Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DAN KEMAMPUAN

MELAKUKAN PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR


FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIA
SMA NEGERI 3 LUWU

Hasmawati Abdullah1, Muhammad Arsyad2, Pariabti Palloan3


1
Mahasiswa Pascasarjana UNM
2,3
Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
Email: hasmawati.lrp@gmail.com

ABSTRAK:
Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Ekperiment menggunakan desain
faktorial 2x2 yang bertujuan untuk: (1) Menganalisis secara keseluruhan perbedaan
hasil belajar fisika antara yang diajar melalui pendekatan saintifik dan diajar melalui
pendekatan guided learning pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu;
(2) Menganalisis secara keseluruhan, pengaruh interaksi antara pendekatan saintifk
dan kemampuan melakukan praktikum terhadap hasil belajar fisika praktikum pada
peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu; (3) Menganalisis perbedaan hasil
belajar fisika antara yang diajar dengan pendekatan saintifik dan yang diajar melalui
pendekatan guided learning untuk kemampuan melakukan praktikum yang tinggi
pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu; dan (4) Menganalisis
perbedaan hasil belajar fisika antara yang diajar dengan pendekatan saintifik dan
yang diajar melalui pendekatan guided learning untuk kemampuan melakukan
praktikum yang rendah pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 3
Luwu pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 dengan sampel dua kelas, yaitu X
MIA 1 sebagai kelas kontrol dan X MIA 2 sebagai kelas eksperimen. Berdasarkan
hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Secara
keseluruhan, terdapat perbedaan hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan
menggunakan pendekatan saintifik dengan peserta didik yang diajar dengan
menggunakan pendekatan guided learning pada peserta didik kelas X MIA SMA
Negeri 3 Luwu; (2) Secara keseluruhan, tidak ada pengaruh interaksi antara
pendekatan dan kemampuan melakukan praktikum terhadap hasil belajar fisika
peserta didik pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu; (3) Terdapat
perbedaan hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan
pendekatan saintifik dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan
pendekatan guided learning pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu
berdasarkan kemampuan melakukan praktikum tinggi; dan (4) Terdapat perbedaan
hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan pendekatan
saintifik dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan pendekatan guided
learning pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu berdasarkan
kemampuan melakukan praktikum rendah.

Kata kunci: pendekatan saintifik, kemampuan melakukan praktikum , hasil belajar

1
ABSTRACT
This type of research is a Quasi Experiment study using a 2x2 factorial design which
aims to: (1) Analyze overall differences in physics learning outcomes between those
taught through the scientific approach and those taught through the guided learning
approach to class X MIA students at SMA Negeri 3 Luwu; (2) To analyze as a
whole, the influence of the interaction between the scientific approach and the ability
to do practicum on the learning outcomes of practicum physics in class X MIA SMA
Negeri 3 Luwu; (3) Analyzing differences in physics learning outcomes between
those taught with the scientific approach and those taught through the guided
learning approach for the high ability to do practical work in class X MIA students at
SMA Negeri 3 Luwu; and (4) Analyze differences in physics learning outcomes
between those taught with the scientific approach and those taught through the
guided learning approach for the low ability to do practicum in class X MIA students
at SMA Negeri 3 Luwu. The population in this study were all students of class X
SMA Negeri 3 Luwu in the odd semester of the 2020/2021 school year with a sample
of two classes, namely X MIA 1 as the control class and X MIA 2 as the
experimental class. Based on the results and discussion, the following conclusions
are obtained: (1) Overall, there are differences in the physics learning outcomes of
students who are taught using a scientific approach with students taught using the
guided learning approach to class X MIA SMA Negeri 3 Luwu students; (2) Overall,
there is no interaction effect between the approach and the ability to do practicum on
the physics learning outcomes of students in class X MIA SMA Negeri 3 Luwu; (3)
There are differences in physics learning outcomes of students who are taught using
a scientific approach with students who are taught using the guided learning
approach to students of class X MIA SMA Negeri 3 Luwu based on the ability to do
high practicum; and (4) There are differences in physics learning outcomes of
students who are taught using a scientific approach with students who are taught
using the guided learning approach to students of class X MIA SMA Negeri 3 Luwu
based on their low ability to do practical work.

Keywords: scientific approach, ability to do practicum, learning outcomes

PENDAHULUAN penguasan iptek diperlukan proses dan


Pendidikan memiliki peran penting pengembangan sikap berupa karakter yang
bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Pada dimilikinya.
abad 21 ini banyak sekali negara di dunia Ilmu Fisika sebagai salah satu pelajaran
berlomba-lomba untuk terus meningkatkan sains diharapakan dapat memberikan
kualitas dunia pendidikannya. Hal ini kontribusi dalam penguasan iptek yang
dilakukan dengan tujuan untuk mempunyai berkarakter harus memenuhi hakikat dari sains
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi tersebut. Fisika secara hakikat sains terdiri dari
dan memiliki daya saing yang tinggi. Salah produk dan proses. Fisika sebagai produk
satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber terdiri dari konsep, fakta, teori, hukum dan
daya manusia pada sebuah negara yaitu prostulat, sedangkan Fisika sebagai proses
melalui pengembangan proses pendidikan berupa keterampilan proses sains (KPS) di
yang berbasis sains. Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan proses pembelajaran. Kondisi
sains (Suastra, 2009) merupakan disiplin ilmu yang terjadi saat ini adalah pengajaran Fisika
yang berhubungan dengan cara mencari tahu di sekolah lebih cenderung menekankan pada
tentang alam secara sistematis, sehingga sains aspek produk, sedangkan untuk aspek proses
bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa guru jarang sekali mengajak siswa untuk
fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip- melakukan kegaiatan praktikum. Dampaknya
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses Guru hanya mementingkan hasil dari produk
penemuan. manusia (SDM) yang berwawasan dibandingkan dari hasil proses.

2
Pembelajaran fisika pada dasarnya proses sains dan hasil belajar peserta didik
harus mampu membekali peserta didik (Daryanto, 2014).
bagaimana cara mengetahui konsep, fakta Guru Fisika sebagai seorang pendidik
secara mendalam, serta harus mampu harus bisa mengembangkan keterampilan
memberikan kepuasan intelektual terutama proses sains (KPS) yang dimiliki para siswa
dalam membangun kemampuan berpikir, dengan harapan siswa dapat memiliki
karena kemampuan berpikir ini akan kemampuan tambahan. Berdasarkan hasil
berimplikasi terhadap pengetahuan (kognitif), observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri
sikap (afektif), keterampilan (psikomotor). 3 Luwu menemukan penulis menemukan
Ketiga komponen tersebut merupakan out put kondisi dimana proses pembelajaran Fisika di
atau hasil yang harus diperoleh setelah belajar kelas X secara umum memiliki hasil yang
sains fisika yang disebut dengan keterampilan rendah. Dalam 2 tahun terakhir ini secara
proses sains dan hasil belajar. produk hasil belajar fisika di kelas X pada
Pencapaian kemampuan keterampilan umumnya memperoleh nilai 70 sampai 79,
proses sains dan hasil belajar yang baik perlu meskipun ada beberapa peserta didik yang
ditunjang oleh tenaga pendidik yang memiliki mampu mencapai nilai > 80 namun hanya
prinsip dan pemikiran yang cerdas dalam berkisar 35 %. Ini berarti bahwa perolehan
penyajian pembelajaran. Tenaga pendidik hasil belajar kognitif fisika masih jauh dari
kadang hanya berprinsip bahwa tugas harapan yang minimal 50 % peserta didik
mengajar dipandang sebagai penggugur harus mampu mencapai nilai >80 dengan
kewajiban, yang penting masuk kelas, dan KKM 70. Secara proses para siswa belum
hanya selesai sampai disitu, tanpa terbiasa melakukan kegiatan praktikum
memperhatikan proses dan produk yang dikarenakan kurangnya pelaksanaan untuk
dihasilkan dari kegiatan tersebut. Tenaga melakukan kegiatan tersebut. Hasilnya
pendidik masih cenderung menerapkan pola keterampilan proses sains (KPS) yang dimiliki
pembelajaran yang berpusat pada guru siswa masih rendah. Keterampilan proses sains
(teacher centered) sementara keterampilan (KPS) sendiri sangatlah penting untuk dilatih
proses sains menghendaki pola pembelajaran dan dikembangkan hal ini dikarenakan sebagai
yang berpusat pada peserta didik (student keterampilan ilmiah yang dimiliki dan
centered),oleh karena hakekat pembelajaran digunakan oleh siswa untuk melakukan
sains tidak dilaksanakan sebagaimana berbagai kegiatan ilmiah sehingga
mestinya sehingga wajar jika dikatakan masih menghasilkan sebuah pengetahuan dan
sangat jauh dari tujuan yang diharapkan. pemahaman baru bagi siswa terhadap sebuah
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu konsep maupun teori. Keterampilan proses
lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan sains (KPS) sendiri terdiri dari keterampilan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran dasar (basic skills) dan keterampilan
konvensional biasa dilakukan guru dengan terintegrasi (integrated skills) (Dimyati &
menggunakan media presentasi dalam proses Mudjiono, 2013: 140). Untuk menumbuhkan
pembelajaran. Media presentasi ini hanya keterampilan tersebut diperlukan sebuah
berfungsi untuk menampilkan materi pendekatan pembelajaran yang membuat
pembelajaran sehingga dalam prosesnya, guru pembelajaran mengarah ke sifat ilmiah, salah
harus membantu memahamkan peserta didik satunya adalah dengan menggunakan
mengenai materi tersebut. Penggunaan media pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik
presentasi yang digunakan guru dalam proses sendiri merupakan suatu cara atau mekanisme
pembelajaran merupakan media presentasi untuk mendapatkan pengetahuan dengan
konvensional, sehingga tidak mampu prosedur yang didasarkan pada suatu metode
mengakomodir potensi keterampilan proses ilmiah (Atsnan & Rahmita, 2013: 3).
sains peserta didik. Oleh karena itu, Pendekatan saintifik merupakan
diperlukan proses ilmiah dalam pembelajaran kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung
fisika dimana pendekatan saintifik dinggap oleh Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik
sebuah alternatif yang baik untuk terdiri lima langkah. Langkah tersebut biasa
meningkatkan kemampuan keterampilan disingkat 5M, yaitu Mengamati, Menanya,

3
Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, dan saintifik. Karena selain memberikan teori juga
Mengomunikasikan. diharapkan peserta didik memahami atau
Penerapan pendekatan saintifik dan di mengerti dalam melakukan praktikum dalam
dalam proses kegiatan belajar mengajar bukan memperoleh nilai yang hasilnya tinggi. Untuk
hanya bisa membantu siswa mengembangkan itu, identifikasi masalah yang penulis utaran
keterampilan proses sains (KPS), akan tetapi dalam rumusan masalah sebagai berikut :
juga membantu mengembangkan kemampuan 1. Secara keseluruhan, apakah terdapat
kognitif siswa berupa hasil belajar. Sesuai perbedaan hasil belajar fisika antara yang
dengan pendapat dari Daryanto (2014: 53) diajar melalui pendekatan saintifik dan
yang mengatakan bahwa karakteristik diajar melalui pendekatan guided
mengenai pembelajaran dengan pendekatan learning pada peserta didik kelas X
saintifik yaitu melibatkan prosesproses MIA SMA Negeri 3 Luwu?
kognitif yang potensial dalam merangsang 2. Secara keseluruhan, apakah ada
perkembangan intelek, khususnya pengaruh interaksi antara pendekatan
keterampilan berpikir tingkat tinggi saintifk dan kemampuan melakukan
siswa.dengan diterapkan pendekatan saintifik praktikum terhadap hasil belajar fisika
diharapkan mampu meningkatkan kualitas praktikum pada peserta didik kelas X
pembelajaran fisika yang disertai dengan MIA SMA Negeri 3 Luwu?
tercapainya hasil belajar yang diharapkan. 3. Ditinjau dari kemampuan melakukan
Sesuai hasil survey pendahuluan yang praktikum tinggi, apakah terdapat
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25 Maret perbedaan hasil belajar fisika antara yang
2020 melalui wawancara mendalam kepada diajar dengan pendekatan saintifik dan
siswa SMA Negeri 3 Luwu pada kelas X yang diajar melalui pendekatan guided
sebanyak 60 Siswa dengan informasi yang learning pada peserta didik kelas X MIA
diungkapkan bahwa dalam menerima proses SMA Negeri 3 Luwu?
pembelajaran melalui pendekatan santifik dan 4. Ditinjau dari kemampuan melakukan
kemampuan melakukan praktikum fisika praktikum rendah, apakah terdapat
masih belum optimal seperti belum optimalnya perbedaan hasil belajar fisika antara yang
pendekatan sainsitifik dalam proses diajar dengan pendekatan saintifik dan
pembelajaran secara langsung maupun tidak yang diajar melalui pendekatan guided
langsung. Berikut hasil belajar fisika peserta learning pada peserta didik kelas X MIA
didik kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu tahun SMA Negeri 3 Luwu?
pelajaran 2020/2021 pada saat dilakukan
observasi awal, menunjukkan bahwa sebagian Berdasarkan rumusan masalah yang
besar peserta didik berada pada hasil belajar telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
tingkat penguasaan rendah dan sangat rendah adalah:
yaitu sebesar 66,67%, sedangkan hasil belajar 1. Menganalisis secara keseluruhan
tingkat penguasaan tinggi dan sangat tinggi perbedaan hasil belajar fisika antara yang
yaitu sebesar 20,00%. Hasil belajar tersebut diajar melalui pendekatan saintifik dan
jauh dari pencapaian yang diharapkan pada diajar melalui pendekatan guided
penilaiak Kurikulum 2013, dimana KKM hasil learning pada peserta didik kelas X
belajar fisika pada aspek pengetahuan (KI-3) MIA SMA Negeri 3 Luwu.
yaitu ≥ 70. 2. Menganalisis secara keseluruhan,
Berdasarkan uraian diatas, maka pengaruh interaksi antara pendekatan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian saintifk dan kemampuan melakukan
lebih lanjut dengan judul yaitu “Pengaruh praktikum terhadap hasil belajar fisika
Pendekatan Saintifik terhadap Hasil praktikum pada peserta didik kelas X
Belajar Fisika dan Kemampuan melakukan MIA SMA Negeri 3 Luwu.
praktikum pada Peserta Didik Kelas X 3. Menganalisis perbedaan hasil belajar
SMA Negeri 3 Luwu”. fisika antara yang diajar dengan
Proses pembelajaran terkait pelajaran pendekatan saintifik dan yang diajar
Fisika sangat diharapkan suatu pendekatan melalui pendekatan guided learning

4
untuk kemampuan melakukan praktikum Kegiatan Aktivitas Belajar
yang tinggi pada peserta didik kelas X (Observing) membaca, mendengar,
menyimak (tanpa dengan
MIA SMA Negeri 3 Luwu. alat bantu)
4. Menganalisis perbedaan hasil belajar Menanya Mengajukan pertanyaan
fisika antara yang diajar dengan (Questioning) dari yang faktual sampai
pendekatan saintifik dan yang diajar ke yang bersifat
melalui pendekatan guided learning hipotesis; diawali dengan
bimbingan guru sampai
untuk kemampuan melakukan praktikum
dengan mandiri (menjadi
yang rendah pada peserta didik kelas X suatu kebiasaan)
MIA SMA Negeri 3 Luwu. Pengumpulan data Menentukan data yang
(Experimenting) diperlukan dari
pertanyaan yang
TINJAUAN PUSTAKA diajukan, menentukan
sumber data (benda,
Pendekatan Saintifik dokumen, buku,
eksperimen),
Di dalam Kamus Besar Bahasa mengumpulkan data
Indonesia (KBBI), pengertian pendekatan Mengasosiasi Menganalisis data dalam
adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (Associating) bentuk kategori,
menentukan hubungan
(2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan data/ kategori,
untuk mengadakan hubungan dengan orang menyimpulkan dari hasil
yang diteliti, metodemetode untuk mencapai analisis data; dimulai
pengertian tentang masalah pengamatan dari unstructured- uni
(Hosnan, 2014: 32). Pendekatan pembelajaran structure –
multistructure –
(Sanjaya, 2008: 127) dapat diartikan sebagai comlicated structure.
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil
proses pembelajaran, yang merujuk pada konseptualisasi dalam
pandangan tentang terjadinya suatu proses bentuk lisan, tulisan,
yang sifatnya masih sangat umum, di diagram, bagan, gambar
atau media lainnya.
dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode Sumber: Hosnan (2014: 39)
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran Hasil Belajar Fisika
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) Pembelajaran adalah suatu proses yang
pendekatan pembelajaran yang berorientasi dilakukan oleh individu untuk memperoleh
atau berpusat pada peserta didik (student suatu perubahan perilaku secara menyeluruh,
centered approach) dan (2) pendekatan sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat lingkungnnya (Surya, 2014: 111).
pada guru (teacher centered approach). Pembelajaran merupakan bantuan yang
Pendekatan saintifik merupakan diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
oleh Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
terdiri lima langkah. Langkah tersebut biasa dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan
disingkat 5M, yaitu Mengamati, Menanya, kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, dan membantu peserta didik agar dapat belajar
Mengomunikasikan. dengan baik.
Kegiatan pembelajaran dengan Hasil belajar merupakan bagian
pendekatan saintifik menurut Hosnan dapat terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009:
disajikan seperti Tabel 2.1: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
Tabel 2.1 Bentuk Kegiatan Pembelajaran hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
melalui Pendekatan Saintifik sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
Kegiatan Aktivitas Belajar lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
Mengamati Melihat, mengamati, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

5
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar saintifik dengan peserta didik yang diajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak dengan menggunakan pendekatan guided
belajar dan tindak mengajar. learning pada kelas X MIA SMA Negeri
3 Luwu.
Kemampuan melakukan praktikum 2. Secara keseluruhan, ada pengaruh
Dalam pendidikan sains kegiatan interaksi antara pendekatan dan
praktikum merupakan bagian integral dari kemampuan melakukan praktikum
kegiatan belajar mengajar. Hal ini terhadap hasil belajar fisika peserta didik
menunjukkan betapa pentingnya peranan pada kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu.
kegiatan praktikum untuk mencapai tujuan 3. Bagi peserta didik yang memiliki
pendidikan sains (Rustaman et al., 2005). kemampuan melakukan praktikum
Pembelajaran praktikum adalah suatu tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar
metode dalam pembelajaran dimana peserta fisika peserta didik yang diajar dengan
didik melakukan percobaan dengan mengalami menggunakan pendekatan saintifik
dan membuktikan sendiri yang dipelajari. dengan peserta didik yang diajar dengan
Sehingga dapat menunjang pemahaman menggunakan pendekatan guided
terhadap materi (Djamarah dan Zain, 2010). learning pada kelas X MIA SMA Negeri
Hamdayama (2014) menyatakanbahwa 3 Luwu.
saat pembelajaran praktikum meliputi tahapan- 4. Bagi peserta didik yang memiliki
tahapan sebagai berikut: kemampuan melakukan praktikum
1. Pembelajaran diawali dengan melakukan rendah, terdapat perbedaan hasil belajar
percobaan yang didemostrasikan guru fisika peserta didik yang diajar dengan
atau dengan mengamati fenomena alam. menggunakan pendekatan saintifik
Demonstrasi dilakukan dengan dengan peserta didik yang diajar dengan
menampilkan masalah-masalah yang menggunakan pendekatan guided
berkaitan dengan materi yang akan learning pada kelas X MIA SMA Negeri
dipelajari; 3 Luwu.
2. Pengamatan yang dilakukan oleh peserta
didik ketika guru melaksanakan METODE PENELITIAN
percobaan. Pesertadidik diharapkan Jenis penelitian ini adalah penelitian
untuk mengamati dan mencatat; Quasi Ekperiment (eksperimen semu)
3. Peserta didik diharapkan merumuskan menggunakan desain faktorial 2x2. Penelitian
hipotesis sementara berdasarkan hasil ini melibatkan dua kelas yaitu satu kelas
pengamatannya; sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas
4. Verifikasi dilakukan untuk membuktikan sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen
kebenaran dari dugaan awal yang telah diberi perlakuan berupa penerapan pendekatan
dirumuskan dan dilakukan melalui kerja saintifik dan kelas kontrol diberi perlakuan
kelompok. Peserta didik diminta berupa penerapan pendekatan guided learning.
merumuskan hasil percobaan dan Desain atau rancangan penelitian ini adalah
membuat kesimpulan. Selanjutnya penelitian factorial design. Berdasarkan desain
peserta didik diminta membuat laporan; penelitian ini, maka rancangan penelitian yang
5. Evaluasi dilakukan secara tes lisan, digunakan adalah factorial 2 x 2 sebagaimana
tulisan, maupun aplikasinya untuk digambarkan pada Tabel 3.1:
mengetahui pemahaman konsep yang Tabel 3.1 Treatment By Level 2 x2
telah diperoleh dengan penerapan Pendekatan Pembelajaran (A)
Kemampuan
Pendekatan
pembelajaran praktikum. Melakukan Pendekatan
Guided Learning
Praktikum (B) Saintifik (A1)
Hipotesis Penelitian (A2)
Hipotesis dalam penelitian ini Tinggi (B1) 𝑌[𝐴1 𝐵1 ] 𝑌[𝐴2 𝐵1 ]
dirumuskan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan Rendah (B2) 𝑌[𝐴1 𝐵2 ] 𝑌[𝐴2 𝐵2 ]
hasil belajar fisika peserta didik yang 𝑌[𝐴1 𝐵1 ] 𝑌[𝐴2 𝐵1 ]
diajar dengan menggunakan pendekatan ∑
+ 𝑌[𝐴1 𝐵2 ] + 𝑌[𝐴2 𝐵2 ]

6
Sumber : Kerlinger (2014:496) didik kelas XI MIPA pada UPT SMA Negeri 3
Luwu Tahun Pelajaran 2020/2021 yang terdiri
Y : Hasil belajar fisika dari 71 orang dari dua rombel yakni kelas X
A : Pendekatan pembelajaran MIA 1 terdiri dari 35 orang dan kelas X MIA 2
A1 : Pendekatan saintifik terdiri dari 36 orang.
A2 : Pendekatan guided learning Instrumen penelitian yang digunakan
B : Kemampuan melakukan praktikum dalam penelitian ini, yaitu tes kemampuan
B1 : Kemampuan melakukan praktikum melakukan praktikum . Teknik analisis data
tinggi terdiri atas dua tahap yaitu (1) tahap
B2 : Kemampuan melakukan praktikum pengembangan instrumen yang disebut analisis
rendah instrumen dan (2) tahap analisis statistik yaitu
A1B1 : Kelompok peserta didik yang pengolahan data hasil penelitian yang disebut
diajar dengan menggunakan analisis data penelitian.
pendekatan saintifik dengan Pengujian hipotesis pada penelitian ini
kemampuan melakukan praktikum menggunakan analisis varians dua jalur (Two
tinggi Way Anava) pada taraf signifikan α = 0,05. Uji
A1B2 : Kelompok peserta didik yang hipotesis dihitung dengan bantuan program
diajar dengan menggunakan IBM SPSS v.20 for Windows. Adapun untuk uji
pendekatan saintifik dengan hipotesis digunakan statistik anava dengan
kemampuan melakukan praktikum kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
rendah a) Secara keseluruhan, terdapat perbedaan
A2B1 : Kelompok peserta didik yang hasil belajar fisika peserta didik yang
diajar dengan menggunakan diajar dengan menggunakan pendekatan
pendekatan guided learning saintifik dengan peserta didik yang diajar
dengan kemampuan melakukan dengan menggunakan pendekatan guided
praktikum tinggi learning pada kelas X MIA SMA Negeri
A2B2 : Kelompok peserta didik yang 3 Luwu.Disusun hipotesis statistik yaitu:
diajar dengan menggunakan H0 : μ1 ₌ μ2
pendekatan guided learning H1 : μ1 ≠ μ2
dengan kemampuan melakukan Dengan kriteria pengambilan keputusan
praktikum tinggi sebagai berikut:
Variabel dalam penelitian ini terbagi Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima
tiga, yaitu variabel bebas, variabel moderator, Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
dan variabel tak bebas yaitu sebagai berikut. b) Secara keseluruhan, terdapat pengaruh
1. Variabel bebas pada penelitian ini interaksi antara pendekatan saintifik dan
pendekatan pembelajaran (A) yaitu: kemampuan melakukan praktikum
pembelajaran dengan menggunakan terhadap hasil belajar fisika peserta didik
pendekatan saintifik (A1) dan kelas X MIA SMA Negeri 3
pembelajaran dengan menggunakan Luwu.Disusun hipotesis statistik yaitu:
pendekatan guided learning (A2) H0 : μA1B1 ₌ μA2B2
2. Variabel moderator pada penelitian ini H1 : μA1B1 ≠ μA2B2
yaitu kemampuan melakukan praktikum Dengan kriteria pengambilan keputusan
(B) yang terdiri dari dua level yaitu: sebagai berikut:
kemampuan melakukan praktikum tinggi Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima
(B1) dan kemampuan melakukan Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
praktikum rendah (B2) c) Bagi peserta didik yang memiliki
3. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan melakukan praktikum
hasil belajar (Y) tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar
Penelitian ini dilaksanakan pada fisika peserta didik yang diajar dengan
semester ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021, menggunakan pendekatan saintifik
pada UPT SMA Negeri 3 Luwu. Populasi dengan peserta didik yang diajar dengan
dalam penelitian ini adalah seleuruh peserta menggunakan pendekatan guided

7
learning pada kelas X MIA SMA Negeri diperoleh data tentang kemampuan melakukan
3 Luwu.Disusun hipotesis statistik yaitu: praktikum kemampuan melakukan praktikum
peserta didik.
H0 : μA1 ₌ μA2 Berdasarkan hasil analisis data
H1 : μA1 ≠ μA2 kemampuan melakukan praktikum , baik data
Dengan kriteria pengambilan keputusan kelas eksperimen maupun data kelas kontrol
sebagai berikut: diperoleh nilai rata-rata kemampuan
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima praktikum sebesar 44,53 pada kelas
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak eksperimen dan 44,57 pada kelas kontrol.
d) Bagi peserta didik yang memiliki Nilai ini dijadikan dasar untuk menentukan
kemampuan melakukan praktikum sebaran kelompok sampel ditinjau dari level
rendah, terdapat perbedaan hasil belajar kemampuan melakukan praktikum . Jika 𝑥 ≥ 𝑥̅,
fisika peserta didik yang diajar dengan maka siswa tersebut dikategorikan ke dalam
menggunakan pendekatan saintifik kelompok sampel yang memiliki kemampuan
dengan peserta didik yang diajar dengan
melakukan praktikum tinggi. Sedangkan jika 𝑥
menggunakan pendekatan guided
< 𝑥̅, maka siswa tersebut dikategorikan ke
learning pada kelas X MIA SMA Negeri
dalam kelompok sampel yang memiliki
3 Luwu.Disusun hipotesis statistik yaitu:
kemampuan melakukan praktikum rendah.
H0 : μB1 ₌ μB2
Berdasarkan hal demikian, sampel penelitian
H1 : μB1 ≠ μB2
ini dapat dibagi dan disebar menjadi dua
Dengan kriteria pengambilan keputusan
kelompok seperti pada tabel berikut:
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Sebaran Peserta Didik untuk
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima
Tiap Kelompok
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
Kemampuan Kelompok
melakukan Kelas Kelas Jumlah
HASIL PENELITIAN DAN praktikum Eksperimen Kontrol
PEMBAHASAN Tinggi 18 18 36
Hasil Penelitian Rendah 18 17 35
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Jumlah 36 35
Hal yang pertama yang dilakukan yaitu
menganalisis data awal untuk Berdasarkan Tabel 4.1, dapat
mengkategorikan sebaran kelompok sampel ditunjukkan bahwa untuk kelas eksperimen
berdasarkan variabel moderator yaitu yaitu kelas XI MIA 2 berjumlah 36 peserta
kemampuan melakukan praktikum . didik yang terbagi menjadi 18 peserta didik
Kemampuan melakukan praktikum dalam dengan kemampuan melakukan praktikum
penelitian ini merupakan variabel yang tinggi dan 81 peserta didik dengan kemampuan
mendukung hubungan antara variabel melakukan praktikum . Sedangkan untuk kelas
independent yaitu pendekatan pembelajaran kontrol yaitu kelas X MIA 1 berjumlah 35
dan variabel dependent (variabel bebas) yaitu peserta didik yang terbagi menjadi 18 peserta
hasil belajar fisika. Penelitian ini, didik dengan kemampuan melakukan
mengkategorikan menjadi dua yaitu praktikum tinggi dan 17 peserta didik dengan
kemampuan melakukan praktikum tinggi dan kemampuan melakukan praktikum rendah.
kemampuan melakukan praktikum rendah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Pengkategorian kemampuan melakukan C.6.
praktikum peserta didik dilakukan dengan cara Adapun deskripsi skor hasil belajar
pemberian angket kemampuan melakukan fisika peserta didik yang diperoleh setelah
praktikum . Angket kemampuan melakukan diterapkan pendekatan saintifik di kelas
praktikum disusun dalam bentuk rangkaian eksperimen dan penerapan pendekatan guided
pernyataan tertulis yang berisi 15 pernyataan learning dikelas kontrol adalah sebagai
yang ditujukan dan diisi sendiri oleh peserta berikut:
didik sampel penelitian yaitu kelas X MIA 1 Tabel 4.2 Hasil Belajar Fisika Peserta didik
dan X MIA 2 SMA Negeri 3 Luwu, sehingga

8
Nilai Statistik Kelas Kelas praktikum rendah. Hasil selengkapnya dapat
Eksperimen Kontrol dilihat pada lampiran C.7 dan C.8.
Jumlah Sampel 36 35
2. Uji Prasyarat Analisis
Nilai rata-rata 77,36 70,29 Sebelum melakukan pengujian hipotesis,
Skor Tertinggi 100 85 maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
Skor Terendah 60 50 dasar analisis berupa uji normalitas dan uji
Standar Deviasi 10,723 8,484 homogenitas.
a. Uji Normalitas Data
Variansi 114,980 71,975
Pengujian normalitas bertujuan untuk
menyatakan apakah data hasil belajar peserta
Berdasarkan Tabel 4.2, menunjukkan didik untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
bahwa jumlah seluruh sampel pada kelas berdistribusi normal atau tidak normal.
eksperimen sebanyak 36 sampel dan 35 sampel Uji normalitas data dilakukan dengan
pada kelas kontrol. Nilai rata-rata pada kelas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
eksperimen sebesar 77,36 dan 70,29 pada kelas melalui program SPSS dengan hasil output
kontrol. Skor tertinggi yang diperoleh pada dapat dilihat pada Lampiran C.9, sehingga
kelas eksperimen sebesar 100 dan 85 pada diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada
kelas kontrol. Sedangkan skor terendah pada Tabel 4.4:
kelas eksperimen sebesar 60 dan 50 pada kelas Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelas
kontrol. Standar deviasi yang diperoleh pada Eksperimen dan Kelas Kontrol
kelas eksperimen sebesar 10,723 dan 8,484 Kelas Syarat Signifikansi Kesimpulan
pada kelas kontrol dengan variansi pada kelas Eksperimen 0,456 Data berdistribusi
eksperimen sebesar 114,980 dan 71,975 pada Sig > normal
Kontrol 0,05 0,134 Data berdistribusi
kelas kontrol. normal
Berikut hasil belajar fisika peserta didik
berdasarkan kemampuan melakukan praktikum Berdasarkan Tabel 4.4 pengujian
disajikan pada Tabel 4.3 berikut: normalitas yang diperoleh bahwa nilai
Tabel 4.3 Hasil Belajar Fisika Peserta didik signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05
berdasarkan Kemampuan melakukan (sig.> 0,05). Dengan demikian dapat
praktikum disimpulkan bahwa hasil belajar fisika kelas
Kemampuan melakukan Kelas Kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.
praktikum Eksperimen Kontrol
b. Uji Homogenitas
Jumlah Sampel 18 18
Uji homogenitas dilakukan untuk
Kemampuan Nilai rata-rata 85,83 76,94
melakukan Skor Tertinggi 100 85 mengetahui apakah data yang diperoleh
praktikum Skor Terendah 75 70 bersifat homogen atau tidak. Pengujian
Tinggi Standar Deviasi 7,328 3,888 Homogenitas dilakuan dengan uji leavene
Variansi 53,676 15,114 melalui program SPSS dengan hasil output
Jumlah Sampel 18 17 dapat dilihat pada Lampiran C.10, sehingga
Kemampuan Nilai rata-rata 68,89 63,24 diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada
melakukan Skor Tertinggi 75 70 Tabel 4.5:
praktikum Skor Terendah 60 50 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas
Rendah Standar Deviasi 5,572 5,847
Variansi 31,046 34,191 Syarat Levene Signifikansi Kesimpulan
Statistic
Hasil
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bahwa Belajar
Sig >
2,062 0,156
Data
0,05 homogen
nilai rata-rata hasil belajar fisika berdasarkan Fisika
kemampuan melakukan praktikum tinggi pada
kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih Dari hasil pengujian homogenitas
besar dibandingkan nilai rata-rata hasil belajar menggunakan SPSS untuk kesamaan ragam,
fisika berdasarkan kemampuan melakukan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,156 >
0,05 (sig > α = 0,05) sehingga dapat

9
disimpulkan bahwa varians kedua kelompok dengan menggunakan pendekatan
data hasil belajar fisika peserta didik memiliki guided learning pada kelas X MIA
variansi yang homogen. SMA Negeri 3 Luwu.

3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini Berdasarkan tabel 4.6, pada baris
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya Antarkelompok (A) menunjukkan Fhitung =
perbedaan pengaruh pedekatan saintifik dan 50,91 dan Ftabel = 2,74 (Fhitung > F tabel),
kemampuan melakukan praktikum terhadap begitupula dengan nilai signifikansi sebesar
hasil belajar serta interaksinya. Pengujian 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 (sig.<
hipotesis menggunakan analisis varians 0,05) sehingga H0 ditolak. Artinya, terdapat
(anava) Dua Jalur (2x2) dengan sel sama. Uji perbedaan hasil belajar fisika peserta didik
anava ini menggunakan uji F dengan taraf yang diajar dengan menggunakan pendekatan
signfikansi α = 0,05. Apabila nilai F hitung saintifik dengan peserta didik yang diajar
data yang diperoleh ≥ F tabel maka Ho ditolak dengan menggunakan pendekatan guided
artinya ada perebedaan atau ada interaksi. learning pada kelas X MIA SMA Negeri 3
Analisis data pada penelitian ini menggunakan Luwu.
program SPSS, hasil output uji anava 2 jalur b. Hipotesis Kedua
dapat dilihat pada lampiran C.11. Untuk Hipotesis kedua diuji dengan
memudahkan pengujian hipotesis pada menganalisis pasangan hipotesis nol (H0) dan
penelitian ini, maka dibuat tabel kerja analisis hipotesis pembanding (H1) berikut:
varian (ANAVA) dua jalur dengan data H0 : Secara keseluruhan, tidak terdapat
sebagai berikut. pengaruh interaksi antara pendekatan
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Analisis Uji dan kemampuan melakukan
Anava 2 Jalur praktikum terhadap hasil belajar fisika
peserta didik pada kelas X MIA SMA
Negeri 3 Luwu.
H1 : Secara keseluruhan, terdapat
pengaruh interaksi antara pendekatan
dan kemampuan melakukan
praktikum terhadap hasil belajar fisika
peserta didik pada kelas X MIA SMA
Berdasarkan rangkuman hasil analisis Negeri 3 Luwu.
ANAVA dua jalur pada Tabel 4.5, diperoleh
data sebagai berikut. Berdasarkan tabel 4.6, pada baris
a. Hipotesis Pertama Interaksi (I) menunjukkan Fhitung = 1,39 dan
Hipotesis pertama diuji dengan Ftabel = 3,98 (Fhitung < F tabel), begitupula dengan
menganalisis pasangan hipotesis nol (H0) dan nilai signifikansi sebesar 0,243 yang nilainya
hipotesis pembanding (H1) berikut: lebih besar dari 0,05 (sig.> 0,05) sehingga H0
H0 : Secara keseluruhan, tidak terdapat diterima. Artinya, secara keseluruhan, tidak
perbedaan hasil belajar fisika peserta terdapat pengaruh interaksi anatara pendekatan
didik yang diajar dengan dan kemampuan melakukan praktikum
menggunakan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar fisika peserta didik pada
dengan peserta didik yang diajar kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu.
dengan menggunakan pendekatan c. Hipotesis Ketiga
guided learning pada kelas X MIA Hipotesis ketiga diuji dengan
SMA Negeri 3 Luwu. menganalisis pasangan hipotesis nol (H0) dan
H1 : Secara keseluruhan, terdapat hipotesis pembanding (H1) berikut:
perbedaan hasil belajar fisika peserta H0 : Bagi peserta didik yang memiliki
didik yang diajar dengan kemampuan melakukan praktikum
menggunakan pendekatan saintifik tinggi, tidak terdapat perbedaan hasil
dengan peserta didik yang diajar belajar fisika peserta didik yang diajar

10
dengan menggunakan pendekatan Berdasarkan tabel 4.6, pada baris
saintifik dengan peserta didik yang Antarbaris (Ab) menunjukkan Fhitung = 124,40
diajar dengan menggunakan dan Ftabel = 3,98 (Fhitung > F tabel), begitupula
pendekatan guided learning pada dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu. nilainya lebih kecil dari 0,05 (sig.< 0,05)
H1 : Bagi peserta didik yang memiliki sehingga H0 ditolak. Artinya, bagi peserta
kemampuan melakukan praktikum didik yang memiliki kemampuan melakukan
tinggi, terdapat perbedaan hasil praktikum rendah, terdapat perbedaan hasil
belajar fisika peserta didik yang diajar belajar fisika peserta didik yang diajar dengan
dengan menggunakan pendekatan menggunakan pendekatan saintifik dengan
saintifik dengan peserta didik yang peserta didik yang diajar dengan menggunakan
diajar dengan menggunakan pendekatan guided learning pada kelas X MIA
pendekatan guided learning pada SMA Negeri 3 Luwu.
kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu.

Berdasarkan tabel 4.6, pada baris


Antarkolom (Ak) menunjukkan Fhitung = 27,99
dan Ftabel = 3,98 (Fhitung > F tabel), begitupula
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang Pembahasan
nilainya lebih kecil dari 0,05 (sig.< 0,05)
sehingga H0 ditolak. Artinya, bagi peserta 1. Secara keseluruhan, terdapat
didik yang memiliki kemampuan melakukan perbedaan hasil belajar fisika peserta
praktikum tinggi, terdapat perbedaan hasil didik yang diajar dengan
belajar fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan pendekatan saintifik
menggunakan pendekatan saintifik dengan dengan peserta didik yang diajar
peserta didik yang diajar dengan menggunakan dengan menggunakan pendekatan
pendekatan guided learning pada kelas X MIA guided learning pada kelas X MIA
SMA Negeri 3 Luwu. SMA Negeri 3 Luwu
d. Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat diuji dengan Dari pengujian hipotesis pertama
menganalisis pasangan hipotesis nol (H0) dan berdasarkan analisis ANAVA menunjukkan
hipotesis pembanding (H1) berikut: menunjukkan Fhitung = 50,91 dan Ftabel = 2,74
H0 : Bagi peserta didik yang memiliki (Fhitung > F tabel), begitupula dengan nilai
kemampuan melakukan praktikum signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya lebih
rendah, tidak terdapat perbedaan hasil kecil dari 0,05 (sig.< 0,05) sehingga H0 ditolak.
belajar fisika peserta didik yang diajar Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar fisika
dengan menggunakan pendekatan peserta didik yang diajar dengan menggunakan
saintifik dengan peserta didik yang pendekatan saintifik dengan peserta didik yang
diajar dengan menggunakan diajar dengan menggunakan pendekatan
pendekatan guided learning pada guided learning pada kelas X MIA SMA
kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu. Negeri 3 Luwu.
H1 : Bagi peserta didik yang memiliki Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kemampuan melakukan praktikum bahwa peserta didik yang diajar dengan
rendahi, terdapat perbedaan hasil pendekatan saintifik pada kelas eksperimen
belajar fisika peserta didik yang diajar memperoleh rata-rata skor hasil belajar fisika
dengan menggunakan pendekatan lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
saintifik dengan peserta didik yang yang diajar dengan menerapkan pendekatan
diajar dengan menggunakan guided learning pada kelas kontrol. Hasil rata-
pendekatan guided learning pada rata hasil belajar fisika yang diperoleh pada
kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu. kelas eksperimen adalah 77,46 dan kelas
kontrol 70,29. Hal ini menunjukkan bahwa
perserta didik yang diajar menggunakan

11
pendekatan saintifik lebih mudah dalam kurikulum 2013. Pendekatan scientific
memahami konsep-konsep dibandingkan memiliki peranan yang cukup penting dalam
menggunakan pendekatan guided learning. membantu peserta didik mencapai hasil yang
Perbedaan tersebut menunjukan bahwa cukup baik dalam proses pembelajaran fisika.
pendekatan saintifik yang diterapkan dalam
pembelajaran membuat peserta didik lebih 2. Secara keseluruhan, pengaruh
memahami konsep-konsep pada materi yang interaksi antara pendekatan dan
diajarkan dalam penelitian ini yaitu gerak lurus kemampuan melakukan praktikum
dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak terhadap hasil belajar fisika peserta
lurus dengan percepatan konstan (tetap), didik pada kelas X MIA SMA Negeri 3
dibandingkan dengan pendekatan guided Luwu
learning. Hal ini disebabkan karena siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan Dari pengujian hipotesis kedua
pendekatan saintifik lebih berperan aktif dalam berdasarkan analisis ANAVA menunjukkan
kegiatan belajar mengajar yang sedang Fhitung = 1,39 dan Ftabel = 3,98 (Fhitung < F tabel),
berlangsung, dimana siswa diberikan begitupula dengan nilai signifikansi sebesar
kesempatan berdiskusi bersama kelompok dan 0,243 yang nilainya lebih besar dari 0,05 (sig.>
menemukan sendiri pengetahuan mengenai 0,05) sehingga H0 diterima. Artinya, secara
materi yang diajarkan. sehingga menghasilkan keseluruhan, tidak terdapat pengaruh interaksi
pemahaman konsep yang lebih baik, bertahan anatara pendekatan dan kemampuan
lama, dan lebih memungkinkan peserta didik melakukan praktikum terhadap hasil belajar
untuk memahami materi yang sedang fisika peserta didik pada kelas X MIA SMA
berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yang Negeri 3 Luwu. Hal ini menunjukan bahwa
dikemukakan oleh Hosnan (2014: 34) yang kemampuan melakukan praktikum sebagai
mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik variabel moderator tidak memberikan efek
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman terhadap pendekatan pembelajaran yang
kepada peserta didik dalam mengenal, digunakan.
memahami berbagai materi menggunakan Widiarso (2011) menyatakan dalam
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa kasus anava faktorial terkadang terjadi sebuah
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak fenomena yang dinamakan dengan interaksi.
bergantung pada informasi searah dari guru. Interaksi menunjukan pola tiap faktor yang
Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diuji berbeda. Pola berbeda ini akan lebih
diharapkan tercipta diarahkan untuk mudah dipahami dengan melihat adanya
mendorong peserta didik dalam mencari tahu persilangan garis pada grafik. Jika garis pada
dari berbagai sumber melalui observasi, dan kategori yang dijadikan pembanding pararel
bukan hanya diberi tahu. maka kita dapat menyimpulkan adanya
Sejalan dengan penelitian yang interaksi. Hair et al dan kerlinger et al (dalam
dilakukan oleh Hardianti (2015) menunjukkan Suprapto, 2015) hal yang menyebabkan tidak
bahwa pendekatan scientific menanamkan agar terjadinya interaksi disebabkan jika dua
peserta didik menjadi aktif dalam menemukan variabel bebas atau lebih membawa pengaruh-
sendiri hal yang tidak diketahui dan yang ingin pengaruh secara terpisah yang sangat kuat
diketahuinya, sehingga partisipasi peserta (signifikan) terhadap variabel terikat. Tidak
didik dalam proses pembelajaran untuk terjadinya interaksi antara pendekatan
mengalami sendiri materi yang dipelajarinya pembelajaran ditinjau dari kemampuan
menjadi bagian penting dalam pendekatan ini. melakukan praktikum peserta didik diduga
Pendekatan scientific merupakan pendekatan disebabkan oleh beberapa faktor.
yang sangat berperan dalam perkembangan Faktor pertama adalah masalah waktu
ilmu pengetahuan. Langkah-langkah scientific penelitian. Penelitian yang begitu singkat
yang digunakan membiasakan peserta didik dianggap mempengaruhi hasil yang diperoleh.
untuk berpikir kritis dan sistematis. Pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan
Pendekatan ini kemudian kembali muncul pada masa saat ini sangat dibatasi. Kegiatan
dewasa ini dalam bentuk karakter dari pembelajaran yang biasanya dilaksanakan

12
dengan alokasi waktu yang cukup memadai, learning pada kelas X MIA SMA Negeri 3
tidak dapat terlaksana secara maksimal. Luwu.
Berdasarkan alasan ini, maka peneliti Dari pengujian hipotesis keempat
berkesimpulan bahwa waktu yang digunakan berdasarkan analisis ANAVA menunjukkan
dalam penelitian ini dianggap mempengaruhi Fhitung = 124,40 dan Ftabel = 3,98 (Fhitung > F
interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tabel), begitupula dengan nilai signifikansi
kemampuan melakukan praktikum pada sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari
pencapaian hasil belajar fisika peserta didik. 0,05 (sig.< 0,05) sehingga H0 ditolak. Artinya,
Faktor kedua yang dianggap bagi peserta didik yang memiliki kemampuan
mempengaruhi hasil penelitian ini adalah melakukan praktikum rendah, terdapat
pengetahuan awal peserta didik. Pengetahuan perbedaan hasil belajar fisika peserta didik
awal merupakan pengetahuan, keterampilan, yang diajar dengan menggunakan pendekatan
dan kemampuan yang dibawa oleh peserta saintifik dengan peserta didik yang diajar
didik ke dalam proses pembelajaran. Peneliti dengan menggunakan pendekatan guided
mengamati ada beberapa peserta didik yang learning pada kelas X MIA SMA Negeri 3
kurang memiliki pengetahuan awal pada saat Luwu.
pembelajaran dimulai misalnya ketika ditanya Kemampuan melakukan praktikum
tentang materi gerak yang pernah dipejari sebagai salah satu faktor internal peserta didik
sebelumnya. Pembelajaran akan berjalan lebih dalam pencapaian pemahaman konsep di
lancar ketika ada pengetahuan awal dari dalam penelitian ini menunjukan adanya
peserta didik. Dengan adanya pengetahuan perbedaan pencapaian hasil belajar fisika dari
awal peserta didik akan lebih berminat masing-masing peserta didik. Peserta didik
mengikuti pelajaran. Faktor-faktor yang telah dengan kemampuan melakukan praktikum
diutarakan diatas adalah faktor yang dianggap tinggi cenderung memperoleh hasil belajar
oleh peneliti sebagai penyebab tidak adanya yang lebih tinggi pula. Begitupula sebaliknya,
interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan melakukan praktikum
dengan kemampuan melakukan pratikum rendah cenderung memperoleh hasil belajar
dalam pencapaian hasil belajar fisika peserta yang rendah pula.
didik. Dalam pembelajaran fisika harus
3. Terdapat perbedaan hasil belajar diperhatikan bagaimana peserta didik
fisika peserta didik yang diajar mendapatkan pengetahuan, konsep, dan teori
dengan menggunakan pendekatan melalui pengalaman praktis dengan cara
saintifik dengan peserta didik yang melakukan observasi atau eksperimen secara
diajar dengan menggunakan langsung. Sehingga dalam proses
pendekatan guided learning pada kelas pembelajaran Fisika, siswa dituntut aktif
X MIA SMA Negeri 3 Luwu menemukan konsep utama dari materi Fisika
berdasarkan kemampuan melakukan baik melalui kegiatan observasi ataupun
praktikum eksperimen.
Melalui kegiatan praktikum diharapkan
Dari pengujian hipotesis ketiga peserta didik memiliki kemampuan berfikir
berdasarkan analisis ANAVA menunjukkan dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains
Fhitung = 27,99 dan Ftabel = 3,98 (Fhitung > F tabel), yang dimilikinya. Pembelajaran fisika
begitupula dengan nilai signifikansi sebesar memiliki tujuan sebagai pembelajaran yang
0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 (sig.< membekali peserta didik pengetahuan,
0,05) sehingga H0 ditolak. Artinya, bagi pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk
peserta didik yang memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
melakukan praktikum tinggi, terdapat teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut,
perbedaan hasil belajar fisika peserta didik maka pembelajaran fisika di sekolah harus
yang diajar dengan menggunakan pendekatan menekankan pada pemahaman konsep fisika
saintifik dengan peserta didik yang diajar dengan berlandaskan hakikat IPA yang
dengan menggunakan pendekatan guided mencakup produk, proses dan sikap ilmiah.
Jika pembelajaran fisika yang dilaksanakan

13
bertujuan agar siswa mampu memahami memformulasikan dan menguji hipotesis.
produk ilmiah (konsep, hukum, azas, teori) (Kemendikbud, 2013: 1)
berdasarkan proses ilmiah (mengamati, Dengan demikian, terdapat perbedaan
melakukan eksperimen, dll), sehingga hasil belajar fisika peserta didik yang diajar
menimbulkan sikap ilmiah maka pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
fisika harus melibatkan siswa secara aktif dengan peserta didik yang diajar dengan
untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan guided learning
(Sari, 2020). pada kelas X MIA SMA Negeri 3 Luwu
Penanaman sikap ilmiah akan sangat berdasarkan kemampuan melakukan praktikum
berpengaruh untuk mencapai hakikat . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
pembelajaran IPA khususnya fisika secara yang dilakukan oleh Sabirin (2016)
utuh. Sikap ilmiah menjadi indikator yang menunjukkan bahwa kemampuan merancang
sangat penting dalam melaksanakan kegiatan percobaan setelah diajar dengan
ilmiah. Oleh sebab itu, sikap ilmiah dalam menggunakan pendekatan ilmiah berada
melaksanakan kegiatan praktikum menjadi pada kategori baik dan hasil belajar fisika
syarat mutlak yang harus diketahui dan setelah diajar menggunakan pendekatan
dimiliki oleh peserta didik. Praktikum ilmiah berada pada kategori tinggi.
memiliki beberapa tujuan yang sering
dikaitkan menurut Hasrudin dan Rezeqi
(Atnur, 2015) yaitu: (1) untuk memotivasi
siswa sebab kegiatan praktikum pada
umumnya menarik bagi siswa sehingga KESIMPULAN DAN SARAN
mereka lebih termotivasi untuk belajar sains; Kesimpulan
(2) untuk mengajarkan keterampilan dasar Berdasarkan hasil dan pembahasan
ilmiah; (3) untuk meningkatkan pemahaman maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
konsep; (4) untuk memahami dan 1. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan
menggunakan metode ilmiah; dan (5) untuk hasil belajar fisika peserta didik yang
mengembangkan sikap-sikap ilmiah. diajar dengan menggunakan pendekatan
Penanaman sikap ilmiah ini sangat saintifik dengan peserta didik yang diajar
identitik dengan pendekatan saintifik. dengan menggunakan pendekatan guided
Pendekatan scientific atau lebih umum learning pada peserta didik kelas X MIA
dikatakan pendekatan ilmiah. Pendekatan SMA Negeri 3 Luwu.
saintifik berkaitan erat dengan metode 2. Secara keseluruhan, tidak ada pengaruh
saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada interaksi antara pendekatan dan
umumnya melibatkan kegiatan pengamatan kemampuan melakukan praktikum
atau observasi yang dibutuhkan untuk terhadap hasil belajar fisika peserta didik
perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. pada peserta didik kelas X MIA SMA
(Sani: 2014: 50-56) Negeri 3 Luwu.
Pendekatan ilmiah merupakan 3. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika
pendekatan yang merujuk pada teknik-teknik peserta didik yang diajar dengan
investigasi atas fenomena atau gejala, menggunakan pendekatan saintifik
memperoleh pengetahuan baru, atau dengan peserta didik yang diajar dengan
mengoreksi dan memadukan pengetahuan menggunakan pendekatan guided
sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, learning pada peserta didik kelas X MIA
metode pencarian (method of inquiry) harus SMA Negeri 3 Luwu berdasarkan
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang kemampuan melakukan praktikum
dapat diobservasi, empiris dan terukur dengan tinggi.
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena 4. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika
itu, pendekatan ilmiah umumnya memuat peserta didik yang diajar dengan
serial aktivitas pengoleksian data melalui menggunakan pendekatan saintifik
observasi dan eksperimen, kemudian dengan peserta didik yang diajar dengan
menggunakan pendekatan guided

14
learning pada peserta didik kelas X MIA Berkarakter. Bogor: Ghalia
SMA Negeri 3 Luwu berdasarkan Indonesia.
kemampuan melakukan praktikum
rendah. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Saran Kontekstual Dalam Pembelajaran
Beberapa saran yang dapat diajukan Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya
sebagai berikut: Kemdikbud. 2013. Pendekatan-pendekatan
1. Bagi sekolah; diharapkan dapat menjadi Ilmiah dalam Pembelajaran. Dalam
acuan untuk meningkatkan proses Diklat Guru Dalam Rangka
pembelajaran dengan kegiatan yang Implementasi Kurikulum 2013;
sejenis bagi kelas atas maupun kelas Konsep Pendekatan Scientific.
bawah dan juga diharapkan dapat lebih Bandung.
meningkatkan fasilitas penunjang yang Kerlinger. 2014. Asas–Asas Penelitian
mampu mendukung usaha pelaksanaan Behaviour. Edisi 3, Cetakan 7.
pembelajaran yang lebih menyenangkan. Yogyakarta: Gadjah Mada
2. Bagi guru; diharapkan guru lebih University Press.
meningkatkan dalam pemberian motivasi
terhadap siswa, baik dalam pengelolaan Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. 2014. Sukses
kelas, reward, atau hukuman dan juga Mengimplementasikan Kurikulum
guru dapat lebih mempersiapkan 2013. Surabaya: Kata Pena.
pendekatan pembelajaran dengan baik, Musfiqon & Nurdyansyah. 2015. Pendekatan
sehingga dapat membangkitkan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
kemampuan melakukan praktikum siswa Nizamia Learning Center.
dan mengahasilkan hasil belajar fisika
yang baik. Putra, Rizema S. 2013. Desain Belajar
3. Peneliti lain; diharapkan bagi peneliti Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
selanjutnya tidak hanya meneliti Yogyakarta: Diva Press.
mengenai hasil belajar pada ranah
kognitif saja, tetapi juga ranah Rustaman, N., dkk. 2005. Strategi Belajar
psikomotor atau ranah afektif ataupun Mengajar Biologi. Malang: UM
kedua ranah tersebut dan meneliti faktor- Press.
faktor lain yang mempengaruhi hasil
belajar selain yang peneliti lakukan. Sani, R,. A. 2014. Pembelajaran Saintifik
untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran;
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Saintifik Kurikulum 2013. Pendidikan. Jakarta: Kencana
Yogyakarta: Gava Media. Prenada Media Group.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Suastra. 2009. Pembelajaran Sains Terkini.
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Singaraja: Undiksha.
Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2010. Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian
Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Metode Pembelajaran Kreatif dan.

15
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Surya, Muhammad. 2014. Psikologi


Pembelajaran dan Pengajaran.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Widiarso, Wahyu. 2011. Uji Hipotesis


Komparatif. Yogyakarta: FP UGM.

Widoyoko, Eko Putro. 2011. Teknik


Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

16

Anda mungkin juga menyukai