Anda di halaman 1dari 10

Bioedusiana 4 (1) (2019)

Bioedusiana
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/bioed/index
DOI: https://doi.org/10.34289/285232

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SDN MARGOREJO VI


SURABAYA MELALUI MODEL JIGSAW
Student’s Critical Thinking Skills of Margorejo VI Surabaya Elementary School
Through Jigsaw Model

Evi Susanti1), Mohammad Taufiq1), Muhammad Thamrin Hidayat1), Machmudah1)

1)
Program Studi PGSD FKIP Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, 60237 Jawa Timur
Email korespondensi: evisusanti698@gmail.com

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan menganalisis berdasarkan penalaran logis. Pada prinsipnya,
Diterima: 22 Mei 2019 orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu, mereka
Disetujui: 27 Mei 2019 akan mencermati, menganalisis dan mengevalusi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak
informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Jigsaw pada mata
Dipublikasikan: 30 Juni
pelajaran IPA terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Peneliti mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
2019
dengan menggunakan soal pretest dan posttest dengan ketuntasan KKM 75. Model pembelajaran Jigsaw
________________ merupakan model pembelajaran yang di desain dengan pola kelompok asal dan ahli untuk meningkatkan rasa
Keywords: tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. Sintaks model pembelajaran Jigsaw yang
Kemampuan Berpikir Kritis, digunakan adalah (1) pembagian kelompok (2) pemberian materi (3) anggota kelompok mempelajari bagian
Model Jigsaw, Siswa materi yang di tugaskan (4) pertemuan kelompok ahli (5) kembali ke kelompok asal (6) pemberian kuis. Peneliti
Sekolah Dasar mengukur model pembelajaran Jigsaw dengan mengggunakan lembar keterlaksanaan model Jigsaw. Pada
penelitian ini menggunakan 2 kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jenis penelitian ini adalah
____________________
deskriptif kuantitatif dengan metode eksperimen, dan menggunakan desain penelitian pretest posttest control
group design dengan jumlah subyek sebanyak 40 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode observasi dan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji statistic non-parametrik dengan analisis uji
Mann Whitney, karena data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Berdasarkan hasil output “Test
Statistics” dari uji Mann Whitney menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 1 (H_1) diterima, yang artinya ada perbedaan pada nilai pretest dan posttest serta
ada pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Abstract
___________________________________________________________________
Critical thinking skills is the ability to analyze based on logical reasoning. In principle, people who are able to think critically
are people who don’t just accept or reject something, they will examine, analyze and evaluation before determining whether
they accept or reject information. The purpose of this research was to determine the effect of the jigsaw learning model on IPA
subjects to student’s critical thinking skills. The researcher meansured student’s critical thinking skill using the pretest and
posttest questions with minimal completeness criteria of 75. The jigsaw learning model is a learning model that is designed
with a original and expert group patterns to increase student’s sense of responbility for their own and others people’s learning,
the syntax of the jigsaw learning is (1) group division, (2) giving of material, (3) members of the group study the assigned
material section, (4) meeting of the expert group, (5) back to the original group, (6) giving of quiz. The researcher meansured
the jigsaw learning model using the jigsaw model implementation sheet. In this research using two classes namely the control
class and the experimental class. Types of research is quantitative descriptive with experimental methods, and using the design
of the pretest posttest control group design with a total of fourty students. The Data collection techniques used are observation
and test methods. The data analysis used the non-parametric statistical test with the Mann Whitney test analysis, because the
data are not normally distributed and not homogeneous. Based on the output “Test Statistics” from Mann Whitney test which
shows Asymp. Sig. (2-Tailed) is worth 0,000 <0,05. It can be concluded that hypothesis 1 (H1) is accepted, which means there
is a difference in the pretest and posttest values and there is an effect of the jigsaw learning model on student’s critical thinking
abilities.

55
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

© 2019 Universitas Siliwangi


Alamat korespondensi: ISSN 2684-7604 (Online)
Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi
ISSN 2477-5193 (Printed)
Gedung Perkantoran FKIP Lt. 3
Jalan Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya 46115
HP. 08112344989 (a.n. Rinaldi Rizal Putra, M.Sc.)
E-mail: bioedusiana@unsil.ac.id

56
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

PENDAHULUAN sehingga siswa merasa bosan dan kurang


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kurang
yang diterapkan di Indonesia. Pada kurikulum ini tanggap, kurang aktif dalam bertanya maupun
menekankan bahwa suatu proses pembelajaran menjawab pertanyaan. Sehingga, kemampuan
yang berkembang harusnya berpusat pada siswa berpikir siswa tidak berkembang dengan baik
dengan pola pembelajaran aktif mencari dan dalam berproses menemukan konsep
diperkuat dengan model pembelajaran yang pembelajaran karena siswa cenderung hanya
sesuai dengan konten materi pembelajaran. Pada meghafal dan mencatat informasi yang didengar
kurikulum 2013 siswa mampu berpikir tingkat tanpa memahami makna dan
tinggi dan mampu mengkontruksikan menginterpretasikan dalam kehidupan sehari-
pemikirannya sendiri berdasarkan pola hari.
pembelajaran berpikir kritis. Pola pembelajaran Dari permasalahan tersebut, dapat
ini diperkuat dengan adanya pendekatan mempengaruhi perkembangan kemampuan
pembelajaran saintifik yang terdiri atas berpikir siswa dalam menerima dan mengolah
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, materi yang telah disampaikan oleh guru. Maka,
mengasosiasi, mengkomunikasikan, maka peneliti melakukan observasi agar mendapatkan
diharapkan kelima pokok kegiatan pembelajaran hasil yang relevan. Adapun hasil observasi dan
tersebut diterapkan dalam pembelajaran IPA, wawancara pada guru kelas V SDN Margorejo
Azizah (dalam Isindanah & Sahri, 2017: 2). VI Surabaya pada hari kamis, 25 Oktober 2018
Belajar merupakan kegiatan paling pokok yakni bahwa: (1) dalam kegiatan belajar mengajar
dalam proses pembelajaran terutama dalam guru lebih senang dan percaya diri mengajar
pencapaian tujuan institusional suatu lembaga dengan menggunakan model pembelajaran
pendidikan atau sekolah, melalui suatu proses ceramah, hal ini dikarenakan model
belajar siswa diharapkan mampu meningkatkan pembelajaran ceramah prakis dan tidak
kualitas yang ada dalam dirinya. Pembelajaran merepotkan. (2) guru tidak mengetahui kelebihan
dengan pendekatan ilmiah atau yang sering dan sintaks model pembelajaran Jigsaw dalam
disebut dengan IPA, merupakan usaha yang kegiatan pembelajaran, (3) guru tidak pernah
dilakukan manusia dalam memahami alam menggunakan model pembelajaran Jigsaw
semesta melalui suatu pengamatan yang tepat selama kegiatan pembelajaran. (4) Guru
sasaran, serta menggunakan prosedur dan mengetahui tentang kemampuan berpikir kritis
dijelaskan dengan penalaran sehingga siswa dan tahapan dalam meningkatkan
mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan
127). pembelajaran. (5) Guru di SDN Margorejo VI
Melalui bidang pendidikan, IPA Surabaya tidak pernah menggunakan model
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa pembelajaran Jigsaw terhadap kemampuan
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. berpikir kritis siswa. (6) Guru cenderung
Pembelajaran IPA di sekolah dasar berperan mengajar siswa dengan menggunakan model
penting dalam meningkatkan kemampuan ceramah sehingga siswa merasa bosan dalam
berpikir siswa terhadap pengetahuan yang ada di mengikuti kegiatan pembelajaran akibatnya
alam sekitar, melalui serangkaian proses ilmiah kemampuan berpikir siswa tidak berkembang
dalam pembelajaran adalah salah satu cara untuk dengan baik.
mengembangkan pola pikir siswa untuk Pada hasil belajar siswa kelas V masih
mencapai tujuan kegiatan pembelajaran. Oleh kurang di bawah kriteria ketuntasan minimal
karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar (KKM) 75. Rata-rata sebesar 66,67. Hal ini dapat
hendaknya menekankan pada pemberian dilihat dari proses pembelajaran yang hanya
pengalaman belajar secara langsung melalui menggunakan metode ceramah sehingga siswa
penggunaan dan pengembangan keterampilan merasa bosan, kurang motivasi dalam belajar,
proses dan sikap ilmiah. Pada umumnya kemampuan kurang berkembang dan pola pikir
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar rendah, solusi dalam mengatasi permasalahan
bersifat monoton dengan metode ceramah tersebut dengan menggunakan model
57
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

pembelajaran Jigsaw pada kelas V SDN Teori belajar yang mendukung dalam
Margorejo VI Surabaya. Menurut Arends (dalam pembelajaran ini adalah teori belajar
Priansa, 2017: 34), Model pembelajaran Jigsaw konstruktivisme yang menekankan bahwa siswa
merupakan model pembelajaran yang di desain harus menemukan dan mentransformasikan
dengan pola kelompok asal dan kelompok ahli informasi, dalam hal ini pengetahuan dapat
untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa dikembangkan dalam diri manusia itu sendiri,
terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. esensi dari teori konstruktivisme adalah ide.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang Sedangkan teori belajar piaget menyatakan
diberikan, tetapi mereka juga harus siap bahwa pengalaman dan interaksi sosial dapat
memberikan dan mengajarkan materi tersebut membantu siswa mengembangkan kemampuan
kepada anggota kelompoknya yang lain. Dengan berpikirnya, dan teori belajar vygotsky yang
demikian siswa saling bergantung satu dengan menyatakan pengetahuan berkembang pada saat
yang lain dan harus bekerjasama secara individu menghadapi kegiatan, tantangan baru
kelompok untuk mempelajari materi yang atau masalah.
ditugaskan, Lie (dalam Priansa, 2017: 342). Model pembelajaran dan metode mengajar
Keunggulan dari pembelajaran model sangat penting dalam proses pembelajaran agar
Jigsaw, diantaranya: (1) mampu interaksi antara guru dan siswa menjadi aktif,
mengembangkan hubungan antarpribadi positif sehingga pada saat kegiatan pembelajaran tidak
diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berlangsung, terlihat kaku, dan membosankan
yang berbeda (2) menerapkan bimbingan sesama model pembelajaran Jigsaw dapat diterapkan
teman (3) rasa harga diri siswa yang lebih tinggi dalam kegiatan pembelajaran untuk mendorong
(4) (5) penerimaan terhadap perbedaan individu peningkatan kemampuan berpikir siswa dalam
lebih besar (6) sikap apatis berkurang (7) memecahkan berbagai masalah yang ditemui
pemahaman materi lebih mendalam. selama kegiatan pembelajaran. Karena, siswa
Kemampuan berpikir kritis melatih siswa dapat bekerjasama dengan siswa yang lainnya
untuk mencermati, menganalisis dan dalam menemukan dan merumuskan alternatif
mengevaluasi informasi atau pendapat sebelum pemecahan terhadap masalah materi pelajaran
menentukan menerima atau menolak informasi yang dihadapi.
tersebut (Ennis, 1996). Oleh karena itu, Model pembelajaran Jigsaw mendorong
pembelajaran di sekolah sebaiknya melatih siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
untuk menggali kemampuan dan keterampilan terampil dalam berkomunikasi. Artinya siswa
dalam mencari, mengolah, dan menilai berbagai didorong untuk mampu menyatakan pendapat
informasi secara kritis. Meningkatnya atau idenya dengan jelas, mendegarkan orang
kemampuan berpikir kritis siswa juga dipengaruhi lain dan menanggapinya dengan tepat, serta
oleh ketepatan guru dalam memilih model mengajukan pertanyaan dengan baik. Sehingga
pembelajaran. Menurut Fisher (dalam Kowiyah, secara tidak langsung kemampuan berpikir kritis
2012: 177) menyebutkan ciri ciri kemampuan siswa akan berkembang dengan menggunakan
berpikir kritis sebagai berikut: 1) mengenal model pembelajaran Jigsaw. Berkaitan dengan
masalah 2) menemukan cara untuk menangani uraian latar belakang diatas peneliti terdorong
masalah 3) mengumpulkan dan menyusun untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
informasi 4) mengenal asumsi dan nilai-nilai yang model pembelajaran Jigsaw terhadap
tidak dinyatakan 5) Memahami dan kemampuan berpikir kritis pada materi
menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas Hubungan antar Makhluk hidup kelas V SDN
6) menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan 7) Margorejo VI Surabaya“.
mengenal adanya hubungan yang logis 8) Berdasarkan identifikasi masalah, maka
menarik kesimpulan 9) menguji kesamaan dan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
kesimpulan seseorang diambil 10) menyusun pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap
kembali pola keyakinan seseorang berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa?
pengalaman yang lebih. Berdasarkan identifikasi masalah maka
penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada:
58
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

1) Menggunakan 2 kelas dalam kegiatan Kedua kelas tesebut dipilih karena memiliki
penelitian, satu kelas eksperimen dan satu kelas tingkat kognitif yang hampir sama. Penelitian ini
sebagai kelas kontrol 2) model pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Margorejo VI Surabaya
digunakan dalam kelas eksperimen adalah model dengan menggunakan kelas V sebagai sasaran
pembelajaran Jigsaw 3) model pembelajaran yang penelitian yang terbagai atas 2 kelas yakni kelas
digunakan dalam kelas kontrol adalah model kontrol dan eksperimen. Waktu penelitian pada
pembelaran ceramah 4) subyek penelitian adalah bulan Februari tahun ajaran 2018/2019 yang
siswa kelas V SDN Margorejo VI Surabaya dilakukan sebanyak 2x pertemuan 1 pertemuan
dengan jumlah 40 siswa 5) sekolah yang untuk kelas eksperimen (4x35 menit) dan 1
digunakan adalah SDN Margorejo VI Surabaya pertemuan untuk kelas kontrol (2x35 menit).
6) materi yang digunakan adalah tema 5 Teknik pengumpulan data yang digunakan
ekosistem 7) alokasi waktu yang digunakan 2x dalam penelitian ini adalah 1) metode observasi
pertemuan (1x pertemuan = 2x35 menit). 2) tes. Penelitian ini menggunakan instrument 1)
lembar tes berpikir kritis yakni pretest dan
METODE posttest 2) lembar validasi perangkat
Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran 3) lembar observasi atau
kuantitatif. Penelitian kuantitatif memiliki pengamatan keterlaksanaan RPP. Analisis uji
berbagai metode penelitian, salah satu metode coba instrument dalam penelitian ini
yang digunakan adalah metode eksperimen. menggunakan uji validitas yang merupakan
Metode eksperimen dapat memunculkan suatu kualitas yang menunjukkan kesesuaian antara
percobaan permasalahan yang dapat membuat alat pengukur dengan tujuan yang diukur atau
siswa berpikir secara logis sehingga apa yang seharusnya diukur (Maolani &
keterlaksanaan penelitian dapat berjalan sesuai Cahyana, 2015: 132), peneliti menguji validitas
dengan tujuan dalam penelitian. Menurut perangkat pembelajaran dengan bantuan pakar
(Sugiyono, 2016: 76), desain penelitian yang atau ahli.
digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest- Teknik analisis data yang digunakan 1) uji
Posttest Control Group Design. Desain ini terdiri prasyaratan yang terdiri dari uji normalitas dan
dari dua kelompok, yakni kelompok eksperimen homogenitas. a) uji normalitas akan di analisis
dan kelompok kontrol yang dipilih secara dengan menggunakan SPSS versi 23 dengan
random. Kelompok eksperimen dan kelompok tingkat signifikasi 0,05, populasi data dikatakan
kontrol diberikan pretest terlebih dahulu berdistribusi normal apabila hasil tes
kemudian kelompok eksperimen diberikan Kolmogorove-Seminov (P) > 0,05 sedangkan
perlakuan pembelajaran dengan model dikatakan tidak normal ketika data < 0,05
pembelajaran Jigsaw, sedangkan kelompok (Rojihah, Asa, & Hasanah, 2015). b) Uji
kontrol diberikan perlakuan dengan model homogenitas dilakukan dengan menggunakan
pembelajaran ceramah. Lalu, kelompok Test of Homogeneity of Variance. Taraf
eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan signifikasi yang digunakan apabila sig. > 0,05
posttest untuk melihat dampak dari perlakuan, maka data dikatakan homogen namun, apabila
sehingga dapat diketahui peningkatan atau sig. < 0,05 maka data dikatakan tidak homogen
perubahan yang terjadi pada kelompok (Rojihah, Asa, & Hasanah, 2015). 2) Uji
eksperimen dan dapat membandingkannya independent sample t-test, digunakan untuk
dengan kelompok kontrol. Berdasarkan desain korelasi data rasio sehingga apabila diketahui
penelitian yang telah dikemukakan di atas, data berdistribusi normal dan homogen, maka uji
berikut merupakan gambaran desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah
Pretest-Posttest Control Group Design. independent sample t-test, namun apabila data
Penentuan sampel dalam penelitian ini diketahui tidak normal dan tidak homogen maka
dengan cara pengambilan secara acak atau menggunakan uji statistic non parametric dengan
random dari beberapa kelas yang ada. Sehingga analisis uji mann whitney.
sampel dalam penelitian adalah siswa kelas VB
dan VC. Dengan jumlah siswa sebanyak 40.
59
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

HASIL DAN PEMBAHASAN B. Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik


A. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Hasil berpikir kritis siswa diukur
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan tes berbentuk soal
RPP model ceramah diterapkan peneliti uraian yang terdiri dari 5 soal dengan kategori
di kelas VB sebagai kelas kontrol sedangkan presentase berpikir kritis pada Tabel 1 berikut.
RPP model Jigsaw diterapkan peneliti dikelas Hasil berpikir kritis siswa diukur
VC sebagai kelas eksperimen dengan materi dengan menggunakan pretest dan posttest.
yang sama yakni hubungan antar makhluk Pada uji coba 1 yakni pada kelas kontrol yang
hidup yang telah diamati oleh dua orang menerapkan model pembelajaran ceramah,
pengamat yakni guru kelas dan mahasiswa. menggambarkan bahwa hasil penguasaan
Keterlaksanaan RPP model ceramah konsep pada materi hubungan antar makhluk
dikelas kontrol memperoleh nilai rata-rata hidup sebelum diberi perlakuan memperoleh
sebesar 3,23 dalam kategori baik.Sedangkan hasil rata-rata pretest sebesar 46,75 dalam
Keterlaksanaan RPP Model Jigsaw mendapat kategori rendah artiya siswa kurang
rata-rata nilai sebesar 3,33 dalam kategori memahami materi. Setelah diberikan
sangat baik. perlakuan yakni penerapan model ceramah
Hal ini dibuktikan dengan skala likert nilai posttest siswa sedikit meningkat yakni
menurut (Riduwan, 2007) yaitu rentang 3,26– rata-rata sebesar 76,25 dalam kategori tinggi.
4,00 dikategorikan sangat baik, rentang 2,51- Hal ini dikarenakan guru hanya
3,25 dikategorikan baik, rentang 1,76–2,50 menyampaikan pembelajaran tanpa
dikategorikan cukup baik sedangkan rentang mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
1,00–1,75 dikategorikan kurang baik. Dengan Jadi, siswa kurang memahami materi dengan
adanya keterlaksanaan RPP model ceramah hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
dan Jigsaw maka guru dapat mengetahui Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
sejauh mana pembelajaran yang diterapkan model ceramah dapat meningkatkan
dapat berhasil meningkatkan kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
berpikir kritis siswa atau tidak. kategori tinggi dengan interpretasi 71,50 < - ≤
81,25 (Karim, 2015).

Tabel 1. Interpretasi Kategori Kemampuan Berpikir Kritis

Pada uji coba 2 kelas eksperimen dalam kategori sangat tinggi, maka dapat
menggunakan model pembelajaran Jigsaw dinyatakan bahwa model pembelajaran
menggambarkan bahwa hasil penguasaan Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
konsep pada materi hubungan antar makhluk berpikir kritis siswa.
hidup sebelum diberi perlakuan memperoleh Berdasarkan kriteria ketuntasan
hasil rata-rata sebesar 38 dalam kategori minimal (KKM) dengan nilai 75 dapat
sangat rendah, artinya siswa kurang dinyatakan bahwa berpikir kritis siswa yang
menguasai materi, salah satu upaya yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw
dilakukan pada penelitian ini adalah lebih tinggi, yakni dapat dilihat pada hasil
menerapkan model pembelajaran Jigsaw posttest rata-rata sebesar 86 sedangkan pada
untuk meningkatkan kemampuan berpikir hasil berpikir kritis siswa yang menggunakan
kritis siswa, setelah diberikan perlakuan siswa model pembelajaran ceramah memperoleh
memperoleh nilai posttest rata-rata sebesar 86 nilai posttest rata-rata yakni sebesar 78,25.
60
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

Hal ini dikuatkan oleh penelitian lain sehingga, siswa harus mampu berpikir
sebelumnya yang dilakukan oleh Mukaram bagaimana caranya siswa menyerap dan
et.al. (2016), pada mata pelajaran IPA memahami materi lalu menyampaikan
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kepada temannya.
menggunakan model pembelajaran Jigsaw Penelitian ini melibatkan dua kelas di
meningkat bila dibandingkan dengan yang SDN Margorejo VI Surabaya, yakni kelas VB
menggunakan model pembelajaran ceramah. sebagai kelas kontrol dimana dalam proses
Sehingga dalam hal ini, dinyatakan model pembelajaran diberi perlakuan model
pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan pembelajaran ceramah yang melibatkan 20
kemampuan berpikir kritis siswa. siswa. Sedangkan kelas VC sebagai kelas
eksperimen dengan menerapkan model
C. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw pembelajaran Jigsaw yang melibatkan 20
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis siswa.
Peserta Didik Hasil kemampuan berpikir kritis
Usaha yang dilakukan oleh peneliti siswa diiperoleh dari nilai pretest dan posttest
dalam meningkatkan kemampuan berpikir yang terdiri dari 5 soal uraian dengan materi
kritis siswa yaitu dengan mengembangkan hubungan antar makhluk hidup. Nilai pretest
model pembelajaran yang bervariasi karena diperoleh dari hasil tes yang diberikan di awal
tidak ada model pembelajaran yang sebelum diberikan perlakuan atau penerapan
sempurna, sehingga perlu di variasikan model pembelajaran, sedangkan nilai posttest
dengan model pembelajaran yang lain. Dalam diperoleh dari hasil tes yang diberikan di akhir
penelitian ini terdapat dua model pembelajaran sesudah penerapan model
pembelajaran yakni model pembelajaran pembelajaran.
ceramah dan model pembelajaran Jigsaw. Sebelum mengetahui ada atau tidaknya
Sebelum peneliti menerapkan model pengaruh model pembelajaran Jigsaw dalam
pembelajaran Jigsaw peneliti menjelaskan mata pelajaran IPA maka dilakukan uji
langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw persyaratan untuk mengetahui apakah data
agar siswa tidak bingung saat penerapan normal atau tidak dan homogen atau tidak
model pembelajaran berlangsung. Peneliti homogen dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
juga menekankan bahwa dalam model
pembelajaran Jigsaw siswa bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya sendiri dan orang

Tabel 2. Hasil Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Data

Berdasarkan output data di atas maupun uji sapiro-wilk < 0,05. Maka, dapat
diketahui nilai signifikasi (Sig.) untuk semua disimpulkan bahwa data penelitian
data baik pada uji Kolmogorov-smirnov berdistribusi tidak normal. Sedangkan untuk

61
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

melihat data homogen atau tidak dapat dilihat Berdasarkan output “Test Statistic”
pada Tabel 3 berikut. dalam uji Mann-Whitney diatas diketahui
Berdasarkan output pada Tabel di atas bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
bahwa hasil pengujian homogenitas 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05.
menggunakan Test of Homogeneity of Oleh karena itu, sebagaimana dasar
Variance dengan nilai sig. yang sama yaitu pengambilan keputusan uji Mann Whitney
sebesar 0,007 < 0,05, sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa “H1 diterima”.
disimpulkan bahwa varians data posttest kelas Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
eksperimen dan data posttest kelas kontrol perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis
adalah tidak sama atau tidak homogen. siswa di kelas kontrol dengan menggunakan
Berdasarkan data yang tidak model pembelajaran ceramah dan di kelas
berdistribusi normal dan tidak homogen maka eksperimen dengan menggunakan model
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Jigsaw dan ada pengaruh
pembelajaran Jigsaw terhadap kemampuan model pembelajaran Jigsaw terhadap
berpikir kritis siswa dapat di uji dengan kemampuan berpikir kritis siswa.
menggunakan Uji Mann Whitney seperti pada
Tabel 4 berikut.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Homogenitas Data

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji U Mann-Whitney

62
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

SIMPULAN, SARAN, DAN larutan penyangga kelas XI SMA Antartika


REKOMENDASI Sidoarjo. Repositori Universitas Negeri
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Surabaya.
data bahwa model pembelajaran Jigsaw Karim, K. (2015). Kemampuan Berpikir Kritis
terbukti dapat meningkatkan kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
berpikir kritis siswa dibandingkan dengan dengan Menggunakan Model Juilama di
pembelajaran model ceramah hal ini dapat Sekolah Menengah Pertama. Edumat
dilihat dari hasil nilai pretest dan posttest. Pada Jurnal Pendidikan, 3(1), pp: 92-104.
uji coba I kelas kontrol dengan penerapan Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis.
model pembelajaran ceramah mempeoleh nilai Jurnal Pendidikan Dasar, 3(6): pp 175-
pretest rata-rata sebesar 46,75 dalam kategori 179.
rendah dan nilai posttest sebesar 78,25 dalam Maolani, R. A., & Cahyana, U. (2015).
kategori tinggi. Sedangkan pada uji coba II Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
kelas eksperimen dengan penerapan model
PT Rajagrafindo Persada.
pembelajaran Jigsaw memeperooleh nilai rata-
Mukkaram, A., Ali, M., & Apriana, E. (2016).
rata sebesar 38 dalam kategori sangat rendah,
Penerapan Model Pembelajaran
dan nilai posttest sebesar 86,25 dalam kategori
Kooperatif tipe Jigsaw Terhadap
sangat tinggi. Dengan adanya perbedaan nilai
Peningkatan Kemampuan Berpikir
yang signifikan antara kelas kontrol dan
eksperimen dapat disimpulkan bahwa model Kritis Pada Konsep Pencemaran
pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan Lingkungan di SMAN 12 Banda Aceh.
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Jurnal Biotik. Vol.4 (1), 8-14.
hubungan antar makhluk hidup kelas V SDN Priansa. (2017). Pengembangan Strategi dan
Margorejo VI Surabaya. Model Pembelajaran. Bandung: CV.
Berdasarkan simpulan yang diuraikan, Pustaka Setia.
maka saran yang dapat diberikan mengenai Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-
hasil penelitian yakni dalam pelaksanaan Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
penerapan model pembelajaran Jigsaw peneliti Rochman, D., & Nurwiati, S. (2012). Biologi.
mengalami kendala seperti kelas kurang Bandung: CV Pustaka Setia.
kondusif saat pembagian tim asal dan tim ahli, Rohman, D. M., & Nurwiati, S. (2012). Biologi.
siswa terlihat bingung dalam memahami Bandung: CV Pustaka Setia.
langkah-langkah yang ada dalam kegiatan Rojihah., Akhrani, L.A., & Hasanah, N.
pembelajaran model Jigsaw, siswa kurang (2015). Perbedaan Polical Awaraness
percaya diri dalam bertanya maupun dilihat dari Peran Gender Pemilih
mengemukakan jawaban atas persoalan yang Pemula. Jurnal Mediapsi, 1(1): 59-66.
ada. Oleh karena itu, sebelum peneliti Sarwono, J., & Salim, H. N. (2017). Analisis
menerapkan model pembelajaran Jigsaw Data Riset Skripsi. Yogyakarta: Penerbit
peneliti harus lebih menguasai konsep dasar
Gava Media.
atau langkah-langkah model Jigsaw dengan
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran
baik dan menentukan strategi yang tepat agar
Inovatif dalam Kurikulum 2013.
siswa tidak merasa bingung saat melaksanakan
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
pembelajaran dengan model Jigsaw.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian. Bandung:
Ennis, R.H. (1993). Critical Thinking
Alfabeta.
Assesment. Journal Theory Into Practice,
Suharsimi, A. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu
Vol. 32(3): pp. 179-186.
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka
Isindana, N.S. (2017). Penerapan model
Cipta.
pembelajaran terbimbing untuk melatih
keterampilan berpikir kritis pada materi
63
Evi Susanti, dkk. / Bioedusiana 4 (1) (2019)

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan


Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenamedia Group.
Tabani, A., & Ibnu Badar, T. (2014). Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, &
Kontekstual. Jakarta: Kencana.
Tilaar, H., Paat, J. P., & Paat, L. (2011).
Pedagogik Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.
Wayan, I. L., Dantes, N., & Priansih, N. A.
(2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis 7 Prestasi
Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS
pada Siswa Kelas IV SD Cipta Dharma
Denpasar. e-Journal Pendidikan Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha
PGSD, 3(1), 1-10.

64

Anda mungkin juga menyukai