimpanan dengan posisi mortir
telungkup.
4.6 Jika mortir dan stamper akan digunakan untuk peracikan, sterilkan mortir terlebih dahulu dengan cara
swap mortir dan stamper dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol 70% kemudian
bakar (beri api). Biarkan api padam dengan sendirinya.
INSTRUKSI KERJA Halaman 5 dari 5
No Revisi
No: IK-PR-02
-
CUCI MORTIR DAN STEMPER
Tanggal Revisi Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
IAI. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia. Bali: Ikatan Apoteker Indonesia.
Komang Ayu Trisna P., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm., M.Sc., Apt
(Apoteker Pendamping ) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Halaman 1 dari 2
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan
dokter hewan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
1) Menyiapkan sirup kering sesuai dengan permintaan pada resep.
2) Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok.
3) Untuk sirup kering yang diencerkan hingga tanda batas, apoteker menawarkan kepada pasien apakah mau
melakukan pengenceran sendiri atau dibantu apoteker.
4) Untuk sirup kering yang diencerkan dengan volume tertentu, pengenceran dilakukan sendiri oleh apoteker.
5) Sebelum botol obat dibuka, disiapkan air yang layak minum yaitu air matang sejumlah volume yang
diperlukan untuk pengenceran.
6) Botol obat ditepuk-tepuk terlebih dahulu dengan tangan agar tidak ada serbuk yang menempel pada
dinding botol.
7) Botol obat dibuka dan memasukkan kurang lebih sepertiga dari air yang telah disiapkan. Menutup rapat
botol lalu mengocok botol hingga serbuk larut. Membuka kembali botol dan menambahkan sisa air
(kurang lebih dua pertiganya). Menutup kembali botol hingga rapat dan mengocok kembali botol hingga
didapatkan suspense yang homogen.
8) Menyiapkan etikel warna putih dan label kocok dahulu serta menulis nama pasien, nomor resep, tanggal
resep, cara pakai sesuai permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain sesuai SOP-PR-06.
9) Mencantumkan tanggal beyond use date (BUD) pada etiket.
Untuk produk obat yang harus direkonstitusi sebelum digunakan, informasi BUD ditetapkan berdasarkan
informasi yang tertera pada kemasan asli obat.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Halaman 2 dari 2
Komang Ayu Trisna P., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm., M.Sc., Apt
(Apoteker Pendamping ) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Halaman 1 dari 1
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
1. Narkotika, psikotropika dan prekursor hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli dan salinan resep
narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali.
2. Salinan resep narkotika, psikotropika dan prekursor yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani
sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
3. Apoteker menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
a. Untuk obat racikan, Apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung narkotika atau menimbang
bahan baku narkotika dengan seksama. Obat harus ditimbang satu per satu dengan seksama sebelum
dibungkus.
4. Apoteker mencatat pengeluaran obat narkotika, psikotropika dan prekursor pada kartu stok.
5. Apoteker menuliskan etiket dengan tinta hitam dan langsung ditempatkan di wadah pengemas (klip obat)
agar tidak tertukar dengan resep lain. Penulisan etiket menggunakan tinta hitam serta penulisan etiket
meliputi: tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama pasien, aturan penggunaan, dan waktu penggunaan.
6. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis dan jumlah obat dengan permintaan
dalam resep.
4. REFERENSI
IAI. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia. Bali: Ikatan Apoteker Indonesia.
Komang Ayu Trisna P., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm., M.Sc., Apt
(Apoteker Pendamping ) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 1 dari 1
No Revisi
No: SOP-PR-05
-
Tanggal Revisi PENULISAN COPY RESEP
Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pencatatan, pengarsipan, penyiapan laporan dan penggunaan
laporan untuk mengelola sediaan farmasi.
2. PENANGGUNG JAWAB
Personil yang ditunjuk bertanggung iawab atas pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan resep.
3. PROSEDUR
3.1 Apoteker membuat salinan resep pasa setiap resep yang diterima
3.2 Salinan resep dibuat dengan tinta hitam dan tercantum nama apotek, alamat apotek, nama apoteker, SIA,
APA, SIPA, nama dokter penulis resep, tanggal penulisan resep, tanggal dan nomor urut pembuatan
salinan resep, nama pasien, umur pasien, tanda R/, berisikan tanda det untuk obat sudah diserahkan dan
tanda deteur untuk obat belum diserahkan.
3.3 Salinan resep dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya dan obat narkotika diberikan garis bawah
merah, psikotropika diberikan garis berwarna biru sedangkan prekursor diberikan garis bawah kuning.
3.4 Salinan resep narkotika, dijadikan satu sesuai setiap hari dan per bulan serta diberi tanggal, bulan dan tahun
yang mudah dibaca dan disimpan di tempat yang telah ditentukan, form salinan resep dapat dilihat pada
lampiran 5.
3.5 Salinan resep psikotropika dijadikan satu sesuai setiap hari dan per bulan serta diberi tanggal, bulan dan
tahun yang mudah dibaca dan disimpan di tempat yang telah ditentukan, form salinan resep dapat dilihat
pada lampiran 5.
3.6 Salinan resep prekursor dijadikan satu sesuai setiap hari dan per bulan serta diberi tanggal, bulan dan tahun
yang mudah dibaca dan disimpan di tempat yang telah ditentukan, form salinan resep dapat dilihat pada
lampiran 5.
4. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dilaksanakan oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran 6. Form Salinan Resep
Pharmacy
Apotek Royal Farma
SIA: 0256/01/1000001/Sudinkes/03/21
Address: Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung.
Phone: (0361) 945874 / 087861863880
Denpasar, dd/mm/yyyy
No dan tanggal Salinan Resep :
Salinan Resep
Dari dokter :
Tanggal penulisan resep :
Nama pasien :
Umur pasien :
Iter xx
R/
(det: jika sudah dibeli)
(nedet: jika belum dibeli)
PCC
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 1 dari 1
No Revisi
No: SOP-PR-06
-
Tanggal Revisi PELAYANAN INFORMASI OBAT
Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan
informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, factual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (PMR) atau
kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis.
3.2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk memberikan informasi.
3.3. Menjawab pertanyaan pasien baik secara lisan maupun tertulis dengan memperhatikan informasi yang
perlu disampaikan berikut:
- Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat.
- Cara pemakaian masing-masing obat meliputi: bagaimana cara memakai obat, kapan harus
mengonsumsi/memakai obat, seberapa banyak/dosis yang dikonsumsi, waktu menggunakan
sebelum atau sesuah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan.
- Cara menggunakan peralatan kesehatan.
- Peringatan atau efek samping obat.
- Cara mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat.
- Tata cara penyimpanan obat.
- Pentingnya kepatuhan penggunaan obat.
3.4. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet, buletin).
3.5. Mendokumentasikan setiap pelayanan informasi obat pada formulir Pelayanan Informasi Obat.
(Lampiran 6.)
4. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Dilaksanakan oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran 7. Formulir Pelayanan Informasi Obat
4. Jawaban
…………………………………………………………..…………………………………
…………………………………………………………..…………………………………
…………………………………………………………..…………………………………
5. Referensi
…………………………………………………………..…………………………………
…………………………………………………………..…………………………………
6. Penyampaian Jawaban : Segera/Dalam 24 Jam/Lebih dari 24 Jam*
Apoteker yang menjawab :
…………………………………………………………..…………………………………
Tanggal : ……………………….. Waktu : ………………………..
Metode Jawabab : Lisan/Tertulis/Telepon*
*Coret yang tidak perlu
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 1 dari 1
No Revisi
No: SOP-PR-07
-
PENGELOLAAN/ PENGARSIPAN RESEP
Tanggal Revisi Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pencatatan, pengarsipan, penyiapan laporan dan penggunaan
laporan untuk mengelola sediaan farmasi.
2. PENANGGUNG JAWAB
Personil yang ditunjuk bertanggung iawab atas pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan resep.
3. PROSEDUR
3.1 Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep.
3.2 Resep yang berisi Narkotika dipisahkan dan digaris bawah dengan tinta merah.
3.3 Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
3.4 Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta kuning.
3.5 Resep dibendel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibendel per bulan.
3.6 Bendel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan di tempat yang telah
ditentukan.
3.7 Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga memudahkan untuk
penelusuran resep.
3.8 Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus dikembalikan pada bendel semula tanpa
merubah urutan.
3.9 Resep yang telah disimpan selama 5 (lima) tahun atau lebih, dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan
sesuai SOP-PR-09.
4. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 1 dari 1
No Revisi
No: SOP-PR-08
- PEMBUATAN PATIENT MEDICATION
Tanggal Revisi RECORD Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan mencatat sejarah penyakit dan pengobatan pasien yang dapat
membantu Apoteker untuk mengidentifikasikan efek samping yang potensial.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1. Memasukkan data pasien secara detil ke formulir PMR berupa nama lengkap, alamat, umur, jenis
kelamin (Lampiran 7)
3.2. Mencatat keadaan penyakit pasien.
3.3. Mencatat secara detil obat yang dikonsumsi pasien selama setahun terakhir atau lebih, yaitu nama obat,
potensi, dosis pemakaian, lama pemakaian.
3.4. Mencatat reaksi alergi atau hypersensitivity pasien terhadap obat tertentu.
3.5. Mencatat adanya efek samping atau adanya drug interaction
3.6. Mencatat apakah ada ketergantungan obat tertentu.
3.7. Mencatat adanya kebiasaan pasien mengkonsumsi minuman keras, rokok, teh, kopi.
3.8. Mencatat adanya kesulitan pasien untuk mengkonsumsi bentuk sediaan tertentu.
3.9. Formulir PMR terus di-update setiap kedatangan pasien tersebut.
3.10. Mengarsipkan formulir PMR berdasarkan nama pasien secara alfabetis.
3.11. Menyimpan data dan informas yang berkaitan dengan pasien yang sifatnya rahasia dan hanya dapat
diakses oleh orang/institusi tertentu.
3.12. Data dapat diberikan kepada dokter hanya atas permintaan pasien.
4. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran 8. Formulir Patient Medication Record (PMR)
No Revisi
No: SOP-PR-09
-
Tanggal Revisi PEMUSNAHAN RESEP
Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melakukan pemusnahan resep yang telah disimpan 5 (lima) tahun atau lebih.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan
pemusnahan resep
3. PROSEDUR
3.1. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Resep). Berita Acara terlampir pada
lampiran 8.
3.2. Menetapkan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan.
3.3. Menyiapkan tempat pemusnahan.
3.4. Tata cara pemusnahan
- Resep narkotika dihitung jumlahnya
- Resep lain ditimbang
- Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3.5. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat: waktu dan tempat pelaksanaan
pemusnahan resep, jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan, nama apoteker pelaksana
pemusnahan resep, serta nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep.
3.6. Membuat Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan resep.
4. REFERENSI
Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran 9. Berita Acara Pemusnahan Resep
Pada hari ini ………………… tanggal ......... bulan ………….. tahun ……….. sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nomor Apoteker Pengelola Apotek : ……………………………………………………
Nomor SIPA : ……………………………………………………
Nama Apotek : ……………………………………………………
Alamat Apotek : ……………………………………………………
Telah melakukan pemusnahan Resep pada Apotek kami, yang telah melewati batas waktu
penyimpanan selama 5 (lima) tahun, yaitu:
Resep dari tanggal ………………………… sampai dengan tanggal …………………………
Seberat ………………………… kg.
Resep Narkotik ………………………… lembar
Tempat dilakukan pemusnahan: …………………………
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
No Revisi
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN No: SOP-SW-01
-
ALAT KESEHATAN TANPA RESEP
Tanggal Revisi Tanggal Berlaku:
(SWAMEDIKASI)
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pelayanan sediaan farmasi kepada pasien tanpa
resep dokter (swamedikasi) di apotek Royal Farma
2. PENANGGUNGJAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1 Apoteker memberikan salam, memperkenalkan diri dan menawarkan bantuan sebelum pasien
mendahului.
3.2 Apoteker mendengarkan keluhan dan/atau permintaan obat dari pasien
3.3 Apoteker menggali informasi dari pasien mengenai hal-hal berikut: (Lampiran 9. kriteria pasien
swamedikasi)
a. Kepada siapa obat tersebut diberikan (terkait informasi usia, pekerjaan sehari-hari, keadaan hamil
atau menyusui)
b. Keluhan yang dialami (apabila yang datang adalah pasien sendiri)
c. Bagaimana keluhan yang dirasakan
d. Kapan mulai timbul keluhan dan apa yang menjadi pencetusnya
e. Sudah berapa lama sakit yang dirasakan
f. Ada atau tidaknya gejala penyerta
g. Pengobatan yang sebelumnya pernah dilakukan terhadap penyakit yang dikeluhkan
h. Obat lain yang dikonsumsi untuk pengobatan penyakit lainnya
i. Informasi terkait terapi nonfarmakologi yang telah dilakukan oleh pasien terkait penyakit yang
dialami
3.4 Apoteker membuat keputusan profesional: merujuk pasien ke dokter atau memberikan terapi obat
kepada pasien.
3.5 Apoteker memilih obat yang rasional dan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi pasien
menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 2 dari 3
No Revisi
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN No: SOP-SW-01
-
ALAT KESEHATAN TANPA RESEP
Tanggal Revisi Tanggal Berlaku:
(SWAMEDIKASI)
- 6 April 2018
3.6. Apoteker memberikan informasi tentang obat kepada pasien, meliputi:
a. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan,
sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.
b. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yang diberikan,
agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang efek
samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau
mengatasinya.
d. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk
menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau
cara lain.
e. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan
yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau
dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
f. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,
misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur atau diminum pada pagi atau malam
hari.
g. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien
tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah
memerlukan pertolongan dokter.
h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau
tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
i. Cara penyimpanan obat yang baik
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 3 dari 3
No Revisi
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI DAN No: SOP-SW-01
-
ALAT KESEHATAN TANPA RESEP
Tanggal Revisi Tanggal Berlaku:
(SWAMEDIKASI)
- 6 April 2018
j. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
k. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak
l. Apabila sakit berlanjut atau lebih dari 3 hari, apoteker menyarankan kepada pasien untuk
menghubungi dokter. Atau menghubungi apoteker bila ada keluhan selama penggunaan obat.
3.7.Apoteker melayani obat untuk pasien, setelah pasien memahami hal-hal yang diinformasikan
termasuk harga obat.
3.8.Apoteker menutup dengan mengucapkan “terima kasih, semoga segera sembuh” kepada pasien.
3.9.Apoteker mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan pada PMR.
3.10. Menjaga kerahasiaan data pasien
2. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2011. Pedoman Cara Pelayanana Kefarmasian yang Baik (CPFB). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
IAI. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia. Bali: Ikatan Apoteker Indonesia.
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran 10. Kriteria Pasien yang Dapat Menerima Obat Tanpa Resep (Swamedikasi)
Kriteria pasien yang dapat diberikan obat tanpa resep, yaitu:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak usia dibawah 2
tahun, dan orang tua usia diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Lampiran 11. Bagan Alir Pelayanan Swamedikasi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Halaman 1 dari 1
No Revisi
No: SOP-KO-01
- PELAYANAN KONSELING, INFORMASI DAN
Tanggal Revisi EDUKASI (KIE) Tanggal Berlaku:
- 6 April 2018
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan konseling pasien denganresep, sesuai dengan kondisi pasien.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
3.2. Menanyakan 3 (tiga) pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode open-ended question. Untuk resep baru bisa dengan three prime question:
₋ Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini?
₋ Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian?
₋ Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan ini?
Untuk resep ulang :
- Apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien?
- Bagaimana cara pemakaian obat?
- Apakah ada keluhan selama penggunaan obat?
3.3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu (inhaler, suppositoria, obat
tetes telinga, obat tetes mata, obat tetes hidung)
4. REFERENSI
Dirjen Binfar. 2007. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik.
Dilaksanakan oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:
Komang Ayu Trisna P., S.Farm., Apt A.A Istri Sri Hartani D., S.Farm., Apt I Dewa Ayu Y., S.Farm.,M.Sc.,Apt
(Apoteker Pendamping) (Apoteker Penanggung Jawab) (Pemilik Sarana Apotek)
Lampiran PBL 4
07-05-2016 3 27
B. Kartu Stok Lapifed
APOTEK ROYAL FARMA
Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung
Telp. (0361) 945874 / 087861863880
KARTU STOK
NAMA BARANG: LAPIFED
07-05-2016 10 20
C. Kartu Stok Lameson 4 mg
APOTEK ROYAL FARMA
Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung
Telp. (0361) 945874 / 087861863880
KARTU STOK
NAMA BARANG: LAMESON 4 mg
07-05-2016 10 20
D. Kartu Stok Paracetamol 500 mg
APOTEK ROYAL FARMA
Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung
Telp. (0361) 945874 / 087861863880
KARTU STOK
NAMA BARANG: PARACETAMOL 500 mg
Pharmacy
Apotek Royal Farma
SIA: 0256/01/1000001/Sudinkes/03/21
Address: Jalan Pratama No.17 Tanjung Benoa, Badung.
Phone: (0361) 945874 / 087861863880
SALINAN RESEP
PCC
0
Tanggal: 07 - 05 - 2016 .
Lampiran 3. Etiket
A. Etiket Zibramax 500 mg
IDENTITAS PASIEN
Nama : Darma Alamat : Denpasar
Umur : 20 tahun No. Telp :-
Jenis Kelamin : laki-laki No.Telp :-
Berat / Tinggi Badan : - kg / - Pekerjaan : Mahasiswa
Golongan Darah :-
07/5/16 01 -
Tgl Obat Habis : Tgl Obat Habis : Tgl Obat Habis : Tgl Obat Habis:
Tetap
Kategori permasalahan
Kepatuhan Harga
Kategori Terapi
Infeksi Kulit
Penyakit Malignan
Pemecahan Permasalahan
Adverse event
-
CATATAN PENGGUNAAN OBAT
DATA PASIEN
1. 07/05/16 10.00 - THT Jl. Maruti No. 10 Sulit menelan 07/05/16 -Zibramax Oral KIE dan
2 hari yang Home
lalu, mulai -Lapifed care
terasa hidung
-Lameson
tersumbat.
Hasil Parasetamol
pemeriksaan
area epiglottis
memerah.
Catatan Masalah Terkait Obat yang dijumpai dan penyelesaiannya:
....................................................................................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................................
NOT A INFORMED CONSENT*)
Pasien/keluarga, Apoteker,
4. Jawaban
…………………………………………………………..……………………
………………………………………………………………………..………
…………………………………………………………………………………
…..…………………………………
5. Referensi
…………………………………………………………..……………………
……………
…………………………………………………………..……………………
……………
6. Penyampaian Jawaban : Segera/Dalam 24 Jam/Lebih dari 24 Jam*
Apoteker yang menjawab :
…………………………………………………………..…………………………
………
Tanggal : ……………………….. Waktu : ………………………..
Metode Jawabab : Lisan/Tertulis/Telepon*
*Coret yang tidak perlu
LEMBAR KONSELING
Pasien Apoteker
Catatan Identifikasi
Nama Dosis Cara Rekomendasi/
No. Tanggal Penggunaan Masalah
Obat Obat Pakai Tindak Lanjut
Obat Terkait Obat
Riwayat - - - - -
Penyakit
Riwayat - - - - -
Penggunaan
Obat
Riwayat Alergi - - - - -
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
Kode Sumber Data :
PENDERITA
Nama : Umur : Suku : Berat Badan : Pekerjaan :
1. ..................
2. ..................
3. .................
Keterangan tambahan misalnya: Data Laboratorium (bila ada)
kecepatan timbulnya Efek Samping
Obat, apakah efek samping yang timbul
diobati
………
Tanda Tangan Pelapor
Lampiran PBL 8