Anda di halaman 1dari 5

DIFFRACTION 1(1) 2019

Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa SMA


di Kota Bandung
Ifa Rifatul Mahmudah1*, Yanti Sofi Makiyah1, Dwi Sulistyaningsih1

1Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi


*e-mailkorespondensi: ifa.rifatul@unsil.ac.id
(Masuk: 15-06-2019; revisi: 23-06-2019; diterima: 20-07-2019)

Abstrak: Tantangan abad 21 menuntut manusia untuk memiliki berbagai


keterampilan. Perkembangan sains dan teknologi hingga abad 21 tidak terlepas
dari keterampilan yang diawali dengan keterampilan dasar mengobservasi suatu
fenomena yang kemudian dilanjutkan keterampilan selanjutnya yang lebih
kompleks. Keterampilan inilah yang disebut dengan keterampilan proses sains.
Pentingnya melatihkan keterampilan proses sains ini menjadi alasan penulis
melakukan survey untuk memperoleh gambaran mengenai profil keterampilan
proses sains siswa SMA di Kota Bandung. Dengan menggunakan isntrumen tes
uraian berjumlah lima soal yang diberikan pada salah satu kelas XI IPA di SMA
Kota Bandung, diperoleh hasil bahwa 24% siswa memiliki keterampilan proses
sains dengan kategori sedang, dan 76% berada pada kategori rendah. Ditinjau
dari aspek setiap keterampilan proses sains, diperoleh hasil bahwa siswa masih
kurang terampil dalam aspek membuat hipotesis, menentukan variabel, dan
membuat prosedur percobaan. Sedangkan untuk aspek menentukan alat dan
bahan, siswa berada pada kategori cukup. Keterampilan proses sains yang rendah
ini disebabkan karena siswa belum dilatihkan keterampilan proses sains secara
optimal pada pembelajaran sehari-hari. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru
hendaknya lebih memperhatikan lingkungan belajar siswa, salah satunya dengan
menciptakan lingkungan belajar yang berbasis inkuiri.

Kata kunci: keterampilan proses sains, sekolah menengah atas, suhu dan kalor,
tantangan abad 21

Pendahuluan menggunakan keterampilan-keterampilan


Pendidikan beserta sistemnya yang dimiliki. Pengalaman, pengetahuan,
merupakan suatu hal yang dinamis, keterampilan dan pendidikan sangat
artinya mengalami perkembangan yang penting bagi kehidupan masyarakat saat
disesuaikan dengan tuntutan zaman. ini (Agolla, 2018). Hal ini ditegaskan
Dalam tatanan praktik, perkembangan ini dengan adanya dorongan revolusi industri
dapat dilihat dari berbagai inovasi yang 4.0 yang mengharuskan adanya
selalu dilakukan dalam rangka keseimbangan antara teori dan praktik
memajukan pendidikan. Menurut Komisi dalam mempersiapkan sumber daya
tentang pendidikan Abad 21 (Commission manusia saat ini. Oleh karena itu,
on Education “21” Century), ada empat keterampilan menjadi hal yang harus
strategi dalam menyukseskan pendidikan dimiliki saat ini, salah satunya adalah
abad 21, salah satunya adalah learning to keterampilan proses sains.
do (berupa tindakan atau aksi, untuk Keterampilan proses sains
memunculkan ide yang berkaitan dengan merupakan seperangkat keterampilan
sainstek). yang digunakan para ilmuwan dalam
Dalam pembelajaran di sekolah, melakukan penyelidikan ilmiah
strategi ini dilaksanakan dengan (Rustaman, dkk, 2010). Menurut
memberikan pengalaman belajar yang Karamustafaoglu (2011), keterampilan
bermakna, artinya pengetahuan yang proses sains terdiri dari keterampilan
diperoleh berasal dari proses proses sains dasar dan terintegrasi.
mengkonstruk secara mandiri dengan Keterampilan proses sains dasar terdiri

39
DIFFRACTION 1(1) 2019

dari keterampilan mengobservasi, satunya adalah mengkondisikan


mengklasifikasi, mengukur, dan lingkungan belajar. Menurut Duran, dkk
memprediksi. Sementara itu, (2011) bahwa untuk menciptakan
keterampilan proses sains terintegrasi lingkungan belajar yang memfasilitasi
terdiri dari keterampilan mengidentifikasi keterampilan proses sains, haruslah
dan mendefinisikan variabel, pembelajaran yang melibatkan partisipasi
mengumpulkan dan mengolah data, aktif siswa. Namun, langkah awal
membuat tabel dan grafik, sebelum melatihkan keterampilan proses
mendeskripsikan hubungan antara sains dalam pembelajaran di sekolah, guru
variabel, menginterpretasi data, harus terlebih dahulu mengetahui profil
merancang bahan-bahan, mengambil data, keterampilan proses sains siswa sehingga
memfosmulasikan hipotesis, merancang upaya dalam mengembangkan lingkungan
penyelidikan, dan menarik kesimpulan. belajar yang dapat mendukung
Keterampilan proses sains keterampilan proses sains sesuai dengan
diarahkan pada kemampuan kognitif dan kondisi siswa. Guru akan lebih memahami
psikomotor untuk melakukan aspek keterampilan proses sains siswa
penyelidikan ilmiah, menemukan konsep, yang masih harus ditingkatkan atau
prinsip, juga teori untuk mengembangkan bahkan dimunculkan selama
konsep yang sudah ada sebelumnya pembelajaran.
(Akani, 2015). Pentingnya keterampilan Mengingat pentingnya guru dalam
proses sains ini pun ditegaskan oleh menggali keterampilan proses sains siswa
Karamustafaoglu (2011), yang sejak dini, maka diperlukan penelitian
menyatakan bahwa keterampilan proses survei yang dapat memperoleh gambaran
dapat membuat siswa berpartisipasi aktif, profil keterampilan proses sains siswa
menciptakan pembelajaran jangka SMA.
panjang, membentuk kebiasaan yang
benar sebagai seorang saintis dalam Metode Penelitian
memecahkan masalah dan merencanakan Penelitian dilakukan di salah satu
eksperimen, dan membuat siswa belajar SMA di Kota Bandung. Dengan
bagaimana mengaplikasikan sains menggunakan instrumen tes berbentuk
daripada hanya mempelajari konsep dan uraian, penulis memperoleh gambaran
hukum. Sejalan dengan penjelasan profil keterampilan proses sains 29 orang
tersebut, Aktamis dan Ergin, (2008), siswa kelas XI. Tes uraian berjumlah lima
menyebutkan bahwa keterampilan proses soal ini digunakan untuk mengukur
sains adalah alat yang penting dalam keterampilan proses sains siswa, tetapi
menghasilkan dan menggunakan hanya dibatasi pada aspek merencanakan
informasi yang ilmiah untuk melakukan percobaan, yang didalamnya meliputi
penyelidikan ilmiah dan memecahkan aspek membuat hipotesis, menentukan
masalah. alat dan bahan, menentukan variabel
Pentingnya keterampilan proses penyelidikan, dan merancang prosedur
sains ini menjadi harapan kurikulum di penyelidikan.
Indonesia yang tersirat dalam standar Data yang diperoleh kemudian
kompetensi lulusan siswa. Pembelajaran dianalisis dengan menghitung persentase
di kelas diarahkan supaya siswa diberi skor setiap aspek dengan persamaan
kesempatan mengamati, menanya, sebagai berikut:
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Namun, kenyataan di lapangan, proses 𝑥=
𝑅
𝑥100% (1)
𝑆𝑀
pembelajaran yang diarahkan untuk keterangan:
melatihkan keterampilan proses sains ini 𝑥 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
belum optimal. Dalam mengoptimalkan 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑚𝑝𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑠𝑎𝑖𝑛𝑠
keterampilan proses sains di sekolah, 𝑅 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝐾𝑃𝑆
berbagai cara perlu dilakukan, salah 𝑆𝑀 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐾𝑃𝑆

40
DIFFRACTION 1(1) 2019

Hasil perhitungan persentase skor Hasil dan Pembahasan


setiap aspek keterampilan proses sains Dari analisis data yang telah
tersebut, kemudian dikategorikan ke dilakukan, diperoleh hasil berupa
dalam tiga kategori, yakni tinggi, sedang, perolehan kategori keterampilan proses
dan rendah. Pengkategorian ini merujuk sains secara umum seperti yang dapat
pada pengkategorian yang dituliskan dilihat pada Tabel 2.
Azwar (2003) dengan rentang persentase Tabel 2 menunjukkan bahwa
seperti pada Tabel 1. dilihat dari keseluruhan keterampilan
proses sains yang diperoleh siswa,
Tabel 1. Kategori aspek keterampilan ternyata tidak ada siswa yang berada
proses sains siswa pada kategori tinggi, 7 orang siswa
Kategori Persentase (%) memiliki kategori cukup, dan 22 orang
Tinggi 66,67 ≤ x berada pada kategori kurang. Setelah
Sedang 33,33 ≤ x < 66,67 diperoleh rata-rata keterampilan proses
Rendah x< 33,33
sains siswa, diperoleh bahwa rata-rata
nilai keterampilan proses sains siswa
yaitu 25,9 dari nilai maksimum 100.
Tabel 2. Indeks validitas dan kesukaran
Jumlah
Kategori Persentase
Siswa Total
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
29
0 7 22 0% 24% 76% 100

Setelah dilakukan wawancara terbiasa mengerjakan soal keterampilan


singkat dengan siswa dan guru mata proses sains. Dalam penilaian sehari-hari,
pelajaran fisika, keterampilan proses guru tidak pernah menggunakan soal
sains yang rendah ini disebabkan karena untuk mengukur keterampilan proses
pada pembelajaran sehari-hari, guru tidak sains sehingga pada saat pelaksanaan,
memfasilitasi berkembanganya banyak siswa yang kebingungan dengan
keterampilan proses sains siswa. Selain jenis soal yang diberikan.
itu, rendahnya keterampilan proses sains
juga disebabkan karena siswa tidak

120%
100%
100%
72%
Persentase

80% 69%
62%
60%
38%
40% 28% 31%

20%
0% 0% 0% 0% 0%
0%
T C K T C K T C K T C K
Membuat Hipotesis Menentukan Alat Mengidentifikasi Membuat
dan Bahan Variabel prosedur
Kategori/ Aspek

Gambar 1. Keterampilan proses siswa setiap aspek

Gambar 1 pada aspek membuat hipotesis, mengidentifikasi variabel dengan


100% siswa masih berada pada kategori persentase 62%, dan membuat prosedur
rendah. Selanjutnya untuk aspek percobaan dengan persentase 69%.

41
DIFFRACTION 1(1) 2019

Setelah di analisis dari tiap jawaban ditingkatkan, keterampilan dalam


siswa, ternyata siswa benar-benar tidak merencanakan percobaan.
memahami keterampilan proses sains. Hal Untuk mengatasi permasalah
ini terbukti dari cara siswa dalam tersebut, maka perlunya guru dalam
menuangkan jawaban. Misalnya saat melatihkan keterampilan proses sains
diminta untuk menuliskan hipotesis, dalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini
siswa tidak mengerti apa yang dimaksud dapat dibantu dengan menciptakan
dengan hipotesis, demikian halnya dengan lingkungan belajar yang memfasilitasi
pengertian variabel terikat, variabel siswa melakukan penyelidikan ilmiah
bebas, dan variabel kontrol. Hal ini sehingga keterampilan proses sains siswa
dikarenakan siswa tidak diperkenalkan terlatih. Pemilihan model pembelajaran
dengan keterampilan proses sains dalam berbasis inkuiri menjadi satu faktor yang
pembelajaran. Hal ini, terlihat dari proses akan mendukung hal tersebut. Selain
pembelajaran yang tidak memfasilitasi pemilihan model pembelajaran, cara
pembelajaran siswa dengan kegiatan melatihkan keterampilan proses sains
penyelidikan/ percobaan. Kurangnya siswa khususnya dalam merencanakan
keterampilan proses sains siswa pada percobaan dapat menggunakan bantuan
aspek membuat hipotesis berdampak pada diagram I. Diagram I ini dapat membantu
aspek lainnya, yakni aspek menentukan siswa dalam melakukan penyelidikan
alat dan bahan, menentukan variabel, dan ilmiah dan interpretasi data. Diagram I
membuat prosedur. dikembangkan oleh Philips dan German
Namun, dari grafik di atas terdapat (2002) yang merupakan alat yang
sedikit kejanggalan, yakni keterampilan digunakan untuk membantu siswa dan
siswa dalam menentukan alat dan bahan guru dalam melakukan inkuiri yang
yang lebih baik daripada membuat sebenarnya di dalam kelas. Diagram ini
hipotesis. Padahal, jika pembuatan memungkinkan siswa merancang
hipotesis kurang, berakibat pada penyelidikan ilmiah dan mengatur
penentuan alat dan bahan yang akan kegiatan eksperimen menggunakan
digunakan dalam percobaan. Namun, keterampilan proses sains. Dalam
setelah dianalisis, ternyata siswa memiliki penelitian Karamustafaoglu (2011),
kendala dalam menuangkan hipotesis, Diagram I mampu meningkatkan
tetapi pada dasarnya siswa cukup keterampilan proses sains siswa.
mengerti percobaan seperti apa yang
harus dilakukan sehingga walaupun aspek Referensi
membuat hipotesisnya rendah, siswa Agolla, J. E. (2018). Human capital in the
masih dapat menentukan alat dan bahan. smart manufacturing and industry
Berdasarkan data serta 4.0 revolu-tion. In A. Petrillo, R.
pembahasan di atas, dapat disimpulkan Cioffi, & F. De Felice (Eds.), Digital
bahwa rata-rata keterampilan proses Transformation in Smart
sains siswa SMA di Kota Bandung kurang, Manufacturing (pp. 41–58).
yakni 0% berada pada kategori tinggi, 24% (https://doi.org/10.5772/intechopen.
kategori sedang, dan 76% berada pada 73575).
kategori rendah. keterampilan proses Akani, O. (2015). Levels of possession of
sains yang rendah ini disebabkan karena science process skills by final year
siswa kurang dilatihkan keterampilan students of colleges of education in
proses sains pada pembelajaran sehari- South-Eastern States of Nigeria.
hari. Keadaan ini sesuai dengan yang Journal of Education and Practice,
dikemukakan oleh penelitian Bekiroglu 6(27), 94–102.
dan Arslan (2014) yang mengungkapkan Aktamis, H. & Ergin, O.(2008). The effect
bahwa ada beberapa keterampilan proses of scientific process skills education
sains siswa di Turki yang masih perlu on students’ scientific creativity,
science attitudes and academic

42
DIFFRACTION 1(1) 2019

achievements. Asia-Pacific Forum


on Science Learning and Teaching,
9 (1).
Azwar, S. (2003). Penyusunan skala
psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bekiroglu, F. O., & Arslan, A. (2014).
Examination of the Effects of
Model-based Inquiry on Student's
Outcomes : Scientific Process Skills
and conceptual Knowledge.
Procedia - Social and Behavioral
Sciences 141, 1187-1191.
Duran, M., Işik, H., Mihladiz, G., &
Özdemir, O. (2011). The
relationship between the pre-
service science teachers’ scientific
process skills and learning style.
Western Anatolia Journal of
Educational Sciences.
Karamustafaoglu, Sevilay (2011).
“Improving the Science Process
Skills Ability of Science Student
Teachers Using I Diagrams”,
Eurasian J. Phys. Chem.Educ. 3
(1): 26-38.
Rustaman, dkk. (2010). Materi dan
Pembelajaran IPA SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Pacific Policy Research Center. (2010).
21st Century Skills for Students
and Teachers. Honolulu:
Kamehameha Schools, Research &
Evaluation Division.
Phillips, K. & German, P.J. (2002). The
inquiry ‘I’ a tool for learning
scientific inquiry. The American
Biology Teacher, 64(7), 514-520

43

Anda mungkin juga menyukai