Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL SKRIPSI

Kemampuan Pemecahan Masalah dalam menyelesaikan Soal Uraian Pada Materi

Gelombang Elektromagnetik Berdasarkan Teori Polya

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1)

Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang

Disusun Oleh:

MUNAWAROH

2033144

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam (SAINS) yang mempelajari

tentang kejadian-kejadian di alam. Fisika merupakan mata pelajaran yang

memerlukan pemahaman dari pada penghafalan, tetapi diletakkan pada

pengertian dan pemahaman konsep yang dititikberatkan pada proses

terbentuknya pengetahuan melalui penemuan, penyajian data secara matematis

dan berdasarkan aturan-aturan tertentu, sehingga dalam mempelajarinya perlu

aturan-aturan tertentu. Pembelajaran fisika yang baik adalah berdasarkan hakikat

fisika, yaitu siswa perlu menguasai proses dan produk fisika.

Matematika memegang peran utama dalam pembelajaran fisika. Selain

kemampuannya untuk memecahkan masalah fisika dari yang sederhana sampai

bentuk yang paling rumit, matematika sangat membantu penalaran seseorang

dalam menelusuri liku-liku fisika yang ternyata tidak mudah. Pelajaran fisika

berhubungan langsung dengan matematika, di mana setiap permasalahan fisika

dapat di selesaikan dengan cara matematis. Kemampuan dan pemahaman siswa

terhadap konsep matematika sangat diperlukan dalam menunjang pengajaran

fisika. (Rohanum, 2013).

Ilmu fisika dibagi dalam dua kategori dilihat dari tingkat kesukaran

konsep yaitu kategori mudah dan kategori sukar, dalam konsep yang tergolong

mudah tidak terlalu diperlukan strategi guru untuk menyampaikan konsep fisika,
namun dalam kategori sukar guru dituntut untuk menyampaikannya dengan

strategi khusus agar konsep yang sukar mudah dipahami siswa, dalam fisika

banyak konsep yang tergolong kriteria sukar misalnya: Dinamika Partikel,

Gelombang Elektromagnetik serta Listrik Dinamis, namun dalam penelitian ini

peneliti hanya tertarik untuk membahas mengenai salah satu materi fisika yang

tergolong sukar dan bersifat matematis yaitu , Gelombang Elektromagnetik.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting

dalam pembelajaran fisika. Pemecahan masalah adalah salah satu kualitas

peserta didik di zaman modern ini. Pemecahan masalah telah menjadi tema

utama dalam pembelajaran fisika. Selain itu, pemecahan masalah membantu

peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan baru, memfasilitasi

pembelajaran fisika dan terlebih lagi dalam menyelesaikan soal-soal fisika

dalam bentuk tes uraian/essay yang dapat mengembangkan pemecahan masalah

dan mengembangkan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan peserta

didik.

Pada penelitian Muh. Sugiarto, dkk, (2016) menyimpulkan bahwa, dalam

proses belajar mengajar ditemukan hambatan yang dialami oleh peserta didik,

yaitu peserta didik masih mengalami kesulitan dalam sub indikator

melaksanakan rencana menyelesaikan soal-soal dalam bentuk tes uraian, akan

tetapi peserta didik sudah cukup dalam sub indikator memahami masalah dan

sub indikator membuat rencana. Sedangkan dari hasil penelitian Lailiatur

Rohmah, dkk, (2018) menyimpulkan bahwa, faktor penyebab terjadinya


kesalahan yang dilakukan peserta didik yaitu, (1) memahami masalah, peserta

didik kurang cermat dan teliti dalam membaca soal dan peserta didik tidak

terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, (2)

menyusun rencana, peserta didik tidak terbiasa menuliskan rencana yang akan

digunakan seperti menuliskan langkah-langkah penyelesaian dan rumus, (3)

melaksanakan rencana, peserta didik tidak menyelesaikan soal sesuai dengan

rencana yang disusun, (4) memeriksa kembali, peserta didik salah dalam

melakukan perhitungan saat memeriksa kembali dan tidak mendapatkan hasil

akhir yang benar. Selanjutnya hasil penelitian Esa Ria Permata Hati, dkk, (2018)

menyimpulkan bahwa, peserta didik baik dalam tahapan memahami masalah dan

melaksanakan rencana, akan tetapi siswa kurang pada tahapan menyusun

rencana dan memeriksa kembali.

Menurut Polya, terdapat empat tahap pemecahan masalah, yaitu (1)

memahami masalah (understand problem), (2) mengembangkan rencana-rencana

(devise plans), (3) melaksanakan rencana-rencana (carry out the plans), dan (4)

memeriksa kembali (look back). Menurut Anwar (2013: 2) dengan langkah

Polya siswa akan terbiasa untuk mengerjakan soal-soal yang tidak hanya

mengandalkan ingatan yang baik saja, tetapi siswa diharapkan dapat

mengaitkannya dengan situasi nyata yang pernah dialaminya atau yang pernah

dipikirannya. Siswa juga dapat memiliki sifat yang dapat menghargai kegunaan

fisika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

mempelajari serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Model pemecahan masalah Polya dapat digunakan sebagai alternatif

model pembelajaran fisika khususnya pada konsep Gelombang Elektromagbetik,

sebab dalam setiap fase dapat memfasilitasi guru dan siswa untuk menciptakan

kegiatan pembelajaran yang mengutamakan perubahan konseptual dan

meningkatkan kemampuan analisis pada siswa, agar siswa mampu

menyelesaikan soal matematis yang membutuhkan daya analisis yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “Kemampuan Pemecahan Masalah dalam menyelesaikan Soal Uraian Pada

Materi Gelombang Elektromagnetik.Berdasarkan Teori Polya”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah peneliti merumuskan masalah “Bagaimana

Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal uraian pada

materi Gelombang Elektromagbetik?

C. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan konteks penelitian yang dikemukakan diatas maka fokus penelitian

yang diteliti adalah bagaimana mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XII

dalam memecahkan masalah menyelesaikan soal uraian pada materi gelombang

elektromagnetik di SMA

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui kemampuan siswa kelas XII dalam memecahkan masalah

menyelesaikan soal uraian pada materi gelombang elektromagnetik.


E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian “Kemampuan Pemecahan Masalah dalam menyelesaikan Soal uraian

pada materi Gelombang Elektromagnetik.berdasarkan teori Polya di SMA” di

harapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman dan

pengetahuan baru dalam melakukan penelitian serta dapat

mengaplikasikan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari serta

penunjang dalam pengembangan pengetahuan penelitian yang berkaitan

dengan topik tersebut.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan informasi

bagi guru tentang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam

menyelesaikan soal pada materi Gelombang Elektromagnetik dan guru

diharapkan mampu mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah dalam menyelesaikan soal uraian pada materi Gelombang

Elektromagnetik.

3. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih mampu memahami konsep

belajar materi Gelombang Elektromagnetik untuk menyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah yang membutuhkan keterampilan dalam proses berpikir.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. KAJIAN TEORI

1. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode

dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan melatih peserta didik

menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah pribadi, perorangan maupun

masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Pemecahan masalah (Problem Solving) juga dikenal dengan Brainstorming,

karena merupakan sebuah metode yang merangsang dan menggunakan

wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh peserta

didik. Guru disarankan tidak berorientasi pada metode tersebut, akan tetapi

guru hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh peserta didik,

pendapat peserta didik, serta memotivasi peserta didik untuk mengeluarkan

pendapat mereka, dan sesekali guru tidak boleh tidak menghargai pendapat

peserta didik, meskipun menurut guru pendapat itu salah.

Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat didefinisikan lebih luas

jika ditinjau dari proses, strategi, keterampilan dan sebagai model

pembelajaran. Sebagai suatu proses pembelajaran dalam hal ini menurut

Subandar dalam Sukasno terkandung makna ketika peserta didik belajar ada

proses menemukan kembali. Artinya prosedur, aturan yang dipelajari

disediakan dan diajarkan oleh guru dan peserta didik siap menampungnya,
tetapi siswa harus berusaha menemukannya. Ditinjau dari strategi, problem

solving diartikan sebagai penggunaan berbagai jalan untuk memecahkan

masalah dimulai dari mengidentifikasi masalah, penentuan langkah-langkah

dan kemudian memecahkannya. Sedangkan jika ditinjau dari segi

keterampilan problem solving diartikan sebagai kemampuan dalam

menggunakan operasi untuk memecahkan masalah. Operasi yang di maksud

salah satunya adalah operasi matematik dan komputasi.

Dengan adanya operasi matematik dan komputasi akan memudahkan

peserta didik dalam menyelesaikan soal fisika khususnya lagi soal dalam

bentuk essay. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa

pemecahan masalah adalah untuk mengetahui apa yang harus dilakukan

dalam situasi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pemecahan masalah tidak

hanya menemukan jawaban yang benar tetapi juga merupakan suatu

tindakan yang mengcover semua kemampuan mental. Masalah dasar proses

pemecahan adalah proses, linear hirarkis. Setiap langkah adalah hasil dari

langkah sebelumnya dan pendahulu ke langkah berikutnya. Tahap model

adalah daftar sederhana tahapan dan langkah-langkah yang digunakan dalam

memecahkan masalah umum. Langkah-langkah pemecahan masalah yang

akan digunakan untuk menyelesaikan masalah ini dipilih sebagai;

pemahaman (fokus pada masalah), perencanaan (rencana solusinya),

pemecahan (jalankan rencana tersebut), dan memeriksa (mengevaluasi

jawaban).
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika

Kemampuan pemecahan masalah fisika adalah kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah melalui proses belajar fisika dengan menerapkan

konsep yang diterimanya ke dalam masalah untuk menemukan solusi

(Veronica dkk, 2018). Pemecahan masalah fisika secara efektif menuntut

siswa untuk mengidentifikasi, menentukan dan memecahkan masalah

dengan menggunakan logika, pemikiran literan dan kreatif (Datur dkk, 2017)

Pentingnya pemecahan masalah dalam kehidupan siswa menjadikan

dasar mengapa pemecahan masalah menjadi sentral utama dalam

pembelajaran fisika. Hal ini dikarenakan kemampuan pemecahan masalah

melibatkan beberapa proses yang menunjang yaitu menalar, menafsirkan,

dan mengevaluasi (Anderson, 2009). Untuk menunjang kemampuan

pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika dibutuhkan suatu asesmen

yang tepat. Asesmen membantu pendidik untuk membuat keputusan tentang

kebutuhan siswa, dan panduan tentang rencana pembelajaran fisika

(Kurniawati & Sukardiyono, 2018). Dengan adanya asesmen Higher Order

Thinking, kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan.

Kemampuan pemecahan masalah salah satu komponen yang ada dalam

disiplin ilmiah termasuk fisika karena berhubungan dengan fenomena atau

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Gok, 2010; Ibrahim & Rabello,

2012; Octor et al, 2015).


Pemecahan masalah bagian dari kecakapan berpikir yang diintegrasikan

kedalam kurikulum dengan tujuan mengembangkan potensi siswa dalam

menghadapi perannya di masa mendatang (Depdiknas, 2007; Fathiah dkk,

2015). Usaha dalam proses memecahkan masalah dengan memusatkan

perhatian serta berpikir positif, kreatif yang dilakukan secara sistematik

(Elma, 2018). Secara singkat pemecahan masalah diungkapkan sebagai

kemampuan seseorang untuk mengatasi suatu masalah (Ince, 2018).

Seseorang dapat dikatakan telah memecahkan masalah jika sudah

mengesampingkan kesenjangan masalah yang ada tanpa menimbulkan

masalah baru (Pardimin & Widodo, 2017).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, kemampuan pemecahan masalah

fisika diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan

permasalahan fisika dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh pada

proses pembelajaran fisika serta menghubungkan satu konsep dengan konsep

lainnya.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berdasarkan Teori Polya

Penyelesaian Masalah merupakan suatu usaha mencari jalan keluar dari

suatu kesulitan (Paramita, Didik, & Arika, 2014). Dalam pembelajaran fisika

diperlukan langkahlangkah yang sistematis untuk menyelesaikan masalah

fisika. Salah satunya dengan penyelesaian masalah menggunakan teori

Polya.
Model Polya merupakan sebuah model yang dapat membantu siswa

berpikir melebihi batas sehingga siswa dapat mengenal dan memahami suatu

permasalahan (Yetti & Kenedi, 2018). Terdapat empat tahap pemecahan

masalah, yaitu (1) memahami masalah (understand problem), (2)

mengembangkan rencana-rencana (devise plans), (3) melaksanakan rencana-

rencana (carry out the plans), dan (4) memeriksa kembali (look back).

Menurut Anwar (2013: 2) dengan langkah Polya siswa akan terbiasa untuk

mengerjakan soal-soal yang tidak hanya mengandalkan ingatan yang baik

saja, tetapi siswa diharapkan dapat mengaitkannya dengan situasi nyata yang

pernah dialaminya atau yang pernah dipikirannya. Siswa juga dapat memiliki

sifat yang dapat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat mempelajari serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Indikator pemecahan masalah menurut Polya

Indikator Keterangan

Pemahaman masalah Subjek mampu memahami apa

yang diketahui dan ditanyakan pada

soal yang diberikan

Perencanaan strategi Subjek mampu menentukan rumus/

cara/ metode yang bisa digunakan

untuk menyelesaikan soal yang


diberikan

Pelaksanaan strategi Subjek mampu menggunakan cara/

rumus/ metode yang telah

direncanakan untuk menyelesaikan

soal yang diberi

Pengecekan kembali Subjek mengoreksi kembali

jawaban yang telah diberikan

dalam menyelesaikan soal untuk

memastikan jawaban

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

1. (Y.H.M. Yusuf,2022) dengan judul ”Analisis Kesulitan Siswa Dalam

Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Menggunakan Teori Polya Pada Materi

Fluida Dinamik ”

Hasil penelitiannya adalah : Berdasarkan hasil analisis data, dan

pembahasan penelitian analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal fisika pada materi fluida dinamik menggunakan teori Polya di Kelas XI

SMA Negeri 1 Hawu Mehara, yaitu Kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan soal-soal fisika pada materi fluida dinamik menggunakan

teori Polya, yaitu Kesulitan memahami masalah, pada tahap ini persentasi

mencapai 48 % artinya pada tahap ini hampir sebagian siswa yang

mengalami kesulitan dalam memahami soal. Kesulitan membuat


perencanaan masalah, pada tahap ini persentasi mencapai 52 % artinya

sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menentukan rumus yang akan

digunakan. Kesulitan melaksanakan perencanaan masalah, pada tahap ini

persentasi mencapai 80% artinya sebagaian besar siswa mengalami kesulitan

dalam melakukan penyelesaian. Kesulitan mengecek kembali masalah, pada

tahap ini persentasi mencapai 100% yaitu pada umumnya siswa mengalami

kesulitan yakni siswa tidak melakukan pengecekan kembali dengan teliti

setiap langkah penyelesaian soal yang dilakukan.

Persamaan penelitian ini dengan Y.H.M. Yusuf,2022 adalah

menyelesaikan soal dengan menggunakan teori polya. Perbedaan nya pada

jurnal Y.H.M. Yusuf,2022 menganalisis kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal pada materi Fluida Dinamik sedangkan pada penelitian

ini pada kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal uraian

pada materi Gelembong Elektromagnetik.

2. (Esa Ria Permata Hati,2018) dengan judul “Analisis Kemampuan Siswa

Dalam Menyelesaikan Soal Un Fisika Sma Pada Materi Medan Magnet

Berdasarkan Tahapan Polya“

Hasil penelitiannya adalah: Berdasarkan analisis data dan pembahasan

dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal UN Fisika SMA materi Medan Magnet berdasarkan

tahapan Polya di SMAN A, sebagai berikut: tahap memahami masalah

sebesar 76,67%, tahap membuat rencana sebesar 22,93%, tahap melaksankan


rencana sebesar 53,73%, dan tahap memeriksa kembali sebesar 7,07%.

Sedangkan persentase rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

UN Fisika SMA materi Medan Magnet berdasarkan tahapan Polya di SMAN

B, sebagai berikut: tahap memahami masalah sebesar 70,34%, tahap

membuat rencana sebesar 32,00%, tahap melaksankan rencana sebesar

84,55%, dan tahap memeriksa kembali sebesar 6,21%. Berdasarkan data

tersebut kedua sekolah baik SMAN A dan SMAN B baik dalam tahapap

memahami masalah dan melaksankan rencana, tetapi kurang pada tahap

menyusun rencana dan memeriksa kembali.

Persamaan penelitian ini dengan Esa Ria Permata Hati,2018adalah

menyelesaikan soal dengan menggunakan teori polya. Perbedaan nya pada

jurnal Esa Ria Permata Hati,2018 menganalisis kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal UN pada materi Medan Magnet sedangkan pada

penelitian ini pada kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan

soal uraian pada materi Gelembong Elektromagnetik.

C. KERANGKA KONSEPTUAL

Suatu masalah fisika yang terdapat pada materi teori gelombang

elektromagnetik biasanya disajikan dalam bentuk pernyataan, selain itu juga

disajikan dalam bentuk soal cerita dengan menerapkan kehidupan sehari-hari

yang membutuhkan proses pemecahan masalah fisika. Memecahkan masalah

dalam pendidikan fisika sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari

tidak terlepas dari berbagai masalah yang memerlukan solusi untuk


memecahkan permasalahan tersebut. pemecahan masalah adalah aktivitas

proses berpikir untuk mencari solusi berupa suatu prosedur atau langkah yang

spesifik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Kemampuan pemecahan masalah memiliki keterkaitan dengan tahap

penyelesaian masalah fisika dan langkah-langkah Polya merupakan cara yang

efektif dalam memecahkan masalah fisika. Penelitian ini akan menggunakan

langkah-langkah Polya untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa pada jenjang SMA dengan melihat bagaimana langkah-

langkah yang dikerjakan tiap individu dalam memecahkan masalah fisika

yang terdapat pada masalah yang diberikan. Kerangka konseptual pada

penelitian ini, disajikan secara singkat pada skema berikut ini


BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa kelas XII SMAN 6 Kerinci dalam menyelesaikan soal

uraian.

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 kerinci yang beralamat di Tanjung

Tanah, Kec. Danau Kerinci, Kab. Kerinci, Jambi

C. INFORMAN PENELITIAN

D. JENIS, SUMBER DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

E. UJI KEABSAHAN DATA

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Anda mungkin juga menyukai