Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM SMA/MA

Tentang

PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR KURIKULUM

Dosen Pengampu : Christina Khaidir, M. Pd


Oleh :

Kelompok I

Yosi Mithelia : 1914040039

Putri Ardiyanti : 1914040041

Sri Lestari : 1914040043

Siti Asara : 1914040045

Aisyah : 1914040047

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA – B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pendahuluan
dan Konsep Dasar Kurikulum" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum


SMA/MA. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibuk
Christina Khaidir, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum
SMA/MA. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 28 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian Kurikulum ....................................................................... 3


B. Komponen Kurikulum ....................................................................... 4
C. Fungsi Kurikulum .............................................................................. 7
D. Perubahan Kurikulum ...................................................................... 11
E. Pengembangan dan Pembinaan Kurikulum ..................................... 20

BAB III PENUTUP .................................................................................... 27

A. Kesimpulan ...................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sering diartikan sebagai wadah seperangkat konsep
tentang praktik pendidikan. Seperangkat konsep tersebut dibuat sebagai
acuan dari pelaksanaan praktik pendidikan. Kurikulum berusaha
menerjemahkan tujuan pendidikan sekaligus tujuan dari pengembangan
manusia suatu bangsa ke dalam konsep-konsep yang sistematis. Dengan
harapan agar pendidikan bisa dilaksanakan lebih terarah sehingga bisa
efektif dan efisien. Jadi sedikit banyak kurikulum merupakan gambaran
orientasi suatu bangsa.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu
bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa
ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu
kurikulum Pendidikan.
Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk
menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia
dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Pada
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan yang terus
menerus menuntut sistem Pendidikan Nasional termasuk penyempurnaan
kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut. Penulisan makalah
ini memiliki alasan yaitu kurikulum merupakan komponen yang sangat
penting di dunia pendidikan, karena kurikulum merupakan suatu usaha
yang menjembatani tercapainya Pendidikan Nasional maka perlu
dilakukan kajian-kajian tentang perkembangan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kurikulum?
2. Apa saja komponen dari kurikulum?
3. Apakah fungsi dari kurikulum?
4. Bagaimanaka perubahan kurikulum dari waktu ke waktu?
5. Bagaimanakah pengembangan dan pembinaan kurikulum?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum
2. Untuk mengetahui komponen dari kurikulum
3. Untuk mengetahui fungsi dari kurikulum
4. Untuk mengetahui perubahan kurikulum dari waktu ke waktu
5. Untuk mengetahui pengembangan dan pembinaan kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum (Curriculum) dalam bahasa Yunani kuno berasal dari
kata Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu.
Dalam pengertian bebas, curriculum diartikan jarak yang harus di tempuh
oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan tersebut
diatas kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk memperoleh
ijazah.
Adapun pengertian Kurikulum ini juga disampaikan dalam UU dan
oleh para ahli pendidikan, berikut pengertian menurut para ahli:1
• Menurut Prof. Dr. S. Nasution
Prof. Dr. S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan
Pengajaran menyatakan, kurikulum adalah serangkaian
penyusunan rencana untuk melancarkan proses belajar mengajar.
Adapun rencana yang disusun tersebut berada di bawah tanggung
jawab lembaga pendidikan dan parah pengajar di sana.
• Dr. Nana Sudjana
Dalam buku yang berjudul Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum di Sekolah karya Dr. Nana Sudjana disebutkan,
pengertian kurikulum adalah kumpulan niat dan harapan yang
tertuang dalam bentuk program pendidikan yang kemudian
dilaksanakan dan diterapkan oleh guru di sekolah bersangkutan.
• Harold B. Alberty
Harold menyatakan bahwa kurikulum merupakan semua kegiatan
yang diberikan kepada peserta didik atas tanggung jawab sekolah.
Kurikulum ini tak hanya terbatas pada segala hal di dalam kelas
saja, melainkan juga semua kegiatan di luar sekolah.

1 Wida Kurniasih. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kurikulum-dan-fungsinya/

3
• Saylor, Alexander, dan Lewis
Menurut ketiga tokoh tersebut, kurikulum merupakan semua upaya
yang diadakan dan dilakukan oleh pihak sekolah untuk
menstimulus peserta didik belajar, baik belajar di dalam kelas, di
halaman sekolah, maupun ketika berada di luar sekolah.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana


dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa: “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.2

Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


pengertian kurikulum itu amat beragam tergantung kepada dari sudut
mana kita memandangnya. Akan tetapi, dari semua pengertian itu dapat
ditarik persamaan-persamaan bahwa kurikulum adalah semua pengalaman
baik formal maupun informal, terstruktur dengan baik atau tidak, yang
akan dihayati siswa selama menempuh pendidikannya di level pendidikan
tertentu.

B. Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu (a) tujuan; (b)
materi; (c) strategi pembelajaran; (d) organisasi kurikulum, dan (e)
evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan
tidak bisa dipisahkan. Berikut ini adalah uraian mengenai tiap-tiap
komponen kurikulum tersebut:
1. Komponen tujuan
Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau

2 Muslimin Ibrahim, http://repository.ut.ac.id/4283/1/PEBI4303-M1.pdf

4
acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau
tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa
jauh dan seberapa banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkan
tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan
nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: ”Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
2. Komponen isi/materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program tiap-tiap bidang studi tersebut. Bidang-
bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur
pendidikan yang ada. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum
menentukan isi atau content yang dibakukan sebagai kurikulum,
terlebih dahulu perencana kurikulum harus menyeleksi isi agar
menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Komponen media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media
merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih
mudah dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu, pemanfaatan dan
pemakaian media dalam pengajaran secara tepat terhadap pokok

5
bahasan yang disajikan pada peserta didik akan mempermudah peserta
didik dalam menanggapi, memahami isi sajian guru dalam pengajaran.
4. Komponen strategi pembelajaran
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan
mengajar yang digunakan dalam pengajaran, tetapi pada hakikatnya
strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh
karakteristik substansi yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya.
Tidak ada satu pun strategi/metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengajarkan semua substansi pelajaran secara sama
baiknya. Substansi (isi) pelajaran tertentu memiliki karakteristik
tertentu, sehingga hanya cocok untuk diajarkan dengan cara tertentu
pula.
Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi pembelajaran
di kelas hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah
rasa, dan olah otak. Strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan
bahwa strategi yang digunakan harus mampu melakukan
pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa.
5. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab
diharapkan melalui proses belajar mengajar akan terjadi
perubahanperubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan indikator keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif, merupakan indikator kreativitas dan
efektivitas guru dalam mengajar. Kecenderungan proses pembelajaran
adalah terjadi perubahan paradigma dan mengajar ke pembelajaran.
6. Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam
pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan

6
melalui kurikulum yang bersangkutan. Sementara itu, dalam
pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai
evaluasi program, untuk mengakses kinerja kurikulum secara
keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang
dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga
relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Salah satu
komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan
dengan proses dan hasil belajar siswa.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk
penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk
pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan
menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan.

C. Fungsi Kurikulum
Menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi,
yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General Education). 2)
Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4).
Keahlian (Specialization).3
1. Fungsi pendidikan umum (Common and General Education)
Fungsi pendidikan umum (Common and General Education) yaitu
fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab. Kurikulum harus
memberikan pengalaman belajar kepada setiap peserta didik agar
mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan, memahami
setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan makhluk

3McNeil, John D. 1990. Curriculum a Comprehensive Introduction, Fourth Edition. London,


England, Foresman/Littlem Brown Higher Education. A Division & Illionois.

7
sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh setiap
siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan manapun.
2. Fungsi sumplementasi (Supplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan
kemampuan, perbedaan minat maupun perbedaan bakat. Kurikulum
sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan
kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan
demikian setiap anak memiliki kesempatan untuk menambah
kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan
bakatnya. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara
optimal; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-
rata juga harus terlayani sesuai dengan kemampuannya
3. Fungsi eksplorasi (Esploration)
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing
siswa. Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan
minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar
tanpa adanya paksaan. Namun demikian, proses eksplorasi terhadap
minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang mudah. Adakalanya
terjadi pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang tua, yang
sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap bidang
tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya kerana alasan-alasan
tertentu yang sebenarnya tidak rasional. Oleh sebab itu para
pengembang kurikulum mesti dapat menggali rahasia keberbakatan
anak yang kadang-kadang tersembunyi
4. Fungsi keahlian (Specialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai
dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa.
Dengan demikian kurikulum harus memberikan pilihan berbagai
bidang keahlian misalnya, perdagangan, pertanian, industri atau

8
disiplin akademik. Bidang-bidang semcam itu yang diberikan sebagai
pilihan, yang pada akhirnya setiap peserta didik memiliki
keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang spesialisasinya.
Untuk itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para spesialis
untuk menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa
sesuai dengan bidang keahliannya.
Memperhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum
berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik
langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan.
Selain itu kurikulum juga mempunyai fungsi untuk guru, kepala sekolah,
masyarakat, pengaewas dan orang tua yaitu:
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman kepada
kurikulum, maka tidak akan berjalan dengan efektif, sebab pembelajaran
adalah proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan unutuk mencapai tujuan; sedangkan arah dan
tujuan pembelajaran beserta bagaimana cara dan strategi yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan itu merupakan komponen penting dalam
sistem kurikulum.
Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk meyusun
perencanaan dan program sekolah. Dengan demikian, penyusunan
kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana sekolah kepada dewan
sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah baik yang menyangkut
kegiatan ekstra kuriukuler dan kegiatan-kegiatan lainnya, harus didasarkan
pada kurikulum.
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam
melaksanakan supervisi. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para
pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai
dengan tuntutan kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum
itu juga pengawas dapat memberikan saran perbaikan.

9
Pendidikan adalah usaha bersama. Tidak mungkin tujuan pendidikan
akan berhasil secara optimal manakala semuanya dibebankan pada guru
atau sekolah. Dalam kaitan inilah orang tua perlu memahami tujuan serta
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah. Dengan demikian
fungsi kurikulum bagi orang tua adalah sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun
membantu putra/putri mereka belajar di rumah sesuai dengan program
sekolah. Melalui kurikulum orang tua akan mengetahui tujuan yang harus
dicapai serta ruang lingkup materi pelajaran.
Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.
Melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai, isi atau
bahan pelajaran apa yang harus dikuasai, dan pengalaman belajar apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Berkaitan dengan fungsi
kurikulum, Alexander Inglis (dalam Hamalik, 2011: 13-14))
mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa :4
1. Fungsi penyesuian (the adjustive of adaptive function)
Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa kurikulum
harus dapat mengantarkan siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam
kehidupan sosial masyarakat.
2. Fungsi integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat
mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor harus berkembang secara terintegrasi.
3. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Yang dimaksud dengan fungsi deferensiasi adalah, bahwa kurikulum
harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikannya.
4. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna, bahwa kurikulum harus dapat
memberikan pengalaman belajar bagi anak baik untuk melanjutkan

4 Hamalik, O. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

10
penddikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk kehidupan di
masyarakat.
5. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi pemilihan adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan
minatnya. Kurikulum harus bersifat fleksibel, artinya menyediakan
berbagai pilihan program pendidikan yang dapat dipelajari. Hal ini
sangat penting, sebab seperti yang telah dikemukakan di atas, siswa
memiliki perbedaan-perbedaan, dan kurikulum harus melayani setiap
perbedaan siswa.
6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Fungsi diagnostik, adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan
dan kekuatan siswa. Melalui fungsi ini kurikulum berperan untuk
menemukan kesulitan-kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa,
disamping mengeksplorasi berbagai kekuatan-kekuatan sehingga
melalui pengenalan itu siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.

D. Perubahan Kurikulum
Pendidikan memiliki peran penting sebagai agen perubahan sosial
(social agent of change). Oleh karena itu, pendidikan selalu diarahkan
untuk mencapai tujuan secara nasional. Tujuan pendidikan nasional
diharapkan dapat melahirkan manusia Indonesia yang religius dan
bermoral, mampu menguasai ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sehat
jasmani dan rohani, berkepribadian dan bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut hal yang perlu dikembangkan
adalah menyangkut kurikulum pendidikan karena salah satu dimensi yang
tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di
masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan
jantungnya dunia pendidikan. Terkait dengan relevansi kurikulum dengan
mempersiapkan siswa menghadapi dunia globalisasi, maka kurikulum

11
harus memperhatikan aspek-aspek perkembangan IPTEK dan IMTAK
terutama menyangkut penyiapan dasar keterampilan, kecerdasan, dan
kreativitas serta kepribadian (Sulthon, 2014: 44-45).5
Indonesia sendiri telah banyak mengalami perubahan kurikulum, di
antaranya kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006, dan terakhir 2013. Perubahan kurikulum sering dipengaruhi oleh
faktor politik. Contohnya kurikulum 1964 disusun untuk
meniadakanMANIPOL-USDEK (Muhammedi, 2016:49).6 Pengembangan
dan perubahan kurikulum tersebut memang harus dilakukan karena
kurikulum bukanlah sebuah konsep statis, akan tetapi dinamis dan harus
terus menyesuaikan berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi
sebagaimana perinsip kurikulum yaitu berubah dan proses terus menerus
(change and continuity). Berikut ini adalah gambangan dinamika
perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia.
1. Kurikulum Pendidikan Prakemerdekaan
Pendidikan pada masa pra-kemerdekaan dipengaruhi oleh klonialisme,
dimana kebijakan dan praktik pendidikan dikelola oleh penjajah.
Tujuannya adalah mendung dan memperkuat kepentingan kekuasaan
penjajah, dan menjadikan pribumi sebagai abdi penjajah. Untuk
memenuhi kebutuhan pegawai dalam pengembangan usaha melalui
kerja paksa, penjajah membutuhkan pegawai rendahan yang dapat
membaca dan menulis. Oleh karena itu, penjajah
membentuklembagalembaga pendidikan yang hanya diperuntukkkan
bagi kalangan terbatas, yaitu anak-anak golongan ningrat yang
selanjutnya diproyeksikan sebagai pegawai rendahan.
2. Kurikulum Pendidikan Prakemerdekaan
a. Rencana Pelajaran 1947

5 Sulthon. “Dinamika Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Dimensi Politisasi Pendidikan dan
Ekonomi”.Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. vol. 9. No. 1, 2014
6 Muhammedi. “Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan

Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal”.Raudhah. Vol. IV. No. 1, 2016

12
Kurikulum yang pertama lahir setelah Indonesia merdeka
disebut rencana pelajaran atau dalam bahasa belanda ler plan.
Perubahan orientasi pendididikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional.
Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan
intelektual (Sholeh Hidayat, 2013: 2).7
Kurikulum pada tahun ini masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang sehingga hanya
meneruskan kurikulum yang pernah dilakukan sebelumnya oleh
Belanda. Bentuk Rencana Pelajaran tahun 1947 memuat dua hal
pokok yaitu:
• Daftar Mata Pelajaran dan Jam Pengajarannya
• Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
Mata Pelajaran pada kurikulum tahun 1947 untuk tingkat
Sekolah Rakyat (SR) ada 16 bidang studi, Sekolah Menengah
(SMP) ada 17 bidang studi, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
jurusan B ada 19 bidang studi. Mentri Pendidikan dan Pengajaran
ketika itu ialah Mr. Soewandi (Anzar Abdullah, 2007:
345).Penerapan Rencana Pelajaran 1947 memuat ketentuan yaitu:
pertama, Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di
sekolah.Kedua, jumlah mata pelajaran untuk Sekolah Rakyat (SR)
16 bidang studi, SMP 17 bidang studi, SMA jurusan B 19 bidang
studi. Ketiga, Lahirnya Rencana Pelajaran 1947 diawali dari
pembenahan sistem per sekolahan pascaIndonesia merdeka yang
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 (Leo Agung,, 2015: 25).8
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952

7Hidayat,Sholeh. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA 2013


8Agung, Leo. Sejarah Kurikulum Sekolah Menengah di Indonesia: Sejak Kemerdekaan Hingga
Reformasi. Yogyakarta: Ombak, 2015

13
Rencana pelajaran terurai ini merupakan respons dan hasil
penyesuaian dengan UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Pendidikan
dan Pengajaran. Ciri yang paling menonjol dari kurikulum 1952
adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan seharihari. Pada masa ini,
kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan,
dan satuan mata pelajaran lebih diperincikan. Namun peserta didik
masih diposisikan sebagai objek, karena guru menjadi subjek
sentral dalam mentransfer ilmu pengetahuan (Imam Machali & Ara
Hidayat, 2016: 425).9
c. Kurikulum 1964
Penghujung era pemerintahan Presiden Soekarno
menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana
Pendidikan 1964. Pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana.
d. Kurikulum 1968
Lahirnya Kurikulum 1968 sebagai perubahan dari
Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh sistem politik dari pemerintahan
rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum
1968 menggantikan rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 melakukan perubahan
struktur kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus.Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran.

9Machali, Imam. & Ara Hidayat.The Handbook Of Education Management: Teori dan Praktik
Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

14
e. Kurikulum 197
Kurikulum 1968 menekankan pada tujuan pendidikan yang
lebih efektif dan efisien. Pada kurikulum ini, peran guru menjadi
lebih penting, karena setiap guru wajib membuat perincian tujuan
yang ingin dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung.
Setiap guru harus secara detail merencanakan pelaksanaan program
belajar mengajar. Dengan kurikulum ini, semua proses belajar
mengajar menjadi sistematis dan bertahap (Imam Machali & Ara
Hidayat, 2016: 426). Sistem penilaian pada kurikulum ini adalah
penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir
satuan pelajaran tertentu. Inilah yang sangat membedakan dengan
kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir
semester atau akhir tahun saja (Sholeh Hidayat, 2013: 7).
f. Kurikulum 1984
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, menjelang tahun
1983 kurikulum 1975 dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu, sehingga pada tahun 1984 dibentuklah
kurikulum yang baru yaitu kurikulum 1984. Ciri kusus dari
kurikulum ini terdapat pada pendekatan pengajarannya yang
berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif atau
sering kita sebut dengan CBSA. Materi pelajaran juga diberikan
dengan konsep spiral yang artinya semakin tinggi kelas atau
jenjangnya semakin dalam dan luas pula materi pelajarannya.
g. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya yang dimaksudkan untuk menjawab
kebutuhan-kebutuhan sosial di masa depan sehingga membutuhkan
keahlian tertentu sebagai bagian dari modal melakukan kehidupan
secara mandiri. Sehingga pendidikan diarahkan pada pembentukan
karakter anak yang memiliki kemampuan dasar siap bekerja
dengan skill yang baik sehinggga bisa digunakan di

15
perusahaanperusahaan atau pabrik-pabrik atau lebih tepatnya,
pendidikan bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan
yang siap pakai.
h. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian
dikenal dengan Kurikulum 2004, merupakan suatu model
kurikulum yang berlaku di Indonesia sebagai konsekuensi
diberlakukannya peraturan perundangundangan tentang
desentralisasi yang mengatur pemerintah pusat dan daerah.
Pemberlakuan KBK adalah suatu bentuk inovasi kurikulum. Juga
kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi
pendidikan. Diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah
diantaranya lahirnya UndangUndang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah Otonomi serta lahirnya Tap. MPR No.
IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan di Masa Depan.
i. Kurikulum 2006 (KTSP)
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1 ayat 15)
dikemukakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan danberdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
KTSP resmi diberlakukan secara nasional dengan terbitnya
PP No. 19/2005 dan Pemdiknas No. 24/2006. Pengembangan
KTSP berpedoman pada standar kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), standar isi (SI), dan standar kompetensi lulusan (SKL),
yang digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah dengan
menekankan pencapaian kemampuan minimal pada setiap

16
tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan (Laelatul
Istiqomah, 2016: 44).10
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari
Ahmadi adalah sebagai berikut: Pertama, Berpusat pada potensi,
perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta
didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang
bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang
demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan siswa.
Kedua,Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah
dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status
sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu.Ketiga,Tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni berkembang secara dinamis. Relevan dengan kebutuhan.
Ketiga, Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia
kerja. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
Keempat, Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan
kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Seimbang antara
kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan

10Istiqomah, Laelatul. “Dinamika Perubahan Kurikulum: Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013


Paud”.Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Vol 1. No. 1, 2016.

17
dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal
untuk membangun kehidupan masyarakat (Muhammedi, 2016: 58-
59).11
Beberapa permasalahan yang mengacu pada kurikulum
2006 diantaranya: Konten kurikulum masih terlalu padat, yang
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi
yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui perkembangan
usia anak. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi belum
menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai
denagan perkembangan kebutuhan misalnya pendidikan karakter,
metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard
skills, kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial
yang terjadi. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan
urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang
penafsiran yang beraneka ragan dan berujung pada pembelajaran
yang berpusat pada guru. Standar penilaian belum secara maksimal
mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan
hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara
berskala.
j. Kurikulum 2013
Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi
kekurangan-kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya.
Kurikulum 2013 disusun dengan mengembangkan dan menguatkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang.
Penekanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan

11Muhammedi. “Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan


Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal”.Raudhah. Vol. IV. No. 1, 2016

18
sosial sesuai dengan karakteristik. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti diharapkan akan menumbuhkan budaya keagamaan.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didikagar
menjadi manusia yang beriman dan bertawa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Imam Machali & Ara Hidayat, 2016: 429). Imam Machali
dan Ara Hidayat(2016: 432-433)juga mengemukakanbahwa
perubahan kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum KTSP
tahun 2006 yang kajian implementasinya dijumpai beberapa
masalah.
Kurikulum 2013 menitik beratkan pada penyempurnaan
pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan
perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian
beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang
diinginkan dan apa yang dihasilkan.
Atas dasar tersebut, penyempurnaan dan implementasi
kurikulum 2013 diyakini sebagai langkah strategis dalam
menyiapkan dan menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan
masyarakat Indonesia masa depan. Kurikulum 2013 memerankan
fungsi penyesuaian yaitu kurikulum yang mampu mengarahkan
peserta didiknya menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang terus berubah.
Kurikulum 2013 mengintegrasikan tiga ranah yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dalam implementasinya
terangkap dalam KI-1 (Sikap Spiritual), KI-2 (Sikap Sosial), KI-3
(Pengetahuan), KI-4 (Keterampilan). SedangkanmenurutSholeh
Hidayat, (2013: 121) faktor lain yang menjadi alasan
pengembangan Kurikulum 2013 adalah: pertama, tantangan masa

19
depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi, kebangkitan industri keratif dan budaya,
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, mutu, investasi. Kedua,
kompetensi masa depan yang meliputi kemampuan komunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan
mempertimbangkan segi moral, kemampuan menjadi warga negara
yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang
mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak
sosial (social unrest). Keempat, persepsi publik yang menilai
pendidikan selama ini terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif,
beban siswa yang terlalu berat, dan kurang pemuatan karakter.

E. Pengembangan dan Pembinaan Kurikulum


Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang
dianutnya. Prinsip itu pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai
kurikulum tersebut.12
1. Prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum
a. Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain
atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat.
Artinya pendidikan dipandang relevan jika hasil perolehan
pendidikan itu bersifat fungsional. Ada dua macam relevansi yang
harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di
dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksunya tujuan,
isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya
relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan
masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan
bekerja dalam masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki
relevansi di dalam yaitu ada kesesuain atau konsistensi anatara

12 Hafni Ladjid, pengembangan kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 9

20
komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses
penyampaian, dan penilaian.
b. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam
memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu
dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program
pendidikan bagi murid dan mengembangkan program pendidikan
bagi para guru.
c. Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan
dan proses belajar akan berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu,
pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan anatar satu tingkat kelas, dengan
kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d. Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dana biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut
prinsip efisien. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum
kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat
khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak
praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan
waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya
harus ideal tetapi juga praktis.
e. Prinsip Efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini
dikaitkan dengan efektifitas guru mengajar dan efektifitas para
murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam pengembanagan
kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler
membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang
percuma.
2. Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum.
a. Prinsip berkenaan dengan tujuan Pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan
pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum
hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan

21
mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus).
b. Prinsip berkenaan dengan isi Pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan
yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu
mempertimbangkan beberapa hal
1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam
bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
2) Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis
dan siitematis
c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya
memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
1) Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang digunakan
cocok untuk mengajar bahan pelajaran?
2) Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan kegiatan yang
bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual
siswa?
3) Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan urutan kegiatan
yang bertingkat-tingkat?
4) Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
5) Apakah metode/tekhnik tersebut lebih mengaktifkan siswa,
atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
6) Apakah metode/tekhnik tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
7) Apakah metode/tekhnik tersebut menimbulkan jalinan
kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong
pengunnan sumber yang ada dirumah dan di masayarakat?
8) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar
yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by
seeing and knowing”.
d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh pengunaan
media dan alat-alat bantu pengajaran ynag tepat.
1) Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya
sudah tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa penggantinya?

22
2) Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan:
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat,
pembiyaannya, waktu pembuatan?
3) Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran,
apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
4) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi
media.
e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:
1) Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-
langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiakan ke dalam
bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati.
Hubungkan dengna bahan peljaran. Tulikan butir-butir test.
2) Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan
beberapa hal:
a) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok
yang akan ditest?
b) Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
c) Apakah test tersebut berbentuk uaraian atau objektif?
d) Apakah test tersebut diadministrasikan oleg guru atau oleh
murid?
3) Dalam pengelohan suatu hasil penilaian hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
b) Apakah digunakan formula quessing?
c) Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
d) Skor standar apa yang digunakan?
e) Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?

Pemilihan suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja


didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan
pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang di anut serta model
konsep pendidikan mana yang digunakan.

1. The administrative model


Model pengembangan kutikulum ini merupakan model paling lama
dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative atau line
staff karena inisisatif dan gagasan pengembangan datang dari para

23
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan
diperlukan pula adanya kegiatan monitoeing, pengamatan dan
pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah berjalan
beberapa saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi, untuk menilai baik
valitidas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun
keberhasilannya.
2. Tim grass roots model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama.
Insiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas
tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam model
pengembangan kuruikulum yang bersifat grass roots seorang guru,
sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan
uapaya pengembangan kurikulum.
3. Beaucamph’s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh Beaucamp seorang ahli
kurikulum. Beaucamph mengemukakan lima hal dalam pengembangan
kurikulum
a. Menetapkan arena atau lingkup wilyah yang akan dicakup oleh
kurikulum tersebut, apakah suaru sekolah, kecamatan, kabupaten,
propinsi atau seluruh Negara. Penetapan area ini ditentukan oleh
wewewang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam
pengembangan kurikulum serta oleh tujuan pengembangan
kurikulum.
b. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat
dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang
turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum yaitu:
1) Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar
2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan
guru-guru terpilih
3) Para professional dalam sistem Pendidikan
4) Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langka ini
berkenaan dengan posedur yang harus ditempuh dalam
merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih
isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d. Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah
mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan

24
sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang
menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan
maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan
sekolah atau administrator setempat.
e. Evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal mencakup empat hal,
yaitu:
1) Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
2) Evaluasi desain kurikulum
3) Evaluasi hasil belajar siswa
4) Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
4. The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari
bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok
guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan
kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu
atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup
keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah
atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering
mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
5. Taba’s inverted model
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama-sama guru
b. Menguji unit eksperimen
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e. Implementasi dan diseminasi
6. Roger’s interpersonal relation model
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan
(becoming developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai
kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada
hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.
Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya guru untuk memperlancar
dan mempercepat perubahan tersebut. guru serta pendidik lainnya
bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka
hanayalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.Ada empat
langkah pengembangan kurikulum model Rogers
a. Pemilihan target dari sistem Pendidikan
b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif

25
c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk
satu kelas atau unit pelajaran
d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok
7. The systematic action-research model
Model perkembangan ini didasarakan pada asumsi bahwa
perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu
mencakup suatu proses yang melibatkan kepribaddaian orang tua,
siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat.
8. Emerging technical models
Perkembanngan bidang teknologi dan ilmu oengetahuan serta nilai-
nilai efesien efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi
perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan baru
yang didasarkan atas hal itu, di antaranya:
a. The behavioral analysis model
Yaitu menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan.
Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi
perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara
hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara
berangsur-angsur mulai dari yag sederhana menuju yang lebih
kompleks.
b. The system analysis model berasal dari gerakan efesien bisnis.
Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi
perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah
kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian
hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengindentifikasi
tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang
diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c. The computer-based model, suatu model pengembangan
kurikulum dengan memanfaatkan komputer.
Pengembangannya dimulai dengan mengindentifikasi seluruh
rumusan unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memilki
rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.13
Pembinaan Kurikulum
Pembinaan kurikulum adalah upaya yang dilakukan oleh staf
sekolah untuk menjaga dan mempertahankan agar kurikulum tetap
berjalan sebagaimana mestinya. Staf sekolah yang dimaksud meliputi

13Prof. Dr. Nana Syaodil Sukmadinata, pengembangan kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdaarya,
1997), hal. 155

26
Kepala Sekolah, guru, tenaga bukan guru (pembimbing dan lain-lain).
Sedangkan kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum potensial, yakni
semua program pendidikan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan.
Dengan demikian pembinaan kurikulum seperti yang di jelaskan diatas
tidak lain mengusahakan kurikulum sesuai dengan program dan ketentuan
yang telah ditetapkan (kurikulum potensial). Adapun kendala dalam
melaksanakan kurikulum, misalnya kemampuan guru, terbatasnya fasilitas
belajar, lemahnya pengelolaan sekolah, belum efektifnya bimbingan
penyuluhan dan laim-lain.
Sejalan dengan makna pembinaan diatas maka tujuan pembinaan
kurikulum adalah diperolehnya pelaksanaan kurikulum yang mantap, serta
memperkecil atau meniadakan kesenjangan antara apa yang harus
dilaksanakan dengan apa yang dapat dilaksanakan. Contohnya, menurut
ketentuan yang digariskan dalam kurikulum satu semester sekurang-
kurangnya terdiri atas 18 pertemuan tatap muka di kelas. Mengingat
banyaknya hambatan, kenyataan hanya bisa dilakukan 12 pertemuan. Ini
beratri ada kesenjangan 6 pertemuan. Kasun ini termasuk pelaksanaan
kurikulum tidak mantap. Pembinaan harus dilakukan, yakni menambah
pertemuan tatap muka sebanyak 6 kali lagi sebelum diberikan ujian.
Apabila dipaksakan memberikan ujian padahal baru 12 pertemuan dan
materi belum selesai mengakibatkan kualitas siwa menjadi turun atau
rendah, sebab mereka tidak mencapai apa yang seharusnya dicapai.
Menjaga dan mempertahankan pelaksanaan kurikulum agar sesuai
dengan tuntutan dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum
potensial menjadi tugas dan tanggung jawab semua aparat pendidikan,
seperti para pengawas, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya. Namun demikian, upaya pembinaan kurikulum serta kepala
sekolah dengan guru ada perbedaan yang sesuai dengan posisi, peranan
dan tugasnya masing-masing, sekalipun dalam hal-hal tertentu ada yang
bersamaan. Oleh karena itu, lingkup pembinaan kurikulum bagi para
kepala sekolah dan bagi para guru harus diidentifikasi terlebih dahulu
sebelum melakukan upaya pembinaan kurikulum.
Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan
meningkatkan kualitas prose pengajaran dan hasil belajar yang dicapai
siswa. Aspek binaanya mencakup proses belajar mengajar termasuk
penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan, administrai guru dan
pembinaan profesi profesional guru itu sendiri.
Beberapa upaya pembinaaan kurikulum yang bisa dilakukan oleh
para guru di sekolah, anatara lain:
1. Pembinaan Proses belajar mengajar

27
Proses belajar mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum,
khususnya garis-garis besar program pengajaran (GBPP)
bidang studi tertentu. Upaya yang dilakukan supaya pelaksanan
proses belajar mengajar sesuai dengan rambu yang ada dalam
GBPP, adalah:
a. Menelaah GBPP
Dalam GBPP dikemukakan tujuan kurikuler, tujuan
instruksional, pokok bahasan/sub pokok bahasan, bahasan
pengajaran dari penyebaran pokok bahasan berdasarkan
kelas/semester.
Telaahan Guru terhadap GBPP terutama untuk menetapkan:
1) Berapa banyak pokok bahasan dalam satu semester
sesuai dengan tujuan instruksionalnya
2) Materi apa yang harus dikuasai dan disiapkan guru,
sesuai dengan isi pokok bahasan yang ada dalam GBPP
3) Jenis alat peraga dan saran belajar yang diperlukan guna
mengajarkan pokok bahasan tersebut
4) Pertanyaan-pertanyaan sebagai alat evaluasi
materi/bahan pengajaran berdasarkan pokok bahasan
tersebut
b. Menyusun satuan pelajaran
Berdasarkan GBPP setiap guru sebaiknya menyusun satuan
pelajaran untuk satu semester. Penyusunan satuan pelajaran
secara menyeluruh untuk satu semester akan dapat
menjamin kesinambungan tujuan, bahan kegiatan belajar
dan penilaian.
c. Penyediaan sumber (alat) fasilitas belajar
Sumber-sumber belajar dalam proses pengajaran terdiri atas
manusia, bahan tertulis, media dan alat peraga, dan
pengalaman belajar siswa itu sendiri. Pendayagunaan
sumber-sumber belajar secara efektif dan efisien akan
menunjang berhasilnya proses dan hasil belajar.
d. Penilaian hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan
salah satu ukuran dan keberhasilan proses belajar mengajar.
Hasil tersebut nampak dalam perubahan intelektual
terutama mengenai pemahaman konsep, prnsip, hukum, dan
lain sebagainya, serta sikap dan tingkah laku yang
dinyatakan oleh para siswa setelah menempuh pengalaman
belajarnya.

28
2. Pembinaan bimbingan penyuluhan
Kegiatan bimbingan penyuluhan di sekolah ditangani oleh
petugas bimbingan atau wali kelas yang ditunjuk, bahkan juga
bisa oleh guru bidang studi yang ada di sekolah. Tujuannya
adalah membantu siswa agar siswa dapat memecahkan
masalahnya sendiri, sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran secara optimal.
3. Pembinaan administrasi guru
Ada tiga bidang kegiatan administrasi yang paling utama, yaitu
administrasi pengajaran, peralatan dan kesiswaan. Kegiatan
adminitrasi fungsinya untuk menunjang kelancaran dan
ketertiban pelaksanaan kurikulum di sekolah. 14

14http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/05/makalah-pembinaan-kurikulum-di-
sekolah.html diakses pada 1 Maret 2022 pukul 11.00

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Maka kurikulum merupakan alat penting dalam proses
pendidikan. Kurikulum dan berperan sebagai antisipatif dan adaptif dalam
perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Kurikulum
berubah itu wajar dan untuk mengubahnya kearah yang lebih baik, maka
kita perlu para ahli yang menguasai kurikulum itu sendiri.
Model-model perkembangan kurikulum yaitu; (a) the
administrative model, (b) tim grass roots model, (c) beaucamph’s system,
(d) The demonstration model, (e) taba’s inverted model, (f) roger’s
interpersonal relation model, (g) the systematic action-research model, (h)
emerging technical models.

B. Saran
Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami
harapakan bagi setiap pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat
mempelajarinya lebih detail dari berbagai literature lainnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo. Sejarah Kurikulum Sekolah Menengah di Indonesia: Sejak


Kemerdekaan Hingga Reformasi. Yogyakarta: Ombak, 2015

Hafni Ladjid. 2005. pengembangan kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching

Hamalik, O. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Hidayat,Sholeh. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA 2013vol. 9. No. 1, 2014

http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/05/makalah-pembinaan-kurikulum-
di-sekolah.html diakses pada 1 Maret 2022 pukul 11.00

Istiqomah, Laelatul. “Dinamika Perubahan Kurikulum: Kebijakan Perubahan


Kurikulum 2013 Paud”.Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini.
Vol 1. No. 1, 2016Machali, Imam. & Ara Hidayat.The Handbook Of
Education Management: Teori dan Praktik Pengelolaan
Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

McNeil, John D. 1990. Curriculum a Comprehensive Introduction, Fourth


Edition. London, England, Foresman/Littlem Brown Higher Education. A
Division & Illionois.

Muhammedi. “Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya


Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal”.Raudhah. Vol. IV.
No. 1, 2016

Muslimin Ibrahim, http://repository.ut.ac.id/4283/1/PEBI4303-M1.pdf

Prof. Dr. Nana Syaodil Sukmadinata. 1997. pengembangan kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdaarya.

Sulthon. “Dinamika Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Dimensi Politisasi


Pendidikan dan Ekonomi”.Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.

Wida Kurniasih. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kurikulum-dan-


fungsinya/

31

Anda mungkin juga menyukai