Anda di halaman 1dari 12

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan

Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas VI SD Negeri


Oleh:

Abstrak: Kegiatan belajar mengajar (KBM) dipandang berkualitas jika berlangsung


efektif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Dikatakan
berhasil bila siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap
tugas-tugas belajar yang harus dikuasainya sesuai dengan sasaran dan tujuan
pembelajaran. Seperti halnya pelajaran lainnya, maka dalam pelajaran IPA telah
ditetapkan sasaran pembelajaran, yakni penguasaan pengetahuan, nilai dan sikap.
Sedangkan dalam tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran terdapat dua aspek
penting yang merupakan hakekat IPA, yaitu konsep sebagai produk dan keterampilan
sebagai proses. Aspek-aspek inilah yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk
mewujudkannya, diperlukan suatu pendekatan yang relevan dalam proses belajar
mengajar. Salah satu diantaranya, yaitu dengan pendekatan keterampilan proses (Nur
dan Samani, 1996).

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran IPA, Pendekatan Keterampilan Proses

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan.


Sebagai pilar utama dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan akan turut
menentukan kualitas manusia, masyarakat, dan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas pendidikan harus dilaksanakan terus menerus dan
berkesinambungan.
Dalam GBHN tahun 1999 dikemukakan bahwa begitu pentingnya
pembangunan sumber daya manusia melalui pemberdayaan pendidikan yang
basisnya berlangsung di Sekolah. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa kualitas
sumber daya manusia dikembangkan sedini mungkin secara terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan kreatif oleh seluruh komponen
bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai oleh hak
dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.
Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, kualitas pendidikan
harus terus diupayakan peningkatannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah, yaitu melalui perbaikan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar merupakan inti dalam kegiatan pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar yang melibatkan semua komponen pengajaran, dan akan menentukan
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pendidikan tersebut
berkualitas jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan peserta
didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna.
Berbagai hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan menunjukkan
bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru IPA di kelas,
khususnya di sekolah dasar, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif memecahkan sejumlah masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran. Pada umumnya pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
metode ceramah, yaitu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
keterangan, informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan.
Menginformasikan fakta atau konsep melalui metode ceramah akan menjadikan
siswa sekedar menjadi pendengar pasif di kelas.
Terdapat berbagai cara atau metode penyajian materi pelajaran agar proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil secara maksimal. Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang dapat
digunakan. CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai
metode yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan melibatkan berbagai
potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional, maupun intelektual
untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif,
efektif, psikomotorik (Sriyono,1992). Oleh karena itu, seorang guru harus selalu
berusaha memilih metode pengajaran yang tepat, yang dianggap lebih efektif,
sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru benar-benar
menjadi milik murid.
Seperti halnya pelajaran lainnya, maka dalam pelajaran IPA telah
ditetapkan sasaran pembelajaran, yakni penguasaan pengetahuan, nilai dan sikap.
Sedangkan dalam tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran terdapat dua aspek
penting yang merupakan hakekat IPA, yaitu konsep sebagai produk dan
keterampilan sebagai proses. Aspek-aspek inilah yang harus dicapai oleh peserta
didik. Untuk mewujudkannya, diperlukan suatu pendekatan yang relevan dalam
proses belajar mengajar. Salah satu diantaranya, yaitu dengan pendekatan
keterampilan proses (Nur dan Samani, 1996).
Keterampilan proses merupakan komponen penemuan ilmiah. Suatu
prosedur yang mengantarkan pada perolehan pengetahuan. Jika dikembangkan
diterapkan dalam proses pembelajaran, maka siswa akan belajar mengembangkan
konsep dan proses sekaligus. Menurut Nur dan Samani (1996) mengemukakan
bahwa ada beberapa jenis keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran, antara lain mengamati, menafsirkan hasil pengamatan,
mengelompokkan, berkomunikasi, berhipotesis, mengajukan pertanyaan,
menerapkan konsep, merencanakan dan melakukan penyelidikan.
Pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses secara teoritis telah
lama dikemukakan, namun dalam pelaksanaannya termasuk hal baru bagi guru
dan siswa sekolah dasar apalagu untuk pembelajaran IPA Biologi. Hal ini
disebabkan oleh pembelajaran yang dilaksanakan lebih berorientasi pada
pendekatan konvensional, dimana guru aktif mengajar dan siswa sebagai
pendengar pasif.

B. Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih


dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. Belajar berhubungan dengan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu, yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan
kematangan atau keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelahan, pengaruh obat
dan sebagainya (Slameto, 1995).
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau
usaha penyampaiannya. Pengertian ini menitikberatkan interaksi individu dengan
lingkungannya. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar
(Rusyam, 1989). Menurut Slameto (1995), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya, dimana perubahan itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (i)
perubahan yang terjadi secara sadar, (ii) perubahan dalam belajar bersifat
berkelanjutan dan fungsional, (iii) perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, (iv) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (v) perubahan
dalam belajar bertujuan dan terarah, (vi) perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku. Berdasarkan pernyataan di atas, ada beberapa elemen-elemen yang
penting yang mencirikan penegertian tentang belajar, yaitu bahwa:
1. Belajar merupakan merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada
juga kemungkinan yang mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.
3. Perubahan akibat belajar relatif mantap.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

C. Pengertian Mengajar

Mengajar adalah suatu hal yang sifatnya dinamis dan sangat erat
hubungannya dengan manusia yang selalu berubah-ubah. Wilham dan Wingo
(dalam sahabuddin, 1994) mengemukakan tiga macam definisi mengajar, yaitu
definisi tradisional, definisi kamus, dan definisi mutakhir, yaitu (i) secara
tradisional, mengajar diartikan sebagai proses memberikan kepada pelajar
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menguasai mata pelajaran
yang ditentukan, (ii) definisi menurut kamus lebih maju sedikit dari pada definisi
tradisional. Dalam definisi ini mengajar diartikan sebagai penunjukan bagaimana
mengerjakan, menjadikan mengerti, memberi instruksi dan (iii) definisi mutakhir
tentang mengajar adalah sistem kegiatan untuk membimbing atau meransang dan
sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar
yang memungkinkan setiap anak berkembang terus secara teratur sampai
mencapai kedewasaan.
Mengajar pada hakikatnya membimbing siswa untuk belajar. Mengajar
dapat pula diartikan mengurus dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.

D. Kualitas Pembelajaran IPA Biologi

Tujuan pembelajaran IPA menurut kurikulum 1994 dan suplemen 1999,


yaitu: (i) meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan kebanggaan
nasional dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (ii) memahami konsep IPA dan
saling keterkaitannya, (iii) mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (iv) mengembangkan
keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan
nilai dan sikap ilmiah (v) menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan
karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, (vi)
memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
menengah.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dipandang berkualitas jika berlangsung
efektif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Dikatakan berhasil
bila siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas
belajar yang harus dikuasainya sesuai dengan sasaran dan tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dan pengajar bertanggungjawab
merencanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran.
Proses belajar mengajar bukanlah yang sederhana, karena siswa tidak
sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan
maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar
yang lebih baik. Salah satu cara belajar mengajar yang menekankan berbagai
kegiatan dan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam belajar
mengajar, karena pendekatan dalam proses belajar mengajar pada hakekatnya
merupakan upaya dalam mengembangkan keaktifan belajar yang dilakukan oleh
siswa dan guru.
Pengajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses akan memberi
peluang kepada siswa untuk menemukan sendiri melalui proses berpikir ilmiah
berdasarkan pengalaman yang diberikan dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sebagai bekal dalam kehidupan.
Dengan demikian, tujuan pengajaran yang dicapai siswa merupakan pemahaman
terhadap materi pengajaran, bukan sebagai hafalan.

E. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar-mengajar


yang mengarah pada pengembangan keterampilan mental, fisik dan sosial yang
mendasar. Pendekatan keterampilan proses menekankan pada
penumbuhkembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar
mereka mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal baru yang
bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai
(Nur dan Samani, 1996). Pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai
wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial
fisik yang bersumber dari kemampuan dasar yang ada pada siswa (Dekdikbud,
1989). Keterampilan proses IPA adalah semua keterampilan yang diperlukan
untuk memperoleh, mengadakan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum-hukum, dan teori-teori IPA, baik berupa keterampilan mental,
keterampilan fisik, maupun keterampilan sosial (Depdikbud, 2001).
Dari batasan pendekatan proses tersebut, kita memperoleh suatu gambaran
bahwa pendekatan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar
kemampuan siswa, akan tetapi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa, dengan diberi kesempatan untuk mempelajari bahan
melalui perbuatan mengalami dan menemukan sendiri serta mengembangkan
pengetahuan yang diperolehnya.
Pendekatan proses bertujuan untuk (i) memberikan motivasi kepada siswa,
karena dalam keterampilan proses ini siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi
secara aktif dalam belajar, (ii) untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan
fakta yang dipelajari siswa karena pada hakekatnya siswa sendiri yang mencari
dan menemukan sendiri, (iii) untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan
kenyataan hidup di masyarakat, sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan
serasi, (iv) sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di
masyarakat, sebab siswa telah dilatih untuk berfikir logis dan memecahkan
masalah, (v) mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa
kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan (Usman
dan Setiawati, 1993).

F. Aplikasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA


Biologi

Untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran


IPA Biologi, maka diharapkan siswa telah memiliki kemampuan dasar yaitu
kemampuan identifikasi, mengamati, menggolongkan, mengukur, menghitung,
menafsirkan, mencari hubungan, menyimpulkan, menerapkan, dan
mengkomunikasikan. Pada tingkat pendidikan dasar, ada beberapa keterampilan
proses yang perlu dikembangkan, yaitu mengamati (observasi), menggolongkan
(klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), merencanakan penyelidikan,
berkomunikasi, mengajukan dugaan, menerapkan konsep atau prinsip (aplikasi)
dan mengajukan pertanyaan (Depdikbud, 2002).
Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan panca indera, yaitu
indera penglihat, indera peraba, indera pengecap, indera pembau, dan indera
pendengar. Pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang objek-
objek dan gejala-gejala alam, misalnya mengamati jenis-jenis hewan atau
tumbuhan di suatu habitat tertentu. Pengamatan hendaknya dilakukan dengan
terencana dan sistematis, dan bukan secara kebetulan. Selama pengamatan
berlangsung diusahakan mengamati keadaan wajar dan yang sebenarnya tanpa
usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasinya.
Pengamatan hendaknya dilakukan menurut kenyataan, melukiskan dengan
kata-kata secara cermat dan tepat terhadap objek atau gejala yang diamati,
mencatatnya dan kemudian mengolahnya. Dalam IPA, banyak hal yang dapat kita
amati, misalnya mengamati bentuk-bentuk morfologi daun, mengamati bentuk
kaki pada unggas, mengamati jumlah perhiasan bunga pada sebuah bunga atau
mengamati saling ketergantungan makhluk hidup dalam sebuah ekosistem.
Menurut Nasution (1996). Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
melakukan suatu pengamatan, yaitu: (i) harus diketahui kapan dan dimana
pengamatan itu dilakukan, misalnya apakah pengamatan itu hanya dilakukan pada
waktu dan tempat tertentu saja, atau apakah keadaan lingkungannya sama atau
berbeda, (ii) harus ditentukan objek yang diamati, misalnya mengamati bentuk
morfologi daun, mengamati jumlah daun, mengamati bentuk kaki pada unggas
dan sebagainya, (iii) harus diketahui secara jelas data apa yang harus dikumpulkan
dan relevan dengan tujuan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan hanya
dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku
tertentu disebut pengamatan kualitatif, dan datanya adalah data kualitatif.
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu
kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif, dan
datanya berupa data kuantitatif, (iv) harus diketahui bagaimana cara
mengumpulkan data pengamatan, misalnya untuk mengamati data tinggi tanaman
digunakan mistar atau meteran, (v) harus diketahui tentang cara mencatat hasil
pengamatan.
Bentuk, warna, dan ukuran dapat dibedakan dengan menggunakan indera
penglihat tekstur dengan indera peraba, bau dengan indera pembau, suara dengan
indera pendengar, rasa manis, pahit, asin, asam dengan indera pengecap. Menurut
Nur (2002), beberapa perilaku yang dapat dikerjakan pada saat pengamatan, yaitu:
(i) penggunaan indera-indera, bukan hanya penglihatan, (ii) pengorganisasian
objek-objek menurut satu sifat tertentu, (iii) pengidentifikasian banyak sifat, (iv)
pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu objek, (v) melakukan
pengamatan kuantitatif (contoh “5 kilogram” bukan berat), (vi) melakukan
pengamatan kualitatif (contoh: “Baunya seperti susu asam”, bukan berbau).
Inferensi merupakan pernyataan yang didasarkan atas berbagai informasi
atau fakta. Dalam pembahasan ini kalian akan mempelajari inferensi dan prediksi.
Para ilmuan merupakan inferensi berdasarkan hasil observasi. Inferensi adalah
sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil observasi. Seseorang
dikatakan mampu melakukan inferensi bila ia dapat: (i) membedakan antara
observasi dan inferensi, (ii) melakukan inferensi berdasarkan hasil observasi.
Penginferensian yaitu penggunaan apa yang anda amati untuk menjelaskan
sesuatu yang telah terjadi. Penginferensian berlangsung melampaui suatu
pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh, anda
melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukan, yaitu di
dalam tanah terdapat cacing yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa
perilaku yang dapat dikerjakan pada saat penginferensian (Nur, 2002), yaitu (i)
mengkaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu, (ii)
mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan. Suatu
inferensi adalah suatu kesimpulan tentang apa yang diamati. Suatu inferensi juga
merupakan suatu upaya untuk menjelaskan dan menginterpretasikan pengamatan-
pengamatan atau mengatakan apa penyebab dari apa yang diamati (Nur, 2000).
Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati di waktu
yang akan datang, atau pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu
percobaan. Beberapa perilaku pada saat melakukan prediksi, yaitu: (i) penggunaan
data dan pengamatan yang sesuai, (ii) penafsiran data atau grafik, (iii) perumusan
generalisasi tentang pola-pola, dan (iv) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan
yang sesuai (Nur 2002). Prediksi didasarkan atas observasi yang cermat, dan
inferensi tentang beberapa kejadian yang diobservasi. Prediksi dilakukan dengan
meramalkan apa yang terjadi di masa yang akan datang berdasarkan data pada
saat ini.
Ada dua hal yang perlu dikuasai agar siswa dapat memiliki keterampilan
dalam mengelompokkan suatu objek, yaitu: (i) mengidentifikasi dan memberi
nama sifat yang dapat diamati dari suatu himpunann objek yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengklasifikasi anggota himpunann objek tersebut, (ii)
menyusun klasifikasi satu tingkat, dua tingkat, dan multi tingkat dari suatu
himpunann objek, dan menuliskan nama sifat yang dapat diamati dari objek
tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan objek-objek
tersebut
Ada tiga prinsip penting yang perlu dipahami dalam melakukan
klasifikasi, yaitu (i) sistem klasifikasi dirancang sedemikian rupa sehingga
memiliki kegunaan, (ii) sistem klasifikasi dapat diubah atau tidak tetap,
disesuaikan dengan kegunaannya, (iii) setiap kelompok objek atau kejadian dapat
dikelompokkan ke dalam lebih dari satu cara sesuai dengan kebutuhannya (Nur
dan Samani, 1996). Pada saat melakukan klasifikasi biner (satu himpunann objek
dijadikan dua sub himpunann objek) seluruh anggota himpunann objek harus
masuk ke dalam salah satu sub himpunan, dan kedua sub himpunan itu terpisah.
Bertanya merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
Pertanyaan yang baik dan sistematis dapat meningkatkan partisipasi belajar,
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah yang sedang
dibicarakan, mengembangkan pola berfikir dan cara belajar yang aktif, sebab
berfikir pada hakekatnya adalah bertanya, menuntun proses berfikir sehingga
membantu dalam menemukan jawaban dan membantu dalam memusatkan
perhatian terhadap masalah yang sedang dibahas.
Penerapan konsep atau prinsip pada dasarnya merupakan upaya yang
dilakukan untuk menjelaskan suatu peristiwa dengan menggunakan informasi
yang telah dimiliki. Hal yang sama dapat berupa mengajukan perkiraan-perkiraan
mengenai penyebab suatu kejadian berdasarkan konsep atau prinsip yang telah
dimilikinya. Misalnya, setiap hari, Karmila mengamati burung-burung gereja
yang hidup di rumah tetangga sebelah dan menulis dalam buku catatannya apa
yang dilakukan burung-burung gereja itu.
Eksperimen didefinisikan sebagai upaya sistematik yang direncanakan
untuk menghasilkan data dalam menjawab suatu masalah atau menguji suatu
hipotesis. Eksperimen dapat pula didefinisikan sebagai usaha sistematik yang
direncanakan untuk menghasilkan data dalam menjawab suatu masalah atau
menguji suatu hipotesis. Eksperimen lengkap terdiri dari suatu rumusan masalah,
rumusan hipotesis, variabel penelitian, definisi operasional variabel, pelaksanaan
eksperimen untuk mengumpulkan data, analisis data, dan menyimpulkan hasil
eksperimen.
G. Penutup

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dipandang berkualitas jika berlangsung


efektif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Dikatakan berhasil
bila siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas
belajar yang harus dikuasainya sesuai dengan sasaran dan tujuan pembelajaran.
Keterampilan proses merupakan komponen penemuan ilmiah. Suatu
prosedur yang mengantarkan pada perolehan pengetahuan. Jika dikembangkan
diterapkan dalam proses pembelajaran, maka siswa akan belajar mengembangkan
konsep dan proses sekaligus.
Dalam pelajaran IPA telah ditetapkan sasaran pembelajaran, yakni
penguasaan pengetahuan, nilai dan sikap. Sedangkan dalam tujuan pengajaran dan
tujuan pembelajaran terdapat dua aspek penting yang merupakan hakekat IPA,
yaitu konsep sebagai produk dan keterampilan sebagai proses. Aspek-aspek inilah
yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk mewujudkannya, diperlukan suatu
pendekatan yang relevan dalam proses belajar mengajar. Salah satu diantaranya,
yaitu dengan pendekatan keterampilan proses (Nur dan Samani, 1996).
Untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran
IPA Biologi, maka diharapkan siswa telah memiliki kemampuan dasar yaitu
kemampuan identifikasi, mengamati, menggolongkan, mengukur, menghitung,
menafsirkan, mencari hubungan, menyimpulkan, menerapkan, dan
mengkomunikasikan. Pada tingkat pendidikan dasar, ada beberapa keterampilan
proses yang perlu dikembangkan, yaitu mengamati (observasi), menggolongkan
(klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), merencanakan penyelidikan,
berkomunikasi, mengajukan dugaan, menerapkan konsep atau prinsip (aplikasi)
dan mengajukan pertanyaan (Depdikbud, 2002).
Daftar Pustaka

Ahmad, A. dan J. S. Prasetyo, 1997. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia,


Bandung.

Anonim, 1994. Garis-garis Besar Program Pengajaran GBPP Mata Pelajaran


IPA Kurikulum 1994. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Anonim, 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education),


Konsep dan Pola Pelaksanaan. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Anonim, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Konsep


dan Pelaksanaan. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Bahri, S. dan Djamarah, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha
Nasional, Surabaya.

Anonim, 1989. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.

Fatmawati, 2002. Persepsi Siswa Terhadap Cara Mengajar Guru PPL Jurusan
Biologi FMIPA UNM di SLTP Negeri Makassar. Skripsi.

Indrawati dan Wijaya, 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Pendidikan


Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Ilmu Pengetahuan
Alam, Bandung.

Nasution, A. H. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Penerbit Bumi


Aksara, Jakarta.

Nur, M. 2000. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. UNESA
University Press, Surabaya.

Nur, M. dan M. Samani, 1996. Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan
Keterampilan Proses. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah
Umum, Jakarta.

Poerwadarminta, W. J. S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai