Anda di halaman 1dari 8

CiE 8 (2) (2019)

Chemistry in Education
Terakreditasi SINTA 5
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/cemined

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN ABAD 21


PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL
FLIPPED CLASSROOM LEARNING

Yuni Nur Azizah, dan Edy Cahyono

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel
Diterima : Juni 2019 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman konsep, keterampilan
Disetujui : Juli 2019 komunikasi dan kolaborasi peserta didik pada materi hidrolisis garam dengan
Dipublikasikan : Okt 2019 model flipped classroom learning berbantuan google classroom. Penelitian ini
dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 di SMA Negeri 01 Boja.
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA 2 yang berjumlah 36 siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
Kata kunci: flipped classroom
kuantitatif dengan menggunakan instrumen lembar observasi, tes evaluasi three
learning; google classroom;
tier multiple choice, dan angket tanggapan tentang model flipped classroom learning.
keterampilan abad 21;
Flipped classroom learning adalah model instruksional dimana siswa mempelajari
Pemahaman konsep
materi pelajaran di luar kelas melalui video pembelajaran, kegiatan belajar di
Keywords: flipped classroom
dalam kelas dilakukan pembelajaran kolaboratif yang menekankan pada aktivitas
learning; Google Classroom; 21st
siswa dalam kelompok. Hasil penelitian diperoleh profil pemahaman konsep
century skills; concept
peserta didik dengan kategori paham konsep sebesar 55,46%. Profil keterampilan
understanding
komunikasi dan kolaborasi secara berturut-turut diperoleh rata-rata sebesar 3,46
dengan kriteria sangat baik dan 3,46 dengan kriteria sangat baik. Penerapan
model pembelajaran ini memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
memahami materi pelajaran di dalam maupun di luar kelas, mereview materi
pelajaran, dan membantu peserta didik yang pasif.
Abstract
This study aims to analyze the profile of concepts and skills understanding in the form of
students’ communication and collaboration skills on salt hydrolysis material with a flipped
classroom learning model assisted by Google Classroom. This research was conducted in
second semester of the 2018/2019 school year at SMA Negeri 01 Boja. The research
subjects were 36 students of class XI MIPA 2. The research method used is a quantitative
descriptive research method by using an observation sheet instrument, three tier multiple
choice evaluation tests, and questionnaire responses regarding the Flipped classroom
learning model. Flipped classroom learning is an instructional model where students learn
subject matter outside the classroom through learning videos, collaborative learning
activities carried out in learning that emphasize student activities in groups. The results of
the study obtained a profile of students understanding the concept of concept
understanding of 55.46 %. Communication and collaboration skills profiles were
respectively obtained on average by 3.46 with very good criteria and 3.46 with very good
criteria. The application of this learning model makes it easy for students to understand the
subject matter inside and outside the classroom, review the subject matter, and help passive
students.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi :
E-mail: yuninurazizah3@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
Pendahuluan secara nasional dan bahkan internasional,
Meneruskan perkembangan masyarakat sehingga dapat link and match dengan
industri generasi pertama, sekarang ini, abad 21 kebutuhan riil dunia usaha dan pasar kerja
dan masa mendatang, muncul apa yang disebut sebagai upaya dalam meningkatkan
sebagai revolusi industri 4.0. Perkembangan keterampilan abad 21. Kenyataannya tujuan
yang pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, pendidikan belum dapat diwujudkan secara
dan analisis data memunculkan gagasan untuk keseluruhan, salah satunya pada pembelajaran
mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke kimia. Kimia mempunyai kedudukan yang
dalam berbagai bidang industri. Menghadapi sangat penting diantara ilmu-ilmu lain karena
era revolusi 4.0 bukanlah hal mudah. Negara kimia memberikan konstribusi yang berarti dan
harus melakukan perubahan diberbagai bidang. penting terhadap perkembangan ilmu-ilmu
Kagermann et al (2013) berpendapat bahwa terapan. Kimia merupakan suatu ilmu yang
diperlukan keterlibatan akademisi dalam bentuk mempelajari bangun (struktur) materi dan
penelitian dan pengembangan untuk perubahannya dalam proses alamiah maupun
mewujudkan Industri 4.0. Berbagai macam cara dalam eksperimen yang direncanakan
dapat dilakukan untuk membantu manusia (Darmiyanti et al., 2017) Peserta didik
dalam menghadapi era Revolusi Industri, cenderung mengalami kesulitan saat
menanamkan sejak dini, keterampilan dan pembelajaran kimia berlangsung. Hal ini
kemampuan yang dibutuhkan untuk disebabkan karena objek kimia yang bersifat
menghadapi era Revolusi Industri. Peserta didik abstrak, sifat materi kimia tidak mudah
perlu memiliki berbagai macam kemampuan dipahami, citra pembelajaran kimia kurang baik
untuk dapat menghadapi era revolusi industri (takut – tegang – bosan – banyak problem),
4.0. National Education Association (2002) kemampuan kognitif peserta didik masih
menyatakan bahwa terdapat 18 macam 21st konkret dan kurangnya motivasi belajar peserta
Century Skills yang perlu dibekalkan pada setiap didik (Juwairiyah, 2013). Konsep-konsep dalam
individu, dimana salah satunya keterampilan kimia saling berkaitan dengan tujuan
abad 21 ialah Learning and Innovation Skills yang mempermudah peserta didik dalam
terdiri dari 4 aspek, yaitu critical thinking mempelajarinya. Ketika peserta didik
(berpikir kritis), communication (komunikasi), mengalami kesalahan konsep pada suatu materi
collaboration (kolaborasi/ kerjasama), dan maka akan berpengaruh terhadap pemahaman
creativity (kreativitas). konsep berikutnya. Salah satu masalah yang
Learning and Innovation Skills 4Cs dapat muncul dari kesalahan konsep pada suatu
dikuasai oleh generasi penerus bangsa salah materi adalah miskonsepsi. Miskonsepsi
satunya melalui pendidikan. Pemerintah menurut Susilaningsih et al. (2016) dapat terjadi
Indonesia melakukan salah satu upaya konkrit pada peserta didik karena beberapa faktor
ialah dengan membenahi atau penyempurnaan diantaranya materi yang dipelajari merupakan
kurikulum pendidikan yang berlaku. materi abstrak dan baru, untuk memahami
Keterampilan abad 21 yang dikembangkan dari suatu konsep diperlukan konsep-konsep lain
penerapan kurikulum 2013 diharapkan dapat yang mendasari, salah menginterpretasikan
mengembangkan keterampilan belajar peserta peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya, dan
didik. Indonesian Skills Report (2010: 37) pembelajaran yang kurang terarah sehingga
menyatakan dengan tegas bahwa pada modul peserta didik salah menginterpretasikan suatu
pekerja (the employee module) menunjukkan konsep.
keterampilan komunikasi dan keterampilan tim Pemahaman peserta didik adalah
(kolaborasi) dinilai menjadi keterampilan yang proses, perbuatan, cara memahami sesuatu
paling penting dan paling dibutuhkan pada (Ardhana et al., 2003). Dan belajar adalah
dunia kerja. Keterampilan komunikasi dan upaya memperoleh pemahaman, hakekat
kolaborasi sejak dini sangat diperlukan untuk belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan
menghasilkan manusia yang berkualitas dan menemukan makna atau pengertian. Isi
mampu menghadapi abad 21. pelajaran yang bermakna bagi anak dapat
Dunia pendidikan berkontribusi dalam dicapai bila pengajaran mengutamakan
menghasilkan tenaga kerja berkualifikasi abad pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan
21 melalui kurikulum dan silabusnya, yang dan latihan (Kirna, 2009). Oleh karena itu,
mengarah pada pembentukan kompetensi perlunya penerapan model pembelajaran yang
tertentu, yang terakreditasi dan tersertifikasi mana menggunakan metode yang lebih baik

2
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)

dan melibatkan peserta didik didalamnya, pemahaman konsep diambil dari kasus
kekinian, mampu mengasah keterampilan abad hubungan pilihan jawaban, pilihan alasan, dan
21 dan pemahaman konsep peserta didik. derajat kepercayaan peserta didik dalam
Flipped classroom Learning merupakan salah satu menjawab soal. Hal tersebut untuk menganalisis
solusi yang dapat digunakan dalam mengatasi bahwa peserta didik paham konsep, peserta
permasalahan tersebut. Permasalahan pada didik tidak paham konsep. Hal ini dapat
penelitian ini adalah bagaimana profil mengetahui seberapa besar presentase
pemahaman konsep dan keterampilan abad 21 pemahaman konsep peserta didik pada materi
peserta didik pada pembelajaran hidrolisis Hidrolisis dengan model Flipped Classroom
setelah diterapkan model Flipped Classroom Learning berbantuan Google Classroom.
Learning berbantuan Google Classroom. Tujuan
Hasil dan Pembahasan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Berdasarkan hasil analisis diketahui
tingkat pemahaman konsep dan keterampilan
bahwa secara keseluruhan persentase rata-rata
abad 21 peserta didik pada pembelajaran
tertinggi peserta didik berada pada kategori
hidrolisis setelah diterapkan model Flipped
paham konsep yaitu sebanyak 55,46%,
Classroom Learning berbantuan Google
menandakan bahwa sebagian besar peserta
Classroom.
didik mampu memahami konsep materi
Metode hidrolisis. Sebanyak 15,28% peserta didik
Metode penelitian yang digunakan miskonsepsi, 13,66% peserta didik kurang
dalam penelitian ini adalah deskriptif paham konsep, 9,22% peserta didik tidak paham
kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMAN konsep, dan 6,41 % peserta didik untung-
01 Boja pada semester gasal tahun ajaran untungan. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk
2019/2020. Sampel yang digunakan adalah mengetahui profil pemahaman konsep peserta
kelas XI MIPA 2, dengan teknik pengambilan didik pada sub pokok materi hidrolisis garam.
sampel yaitu purposive sampling. Pertimbangan Sub pokok materi 1 mengenai sifat
yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini garam yang terhidrolisis diuji dengan
peneliti meminta pertimbangan guru berkaitan menggunakan soal nomor 1, 2, dan 3. Tingkat
dengan kemampuan atau potensi peserta didik pemahaman peserta didik pada sub pokok
serta nilai akademik peserta didik yang materi 1 dapat dilihat pada Gambar 1.
mewakili populasi. Data hasil penelitian
Berdasarkan Gambar 1. kategori paham
dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
konsep pada butir soal no.1 dan no.2 memilki
penelitian yang yang selanjutnya diolah secara
persentase yang paling besar dibandingkan
statistik dan dianalisis. Dalam penelitian ini
dengan kategori yang lain. Sedangkan pada
aspek yang akan diteliti adalah analisis
butir soal no.3 kategori paham konsep memiki
keterampilan abad 21 dan pemahaman konsep
persentase yang lebih rendah dari kategori tidak
peserta didik saat pembelajaran hidrolisis
paham konsep. Soal no 1 peserta didik diminta
dengan model Flipped Classroom Learning
untuk menentukan garam yang mengalami
berbantuan google classroom. Keterampilan
hidrolisis sempurna dari pilihan garam yang
abad 21 yang akan diukur adalah keterampilan
disediakan. Sebagian besar peserta didik sudah
komunikasi dan kolaborasi. Data keterampilan
memahami konsep bahwa hidrolisis sempurna
komunikasi dan kolaborasi diambil dari hasil
terjadi apabila garam tersusun dari asam lemah
observasi selama pembelajaran. Data

Gambar 1. Grafik tingkat pemahaman konsep pada sub pokok materi garam yang terhidrolisis

3
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)

dan basa lemah. Dalam proses pembelajaran disediakan. Pada soal ini persentase tertinggi
peserta didik diminta untuk mengklasifikasikan berada pada katergori tidak paham konsep dan
sifat-sifat senyawa garam berdasarkan sifat persentase paham konsep paling rendah
kekuatan asam dan basa pembentuknya. Hal ini dibandingkan dua soal yang lain, artinya
menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik sebagian besar peserta didik belum memahami
dalam mengklasifikasikan sifat kekuatan asam konsep reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolisis yang
dan basa dapat berpengaruh terhadap disediakan merupakan reaksi dari garam asam
kemampuan peserta didik dalam menentukan yang komponen basanya bervalensi 3. Dari
sifat suatu garam dan jenis hidrolisis yang reaksi yang disediakan dapat diketahui bahwa
terjadi. komponen yang memiliki reaksi hidrolisis
Soal no 2 peserta didik diminta untuk merupakan garam yang bersifat asam dan
menentukan garam yang tidak dapat komponen basanya memiliki valensi 3 karena
terhidrolisis dari tabel yang menyediakan menghasilkan 3 ion H+. kesalahan pada konsep
pilihan garam beserta dengan perubahan warna ini terjadi karena peserta didik menganggap
kertas lakmus. Persentase paham konsep pada bahwa reaksi hidrolisis senyawa garam yang
soal ini sebanyak 63,89% yang artinya sebagian bersifat basa terjadi apabila dari reaksi tersebut
besar peserta didik mampu memahami konsep dihasilkan senyawa basa. Peserta didik juga
bahwa garam yang tidak dapat terhidrolisis terkecoh adanya valensi sebanyak 3 berasal dari
adalah garam yang tersusun dari asam kuat dan valensi CH3COO- yang merupakan asam lemah.
basa kuat yang bersifat netral ditunjukan dari Sedangkan seharusnya karena reaksi
perubahan warna kertas lakmus. Peserta didik menghasilkan H+ maka yang bereaksi dengan
memiliki pemahaman konsep bahwa sifat air adalah basa lemah bukan asam lemah.
senyawa garam ditentukan oleh sifat yang kuat Sub pokok materi 2. pada materi
dari suatu asam atau basa penyusunnya (Suja, hidrolisis garam mengenai kesetimbangan ion-
2014). Peserta didik mampu memahami sifat ion garam yang terhidrolisis diuji menggunakan
senyawa garam berdasarkan hasil uji kertas soal nomor 4, 5, 6, 7, 8, dan 11. Tingkat
lakmus karena memahami konsep perubahan pemahaman peserta didik pada sub pokok
warna kertas lakmus pada senyawa yang bersifat materi 2 materi hidrolisis garam dapat dilihat
asam dan basa. Garam yang bersifat netral tidak pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2.
akan mengubah warna kertas lakmus biru Secara keseluruhan kategori paham konsep
maupun merah. Hal ini sejalan dengan memiliki persentase yang paling tinggi pada
penelitian Novratilova et al. (2015) yang setiap butir soal. Sedangkan pada butir soal
menunjukan bahwa peserta didik dapat nomor tujuh katergori miskonsepsi memiliki
membedakan jenis larutan asam dan basa presentase yang paling tinggi. Soal no 7 yang
melalui pengamatan perubahan warna kertas memiliki persentase paham konsep paling
lakmus merah dan lakmus biru. Peserta didik rendah. Pada soal ini peserta didik diminta
memhami konsep uji sifat larutan garam untuk menentukan campuran yang mengalami
menggunakan kertas lakmus karena mereka hidrolisis parsial dan bersifat asam dari pilihan
sudah memahami jenis dan sifat garam. beberapa campuran. Menurut hasil analisis,
Soal no 3 peserta didik diminta untuk kesalahan peserta didik saat menjawab soal ini
menentukan garam yang mengalami hidrolisis karena peserta didik tidak teliti pada jumlah
seperti reaksi hidrolisis suatu garam yang valensi senyawa yang disediakan sehingga salah

Gambar 1. Grafik tingkat pemahaman konsep pada sub pokok materi garam yang terhidrolisis

4
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)

Gambar 1. Grafik tingkat pemahaman konsep pada sub pokok materi garam yang terhidrolisis
dalam menentukan jumlah mol yang bereaksi. saat mengkonversi satuan. Peserta didik
Peserta didik hanya melihat mol dengan mengatakan waktu yang disediakan tidak cukup
mengalikan volume dan konsentrasi yang untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
diketahui tanpa memperhatikan jumlah valensi Peserta didik kesulitan dalam mengaitkan
asam dan basanya. Miskonsepsi terjadi karena konsep-konsep lain seperti sifat senyawa garam
peserta didik tidak mampu mengaitkan konsep- dan reaksi hidrolisis senyawa garam yang
konsep dalam hidrolsis. berkaitan dengan perhitungan pH senyawa
Sub pokok materi 3. pada materi garam. Hasil ini sesuai dengan penelitian
hidrolisis garam mengenai pH larutan garam Muslimah et al. (2017) yang menunjukkan
yang terhidrolisis diuji menggunakan soal bahwa peserta didik tidak mampu dalam konsep
nomor 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17. Tingkat perhitungan pH larutan garam.
pemahaman peserta didik pada sub pokok Keterampilan komunikasi peserta didik
materi 3 dapat dilihat pada Gambar 3. yang diukur pada penelitian ini meliputi aspek
Berdasarkan Gambar 3. Secara keseluruhan keterampilan dalam berbicara, keterampilan
kategori paham konsep memiliki persentase mendengarkan, dan keterampilan komunikasi
yang paling tinggi pada setiap butir soal. Hal nonverbal. Keterampilan komunikasi peserta
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar didik mulai terlihat semenjak guru memberikan
peserta didik sudah memahami konsep pada tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan
indikatori penentuan pH larutan garam yang dengan diskusi di dalam kelompok. Untuk
terhidrolisis. Kategori paham konsep yang melakukan penilaian terhadap keterampilan
memiliki persentase rendah terlihat pada butir komunikasi peserta didik digunakan rubrik
soal no 12 dan 16. penilaian dengan rentang nilai 1-4. Rata-rata
Pada indikator 3 sebagian besar peserta hasil keterampilan komunikasi peserta didik tiap
didik menjawab benar pada soal perhitungan aspek disajikan pada Tabel 1.
sederhana. Peserta didik hanya diminta Keterampilan komunikasi peserta didik
menentukan pH suatu garam dengan variasi mulai terlihat semenjak guru memberikan tugas
komponen yang diketahui seperti nilai Ka/Kb, kepada peserta didik untuk dikerjakan dengan
volume dan konsentrasi. Namun pada beberapa diskusi di dalam kelompok. Menurut Sunarto et
soal perhitungan yang lain beberapa peserta al. (2008) melalui diskusi akan terjalin
didik masih kesulitan, seperti pada soal no 12 komunikasi dan interaksi dimana siswa dalam
dan no 16 yang memiliki persentase paham satu pasangan saling berbagi ide atau pendapat.
konsep rendah. Pada soal ini peserta didik Dalam aktivitas kelompok dapat diamati
diminta untuk menentukan massa garam yang komunikasi yang aktif pada peserta didik saat
terhidrolisis. Peserta didik dikatakan menguasai mengerjakan soal, seperti bertanya, menjelaskan
konsep secara utuh, yaitu mampu memahami cara menyelesaikan soal, dan mendengarkan
hubungan antarkonsep dan konsep prasyarat Tabel 1. Rata-rata hasil keterampilan
dengan baik, pada soal ini seperti konsep mol, komunikasi tiap aspek
persamaan reaksi dan kesetimbangan. Sebagian
besar peserta didik memang termasuk dalam
kategori paham konsep namun sebagian yang
lain termasuk dalam kategori kurang paham.
Kesalahan peserta didik saat menjawab soal
jenis ini adalah karena peserta didik masih
kesukitan menentukan nilai mol dan tidak teliti

5
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
penjelasan. Yulianti & Fianti (2010) ini terjadi karena adanya rasa tegang, gugup
mengemukakan bahwa bekerjasama mendidik atau merasa tidak siap saat diminta menjelaskan
siswa untuk menjalankan komunikasi ke materi yang dipelajari dikelompok ahli kepada
berbagai arah. teman dikelompok asal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Keterampilan kolaborasi peserta didik
bahwa untuk aspek keterampilan berbicara yang diukur pada penelitian ini meliputi aspek
memiliki rata-rata 3,17 dengan kriteria baik. Hal berkontribusi secara aktif, bekerja secara
ini menunjukan bahwa secara umum peserta produktif, menunjukan tanggung jawab,
didik memiliki kemampuan untuk menunjukkan fleksibilitas dan berkompromi,
menyampaikan materi secara lisan dengan jelas dan mampu bekerja dalam tim. Berdasarkan
dan efektif, seperti konsep reaksi hidrolisis, observasi didapatkan hasil bahwa selama
membedakan jenis garam yang mengalami bekerja di dalam kelompok, peserta didik
hidrolisis total, hidrolisis sebagian dan yang mendapatkan dampak positif seperti kerja
tidak mengalami hidrolisis namun mengalami sama, saling menghargai, saling bertukar
hidrasi, menentukan reaksi hidrolisis suatu pikiran atau ide, lebih efektif, dan
garam dengan baik. Peserta didik juga mampu mempermudah peserta didik dalam memahami
melakukan presentasi, mengajukan pertanyaan, materi pelajaran. Namun penerapan
menjawab pertanyaan, menumbuhkan pembelajaran kolaboratif juga memiliki kendala
kepercayaan diri, serta meningkatkan interaksi yaitu masih terdapat peserta didik yang pasif
antara peserta didik dengan peserta didik dan selama belajar di dalam kelompok seperti tidak
peserta didik dengan guru. Aziz et al. (2006) berpartisipasi, sulit diajak kerja sama, dan
mengemukakan bahwa dalam kerjasama hanya menyalin jawaban teman.
potensi siswa lebih diberdayakan dengan Untuk melakukan penilaian terhadap
dihadapkan pada keterampilan-keterampilan keterampilan kolaborasi peserta didik
sosial yang mengakibatkan siswa secara aktif digunakan rubrik penilaian dengan rentang nilai
menemukan konsep-konsep serta 1-4. Rata-rata hasil keterampilan kolaborasi
mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada peserta didik tiap aspek disajikan pada Tabel 2.
orang lain. Pada aspek keterampilan berbicara
tampak bahwa peserta didik belum sepenuhnya Hasil rata-rata keterampilan kolaborasi
memiliki keterampilan berbicara dengan baik secara keseluruhan adalah 3,46 yang
ditunjukan dengan adanya peserta didik yang menunjukan keterampilan kolaborasi peserta
belum terlibat aktif dalam membangun dialog didik dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan
dengan temannya. Peserta didik hanya Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa nilai tertinggi
mengikuti temannya yang unggul dan tidak untuk keterampilan kolaborasi peserta didik
aktif selama diskusi. terdapat pada aspek bekerja secara produktif
dengan rata-rata sebesar 3,64 yang berada pada
Pada aspek keterampilan mendengarkan kriteria sangat baik.
diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,72 dengan
kriteria sangat baik. Keterampilan yang harus Keterampilan kolaborasi pada aspek
dikembangkan adalah bagaiman peserta didik bekerja secara produktif memiliki persentase
dapat menghormati pendapat dari teman- sebesar 3,33 dengan kriteria baik. Pada aspek ini
temannya tanpa harus saling mencela atu sama yang harus dicapai oleh peserta didik supaya
lain. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dapat mencapai skor maksimal yaitu peserta
dilakukan Hacicaferoglu (2014) bahwa didik dapat fokus pada diskusi dan mampu
menghormati pendapat orang lain juga menjadi Tabel 2. Rata-rata hasil keterampilan
poin yang mampu melatih keterampilan kolaborasi tiap aspek
komunikasi peserta didik dengan rata-rata nilai
sebesar 3,06. Sebagian besar peserta didik sudah
memiliki keterampilan komunkasi nonverbal
yang baik terlihat dari nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 3,50 dengan kriteria sangat
baik. meskipun masih terdapat beberapa peserta
didik yang belum melakukan kontak mata yang
baik, saat menjelaskan pada teman kelompok
asalnya beberapa dari mereka masih
menghindari tatapan langsung mata audiens hal

6
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. turut sebesar 3,46 dengan kriteria sangat baik,
Diskusi dapat berlangsung produktif jika dan 3,46 dengan kriteria sangat baik.
anggota diskusinya mampu menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan baik dan tepat Daftar Pustaka
Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto. 2003.
waktu. Nilai rata-rata aspek bekerja secara Pembelajaran Inovatif Untuk Pemahaman
produktif berada pada kriteria baik yang Dalam Belajar Matematika Dan Sains Di
menunjukan bahwa secara umum peserta didik SD, SLTP, Dan Di SMU. Jakarta : Ditjen
mampu bekerja secara produktif dengan baik. Dikti.
Pada aspek tanggung jawab diperoleh rata-rata Aziz, A., D. Yulianti, & L. Handayani (2006).
sebesar 3,56 dengan kriteria sangat baik. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Memanfaatkan Alat Peraga Sains
meskipun pada aspek ini diperoleh nilai rata- Fisika (Materi Tata Surya) untuk
rata dengan kriteria sangat baik namun sebagian Meningkatkan Hasil Belajar dan Kerjasama
peserta didik masih bergantung pada temannya Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
yang unggul dalam menyelesaikan tugas 4(2): 94-99.
individu yang diberikan meskipun selama Darmiyanti, W. et al. 2017. Analisis Model Mental
menyelesaikan tugas tersebut mereka tidak perlu Siswa dalam Penerapan Model
diingatkan. Pembelajaran Learning Cycle 8E pada
Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Riset
Berdasarkan hasil penelitian untuk Pendidikan Kimia, 1(1): 38–51.
keterampilan kolaborasi pada aspek fleksibilitas Hacicaferolu, S. (2014). Survey on the
memiliki persentase sebesar 3,42 dengan kriteria Communication Skills that the College
sangat baik. Fleksibel dalam bekerja berarti Students of School of Physical Education
peserta didik tidak hanya mau mengerjakan and Sports Perceived from the Teaching
Staff, 2(March), 54–67.
tugas yanng hanya menjadi bagiannya. Kritik
Indonesian Skills Report. 2010. Trends in Skills
dan saran diperlukan dalam bekerja dengan Demand, Gap, and Supply in Indonesia.
orang lain agar mampu terus menghasilkan Report No. 54741-EAP.
hasil yang lebih baik. Peserta didik yang mau Juwairiah. 2013. Alat Peraga dan Media
menerima kritik dan saran yang diberikan Pembelajaran Kimia. volume IV. Nomor 1.
menunjukan sikap fleksibilitas dalam Januari-Juni 2013, 5.
berhubungan dengan orang lain. Pada aspek Kagermann, H., Lukas, W.D., & Wahlster, W.
bekerja dalam tim sebagian besar kelompok 2013.Final report: Recommendations for
sudah mampu bekerja dalam tim dengan baik implementing the strategic initiative
INDUSTRIE 4.0. Industrie 4.0 Working
ditunjukan dengan perolehan nilai rata-rata Group.
sebesar 3,50 dengan kriteria sangat baik. secara
Kirna, 2009. Pengembangan Pemahaman Konseptual
umum saat guru memberikan tugas kelompok Kimia pada Pebelajar Pemula dengan Model
peserta didik sudah langsung mengerti untuk Sinkronisasi Makroskopis dan Sub-
membagi tugas tersebut, namun beberapa masih mikroskopis Berbantuan Multimedia
belum paham untuk membagi tugas sesuai Interaktif. Singaraja: Undiksha
dengan kemampuan tiap anggotanya dan hanya Muslimah, E., Nurdiniah, S.H. & Mahdian. 2017.
asal membagi sesuai jumlah anggota Meningkatkan Hasil Belajar dan
Keterampilan Mengambil Keputusan
kelompoknya. dengan Penerapan Model POE pada Materi
Simpulan Hidrolisis Garam Kelas XI-MIA 2 MAN
Kelua Tahun Pelajaran 2016/2017. Journal
Berdasarkan hasil penelitian, analisis of Chemistry and Education, 1(1): 46–51.
data, dan pembahasan, dapat disimpulkan
Novratilova, D., Kadaritna, N. & Tania, L. 2015.
bahwa tingkat pemahaman konsep peserta didik Efektivitas Problem Solving dalam
kelas XI MIPA SMAN 01 Boja pada materi Meningkatkan Keterampilan
hidrolisis garam setelah diterapkan model Mengelompokkan dan Menyimpulkan pada
pembelajaran flipped classroom learning Asam Basa. Jurnal Penelitian dan
berbantuan google classroom yaitu 55,46% Pembelajaran Kimia, 4(3): 782–794.
peserta didik paham konsep, 15,28% peserta Suja, I.W. 2014. Penggunaan Analogi dalam
Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan
didik mengalami miskonsepsi, 13,66% peserta Indonesia, 3(2): 397–410.
didik kurang paham konsep, 9,22% peserta
Sunarto, W., W. Sumarni, & E. Suci (2008). Hasil
didik tidak paham konsep, dan 6,41% peserta Belajar Kimia Siswa dengan Model
didik untung-untungan. Keterampilan Pembelajaran Metode Think-Pair-Share dan
komunikasi, dan keterampilan kolaborasi Metode Ekspositori. Jurnal Inovasi
peserta didik diperoleh rata-rata secara berturut- Pendidikan Kimia, 2(1): 244-249.

7
Yuni Nur Azizah / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
Susilaningsih, E., Kasmui & Harjito. 2016. Desain Yulianti, D. & Fianti (2010). Penerapan Model
Instrumen Tes Diagnostik Pendeteksi Bermain Berbasis Kontekstual untuk
Miskonsepsi untuk Analisis Pemahaman Meningkatkan Minat Sains Siswa Sekolah
Konsep Kimia Mahasiswa Calon Guru. Dasar. Lembaran Ilmu Kependidikan, 39(2):
Unnes Science Education Journal, 5(3): 48-53
1432–143

Anda mungkin juga menyukai