ISSUES (SSI)
(Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)
SKRIPSI
Oleh:
Vella Attaqi
NIM. 11150163000085
JAKARTA
2020
i
ii
iii
ABSTRAK
Vella Attaqi, 11150163000085. Analisis Argumentasi Dalam Socioscientific
Issues (SSI). Skripsi, Progam Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan argumentasi siswa
berdasarkan kajian terhadap 10 literatur (periode 5 tahun terakhir). Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian yang
bersifat deskriptif-analitis. Sumber data dalam penelitian ini adalah 7 artikel
internasional dan 3 artikel nasional pada jenjang SMA yang diterbitkan pada
rentang tahun 2016-2020, yang membahas mengenai argumentasi dalam
Sosioscientific Issues (SSI). Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan analisis terhadap artikel-artikel tersebut. Hasil penelitian ini
kemudian dipaparkan dalam bentuk narasi, dengan cara setiap artikel yang dikaji
dipaparkan apa adanya tanpa menyertakan data primer atau tidak dalam
pengamatan langsung. Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa
siswa kelas 10, 11, dan 12 memiliki tingkat argumentasi awal yang sama yaitu
pada level 1 sampai 2. Setelah diberi pengaruh dengan Sosisoscientific Issues
(SSI) tingkat argumentasi siswa meningkat dari level 3 sampai level 5. Temuan
analisis juga menunjukkan bahwa tingkat argumentasi siswa perempuan lebih
tinggi dari pada siswa laki-laki. Hal ini menunjukkan kesimpulan bahwa
Sosisoscientific Issues (SSI) efektif digunakan dalam pembelajaran sains (Fisika,
Biologi, dan Kimia) untuk meningkatkan kualitas argumentasi siswa SMA dalam
studi ini.
iv
ABSTRACT
This study aimed to analyze students’ argumentation skills based on the review of
ten literatures (within the last five years). This study uses a qualitative research
approach with descriptive-analytic research methods. The data sources in this
study are seven international articles and three national articles from the high
school level published in the 2016-2020 focused on the Socioscientific Issues
arguments (SSI). The technic to collect data in this study is by analyzing these
articles. The results of this study are presented in the narrative form, which means
they are presented without showing the primary data or by indirect observation.
The results of this study state that the tenth, eleventh, and the twelfth graders have
the same early argumentation level from one to two. After being influenced by the
Socioscientific Issues (SSI), the argumentation level of students increased from
three to five. The findings of the analysis also state that the argumentation level of
female students were higher than the male ones. This concludes that the
Socioscientific Issues is effectively used in the science learnings (Physics,
Biology, and Chemistry) to improve the argumentation quality level of high
school students in this study.
v
KATA PENGANTAR
Senandung kalimat syukur tiada hentinya penulis haturkan kepada Allah
SWT, tuhan semesta alam yang mengizinkan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik pada waktu yang terbaik. Melalui proses pengerjaan skripsi ini,
penulis menemukan dan merasakan banyak rahmat, hidayah, serta pertolongan
Allah yang melimpah. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat beliau
di seluruh alam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis
dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) Jurusan Pendidikan Fisika di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul “Analisis Argumentasi dalam
Sosioscientific Issues (SSI)”.
Selanjutnya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dalam proses skripsi ini dapat
berjalan dengan baik. Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M. Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd selaku Ketua Progam Studi Tadris
Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Kinkin, M.Pd selaku Sekretaris Progam Studi Tadris Fisika FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen pembimbing akademik yang telah
memberi nasihat, arahan serta bimbingan selama masa aktif perkuliahan.
5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan
waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi agar penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih tak hingga atas
kesabarannya dan keikhlasannya dalam membimbing penulis sampai
selesai dalam penelitian ini. Atas segala perhatiannya tersebut, penulis
vi
hanya mampu membalasnya dengan do’a; semoga Allah beri kebahagiaan,
keberkahan, rahmat Allah dalam kehidupan.
6. Alm. Bapak Mukhlasin dan Ibuk Zalihah, dua malaikat tak bersayap dalam
hidup penulis. Terimakasih atas perjuangan Abah dan ibuk sehingga
penulis mampu sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Do’a dan
restunya menjadi jalan kemudahan dalam selesainya skripsi ini. Penulis
tidak mampu membalas jerih payahnya selama ini. Hanya do’a yang
mampu penulis semaikan; semoga Allah selalu memberi keberkahan, ridlo
serta rahmat Allah dalam kehidupan.
7. Munhidlatul Ummah dan Fida Nabila, dua saudariku tersayang yang telah
mendukung serta mendo’akan sampai saat ini.
8. Bulek Ulil Makrifah, Bulek Khoirul Jannah, dan Pak lek Agus Noto Adi,
selaku Bulek dan Pak lek yang telah menyekolahkan saya dari Madrasah
Tsanawiyah (MTs) sampai Madrasah Aliyah (MA). Atas kebaikan
tersebut, penulis hanya mampu membalas dengan do’a; semoga bulek Pak
lek selalu dilimpahkan rezeki, keberkahan, serta rahmat Allah dalam
kehidupan.
9. Seluruh keluarga dari pihak Abah dan Ibuk, penopang warna dalam
kehidupan penulis.
10. Bu Nyai Lilis Masfufah, S.Pd dan Alm. Kiyai Abdullah Kholil., Selaku
Guru dan orangtua di Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Annur Al-
Hidayah Krebet Senggrong, Bululawang, Malang. Atas kesabaran dan
keikhlasan beliau membimbing, penulis hanya mampu membalas dengan
do’a; semoga beliau selalu dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan, ridlo
serta rahmat Allah dalam kehidupan.
11. Mbah Nyai Nur Mubayyanah., selaku guru sekaligus orangtua yang telah
membimbing dengan sabar dan ikhlas. penulis hanya mampu membalas
dengan do’a; semoga beliau selalu dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan,
ridlo serta rahmat Allah dalam kehidupan.
12. Bapak Sahrai, S.Pd., selaku guru sekaligus ayah yang telah membimbing
dengan sabar dan ikhlas. Atas kebaikan tersebut, penulis hanya mampu
vii
mendo’akan; semoga beliau beserta keluarga dilimpahkan kebahagiaan,
keberkahan serta ridlo Allah dalam kehidupan.
13. Bapak Slamet dan Ibu Ummu, selaku Mbah serta guru yang telah
membimbing dengan sabar dan ikhlas.
14. Bapak Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Ag dan Ibu Hj. Maria Ulfah, selaku Guru
sekaligus orangtua di Rumah Tahfidz Taman Kedaung Ciputat, yang telah
membimbing dengan sabar dan ikhlas. Penulis hanya mampu mendo’akan;
semoga senantiasa diberi keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan.
15. Ibu Dhurriyatul Thoyyibah, S. Pd. Selaku pembimbing di Rumah Tahfidz
Kedaung, Ciputat. Beliau dengan sabar dan ikhlas membantu perjuangan
untuk ikut tes perguruan tinggi Negeri.
16. Seluruh teman-teman di Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an (PPTQ)
Annur Al-Hidayah Krebet Senggrong, Bululawang, Malang. Teman-teman
seperjuangan dalam belajar agama dan Al-qur’an.
17. Zekkiyah Al-aluf dan Natijatuz Zahroh, sahabat dari Malang dalam
menghabiskan waktu membuat kenangan.
18. Teman-teman seperjuangan di Rumah Tahfidz Kedaung, Ciputat; Widya
Oktavia, Eva Muzdalifah Zen, Endah Nuryana, Zahratul Fitri Masyhudah,
Siti Aisyah Najwa, Ainul Muzdalifah, Robiatul Adawiyah, Zeni Alfiyana,
dan sebagainya.
19. Teman-teman dari berbagai macam runag kelas, organisasi, dan komunitas
yang senantiasa mewarnai perjalanan proses belajar di Universitas.
Mereka adalah teman-teman Pendidikan Fisika angkatan tahun 2015,
Forum Mahasiswa Lamongan (FORMALA), Forum Lingkar Pena (FLP)
Ciputat, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pragmatis 39. Public Speaking
Tarbiyah Comunity (PSTC) Batch 1, dan Kahfi BBC Motivator School.
20. Seluruh orang-orang yang pernah mewarnai kehidupan penulis, teman-
teman offline dan online penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
viii
Harapan penulis, semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca dan dapat mengambil hikmah bagi penulis, para akademisi,
maupun masyarakat umum.
Vella Attaqi
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL.................................. 7
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 7
1. Argumentasi ............................................................................................. 7
2. Socioscientific Issues (SSI) .................................................................... 12
3. Keterampilan Argumentasi pada Socioscientific Issues (SSI)................ 18
4. Metode Penelitian Kepustakaan ............................................................. 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 30
BAB III ................................................................................................................. 31
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
B. Metode Penelitian....................................................................................... 31
x
C. Sumber Data ............................................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 32
BAB IV ................................................................................................................. 34
PEMBAHASAN ................................................................................................... 34
A. Deskripsi Data ............................................................................................ 34
B. Pembahasan ................................................................................................ 44
C. Keterbatasan dan Kelebihan ....................................................................... 67
BAB V................................................................................................................... 69
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 69
A. Kesimpulan ................................................................................................ 69
B. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70
Lembar Rincian Artikel Internasional yang dikaji ................................................ 73
Lembar Rincian Artikel Nasional yang dikaji ...................................................... 78
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Komponen Argumentasi Toulmin...................................................... 9
Gambar 4. 1 Contoh Argumentasi Siswa.............................................................. 47
Gambar 4. 2 Transkip Argumentasi Siswa ........................................................... 48
Gambar 4. 3 Contoh Sanggahan Siswa ................................................................. 49
Gambar 4. 4 Argumentasi Siswa pada Topik Kloning ......................................... 49
Gambar 4. 5 Alasan Siswa dalam Berargumentasi ............................................... 50
Gambar 4. 6 Sanggahan atau Bantahan Siswa ...................................................... 50
Gambar 4. 7 Bantahan Siswa dengan Alasan lebih dari satu ................................ 51
Gambar 4. 8 Argumentasi Siswa pada Aspek Bukti ............................................. 51
Gambar 4. 9 Argumentasi Siswa Laki-laki dengan Banyak Informasi ................. 51
Gambar 4. 10 Instrumen Soal Keterampilan Argumentasi ................................... 53
Gambar 4. 11Intrumen Soal Kemampuan Argumentasi ....................................... 56
Gambar 4. 12 Klasifikasi Argumentasi Siswa sesuai Tingkatan .......................... 57
Gambar 4. 13 Level Argumentasi Toulmin .......................................................... 58
Gambar 4. 14 Sanggahan dari Argumentasi yang disajikan ................................. 60
Gambar 4. 15 Argumentasi Siswa untuk Memperkuat Claim .............................. 60
Gambar 4. 16 Contoh Argumentasi Siswa ............................................................ 61
Gambar 4. 17 LKS Sosioscientific Issues (SSI) .................................................... 62
Gambar 4. 18 Soal pada Instrumen Keterampilan Argumentasi........................... 63
Gambar 4. 19 Contoh Jawaban Siswa ................................................................... 63
Gambar 4. 20 Kualitas Argumentasi pada Level 1 ............................................... 64
Gambar 4. 21 Argumentasi pada Level 2.............................................................. 65
Gambar 4. 22 Argumentasi pada Level 4.............................................................. 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Konsep Critical and Problem-oriented Approach ............................... 14
Tabel 4. 1 Data Hasil Analisis Artikel Internasional pada Jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas) .................................................................................................... 35
Tabel 4. 2 Data Hasil Analisis Artikel Nasional pada Jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas) .................................................................................................... 41
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi,
artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan
yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya.
Abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala hal usaha dan hasil
kerja manusia. Dengan sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang
berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara
profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. tuntutan-tuntutan yang serba
baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berpikir, penyusunan konsep,
dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang baru1.
Paradigma belajar Abad ke-21 ini mengalami pergeseran. Sehingga
pembelajaran abad ke-21 ini menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan di bidang tertentu untuk siap mengahadapi
tantangan-tantangan baru dan dapat sukses dalam kehidupan serta pekerjaannya 2.
Untuk itu kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan berpikir
kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi3.
Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan cara mengasah
keterampilan argumentasi4. Keterampilan argumentasi dapat melatih siswa dalam
menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Deanedan Song, argumentasi
memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan
1
Etistika Yuni Wijaya, Dwi agus Sudjimat, dan Amat Nyoto. Transformasi Pendidikan
Abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber Daya Manusia di Era Global. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika. Vol. 1 , 2016. h. 263
2
Ibid, h. 266
3
Ade Cyntia Pritasari, Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari. Peningkatan
Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas X
MIA SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 8, 2016,
h. 2
4
Ursula Wingate, “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing is
About, Journal of English for Academic Purpose, 11, 2012, h. 152-153
1
menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide5.
Belajar melalui argumentasi juga akan melatih siswa untuk mengevaluasi bukti
atau saran dan mengambil keputusan6.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada beberapa Sekolah
Menengah Atas (SMA) daerah Tangerang Selatan, yang menyatakan bahwa siswa
kurang mampu dalam menjelaskan konsep-konsep sains. Namun lebih mampu
menyelesaikan soal secara matematis sehingga mengakibatkan keterampilan
argumentasi siswa menjadi lemah. Misalnya, dalam menyampaikan jawaban atau
argumentasi tanpa disertai bukti atau alasan untuk memperkuat jawaban tersebut.
Padahal sains bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan sebuah
ilmu pengetahuan. Dalam mempublikasikan pengetahuan baru tersebut, ilmuan
melibatkan kritik dan argumen. Dengan demikian, argumentasi memegang peran
penting pada praktik utama sains. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran sains
seharusnya tidak lagi hanya untuk memahirkan konsep sains namun juga belajar
melibatkan argumentasi dalam pembelajaran sains7. Selain itu, argumentasi juga
memiliki beberapa alasan penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA
yaitu: (1) ilmuan menggunakan argumentasi dalam mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan ilmiahnya; (2) masyarakat menggunakan argumentasi
dalam perdebatan ilmiah; dan (3) siswa dalam pembelajaran membutuhkan
argumentasi untuk memperkuat pemahamannya8.
Salah satu cara untuk memunculkan argumentasi adalah dengan
memberikan suatu stimulus yang dapat mengembangkan keterampilan
argumentasi. Sehingga pembelajaran sains sebaiknya didesain dengan
menghadirkan stimulus yang dapat memungkinkan siswa untuk mencari
kebenaran dan bukti serta keyakinan dari pemahaman konsep, ide maupun sebuah
5
Opcit., h. 2
6
Silviana Hendri dan Aprina Defiani. Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi
Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains (SNIPS), 2015, h. 545
7
Kuhn, D., Teaching and Learning Science as Argument. Science Education, 2010, h.
810
8
Deni fauzi Rahman, Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP. Journal
of natural Science Teaching, Vol. 01, 2018, h. 10
2
topik9. Oleh karena itu, sains khususnya mata pelajaran fisika tidak lagi dipandang
hanya sekadar menemukan dan menyajikan fakta, melainkan membangun
argumen dan mempertimbangkannya, serta mendebat berbagai penjelasan tentang
fenomena10.
Stimulus yang dapat digunakan untuk merangsang keterampilan
argumentasi siswa adalah dengan menghadirkan Sosioscientific Issues (SSI) yang
berkembang di masyarakat. Sosioscientific Issues (SSI) atau Isu-isu sosioscientific
selama dekade terakhir telah menjadi tema yang menonjol dalam literasi ilmu
pendidikan. SSI ini telah dibangun di atas pendekatan-pendekatan lain yang
bertujuan agar siswa terlibat dalam wacana dan keputusan yang berkaitan dengan
isu-isu sosial yang relevan terkait dengan ilmu pengetahuan 11. Banyak isu dan
permasalahan sains yang ada di lingkungan sosial yang dapat menjadi bahan
untuk siswa sebagai proses pembelajaran aktif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat mengemukakan gagasan atau argumentasinya untuk menjawab isu-isu sains
di lingkungan sosial12.
Pengembangan argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI) ini dapat
membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman ilmu alam13 dan mengasah
peserta didik berargumen dengan berbagai sudut pandang, tidak hanya sudut
pandang saintifik, tetapi juga sosial, ekonomi, politik, dan etika14. Kualitas
argumentasi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan komponen
argumentasi Toulmin. Komponen argumentasi Toulmin tersebut yaitu claim, data,
9
Alfi Lailatul Qodariyah, “Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik pada Diskusi Isu-
Isu Saintifik”, Skripsi pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. 2018. h. 3
10
Muhamad Imaduddin dan ZaenalKhafidin, Ayo Belajar IPA dari Ulama : Pembelajaran
Berbasis Sosio-Scientific Issues di Abad ke-21, Journal of Natural Science Teaching, Vol. 01,
2018, h. 113
11
Troy. D. Sadler, Sosio-Scientific Issues in the Classroom: Teaching, Learning and
Research, Springer, 2011, h. 4
12
Yanti Herlanti, Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu
Sosiosaintifik Konsumsi Enetically Modified Organism (GMO), Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
Vol. 03, 2014, h. 52
13
Wiwit Zahrotul Wahdan, Oktavia Sulistina dan Dedek Sukarianingsih, Analisis
Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik SMA, MAN, Dan
Perguruan Tinggi Tingkat I, Jurnal Pembelajaran Kimia. Vol. 2, 2017, h. 31
14
Osborne, J., The Role of argument in Science Education. K. Boesma, M. Goedhart, O.
de Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Quality of Science Education. Dordrecht,
Nederlands: Spinger. 2015, h. 368
3
warrant, backing, qualifier, dan rebuttal. Menurut Toulmin komponen
argumentasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level. Level 1 berisi
argumen sederhana melawan claim lain yang bertentangan tanpa data pendukung,
level 2 berisi argumen dari suatu claim melawan claim lain dengan data
pendukung (backing) dari (warrant) tidak berisi sanggahan (rebuttal), level 3
berisi suatu rangkaian claim atau claim berlawanan dengan data pendukung
(backing) dan sedikit sanggahan (rebuttal), level 4 menunjukkan argumen dengan
suatu sanggahan (rebuttal) yang jelas serta memiliki beberapa claim dan konter
claim, level 5 menyajikan argumen yang diperluas dengan lebih dari satu
sanggahan (rebuttal)15. Level tersebut menunjukkan tingkat kualitas argumentasi
siswa.
Selama 5 tahun terakhir ini, beberapa peneliti telah melakukan penelitian
terkait dengan keterampilan argumentasi. Dari beberapa penelitian tersebut,
keterampilan argumentasi bervariasi di beberapa jenjang pendidikan. Oleh karena
itu, karena pentingnya keterampilan argumentasi tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan sebuah kajian terhadap beberapa artikel yang memaparkan hasil
kajiannya terhadap keterampilan argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI)
pada siswa SMA.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah, antara lain:
1. Keterampilan argumentasi merupakan salah satu keterampilan yang
diperlukan pada abad-21, tetapi keterampilan tersebut di jenjang SMA belum
diketahui.
2. Selama ini ada beberapa artikel yang meneliti tentang keterampilan
argumentasi siswa, tetapi dibeberapa artikel tersebut belum diketahui secara
umum bagaimana level argumentasi siswa SMA.
15
Sibel Erduran, Shirley Simon dan Jonathan Osborne., Tapping Into Argumentation:
Development in The Application of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discorse,
Wiley InterScience, 2004, h. 928
4
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian
ini hanya dibatasi pada :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada konsep sains tentang isu-isu sosioscientific
issues (SSI)
2. Penelitian ini hanya terbatas pada analisis tingkatan (level) kualitas
argumentasi menurut Erduran.
3. Subjek penelitian berupa artikel yang dipublikasikan dalam rentang tahun
2016-2020
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
“Bagaimana keterampilan argumentasi siswa SMA dari hasil penelitian
sebelumnya (yang terdapat dari beberapa artikel 5 tahun terakhir) berdasarkan :
1. Level argumentasi menurut Erduran
2. Pembelajaran dalam sosioscientific issues (SSI)
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan argumentasi
siswa dalam sosioscientific issues (SSI) berdasarkan kajian terhadap 10 literatur
(periode 5 tahun terakhir).
F. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain:
1. Bagi Peserta didik hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan seberapa besar keterampilan argumentasi siswa, sehingga siswa
berupaya untuk meningkatkan keterampilan tersebut.
5
2. Bagi Guru Sains, diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
argumentasi siswa dengan menggunakan stimulus Sosioscientific Issues
(SSI).
3. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan sebagai acuan untuk
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21.
6
BAB II
1. Argumentasi
a. Pengertian Argumentasi
Argumentasi adalah pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak
suatu pendapat, pendirian, atau gagasan16. Menurut Keraf argumentasi
didefinisikan sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak
sesuaidengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Argumentasi
merupakan dasar yang fundamental dalam ilmu pengetahuan17.
Menurut Atmazaki, argumentasi digunakan untuk meyakinkan pembaca
atau pendengar tentang gagasan atau pernyataan yang dikemukakan. Pada
dasarnya, argumentasi termasuk bidang retorika atau kemampuan berbahasa yang
memberikan keyakinan kepada pendengar atau pembaca berdaarkan (argumen)
yang tepat. Alasan yang tepat itu mungkin berasal dari fakta dan hubungan logis
antara fakta dengan fakta atau antara fakta dengan pendapat18.
Kata argumentasi mengacu pada proses menciptakan argumen, ini
bertujuan untuk meyakinkan kritik yang masuk akal tentang penerimaan suatu
sudut pandang dengan mengedepankan suatu konvensi yang mengusulkan,
membenarkan, atau menyangkal proposisi yang dinyatakan dalam argumentasi
tersebut. Argumentasi dapat dikonseptualisasikan sebagai konstruksi tiga dimensi.
Pertama, Linguistik sebagai proses seseorang menghasilkan argumen lisan atau
tertulis. Kedua, Kognitif sebagai proses ketika seseorang mengeksekusi penalaran
sambil berdebat. Ketiga, Sosial sebagai proses argumen yang mendiskusikan hal-
16
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 1990) h. 48
17
Rangga Tina, Erizal Gani, dan Nursaid, “Peningkatan Pembelajaran Menulis
Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Branstorming”, Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia,
2013, h. 57
18
Ibid, h. 57
7
hal bersama-sama atau seorang argumen membangun argumen sementara, yang
memiliki lawan bicara imajiner dalam pikiran19.
Chang dan Chiu membedakan argumentasi menjadi dua jenis yaitu
argumentasi formal dan informal ditinjau dari sisi istilah dan struktur penalaran
(reasoning). Berdasarkan istilah, argumentasi formal terdiri dari premis-premis
yang baku, penambahan dan penghapusan isi premis tidak diperbolehkan. Adapun
argumentasi informal mengandung fitur kognitif dan afektif, individu dapat
mengubah premis berdasarkan pengetahuan dan keyakinan pribadi, informasi dari
media massa, buku teks, atau pengalaman hidup, dan lain-lain. Berdasarkan
perspektif struktur penalaran, penalaran formal umumnya menghasilkan sebuah
struktur linier, yang biasanya tidak berkaitan dengan praktik kehidupan sehari-
hari. Sedangkan pada kehidupan sehari-hari, umumnya setiap individu
mengembangkan informasi dari berbagai sumber informasi yang terkategori
sebagai penalaran informal dan menyimpulkan sesuatu secara tentatif sesuai
kondisi. Hasilnya penalaran informal digambarkan sebagai sebuah pohon yang
terdiri dari banyak cabang20.
b. Komponen argumentasi
Komponen argumentasi terdiri dari 6 komponen yaitu :
19
Bahadir Namdar dan Ji Shen, Intersection of Argumentation and The Use of Multiple
Representations in The Context of Socioscientific Issues, Internasional Journal of Science
Education, 38, 2016, pp. 1102
20
S. N. Chang, and M. H. Chiu, Lactos‟s Scientific Research: Programmes as a
Framework for Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues, International
Journal of Science Education, Vol. 30 No. 17, 2008, pp. 1753-1773.
8
e. Kualifikasi (qualifier), yaitu kata keterangan sehari-hari atau kalimat
tambahan yang memperkuat klaim tertentu agar lebih dapat diterima audien.
f. Sanggahan atau bantahan (rebuttal), yaitu pernyataan berlawanan yang
digunakan untuk melemahkan argumen pendukung21.
a. Level 1, Argumentasi terdiri dari claim sederhana versus claim lain yang
berlawanan tanpa data pendukung.
b. Level 2, Argumentasi terdiri dari claim dengan data, dukungan, tetapi
tidak mengandung bantahan.
c. Level 3, Argumentasi terdiri dari rangkaian claim atau kontra claim yang
disertai data, dukungan dengan bantahan atau sanggahan yang lemah.
21
Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:
Developments in the Application of Toulmin’s Argumen Pattern for Studying Science Discourse,
Wiley InterScience, 2004, h. 918
22
Ibid., h. 918
23
Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:
Developments in the Application of Toulmin’s Pattern for Studying Science Discourse, Wiley
InterScience, 2004, h. 928
9
d. Level 4, Argumentasi terdiri dari claim yang disertai dengan bantahan
yang dapat diidentifikasi dengan jelas.
e. Level 5, Argumentasi terdiri dari argumen yang lebih dari satu sanggahan
yang jelas dan tepat.
24
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama: 2007)
h. 101
10
evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat lawanlah yang harus
diterima.
3. Seseorang yang bergargumentasi harus berusaha untuk mengemukakan
pokok persoalannya dengan jelas. Ia harus menjelaskan mengapa ia harus
memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula
konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
4. Seseorang yang berargumentasi harus menyelidiki persyaratan mana yang
masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan
yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang
telah dirumuskannya itu.
5. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu,
maksud yang mana yang lebih memuaskan orang yang berargumentasi
untuk menyampaikan masalahnya25.
25
Ibid., h. 102
11
langkah yang sangat penting. Setiap analisa yang cermat, sejak awal harus
mengungkapkan dengan jelas di mana terletak perbedaan-perbedaan yang
akan diargumentasikan itu. Dengan demikian arah dan sasaran tulisan
hanya dipusatkan kepada titik perbedaan itu26.
e. Mengemukakan Argumen
Sebelum seseorang mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan
untuk argumentasi itu sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan
tersendiri. Suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seorang dapat
memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap obyek atau persoalan.
Entah informasi itu diperoleh melalui observasi, entah melalui riset-riset
bibliografis, ada satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap orang yang
berargumentasi, yaituia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas atau
evidensi itu secara kritis dan logis. Ia harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta
dan autoritas, mana yang dapat dipergunakannya dan mana yang harus
disingkirkannya27.
Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, seseoramg yang berargumentasi
harus siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau
suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila seseorang yang berargumentassi
tidak mempunya rencana penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang
diungkapkan itu tidak terarah, serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta
atau autoritas itu28.
26
Ibid,. h. 103-104
27
Ibid,. h. 104
28
Ibid,. h. 104
12
konteks ilmiah29. SSI juga didefinisikan sebagai suatu isu atau masalah yang
kompleks dan dapat menimbulkan perdebatan sehingga tidak memiliki jawaban
definit atau dengan kata lain jawabannya bersifat terbuka. SSI sangat potensial
jika digunakan sebagai dasar pembelajaran sains di sekolah. Penggunaan SSI
dapat dijadikan penghubung permasalahan nyata di masyarakat dan landasan oleh
pembelajar dalam mengeksplorasi konten sains. Dengan SSI yang diterapkan
dalam pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang
lebih bermakna30.
Masalah-masalah SSI menggabungkan komponen-komponen moral dan
etika dari suatu topik sains yang dilakukan melalui kegiatan diskusi dan interaksi
siswa tentang isu-isu kontroversial bertujuan untuk meredam atau memecahkan
isu-isu tersebut. Oleh karena itu, SSI bersifat terbuka sehingga memungkinkan
siswa untuk berpikir kritis mengenai isu-isu tersebut bersama dengan orang lain
yang memiliki pandangan yang berbeda. gerakan SSI memfokuskan pada
bagaimana siswa memahami suatu permasalahan serta mengambil keputusan dan
keputusan-keputusan yang mereka buat tentang isu-isu tersebut berkaiatan dengan
moral dan etika. Beberapa contoh permasalahan yang bisa dikategorikan
Sicioscientific issues misalnya permasalahan tentang pemanasan global (global
warming), pencemaran lingkungan, penerapan nuklir, dan sebagainya 31.
29
Dana Zeidler, sadler & Scoott Applebaun, Advancing Reflective Judgment through
Socioscientific Issues. Journal of Research in science teaching.,Vol 46 , 1, 2008. pp 74
30
Diana Ayu Rostikawati dan Anna Permanasari, Rekonstruksi Bahan Ajar dengan
Konteks Socio-scientific Issues pada Materi Zat Aditif Makanan untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA., 2016, h. 157
31
Sri Rahayu, Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi Sains
Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks Isu-isu sosiosaintifik (socioscientific issues),
Semnas Pendidikan Kimia & Sains Kimia, 2015 h. 10
13
mengembangkan nilai moral dan etika melalui pendekatan pembelajaran SSI ini
serta integrasi terhadap konsep-konsep sains yang memiliki dampak pada
kehidupan masyarakat32.
32
Widia Rahmawati, Jujun Ratnasari, dan Suhendar, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran
Socioscientific Issues Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik, Jurnal Pelita
Pendidikan, 2018, h. 125
33
Agung W. Subiantoro, Pembelajaran Biologi Berbasis Socio-scientific Issues (SSI)
untuk Mengasah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Seminar Nasional Pendidikan Biologi,
2017, h. 5
14
evaluasi informasi (sains dan aspek
sosial)
Mengembangkan Peluang untuk Diskusi dan debat Evaluasi
kemampuan diskusi perbedaan
komunikasi pendapat
Penguasaan konsep Melibatkan Refleksi gagasan Meta-refleksi
sains aspek sains dan atau pendapat (metakognisi)
teknologi individual
34
Ibid., h. 4
35
Ibid., h. 5-7
15
2) Mengumpulkan dan mengolah (termasuk menilai) informasi atau data
ilmiah yang relevan melalui aktivitas , seperti investigasi, pemodelan,
atau membaca berbagai kajian atau hasil penelitian.
3) Mengelaborasi gagasan atau pengetahuan yang baru diperoleh dari hasil
pengolahan data atau informasi ilmiah pada isu atau persoalan.
4) melakukan interpretasi dan membuat keputusan berbasis data atau
informasi ilmiah.
Model ini dikembangkan oleh Lee dkk melalui penelitian mereka yang
berorientasi pada pengembangan karakter dan nilai. Ada tiga prinsip yang
mendasari pengembangan model ini, yaitu: orientasi karakter dan nilai-nilai,
proses dialog dengan bentuk yang beragam, dan perspektif yang beragam, baik
personal, sosial atau global. Mendukung ketiga prinsip tersebut, ada lima langkah
utama (sintaks) untuk implementasi model ini, seperti berikut:
16
d. Karakteristik Socioscientific Issues (SSI)
SSI memiliki beberapa karakteristik antara lain36:
1. Memiliki dasar ilmu pengetahuan
2. Melibatkan pembuatan opini
3. Sering diberitakan di media
4. Berkaitan dengan informasi yang tidak lengkap karena kurangnya bukti
ilmiah
5. Mengarah pada dimensi lokas, nasional, dan global
6. Melibatkan nilai-nilai dan pertimbangan etis
7. Memerlukan pemahaman tentang berbagai kemungkinan dan risiko
36
Ratcliffe, M, The Place of Socio-scientific Issues in citizenship Education, Human
Right and Citizenship Education, 2009, pp 7
37
Ika Budi Yuliastini, Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, POGIL Berkonteks Socio
Scientific Issues (SSI) dan Literasi Sains Siswa SMK, Prosidium Semnas Pend. IPA Pascasarjana
UM, Vol 1, 2016. h. 606
38
Ibid., h. 606
17
g. Manfaat Socioscientific Issues (SSI)
Pembelajaran SSI mempunyai beberapa manfaat yaitu39:
1. Menumbuhkan kesadaran atau melek sains pada peserta didik sehingga dapat
menerapkan pengetahuan sains berbasis bukti dalam kehidupan sehari-hari.
2. Terbentuknya kesadaran sosial dimana peserta didik dapat melakukan refleksi
mengenai hasil penalaran mereka.
3. Mendorong kemampuan argumentasi dalam proses berpikir dan bernalar
ilmiah terhadap suatu fenomena yang ada di masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis yang meliputi menganalisis,
membuat kesimpulan, memberikan penjelasan, mengevaluasi,
menginterpretasi, dan melakukan self-regulation.
39
Astrid Riauda Putriana, Evi Suryawati, dkk, Pengembangan LKPD Berbasis Socio
Scientific Issues (SSI) Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII, Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, 2020, h. 81
40
Alfi Lailatul Qodriyah, Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik Pada Diskusi Isu-
Isu Sosiosaintifik, (Jakarta, Skripsi Pendidikan Biologi: 2018) h. 16
41
Bahadir Namdar dan Ji Shen, Intersection Argumentation and The Use of Multiple
Representation in The Context of Sosioscientific Issues. International Journal of Science Education,
2016. Vol. 38, No. 7.
18
19
Argumentasi pada Topik Pemanasan Global42:
42
Rola Khishfe, Fahad S, Alshaya, dkk. Students’ Understandings of Nature Science and
Their Arguments in The Context of Four Sosioscientific Issues, International Journal of Science
Education., 2017.
43
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008), Cet. 1, h. 1-2.
20
sejumlah ilmuwan (dari berbagai bidang disiplin), terutama dari kelompok kajian
sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran dan biologi, tidak
selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan. Adakalanya mereka
membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Setidaknya ada tiga alasan44.
Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat
penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset
lapangan. Studi sejarah umumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarah sensus,
sejarah pemikiran atau sejarah ekonomi, tidak bisa lain, kecuali dengan
mengandalkan riset pustaka. Namun begitu, sejumlah disiplin tertentu seperti
studi Islam atau sastra adakalanya juga berurusan dengan riset pustaka45.
Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu
studi pendahuluan (prelimanry reserach) untuk memahami lebih dalam gejala
baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli
kedokteran atau biologi misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk
mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau bakteri penyakit yang belum dikenal
baru-baru ini seperti “sindrom virus pernapasan akut” (severe acute respiratory
syndrom – SARS). Ilmuwan sosial terpaksa mempelajari apa itu nagari di saat
demam “kembali ke nagari” meramaikan wacana otonomi khas Sumetera Barat.
Pakar agama tergugah untuk membuka kembali literatur untuk mencari jawaban
yang lebih tegas tentang apa sikap Islam terhadap perang dan damai di saat
berkecamuknya Perang Irak dewasa ini. Para pakar Islam juga terdorong
mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu
pada saat maraknya aliran-aliran Islam “sempalan” dewasa ini46.
Alasan ketiga adalah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan
penelitiannya. Perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk
riset ilmiah. Lagi pula, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang,
baik berupa laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku- buku yang
tersimpan di perpustakaan tetap dapat dipergunakan oleh periset kepustakaan.
44
Ibid., h. 2.
45
Ibid., h. 2.
46
Ibid., h. 2-3.
21
Dalam kasus tertentu data lapangan diperkirakan tidak cukup signofikanuntuk
menjawab pertanyaan penelitian yang akan dilakukan47.
Akhirnya riset pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan
mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak
orang selama ini. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga
disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian48.
47
Ibid., h. 3.
48
Ibid., h. 3.
49
Ibid., h. 4-5
22
menggunakan perpustakaan dengan tepat ialah langsung saja menggunakannya.
Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan,
tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan
penelitian atau untuk kepentingan membuat makalah.
Ciri yang ketiga ialah bahwa data pustaka umumnya adalah sumber
sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan
bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Sumber pustaka aedikit
banyak mengandung bias (prasangka) atau titik pandangan orang yang
membuatnya. Misalnya, ketika seorang peneliti berharap menemukan data tertentu
dalam sebuah monograf nagari di sebuah perpustakaan, ia mungkin dapat
menemukan monografnya, tetapi tak selalu dapat menemukan informasi yang
diperlukan karena informasi yang tersedia dibuat sesuai dengan kepentingan
penyusunnya. Dengan begitu, peneliti hampir tidak selalu memiliki kontrol
terhadap bagaimana data itu dikumpulkan dan dikelompokkan menurut keperluan
semula. Namun demikian, data pustaka sampai tingkat tertentu, terutama dari
sudut metode sejarah juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia ditulis oleh tangan
pertama atau oleh pelaku sejarh itu sendiri.
Cara yang keempat adalah bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya
kapan pun ia datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia
sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka,
gambar, rekaman, tape atau film). Karena kepustakaan memerlukan pengetahuan
teknis yang memadai tentang sistem informasi dan teknik-teknis penelurusan data
pustaka secukupnya.
23
terpilih berikut ini, yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu
bibliografis50.
Semua koleksi ini biasanya tersimpan di ruang khusus yang disebut reference
room atau ruang referensi dan umumnya tidak untuk dipinjamkan kecuali dibaca
di tempat.
50
Ibid., h. 10
51
Ibid., h. 10-11
24
2. Bibliografi Buku-Buku Teks
Setiap bidang disiplin ilmu tertentu pastilah memiliki buku stadar di
bidangnya atau buku rujukan yang khusus mengenai aspek-aspek tertentu. Buku-
buku tentang studi Islam di Indonesia (termasuk sejarah dan ajarannya) dapat
dilihat mialny buku klasik karya Dr. G.F Pijper, studien over De Geschirdenis
van de zislam in Indonesia, 1900-195052.
52
Ibid., h. 11.
53
Ibid., h. 12.
25
buletin atau majalah biasanya mengeluarkan indeks artikel yang pernah dimuat
dalam terbitan mereka54.
54
Ibid., h. 13.
55
Ibid., h. 14.
56
Ibid., h. 15.
26
Naskah-naskah kuno atau dokumen-dokumen unik biasanya juga dapat
ditemukan dalam perpustakaan57.
8. Sumber-Sumber Lain
Perpustakaan besar yang standar biasanya juga menyimpan “kliping”
koran dan leaflet. Leaflet ialah semacam lembaran berita yang terdiri dari
selembar kertas yang dilipas memuat informasi singkat tentang lembaga, orang
dan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang mengeluarkannya. Leaflet
adakalanya juga memuat opini atau ulasan mengenai isu-isu tertentu sesuai
dengan interest lembaga yang bersangkutan. Leaflet bisa mengantarkan kita
kepada pelackan informasi tentang orang atau kegiatan yang mungkin relevan
untuk kepentingan penelitian selanjutnya58.
57
Ibid., h. 15.
58
Ibid., h. 16.
27
mencapai 3. Pengembangan kerangka ‘scaffolding’ diperlukan untuk
mempertahankan kualitas argumentasi secara sosial dan meningkatkan kualitas
argumetasi secara individual.
Penelitian senada juga dilakukan oleh Yanti Herlanti, pada tahun 2014
yang berjudul “Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu
Sosiosaintifik Konsumsi Enetically Modified Organism (GMO)”. Hasil
penelitian ini menunjukkan pencapaian berargumentasi mahasiswa biologi
berada pada level dua. Level dua bermakna para partisipan mampu
mengungkapkan klaim yang disertai alasan yang logis, namun belum dilandasi
oleh kekuatan bukti empiris ataupun ilmiah yang menyebabkan claim yang
dikemukakan tidak mudah disanggah dan merupakan claim yang kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh Deni fauzi Rahman, pada tahun 2018 yang
berjudul “Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan kualitas argumentasi dalam isu sosiosaintifik
siswa SMP masih rendah. Rendahnya kualitas argumentasi dikarenakan siswa
hanya mampu membuat claim dan rebuttal tetapi sulit membuat alasan (data,
warrant, dan backing). Kesulitan membuat alasan didasarkan kepada
pemahaman konsep siswa itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fildzah Amalia, Riandi, Ari Widodo,
dan Diana Rochintaniawati, pada tahun 2018 yang berjudul “Kompleksitas
Argumentasi Berbasis Isu Sosiosaintifik pada Jenjang SD, SMP, dan SMA”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan kompleksitas argumentasi semakin
menaik sesuai dengan tingkatan jenjang. Kompleksitas argumentasi siswa
dengan level tertinggi pada jenjang SD mencapai level 2-3; jenjang SMP dan
SMA mencapai level 3. Presentase level 3 semakin menaik dari jenjang SMP
menuju SMA. Sedangkan jika dilihat dari kategori level argumentasi yang
mendominasi, level 2 muncul sebagai kategori dominan pada jenjang SD, SMP,
dan SMA.
28
C. Kerangka Berpikir
Studi Literatur
29
kemampuan argumentasinya dengan banyaknya data yang selama ini siswa
tersebut dapatkan, dalam lingkup kelas maupun lingkungannya.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis penelitiannya adalah
pembelajaran yang menghadirkan socioscientific issues (SSI) akan melatihkan
keterampilan argumentasi siswa.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Progam Studi Pendidikan Fisika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan unit hasil penelitian dalam bentuk jurnal internasional
maupun nasional. Waktu efektif pelaksanaan penelitian mulai dari bulan
Maret sampai dengan bulan Juli 2020.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah59. Penelitian kualitatif juga bisa didefinisikan
sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan
landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan60.
Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini bersifat
deskriptif-analitis dengan menggunakan teknik analisis kajian melalui studi
literatur. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi
tertentu yang bersifat faktual61, mengenai masalah yang akan diteliti.
Sedangkan analisis adalah mencari pandangan yang mendalam mengenai
penelitian62. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran dan analisis yang tajam
mengenai “Analisis Argumentasi dalam Socioscientific Issues (SSI).”
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung, Alfabeta:
2017) h. 9
60
Rukin, Metode Penelitian Kualitatif, ( Sulawesi Selatan, Yayasan Amar Cendekia
Indonesia: 2019) h. 6
61
Sudarwan Danim, Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi, ( Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC: 2003) h. 52
62
Nia Ariyani, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis
Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi), (Jakarta, Skripsi: 2019). h. 18
31
C. Sumber Data
Sumber data pada penelitian studi literatur ini adalah literatur-literatur
yang berkaitan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Subandi,” sumber data
utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumentasi foto, rekaman karawitan/lagu dan karya
tulisan lain yang sejenis. Berkaitan dengan data, dapat dibagi jenis data-
datanya ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan
statistik63.
Sebagai penelitian studi literatur, maka sumber data yang digunakan
akan dipaparkan sebagai berikut:
Sumber sekunder adalah setiap publikasi yang ditulis oleh pengarang
yang bukan merupakan hasil pengamatan langsung dari peristiwa-peristiwa
yang dilukiskan. Yang merupakan sumber sekunder yaitu buku teks, review
dari jurnal dan indeks publikasi64. Dalam hal ini sumber data sekunder yang
digunakan adalah jurnal nasional yang juga relevan dengan pembahasan
skripsi ini, dengan rentang waktu 5 tahun terakhir. Terhitung dari tahun 2016.
63
Subandi, Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian Pertunjukkan,
Harmonia,Vol 11, 2, 2011, h. 176
64
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi, 2017: CV Jejak) h. 147
32
data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya dapat
dipergunakan untuk mengambil kesimpulan65.
Data analisis diperoleh dari kajian beberapa jurnal internasional dan
nasional. Dari data tersebut, terdapat gambaran yang sesuai dengan teori yang
ada atau malah sebaliknya.
Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah
1. Mencari Sumber data
2. Mengumpulan data
3. Menelaah data, mempelajari, dan membaca
4. Menyatukan data
5. Terakhir, menginterpretasi data66
65
Ade Ismayani, Metodologi Penelitian, (Aceh, Syiah Kuala University Press:) h. 77
66
Abdul Fattah Zulkarnain, Konsep Pendidikan Jiwa Penuntut Ilmu Perspektif Abdul
Wahhab Asy-Sya’rani dalam Kitab Al-Minah Al-Saniyah, (Jakarta, Skripsi: 2019) h. 28
33
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Artikel-artikel yang dianalisis berjumlah sepuluh buah yang terdiri dari 7
artikel internasional dan 3 artikel nasional pada jenjang SMA. Dari beberapa
artikel tersebut, penulis menganalisis data hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya. Setelah melakukan analisis terhadap artikel-artikel
tersebut, hasil penelitian kemudian dipaparkan dalam bentuk narasi. Dengan cara
setiap artikel yang dikaji dipaparkan apa adanya tanpa menyertakan data primer
atau tidak dalam pengamatan langsung.
Keterampilan argumentasi dapat dianalisis dengan menggunakan
komponen argumentasi Toulmin. Stephen E. Toulmin, seorang ahli filosofi,
menganjurkan suatu pendekatan untuk menganalisis argumen yang sangat berbeda
dengan pendekatan logika formal melalui hasil kerjanya pada tahun 1958 yaitu
“The Uses of Argument”. Struktur argumentasi menurut skema Toulmin (2003)
memiliki 6 tipe pernyataan dasar yang masing-masing memainkan peran yang
berbeda yaitu claim/conclusion, data, warrant, backing, modal qualifier, dan
rebuttal. Claim/conclusion (C) merupakan pernyataan yang diharapkan oleh
pemberi argumen dapat meyakinkan orang lain. Data (D) merupakan dasar dari
argumen, bukti yang relevan untuk klaim. Warrant (W) menjustifikasi hubungan
antara data dan kesimpulan (conclusion), sebagai contoh adalah menyatakan suatu
aturan, definisi, atau membuat analogi. Backing (B) yang menghadirkan bukti
lebih jauh yang mendukung warrant. Modal Qualifier (Q) mengkualifikasi
kesimpulan dengan mengekspresikan derajat keyakinan, dan Rebuttal (R) yang
berpotensi menolak kesimpulan dengan menyatakan kondisi dimana kesimpulan
tersebut tidak berlaku67.
67
Ulumul Ummah, Abdur Rahman As’ari dan I Made Sulandra, Struktur Argumentasi
Penalaran Konvariasional Siswa Kelas VIIIB MTsN 1 Kediri, Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, Vol. I, 2016, h. 4-5
34
Hasil dari analisis argumentasi yang disesuaikan dengan komponen
argumentasi Toulmin, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level. Level 1,
claim sederhana melawan claim lain yang bertentangan tanpa data pendukung.
Level 2, argumentasi terdiri dari claim dengan data, surat perintah atau dukungan,
tetapi tidak mengandung bantahan. Level 3, argumen terdiri dari serangkaian
claim atau kontra claim dengan data, surat perintah atau dukungan, dengan
bantahan lemah. Level 4, argumentasi terdiri dari claim dengan bantahan yang
dapat diidentifikasi dengan jelas. Argumen seperti itu mungkin memiliki beberapa
claim dan kontra-claim. Level 5, argumen terdiri dari argumen yang lebih dari
satu sanggahan68.
Topik yang
No Judul Artikel Wilayah Tahun Hasil Penelitian
dikaji
1 Investigating The Swedia 2016 Racun Dari setiap tema
Interwinement of lingkungan permasalahan,
Knowledge, Value, pada ikan siswa
and Experince of dari laut memberikan
Upper Secondary Baltik claim dan
Students’ keputusan yang
Argumentation berbeda.
Concerning keputusan
Socioscientific mereka berbeda
Issues tergantung pada
latar belakang
(Sci & Educ 25: pengetahuan,
1049-1071. DOI nilai-nilai, dan
10.1007/s11191- pengalaman
016-9859-x) mereka (yaitu,
beban
intelektual
mereka).
68
Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:
Developments in the Application of Toulmin’s Argumen Pattern for Studying Science Discourse,
Wiley InterScience, 2004, h. 928
35
2 Intersection of Amerika 2016 Nuklir Dengan
argumentation and Serikat pembelajaran
the use of multiple berbasis
representation in the Sociosceintific
context of Issues (SSI)
socioscientific dapat
issues. meningkatkan
pemahaman
(International journal konten sains dan
of science education, dapat
Vol. 38, No 7, 1100- menumbuhkan
1132) kemampuan
argumentasi
ilmiah siswa.
Siswa dapat
membuat claim
dan justifikasi
serta alasan
yang ilmiah.
3 Students’ Arab 2017 1. Kloning Hasil
understandings of Saudi Manusia menunjukkan
nature of science 2. Hujan bahwa
and their arguments Asam argumentasi
in the context of 3. Makanan siswa kelas 11
four socioscientific yangdi perempuan lebih
issues. mo- tinggi dari siswa
difikasi laki-laki dengan
(International secara 4 tema kloning
journal of science genetik manusia, Hujan
education, ISSN: 4. Global asam, makanan
0950=-0693 (print) warming yang di
1464-5289 modifikasi
(online)) secara genetik,
dan pemanasan
global. Siswa
mampu
membuat claim,
alasan bahkan
sampai tahap
bantahan pada
36
setiap tema.
Dengan
mengaitkan
pembelajaran
dengan
Socioscienrtific
Issues Ini dapat
meningkatkan
pemahaman
konten sains dan
argumentasi
siswa.
4 Developing Thailand 2019 Industri Dalam siklus
Students’ bahan bakar pertama dan
Argument Skills fosil dan kedua,
Using produk- mayoritas
Socioscientific produknya masing-masing
Issues in a memiliki
Learning Unit on pengembangan
the Fossil Fuel menengah. Jika
Industry and Its dilihat dari
Product. komponen
argumen, siswa
(Science Education berhasil dalam
International, membangun
Volume 29, Issue klaim, warrant,
3, 138-148) dan kontra
argumen (lebih
dari 95%),
sementara tidak
lebih dari 60%
dapat
memberikan
dukungan dan
bantahan
setelah setiap
siklus.
Socioscientific
Issues (SSI)
dalam kontek
37
pembelajaran
sains dapat
menjadi hal
yang menarik
siswa. Karena
sesuai dengan
kehidupan
sehari-hari
siswa.
5 Genetic in socio Jawa 2019 Genetika Siswa dapat
scientific issues: Barat memberikan
measuring rebuttal (Bandung) argumentasinya
abilities in sampai dengan
scientific level 5. Namun
argumentation. hanya sekitar
34,92% yang
(Journal of physics: dapat
Conference series, memberikan
1280 032002, 1-7) sanggahan pada
tema tertentu.
Dari jumlah
sampel 21 maka
yang hanya
mampu
memberikan
sanggahan
hanya 7 orang.
Sehingga SSI
mempunyai
peranan penting
dalam
pembelajaran
sains yaitu
mampu menjadi
stimulus siswa
agar terpancing
memberikan
claim, alasan,
dukungan, dan
sangahan
38
dengan konsep
sains yang telah
dipahami
6 Investigating the Yunani 2020 Bioteknologi Siswa kelompok
impact of the LRP (kelompok
duration of proyek
engagement in penelitian
socioscientific panjang) pada
issues in kelas 10
developing greek menghasilkan
students’Argument argumen yang
ation and informal lebih kuat
reasoning skill menggunakan
penalaran
(American journal informal
of education rasionalistik
research. Vol. 8, No. yaitu argumen
1, 16-23)
tingkat yang
lebih tinggi
didukung oleh
data ilmiah dan
pertimbangan
beragam dari
setiap masalah
pertanyaan,
dibandingkan
dengan
kelompok SRP
(kelompok
proyek
penelitian
pendek).
Keterampilan
argumentasi
siswa dapat
meningkat
dengan
membutuhkan
waktu yang
cukup lama.
39
Ditemukan juga
dengan
memasukkan
SSI dalam
pembelajaran
dapat membantu
guru untuk
meningkatkan
argumentasi
siswa di kelas.
7 Role-play activities Yunani 2020 Vaksinasi Meskipun
a framework for tingkat
developing argumentasi
argumentataion umum rendah
skills on biological yang diberikan
issues in secondary oleh siswa, ada
education. peningkatan
indikatif pada
(American journal tingkat
of education
argumentasi
research. Vol. 8, No.
1, 7-15) pertanyaan
nomor 3.
Peningkatan
tingkat
argumentasi
juga tercermin
dalam
kemampuan
siswa untuk
membangun
argumen yang
lebih kuat
selama kegiatan,
yang memiliki
interpretasi yang
menjanjikan.
Dapat
diidentifikasi
beberapa
argumen level 4
40
dan satu
argumen dengan
bantahan (level
5) dalam
argumen lisan
siswa.
Argumentasi
pada segi
bantahan
terdapat pada
argumentasi
lisan. Sehingga
dapat
disimpulkan
argumentasi
lisan lebih tinggi
dari pada
argumentasi
tertulis dan SSI
dengan
mengaitkan
pembelajaran
dengan SSI ini
meningkatkan
argumentasi
siswa kelas 10
yang
sebelumnya
hanya pada level
1 dan 2.
Tabel 4. 2 Data Hasil Analisis Artikel Nasional pada Jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas)
Topik
No Judul Artikel Wilayah Tahun yang Hasil Penelitian
dikaji
1 Strategi Socio Jawa 2019 Sistem (1)penerapan
Scientific Issues Barat Respirasi strategi Socio
41
untuk (Cirebon) Scientific Issues
Meningkatkan secara keseluruhan
Kemampuan dapat terlaksana
Argumentasi dengan sangat baik,
Ilmiah Siswa pada (2) Terdapat
Konsep Respirasi perbedaan
Di Kleas XI MIPA peningkatan
SMAN 1 kemampuan
Suranenggala. argumentasi ilmiah
siswa antara yang
(Jurnal Ilmu Alam, menggunakan
Volume 2, No 1, strategi
5-69. E-ISSN: pembelajaran Socio
2615-2665) Scientific Issues
dengan siswa yang
tidak menggunakan
strategi
pembelajaran Socio
Scientific Issues
pada pembelajaran
biologi. (3) Respon
siswa terhadap
penerapan strategi
pembelajaran Socio
Scientific Issues
menunjukan respon
setuju dari siswa
dan dapat
menghasilkan
respon yang positif
dari siswa.
Dengan strategi
Socio Scientific
Issues dapat
meningkatkan
argumentasi siswa
kelas 11 secara
signifikan.
2 Pengaruh Process Jawa 2019 Asam Pencapaian level
Oriented-Guided Timur Basa argumentasi siswa
42
Inquiry Learning (Malang) kelas POGIL
Berkonteks Isu berkonteks isu-isu
Sosiosaintifik sosiosaintifik lebih
Terhadap tinggi daripada kelas
Keterampilan POGIL dan
Berargumentasi konvensional yang
Siswa Sekolah dianalisis dengan
Menengah Atas. kerangka Osbosne.
Menerapkan
(Jurnal Inovasi pembelajaran yang
Pendidikan IPA, 5 memfasilitasi argu-
(2), 2019, 168-179. mentasi dengan
ISSN 2406-9205 empat kali
(print), ISSN pertemuan dapat
2477-4820 memfasilitasi
(online)) argumentasi siswa
sampai pada level 4.
3 Pengaruh POGIL Jawa 2019 Ikatan Terdapat perbedaan
Berkonteks Isu Timur Kimia keterampilan
Sosiosaintifik (Malang) berargumentasi
Terhadap Kualitas antara siswa yang
Keterampilan dibelajarkan dengan
Berargumentasi POGIL berkonteks
Siswa SMA pada SSI dengan siswa
Materi Ikatan yang dibelajarkan
Kimia dengan POGIL dan
konvensional.
Pembelajaran
POGIL berkonteks
SSI lebih efektif
dalam
(Jurnal Inovasi membelajarkan
Pendidikan IPA, 5 keterampilan
(1), 2019, 31-44. berargumentasi
ISSN 2406-9205 siswa dibandingkan
(print), ISSN dua kelas lainnya
2477-4820 (online) berdasarkan nilai
rata-rata kualitas
argumentasi.
Tingginya kualitas
43
argumentasi pada
kelas POGIL
berkonteks SSI
didukung dengan
data kualitatif
argumentasi
sosiosaintifik siswa
selama proses
pembelajaran
dimana kualitas
argu-mentasi
sosiosaintifik
mencapai level 4
pada topik SSI.
Proses argumenasi
sosio-sainifik
melalui topik SSI
yang diberikan
mampu
memfasilitasi
keterampilan
berargumentasi
sosiosaintifik siswa
pada level yang
tinggi.
B. Pembahasan
Tuntutan zaman semakin kompleks sehingga dibutuhkan kompetensi-
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu kompetensi Abad 21.
Kompetesi Abad 21 ini meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, kemampuan
berkomunikasi, dan berkolaborasi. Salah satu kompetensi Abad 21 adalah
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini bisa diperoleh dengan
mengasah kemampuan argumentasinya69.
Argumentasi adalah aktivitas penting yang melekat dalam proses
eksplorasi ilmiah. Dalam pendidikan sains, argumentasi mewakili kemampuan
69
Ursula Wingate, “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing is
About, Journal of English for Academic Purpose, 11, 2012, h. 153
44
memilih solusi optimal dari beberapa alternatif yang ada berdasarkan bukti
terhadap masalah yang tidak terstruktur, kontroversial, dan dapat diperdebatkan.
Pembelajaran sains yang efektif tidak hanya membutuhkan keterlibatan siswa
aktif dalam hal penyelidikan ilmiah, tetapi juga pengembangan praktik diskursif
yang memungkinkan siswa untuk menerapkan pemahaman sains mereka pada
pengambilan keputusan dan terlibat dalam diskusi publik terkait isu-isu yang
berkaitan dengan sains. Praktek diskursif ini meliputi evaluasi bukti, menilai
validitas klaim serta menentangnya merupakan bagian dari argumentasi ilmiah70.
Oleh karena itu, argumentasi mempunyai peranan penting dalam pembelajaran
sains.
Data mengenai hasil penelitian argumentasi dalam pembelajaran sains
masih belum melimpah. Sedangkan pada abad 21 ini perlu adanya penelitian
untuk mengkaji argumentasi dalam pembelajaran sains. Sehingga diharapkan
kajian literatur ini dapat menjadi acuan dan menguatkan penelitian sebelumnya.
Guna memberikan gambaran agar melakukan penelitian lanjutan mengenai
argumentasi.
Atas dasar tersebut, penelitian studi literatur mengenai argumentasi dalam
Sosioscientific Issues (SSI) dilakukan untuk menganalisis kemampuan
argumentasi pada penelitian-penelitian sebelumnya.
70
Astrid Kinantya Paramita, I Wayan Dasna, dan Yahmin, Kajian Pustaka: Integrasi
STEM untuk Keterampilan Argumentasi dalam Pembelajaran Sains, Jurnal Pembelajaran Kimia,
2019, h. 94
45
dalam pengajaran sains, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kesadaran mereka tentang beragam aspek dan keterampilan yang terlibat dalam
menyelesaikan SSI melalui model pengajaran multi-disiplin. Desain latihan SSI
multidisiplin jelas membantu perancah diskusi SSI siswa dan keterampilan
evaluasi siswa diinduksi dan didemonstrasikan dalam argumen SSI individu akhir
mereka. Menggunakan SSI tentu membuka pelajaran sains untuk argumentasi
dan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang non-ilmiah. Yang
terpenting, nilai berperan dalam argumentasi SSI yang sangat berbeda dengan
yang biasanya ditemui di kelas sains.
Diskusi dalam kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Setiap
anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap isu yang diberikan. Hasil
analisis artikel tersebut menunjukkan dari setiap tema permasalahan, siswa
memberikan Claim dan keputusan yang berbeda. keputusan mereka berbeda
tergantung pada latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka
(yaitu, beban intelektual mereka). Artikel tersebut juga menjelaskan bahwa siswa
perempuan lebih memiliki argumentasi yang kuat daripada siswa laki-laki, dalam
menjelaskan risiko kesehatan pada isu yang disajikan.
46
Dibawah ini Contoh Argumentasi siswa dari Artikel
47
pemahaman konten sains dan dapat menumbuhkan kemampuan argumentasi
ilmiah siswa. Siswa dapat membuat claim dan justifikasi serta alasan yang ilmiah.
Dijelaskan juga penggunaan representasi mempengaruhi persimpangan dalam
argumentasi siswa meskipun tidak secara signifikan. Namun, representasi tersebut
dapat menjadi stimulus siswa untuk memberikan argumen sesuai kehidupan
sehari-harinya.
48
sebagai tanggapan terhadap skenario tentang kloning manusia. Ada
beberapa pandangan berbeda dari partisipan terhadap masalah kloning
manusia. Sekelompok siswa menyetujui masalah kloning manusia
sedangkan sekelompok lain menentang masalah kloning manusia karena
beberapa alasan. Sebagai contoh, seorang peserta mendukung kloning
manusia dan argumennya melibatkan pembenaran yang sah serta didukung
lebih dari satu alasan sebagai pengganti organ yang rusak. Dibawah ini
contoh sanggahan siswa pada topik kloning manusia.
49
menyebabkan kerusakan pada masyarakat dan lingkungan dan
meningkatkan jumlah kejahatan dan perang karena replikasi tentara. Dia
juga menjelaskan bahwa orang akan membedakan antara kloning dan
manusia asli.
Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan 55% dari siswa perempuan
dan laki-laki membuat argumen dengan justifikasi yang valid didukung oleh
satu alasan seperti yang diilustrasikan dalam kutipan berikut:
Hasil analisis pada topik hujan asam menunjukkan 26% dari peserta
perempuan mempertimbangkan perspektif lain untuk menghasilkan argumen
yang lebih maju. Argumentasi tersebut memiliki justifikasi yang sah didukung
lebih dari satu alasan. Contoh; siswa menjelaskan bahwa para ilmuwan
mungkin menghasilkan kesimpulan yang berbeda yang berkaitan dengan
hujan asam karena latar belakang dan perspektif yang berbeda. Dengan
demikian para ilmuwan memiliki pandangan informasi secara subjektif dari
sifat sains.
50
Gambar 4. 7 Bantahan Siswa dengan Alasan lebih dari satu
Dan 41% peserta laki-laki lebih memilih banyak informasi, penelitian dan
eksperimen mengenai beras yang dimodifikasi secara genetik. Dibawah ini
contoh argumentasi siswa laki-laki:
51
menganggap topik pemanasan global sebagai fenomena alam. Sehingga
mayoritas siswa percaya bahwa pemanasan global adalah masalah
berbahaya, dan diperlukan intervensi untuk menyelesaikannya. Tujuh puluh
dua persen dari peserta menyetujui peraturan tentang pemanasan global.
Mayoritas peserta (63%) menyetujui peraturan untuk melestarikan alam
secara lokal dan global.
4. Developing Students’ Argument Skills Using Socioscientific Issues in a
Learning Unit on the Fossil Fuel Industry and Its Product
Keterampilan argumentasi pada artikel ini berfokus pada lima komponen
yaitu; klaim, alasan, dukungan, kontra argumen, dan bantahan. Sampel yang
digunakan adalah 46 siswa Thailand di Kelas 12 (siswa berusia sekitar 17 tahun)
yang mempelajari kimia minyak bumi pada semester pertama dan mengambil
kursus kimia. Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa dalam
siklus pertama dan kedua, mayoritas masing-masing memiliki pengembangan
menengah. Jika dilihat dari komponen argumen, siswa berhasil dalam
membangun klaim, warrant, dan kontra argumen (lebih dari 95%), sementara
tidak lebih dari 60% dapat memberikan dukungan dan bantahan setelah setiap
siklus.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan
argumentasi siswa lebih tinggi dari pada siklus kedua. Komponen argumentasi
pada siklus pertama aspek claim persentase nilai soal pretestnya 100 dari rentang
nilai 0-100. Persentase nilai soal posttestnya 100 dari rentang 0-100. Aspek
warrant persentase nilai soal pretestnya 93 dari rentang 0-100. Persentase nilai
soal posttestnya 98. Aspek backing persentase nilai pretestnya 12 dari rentang 0-
100 sedangkan persentase nilai posttestnya 28. Aspek counter argument
persentase nilai pretest dan protest 95 dari rentang 0-100. Aspek rebuttal
persentase nilai pretestnya 7 sedangkan nilai posttestnya 44. Komponen
argumentasi pada siklus kedua aspek claim persentase nilai pretest dan
posttestnya sama yaitu 100 dari rentang 0-100. Aspek warrant persentase nilai
pretesnya 90 sedangkan posttestnya 98 dari rentang 0-100. Aspek backing
persentase nilai pretesnya 46 dan posttestnya 55. Aspek counter argument
52
persenrtase nilai pretesnya 98 sedangkan posttesnya 100. Aspek rebuttal
persentase nilai pretesnya 24 dan posttestnya 34 dari rentang 0-100. Berdasarkan
hasil tersebut siswa telah mampu meningkatkan keterampilan argumentasinya.
53
penelitian ini diperoleh tiga aspek, yang pertama adalah tentang komposisi
argumen yang dibangun oleh siswa. Yang kedua adalah tentang kedalaman
bantahan yang disampaikan oleh siswa. Yang ketiga adalah menganalisis data
atau konsep genetik yang digunakan oleh siswa untuk mendukung dan
memperkuat bantahan yang diajukan.
Hasil analisis pada aspek pertama adalah tentang komposisi argumen
yang dibangun oleh siswa. Komposisi argumen yang dibangun siswa pada
umumnya sesuai dengan komponen argumentasi Toulmin meliputi klaim, alasan,
dukungan, penjamin, sanggahan/bantahan, dan tuntutan balasan (counterclaim).
Dari 21 sampel penelitian, diperoleh 100% klaim yang muncul. Berarti semua
siswa mampu membuat klaim dari masalah yang disajikan. 92,06% pada aspek
alasan, menunjukkan bahwa mayoritas siswa sudah mampu membuat alasan dari
klaim yang dibuatnya. Aspek dukungan pada 31,75%, berarti hanya beberapa
siswa yang mampu memberikan dukungan dari klaim maupun alasan yang
dibuatnya. Kemudian 58,92% pada aspek penjamin, berarti setenag dari sampel
penelitian sudah mampu membuat penjamin dari klaim, alasan, maupun
dukungan yang dibuatnya. Di peroleh 34,92% pada aspek sanggahan/bantahan,
menunjukkan bahwa sekitar tujuh siswa yang mampu memberikan
sanggahan/bantahan. Dari total sampel dalam penelitian, persentase tersebut
termasuk kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan tidak banyak siswa yang
mampu memberikan sanggahan/bantahan dari pernyataan siswa yang lain.
Terakhir pada aspek tuntutan balasan (Counterclaim) pada persentase 41,27%,
hal ini menunjukkan hampir setengahnya siswa sudah mampu memberikan
balasan dari sanggahan/bantahan siswa dari diskusi permasalahan sosiosceintific
issues.
Hasil analisis yang kedua adalah tentang kedalaman bantahan yang
disampaikan oleh siswa. Berdasarkan data dari penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 21 siswa hanya 7 siswa yang mampu memberikan bantahan dari
diskusi yang dilakukan di kelas. Aspek bantahan termasuk kategori rendah,
namun sudah memberikan gambaran bahwa siswa sudah mampu memberikan
bantahan dari persoalan yang diajukan dalam diskusi. Aspek bantahan yang
54
terlihat adalah menyerang bantahan atau klaim atas wacana; menunjukkan
kesalahan dalam klaim, alasan, surat perintah, dan / atau kesimpulan dari
pendapat yang diungkapkan dalam wacana; dan memberikan data tambahan
untuk mendukung bantahan yang telah diajukan.
Hasil analisis yang ketiga adalah menganalisis data atau konsep genetik
yang digunakan oleh siswa untuk mendukung dan memperkuat bantahan yang
diajukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wacana tentang avian
influenza dengan penekanan pada konsep replikasi virus yang melibatkan DNA
dan RNA, hanya sampai 6 sampai 8 siswa yang memasukkan data dukungan
untuk memperkuat bantahan mereka. Distribusi data yang mendukung tidak ada
yang menggunakan genetika data konseptual; bahkan ada dua konsep data yang
salah. Lebih banyak data diekspresikan dalam bentuk pengetahuan biologis
tentang virus secara umum. Ini berarti bahwa siswa belum dapat mengaitkan atau
tidak memiliki pengetahuan di bidang genetika untuk digunakan dalam
mendukung sanggahan yang ia usulkan. Data selanjutnya menunjukkan bahawa
konsep genetika sudah cukup baik untuk muncul dalam wacana tentang silsilah
pada kasus Raja Mesir Tutankhamun. Dari 21 sampel penelitian hanya terdapat 7
siswa yang menyebutkan bantahan dan hanya 4 siswa yang memasukkan data.
Kemudian 2 siswa diantaranya memberikan data menggunakan konsep genetik.
Satu siswa lain memberikan dukungan data yang tidak relevan dan satu siswa
memberikan data dalam bentuk pengetahun biologi. Data terakhir menunjukkan
14,29% menggunakan konsep genetika, 14,29 menyeduakan data dengan konsep
biologi yang salah, dan 85,71% data dengan konsep pengetahuan biologi umum.
55
kedua, kelompok yang menghadiri kursus selama 3 jam setiap minggu selama 13
minggu (kelompok proyek penelitian pendek) yang berjumlah 16 siswa. Topik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bioteknologi. Siswa mengisi
kuesioner yang berjumlah delapan pertanyaan terbuka tentang bioteknologi. Siswa
diminta untuk memberikan argumennya, kemudian argumen tersebut dinilai
menggunakan model Toulmin. Hasil analisis artikel tersebut menunjukkan bahwa
siswa pada kelompok proyek penelitian lebih lama memeiliki tingkat argumentasi
yang lebih tinggi daripada siswa dalam kelompok proyek penelitian pendek.
Argumentasi siswa kelompok proyek penelitian pendek diklasifikasikan sebagai
argumen level dan 1 dan 2. Artinya jika argumentasi siswa yang diberikan
berdasarkan unsur-unsur ilmiah, argumentasi tersebut hanya menempati tingkat
argumentasi 1 dan 2. Sebab ungkapan argumentasi siswa tersebut belum
memenuhi kriteria level 3, 4, atau 5. Sehingga keterampilan argumentasi pada
kelompok proyek penelitian pendek perlu ditingkatkan. Sedangkan argumentasi
kelompok pyoyek penelitian panjang dapat mencapai level 4 sampai 5. Hal ini
didukung oleh pembelajaran di kursus yang melibatkan sosioscientific issues dan
durasi waktu yang cukup lama. Sehingga siswa lebih terlatih dalam
mengemukakan argumen dan pengetahuan yang diperoleh lebih matang
56
Tanggapan siswa sesuai tingkat argumen:
57
mampu memberikan argumentasi sampai level 4. Dari data yang diperoleh, tidak
ada siswa yang memberikan argumen sesuai kriteria level 5. Level 4 dan 5 ini
masuk kategori argumentasi lisan.
Hasil data menunjukkan bahwa beberapa siswa (8%) berhasil
meningkatkan level argumentasi mereka dari level 2 ke level 3 setelah permainan
peran. Ini sangat menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam argumen siswa,
karena beberapa membangun opini yang lebih kompleks. Ada juga peningkatan
2% dalam argumen Level 1. Perbedaan ini tidak boleh diartikan sebagai
penurunan tingkat argumentasi siswa setelah bermain peran, tetapi mungkin dapat
terjadi karena faktor-faktor lain seperti kelelahan siswa pada hari terakhir, atau
berkurangnya motivasi mereka untuk mengembangkan argumen yang sebelumnya
mereka nyatakan dalam baik bentuk tertulis maupun lisan selama permainan
peran. Di sisi lain, penurunan tingkat argumentasi yang diamati dalam pertanyaan
2 tidak signifikan secara statistik, dan ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa
siswa tidak termotivasi untuk membangun argumen yang lebih kompleks setelah
permainan peran. Karena mungkin tidak terjadi bahwa tingkat argumentasi siswa
mengalami penurunan setelah keterlibatan mereka dalam permainan peran,
penurunan skor pada pertanyaan 2 mungkin disebabkan oleh penurunan motivasi
siswa untuk berdebat dua kali untuk pertanyaan yang sama. Bahkan, beberapa
siswa telah mengeluh selama penyelesaian alat penelitian, menyatakan bahwa
mereka tidak berubah pikiran.
58
8. Strategi Socio Scientific Issues untuk Meningkatkan Kemampuan
Argumentasi Ilmiah Siswa pada Konsep Respirasi Di Kelas XI MIPA
SMAN 1 Suranenggala.
Keterampilan argumentasi siswa di SMAN 1 Suranenggala pada semester
genap dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-MIPA 1 (kelas eksperimen) berjumlah
35 orang dan kelas XI-MIPA 4 (kelas Kontrol) berjumlah 35 orang. Hasil analisis
dari artikel tersebut menunjukkan bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan kemampuan
argumentasi siswa meningkat dengan perbandingan nilai rata-rata kelas kontrol
dan eksperimen adalah 54 : 67.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator
argumentasi menurut Mc.Neill dan Krajick. Setiap indikator mengalami
peningkatan setelah diberi treatment. Aspek claim pada kelas kontrol dan
eksperimen nilai pretestnya sama yaitu 69 dari rentang 0-100. Setelah mengikuti
proses pembelajaran (nilai posttest) pada aspek Claim nilai kelas kontrol 92 dan
kelas eksperimen 100. Aspek evidence pada kelas kontrol, nilai pretestnya 44
sedangkan kelas eksperimen 43 dengan rentang 0-100. Setelah mengikuti proses
pembelajaran (nilai posttest) pada aspek evidence nilai kelas kontrol 53 dan kelas
eksperimen 83. Aspek reasoning pada kelas kontrol nilai pretestnya 33 sedangkan
kelas eksperimen 32 dengan rentang 0-100. Setelah mengikuti proses
pembelajaran (nilai posttest) pada aspek reasoning nilai kelas kontrol 41 dan kelas
eksperimen 63. Sehingga strategi sosioscientific issues dapat meningkatkan
kemampuan argumentasi ilmiah siswa kelas 11 MIPA.
59
Berikut argumentasi ilmiah kelompok 1 pada indikator Rebbutal
(memberikan sanggahan pada argumentasi lain)
60
berargumentasi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL
berkonteks isu-isu sosiosaintifik dengan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran POGIL dan pembelajaran konvensional. Kualitas argumetasi siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL berkonteks isu-isu
sosiosaintifik mampu mencapai level yang lebih baik daripada kelas yang
dibelajarkan dengan POGIL dan konvensional. Mayoritas argumentasi
sosiosaintifik siswa pada kelas POGIL berkonteks isu-isu sosiosaintifik pada
level 4 (48, 57%), sedangkan kelas POGIL dan konvensional masing-masing
pada level 2 (88,23%) dan level 1 (59,38%). Mayoritas argumentasi saintifik
siswa pada kelas POGIL berkonteks isu-isu sosio-saintifik dan kelas POGIL pada
level 3 dengan persentase masing-masing sebesar 45,72% dan 47,06%,
sedangkan kelas kontrol pada level 2 (65,63%). Hasil penelitian tersebut juga
menjelaskan bahwa kelas eksperimen 1 mencapai level 4, kelas ekperimen 2
mencapai level 2, dan kelas kontrol pada level 1. Sehingga tingkat argumentasi
siswa pada kelas ekperimen 1 lebih tinggi dapari kelas ekeperimen 2 dan kelas
kontrol.
61
Keterampilan argumentasi siswa meningkat karena selama pembelajaran
distimulus dengan menggunakan sosioscientific issues (SSI). SSI ini dapat
memberikan ruang belajar kontekstual untuk mengembangkan keterampilan
berargumentasi dan penalaran moral71. Dibawah ini adalah contoh LKS berbasis
SSI.
71
Sadler, T. D., & Zeidler, D. L. (2009). Scientific literacy, PISA, and socioscientific
discourse: Assessment for progressive aims of science education. Journal of Research in Science
Teaching, 46(8), 909–921. https://doi.org/10.1002/tea.20327
62
Contoh soal pada instrumen keterampilan berargumentasi
63
10. Pengaruh POGIL Berkonteks Isu Sosiosaintifik Terhadap Kualitas
Keterampilan Berargumentasi Siswa SMA pada Materi Ikatan Kimia.
Keterampilan argumentasi di salah satu SMA Negeri Malang dengan
sampel terdiri dari tiga kelompok/kelas yaitu satu kelompok kontrol dan dua
kelompok eksperimen I dan II. Kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran
konvensional (ceramah dan praktikum verifikasi) sedangkan kelas eksperimen I
diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks SSI dan kelas eksperimen II
diberi pembelajaran POGIL tanpa konteks SSI. Hasil analisis dari artikel tersebut
menunjukkan bahwa kelas yang diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks
sosioscientific issues (SSI) memfasilitasi kualitas argumentasi siswa dengan rata-
rata mencapai level 2. Sedangkan pembelajaran tanpa disertai sosioscientific
issues (SSI) kualitas argumentasinya hanya pada level 1. Siswa hanya mampu
membuat claim tanpa data maupun alasan untuk mendukung claim yang mereka
buat.
Pada hasil penelitian ini juga menunjukkan Persentase kualitas
argumentasi tertinggi atau level 5 pada kelas dengan pembelajaran POGIL
berkonteks SSI, POGIL, dan konvensional secara berturut-turut adalah 8,33%;
5,56%; dan 0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas pembelajaran
POGIL dan kelas yang diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks
sosioscientific issues (SSI) dapat memberikan dua sanggahan atau rebuttal dengan
jelas. Namun siswa pada kelas konvensional belum mampu memberikan
sanggahan atau rebuttal dengan jelas. Keterampilan berargumentasi sosiosaintifik
kelas konvensional paling tinggi berada pada Level 4 dimana siswa hanya dapat
menyampaikan satu sanggahan atau rebuttal yang jelas.
64
Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 2
72
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, Intelektualita, 2015. Vol 3,
No. 1, H. 34
65
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa kelas 10, 11, dan 12 memiliki
tingkat argumentasi awal yang sama yaitu pada level 1 dan 2 artinya siswa lebih
mampu membuat claim beserta alasan dari topik yang disajikan. Argumentasi
siswa meningkat sampai level 5 setelah mengaitkan SSI dalam pembelajaran di
kelas. SSI mampu memfasilitasi kemampuan argumentasi siswa pada level
tertinggi dan dapat meningkatkan argumentasi siswa secara signifikan.
Argumentasi lisan siswa dapat mencapai level 5 dibandingkan argumentasi
tertulis. Pada level ini siswa memberikan sanggahan/bantahan secara ilmiah dari
topik yang disajikan. Topik yang disajikan ini meliputi topik yang ada dalam
materi Biologi, Kimia, dan Fisika yang mengandung unsur SSI. Hasil
argumentasi dari ketiga materi tersebut relatif sama yaitu dari level 1 sampai
mampu mencapai level 5, dengan argumentasi tertulis mencapai level 4. Data dari
artikel juga menyebutkan bahwa 95% siswa hanya mampu sampai level 3 dan
60% sudah mencapai level 4 sampai 5. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman siswa (pengalaman intelektual).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 artikel dengan 13 topik sains
(Fisika, Biologi, Kimia) yang disajikan, argumentasi tertinggi terdapat pada topik
Genetika, Bioteknologi dan Vaksinasi. Topik tersebut merupakan bagian dari
materi biologi. Siswa dengan topik tersebut dapat memberikan claim, data,
penjamin (warrant), pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), dan dapat
memberikan lebih dari satu sanggahan atau bantahan (rebuttal). Argumentasi
siswa tersebut termasuk dalam level argumentasi tertinggi yaitu level 5. Pada
materi kimia dengan topik asam basa, ikatan kimia, dan industri bahan bakar fosil
dan produk-produknya, argumentasi siswa dapat mencapai level 3 dan 4. Pada
level tersebut siswa dapat memberikan claim, data, penjamin (warrant),
pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), namun dengan sanggahan yang
lemah bahkan tidak memberikan sanggahan (rebuttal). Sedangkan pada materi
Fisika dengan topik pemanasan global dan nuklir, argumentasi siswa dapat
mencapai level 4 dan 5. Pada level tersebut siswa dapat memberikan claim, data,
penjamin (warrant), pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), dan hanya
memberikan satu sanggahan atau bantahan (rebuttal) yang kuat.
66
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki
argumentasi lebih tinggi dari siswa laki-laki. Data dari artikel menunjukkan
bahwa argumentasi siswa cenderung kurang bergantung pada konten sains
untuk mendapatkan pembenaran. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan emosi
yang didominasi oleh etika, agama, dan anekdot pribadi. Sehingga siswa
sangat perlu mempelajari perbedaan antara argumen dan emosi, untuk
mendapatkan kemampuan untuk membangun argumentasi guna
mempertahankan posisi mereka, yaitu untuk mengemukakan alasan atau
menentang proposisi atau tindakan yang diambil.
Hasil analisis dari artikel tersebut telah memberikan gambaran bahwa
keterampilan argumentasi siswa dapat meningkat jika diberi stimulus yang
menunjang dalam pembelajaran di kelas. Stimulus tersebut adalah
sosioscientific issues (SSI). SSI ini menjadi stimulus siswa untuk dapat
memberikan argumen sesuai dengan topik yang disajikan. Hasil analisis
artikel tersebut juga menjelaskan bahwa siswa lebih mudah memberikan
argumentasi ketika pembelajaran dikaitkan dengan SSI. Sebab SSI berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
67
seharusnya. Selain itu, hasil dari analisis argumentasi siswa SMA pada peneliti
sebelumnya, perlu memerhatikan ketelitian dan berhati-hati dalam mengkaji
artikel tersebut. Hal tersebut disebabkan sedikitnya sumber yang relevan.
Sehingga dapat menghindari kesalahan dalam menyimpulkan.
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penelitian studi literatur ini
memiliki keterbatasan dan kelemahan. Namun hasil dari penelitian studi literatur
ini telah mengungkapkan bahwa Socioscientific Issues (SSI) yang diterapkan
dalam pembelajaran, memberikan pengaruh terhadap keterampilan argumentasi
siswa. Keterampilan argumentasi siswa meningkat secara signifikan sesuai
jenjang pendidikan. Seluruh keterbatasan dan kelemahan penelitian ini
memberikan dorongan kepada penulis untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
mengkaji serta menyimpulkan hasil dari analisis.
Penelitian studi literatur ini tidak hanya memiliki keterbatasan dan
kelemahan tapi juga memiliki kelebihan. Adapun kelebihan dari penelitian ini
adalah mudah dalam memperoleh sumber data tanpa memerlukan banyak waktu,
biaya dan tenaga. Penelitian ini juga membantu seorang peneliti untuk
menghindari gangguan yang berpotensi muncul dibanding metode penelitian
yang lain.
68
BAB V
B. Saran
Berdasarkan penelitian studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan
beberapa kekurangan. Sehingga penulis mengajukan beberapa saran sebagai
upaya perbaikan dalam penelitian-penelitian serupa di masa mendatang sebagai
berikut:
1. Perlu adanya kajian lanjutan mengenai keterampilan argumentasi siswa pada
konsep-konsep fisika, biologi maupun kimia yang lain untuk mengetahui
kualitas argumentasinya.
2. Kurangnya artikel yang dikaji menunjukkan bahwa penelitian dengan
Socioscientific Issues (SSI) jarang digunakan serta kurang adanya informasi
terkait pengaruh dari SSI ini. Sehingga perlu adanya penelitian lanjutan
dengan menggunakan Socioscientific Issues (SSI).
3. Semakin banyak artikel yang di analisis maka kualitas penelitian akan
semakin baik. Oleh karena itu, perlu menggunakan banyak artikel
internasional maupun yang nasional sebagai bahan analisis untuk
meningkatkan kualitas penelitian.
69
DAFTAR PUSTAKA
Agung, W. Subiantoro. Pembelajaran Biologi Berbasis Socio-scientific Issues
(SSI) untuk Mengasah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi. 2017, h. 5
Ayu, Diana Rostikawati dan Anna Permanasari, Rekonstruksi Bahan Ajar dengan
Konteks Socio-scientific Issues pada Materi Zat Aditif Makanan untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. 2016,
h. 157.
Budi, Ika Yuliastini., Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, POGIL Berkonteks
Socio Scientific Issues (SSI) dan Literasi Sains Siswa SMK. Prosidium
Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol 1, 2016. h. 606
Chang and Chiu, Lactos‟s Scientific Research: Programmes as a Framework for
Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues.
International Journal of Science Education. Vol. 30 No. 17, 2008, pp.
1753-1773.
Cyntia, Ade Pritasari., Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari. Peningkatan
Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based
Learning pada Siswa Kelas X MIA SMA Batik 2 Surakarta Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.8, 2016, h. 2.
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2003
Erduran, Sibel., Shirley Simon dan Jonathan Osborne., Tapping Into
Argumentation: Development in The Application of Toulmin’s Argument
Pattern for Studying Science Discorse, Wiley InterScience, 2004, h. 928
fauzi, Deni Rahman. Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP.
Journal of natural Science Teaching, Vol.1, 2018, h. 10
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama:
2007, h. 102
Hendri, Silviana dan Aprina Defiani. Review: Membentuk Keterampilan
Argumentasi Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains (SNIPS),
2015, h. 545
Ismayani, Ade. Metodologi Penelitian. Aceh: Syiah Kuala University Press, h. 77
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik Cet. ke-4. Jakarta:
Rineka Cipta, 2014, h. 105
70
Kinantya, Astrid Paramita., I Wayan Dasna, dan Yahmin, Kajian Pustaka:
Integrasi STEM untuk Keterampilan Argumentasi dalam Pembelajaran
Sains. Jurnal Pembelajaran Kimia. 2019.
Kuhn, D., Teaching and Learning Science as Argument. Science Education, 2010,
h. 6-17
Lailatul, Alfi Qodariyah. “Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik pada
Diskusi Isu-Isu Saintifik”, Skripsi pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta. 2018. h. 368
Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan Cet. Ke- 1, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008, h. 1-2.
Namdar, Bahadir dan Ji Shen, Intersection of Argumentation and The Use of
Multiple Representations in The Context of Socioscientific Issues.
Internasional Journal of Science Education. Vol.38, 2016, pp. 1100-1132
Nia Ariyani, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis
Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi). Jakarta,
Skripsi UIN Jakarta: 2019, h. 18
Osborne, J., The Role of argument in Science Education. K. Boesma, M.
Goedhart, O. de Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Quality of
Science Education. Nederlands. 2015.
Rahayu, Sri. Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi
Sains Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks Isu-isu
sosiosaintifik (socioscientific issues). Semnas Pendidikan Kimia & Sains
Kimia. 2015 h. 10
Rahmawati, Widia., Jujun Ratnasari, dan Suhendar, Pengaruh Pendekatan
Pembelajaran Socioscientific Issues Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik. Jurnal Pelita Pendidikan. 2018, h. 125
Ratcliffe, M. The Place of Socio-scientific Issues in citizenship Education.
Human Right and Citizenship Education. 2009, pp 12-16
Riauda, Astrid Putriana., Evi Suryawati, dkk. Pengembangan LKPD Berbasis
Socio Scientific Issues (SSI) Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 2020, h. 81
Rukin. Metode Penelitian Kualitatif. Sulawesi Selatan: Yayasan Amar Cendekia
Indonesia, 2019, h. 6
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2017, h. 9
71
Tina, Rangga., Erizal Gani, dan Nursaid, Peningkatan Pembelajaran Menulis
Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Branstorming. Jurnal
Pendidikan Bahasa Indonesia. 2013, h. 57
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 48.
Troy. D. Sadler, Sosio-Scientific Issues in the Classroom: Teaching, Learning and
Research, Springer, 2011, h. 367
Ummah, Ulumul., Abdur Rahman As’ari dan I Made Sulandra, Struktur
Argumentasi Penalaran Konvariasional Siswa Kelas VIIIB MTsN 1
Kediri. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. I, 2016, h. 4-
5
Wingate, Ursula., “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing
is About. Journal of English for Academic Purpose. Vol. 11, 2012, h. 153
Yuni, Etistika Wijaya., Dwi agus Sudjimat dan Amat Nyoto. Transformasi
Pendidikan Abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber Daya
Manusia di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika. Vol.1 , 2016. h. 263
Zahrotul, Wiwit Wahdan., Oktavia Sulistina dan Dedek Sukarianingsih, Analisis
Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik
SMA, MAN, Dan Perguruan Tinggi Tingkat I. Jurnal Pembelajaran
Kimia. Vol. 2, 2017, h. 30-40
Zeidler, Dana., sadler & Scoott Applebaun, Advancing Reflective Judgment
through Socioscientific Issues. Journal of Research in science
teaching.Vol 46 , 1, 2008. pp 74
72
Lembar Rincian Artikel Internasional yang dikaji
Variabel Desain dan
No Data Jurnal Karakteristik Sampel Jenis Penelitian Identitas Jurnal
Instrumen
1. 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kualitatif Sci & Educ 25: 1049-
Carl-Johan Rundgen, Salah satu SMA di Knowledge, Value, and 1071. DOI
Martin Eriksson, dan Swedia. Experince of 10.1007/s11191-016-
Shu-Nu Chang 2. Subjek Penelitian: Argumentation 9859-x
Rundgren. Siswa SMA 2. Variabel Bebas:
2. Judul Penelitian: 3. Sampel Penelitian: Socioscientific Issues
Investigating The 7 Siswa (4 laki-laki dan 3. Alat Ukur Penelitian:
Intertwinement of 3 perempuan) dari Rekaman, Tes Tulis
Knowledge, Value, and progam sains-utama. dalam bentuk laporan,
Experince of Upper dan Wawancara pasca
Secondary Students’ latihan.
Argumentation
Concerning
Socioscientific Issues
3. Nama Jurnal:
Sci & Educ (Article)
4. Institusi:
Stockholm University
(Swedia)
5. Tahun Terbit:
2016
2 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kualitatif (Studi International journal of
Bahadir Namdar dan Ji Salah satu SMA di Argumentation berbasis desain science education, Vol.
Shen Amerika Serikat 2. Variabel Bebas: keseluruhan) 38, No 7, 1100-1132
2. Judul Penelitian: 2. Subjek Penelitian: Socioscientific Issues
Intersection of Siswa SMA 3. Alat Ukur Penelitian:
argumentation and the 3. Sampel Penelitian: Platform organisasi
use of multiple 20 siswa SMA pengetahuan berbasis
73
representation in the webyang
context of menggabungkan tiga
socioscientific issues. mode representasional:
3. Nama Jurnal: teks, peta konsep, dan
International journal of gambar.
science education.
4. Institusi:
University of Miami,
USA
5. Tahun Terbit:
2016
3 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Mix methode International journal of
Rola Khishfe, Fahad S. 6 sekolah SMA di Arab Knowledge, Value, and science education,
Alshaya, Saouma Saudi Experince of ISSN: 0950=-0693
Boujaoude, Nasser 2. Subjek Penelitian: Argumentation (print) 1464-5289
Mansour dan Khalid I. Siswa kelas XI 2. Variabel Bebas: (online)
Alrudiyan. 3. Sampel Penelitian: Socioscientific Issues
2. Judul Penelitian: 74 siswa 3. Alat Ukur Penelitian:
Students’ Kuesioner yang terdiri
understandings of dari 4 skenario yang
nature of science and membahas SSI
their arguments in the
context of four
socioscientific issues.
3. Nama Jurnal:
International journal of
science education
4. Institusi:
American University of
Beirut
5. Tahun Terbit:
2017
74
4 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Penelitian Science Education
Bureerat Suephatthima Salah satu SMA di Argumentation Skills Tindakan Kelas International, Volume
dan Chatree Faikhamta Thailand 2. Variabel Bebas: 29, Issue 3, 138-148
2. Judul Penelitian: 2. Subjek Penelitian: Socioscientific Issues
Developing Students’ Siswa kelas XII di 3. Alat Ukur Penelitian:
Argument Skills Using Thailand Observasi kelas, jurnal
Socioscientific Issues in 3. Sampel Penelitian: reflektif guru dan
a Learning Unit on the 46 siswa (berusia sekitar siswa, Kuesioner
Fossil Fuel Industry 17 tahun) yang Keterampilan
and Its Product mempelajari kimia Argumentasi
3. Nama Jurnal: minyak bumi pada (Arguement Skill
Science Education semster pertama tahun Questionnaire: ASQ)
International akademik 2014
4. Institusi:
Kasetsart University,
Bangkok, Thailand
5. Tahun Terbit:
2019
5 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Studi kasus Journal of physics:
A Anisa, A Widodo, R Salah satu SMA di jawa Scientific Conference series, 1280
Riandi, dan M Muslim. Barat Argumentation 032002, 1-7
2. Judul Penelitian: 2. Subjek Penelitian: 2. Variabel Bebas:
Genetic in socio Kelas X dan kelas XI Socio-scientific issues.
scientific issues: 3. Sampel Penelitian: 3. Alat Ukur Penelitian:
measuring rebuttal 11 siswa kelas XI dan 10 Tes wacana argumetasi
abilities in scientific siswa kelas X. dan wawancara.
argumentation.
3. Nama Jurnal:
Journal of physics
4. Institusi:
Universitas Pendidikan
75
Indonesia, Bandung.
5. Tahun Terbit:
2019
6 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kuantitatif American journal of
Martha Georgion, Salah satu SMA di Argumentation and education research. Vol.
Evangelia Mavrikaki, Yunani informal reasoning 8, No. 1, 16-23
Krystallia Halkia, dan 2. Subjek Penelitian: skills
Issidora Papassideri. Kelas X (sepuluh) 2. Variabel Bebas:
2. Judul Penelitian: 3. Sampel Penelitian: Socio-scientific issues.
Investigating the impact 36 siswa kelas X 3. Alat Ukur Penelitian:
of the duration of (sepuluh) Kuesioner yang terdiri
engagement in dari 8 pertanyaan
socioscientific issues in terbuka.
developing greek
students’Argumentation
and informal reasoning
skills.
3. Nama Jurnal:
American journal of
education research.
4. Institusi:
Nasional and
Kapodistrian University
of Athens, Yunani.
5. Tahun Terbit:
2020
7 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Mix methode American journal of
Angeliki Maniatakon, Salah satu SMA Negeri Argumentation skills education research. Vol.
Issidora Papassideri, di Yunani 2. Desain: 8, No. 1, 7-15
dan Martha Georgion. 2. Subjek Penelitian: Untuk data kuantitatif
2. Judul Penelitian: Kelas X (sepuluh) dengan desaain pre-
76
Role-play activities a 3. Sampel Penelitian: test dan post-test.
framework for 10 siswa laki-laki dan 12 3. Alat Ukur Penelitian:
developing siswa perempuan. Data kuantitatif:
argumentataion skills Kuesioner yang terdiri
on biological issues in dari 5 pertanyaan
secondary education terbuka dibuat
3. Nama Jurnal: lampiran.
American journal of Data kualitatif: Alat
education research. perekam kegiatan.
4. Institusi:
Nasional and
Kapodistrian University
of Athens, Yunani.
5. Tahun Terbit:
2020
77
Lembar Rincian Artikel Nasional yang dikaji
Variabel Desain dan
No Data Jurnal Karakteristik Sampel Jenis Penelitian Identitas Jurnal
Instrumen
1 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Kuantitatif Jurnal Ilmu Alam,
Siska, yunita, dan SMAN 1 Suranenggala Kemampuan Volume 2, No 1, 5-69.
Mujib Ubaidillah 2. Subjek Penelitian: argumentasi Ilmiah E-ISSN: 2615-2665
2. Judul Penelitian: Kelas XI-MIPA 1 dan 2. Variabel Bebas:
Strategi Socio Scientific Kelas XI –MIPA 4 Strategi Socio Scientific
Issues untuk 3. Sampel Penelitian: Issues
Meningkatkan 35 orang kelas XI-MIPA 3. Desain:
Kemampuan 1 (kelas eksperimen) dan Pretest-postest control
Argumentasi Ilmiah 35 orang kelas XI-MIPA group design
Siswa pada Konsep 4 (kelas kontrol) 4. Alat Ukur Penelitian:
Respirasi Di Kleas XI Observasi, lembar kerja
MIPA SMAN 1 siswa (LKS), dan Tes
Suranenggala. (pretest dan posttest)
3. Nama Jurnal:
Jurnal Ilmu Alam
Indonesia.
4. Institusi:
IAIN Syaikh Nurjati
Cirebon.
5. Tahun Terbit:
2019
78
Oriented-Guided 35 orang sebagai Isu Sosiosaintifik
Inquiry Learning kelas eksperimen 1 3. Desain:
Berkonteks Isu yang dibelajarkan Eksperimen Semu
Sosiosaintifik Terhadap dengan model posttest only design
Keterampilan pembelajaran 4. Alat Ukur Penelitian:
Berargumentasi Siswa POGIL-SSI Tes keterampilan
Sekolah Menengah 34 orang sebagai berargumentasi tertulis
Atas. kelas kelas
3. Nama Jurnal: eksperimen 2 yang
Jurnal Inovasi dibelajarkan dengan
Pendidikan IPA. model pembelajaran
4. Institusi: POGIL
Universitas Negeri 32 orang sebagai
Yogyakarta kelas eksperimen 1
5. Tahun Terbit: yang dibelajarkan
2019 dengan model
pembelajaran
konvensional
3 1. Nama Peneliti: 1. Tempat Penelitian: 1. Variabel Terikat: Mixed-methods Jurnal Inovasi
Anisyah Dasa Astarina, Salah satu SMA di Keterampilan Pendidikan IPA, 5 (1),
Sri Rahayu, dan Kabupaten Malang Berargumentasi 2019, 31-44. ISSN
Yahmin Yahmin 2. Subjek Penelitian: 2. Variabel Bebas: 2406-9205 (print), ISSN
2. Judul Penelitian: Kelas X SMA di Pembelajaran POGIL 2477-4820 (online)
Pengaruh POGIL Kabupaten Malang Berkonteks Isu
Berkonteks Isu 3. Sampel Penelitian: Sosiosaintifik
Sosiosaintifik Terhadap Terdiri dari 3 3. Desain:
Kualitas Keterampilan kelompok/kelas yaitu Kuantitatif quasy
Berargumentasi Siswa satu kelompok kontrol experiment posttest-
SMA pada Materi dan dua kelompok only design
Ikatan Kimia. eksperimen I dan II. 4. Alat Ukur Penelitian:
3. Nama Jurnal: Data kuantitatif:
Jurnal Inovasi Tes keterampilan
79
Pendidikan IPA. berargumentasi
4. Institusi: tertulis
Universitas Negeri Data kualitatif:
Yogyakarta wawancara siswa
5. Tahun Terbit: tentang sikap siswa
2019 terhadap SSI dan
argumentai siswa
pada proses
pembelajaran.
80