Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS ARGUMENTASI DALAM SOCIO SCIENTIFIC

ISSUES (SSI)
(Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

SKRIPSI

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh:

Vella Attaqi

NIM. 11150163000085

PROGAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
i
ii
iii
ABSTRAK
Vella Attaqi, 11150163000085. Analisis Argumentasi Dalam Socioscientific
Issues (SSI). Skripsi, Progam Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan argumentasi siswa
berdasarkan kajian terhadap 10 literatur (periode 5 tahun terakhir). Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian yang
bersifat deskriptif-analitis. Sumber data dalam penelitian ini adalah 7 artikel
internasional dan 3 artikel nasional pada jenjang SMA yang diterbitkan pada
rentang tahun 2016-2020, yang membahas mengenai argumentasi dalam
Sosioscientific Issues (SSI). Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan analisis terhadap artikel-artikel tersebut. Hasil penelitian ini
kemudian dipaparkan dalam bentuk narasi, dengan cara setiap artikel yang dikaji
dipaparkan apa adanya tanpa menyertakan data primer atau tidak dalam
pengamatan langsung. Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa
siswa kelas 10, 11, dan 12 memiliki tingkat argumentasi awal yang sama yaitu
pada level 1 sampai 2. Setelah diberi pengaruh dengan Sosisoscientific Issues
(SSI) tingkat argumentasi siswa meningkat dari level 3 sampai level 5. Temuan
analisis juga menunjukkan bahwa tingkat argumentasi siswa perempuan lebih
tinggi dari pada siswa laki-laki. Hal ini menunjukkan kesimpulan bahwa
Sosisoscientific Issues (SSI) efektif digunakan dalam pembelajaran sains (Fisika,
Biologi, dan Kimia) untuk meningkatkan kualitas argumentasi siswa SMA dalam
studi ini.

Kata kunci: Keterampilan argumentasi, Sosisoscientific Issues (SSI)

iv
ABSTRACT

Vella Attaqi, 11150163000085. Argument Analysis in Socioscientific Issues


(SSI). Thesis, Departement of Physics Education, Faculty of Education and
Teacher Training, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aimed to analyze students’ argumentation skills based on the review of
ten literatures (within the last five years). This study uses a qualitative research
approach with descriptive-analytic research methods. The data sources in this
study are seven international articles and three national articles from the high
school level published in the 2016-2020 focused on the Socioscientific Issues
arguments (SSI). The technic to collect data in this study is by analyzing these
articles. The results of this study are presented in the narrative form, which means
they are presented without showing the primary data or by indirect observation.
The results of this study state that the tenth, eleventh, and the twelfth graders have
the same early argumentation level from one to two. After being influenced by the
Socioscientific Issues (SSI), the argumentation level of students increased from
three to five. The findings of the analysis also state that the argumentation level of
female students were higher than the male ones. This concludes that the
Socioscientific Issues is effectively used in the science learnings (Physics,
Biology, and Chemistry) to improve the argumentation quality level of high
school students in this study.

Keywords: Argumentation Skills, Socioscientific Issues (SSI)

v
KATA PENGANTAR
Senandung kalimat syukur tiada hentinya penulis haturkan kepada Allah
SWT, tuhan semesta alam yang mengizinkan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik pada waktu yang terbaik. Melalui proses pengerjaan skripsi ini,
penulis menemukan dan merasakan banyak rahmat, hidayah, serta pertolongan
Allah yang melimpah. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat beliau
di seluruh alam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis
dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) Jurusan Pendidikan Fisika di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul “Analisis Argumentasi dalam
Sosioscientific Issues (SSI)”.
Selanjutnya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dalam proses skripsi ini dapat
berjalan dengan baik. Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M. Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd selaku Ketua Progam Studi Tadris
Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Kinkin, M.Pd selaku Sekretaris Progam Studi Tadris Fisika FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen pembimbing akademik yang telah
memberi nasihat, arahan serta bimbingan selama masa aktif perkuliahan.
5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan
waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi agar penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih tak hingga atas
kesabarannya dan keikhlasannya dalam membimbing penulis sampai
selesai dalam penelitian ini. Atas segala perhatiannya tersebut, penulis

vi
hanya mampu membalasnya dengan do’a; semoga Allah beri kebahagiaan,
keberkahan, rahmat Allah dalam kehidupan.
6. Alm. Bapak Mukhlasin dan Ibuk Zalihah, dua malaikat tak bersayap dalam
hidup penulis. Terimakasih atas perjuangan Abah dan ibuk sehingga
penulis mampu sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Do’a dan
restunya menjadi jalan kemudahan dalam selesainya skripsi ini. Penulis
tidak mampu membalas jerih payahnya selama ini. Hanya do’a yang
mampu penulis semaikan; semoga Allah selalu memberi keberkahan, ridlo
serta rahmat Allah dalam kehidupan.
7. Munhidlatul Ummah dan Fida Nabila, dua saudariku tersayang yang telah
mendukung serta mendo’akan sampai saat ini.
8. Bulek Ulil Makrifah, Bulek Khoirul Jannah, dan Pak lek Agus Noto Adi,
selaku Bulek dan Pak lek yang telah menyekolahkan saya dari Madrasah
Tsanawiyah (MTs) sampai Madrasah Aliyah (MA). Atas kebaikan
tersebut, penulis hanya mampu membalas dengan do’a; semoga bulek Pak
lek selalu dilimpahkan rezeki, keberkahan, serta rahmat Allah dalam
kehidupan.
9. Seluruh keluarga dari pihak Abah dan Ibuk, penopang warna dalam
kehidupan penulis.
10. Bu Nyai Lilis Masfufah, S.Pd dan Alm. Kiyai Abdullah Kholil., Selaku
Guru dan orangtua di Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Annur Al-
Hidayah Krebet Senggrong, Bululawang, Malang. Atas kesabaran dan
keikhlasan beliau membimbing, penulis hanya mampu membalas dengan
do’a; semoga beliau selalu dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan, ridlo
serta rahmat Allah dalam kehidupan.
11. Mbah Nyai Nur Mubayyanah., selaku guru sekaligus orangtua yang telah
membimbing dengan sabar dan ikhlas. penulis hanya mampu membalas
dengan do’a; semoga beliau selalu dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan,
ridlo serta rahmat Allah dalam kehidupan.
12. Bapak Sahrai, S.Pd., selaku guru sekaligus ayah yang telah membimbing
dengan sabar dan ikhlas. Atas kebaikan tersebut, penulis hanya mampu

vii
mendo’akan; semoga beliau beserta keluarga dilimpahkan kebahagiaan,
keberkahan serta ridlo Allah dalam kehidupan.
13. Bapak Slamet dan Ibu Ummu, selaku Mbah serta guru yang telah
membimbing dengan sabar dan ikhlas.
14. Bapak Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Ag dan Ibu Hj. Maria Ulfah, selaku Guru
sekaligus orangtua di Rumah Tahfidz Taman Kedaung Ciputat, yang telah
membimbing dengan sabar dan ikhlas. Penulis hanya mampu mendo’akan;
semoga senantiasa diberi keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan.
15. Ibu Dhurriyatul Thoyyibah, S. Pd. Selaku pembimbing di Rumah Tahfidz
Kedaung, Ciputat. Beliau dengan sabar dan ikhlas membantu perjuangan
untuk ikut tes perguruan tinggi Negeri.
16. Seluruh teman-teman di Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an (PPTQ)
Annur Al-Hidayah Krebet Senggrong, Bululawang, Malang. Teman-teman
seperjuangan dalam belajar agama dan Al-qur’an.
17. Zekkiyah Al-aluf dan Natijatuz Zahroh, sahabat dari Malang dalam
menghabiskan waktu membuat kenangan.
18. Teman-teman seperjuangan di Rumah Tahfidz Kedaung, Ciputat; Widya
Oktavia, Eva Muzdalifah Zen, Endah Nuryana, Zahratul Fitri Masyhudah,
Siti Aisyah Najwa, Ainul Muzdalifah, Robiatul Adawiyah, Zeni Alfiyana,
dan sebagainya.
19. Teman-teman dari berbagai macam runag kelas, organisasi, dan komunitas
yang senantiasa mewarnai perjalanan proses belajar di Universitas.
Mereka adalah teman-teman Pendidikan Fisika angkatan tahun 2015,
Forum Mahasiswa Lamongan (FORMALA), Forum Lingkar Pena (FLP)
Ciputat, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pragmatis 39. Public Speaking
Tarbiyah Comunity (PSTC) Batch 1, dan Kahfi BBC Motivator School.
20. Seluruh orang-orang yang pernah mewarnai kehidupan penulis, teman-
teman offline dan online penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.

viii
Harapan penulis, semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca dan dapat mengambil hikmah bagi penulis, para akademisi,
maupun masyarakat umum.

Jakarta, 14 September 2020


Penulis

Vella Attaqi

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL.................................. 7
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 7
1. Argumentasi ............................................................................................. 7
2. Socioscientific Issues (SSI) .................................................................... 12
3. Keterampilan Argumentasi pada Socioscientific Issues (SSI)................ 18
4. Metode Penelitian Kepustakaan ............................................................. 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 30
BAB III ................................................................................................................. 31
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
B. Metode Penelitian....................................................................................... 31

x
C. Sumber Data ............................................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 32
BAB IV ................................................................................................................. 34
PEMBAHASAN ................................................................................................... 34
A. Deskripsi Data ............................................................................................ 34
B. Pembahasan ................................................................................................ 44
C. Keterbatasan dan Kelebihan ....................................................................... 67
BAB V................................................................................................................... 69
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 69
A. Kesimpulan ................................................................................................ 69
B. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70
Lembar Rincian Artikel Internasional yang dikaji ................................................ 73
Lembar Rincian Artikel Nasional yang dikaji ...................................................... 78

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Komponen Argumentasi Toulmin...................................................... 9
Gambar 4. 1 Contoh Argumentasi Siswa.............................................................. 47
Gambar 4. 2 Transkip Argumentasi Siswa ........................................................... 48
Gambar 4. 3 Contoh Sanggahan Siswa ................................................................. 49
Gambar 4. 4 Argumentasi Siswa pada Topik Kloning ......................................... 49
Gambar 4. 5 Alasan Siswa dalam Berargumentasi ............................................... 50
Gambar 4. 6 Sanggahan atau Bantahan Siswa ...................................................... 50
Gambar 4. 7 Bantahan Siswa dengan Alasan lebih dari satu ................................ 51
Gambar 4. 8 Argumentasi Siswa pada Aspek Bukti ............................................. 51
Gambar 4. 9 Argumentasi Siswa Laki-laki dengan Banyak Informasi ................. 51
Gambar 4. 10 Instrumen Soal Keterampilan Argumentasi ................................... 53
Gambar 4. 11Intrumen Soal Kemampuan Argumentasi ....................................... 56
Gambar 4. 12 Klasifikasi Argumentasi Siswa sesuai Tingkatan .......................... 57
Gambar 4. 13 Level Argumentasi Toulmin .......................................................... 58
Gambar 4. 14 Sanggahan dari Argumentasi yang disajikan ................................. 60
Gambar 4. 15 Argumentasi Siswa untuk Memperkuat Claim .............................. 60
Gambar 4. 16 Contoh Argumentasi Siswa ............................................................ 61
Gambar 4. 17 LKS Sosioscientific Issues (SSI) .................................................... 62
Gambar 4. 18 Soal pada Instrumen Keterampilan Argumentasi........................... 63
Gambar 4. 19 Contoh Jawaban Siswa ................................................................... 63
Gambar 4. 20 Kualitas Argumentasi pada Level 1 ............................................... 64
Gambar 4. 21 Argumentasi pada Level 2.............................................................. 65
Gambar 4. 22 Argumentasi pada Level 4.............................................................. 65

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Konsep Critical and Problem-oriented Approach ............................... 14
Tabel 4. 1 Data Hasil Analisis Artikel Internasional pada Jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas) .................................................................................................... 35
Tabel 4. 2 Data Hasil Analisis Artikel Nasional pada Jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas) .................................................................................................... 41

xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi,
artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan
yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya.
Abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala hal usaha dan hasil
kerja manusia. Dengan sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang
berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara
profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. tuntutan-tuntutan yang serba
baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berpikir, penyusunan konsep,
dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang baru1.
Paradigma belajar Abad ke-21 ini mengalami pergeseran. Sehingga
pembelajaran abad ke-21 ini menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan di bidang tertentu untuk siap mengahadapi
tantangan-tantangan baru dan dapat sukses dalam kehidupan serta pekerjaannya 2.
Untuk itu kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan berpikir
kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi3.
Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan cara mengasah
keterampilan argumentasi4. Keterampilan argumentasi dapat melatih siswa dalam
menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Deanedan Song, argumentasi
memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan

1
Etistika Yuni Wijaya, Dwi agus Sudjimat, dan Amat Nyoto. Transformasi Pendidikan
Abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber Daya Manusia di Era Global. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika. Vol. 1 , 2016. h. 263
2
Ibid, h. 266
3
Ade Cyntia Pritasari, Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari. Peningkatan
Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas X
MIA SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 8, 2016,
h. 2
4
Ursula Wingate, “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing is
About, Journal of English for Academic Purpose, 11, 2012, h. 152-153

1
menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide5.
Belajar melalui argumentasi juga akan melatih siswa untuk mengevaluasi bukti
atau saran dan mengambil keputusan6.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada beberapa Sekolah
Menengah Atas (SMA) daerah Tangerang Selatan, yang menyatakan bahwa siswa
kurang mampu dalam menjelaskan konsep-konsep sains. Namun lebih mampu
menyelesaikan soal secara matematis sehingga mengakibatkan keterampilan
argumentasi siswa menjadi lemah. Misalnya, dalam menyampaikan jawaban atau
argumentasi tanpa disertai bukti atau alasan untuk memperkuat jawaban tersebut.
Padahal sains bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan sebuah
ilmu pengetahuan. Dalam mempublikasikan pengetahuan baru tersebut, ilmuan
melibatkan kritik dan argumen. Dengan demikian, argumentasi memegang peran
penting pada praktik utama sains. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran sains
seharusnya tidak lagi hanya untuk memahirkan konsep sains namun juga belajar
melibatkan argumentasi dalam pembelajaran sains7. Selain itu, argumentasi juga
memiliki beberapa alasan penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA
yaitu: (1) ilmuan menggunakan argumentasi dalam mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan ilmiahnya; (2) masyarakat menggunakan argumentasi
dalam perdebatan ilmiah; dan (3) siswa dalam pembelajaran membutuhkan
argumentasi untuk memperkuat pemahamannya8.
Salah satu cara untuk memunculkan argumentasi adalah dengan
memberikan suatu stimulus yang dapat mengembangkan keterampilan
argumentasi. Sehingga pembelajaran sains sebaiknya didesain dengan
menghadirkan stimulus yang dapat memungkinkan siswa untuk mencari
kebenaran dan bukti serta keyakinan dari pemahaman konsep, ide maupun sebuah

5
Opcit., h. 2
6
Silviana Hendri dan Aprina Defiani. Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi
Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains (SNIPS), 2015, h. 545
7
Kuhn, D., Teaching and Learning Science as Argument. Science Education, 2010, h.
810
8
Deni fauzi Rahman, Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP. Journal
of natural Science Teaching, Vol. 01, 2018, h. 10

2
topik9. Oleh karena itu, sains khususnya mata pelajaran fisika tidak lagi dipandang
hanya sekadar menemukan dan menyajikan fakta, melainkan membangun
argumen dan mempertimbangkannya, serta mendebat berbagai penjelasan tentang
fenomena10.
Stimulus yang dapat digunakan untuk merangsang keterampilan
argumentasi siswa adalah dengan menghadirkan Sosioscientific Issues (SSI) yang
berkembang di masyarakat. Sosioscientific Issues (SSI) atau Isu-isu sosioscientific
selama dekade terakhir telah menjadi tema yang menonjol dalam literasi ilmu
pendidikan. SSI ini telah dibangun di atas pendekatan-pendekatan lain yang
bertujuan agar siswa terlibat dalam wacana dan keputusan yang berkaitan dengan
isu-isu sosial yang relevan terkait dengan ilmu pengetahuan 11. Banyak isu dan
permasalahan sains yang ada di lingkungan sosial yang dapat menjadi bahan
untuk siswa sebagai proses pembelajaran aktif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat mengemukakan gagasan atau argumentasinya untuk menjawab isu-isu sains
di lingkungan sosial12.
Pengembangan argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI) ini dapat
membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman ilmu alam13 dan mengasah
peserta didik berargumen dengan berbagai sudut pandang, tidak hanya sudut
pandang saintifik, tetapi juga sosial, ekonomi, politik, dan etika14. Kualitas
argumentasi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan komponen
argumentasi Toulmin. Komponen argumentasi Toulmin tersebut yaitu claim, data,

9
Alfi Lailatul Qodariyah, “Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik pada Diskusi Isu-
Isu Saintifik”, Skripsi pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. 2018. h. 3
10
Muhamad Imaduddin dan ZaenalKhafidin, Ayo Belajar IPA dari Ulama : Pembelajaran
Berbasis Sosio-Scientific Issues di Abad ke-21, Journal of Natural Science Teaching, Vol. 01,
2018, h. 113
11
Troy. D. Sadler, Sosio-Scientific Issues in the Classroom: Teaching, Learning and
Research, Springer, 2011, h. 4
12
Yanti Herlanti, Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu
Sosiosaintifik Konsumsi Enetically Modified Organism (GMO), Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
Vol. 03, 2014, h. 52
13
Wiwit Zahrotul Wahdan, Oktavia Sulistina dan Dedek Sukarianingsih, Analisis
Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik SMA, MAN, Dan
Perguruan Tinggi Tingkat I, Jurnal Pembelajaran Kimia. Vol. 2, 2017, h. 31
14
Osborne, J., The Role of argument in Science Education. K. Boesma, M. Goedhart, O.
de Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Quality of Science Education. Dordrecht,
Nederlands: Spinger. 2015, h. 368

3
warrant, backing, qualifier, dan rebuttal. Menurut Toulmin komponen
argumentasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level. Level 1 berisi
argumen sederhana melawan claim lain yang bertentangan tanpa data pendukung,
level 2 berisi argumen dari suatu claim melawan claim lain dengan data
pendukung (backing) dari (warrant) tidak berisi sanggahan (rebuttal), level 3
berisi suatu rangkaian claim atau claim berlawanan dengan data pendukung
(backing) dan sedikit sanggahan (rebuttal), level 4 menunjukkan argumen dengan
suatu sanggahan (rebuttal) yang jelas serta memiliki beberapa claim dan konter
claim, level 5 menyajikan argumen yang diperluas dengan lebih dari satu
sanggahan (rebuttal)15. Level tersebut menunjukkan tingkat kualitas argumentasi
siswa.
Selama 5 tahun terakhir ini, beberapa peneliti telah melakukan penelitian
terkait dengan keterampilan argumentasi. Dari beberapa penelitian tersebut,
keterampilan argumentasi bervariasi di beberapa jenjang pendidikan. Oleh karena
itu, karena pentingnya keterampilan argumentasi tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan sebuah kajian terhadap beberapa artikel yang memaparkan hasil
kajiannya terhadap keterampilan argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI)
pada siswa SMA.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah, antara lain:
1. Keterampilan argumentasi merupakan salah satu keterampilan yang
diperlukan pada abad-21, tetapi keterampilan tersebut di jenjang SMA belum
diketahui.
2. Selama ini ada beberapa artikel yang meneliti tentang keterampilan
argumentasi siswa, tetapi dibeberapa artikel tersebut belum diketahui secara
umum bagaimana level argumentasi siswa SMA.

15
Sibel Erduran, Shirley Simon dan Jonathan Osborne., Tapping Into Argumentation:
Development in The Application of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discorse,
Wiley InterScience, 2004, h. 928

4
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian
ini hanya dibatasi pada :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada konsep sains tentang isu-isu sosioscientific
issues (SSI)
2. Penelitian ini hanya terbatas pada analisis tingkatan (level) kualitas
argumentasi menurut Erduran.
3. Subjek penelitian berupa artikel yang dipublikasikan dalam rentang tahun
2016-2020

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
“Bagaimana keterampilan argumentasi siswa SMA dari hasil penelitian
sebelumnya (yang terdapat dari beberapa artikel 5 tahun terakhir) berdasarkan :
1. Level argumentasi menurut Erduran
2. Pembelajaran dalam sosioscientific issues (SSI)

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan argumentasi
siswa dalam sosioscientific issues (SSI) berdasarkan kajian terhadap 10 literatur
(periode 5 tahun terakhir).

F. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain:

1. Bagi Peserta didik hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan seberapa besar keterampilan argumentasi siswa, sehingga siswa
berupaya untuk meningkatkan keterampilan tersebut.

5
2. Bagi Guru Sains, diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
argumentasi siswa dengan menggunakan stimulus Sosioscientific Issues
(SSI).
3. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan sebagai acuan untuk
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21.

6
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL


A. Deskripsi Teoritis

1. Argumentasi

a. Pengertian Argumentasi
Argumentasi adalah pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak
suatu pendapat, pendirian, atau gagasan16. Menurut Keraf argumentasi
didefinisikan sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak
sesuaidengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Argumentasi
merupakan dasar yang fundamental dalam ilmu pengetahuan17.
Menurut Atmazaki, argumentasi digunakan untuk meyakinkan pembaca
atau pendengar tentang gagasan atau pernyataan yang dikemukakan. Pada
dasarnya, argumentasi termasuk bidang retorika atau kemampuan berbahasa yang
memberikan keyakinan kepada pendengar atau pembaca berdaarkan (argumen)
yang tepat. Alasan yang tepat itu mungkin berasal dari fakta dan hubungan logis
antara fakta dengan fakta atau antara fakta dengan pendapat18.
Kata argumentasi mengacu pada proses menciptakan argumen, ini
bertujuan untuk meyakinkan kritik yang masuk akal tentang penerimaan suatu
sudut pandang dengan mengedepankan suatu konvensi yang mengusulkan,
membenarkan, atau menyangkal proposisi yang dinyatakan dalam argumentasi
tersebut. Argumentasi dapat dikonseptualisasikan sebagai konstruksi tiga dimensi.
Pertama, Linguistik sebagai proses seseorang menghasilkan argumen lisan atau
tertulis. Kedua, Kognitif sebagai proses ketika seseorang mengeksekusi penalaran
sambil berdebat. Ketiga, Sosial sebagai proses argumen yang mendiskusikan hal-

16
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 1990) h. 48
17
Rangga Tina, Erizal Gani, dan Nursaid, “Peningkatan Pembelajaran Menulis
Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Branstorming”, Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia,
2013, h. 57
18
Ibid, h. 57

7
hal bersama-sama atau seorang argumen membangun argumen sementara, yang
memiliki lawan bicara imajiner dalam pikiran19.
Chang dan Chiu membedakan argumentasi menjadi dua jenis yaitu
argumentasi formal dan informal ditinjau dari sisi istilah dan struktur penalaran
(reasoning). Berdasarkan istilah, argumentasi formal terdiri dari premis-premis
yang baku, penambahan dan penghapusan isi premis tidak diperbolehkan. Adapun
argumentasi informal mengandung fitur kognitif dan afektif, individu dapat
mengubah premis berdasarkan pengetahuan dan keyakinan pribadi, informasi dari
media massa, buku teks, atau pengalaman hidup, dan lain-lain. Berdasarkan
perspektif struktur penalaran, penalaran formal umumnya menghasilkan sebuah
struktur linier, yang biasanya tidak berkaitan dengan praktik kehidupan sehari-
hari. Sedangkan pada kehidupan sehari-hari, umumnya setiap individu
mengembangkan informasi dari berbagai sumber informasi yang terkategori
sebagai penalaran informal dan menyimpulkan sesuatu secara tentatif sesuai
kondisi. Hasilnya penalaran informal digambarkan sebagai sebuah pohon yang
terdiri dari banyak cabang20.

b. Komponen argumentasi
Komponen argumentasi terdiri dari 6 komponen yaitu :

a. Data, yaitu fakta atau bukti yang digunakan untuk argumen


b. Klaim (claim), yaitu pernyataan yang diajukan secara terbuka yang ditujukan
untuk audiens
c. Penjamin (warrant), yaitu fakta spesifik yang digunakan untuk mendukung
klaim yang diberikan.
d. Pendukung (backing), yaitu pernyataan lebih lanjut yang mendukung
penjamin atau warrant. Pendukung ini digunakan untuk membangun
kepercayaan dalam argumentasi yang diberikan pada kasus tertentu.

19
Bahadir Namdar dan Ji Shen, Intersection of Argumentation and The Use of Multiple
Representations in The Context of Socioscientific Issues, Internasional Journal of Science
Education, 38, 2016, pp. 1102
20
S. N. Chang, and M. H. Chiu, Lactos‟s Scientific Research: Programmes as a
Framework for Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues, International
Journal of Science Education, Vol. 30 No. 17, 2008, pp. 1753-1773.

8
e. Kualifikasi (qualifier), yaitu kata keterangan sehari-hari atau kalimat
tambahan yang memperkuat klaim tertentu agar lebih dapat diterima audien.
f. Sanggahan atau bantahan (rebuttal), yaitu pernyataan berlawanan yang
digunakan untuk melemahkan argumen pendukung21.

Keenam komponen argumentasi Toulmin dapat disajikan pada gambar22

Gambar 2. 1 Komponen Argumentasi Toulmin

c. Level Argumentasi Menurut Erduran

Menurut Erduran, level argumemtasi dapat diklasifikan menjadi beberapa


level, yaitu23 :

a. Level 1, Argumentasi terdiri dari claim sederhana versus claim lain yang
berlawanan tanpa data pendukung.
b. Level 2, Argumentasi terdiri dari claim dengan data, dukungan, tetapi
tidak mengandung bantahan.
c. Level 3, Argumentasi terdiri dari rangkaian claim atau kontra claim yang
disertai data, dukungan dengan bantahan atau sanggahan yang lemah.

21
Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:
Developments in the Application of Toulmin’s Argumen Pattern for Studying Science Discourse,
Wiley InterScience, 2004, h. 918
22
Ibid., h. 918
23
Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:
Developments in the Application of Toulmin’s Pattern for Studying Science Discourse, Wiley
InterScience, 2004, h. 928

9
d. Level 4, Argumentasi terdiri dari claim yang disertai dengan bantahan
yang dapat diidentifikasi dengan jelas.
e. Level 5, Argumentasi terdiri dari argumen yang lebih dari satu sanggahan
yang jelas dan tepat.

d. Dasar dan Sasaran


Dengan mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai alat bantu utama,
maka argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah sikap dan
pendapat orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang
hendak dicapainya.

Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah24:

1. Seseorang yang berargumentasi harus mengetahui tentang subyek yang


akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip
ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta,
informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta-
fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui obyek yang
akan dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup
subyek tadi, maka seseorang yang berargumentasi dapat memperdalam
masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk
memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.
2. Seseorang yang berargumentasi harus bersedia mempertimbangkan
pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan
pendapatnya sendiri. Mempertimbangkan pendapat lawan tidak berarti
harus menyerah kepada lawan. Mempertimbangkan pendapat lawan adalah
dengan tujuan untuk mengetahui apakah diantara fakta-fakta yang
diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga malah akan
memperlemah pendapat lawan tadi. Dapat juga terjadi bahwa fakta dan

24
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama: 2007)
h. 101

10
evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat lawanlah yang harus
diterima.
3. Seseorang yang bergargumentasi harus berusaha untuk mengemukakan
pokok persoalannya dengan jelas. Ia harus menjelaskan mengapa ia harus
memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula
konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
4. Seseorang yang berargumentasi harus menyelidiki persyaratan mana yang
masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan
yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang
telah dirumuskannya itu.
5. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu,
maksud yang mana yang lebih memuaskan orang yang berargumentasi
untuk menyampaikan masalahnya25.

Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ‘ketidaksesuaian’ maka


sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang
argumentasi adalah:

1. Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan


keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan.
2. Seseorang yang berargumentasi harus berusaha untuk menghindari setiap
istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
3. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Seddangkan tujuan
argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan. Pembatasan
pengertian atau definisi sebuah istilah hanya sekedar merupakan proses
pembentukan makna untuk meletakkan dasar-dasar persamaan pengertian
bagi istilah yang akan digunakan itu. Tetapi hal itu sangat penting supaya
tujuan utama jangan diabaikan atau terganggu hanya karena timbul
ketidaksepakatan baru mengenai istilah itu.
4. Seseorang yang berargumentasi harus menetapkan secara tepat titik
ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan. Langkah ini merupakan

25
Ibid., h. 102

11
langkah yang sangat penting. Setiap analisa yang cermat, sejak awal harus
mengungkapkan dengan jelas di mana terletak perbedaan-perbedaan yang
akan diargumentasikan itu. Dengan demikian arah dan sasaran tulisan
hanya dipusatkan kepada titik perbedaan itu26.

e. Mengemukakan Argumen
Sebelum seseorang mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan
untuk argumentasi itu sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan
tersendiri. Suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seorang dapat
memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap obyek atau persoalan.
Entah informasi itu diperoleh melalui observasi, entah melalui riset-riset
bibliografis, ada satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap orang yang
berargumentasi, yaituia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas atau
evidensi itu secara kritis dan logis. Ia harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta
dan autoritas, mana yang dapat dipergunakannya dan mana yang harus
disingkirkannya27.
Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, seseoramg yang berargumentasi
harus siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau
suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila seseorang yang berargumentassi
tidak mempunya rencana penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang
diungkapkan itu tidak terarah, serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta
atau autoritas itu28.

2. Socioscientific Issues (SSI)


Menurut Zeiler, Socioscientific Issues (SSI) adalah cara yang digunakan
untuk menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran
dalam hubungan antara sains dan kehidupan sosial. Dalam pengambilan
keputusan mengenai isu-isu sosial, melalui implikasi moral yang tertanam dalam

26
Ibid,. h. 103-104
27
Ibid,. h. 104
28
Ibid,. h. 104

12
konteks ilmiah29. SSI juga didefinisikan sebagai suatu isu atau masalah yang
kompleks dan dapat menimbulkan perdebatan sehingga tidak memiliki jawaban
definit atau dengan kata lain jawabannya bersifat terbuka. SSI sangat potensial
jika digunakan sebagai dasar pembelajaran sains di sekolah. Penggunaan SSI
dapat dijadikan penghubung permasalahan nyata di masyarakat dan landasan oleh
pembelajar dalam mengeksplorasi konten sains. Dengan SSI yang diterapkan
dalam pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang
lebih bermakna30.
Masalah-masalah SSI menggabungkan komponen-komponen moral dan
etika dari suatu topik sains yang dilakukan melalui kegiatan diskusi dan interaksi
siswa tentang isu-isu kontroversial bertujuan untuk meredam atau memecahkan
isu-isu tersebut. Oleh karena itu, SSI bersifat terbuka sehingga memungkinkan
siswa untuk berpikir kritis mengenai isu-isu tersebut bersama dengan orang lain
yang memiliki pandangan yang berbeda. gerakan SSI memfokuskan pada
bagaimana siswa memahami suatu permasalahan serta mengambil keputusan dan
keputusan-keputusan yang mereka buat tentang isu-isu tersebut berkaiatan dengan
moral dan etika. Beberapa contoh permasalahan yang bisa dikategorikan
Sicioscientific issues misalnya permasalahan tentang pemanasan global (global
warming), pencemaran lingkungan, penerapan nuklir, dan sebagainya 31.

a. Socioscientific Issues (SSI) Sebagai Pendekatan Pembelajaran


Menurut Zeidler, SSI merupakan pendekatan yang bertujuan untuk
menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran dalam
hubungan antara sains dan kehidupan sosial. Melalui pendekatan pembelajaran ini
siswa dapat dengan leluasa mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri yang
difasilitasi oleh guru. Selain kemampuan berpikir, siswa dapat juga

29
Dana Zeidler, sadler & Scoott Applebaun, Advancing Reflective Judgment through
Socioscientific Issues. Journal of Research in science teaching.,Vol 46 , 1, 2008. pp 74
30
Diana Ayu Rostikawati dan Anna Permanasari, Rekonstruksi Bahan Ajar dengan
Konteks Socio-scientific Issues pada Materi Zat Aditif Makanan untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA., 2016, h. 157
31
Sri Rahayu, Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi Sains
Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks Isu-isu sosiosaintifik (socioscientific issues),
Semnas Pendidikan Kimia & Sains Kimia, 2015 h. 10

13
mengembangkan nilai moral dan etika melalui pendekatan pembelajaran SSI ini
serta integrasi terhadap konsep-konsep sains yang memiliki dampak pada
kehidupan masyarakat32.

b. Socioscientific Issues (SSI) Sebagai Strategi Pembelajaran


Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan praktisi pendidikan
sains internasional telah mengembangkan ragam strategi pembelajaran sains
berbasis SSI, yaitu33:

Socio-critical Issues and Problem-oriented Approach

Strategi ini dikembangkan oleh Mark dan Eilks pada konteks


pembelajaran kimia. Secara konseptual, strategi ini melibatkan empat elemen
dasar, terdiri atas: tujuan pembelajaran, kriteria untuk memilih isu-isu yang
relevan dan fungsional, metode pembelajaran, dan struktur rencana pembelajaran.
Selain itu ada lima tahap proses pembelajaran yang mendasari desain
pembelajaran. Prinsip strategi ini secara ringkas diilustrasikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. 1 Konsep Critical and Problem-oriented Approach

Tujuan Kriteria Metode Struktur rencana


pemilihan isu pembelajaran
Pendidikan melalui Autentik Media otentik Tekstual dan
sains problem analisis
Scientific literacy Relevan Kerja laboratorium Klarifikasi aspek
ilmiah melalui
investigasi
Mengembangkan Memiliki Kooperatif Diskusi
kemampuan konteks sosial learning multiperspektif

32
Widia Rahmawati, Jujun Ratnasari, dan Suhendar, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran
Socioscientific Issues Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik, Jurnal Pelita
Pendidikan, 2018, h. 125
33
Agung W. Subiantoro, Pembelajaran Biologi Berbasis Socio-scientific Issues (SSI)
untuk Mengasah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Seminar Nasional Pendidikan Biologi,
2017, h. 5

14
evaluasi informasi (sains dan aspek
sosial)
Mengembangkan Peluang untuk Diskusi dan debat Evaluasi
kemampuan diskusi perbedaan
komunikasi pendapat
Penguasaan konsep Melibatkan Refleksi gagasan Meta-refleksi
sains aspek sains dan atau pendapat (metakognisi)
teknologi individual

c. Socioscientific Issues (SSI) Sebagai Model Pembelajaran


Secara epistemologi, pembelajaran berbasis SSI dapat disebut sebagai
model karena memiliki kerangka teoritis aplikasi yang dapat dijabarkan secara
praktis dalam implementasinya. Dalam hal ini, Levinson mengembangkan
kerangka teoritis model pembelajaran berbasis SSI yang didasarkan pada tiga
pondasi pemikiran, meliputi: unsur pertentangan gagasan atau argumen, jalinan
komunikasi, dan kemampuan mental-pikir yang digunakan untuk menentukan
keputusan34. Berikut adalah beberapa model yang dikembangkan oleh beberapa
peneliti dan praktisi pendidikan sains internasional35:

1. The Issue-oriented Model

Model ini dikembangkan melalui sebuah progam bernama The Science


Education for Understanding Progam (SEPUP), yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sains. Model berorientasi isu ini
dibangun oleh empat aktivitas yang berkelanjutan meliputi:

1) Menarik perhatian siswa dengan seperangkat isu di awal pembelajaran


untuk menentukan konteks pembelajaran dan persoalan inti dari isu yang
dikaji

34
Ibid., h. 4
35
Ibid., h. 5-7

15
2) Mengumpulkan dan mengolah (termasuk menilai) informasi atau data
ilmiah yang relevan melalui aktivitas , seperti investigasi, pemodelan,
atau membaca berbagai kajian atau hasil penelitian.
3) Mengelaborasi gagasan atau pengetahuan yang baru diperoleh dari hasil
pengolahan data atau informasi ilmiah pada isu atau persoalan.
4) melakukan interpretasi dan membuat keputusan berbasis data atau
informasi ilmiah.

2. Character and Values Development Approach

Model ini dikembangkan oleh Lee dkk melalui penelitian mereka yang
berorientasi pada pengembangan karakter dan nilai. Ada tiga prinsip yang
mendasari pengembangan model ini, yaitu: orientasi karakter dan nilai-nilai,
proses dialog dengan bentuk yang beragam, dan perspektif yang beragam, baik
personal, sosial atau global. Mendukung ketiga prinsip tersebut, ada lima langkah
utama (sintaks) untuk implementasi model ini, seperti berikut:

1) Untuk pengantar, guru menyajikan informasi ilmiah sebagai latar


belakang isu sosio-sains yang akan diuji
2) Memberi ilustrasi mengenai isu yang dikaji dan meminta siswa memberi
tanggapan atau perepsinya terhadap isu.
3) Penyajian cara pandang yang berbeda atas isu yang dikaji dan meminta
siswa menentukan pilihan cara pandangnya atau pendapatnya terhadap
isu, serta mencari informasi atau data yang relevan untuk mendukung
pendapatnya.
4) mengakomodasi siswa untuk melakukan refleksi aspek moral terhadap
isu.
5) Diskusi kelas untuk melakukan refleksi aspek moral terhadap isu yang
dikaji.

16
d. Karakteristik Socioscientific Issues (SSI)
SSI memiliki beberapa karakteristik antara lain36:
1. Memiliki dasar ilmu pengetahuan
2. Melibatkan pembuatan opini
3. Sering diberitakan di media
4. Berkaitan dengan informasi yang tidak lengkap karena kurangnya bukti
ilmiah
5. Mengarah pada dimensi lokas, nasional, dan global
6. Melibatkan nilai-nilai dan pertimbangan etis
7. Memerlukan pemahaman tentang berbagai kemungkinan dan risiko

e. Tahapan Socioscientific Issues (SSI)


Pembelajaran berkonteks SSI dapat dilakukan dengan tahapan berikut37:
1. Menyajikan isu dari sudut pandang pengetahuan sains (scientific background)
2. Melakukan evaluasi isu sosial sains yang disajikan (evaluaton of information)
3. Mengkaji dampak lokal, nasional, dan global (local, national, and global
dimension)
4. Membuat keputusan terkait isu sosial sains (decion making)

f. Peranan Socioscientific Issues (SSI)


Penerapan SSI dalam pembelajaran memiliki peranan penting yaitu38:
1. Menjadikan pembelajaran sains lebih relevan bagi kehidupan siswa
2. Sarana yang mengarahkan hasil belajar seperti apresiasi terhadap hakikat
sains
3. Meningkatkan kemampuan argumentasi
4. Meningkatkan kemampuan mengevaluasi informasi ilmiah
5. Aspek penting dalam literasi sains

36
Ratcliffe, M, The Place of Socio-scientific Issues in citizenship Education, Human
Right and Citizenship Education, 2009, pp 7
37
Ika Budi Yuliastini, Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, POGIL Berkonteks Socio
Scientific Issues (SSI) dan Literasi Sains Siswa SMK, Prosidium Semnas Pend. IPA Pascasarjana
UM, Vol 1, 2016. h. 606
38
Ibid., h. 606

17
g. Manfaat Socioscientific Issues (SSI)
Pembelajaran SSI mempunyai beberapa manfaat yaitu39:
1. Menumbuhkan kesadaran atau melek sains pada peserta didik sehingga dapat
menerapkan pengetahuan sains berbasis bukti dalam kehidupan sehari-hari.
2. Terbentuknya kesadaran sosial dimana peserta didik dapat melakukan refleksi
mengenai hasil penalaran mereka.
3. Mendorong kemampuan argumentasi dalam proses berpikir dan bernalar
ilmiah terhadap suatu fenomena yang ada di masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis yang meliputi menganalisis,
membuat kesimpulan, memberikan penjelasan, mengevaluasi,
menginterpretasi, dan melakukan self-regulation.

3. Keterampilan Argumentasi pada Socioscientific Issues (SSI)


Keterampilan argumentasi berperan dalam penentuan pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan permasalahan atau Socioscientific Issues (SSI)
yang terjadi di masyarakat, karena argumentasi memberikan pondasi untuk
pembuat keputusan, membantu pembuat keputusan untuk memilih pilihan
keputusan yang terbaik dari seluruh alternatif keputusan yang ada untuk
memecahkan masalah, dan membuat keputusan secara sadar dan memerhatikan
konsekuensi dari keputusan yang dibuatnya40.

Adapun contoh argumentasi dalam sosioscientific issues (SSI) adalah


sebagai berikut:
Argumentasi pada Topik Nuklir41 :

39
Astrid Riauda Putriana, Evi Suryawati, dkk, Pengembangan LKPD Berbasis Socio
Scientific Issues (SSI) Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII, Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, 2020, h. 81
40
Alfi Lailatul Qodriyah, Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik Pada Diskusi Isu-
Isu Sosiosaintifik, (Jakarta, Skripsi Pendidikan Biologi: 2018) h. 16
41
Bahadir Namdar dan Ji Shen, Intersection Argumentation and The Use of Multiple
Representation in The Context of Sosioscientific Issues. International Journal of Science Education,
2016. Vol. 38, No. 7.

18
19
Argumentasi pada Topik Pemanasan Global42:

4. Metode Penelitian Kepustakaan


Hampir semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun
orang sering membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset
lapangan (fiel research), keduanya tetap memerlukan penelurusan
pustaka. Perbedaaannya yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi atau
kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian itu. Dalam riset
lapangan, penelurusan pustaka terutama dimaksudkan sebagai langkah awal untuk
menyiapkan kerangka penelitian (research design) atau proposal guna
memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis atau
mempertajam metodologi. Sedangkan dalam riset pustaka, penelusuran pustaka
lebih daripada sekedar melayani fungsi-fungsi yang disebutkan di atas. Riset
pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-
bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan43.
Idealnya, sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka
dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun begitu

42
Rola Khishfe, Fahad S, Alshaya, dkk. Students’ Understandings of Nature Science and
Their Arguments in The Context of Four Sosioscientific Issues, International Journal of Science
Education., 2017.
43
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008), Cet. 1, h. 1-2.

20
sejumlah ilmuwan (dari berbagai bidang disiplin), terutama dari kelompok kajian
sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran dan biologi, tidak
selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan. Adakalanya mereka
membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Setidaknya ada tiga alasan44.
Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat
penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset
lapangan. Studi sejarah umumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarah sensus,
sejarah pemikiran atau sejarah ekonomi, tidak bisa lain, kecuali dengan
mengandalkan riset pustaka. Namun begitu, sejumlah disiplin tertentu seperti
studi Islam atau sastra adakalanya juga berurusan dengan riset pustaka45.
Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu
studi pendahuluan (prelimanry reserach) untuk memahami lebih dalam gejala
baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli
kedokteran atau biologi misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk
mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau bakteri penyakit yang belum dikenal
baru-baru ini seperti “sindrom virus pernapasan akut” (severe acute respiratory
syndrom – SARS). Ilmuwan sosial terpaksa mempelajari apa itu nagari di saat
demam “kembali ke nagari” meramaikan wacana otonomi khas Sumetera Barat.
Pakar agama tergugah untuk membuka kembali literatur untuk mencari jawaban
yang lebih tegas tentang apa sikap Islam terhadap perang dan damai di saat
berkecamuknya Perang Irak dewasa ini. Para pakar Islam juga terdorong
mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu
pada saat maraknya aliran-aliran Islam “sempalan” dewasa ini46.
Alasan ketiga adalah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan
penelitiannya. Perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk
riset ilmiah. Lagi pula, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang,
baik berupa laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku- buku yang
tersimpan di perpustakaan tetap dapat dipergunakan oleh periset kepustakaan.

44
Ibid., h. 2.
45
Ibid., h. 2.
46
Ibid., h. 2-3.

21
Dalam kasus tertentu data lapangan diperkirakan tidak cukup signofikanuntuk
menjawab pertanyaan penelitian yang akan dilakukan47.
Akhirnya riset pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan
mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak
orang selama ini. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga
disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian48.

a. Empat Ciri Utama Studi Kepustakaan


Ada empat ciri utama penelitian kepustakaan . Keempat ciri tersebut akan
mempengaruhi sifat dan cara kerja penelitian49.
Ciri pertama ialah bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash)
atau dtaa angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi-
mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Teks
memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik
teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam studi filologi, sedang
ilmu sejarah mengenal ‘metode kritik sumber’ sebagai metode dasarnya.
Demikian pula studi ilmu ilmu hadits juga memiliki semacam metode kritik teks
yang khas sebagaimana yang biasa dipelajari dalam telaah mustalah hadis. Jadi
perpustakaan adalah laboratoriumpeneliti kepustakaan dan karena itu teknik
membaca teks (buku atau artikel dan dokumen) menjadi bagian yang fundamental
dalam penelitian kepustakaan.
Ciri yang kedua, data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready made). Artinya
peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan
bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat belajar bersepeda,
orang tak perlu membaca buku atau artikel tentang bagaimana teori naik sepeda,
begitu pula halnya dengan riset pustaka. Untuk mengetahui riset pustaka, orang
tak perlu menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya cara untuk belajar

47
Ibid., h. 3.
48
Ibid., h. 3.
49
Ibid., h. 4-5

22
menggunakan perpustakaan dengan tepat ialah langsung saja menggunakannya.
Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan,
tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan
penelitian atau untuk kepentingan membuat makalah.
Ciri yang ketiga ialah bahwa data pustaka umumnya adalah sumber
sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan
bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Sumber pustaka aedikit
banyak mengandung bias (prasangka) atau titik pandangan orang yang
membuatnya. Misalnya, ketika seorang peneliti berharap menemukan data tertentu
dalam sebuah monograf nagari di sebuah perpustakaan, ia mungkin dapat
menemukan monografnya, tetapi tak selalu dapat menemukan informasi yang
diperlukan karena informasi yang tersedia dibuat sesuai dengan kepentingan
penyusunnya. Dengan begitu, peneliti hampir tidak selalu memiliki kontrol
terhadap bagaimana data itu dikumpulkan dan dikelompokkan menurut keperluan
semula. Namun demikian, data pustaka sampai tingkat tertentu, terutama dari
sudut metode sejarah juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia ditulis oleh tangan
pertama atau oleh pelaku sejarh itu sendiri.
Cara yang keempat adalah bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya
kapan pun ia datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia
sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka,
gambar, rekaman, tape atau film). Karena kepustakaan memerlukan pengetahuan
teknis yang memadai tentang sistem informasi dan teknik-teknis penelurusan data
pustaka secukupnya.

b. Alat Bantu Bibliografis


Perbagai macam jenis koleksi perpustakaan yang disebutkan di atas
diklasifikasikan, disimpan dan dipajang dalam sistem klasifikasi tertentu. Tetapi
apa pun sistem yang dipakai, calon peneliti sebaiknya mengenal beberapa koleksi

23
terpilih berikut ini, yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu
bibliografis50.

1. Buku-Buku Referensi (reference books)


Koleksi buku-buku yang memuat informasi spesifik dan paling umum
serta paling sering dirujuk untuk keperluan cepat. Biasanya tidak untuk dibaca
tamat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk kebutuhan mencari jawaban
tentang sesuatu secara singkat atau terfokus pada satu atau dua item tertentu.
Untuk lebih jelasnya, yang termasuk buku-buku referensi antara lain ialah51:

a. Kamus (kamus umum dan kamus khusus menurut disiplin tetentu)


b. Ensiklopedia (umum dan khusus)
c. Buku indeks: indeks buku, artikel dari jurnal atu majalah berkala
d. Buku bibliografi berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu.
e. Buku tahunan (year book) berisi laporan peristiwa atau data tiap tahun dari
pelbagai lembaga dan departemen.
f. Buku atlas atau tentang peta-peta, denah atau bagan.
g. Buku direktori berisi naman-nama dan alamat orang, organisasi dan macam-
macam lembaga. Adakalanya juga memuat informasi kegiatannya.
h. Buku Who’s Who atau Kamus Biografik
i. Koleksi khusus (special material) mencakup bahan cetak seperti naskah lama,
pamlet, kliping koran dan koleksi naskah juga karya non-cetak seperti hasil
rekaman audio, kaset, video, mikrofilm, mikrofis dan bahan elektronik seperti
disket, pita magnet dan kelongsong elektronik (catridge) dan sebagainya.

Semua koleksi ini biasanya tersimpan di ruang khusus yang disebut reference
room atau ruang referensi dan umumnya tidak untuk dipinjamkan kecuali dibaca
di tempat.

50
Ibid., h. 10
51
Ibid., h. 10-11

24
2. Bibliografi Buku-Buku Teks
Setiap bidang disiplin ilmu tertentu pastilah memiliki buku stadar di
bidangnya atau buku rujukan yang khusus mengenai aspek-aspek tertentu. Buku-
buku tentang studi Islam di Indonesia (termasuk sejarah dan ajarannya) dapat
dilihat mialny buku klasik karya Dr. G.F Pijper, studien over De Geschirdenis
van de zislam in Indonesia, 1900-195052.

3. Indeks Jurnal Ilmiah


Tulisan artikel dalam jurnal ilmiah adalah bahan yang amat esensial dalam
penelitian. Artikel ilmiah dalam jurnal biasanya menyajikan isu-isu, teori-teori
atau temuan-temuan terbaru tentang masalah-masalah tertentu di bidangnya.
Selain itu peneliti tentu juga dapat menemukan data terbaru dan penafsiran
kembali studi terdahulu. Setiap lembaga ilmiah (jurusan, fakultas, universitas,
institut) atau disiplin tertentu biasanya memiliki jurnal ilmiah sendiri-sendiri,
tetapi itu juga dapat ditemukan di lembaga riset independen atau dikelola oleh
badan tertentu seperti Prisma oleh LP3ES Jakarta, Bijdrage oleh KITLV
Belanda-Jakarta. LIPI juga mengeluarkan berbagai macam jurnal ilmiah antara
lain di bidang Ilmu Sosial seperti Masyarakat Indonesia53.

4. Indeks Buletin dan Majalah


Buletin, mirip dengan jurnal ilmiah, adalah terbitan berkala dari lembaga
tertentu yang umumnya memuat artikel ilmiah secara singkat. Bedanya hanyalah
jika jurnal ilmiag mengupas masalah atau isu-isu tertentu secara panjang lebar,
bahkan juga bisa ditemukan laporan penelitian. Buletin menginformasikan isu-isu
dan liputan atau laporan secara populer dan singkat. Selain itu, buletin biasanya
juga memuat informasi non-ilmiah yang tidak ditemukan dalam jurnal.
Sedangkan majalah sering dikelompokkan sebagai media massa. Artinya bacaan
umum mengenai berita, opini, atau artikel mengenail hal-hal yang perlu diketahui
orang banyak. Majalah seringkali juga diterbitkan menurut bidang tertentu
(politik, agama, wanita, komputer, flora dan fauna dan sebagainya. Penerbit

52
Ibid., h. 11.
53
Ibid., h. 12.

25
buletin atau majalah biasanya mengeluarkan indeks artikel yang pernah dimuat
dalam terbitan mereka54.

5. Indeks Surat Kabar/ Koran dan Tabloid


Surat kabar dan tablod biasanya mengkhususkan perhatiannya pada liputan
berita (news) dan opini tentang isu-isu akrtual. Tidak terdapat perbedaan prinsipil
antara surat kabar atau koran dan tabloid, keculai format dan siklus waktu
penerbitannya. Bila surat kabar biasanya terbit harian, tabloid terbit secara
berkala, mingguan, perdua mingguan atau perbulan. Sudah pasti informasi
mengenai data tertentu dapat ditemukan didalamnya. Indeks surat kabar dan
tabloid biasanya dapat dijumpai dalam koleksi perpustakaan55.
6. Indeks Dokumen
Perpustakaan besar yang standar biasanya juga menyimpan dokumen-
dokumen yang telah diterbitkan. Dokumen banyak macamnya. Ada dokumen
swasta atau pribadi. Laporan resmi pemerintah daerah Sumatera Barat dalam
Angka yang diterbitkan tiap tahun oleh Pemda (Bapeda) Sumatera Barat hanyalah
salah satu contohnya. Demikian juga lapora-laporan dari departemen tertentu
misalnya, laporan kesehatan, urusan haji dari Depag, laporan pendidikan, laporan
memori serah terima jabatan, pidato tahunan presiden, data sensus dan
seterusnya. Juga laporan-laporan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
seperti laporan dari Forum Peduli Sumatera Barat (FPSB) tentang dugaan korupsi
di DPRD Sumbar atau dokumen pendidikan yang dikeluarkan oleh lembaga
pendidikan swasta termasuk dokumen swasta56.
7. Indeks Manuskrip
Semua naskah-naskah yang belum diterbitkan, termasuk dokumen laporan
penelitian dan naskah-naskah kuno lokal atau copy atau transkip dari dokumen
sejarah lama. Perpustakaan perguruan tinggi biasanya juga menyimpan
manuskrip berupa karya kesarrjanaan berupa skripsi, tesis dan disertasi serta
laporan penelitian dosen sesuai dengan bidang atau jurusannya masing-masing.

54
Ibid., h. 13.
55
Ibid., h. 14.
56
Ibid., h. 15.

26
Naskah-naskah kuno atau dokumen-dokumen unik biasanya juga dapat
ditemukan dalam perpustakaan57.
8. Sumber-Sumber Lain
Perpustakaan besar yang standar biasanya juga menyimpan “kliping”
koran dan leaflet. Leaflet ialah semacam lembaran berita yang terdiri dari
selembar kertas yang dilipas memuat informasi singkat tentang lembaga, orang
dan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang mengeluarkannya. Leaflet
adakalanya juga memuat opini atau ulasan mengenai isu-isu tertentu sesuai
dengan interest lembaga yang bersangkutan. Leaflet bisa mengantarkan kita
kepada pelackan informasi tentang orang atau kegiatan yang mungkin relevan
untuk kepentingan penelitian selanjutnya58.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang
memiliki keterkaitan tentang analisis argumentasi dalam Socioscientific Issues
(SSI). Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Shu-sheng lin dan Joel J. Mintzes, pada
tahun 2010 yang berjudul “Learning Argumentation Skills Through Instruction
In Socioscientific Issues: The Effect Of Ability Level”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa berkemampuan tinggi secara signifikan lebih baik
daripada siswa berkemampuan rendah dalam menghasilkan argumentasi secara
lengkap. Sebagian besar siswa menguraikan argumentasi mereka dan lebih
banyak siswa berkemampuan tinggi menawarkan bantahan setelah instruksi.
Namun, siswa yang memiliki prestasi tinggi ini tidak sepenuhnya memahami arti
dari bukti dan seringkali menyalahgunakan warrant sebagai tambahan bukti
dalam menjelaskan argumentasinya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yanti Herlanti, pada tahun 2012 yang
berjudul “Kualitas Argumentasi Pada Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi
Melalui Weblog”. Hasil penelitian ini menunjukkan secara sosial partisipan
mampu mencapa argumentai level lima, adapun secara individual skor rata-rata

57
Ibid., h. 15.
58
Ibid., h. 16.

27
mencapai 3. Pengembangan kerangka ‘scaffolding’ diperlukan untuk
mempertahankan kualitas argumentasi secara sosial dan meningkatkan kualitas
argumetasi secara individual.
Penelitian senada juga dilakukan oleh Yanti Herlanti, pada tahun 2014
yang berjudul “Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu
Sosiosaintifik Konsumsi Enetically Modified Organism (GMO)”. Hasil
penelitian ini menunjukkan pencapaian berargumentasi mahasiswa biologi
berada pada level dua. Level dua bermakna para partisipan mampu
mengungkapkan klaim yang disertai alasan yang logis, namun belum dilandasi
oleh kekuatan bukti empiris ataupun ilmiah yang menyebabkan claim yang
dikemukakan tidak mudah disanggah dan merupakan claim yang kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh Deni fauzi Rahman, pada tahun 2018 yang
berjudul “Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan kualitas argumentasi dalam isu sosiosaintifik
siswa SMP masih rendah. Rendahnya kualitas argumentasi dikarenakan siswa
hanya mampu membuat claim dan rebuttal tetapi sulit membuat alasan (data,
warrant, dan backing). Kesulitan membuat alasan didasarkan kepada
pemahaman konsep siswa itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fildzah Amalia, Riandi, Ari Widodo,
dan Diana Rochintaniawati, pada tahun 2018 yang berjudul “Kompleksitas
Argumentasi Berbasis Isu Sosiosaintifik pada Jenjang SD, SMP, dan SMA”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan kompleksitas argumentasi semakin
menaik sesuai dengan tingkatan jenjang. Kompleksitas argumentasi siswa
dengan level tertinggi pada jenjang SD mencapai level 2-3; jenjang SMP dan
SMA mencapai level 3. Presentase level 3 semakin menaik dari jenjang SMP
menuju SMA. Sedangkan jika dilihat dari kategori level argumentasi yang
mendominasi, level 2 muncul sebagai kategori dominan pada jenjang SD, SMP,
dan SMA.

28
C. Kerangka Berpikir

Keterampilan Pendidikan Abad- 21

Berpikir kritis Memecahkan Kolaborasi Komunikasi


Masalah

Argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI)

Keterampilan Argumentasi belum diketahui

Studi Literatur

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Penelitian kajian literatur perlu dilakukan untuk mengetahui argumentasi dalam


Sosioscientific Issues (SSI) dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil
penelitian dianalisis berdasarkan komponen argumentasi Toulmin dengan kriteria
level. Level tersebut menunjukan tingkat kualitas argumentasi siswa. Siswa yang
diukur merupakan siswa pada jenjang SMA. Siswa pada jenjang ini sudah dapat
memberikan pandangan yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman
pribadinya. Sehingga SSI ini memberi kesempatan untuk siswa mengembangkan

29
kemampuan argumentasinya dengan banyaknya data yang selama ini siswa
tersebut dapatkan, dalam lingkup kelas maupun lingkungannya.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis penelitiannya adalah
pembelajaran yang menghadirkan socioscientific issues (SSI) akan melatihkan
keterampilan argumentasi siswa.

30
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Progam Studi Pendidikan Fisika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan unit hasil penelitian dalam bentuk jurnal internasional
maupun nasional. Waktu efektif pelaksanaan penelitian mulai dari bulan
Maret sampai dengan bulan Juli 2020.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah59. Penelitian kualitatif juga bisa didefinisikan
sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan
landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan60.
Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini bersifat
deskriptif-analitis dengan menggunakan teknik analisis kajian melalui studi
literatur. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi
tertentu yang bersifat faktual61, mengenai masalah yang akan diteliti.
Sedangkan analisis adalah mencari pandangan yang mendalam mengenai
penelitian62. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran dan analisis yang tajam
mengenai “Analisis Argumentasi dalam Socioscientific Issues (SSI).”

59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung, Alfabeta:
2017) h. 9
60
Rukin, Metode Penelitian Kualitatif, ( Sulawesi Selatan, Yayasan Amar Cendekia
Indonesia: 2019) h. 6
61
Sudarwan Danim, Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi, ( Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC: 2003) h. 52
62
Nia Ariyani, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis
Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi), (Jakarta, Skripsi: 2019). h. 18

31
C. Sumber Data
Sumber data pada penelitian studi literatur ini adalah literatur-literatur
yang berkaitan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Subandi,” sumber data
utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumentasi foto, rekaman karawitan/lagu dan karya
tulisan lain yang sejenis. Berkaitan dengan data, dapat dibagi jenis data-
datanya ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan
statistik63.
Sebagai penelitian studi literatur, maka sumber data yang digunakan
akan dipaparkan sebagai berikut:
Sumber sekunder adalah setiap publikasi yang ditulis oleh pengarang
yang bukan merupakan hasil pengamatan langsung dari peristiwa-peristiwa
yang dilukiskan. Yang merupakan sumber sekunder yaitu buku teks, review
dari jurnal dan indeks publikasi64. Dalam hal ini sumber data sekunder yang
digunakan adalah jurnal nasional yang juga relevan dengan pembahasan
skripsi ini, dengan rentang waktu 5 tahun terakhir. Terhitung dari tahun 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan data penelitian berupa artikel yang relevan atau berkaitan
dengan topik yang akan diteliti dalam situs jaringan internet. Data yang
dikumpulkan berupa data-data penelitian yang sesuai dengan variabel yang
dibutuhkan.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Analisis data juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengubah

63
Subandi, Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian Pertunjukkan,
Harmonia,Vol 11, 2, 2011, h. 176
64
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi, 2017: CV Jejak) h. 147

32
data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya dapat
dipergunakan untuk mengambil kesimpulan65.
Data analisis diperoleh dari kajian beberapa jurnal internasional dan
nasional. Dari data tersebut, terdapat gambaran yang sesuai dengan teori yang
ada atau malah sebaliknya.
Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah
1. Mencari Sumber data
2. Mengumpulan data
3. Menelaah data, mempelajari, dan membaca
4. Menyatukan data
5. Terakhir, menginterpretasi data66

Sebelum data diolah, penulis terlebih dahulu memahami secara cermat


teori argumentasi Toulmin (Toulmin’s Argument Pattern) dan level
argumentasi menurut Erduran. Hal ini dikarenakan teori argumentasi
Toulmin (Toulmin’s Argument Pattern) dan level argumentasi menurut
Erduran dapat memberikan gambaran komponen argumentasi dan level
argumentasi, yang dapat mempermudah analisis dan hasil temuan dalam
jurnal yang dikaji.
Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan dikerjakan dengan cara
membuat ringkasan dalam bentuk narasi. Kemudian menentukan batasan
yang lebih khusus tentang objek yang dikaji sesuai dengan variabel yang
dibahas.

65
Ade Ismayani, Metodologi Penelitian, (Aceh, Syiah Kuala University Press:) h. 77
66
Abdul Fattah Zulkarnain, Konsep Pendidikan Jiwa Penuntut Ilmu Perspektif Abdul
Wahhab Asy-Sya’rani dalam Kitab Al-Minah Al-Saniyah, (Jakarta, Skripsi: 2019) h. 28

33
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Artikel-artikel yang dianalisis berjumlah sepuluh buah yang terdiri dari 7
artikel internasional dan 3 artikel nasional pada jenjang SMA. Dari beberapa
artikel tersebut, penulis menganalisis data hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya. Setelah melakukan analisis terhadap artikel-artikel
tersebut, hasil penelitian kemudian dipaparkan dalam bentuk narasi. Dengan cara
setiap artikel yang dikaji dipaparkan apa adanya tanpa menyertakan data primer
atau tidak dalam pengamatan langsung.
Keterampilan argumentasi dapat dianalisis dengan menggunakan
komponen argumentasi Toulmin. Stephen E. Toulmin, seorang ahli filosofi,
menganjurkan suatu pendekatan untuk menganalisis argumen yang sangat berbeda
dengan pendekatan logika formal melalui hasil kerjanya pada tahun 1958 yaitu
“The Uses of Argument”. Struktur argumentasi menurut skema Toulmin (2003)
memiliki 6 tipe pernyataan dasar yang masing-masing memainkan peran yang
berbeda yaitu claim/conclusion, data, warrant, backing, modal qualifier, dan
rebuttal. Claim/conclusion (C) merupakan pernyataan yang diharapkan oleh
pemberi argumen dapat meyakinkan orang lain. Data (D) merupakan dasar dari
argumen, bukti yang relevan untuk klaim. Warrant (W) menjustifikasi hubungan
antara data dan kesimpulan (conclusion), sebagai contoh adalah menyatakan suatu
aturan, definisi, atau membuat analogi. Backing (B) yang menghadirkan bukti
lebih jauh yang mendukung warrant. Modal Qualifier (Q) mengkualifikasi
kesimpulan dengan mengekspresikan derajat keyakinan, dan Rebuttal (R) yang
berpotensi menolak kesimpulan dengan menyatakan kondisi dimana kesimpulan
tersebut tidak berlaku67.

67
Ulumul Ummah, Abdur Rahman As’ari dan I Made Sulandra, Struktur Argumentasi
Penalaran Konvariasional Siswa Kelas VIIIB MTsN 1 Kediri, Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, Vol. I, 2016, h. 4-5

34
Hasil dari analisis argumentasi yang disesuaikan dengan komponen
argumentasi Toulmin, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level. Level 1,
claim sederhana melawan claim lain yang bertentangan tanpa data pendukung.
Level 2, argumentasi terdiri dari claim dengan data, surat perintah atau dukungan,
tetapi tidak mengandung bantahan. Level 3, argumen terdiri dari serangkaian
claim atau kontra claim dengan data, surat perintah atau dukungan, dengan
bantahan lemah. Level 4, argumentasi terdiri dari claim dengan bantahan yang
dapat diidentifikasi dengan jelas. Argumen seperti itu mungkin memiliki beberapa
claim dan kontra-claim. Level 5, argumen terdiri dari argumen yang lebih dari
satu sanggahan68.

Tabel 4. 1 Data Hasil Analisis Artikel Internasional pada Jenjang SMA


(Sekolah Menengah Atas)

Topik yang
No Judul Artikel Wilayah Tahun Hasil Penelitian
dikaji
1 Investigating The Swedia 2016 Racun Dari setiap tema
Interwinement of lingkungan permasalahan,
Knowledge, Value, pada ikan siswa
and Experince of dari laut memberikan
Upper Secondary Baltik claim dan
Students’ keputusan yang
Argumentation berbeda.
Concerning keputusan
Socioscientific mereka berbeda
Issues tergantung pada
latar belakang
(Sci & Educ 25: pengetahuan,
1049-1071. DOI nilai-nilai, dan
10.1007/s11191- pengalaman
016-9859-x) mereka (yaitu,
beban
intelektual
mereka).

68
Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:
Developments in the Application of Toulmin’s Argumen Pattern for Studying Science Discourse,
Wiley InterScience, 2004, h. 928

35
2 Intersection of Amerika 2016 Nuklir Dengan
argumentation and Serikat pembelajaran
the use of multiple berbasis
representation in the Sociosceintific
context of Issues (SSI)
socioscientific dapat
issues. meningkatkan
pemahaman
(International journal konten sains dan
of science education, dapat
Vol. 38, No 7, 1100- menumbuhkan
1132) kemampuan
argumentasi
ilmiah siswa.
Siswa dapat
membuat claim
dan justifikasi
serta alasan
yang ilmiah.
3 Students’ Arab 2017 1. Kloning Hasil
understandings of Saudi Manusia menunjukkan
nature of science 2. Hujan bahwa
and their arguments Asam argumentasi
in the context of 3. Makanan siswa kelas 11
four socioscientific yangdi perempuan lebih
issues. mo- tinggi dari siswa
difikasi laki-laki dengan
(International secara 4 tema kloning
journal of science genetik manusia, Hujan
education, ISSN: 4. Global asam, makanan
0950=-0693 (print) warming yang di
1464-5289 modifikasi
(online)) secara genetik,
dan pemanasan
global. Siswa
mampu
membuat claim,
alasan bahkan
sampai tahap
bantahan pada

36
setiap tema.
Dengan
mengaitkan
pembelajaran
dengan
Socioscienrtific
Issues Ini dapat
meningkatkan
pemahaman
konten sains dan
argumentasi
siswa.
4 Developing Thailand 2019 Industri Dalam siklus
Students’ bahan bakar pertama dan
Argument Skills fosil dan kedua,
Using produk- mayoritas
Socioscientific produknya masing-masing
Issues in a memiliki
Learning Unit on pengembangan
the Fossil Fuel menengah. Jika
Industry and Its dilihat dari
Product. komponen
argumen, siswa
(Science Education berhasil dalam
International, membangun
Volume 29, Issue klaim, warrant,
3, 138-148) dan kontra
argumen (lebih
dari 95%),
sementara tidak
lebih dari 60%
dapat
memberikan
dukungan dan
bantahan
setelah setiap
siklus.
Socioscientific
Issues (SSI)
dalam kontek

37
pembelajaran
sains dapat
menjadi hal
yang menarik
siswa. Karena
sesuai dengan
kehidupan
sehari-hari
siswa.
5 Genetic in socio Jawa 2019 Genetika Siswa dapat
scientific issues: Barat memberikan
measuring rebuttal (Bandung) argumentasinya
abilities in sampai dengan
scientific level 5. Namun
argumentation. hanya sekitar
34,92% yang
(Journal of physics: dapat
Conference series, memberikan
1280 032002, 1-7) sanggahan pada
tema tertentu.
Dari jumlah
sampel 21 maka
yang hanya
mampu
memberikan
sanggahan
hanya 7 orang.
Sehingga SSI
mempunyai
peranan penting
dalam
pembelajaran
sains yaitu
mampu menjadi
stimulus siswa
agar terpancing
memberikan
claim, alasan,
dukungan, dan
sangahan

38
dengan konsep
sains yang telah
dipahami
6 Investigating the Yunani 2020 Bioteknologi Siswa kelompok
impact of the LRP (kelompok
duration of proyek
engagement in penelitian
socioscientific panjang) pada
issues in kelas 10
developing greek menghasilkan
students’Argument argumen yang
ation and informal lebih kuat
reasoning skill menggunakan
penalaran
(American journal informal
of education rasionalistik
research. Vol. 8, No. yaitu argumen
1, 16-23)
tingkat yang
lebih tinggi
didukung oleh
data ilmiah dan
pertimbangan
beragam dari
setiap masalah
pertanyaan,
dibandingkan
dengan
kelompok SRP
(kelompok
proyek
penelitian
pendek).
Keterampilan
argumentasi
siswa dapat
meningkat
dengan
membutuhkan
waktu yang
cukup lama.

39
Ditemukan juga
dengan
memasukkan
SSI dalam
pembelajaran
dapat membantu
guru untuk
meningkatkan
argumentasi
siswa di kelas.
7 Role-play activities Yunani 2020 Vaksinasi Meskipun
a framework for tingkat
developing argumentasi
argumentataion umum rendah
skills on biological yang diberikan
issues in secondary oleh siswa, ada
education. peningkatan
indikatif pada
(American journal tingkat
of education
argumentasi
research. Vol. 8, No.
1, 7-15) pertanyaan
nomor 3.
Peningkatan
tingkat
argumentasi
juga tercermin
dalam
kemampuan
siswa untuk
membangun
argumen yang
lebih kuat
selama kegiatan,
yang memiliki
interpretasi yang
menjanjikan.
Dapat
diidentifikasi
beberapa
argumen level 4

40
dan satu
argumen dengan
bantahan (level
5) dalam
argumen lisan
siswa.
Argumentasi
pada segi
bantahan
terdapat pada
argumentasi
lisan. Sehingga
dapat
disimpulkan
argumentasi
lisan lebih tinggi
dari pada
argumentasi
tertulis dan SSI
dengan
mengaitkan
pembelajaran
dengan SSI ini
meningkatkan
argumentasi
siswa kelas 10
yang
sebelumnya
hanya pada level
1 dan 2.

Tabel 4. 2 Data Hasil Analisis Artikel Nasional pada Jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas)

Topik
No Judul Artikel Wilayah Tahun yang Hasil Penelitian
dikaji
1 Strategi Socio Jawa 2019 Sistem (1)penerapan
Scientific Issues Barat Respirasi strategi Socio

41
untuk (Cirebon) Scientific Issues
Meningkatkan secara keseluruhan
Kemampuan dapat terlaksana
Argumentasi dengan sangat baik,
Ilmiah Siswa pada (2) Terdapat
Konsep Respirasi perbedaan
Di Kleas XI MIPA peningkatan
SMAN 1 kemampuan
Suranenggala. argumentasi ilmiah
siswa antara yang
(Jurnal Ilmu Alam, menggunakan
Volume 2, No 1, strategi
5-69. E-ISSN: pembelajaran Socio
2615-2665) Scientific Issues
dengan siswa yang
tidak menggunakan
strategi
pembelajaran Socio
Scientific Issues
pada pembelajaran
biologi. (3) Respon
siswa terhadap
penerapan strategi
pembelajaran Socio
Scientific Issues
menunjukan respon
setuju dari siswa
dan dapat
menghasilkan
respon yang positif
dari siswa.
Dengan strategi
Socio Scientific
Issues dapat
meningkatkan
argumentasi siswa
kelas 11 secara
signifikan.
2 Pengaruh Process Jawa 2019 Asam Pencapaian level
Oriented-Guided Timur Basa argumentasi siswa

42
Inquiry Learning (Malang) kelas POGIL
Berkonteks Isu berkonteks isu-isu
Sosiosaintifik sosiosaintifik lebih
Terhadap tinggi daripada kelas
Keterampilan POGIL dan
Berargumentasi konvensional yang
Siswa Sekolah dianalisis dengan
Menengah Atas. kerangka Osbosne.
Menerapkan
(Jurnal Inovasi pembelajaran yang
Pendidikan IPA, 5 memfasilitasi argu-
(2), 2019, 168-179. mentasi dengan
ISSN 2406-9205 empat kali
(print), ISSN pertemuan dapat
2477-4820 memfasilitasi
(online)) argumentasi siswa
sampai pada level 4.
3 Pengaruh POGIL Jawa 2019 Ikatan Terdapat perbedaan
Berkonteks Isu Timur Kimia keterampilan
Sosiosaintifik (Malang) berargumentasi
Terhadap Kualitas antara siswa yang
Keterampilan dibelajarkan dengan
Berargumentasi POGIL berkonteks
Siswa SMA pada SSI dengan siswa
Materi Ikatan yang dibelajarkan
Kimia dengan POGIL dan
konvensional.
Pembelajaran
POGIL berkonteks
SSI lebih efektif
dalam
(Jurnal Inovasi membelajarkan
Pendidikan IPA, 5 keterampilan
(1), 2019, 31-44. berargumentasi
ISSN 2406-9205 siswa dibandingkan
(print), ISSN dua kelas lainnya
2477-4820 (online) berdasarkan nilai
rata-rata kualitas
argumentasi.
Tingginya kualitas

43
argumentasi pada
kelas POGIL
berkonteks SSI
didukung dengan
data kualitatif
argumentasi
sosiosaintifik siswa
selama proses
pembelajaran
dimana kualitas
argu-mentasi
sosiosaintifik
mencapai level 4
pada topik SSI.
Proses argumenasi
sosio-sainifik
melalui topik SSI
yang diberikan
mampu
memfasilitasi
keterampilan
berargumentasi
sosiosaintifik siswa
pada level yang
tinggi.

B. Pembahasan
Tuntutan zaman semakin kompleks sehingga dibutuhkan kompetensi-
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu kompetensi Abad 21.
Kompetesi Abad 21 ini meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, kemampuan
berkomunikasi, dan berkolaborasi. Salah satu kompetensi Abad 21 adalah
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini bisa diperoleh dengan
mengasah kemampuan argumentasinya69.
Argumentasi adalah aktivitas penting yang melekat dalam proses
eksplorasi ilmiah. Dalam pendidikan sains, argumentasi mewakili kemampuan

69
Ursula Wingate, “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing is
About, Journal of English for Academic Purpose, 11, 2012, h. 153

44
memilih solusi optimal dari beberapa alternatif yang ada berdasarkan bukti
terhadap masalah yang tidak terstruktur, kontroversial, dan dapat diperdebatkan.
Pembelajaran sains yang efektif tidak hanya membutuhkan keterlibatan siswa
aktif dalam hal penyelidikan ilmiah, tetapi juga pengembangan praktik diskursif
yang memungkinkan siswa untuk menerapkan pemahaman sains mereka pada
pengambilan keputusan dan terlibat dalam diskusi publik terkait isu-isu yang
berkaitan dengan sains. Praktek diskursif ini meliputi evaluasi bukti, menilai
validitas klaim serta menentangnya merupakan bagian dari argumentasi ilmiah70.
Oleh karena itu, argumentasi mempunyai peranan penting dalam pembelajaran
sains.
Data mengenai hasil penelitian argumentasi dalam pembelajaran sains
masih belum melimpah. Sedangkan pada abad 21 ini perlu adanya penelitian
untuk mengkaji argumentasi dalam pembelajaran sains. Sehingga diharapkan
kajian literatur ini dapat menjadi acuan dan menguatkan penelitian sebelumnya.
Guna memberikan gambaran agar melakukan penelitian lanjutan mengenai
argumentasi.
Atas dasar tersebut, penelitian studi literatur mengenai argumentasi dalam
Sosioscientific Issues (SSI) dilakukan untuk menganalisis kemampuan
argumentasi pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Hasil Analisis Argumentasi Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)


1. Investigating The Intertwinement of Knowledge, Value, and Experince
of Upper Secondary Students’ Argumentation Concerning Socioscientific
Issues
Keterampilan argumentasi siswa SMA di Swedia pada kelas 12, dengan
sampel tujuh siswa yang terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan. Sampel tersebut
diambil dengan latar belakang akademis yang kuat. Hasil analisis dari artikel
tersebut pada tema “masalah racun lingkungan pada ikan dari Laut Baltik”
menunjukkan bahwa kelayakan menggunakan masalah sosial yang kompleks

70
Astrid Kinantya Paramita, I Wayan Dasna, dan Yahmin, Kajian Pustaka: Integrasi
STEM untuk Keterampilan Argumentasi dalam Pembelajaran Sains, Jurnal Pembelajaran Kimia,
2019, h. 94

45
dalam pengajaran sains, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kesadaran mereka tentang beragam aspek dan keterampilan yang terlibat dalam
menyelesaikan SSI melalui model pengajaran multi-disiplin. Desain latihan SSI
multidisiplin jelas membantu perancah diskusi SSI siswa dan keterampilan
evaluasi siswa diinduksi dan didemonstrasikan dalam argumen SSI individu akhir
mereka. Menggunakan SSI tentu membuka pelajaran sains untuk argumentasi
dan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang non-ilmiah. Yang
terpenting, nilai berperan dalam argumentasi SSI yang sangat berbeda dengan
yang biasanya ditemui di kelas sains.
Diskusi dalam kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Setiap
anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap isu yang diberikan. Hasil
analisis artikel tersebut menunjukkan dari setiap tema permasalahan, siswa
memberikan Claim dan keputusan yang berbeda. keputusan mereka berbeda
tergantung pada latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka
(yaitu, beban intelektual mereka). Artikel tersebut juga menjelaskan bahwa siswa
perempuan lebih memiliki argumentasi yang kuat daripada siswa laki-laki, dalam
menjelaskan risiko kesehatan pada isu yang disajikan.

46
Dibawah ini Contoh Argumentasi siswa dari Artikel

Gambar 4. 1 Contoh Argumentasi Siswa

2. Intersection of argumentation and the use of multiple representation in


the context of socioscientific issues.
Kemampuan Argumentasi siswa SMA di Amerika Serikat, dengan sampel
20 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, hasil analisis
dari artikel tersebut pada topik energi nuklir menunjukkan bahwa siswa
mengorganisir pengetahuan mereka tentang energi nuklir dengan mencari,
menyortir, mengelompokkan informasi melalui penggunaan mode
representasional ini dan berdebat tentang masalah energi nuklir. Ditemukan
bahwa penggunaan banyak representasi dan argumentasi berinteraksi satu sama
lain dengan cara yang kompleks. Hasil analisis Artikel juga menjelaskan
pembelajaran berkonteks Sociosceintific Issues (SSI) dapat meningkatkan

47
pemahaman konten sains dan dapat menumbuhkan kemampuan argumentasi
ilmiah siswa. Siswa dapat membuat claim dan justifikasi serta alasan yang ilmiah.
Dijelaskan juga penggunaan representasi mempengaruhi persimpangan dalam
argumentasi siswa meskipun tidak secara signifikan. Namun, representasi tersebut
dapat menjadi stimulus siswa untuk memberikan argumen sesuai kehidupan
sehari-harinya.

Transkrip Argumentasi Siswa dari Artikel

Gambar 4. 2 Transkip Argumentasi Siswa

Gambar diatas menunjukkan bahwa siswa memberikan pendapat yang berupa


dukungan yaitu berdasarkan proses fisi nuklir, pembangunan listrik tenaga nuklir
merupakan sumber energi pembakaran yang bersih.

3. Students’ understandings of nature of science and their arguments in the


context of four socioscientific issues.
Hasil analisis dari artikel dengan sampel 74 siswa kelas 11 di enam
sekolah di Arab Saudi menunjukkan bahwa argumentasi siswa kelas 11
perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki dengan 4 tema yaitu kloning manusia,
Hujan asam, makanan yang di modifikasi secara genetik, dan pemanasan global.
Siswa mampu membuat claim, alasan bahkan sampai tahap bantahan pada setiap
tema. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan Socioscientific Issues Ini dapat
meningkatkan pemahaman konten sains dan argumentasi siswa. Adapun hasil
penelitian berdasarkan masing-masing tema akan dijelaskan sebagai berikut:
Hasil analisis artikel pada topik kloning manusia menunjukkan bahwa
empat puluh satu persen siswa perempuan membuat argumen berdasarkan
informasi dan 25% membuat argumen bantahan dan 23% membuat bantahan

48
sebagai tanggapan terhadap skenario tentang kloning manusia. Ada
beberapa pandangan berbeda dari partisipan terhadap masalah kloning
manusia. Sekelompok siswa menyetujui masalah kloning manusia
sedangkan sekelompok lain menentang masalah kloning manusia karena
beberapa alasan. Sebagai contoh, seorang peserta mendukung kloning
manusia dan argumennya melibatkan pembenaran yang sah serta didukung
lebih dari satu alasan sebagai pengganti organ yang rusak. Dibawah ini
contoh sanggahan siswa pada topik kloning manusia.

Gambar 4. 3 Contoh Sanggahan Siswa

Sekelompok siswa yang lain menentang kloning manusia dengan memberikan


argumen berdasarkan sudut pandang moral dan agama. Siswa tersebut juga
membahas pengaruh pada masyarakat, keluarga, negara, dan agama.

Gambar 4. 4 Argumentasi Siswa pada Topik Kloning

Persentase argumentasi siswa laki-laki pada topik kloning manusia berdasarkan


informasi adalah 19% dan 2% berargumen tanpa informasi, dan 5% membuat
bantahan. Sebagai contoh, salah satu peserta laki-laki yang menentang
kloning mengajukan pembenaran yang didukung oleh beberapa alasan. Dia
menyatakan bahwa kloning tidak sesuai secara moral dan agama karena

49
menyebabkan kerusakan pada masyarakat dan lingkungan dan
meningkatkan jumlah kejahatan dan perang karena replikasi tentara. Dia
juga menjelaskan bahwa orang akan membedakan antara kloning dan
manusia asli.
Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan 55% dari siswa perempuan
dan laki-laki membuat argumen dengan justifikasi yang valid didukung oleh
satu alasan seperti yang diilustrasikan dalam kutipan berikut:

Gambar 4. 5 Alasan Siswa dalam Berargumentasi

Hasil analisis pada topik hujan asam menunjukkan 26% dari peserta
perempuan mempertimbangkan perspektif lain untuk menghasilkan argumen
yang lebih maju. Argumentasi tersebut memiliki justifikasi yang sah didukung
lebih dari satu alasan. Contoh; siswa menjelaskan bahwa para ilmuwan
mungkin menghasilkan kesimpulan yang berbeda yang berkaitan dengan
hujan asam karena latar belakang dan perspektif yang berbeda. Dengan
demikian para ilmuwan memiliki pandangan informasi secara subjektif dari
sifat sains.

Gambar 4. 6 Sanggahan atau Bantahan Siswa

Siswa yang sama ini menghasilkan bantahan yang dikembangkan yang


memiliki justifikasi yang valid didukung oleh lebih dari satu alasan:

50
Gambar 4. 7 Bantahan Siswa dengan Alasan lebih dari satu

Argumentasi pada topik makanan yang dimodifikasi secara genetik


menunjukkan 50 siswa perempuan menjawab kuesioner. Lima puluh sembilan
persen (59%) dari siswa ini meminta lebih banyak latihan untuk memperkuat
aspek bukti dari argumen yang dibuatnya (aspek empiris dari sifat sains).
Dibawah ini argumentasi siswa pasa aspek bukti:

Gambar 4. 8 Argumentasi Siswa pada Aspek Bukti

Dan 41% peserta laki-laki lebih memilih banyak informasi, penelitian dan
eksperimen mengenai beras yang dimodifikasi secara genetik. Dibawah ini
contoh argumentasi siswa laki-laki:

Gambar 4. 9 Argumentasi Siswa Laki-laki dengan Banyak Informasi

Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa argumentasi siswa


perempuan dan laki-laki, pada topik pemanasan global memiliki persepsi
argumentasi yang berbeda. Lima puluh peserta perempuan menyelesaikan
skenario pemanasan global, 43 di antaranya mendukung komitmen negara
mereka terhadap peraturan Kyoto tentang perubahan iklim, 5 siswa menolak
komitmen, dan 2 siswa tidak yakin. Dua puluh empat peserta pria
menjawab skenario tentang pemanasan global. Seperempat peserta

51
menganggap topik pemanasan global sebagai fenomena alam. Sehingga
mayoritas siswa percaya bahwa pemanasan global adalah masalah
berbahaya, dan diperlukan intervensi untuk menyelesaikannya. Tujuh puluh
dua persen dari peserta menyetujui peraturan tentang pemanasan global.
Mayoritas peserta (63%) menyetujui peraturan untuk melestarikan alam
secara lokal dan global.
4. Developing Students’ Argument Skills Using Socioscientific Issues in a
Learning Unit on the Fossil Fuel Industry and Its Product
Keterampilan argumentasi pada artikel ini berfokus pada lima komponen
yaitu; klaim, alasan, dukungan, kontra argumen, dan bantahan. Sampel yang
digunakan adalah 46 siswa Thailand di Kelas 12 (siswa berusia sekitar 17 tahun)
yang mempelajari kimia minyak bumi pada semester pertama dan mengambil
kursus kimia. Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa dalam
siklus pertama dan kedua, mayoritas masing-masing memiliki pengembangan
menengah. Jika dilihat dari komponen argumen, siswa berhasil dalam
membangun klaim, warrant, dan kontra argumen (lebih dari 95%), sementara
tidak lebih dari 60% dapat memberikan dukungan dan bantahan setelah setiap
siklus.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan
argumentasi siswa lebih tinggi dari pada siklus kedua. Komponen argumentasi
pada siklus pertama aspek claim persentase nilai soal pretestnya 100 dari rentang
nilai 0-100. Persentase nilai soal posttestnya 100 dari rentang 0-100. Aspek
warrant persentase nilai soal pretestnya 93 dari rentang 0-100. Persentase nilai
soal posttestnya 98. Aspek backing persentase nilai pretestnya 12 dari rentang 0-
100 sedangkan persentase nilai posttestnya 28. Aspek counter argument
persentase nilai pretest dan protest 95 dari rentang 0-100. Aspek rebuttal
persentase nilai pretestnya 7 sedangkan nilai posttestnya 44. Komponen
argumentasi pada siklus kedua aspek claim persentase nilai pretest dan
posttestnya sama yaitu 100 dari rentang 0-100. Aspek warrant persentase nilai
pretesnya 90 sedangkan posttestnya 98 dari rentang 0-100. Aspek backing
persentase nilai pretesnya 46 dan posttestnya 55. Aspek counter argument

52
persenrtase nilai pretesnya 98 sedangkan posttesnya 100. Aspek rebuttal
persentase nilai pretesnya 24 dan posttestnya 34 dari rentang 0-100. Berdasarkan
hasil tersebut siswa telah mampu meningkatkan keterampilan argumentasinya.

dibawah ini lima instrumen soal keterampilan argumentasi

Gambar 4. 10 Instrumen Soal Keterampilan Argumentasi

5. Genetic in socio scientific issues: measuring rebuttal abilities in scientific


argumentation.
Keterampilan argumentasi pada 21 siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
yang terdiri dari 11 siswa kelas XI dan sepuluh siswa kelas X di sebuah sekolah
menengah di Jawa Barat Indonesia, Hasil analisis dari artikel pada topik genetik
menunjukkan bahwa 34,92% siswa memberikan bantahan, dengan 14,29% dari
mereka memberikan dukungan konseptual yang relevan dengan genetika,
sedangkan 47,62% siswa lain memberikan dukungan konseptual Biologi umum,
14,29% siswa memberikan kesalahpahaman genetika, dan 23,81% menggunakan
konsep yang tidak relevan. Ini menunjukkan bahwa penting untuk melakukan
pembelajaran yang mendukung pertumbuhan kemampuan bantahan dalam proses
pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kritis siswa menjadi lebih baik,
terutama dalam memahami konsep genetik di sekolah dan kehidupan sosial. Hasil

53
penelitian ini diperoleh tiga aspek, yang pertama adalah tentang komposisi
argumen yang dibangun oleh siswa. Yang kedua adalah tentang kedalaman
bantahan yang disampaikan oleh siswa. Yang ketiga adalah menganalisis data
atau konsep genetik yang digunakan oleh siswa untuk mendukung dan
memperkuat bantahan yang diajukan.
Hasil analisis pada aspek pertama adalah tentang komposisi argumen
yang dibangun oleh siswa. Komposisi argumen yang dibangun siswa pada
umumnya sesuai dengan komponen argumentasi Toulmin meliputi klaim, alasan,
dukungan, penjamin, sanggahan/bantahan, dan tuntutan balasan (counterclaim).
Dari 21 sampel penelitian, diperoleh 100% klaim yang muncul. Berarti semua
siswa mampu membuat klaim dari masalah yang disajikan. 92,06% pada aspek
alasan, menunjukkan bahwa mayoritas siswa sudah mampu membuat alasan dari
klaim yang dibuatnya. Aspek dukungan pada 31,75%, berarti hanya beberapa
siswa yang mampu memberikan dukungan dari klaim maupun alasan yang
dibuatnya. Kemudian 58,92% pada aspek penjamin, berarti setenag dari sampel
penelitian sudah mampu membuat penjamin dari klaim, alasan, maupun
dukungan yang dibuatnya. Di peroleh 34,92% pada aspek sanggahan/bantahan,
menunjukkan bahwa sekitar tujuh siswa yang mampu memberikan
sanggahan/bantahan. Dari total sampel dalam penelitian, persentase tersebut
termasuk kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan tidak banyak siswa yang
mampu memberikan sanggahan/bantahan dari pernyataan siswa yang lain.
Terakhir pada aspek tuntutan balasan (Counterclaim) pada persentase 41,27%,
hal ini menunjukkan hampir setengahnya siswa sudah mampu memberikan
balasan dari sanggahan/bantahan siswa dari diskusi permasalahan sosiosceintific
issues.
Hasil analisis yang kedua adalah tentang kedalaman bantahan yang
disampaikan oleh siswa. Berdasarkan data dari penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 21 siswa hanya 7 siswa yang mampu memberikan bantahan dari
diskusi yang dilakukan di kelas. Aspek bantahan termasuk kategori rendah,
namun sudah memberikan gambaran bahwa siswa sudah mampu memberikan
bantahan dari persoalan yang diajukan dalam diskusi. Aspek bantahan yang

54
terlihat adalah menyerang bantahan atau klaim atas wacana; menunjukkan
kesalahan dalam klaim, alasan, surat perintah, dan / atau kesimpulan dari
pendapat yang diungkapkan dalam wacana; dan memberikan data tambahan
untuk mendukung bantahan yang telah diajukan.
Hasil analisis yang ketiga adalah menganalisis data atau konsep genetik
yang digunakan oleh siswa untuk mendukung dan memperkuat bantahan yang
diajukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wacana tentang avian
influenza dengan penekanan pada konsep replikasi virus yang melibatkan DNA
dan RNA, hanya sampai 6 sampai 8 siswa yang memasukkan data dukungan
untuk memperkuat bantahan mereka. Distribusi data yang mendukung tidak ada
yang menggunakan genetika data konseptual; bahkan ada dua konsep data yang
salah. Lebih banyak data diekspresikan dalam bentuk pengetahuan biologis
tentang virus secara umum. Ini berarti bahwa siswa belum dapat mengaitkan atau
tidak memiliki pengetahuan di bidang genetika untuk digunakan dalam
mendukung sanggahan yang ia usulkan. Data selanjutnya menunjukkan bahawa
konsep genetika sudah cukup baik untuk muncul dalam wacana tentang silsilah
pada kasus Raja Mesir Tutankhamun. Dari 21 sampel penelitian hanya terdapat 7
siswa yang menyebutkan bantahan dan hanya 4 siswa yang memasukkan data.
Kemudian 2 siswa diantaranya memberikan data menggunakan konsep genetik.
Satu siswa lain memberikan dukungan data yang tidak relevan dan satu siswa
memberikan data dalam bentuk pengetahun biologi. Data terakhir menunjukkan
14,29% menggunakan konsep genetika, 14,29 menyeduakan data dengan konsep
biologi yang salah, dan 85,71% data dengan konsep pengetahuan biologi umum.

6. Investigating the impact of the duration of engagement in socioscientific


issues in developing greek students’Argumentation and informal
reasoning skill.
Keterampilan argumentasi 36 siswa kelas 10 disalah satu SMA Negeri di
Yunani. Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang
menghadiri kursus selama 2 Jam setiap minggu selama dua puluh minggu
(kelompok proyek penelitian panjang) yang berjumlah 20 siswa. Kelompok

55
kedua, kelompok yang menghadiri kursus selama 3 jam setiap minggu selama 13
minggu (kelompok proyek penelitian pendek) yang berjumlah 16 siswa. Topik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bioteknologi. Siswa mengisi
kuesioner yang berjumlah delapan pertanyaan terbuka tentang bioteknologi. Siswa
diminta untuk memberikan argumennya, kemudian argumen tersebut dinilai
menggunakan model Toulmin. Hasil analisis artikel tersebut menunjukkan bahwa
siswa pada kelompok proyek penelitian lebih lama memeiliki tingkat argumentasi
yang lebih tinggi daripada siswa dalam kelompok proyek penelitian pendek.
Argumentasi siswa kelompok proyek penelitian pendek diklasifikasikan sebagai
argumen level dan 1 dan 2. Artinya jika argumentasi siswa yang diberikan
berdasarkan unsur-unsur ilmiah, argumentasi tersebut hanya menempati tingkat
argumentasi 1 dan 2. Sebab ungkapan argumentasi siswa tersebut belum
memenuhi kriteria level 3, 4, atau 5. Sehingga keterampilan argumentasi pada
kelompok proyek penelitian pendek perlu ditingkatkan. Sedangkan argumentasi
kelompok pyoyek penelitian panjang dapat mencapai level 4 sampai 5. Hal ini
didukung oleh pembelajaran di kursus yang melibatkan sosioscientific issues dan
durasi waktu yang cukup lama. Sehingga siswa lebih terlatih dalam
mengemukakan argumen dan pengetahuan yang diperoleh lebih matang

Gambar 4. 11Intrumen Soal Kemampuan Argumentasi

56
Tanggapan siswa sesuai tingkat argumen:

Gambar 4. 12 Klasifikasi Argumentasi Siswa sesuai Tingkatan

7. Role-play activities a framework for developing argumentataion skills


on biological issues in secondary education.
Keterampilan argumentasi siswa SMA Negeri Yunani kelas 10 dengan
sampel penelitian terdiri dari 10 siswa laki-lai dan 12 siswa perempuan. Namun,
karena empat laki-laki dan satu perempuan tidak hadir di salah satu pelajaran,
maka jawaban mereka tidak diperhitungkan dalam hasil akhir. Sehingga total
keseluruhan sampel menjadi 17. Mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya
dalam berargumentasi, karena mereka tidak pernah diajarkan metode
mengembangkan argumen. Argumen siswa yang didapat dianalisis baik secara
kuantitatif sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) permainan peran, dan secara
kualitatif selama dan setelah kegiatan. Untuk evaluasi kuantitatif argumen, alat
penelitian (kuesioner) yang terdiri dari lima pertanyaan terbuka dibuat
(Lampiran), dan struktur argumen dianalisis sesuai dengan model argumentasi
Toulmin.
Hasil analisis dari artikel pada topik vaksinisasi menunjukkan bahwa
mayoritas siswa hanya mampu memberikan argumen sampai level 2. Level
argumentasi termasuk kategori rendah. Namun, terdapat sedikit siswa yang

57
mampu memberikan argumentasi sampai level 4. Dari data yang diperoleh, tidak
ada siswa yang memberikan argumen sesuai kriteria level 5. Level 4 dan 5 ini
masuk kategori argumentasi lisan.
Hasil data menunjukkan bahwa beberapa siswa (8%) berhasil
meningkatkan level argumentasi mereka dari level 2 ke level 3 setelah permainan
peran. Ini sangat menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam argumen siswa,
karena beberapa membangun opini yang lebih kompleks. Ada juga peningkatan
2% dalam argumen Level 1. Perbedaan ini tidak boleh diartikan sebagai
penurunan tingkat argumentasi siswa setelah bermain peran, tetapi mungkin dapat
terjadi karena faktor-faktor lain seperti kelelahan siswa pada hari terakhir, atau
berkurangnya motivasi mereka untuk mengembangkan argumen yang sebelumnya
mereka nyatakan dalam baik bentuk tertulis maupun lisan selama permainan
peran. Di sisi lain, penurunan tingkat argumentasi yang diamati dalam pertanyaan
2 tidak signifikan secara statistik, dan ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa
siswa tidak termotivasi untuk membangun argumen yang lebih kompleks setelah
permainan peran. Karena mungkin tidak terjadi bahwa tingkat argumentasi siswa
mengalami penurunan setelah keterlibatan mereka dalam permainan peran,
penurunan skor pada pertanyaan 2 mungkin disebabkan oleh penurunan motivasi
siswa untuk berdebat dua kali untuk pertanyaan yang sama. Bahkan, beberapa
siswa telah mengeluh selama penyelesaian alat penelitian, menyatakan bahwa
mereka tidak berubah pikiran.

Deskripsi level argumentasi Toulmin

Gambar 4. 13 Level Argumentasi Toulmin

58
8. Strategi Socio Scientific Issues untuk Meningkatkan Kemampuan
Argumentasi Ilmiah Siswa pada Konsep Respirasi Di Kelas XI MIPA
SMAN 1 Suranenggala.
Keterampilan argumentasi siswa di SMAN 1 Suranenggala pada semester
genap dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-MIPA 1 (kelas eksperimen) berjumlah
35 orang dan kelas XI-MIPA 4 (kelas Kontrol) berjumlah 35 orang. Hasil analisis
dari artikel tersebut menunjukkan bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan kemampuan
argumentasi siswa meningkat dengan perbandingan nilai rata-rata kelas kontrol
dan eksperimen adalah 54 : 67.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator
argumentasi menurut Mc.Neill dan Krajick. Setiap indikator mengalami
peningkatan setelah diberi treatment. Aspek claim pada kelas kontrol dan
eksperimen nilai pretestnya sama yaitu 69 dari rentang 0-100. Setelah mengikuti
proses pembelajaran (nilai posttest) pada aspek Claim nilai kelas kontrol 92 dan
kelas eksperimen 100. Aspek evidence pada kelas kontrol, nilai pretestnya 44
sedangkan kelas eksperimen 43 dengan rentang 0-100. Setelah mengikuti proses
pembelajaran (nilai posttest) pada aspek evidence nilai kelas kontrol 53 dan kelas
eksperimen 83. Aspek reasoning pada kelas kontrol nilai pretestnya 33 sedangkan
kelas eksperimen 32 dengan rentang 0-100. Setelah mengikuti proses
pembelajaran (nilai posttest) pada aspek reasoning nilai kelas kontrol 41 dan kelas
eksperimen 63. Sehingga strategi sosioscientific issues dapat meningkatkan
kemampuan argumentasi ilmiah siswa kelas 11 MIPA.

59
Berikut argumentasi ilmiah kelompok 1 pada indikator Rebbutal
(memberikan sanggahan pada argumentasi lain)

Gambar 4. 14 Sanggahan dari Argumentasi yang disajikan

Argumentasi tersebut mendapat sanggahan dari kelompok 3. Sanggahan


kelompok 3 sudah sangat baik, dimana pada sanggahan argumentasi tersebut
memuat claim yang jelas dan data-data sebagai alasan yang memperlihatkan
dampak dari berbagai sisi sehingga mampu memperkuat claim yang diberikan.

Gambar 4. 15 Argumentasi Siswa untuk Memperkuat Claim

9. Pengaruh Process Oriented-Guided Inquiry Learning Berkonteks Isu


Sosiosaintifik Terhadap Keterampilan Berargumentasi Siswa Sekolah
Menengah Atas.
Hasil analisis dari artikel pada topik asam basa disalah satu SMA Negeri
Malang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan keterampilan

60
berargumentasi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL
berkonteks isu-isu sosiosaintifik dengan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran POGIL dan pembelajaran konvensional. Kualitas argumetasi siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL berkonteks isu-isu
sosiosaintifik mampu mencapai level yang lebih baik daripada kelas yang
dibelajarkan dengan POGIL dan konvensional. Mayoritas argumentasi
sosiosaintifik siswa pada kelas POGIL berkonteks isu-isu sosiosaintifik pada
level 4 (48, 57%), sedangkan kelas POGIL dan konvensional masing-masing
pada level 2 (88,23%) dan level 1 (59,38%). Mayoritas argumentasi saintifik
siswa pada kelas POGIL berkonteks isu-isu sosio-saintifik dan kelas POGIL pada
level 3 dengan persentase masing-masing sebesar 45,72% dan 47,06%,
sedangkan kelas kontrol pada level 2 (65,63%). Hasil penelitian tersebut juga
menjelaskan bahwa kelas eksperimen 1 mencapai level 4, kelas ekperimen 2
mencapai level 2, dan kelas kontrol pada level 1. Sehingga tingkat argumentasi
siswa pada kelas ekperimen 1 lebih tinggi dapari kelas ekeperimen 2 dan kelas
kontrol.

Contoh argumentasi yang memiliki kompleksitas tinggi

Gambar 4. 16 Contoh Argumentasi Siswa

Gambar diatas adalah contoh argumentasi siswa yang memiliki kompleksitas


tinggi artinya argumentasi tersebut sudah terdiri dari unsur claim atau counter-
claim, data, warrant atau backing, yang disertai lebih dari satu rebuttal
(sanggahan). Sehingga argumentasi ini masuk kategori level 5.

61
Keterampilan argumentasi siswa meningkat karena selama pembelajaran
distimulus dengan menggunakan sosioscientific issues (SSI). SSI ini dapat
memberikan ruang belajar kontekstual untuk mengembangkan keterampilan
berargumentasi dan penalaran moral71. Dibawah ini adalah contoh LKS berbasis
SSI.

Gambar 4. 17 LKS Sosioscientific Issues (SSI)

71
Sadler, T. D., & Zeidler, D. L. (2009). Scientific literacy, PISA, and socioscientific
discourse: Assessment for progressive aims of science education. Journal of Research in Science
Teaching, 46(8), 909–921. https://doi.org/10.1002/tea.20327

62
Contoh soal pada instrumen keterampilan berargumentasi

Gambar 4. 18 Soal pada Instrumen Keterampilan Argumentasi

Contoh Jawaban Argumentasi sisw

Gambar 4. 19 Contoh Jawaban Siswa

63
10. Pengaruh POGIL Berkonteks Isu Sosiosaintifik Terhadap Kualitas
Keterampilan Berargumentasi Siswa SMA pada Materi Ikatan Kimia.
Keterampilan argumentasi di salah satu SMA Negeri Malang dengan
sampel terdiri dari tiga kelompok/kelas yaitu satu kelompok kontrol dan dua
kelompok eksperimen I dan II. Kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran
konvensional (ceramah dan praktikum verifikasi) sedangkan kelas eksperimen I
diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks SSI dan kelas eksperimen II
diberi pembelajaran POGIL tanpa konteks SSI. Hasil analisis dari artikel tersebut
menunjukkan bahwa kelas yang diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks
sosioscientific issues (SSI) memfasilitasi kualitas argumentasi siswa dengan rata-
rata mencapai level 2. Sedangkan pembelajaran tanpa disertai sosioscientific
issues (SSI) kualitas argumentasinya hanya pada level 1. Siswa hanya mampu
membuat claim tanpa data maupun alasan untuk mendukung claim yang mereka
buat.
Pada hasil penelitian ini juga menunjukkan Persentase kualitas
argumentasi tertinggi atau level 5 pada kelas dengan pembelajaran POGIL
berkonteks SSI, POGIL, dan konvensional secara berturut-turut adalah 8,33%;
5,56%; dan 0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas pembelajaran
POGIL dan kelas yang diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks
sosioscientific issues (SSI) dapat memberikan dua sanggahan atau rebuttal dengan
jelas. Namun siswa pada kelas konvensional belum mampu memberikan
sanggahan atau rebuttal dengan jelas. Keterampilan berargumentasi sosiosaintifik
kelas konvensional paling tinggi berada pada Level 4 dimana siswa hanya dapat
menyampaikan satu sanggahan atau rebuttal yang jelas.

Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 1

Gambar 4. 20 Kualitas Argumentasi pada Level 1

64
Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 2

Gambar 4. 21 Argumentasi pada Level 2

Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 4

Gambar 4. 22 Argumentasi pada Level 4

Hasil Penelitian Analisis Argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI) pada


Jenjang SMA
Jenjang pendidikan memengaruhi tingkat berpikir siswa. Sehingga dapat
juga memengaruhi tingkat keterampilan argumentasi siswa. Pada umur 12 tahun
keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak dapat menggunakan operasi-
operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan
pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan
benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan
oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional formal72. Berdasarkan
tahapan ini siswa yang memasuki jenjang SMA diharapkan mampu memiliki
level argumentasi yang tinggi.

72
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, Intelektualita, 2015. Vol 3,
No. 1, H. 34

65
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa kelas 10, 11, dan 12 memiliki
tingkat argumentasi awal yang sama yaitu pada level 1 dan 2 artinya siswa lebih
mampu membuat claim beserta alasan dari topik yang disajikan. Argumentasi
siswa meningkat sampai level 5 setelah mengaitkan SSI dalam pembelajaran di
kelas. SSI mampu memfasilitasi kemampuan argumentasi siswa pada level
tertinggi dan dapat meningkatkan argumentasi siswa secara signifikan.
Argumentasi lisan siswa dapat mencapai level 5 dibandingkan argumentasi
tertulis. Pada level ini siswa memberikan sanggahan/bantahan secara ilmiah dari
topik yang disajikan. Topik yang disajikan ini meliputi topik yang ada dalam
materi Biologi, Kimia, dan Fisika yang mengandung unsur SSI. Hasil
argumentasi dari ketiga materi tersebut relatif sama yaitu dari level 1 sampai
mampu mencapai level 5, dengan argumentasi tertulis mencapai level 4. Data dari
artikel juga menyebutkan bahwa 95% siswa hanya mampu sampai level 3 dan
60% sudah mencapai level 4 sampai 5. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman siswa (pengalaman intelektual).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 artikel dengan 13 topik sains
(Fisika, Biologi, Kimia) yang disajikan, argumentasi tertinggi terdapat pada topik
Genetika, Bioteknologi dan Vaksinasi. Topik tersebut merupakan bagian dari
materi biologi. Siswa dengan topik tersebut dapat memberikan claim, data,
penjamin (warrant), pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), dan dapat
memberikan lebih dari satu sanggahan atau bantahan (rebuttal). Argumentasi
siswa tersebut termasuk dalam level argumentasi tertinggi yaitu level 5. Pada
materi kimia dengan topik asam basa, ikatan kimia, dan industri bahan bakar fosil
dan produk-produknya, argumentasi siswa dapat mencapai level 3 dan 4. Pada
level tersebut siswa dapat memberikan claim, data, penjamin (warrant),
pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), namun dengan sanggahan yang
lemah bahkan tidak memberikan sanggahan (rebuttal). Sedangkan pada materi
Fisika dengan topik pemanasan global dan nuklir, argumentasi siswa dapat
mencapai level 4 dan 5. Pada level tersebut siswa dapat memberikan claim, data,
penjamin (warrant), pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), dan hanya
memberikan satu sanggahan atau bantahan (rebuttal) yang kuat.

66
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki
argumentasi lebih tinggi dari siswa laki-laki. Data dari artikel menunjukkan
bahwa argumentasi siswa cenderung kurang bergantung pada konten sains
untuk mendapatkan pembenaran. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan emosi
yang didominasi oleh etika, agama, dan anekdot pribadi. Sehingga siswa
sangat perlu mempelajari perbedaan antara argumen dan emosi, untuk
mendapatkan kemampuan untuk membangun argumentasi guna
mempertahankan posisi mereka, yaitu untuk mengemukakan alasan atau
menentang proposisi atau tindakan yang diambil.
Hasil analisis dari artikel tersebut telah memberikan gambaran bahwa
keterampilan argumentasi siswa dapat meningkat jika diberi stimulus yang
menunjang dalam pembelajaran di kelas. Stimulus tersebut adalah
sosioscientific issues (SSI). SSI ini menjadi stimulus siswa untuk dapat
memberikan argumen sesuai dengan topik yang disajikan. Hasil analisis
artikel tersebut juga menjelaskan bahwa siswa lebih mudah memberikan
argumentasi ketika pembelajaran dikaitkan dengan SSI. Sebab SSI berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.

C. Keterbatasan dan Kelebihan


Penelitian yang diambil dan dianalisis merupakan penelitian yang
memiliki unsur Socioscientific Issues (SSI) dan keterampilan agumentasi.
Sehingga penulis tidak dapat mengontrol kemungkinan adanya variabel luar
yang terlibat dan memengaruhi penelitian dalam sampel penelitian yang diambil.
Oleh karena itu, penulis harus berhati-hati dalam melaporkan hasil
penelitiannya. Penelitian pendahuluan juga dilakukan oleh penulis untuk
menemukan artikel-artikel yang memiliki tema penelitian argumentasi dalam
Socioscientific Issues (SSI). Penulis berhasil menemukan sepuluh artikel yang
sesuai dengan objek yang dikaji.
Penulis juga banyak menemukan ketidaksesuaian isi artikel dengan judul
penelitian. Sehingga meskipun judul artikel tersebut memiliki unsur yang sesuai
bahan yang dikaji, Namun isinya kurang menunjukkan hasil argumentasi secara
komplek. Temuan tersebut menjadikan hasil analisis lebih sedikit dari pada yang

67
seharusnya. Selain itu, hasil dari analisis argumentasi siswa SMA pada peneliti
sebelumnya, perlu memerhatikan ketelitian dan berhati-hati dalam mengkaji
artikel tersebut. Hal tersebut disebabkan sedikitnya sumber yang relevan.
Sehingga dapat menghindari kesalahan dalam menyimpulkan.
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penelitian studi literatur ini
memiliki keterbatasan dan kelemahan. Namun hasil dari penelitian studi literatur
ini telah mengungkapkan bahwa Socioscientific Issues (SSI) yang diterapkan
dalam pembelajaran, memberikan pengaruh terhadap keterampilan argumentasi
siswa. Keterampilan argumentasi siswa meningkat secara signifikan sesuai
jenjang pendidikan. Seluruh keterbatasan dan kelemahan penelitian ini
memberikan dorongan kepada penulis untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
mengkaji serta menyimpulkan hasil dari analisis.
Penelitian studi literatur ini tidak hanya memiliki keterbatasan dan
kelemahan tapi juga memiliki kelebihan. Adapun kelebihan dari penelitian ini
adalah mudah dalam memperoleh sumber data tanpa memerlukan banyak waktu,
biaya dan tenaga. Penelitian ini juga membantu seorang peneliti untuk
menghindari gangguan yang berpotensi muncul dibanding metode penelitian
yang lain.

68
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka kesimpulan atau jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan argumentasi siswa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)


mayoritas pada level 1 sampai 4, dengan argumentasi awal yang sama pada
level 2. Namun, ada beberapa siswa yang mampu mencapai level 5 (claim,
data, warrant, dukungan, kualifikasi dan bantahan/sanggahan).
2. Argumentasi siswa meningkat setelah pembelajaran di kelas dikaitkan dengan
sosioscientific issues (SSI)

B. Saran
Berdasarkan penelitian studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan
beberapa kekurangan. Sehingga penulis mengajukan beberapa saran sebagai
upaya perbaikan dalam penelitian-penelitian serupa di masa mendatang sebagai
berikut:
1. Perlu adanya kajian lanjutan mengenai keterampilan argumentasi siswa pada
konsep-konsep fisika, biologi maupun kimia yang lain untuk mengetahui
kualitas argumentasinya.
2. Kurangnya artikel yang dikaji menunjukkan bahwa penelitian dengan
Socioscientific Issues (SSI) jarang digunakan serta kurang adanya informasi
terkait pengaruh dari SSI ini. Sehingga perlu adanya penelitian lanjutan
dengan menggunakan Socioscientific Issues (SSI).
3. Semakin banyak artikel yang di analisis maka kualitas penelitian akan
semakin baik. Oleh karena itu, perlu menggunakan banyak artikel
internasional maupun yang nasional sebagai bahan analisis untuk
meningkatkan kualitas penelitian.

69
DAFTAR PUSTAKA
Agung, W. Subiantoro. Pembelajaran Biologi Berbasis Socio-scientific Issues
(SSI) untuk Mengasah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi. 2017, h. 5
Ayu, Diana Rostikawati dan Anna Permanasari, Rekonstruksi Bahan Ajar dengan
Konteks Socio-scientific Issues pada Materi Zat Aditif Makanan untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. 2016,
h. 157.
Budi, Ika Yuliastini., Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, POGIL Berkonteks
Socio Scientific Issues (SSI) dan Literasi Sains Siswa SMK. Prosidium
Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol 1, 2016. h. 606
Chang and Chiu, Lactos‟s Scientific Research: Programmes as a Framework for
Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues.
International Journal of Science Education. Vol. 30 No. 17, 2008, pp.
1753-1773.
Cyntia, Ade Pritasari., Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari. Peningkatan
Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based
Learning pada Siswa Kelas X MIA SMA Batik 2 Surakarta Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.8, 2016, h. 2.
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2003
Erduran, Sibel., Shirley Simon dan Jonathan Osborne., Tapping Into
Argumentation: Development in The Application of Toulmin’s Argument
Pattern for Studying Science Discorse, Wiley InterScience, 2004, h. 928
fauzi, Deni Rahman. Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP.
Journal of natural Science Teaching, Vol.1, 2018, h. 10
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama:
2007, h. 102
Hendri, Silviana dan Aprina Defiani. Review: Membentuk Keterampilan
Argumentasi Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains (SNIPS),
2015, h. 545
Ismayani, Ade. Metodologi Penelitian. Aceh: Syiah Kuala University Press, h. 77
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik Cet. ke-4. Jakarta:
Rineka Cipta, 2014, h. 105

70
Kinantya, Astrid Paramita., I Wayan Dasna, dan Yahmin, Kajian Pustaka:
Integrasi STEM untuk Keterampilan Argumentasi dalam Pembelajaran
Sains. Jurnal Pembelajaran Kimia. 2019.
Kuhn, D., Teaching and Learning Science as Argument. Science Education, 2010,
h. 6-17
Lailatul, Alfi Qodariyah. “Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik pada
Diskusi Isu-Isu Saintifik”, Skripsi pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta. 2018. h. 368
Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan Cet. Ke- 1, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008, h. 1-2.
Namdar, Bahadir dan Ji Shen, Intersection of Argumentation and The Use of
Multiple Representations in The Context of Socioscientific Issues.
Internasional Journal of Science Education. Vol.38, 2016, pp. 1100-1132
Nia Ariyani, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis
Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi). Jakarta,
Skripsi UIN Jakarta: 2019, h. 18
Osborne, J., The Role of argument in Science Education. K. Boesma, M.
Goedhart, O. de Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Quality of
Science Education. Nederlands. 2015.
Rahayu, Sri. Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi
Sains Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks Isu-isu
sosiosaintifik (socioscientific issues). Semnas Pendidikan Kimia & Sains
Kimia. 2015 h. 10
Rahmawati, Widia., Jujun Ratnasari, dan Suhendar, Pengaruh Pendekatan
Pembelajaran Socioscientific Issues Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik. Jurnal Pelita Pendidikan. 2018, h. 125
Ratcliffe, M. The Place of Socio-scientific Issues in citizenship Education.
Human Right and Citizenship Education. 2009, pp 12-16
Riauda, Astrid Putriana., Evi Suryawati, dkk. Pengembangan LKPD Berbasis
Socio Scientific Issues (SSI) Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 2020, h. 81
Rukin. Metode Penelitian Kualitatif. Sulawesi Selatan: Yayasan Amar Cendekia
Indonesia, 2019, h. 6
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2017, h. 9

71
Tina, Rangga., Erizal Gani, dan Nursaid, Peningkatan Pembelajaran Menulis
Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Branstorming. Jurnal
Pendidikan Bahasa Indonesia. 2013, h. 57
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 48.
Troy. D. Sadler, Sosio-Scientific Issues in the Classroom: Teaching, Learning and
Research, Springer, 2011, h. 367
Ummah, Ulumul., Abdur Rahman As’ari dan I Made Sulandra, Struktur
Argumentasi Penalaran Konvariasional Siswa Kelas VIIIB MTsN 1
Kediri. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. I, 2016, h. 4-
5
Wingate, Ursula., “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing
is About. Journal of English for Academic Purpose. Vol. 11, 2012, h. 153
Yuni, Etistika Wijaya., Dwi agus Sudjimat dan Amat Nyoto. Transformasi
Pendidikan Abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber Daya
Manusia di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika. Vol.1 , 2016. h. 263
Zahrotul, Wiwit Wahdan., Oktavia Sulistina dan Dedek Sukarianingsih, Analisis
Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik
SMA, MAN, Dan Perguruan Tinggi Tingkat I. Jurnal Pembelajaran
Kimia. Vol. 2, 2017, h. 30-40
Zeidler, Dana., sadler & Scoott Applebaun, Advancing Reflective Judgment
through Socioscientific Issues. Journal of Research in science
teaching.Vol 46 , 1, 2008. pp 74

72
Lembar Rincian Artikel Internasional yang dikaji
Variabel Desain dan
No Data Jurnal Karakteristik Sampel Jenis Penelitian Identitas Jurnal
Instrumen
1. 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kualitatif Sci & Educ 25: 1049-
Carl-Johan Rundgen, Salah satu SMA di Knowledge, Value, and 1071. DOI
Martin Eriksson, dan Swedia. Experince of 10.1007/s11191-016-
Shu-Nu Chang 2. Subjek Penelitian: Argumentation 9859-x
Rundgren. Siswa SMA 2. Variabel Bebas:
2. Judul Penelitian: 3. Sampel Penelitian: Socioscientific Issues
Investigating The 7 Siswa (4 laki-laki dan 3. Alat Ukur Penelitian:
Intertwinement of 3 perempuan) dari Rekaman, Tes Tulis
Knowledge, Value, and progam sains-utama. dalam bentuk laporan,
Experince of Upper dan Wawancara pasca
Secondary Students’ latihan.
Argumentation
Concerning
Socioscientific Issues
3. Nama Jurnal:
Sci & Educ (Article)
4. Institusi:
Stockholm University
(Swedia)
5. Tahun Terbit:
2016
2 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kualitatif (Studi International journal of
Bahadir Namdar dan Ji Salah satu SMA di Argumentation berbasis desain science education, Vol.
Shen Amerika Serikat 2. Variabel Bebas: keseluruhan) 38, No 7, 1100-1132
2. Judul Penelitian: 2. Subjek Penelitian: Socioscientific Issues
Intersection of Siswa SMA 3. Alat Ukur Penelitian:
argumentation and the 3. Sampel Penelitian: Platform organisasi
use of multiple 20 siswa SMA pengetahuan berbasis

73
representation in the webyang
context of menggabungkan tiga
socioscientific issues. mode representasional:
3. Nama Jurnal: teks, peta konsep, dan
International journal of gambar.
science education.
4. Institusi:
University of Miami,
USA
5. Tahun Terbit:
2016
3 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Mix methode International journal of
Rola Khishfe, Fahad S. 6 sekolah SMA di Arab Knowledge, Value, and science education,
Alshaya, Saouma Saudi Experince of ISSN: 0950=-0693
Boujaoude, Nasser 2. Subjek Penelitian: Argumentation (print) 1464-5289
Mansour dan Khalid I. Siswa kelas XI 2. Variabel Bebas: (online)
Alrudiyan. 3. Sampel Penelitian: Socioscientific Issues
2. Judul Penelitian: 74 siswa 3. Alat Ukur Penelitian:
Students’ Kuesioner yang terdiri
understandings of dari 4 skenario yang
nature of science and membahas SSI
their arguments in the
context of four
socioscientific issues.
3. Nama Jurnal:
International journal of
science education
4. Institusi:
American University of
Beirut
5. Tahun Terbit:
2017

74
4 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Penelitian Science Education
Bureerat Suephatthima Salah satu SMA di Argumentation Skills Tindakan Kelas International, Volume
dan Chatree Faikhamta Thailand 2. Variabel Bebas: 29, Issue 3, 138-148
2. Judul Penelitian: 2. Subjek Penelitian: Socioscientific Issues
Developing Students’ Siswa kelas XII di 3. Alat Ukur Penelitian:
Argument Skills Using Thailand Observasi kelas, jurnal
Socioscientific Issues in 3. Sampel Penelitian: reflektif guru dan
a Learning Unit on the 46 siswa (berusia sekitar siswa, Kuesioner
Fossil Fuel Industry 17 tahun) yang Keterampilan
and Its Product mempelajari kimia Argumentasi
3. Nama Jurnal: minyak bumi pada (Arguement Skill
Science Education semster pertama tahun Questionnaire: ASQ)
International akademik 2014
4. Institusi:
Kasetsart University,
Bangkok, Thailand
5. Tahun Terbit:
2019

5 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Studi kasus Journal of physics:
A Anisa, A Widodo, R Salah satu SMA di jawa Scientific Conference series, 1280
Riandi, dan M Muslim. Barat Argumentation 032002, 1-7
2. Judul Penelitian: 2. Subjek Penelitian: 2. Variabel Bebas:
Genetic in socio Kelas X dan kelas XI Socio-scientific issues.
scientific issues: 3. Sampel Penelitian: 3. Alat Ukur Penelitian:
measuring rebuttal 11 siswa kelas XI dan 10 Tes wacana argumetasi
abilities in scientific siswa kelas X. dan wawancara.
argumentation.
3. Nama Jurnal:
Journal of physics
4. Institusi:
Universitas Pendidikan

75
Indonesia, Bandung.
5. Tahun Terbit:
2019
6 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kuantitatif American journal of
Martha Georgion, Salah satu SMA di Argumentation and education research. Vol.
Evangelia Mavrikaki, Yunani informal reasoning 8, No. 1, 16-23
Krystallia Halkia, dan 2. Subjek Penelitian: skills
Issidora Papassideri. Kelas X (sepuluh) 2. Variabel Bebas:
2. Judul Penelitian: 3. Sampel Penelitian: Socio-scientific issues.
Investigating the impact 36 siswa kelas X 3. Alat Ukur Penelitian:
of the duration of (sepuluh) Kuesioner yang terdiri
engagement in dari 8 pertanyaan
socioscientific issues in terbuka.
developing greek
students’Argumentation
and informal reasoning
skills.
3. Nama Jurnal:
American journal of
education research.
4. Institusi:
Nasional and
Kapodistrian University
of Athens, Yunani.
5. Tahun Terbit:
2020

7 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Mix methode American journal of
Angeliki Maniatakon, Salah satu SMA Negeri Argumentation skills education research. Vol.
Issidora Papassideri, di Yunani 2. Desain: 8, No. 1, 7-15
dan Martha Georgion. 2. Subjek Penelitian: Untuk data kuantitatif
2. Judul Penelitian: Kelas X (sepuluh) dengan desaain pre-

76
Role-play activities a 3. Sampel Penelitian: test dan post-test.
framework for 10 siswa laki-laki dan 12 3. Alat Ukur Penelitian:
developing siswa perempuan. Data kuantitatif:
argumentataion skills Kuesioner yang terdiri
on biological issues in dari 5 pertanyaan
secondary education terbuka dibuat
3. Nama Jurnal: lampiran.
American journal of Data kualitatif: Alat
education research. perekam kegiatan.
4. Institusi:
Nasional and
Kapodistrian University
of Athens, Yunani.
5. Tahun Terbit:
2020

77
Lembar Rincian Artikel Nasional yang dikaji
Variabel Desain dan
No Data Jurnal Karakteristik Sampel Jenis Penelitian Identitas Jurnal
Instrumen
1 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kuantitatif Jurnal Ilmu Alam,
Siska, yunita, dan SMAN 1 Suranenggala Kemampuan Volume 2, No 1, 5-69.
Mujib Ubaidillah 2. Subjek Penelitian: argumentasi Ilmiah E-ISSN: 2615-2665
2. Judul Penelitian: Kelas XI-MIPA 1 dan 2. Variabel Bebas:
Strategi Socio Scientific Kelas XI –MIPA 4 Strategi Socio Scientific
Issues untuk 3. Sampel Penelitian: Issues
Meningkatkan 35 orang kelas XI-MIPA 3. Desain:
Kemampuan 1 (kelas eksperimen) dan Pretest-postest control
Argumentasi Ilmiah 35 orang kelas XI-MIPA group design
Siswa pada Konsep 4 (kelas kontrol) 4. Alat Ukur Penelitian:
Respirasi Di Kleas XI Observasi, lembar kerja
MIPA SMAN 1 siswa (LKS), dan Tes
Suranenggala. (pretest dan posttest)
3. Nama Jurnal:
Jurnal Ilmu Alam
Indonesia.
4. Institusi:
IAIN Syaikh Nurjati
Cirebon.
5. Tahun Terbit:
2019

2 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kuantitatif Jurnal Inovasi


Arum Setyaningsih, Sri Salah satu SMAN di Keterampilan Pendidikan IPA, 5 (2),
Rahayu, Fauziatul Kota Malang. Berargumentasi 2019, 168-179. ISSN
Fajaroh, dan Parmin 2. Subjek Penelitian: 2. Variabel Bebas: 2406-9205 (print), ISSN
Parmin. 3 Kelas di salah satu Process Oriented- 2477-4820 (online)
2. Judul Penelitian: SMAN di Kota Malang guided Inquiry
Pengaruh Process 3. Sampel Penelitian: Learning Berkonteks

78
Oriented-Guided  35 orang sebagai Isu Sosiosaintifik
Inquiry Learning kelas eksperimen 1 3. Desain:
Berkonteks Isu yang dibelajarkan Eksperimen Semu
Sosiosaintifik Terhadap dengan model posttest only design
Keterampilan pembelajaran 4. Alat Ukur Penelitian:
Berargumentasi Siswa POGIL-SSI Tes keterampilan
Sekolah Menengah  34 orang sebagai berargumentasi tertulis
Atas. kelas kelas
3. Nama Jurnal: eksperimen 2 yang
Jurnal Inovasi dibelajarkan dengan
Pendidikan IPA. model pembelajaran
4. Institusi: POGIL
Universitas Negeri  32 orang sebagai
Yogyakarta kelas eksperimen 1
5. Tahun Terbit: yang dibelajarkan
2019 dengan model
pembelajaran
konvensional
3 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Mixed-methods Jurnal Inovasi
Anisyah Dasa Astarina, Salah satu SMA di Keterampilan Pendidikan IPA, 5 (1),
Sri Rahayu, dan Kabupaten Malang Berargumentasi 2019, 31-44. ISSN
Yahmin Yahmin 2. Subjek Penelitian: 2. Variabel Bebas: 2406-9205 (print), ISSN
2. Judul Penelitian: Kelas X SMA di Pembelajaran POGIL 2477-4820 (online)
Pengaruh POGIL Kabupaten Malang Berkonteks Isu
Berkonteks Isu 3. Sampel Penelitian: Sosiosaintifik
Sosiosaintifik Terhadap Terdiri dari 3 3. Desain:
Kualitas Keterampilan kelompok/kelas yaitu Kuantitatif quasy
Berargumentasi Siswa satu kelompok kontrol experiment posttest-
SMA pada Materi dan dua kelompok only design
Ikatan Kimia. eksperimen I dan II. 4. Alat Ukur Penelitian:
3. Nama Jurnal:  Data kuantitatif:
Jurnal Inovasi Tes keterampilan

79
Pendidikan IPA. berargumentasi
4. Institusi: tertulis
Universitas Negeri  Data kualitatif:
Yogyakarta wawancara siswa
5. Tahun Terbit: tentang sikap siswa
2019 terhadap SSI dan
argumentai siswa
pada proses
pembelajaran.

80

Anda mungkin juga menyukai