Anda di halaman 1dari 16

Sembilan Belas Episode Merdeka Belajar

Penulis wini artati - April 14, 2022

Merdeka Belajar adalah suatu langkah pembaharuan untuk mentransformasi pendidikan


demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil
Pelajar Pancasila. Cikal Bakal semangat dari Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Mas
Menteri Nadiem Anwar Makarim terinspirasi dari filsafat Ki Hajar Dewantara bersama
dengan Presiden Sukarno yang saat itu sedang berusaha mendefinisikan kembali konsep
dari sistem pendidikan nasional sebagai suatu sistem yang memberdayakan (empowering)
baik itu bagi individual maupun bagi negara yang di dalamnya mengandung pesan-pesan
tentang: kemerdekaan, kesukarelaan, demokrasi, toleransi, ketertiban, kedamaian,
kesesuaian dengan keadaan dan suasana, dan sebagainya yang termaktub di dalam kelima
sila Pancasila sebagai dasar negara. Dua elemen utama yang mendasari Merdeka Belajar
adalah: (1) kemerdekaan dan (2) kemandirian. Dengan dua elemen utama ini, Merdeka
Belajar bercita-cita menghadirkan pendidikan bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia
melalui pengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa.

Beberapa bulan sebelum dicanangkannya Merdeka Belajar, Mas Menteri juga telah
melakukan riset bersama tim terkait pendekatan yang terbaik untuk mengatasi beragam
persoalan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Pada awalnya beliau berpikiran
bahwa pendekatan manajerial adalah pendekatan yang ideal untuk bidang pendidikan,
namun ternyata setelah melalui riset, beliau mengungkapkan bahwa pendekatan
manajerial tidak ideal untuk pendidikan seperti aspek reward and punishment, one-size-
fits-all, dll karena “produk” dari pendidikan itu sendiri bukanlah suatu barang seperti
aplikasi, program, dan lain sebagainya namun adalah manusia. Jadi tingkat kompleksitas
dari pembentukan seorang manusia dalam proses pendidikannya itu tidak bisa
diseragamkan pendekatannya sehingga salah satu kunci utama untuk dapat menyentuh
seorang manusia dalam rproses pendidikannya adalah dari kultur sekolah/budaya
belajar/mendidik yang merupakan bagian dari “organizational culture”.

Di dalam konsep Merdeka Belajar juga memuat suatu upaya perubahan mindset dari
teacher sentris menjadi collaboration sentris. Ini artinya, guru tidak hanya menjadi satu-
satunya sumber informasi, tetapi siswa juga memiliki peran untuk melengkapi apa yang
disampaikan guru melalui sumber belajar lain yang dimilikinya sehingga guru dan siswa
akan bersama-sama menjadi agen perubahan (agent of change) untuk menyelesaikan
masalah-masalah dalam proses pendidikan.

Konsep Merdeka Belajar sendiri di dalam translasi ke dalam Bahasa Inggris pun telah
mengalami “shifting”: pada awal pencanangannya, Mas Menteri cenderung menggunakan
padanan kata bahasa Inggris “Freedom to Learn atau Freedom of Learning” namun sejalan
dengan waktu hingga saat ini, ada peningkatan “gradasi” dari yang awalnya “freedom”
menjadi “emancipated”, sehingga untuk saat ini, Merdeka Belajar lebih diterjemahkan
sebagai “Emancipated Learning” karena lebih menitikberatkan pada aspek otonomi yang
tidak hanya sekadar “kebebasan” saja melainkan lebih pada kemampuan untuk mandiri
dalam mengambil keputusan dan/atau menentukan pilihan melalui pertimbangan yang
matang sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan (tidak dipukul rata).

Melalui acara webinar “A Fireside Conversation at Harvard” tanggal 4 September 2021, ada
beberapa lessons learned yang penting untuk kita renungkan terkait dengan esensi dari
Merdeka Belajar yang dipaparkan oleh mas Menteri sebagai berikut:

1. Merdeka belajar tidak hanya memberikan kemerdekaan berpikir terhadap potensi-


potensi yang ada dari setiap individu namun juga memberikan kemerdekaan kepada
institusi pendidikan yang menjadi prasyarat untuk berinovasi, untuk dapat lebih fleksibel
dan saling menghormati keragaman yang ada di Indonesia dalam ruang lingkup yang luas,
dan di kelas dalam ruang lingkup yg kecil.

2. Implementasi dari Merdeka Belajar diantaranya adalah:

• Memberikan kemerdekaan untuk kepala sekolah memutuskan sendiri melalui laporan


yang transparan terkait bagaimana mengalokasikan anggaran

• Memberikan kemerdekaan kepada para guru untuk memutuskan seberapa jauh, seberapa
cepat, dan seberapa pelan mereka perlu mengadaptasikan kurikulum sesuai

dengan kemampuan masing2 siswanya sehingga tidak ada yang merasa “dikucilkan”,
“ditinggalkan”, atau “diburu-buru/dipaksa”.

• Memberikan kemerdekaan kepada siswa untuk memiliki beragam pilihan terkait


pendidikan yang akan ditempuh

• Memberikan kemerdekaan untuk mengakses informasi dari beragam sumber-sumber dan


tidak hanya terbatas pada sumber tekstual saja

• Memberikan kemerdekaan kepada guru dan kepala sekolah dari beban admininstrasi yang
terlalu berat/kompleks sehingga dapat lebih fokus pada tugas utamanya

yaitu peningkatan kualitas belajar siswa

• Memberikan kemerdekaan bagi guru untuk mengakses materi-materi yang berkualitas


untuk peningkatan kapasitas guru sesuai dengan waktu, ritme, dan kemampuan

belajarnya sendiri-sendiri melalui berbagai pilihan platform pembelajaran elektronik/digital


yang dapat memberdayakan

• Yang bukan termasuk dalam esensi Merdeka Belajar adalah keseragaman, standarisasi,
dan ujian berisiko tinggi bagi siswa
Kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam setiap episode/program Merdeka Belajar
diharapkan dapat mendukung terciptanya suatu ekosistem yang menggali potensi terbesar
para guru dan murid untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri,
kontekstual, dan inovatif dalam membangun kreativitas. Sampai pada bulan April tahun
2022 ini, Merdeka Belajar telah menghadirkan sembilan (19) episode/program. Berikut ini
adalah pemaparan dari setiap episodenya/programnya.

Episode I Merdeka Belajar: Asesmen Nasional, USBN, RPP dan PPDB

Pada Episode 1 yang diluncurkan pada tanggal 11 Desember 2019 ini, Kemendikbudristek
menetapkan 4 pokok kebijakan, yaitu :

1) Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Asesmen Nasional (AN). Asesmen ini
menekankan kemampuan penalaran literasi dan numerik yang didasarkan pada praktik
terbaik tes PISA.

2) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah.

3) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Dalam penerimaan siswa baru (PPDB), sistem zonasi diperluas (tidak termasuk daerah
3T).

Terkait penggantian UN, Mendikbudristek Nadiem Makarim menjelaskan bahwa tujuan dari
mengganti UN dengan AN adalah agar tidak ada lagi diskriminasi bagi murid yang tidak
mampu mem-bimbel kan anak. Sebab, AN akan menjadi evaluasi kepada sekolah dan
sistemnya.
Episode II: Kampus Merdeka

Pada episode II yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2020 ini dikenal dengan nama
Kampus Merdeka. Kemendikbudristek melakukan penyesuaian di lingkup pendidikan tinggi
diantaranya pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum, dan hak belajar tiga semester di luar program studi.
Rangkaian kebijakan Kampus Merdeka ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi
mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung
ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. Kampus Merdeka juga diharapkan
dapat menjawab tantangan perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai
perkembangan zaman, kemajuan IPTEK, tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun
dinamika masyarakat.

Episode III: Penyaluran dan Penggunaan Dana BOS

Pada Merdeka Belajar Episode III yg diluncurkan tanggal 10 Februari 2020 ini,
Kemendikbud mengubah mekanisme bantuan dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
untuk tahun anggaran 2020. Salah satu prinsip penggunaan dana BOS pada tahun 2020
adalah fleksibilitas. Peningkatan fleksibilitas dan otonomi penggunaan dana BOS bertujuan
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah, terutama untuk meningkatkan
kesejahteraan guru honorer. Pada episode II ini ditetapkan bahwa sebanyak 50 persen
anggaran dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) dapat digunakan untuk membiayai
guru honorer. Pembayaran honor guru honorer dengan menggunakan dana BOS dapat
dilakukan dengan persyaratan yaitu guru yang bersangkutan sudah memiliki Nomor Unik
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), belum memiliki sertifikasi pendidik, serta
sudah tercatat di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sebelum 31 Desember 2019. Kebijakan
ini merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang berfokus pada meningkatkan
fleksibilitas dan otonomi bagi para kepala sekolah untuk menggunakan dana BOS sesuai
dengan kebutuhan sekolah yang berbeda-beda. Namun, hal ini diikuti dengan pengetatan
pelaporan penggunaan dana BOS agar menjadi lebih transparan dan akuntabel.

Episode IV: Program Organisasi Penggerak (POP)

Selanjutnya, pada Merdeka Belajar episode IV yang diluncurkan tanggal 10 Maret 2020 ini
fokus pada Program Organisasi Penggerak (POP). Program Organisasi Penggerak (POP)
merupakan upaya Kemendikbudristek melibatkan ormas yang bergerak di bidang
pendidikan, terutama yang memiliki rekam jejak baik dalam pelatihan pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK), dan yang telah memiliki atau sedang mengembangkan model
peningkatan kompetensi PTK yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan di Indonesia.
Nantinya organisasi penggerak akan dibantu secara pendanaan oleh pemerintah melalui
seleksi yang transparan dan adil guna membantu pemerintah mentransformasi sekolah
menjadi Sekolah Penggerak. Terdapat enam tipe intervensi kategori ormas, yaitu: 1)
Pengetahuan substansi pendidik; 2) Keterampilan pedagogi pendidik; 3) Pengembangan
keprofesian pendidik; 4) Supervisi dan bimbingan akademik; 5) Keterampilan manajemen
dan kepemimpinan yang komprehensif untuk kepala satuan pendidikan; dan 6) Reformasi
satuan pendidikan yang komprehensif. Kebijakan ini bertujuan untuk semakin
memberdayakan organisasi masyarakat dalam membangun Sekolah Penggerak karena
keberadaan organisasi penggerak di tengah masyarakat sangat penting.

Episode V: Guru Penggerak

Pada 3 Juli 2020, Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar Episode V: Guru


Penggerak. Arah program Guru Penggerak berfokus pada pedagogi, serta berpusat pada
murid dan pengembangan holistik, pelatihan yang menekankan pada kepemimpinan
instruksional melalui on-the-job coaching, pendekatan formatif dan berbasis
pengembangan, serta kolaboratif dengan pendekatan sekolah menyeluruh. Terdapat tiga
modul pelatihan. Paket Pertama adalah Paradigma dan Visi Guru Penggerak dengan materi
refleksi filosofi pendidikan Indonesia – Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai dan visi Guru
Penggerak, dan membangun budaya positif di Sekolah. Paket Kedua adalah Praktik
Pembelajaran yang Berpihak pada Murid dengan materi pembelajaran berdiferensiasi,
pembelajaran sosial dan emosional, dan pelatihan (coaching). Paket Ketiga adalah
Kepemimpinan Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah berisi materi tentang
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya, dan pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Melalui visi
Merdeka Belajar, Guru Penggerak diharapkan dapat mencetak sebanyak mungkin agen-
agen transformasi dalam ekosistem pendidikan yang mampu menghasilkan murid-murid
berkompetensi global dan berkarakter Pancasila, mampu mendorong transformasi
pendidikan Indonesia, mendorong peningkatan prestasi akademik murid, mengajar dengan
kreatif, dan mengembangkan diri secara aktif.
Episode VI: Transformasi Dana Pemerintah untuk Perguruan Tinggi

Pada 3 November 2020 Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar Episode VI, yaitu
“Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi” yang diresmikan Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan fokus utama meningkatkan kualitas perguruan
tinggi guna mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul yang salah satunya melalui
transformasi pendidikan tinggi agar mampu mencetak lebih banyak lagi talenta-talenta
yang mampu bersaing di tingkat dunia. Untuk mengukur kualitas pendidikan tinggi,
Kemdikbud telah menetapkan 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) dimana Delapan IKU ini
akan menentukan jika perguruan tinggi terkait berhak mendapatkan bantuan pendanaan
melalui program Merdeka Belajar. Adapun Merdeka Belajar Episode 6 ini terdiri dari tiga
kebijakan pendanaan. Pertama adalah insentif bagi perguruan tinggi negeri (PTN) yang
berhasil meningkatkan IKU atau mencapai target. Kebijakan kedua adalah dana
penyeimbang kontribusi mitra (matching fund). Melalui matching fund, kerja sama
perguruan tinggi dan mitra dapat memastikan pembelajaran tetap relevan, pengetahuan
dosen selalu diperbaharui, dan mahasiswa lebih siap menjajaki dunia kerja. Kebijakan
ketiga adalah competitive fund melalui program kompetisi Kampus Merdeka. Pemenang
competitive fund sebesar Rp 500 miliar ini akan dipilih berdasarkan dampak program dalam
program dalam diferensiasi misi perguruan tinggi terkait dan dalam meningkatkan capaian
IKU.
Episode VII: Program Sekolah Penggerak (PSP)

Pada tanggal 1 Februari 2021 Kemendikbud secara resmi merilis Merdeka Belajar episode
ke VII : Program Sekolah Penggerak. Program Sekolah Penggerak merupakan katalis untuk
mewujudkan visi reformasi pendidikan Indonesia yang berfokus pada pengembangan hasil
belajar siswa secara holistik melalui enam Profil Pelajar Pancasila yang dirancang sebagai
upaya untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan
global. Secara umum, Program Sekolah Penggerak terfokus pada pengembangan SDM
sekolah, mulai dari siswa, guru, sampai kepala sekolah. Kualitas siswa diukur melalui
pencapaian hasil belajar di atas level yang diharapkan dengan menciptakan lingkungan
belajar yang aman, nyaman, inklusif, dan menyenangkan sehingga terjadi perbaikan pada
pembelajaran yg berpusat pada murid dan refleksi diri serta pengimbasan.

Episode VIII: SMK Pusat Keunggulan

Pada tanggal 17 Maret 2021 Kemendikbud meluncurkan program Merdeka Belajar episode
ke VIII : SMK Pusat Keunggulan. Program ini dilakukan sebagai salah satu strategi
pengembangan SDM Indonesia yang unggul, berdaya saing, dan siap menghadapi
tantangan dan dinamika perkembangan global. Adapun, Program SMK Pusat Keunggulan ini
merupakan pengembangan SMK dengan program keahlian tertentu dalam meningkatkan
kualitas dan kinerja, yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan dunia
usaha dan dunia industri (Dudi), serta menjadikannya sebagai rujukan dan pusat
peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya.

Episode IX: KIP Kuliah Merdeka

Melalui episode ke-9 pada tanggal 26 Maret 2021 diluncurkanlah program Kartu Indonesia
Pintar/KIP. Beasiswa yang diberikan melalui KIP Kuliah bertujuan untuk meningkatkan
akses masyarakat tidak mampu pada pendidikan tinggi yang lebih merata dan berkualitas,
sehingga visi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait SDM unggul Indonesia dapat segera
terwujud. KIP Kuliah Merdeka sebagai wujud komitmen Kemendikbud dalam memberikan
akses pendidikan tinggi yang merata, berkualitas, dan berkesinambungan. Pendidikan
tinggi berpotensi memberikan dampak positif tercepat dalam pembangunan SDM unggul
sesuai visi Presiden Jokowi. Kemendikbud mengubah skema KIP Kuliah dengan
memberikan bantuan biaya pendidikan (uang kuliah) dan biaya hidup yang jauh lebih
tinggi. Perubahan ini berlaku untuk mahasiswa baru yang menerima KIP Kuliah pada tahun
2021. Anggaran yang dialokasikan untuk KIP Kuliah meningkat signifikan dari Rp1,3 triliun
pada 2020 menjadi sebesar Rp2,5 triliun. KIP Kuliah akan diberikan kepada 200 ribu
mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di
bawah naungan Kemendikbud. Adapun biaya pendidikan akan disesuaikan dengan prodi
masing-masing. Kemudian, berbeda dengan skema pada tahun sebelumnya, kini biaya
hidup bagi penerima KIP Kuliah Tahun 2021 disesuaikan dengan indeks harga daerah.
Indeks ini disesuaikan dengan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019.
Melalui KIP Kuliah ini, pemerintah lebih membuka banyak kesempatan bagi generasi muda
yang berlatar belakang ekonomi lemah untuk mengubah nasib sekaligus memotong rantai
kemiskinan.
Episode X: Perluasan Program Beasiswa LPDP

Episode ke-10 yang diluncurkan pada tanggal 22 April 2021 ini adalah tentang bagaimana
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) berkolaborasi untuk memperluas ruang lingkup dan sasaran untuk
program-program yang dilakukan oleh LPDP agar Indonesia memiliki SDM yang memiliki
kompetensi global dan perilaku sebagaimana tertuang dalam profil Pelajar Pancasila,
sehingga mampu menghadapi perubahan teknologi, sosial, dan lingkungan yang sedang
terjadi secara global. Sebelumnya, Kemendikbud dan LPDP telah menjalankan sejumlah
program kolaborasi, yaitu beasiswa afirmasi, beasiswa targeted, dan beasiswa umum.
Beberapa arah kebijakan baru dalam program-program di tahun 2021 salah satunya adalah
bagaimana penerima manfaat beasiswa dapat menjalankan pendidikan bergelar S1, S2, S3
dan program nongelar yang lebih berkualitas berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Episode XI: Kampus Merdeka Vokasi

Episode ke-11 yang diluncurkan pada tanggal 25 Mei 2021 ini dikhususkan untuk dunia
pendidikan vokasi yakni Kampus Merdeka Vokasi. Fokus utama Kampus Merdeka Vokasi,
jelasnya, ada dua yakni Dana Kompetitif Kampus Vokasi (Competitive Fund Vokasi). Dana
yang disediakan mencapai Rp90 miliar. Dana kompetitif ini ditujukan untuk pembiayaan
dua program. Pertama, adalah untuk program SMK D2 Jalur Cepat yang didesain untuk
memperbesar program-program D2 yang tersambung ke SMK untuk menjadikan talenta
siap masuk dunia kerja profesional. Program kedua adalah untuk mendukung prodi-prodi
yang mau mengupgrade D3nya menjadi sarjana terapan atau D4 untuk memperkuat
potensi lulusan sehingga mendapat pekerjaan di sektor industri strategis.

Episode XII: Sekolah Aman Berbelanja dengan SIPlah

Pada episode yang ke-12 yang diluncurkan pada tanggal 26 Agustus 2021 ini adalah
tentang pembaharuan platform penyedia serta pengadaan barang dan jasa untuk sekolah
secara daring, SIPLah. Peluncuran ini berkaitan dengan program digitalisasi sekolah.
SIPLah, yang pertama dirilis pada tahun 2019, tapi kini diperbaharui dengan berbagai
macam fitur yang sudah ditransformasikan. Pembaharuan SIPLah dapat membantu para
penyedia barang dan jasa, terutama para kepala sekolah dan satuan satuan pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan sekolah. Utamanya, ketika membelanjakan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). SIPLah dapat membantu melakukan pengadaan secara jauh
lebih transparan, jauh lebih aman dan jauh lebih mudah dan sekolah pun lebih fleksibel
untuk membelanjakannya (dana BOS) melalui SIPLah
Episode XIII: Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana

Pada episode ke-13 yang diluncurkan pada tanggal 3 September 2021 ini, untuk pertama
kalinya di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) menghadirkan kanal media khusus budaya yang dinamakan
Indonesiana. Kanal media ini bertujuan untuk mewadahi, mengintegrasikan, serta
mempromosikan karya dan ekspresi budaya masyarakat Indonesia. Kanal ini dapat diakses
melalui laman indonesiana.tv, siaran televisi jaringan Indihome saluran 200 (SD) dan 916
(HD), serta Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan TikTok kanal Indonesiana TV. Kanal
Indonesiana merupakan salah satu upaya mewujudkan visi pemajuan kebudayaan, yakni
Indonesia bahagia berlandaskan keanekaragaman budaya yang mencerdaskan,
mendamaikan, dan menyejahterakan yang juga berfungsi sebagai wadah diplomasi budaya
secara internasional. Kanal Indonesiana bermitra dengan masyarakat, serta para pelaku
dan komunitas seni budaya, karena partisipasi masyarakat adalah kunci dalam
menciptakan kanal budaya yang inklusif dan relevan, serta menumbuhkan rasa kepemilikan
bersama atas kebudayaan Indonesia yang luar biasa kaya.
Episode XIV: Kampus Merdeka dari Kekerasan Seksual

Pada episode ke-14 yang diluncurkan tanggal 12 November 2021 ini fokus pada Pecegahan
dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di lingkungan perguruan tinggi. Episode ini
juga sekaligus meluncurkan Permendikbudristek nomor 30 tahun 2021 yang akan
memberikan kepastian hukum bagi perguruan tinggi dalam melihat PPKS. Selanjutnya,
Permendikbudristek no 30 tahun 2021 ini akan menjadi penguatan kolaborasi para
stakeholder pendidikan, yaitu antara Kementerian dan kampus-kampus ini untuk
menciptakan budaya akademik yang sehat sesuai dengan akhlak mulia.

Episode XV: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar

Pada episode ke-15 yang diluncurkan tanggal 13 Februari 2022 ini diperkenalkan suatu
kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya, sekaligus pengenalan platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai akselerasi
mutu pembelajaran dan peningkatan kualitas guru. Kurikulum Merdeka menjadi salah satu
program Kemendikbudristek untuk mengatasi ketertinggalan dan hilangnya pembelajaran
(learning loss) di Indonesia dan platform Merdeka Mengajar tersebut merupakan
pendukung bagi guru dalam menerapkan kurikulum merdeka. Platfom Merdeka Mengajar
ini platform untuk guru. Ini akan berkembang menjadi suatu platform yang bukan hanya
materi dan konten kementerian, tapi benar-benar dimiliki guru, dari guru, untuk guru.
Episode XVI: Akselerasi dan Peningkatan Pendanaan PAUD dan Pendidikan
Kesetaraan

Pada episode ke-16 yang diluncurkan tanggal 15 Februari 2022 ini, Kemendikbudristek
melakukan akselerasi dan peningkatan pendanaan satuan pendidikan yang berhubungan
dengan peningkatan kualitas pendidikan Indonesia melalui transformasi kebijakan
pendanaan melalui empat pokok kebijakan, yaitu:

Pertama, nilai satuan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) PAUD yang awalnya sama per
anak di semua sekolah, sekarang bervariasi. Penentuan besaran BOP PAUD disesuaikan
dengan daerah satuan pendidikan PAUD. Daerah yang lebih sulit akses atau daerah 3T
(terdepan, terluar, tertinggal) akan mendapatkan dana lebih afirmatif dan lebih besar dari
wilayah lainnya. Kedua, penyalurannya, sekali lagi langsung ke rekening sekolah biar lebih
cepat, lebih efesien. Ketiga, diberikan fleksibilitas penggunaan BOP PAUD dan BOP
Kesetaraan karena tak ada lagi sekat bagi satuan pendidikan untuk mengalokasikan
kebutuhan. Keempat, digitalisasi dari pada perencanaan dan pelaporan dana BOS
menggunakan Arkas sebagai aplikasi tunggal untuk memastikan administarai keuangan
yang lebih digitized dan automated.

Episode XVII: Revitalisasi Bahasa Daerah

Episode ke-17 yang diluncurkan tanggal 22 Februari 2022 adalah tentang Revitalisasi
Bahasa Daerah yang bertujuan untuk mencegah kepunahan beberapa bahasa daerah di
tanah air. program revitalisasi bahasa daerah harus dilakukan secara dinamis dan adaptif
dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar hingga menengah. Program
revitalisasi bahasa daerah menyasar komunitas tutur, guru, kepala sekolah, pengawas, dan
siswa. Untuk komunitas tutur, ditargetkan sekitar 1.491 komunitas/pegiat terlibat dalam
berbagai kegiatan revitalisasi bahasa daerah, seperti penyusunan model pembelajaran
bahasa daerah, pengayaan materi bahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan
muatan lokal kebahasaan dan kesastraan. Mendikbud menekankan pentingnya
menggerakkan komunitas tutur sebagai mitra untuk melakukan revitalisasi. Program ini
juga menyasar sekitar 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, dan 1.175 pengawas. Program
ini melatih guru bahasa daerah untuk menjadi pelatih utama (training of trainers) dengan
menggunakan prinsip fleksibilitas, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang berpusat pada
siswa. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas guru dan siswa, salah
satunya melalui bengkel bahasa dan sastra yang telah menjadi program badan bahasa
sebelumnya.

Selain pendidik dan tenaga kependidikan, program ini menyasar pula 1.563.720 siswa dari
15.236 sekolah.

Episode XVIII: Merdeka Berbudaya dengan Dana Indonesiana

Pada episode ke-18 tanggal 23 Maret 2022 ini Mendikbudristek Nadiem Makarim dan
Menkeu Sri Mulyani Indrawati bersama meluncurkan Dana Abadi Kebudayaan dengan nama
Dana Indonesiana untuk untuk membantu pemulihan kegiatan pemajuan kebudayaan yang
terdampak pandemi serta memenuhi kebutuhan ekspresi budaya untuk mendorong
pemajuan kebudayaan dengan dukungan dana abadi yang sifatnya lebih stabil dan
berkelanjutan. Ada dua poin kunci yang memungkinkan pemajuan kebudayaaan dapat
berlangsung secara stabil dan berkelanjutan melalui Dana Indonesiana. Pertama, Dana
Indonesiana tidak akan pernah digunakan untuk kebutuhan lain di samping bidang
kebudayaan dan akan diinvestasikan selamanya. Kedua, Dana Indonesiana dirancang
khusus untuk sektor kebudayaan, sehingga hasil pengembangan Dana Indonesia bisa
digunakan oleh para pelaku budaya dengan lebih fleksibel dan lintas tahun.
Episode XIX: Rapor Pendidikan Indonesia

Pada episode ke-19 tanggal 1 April 2022 ini Kemendikbudristek meluncurkan platform
Rapor Pendidikan yang berisi laporan hasil Asesmen Nasional (AN) dan analisis data lintas
sektor untuk masing-masing satuan pendidikan dan daerah. AN menggantikan Ujian
Nasional (UN) dengan penyempurnaan pengukuran aspek kognitif dan non-kognitif serta
penggunaan teknologi dimana penekanan dalam penerapannya adalah evaluasi yang
berorientasi pada mutu, sistem dan pengumpulan informasi yang terintegrasi, serta
mendorong refleksi dan perbaikan, bukan sekadar hasil akhir. Platform Rapor Pendidikan
mengintegrasikan berbagai data pendidikan hasil AN untuk membantu satuan pendidikan
dan dinas pendidikan mengidentifikasi capaian dan akar masalah, melakukan refleksi, serta
merancang langkah-langkah pembenahan yang efektif berbasis data. Pada episode ini,
Mendikbudristek juga menghimbau para pemangku kepentingan untuk segera menjadikan
Rapor Pendidikan sebagai landasan bagi semua untuk melakukan evaluasi dan perbaikan di
satuan pendidikan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai