Anda di halaman 1dari 30

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN


MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA
PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI EKOSISTEM
DI KELAS X IPA SMA KATOLIK TALINO
SUI. AMBAWANG TAHUN 2017/2018

Oleh. Pebriani
(email : .......................................)

ABSTRAK

Penelitian Perbaikan Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan hasil


belajar siswa pada pembelajaran biologi materi pokok ekosistem dengan
menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbung. Subjek dalam penelitian
perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas X IPA SMA Katolik Talino Sui
Ambawang yang berjumlah 13 siswa. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, dimana setiap
siklusnya terdiri dari; 1) planning (rencana); untuk mengidentifikasi masalah dan
merencanakan kegiatan pembelajaran dan membuat instrumen penelitian. 2)
action (tindakan); melaksanakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada
mata pelajaran biologi materi sistem reproduksi manusia. 3) observation
(pengamatan); pengambilan data tentang aktivitas belajar melalui tes evaluasi,
lembar observasi, serta lembar kuesioner. 4) reflection (refleksi); menganalisis
data hasil pengamatan.
Dari hasil penelitian diperoleh: hasil belajar yang telah diperoleh siswa dari
rata-rata kelas 69,76 pada siklus I yang meningkat menjadi 76,84 pada siklus II.
Ketuntasan belajar meningkat dari 5 orang siswa (38,46%) di siklus I menjadi 10
siswa (76,92%) di siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka model pembelajaran Inkuiri
Terbimbung dapat meningkatkan hasil belajar biologi materi pokok ekosistem
pada kelas X IPA SMA Katolik Talino Sui Ambawang.

Kata kunci : Model pembelajaran Inkuiri Terbimbung, dan Hasil belajar siswa
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Materi pada pembelajaran biologi banyak berhubungan dengan konsep-
konsep kehidupan, dan mengupas masalah kehidupan organisme, serta
mempunyai kedekatan terhadap diri dan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
Memperlajari materi biologi diperlukan daya analisis yang cukup tinggi agar
dapat memahami konsep-konsep biologi dalam kehidupan dengan benar. Oleh
karena itu, ketepatan dalam menggunakan keterampilan model pembelajaran
yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan semangat belajar siswa
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran di
kelas sepertinya akan selalu memunculkan permasalahan seiring dengan
perkembangan pribadi siswa dan seiring pula dengan perkembangan sekolah dan
tuntutan masyarakat yang semakin dinamis.
1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran biologi di SMA Katolik Talino Sungai Ambawang, khususnya kelas
X IPA tahun ajaran 2017-2018 saat ini sudah menerapkan pembelajaran
kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Namun, meskipun sudah menggunakan kurikulum 2013 peserta
didik di kelas X IPA masih kurang aktif, dimana masih ditemukan peserta didik
yang cenderung bosan mengikuti pembelajaran dan hanya beberapa siswa yang
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan saat diskusi atau pembelajaran
berlangsung. Karakteristik materi pada mata pelajaran biologi yang cenderung
banyak hafalan serta menggunakan istilah dalam bahasa latin membuat beberapa
siswa bosan mempelajari biologi. Salah satu materi pembelajaran biologi yang
kurang diminati oleh peserta didik adalah materi Ekosistem karena selain hapalan
pada materi ini juga perlu pemahaman konsep. Rendahnya minat belajar siswa
terhadap pembelajaran materi ekosistem mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal
ini dapat terlihat dari hasil capaian rata-rata postest yang dilakukan pada akhir
pembelajaran ekosistem tentang materi komponen ekosistem serta interaksi dalam
ekosistem tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75.
3

Tabel 1.1
Rata - Rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA
SMA Katolik Talino Prasiklus
Kelas X IPA
Kriteria Rata-Rata
Jumlah Siswa
Ketuntasan
Tuntas 3
54,3
Tidak Tuntas 10
Sumber : Guru Mata Pelajaran Biologi
2. Analisis Masalah
Berdasarkan data di atas didapat hasil belajar biologi siswa yang rendah ini
disebabkan Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi
ekosistem sehingga menyebabkan siswa bosan mengikuti pembelajaran
ekosistem. Selain itu siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
ekosistem serta kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan
menerapkan konsep ekosistem dalam penyelesaian masalah-masalah yang
terjadi dalam pembelajaran eksositem.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Hal tersebut di
yakinkan karena model Inkuiri terbimbing, dapat melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran dan mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir
siswa.
Inkuiri terbimbing yaitu model inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan
dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa
selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan
yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan,
kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi,
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan
4

yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah


yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran biologi.
Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa
yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau
kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.
Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menggali potensi yang ada
dalam dirinya dengan arahan guru. Penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing pada materi ekosistem diharapkan dapat membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep dasar dan ide- ide yang lebih baik, membantu
dalam menggunakan daya ingat siswa sehingga dapat meningkat hasil belajar
siswa kelas X IPA SMA Katolik Talino Sungai Ambawang.
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, peneliti berharap
dengan penerapan model Inkuiri Terbimbing akan meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi Ekosistem di kelas X IPA SMA Katolik Talino Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum permasalahan pada
penelitian ini adalah
1. Bagaimana kegiatan pada setiap siklus dalam proses pemebalajaran biologi
materi Ekosistem pada siswa kelas X IPA SMA Katolik Talino dengan melalui
penerapan model inkuiri terbimbing?
2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar biologi materi Ekosistem pada siswa kelas X IPA SMA Katolik
Talino Tahun Pelajaran 2017-2018?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian perbaikan
pembelajaran ini adalah
1. Mengetahui dan menganalisis kegiatan setiap siklus dalam proses pembelajaran
biologi materi Ekosistem dengan melalui penerapan model inkuiri terbimbing
di kelas X IPA SMA Katolik Talino Sungai Ambawang.
2. Memperoleh informasi ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas X
IPA SMA Katolik Talino Sungai Ambawang pada materi ekosistem setelah
menggunakan model inkuiri terbimbing.
5

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Siswa; Diharapakan hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
2. Guru; Diharapkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini dapat
menjadi alternatif model pembelajaran untuk proses selanjutnya.
3. Sekolah; Hasil penelitian perbaikan penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan dari kemampuan
siswa dan hasil belajar siswa.
6

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan belajar dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar adalah suatu proses
yang dapat merubah tingkah laku seseorang secara disadarinya.
Oemar Hamalik mengemukakan pengertian belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman, (Hamalik,
2002:154). Ahmad Sabri menyatakan bahwa “pada dasarnya belajar adalah
perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, maka siswa harus
merasakan adanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi”, (Sabri,
2005:58).
Hilgard dalam Pasaribu mengatakan belajar adalah suatu proses
perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan yang dimaksud
mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, (Pasaribu, 1983:59). Sedangkan
menurut Gagne dalam Agus Suprijono belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Menurut Tranvers, belajar
adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, (Suprijono, 2013:2).
Gagne (1985) dalam Wiranataputra dkk (2007:8) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan
berasal dari proses pertumbuhan.
Belajar menurut teori Gagne (dalam Djamarah, 2002:22) memberikan
dua definisi, yaitu: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku dan, (2) belajar
adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi. Sedangkan
dalam buku The Condition of Learning (1997) menyatakan bahwa belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa
sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum mengalami
situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi (Purwanto, 2007:84).
Menurut teori Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka
7

responnya menurun. Skinner membedakan adanya dua macam respon yaitu: (1)
respondent response yakni, respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu yang disebut elicting stimuli, menimbulkan respon-respon relatif tetap, (2)
operant response, yakni respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing stimulli (Suryabrata,
1971 :271).
Menurut teori-teori belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
belajar merupakan tindakan dan perilaku yang komplek yang mengalami
perubahan tingkah laku sehingga terjadi perkembangan intelek individu.
Sedangkan hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses belajar dan
merupakan penilaian dari proses belajar untuk mengetahui keberhasilan siswa.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasikan, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar
pada peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis
sistemik untuk menganisiasi, memfasiltasi, dan meningkatkan proses belajar,
maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar
serta hasil belajar tersebut.
Menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992) dalam Wiranataputra
(2007:19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam konsep teknologi
pembelajaran menurut Miarso (2009:528), dibedakan istilah pembelajaran
(instructional) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan
pembelajaran atau instruksional adalah usaha mengelola lingkungan belajar
dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu. Sedangkan
pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar
kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi/ formal.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan relatif menetap pada diri
orang lain. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan pebelajar.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru
dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu menggunakan berbagai media pembelajaran.
Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
8

Dengan kata lain pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi


agar terjadi kegiatan belajar. Pembelajaran itu menunjukan pada usaha peserta
didik mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Menurut UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Oleh karena itu, ada lima jenis interaksi yang dapat berlangsung dalam
proses belajar dan pembelajaran, yaitu : 1) interaksi antara pendidik dengan
peserta didik; 2) interaksi antara sesama peserta didik atau antar sejawat; 3)
interaksi peserta didik dengan narasumber; 4) interaksi peserta didik dengan
sumber belajar yang sengaja dikembangkan; dan 5) interaksi peserta didik
bersama pendidik dengan lingkungan social dan alam (Miarso, 2008:3 dalam
Rusman, 2012:93).
Berkenaan dengan penggunaan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
dalam proses pembelajaran Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2007), perubahan
perilaku dari hasil belajar dapat berbentuk:
a. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda
dan sebagainya.
b. Kecakapan intelektual; yaitu ketrampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya
penggunaan simbol matematika.
c. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.
d. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Jadi sikap adalah keadaan
dalam diri individu yang akan memberikn kecenderungan bertindak dalam
menghadapi suatu obyek atau peristiwa.
e. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik (Akhmad Sudrajat, 2009).
Berdasarkan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa melalui proses
belajar seorang siswa akan mengalami perubahan perilaku. Dalam ranah afektif
watak perilaku mencakup: perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah
tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang
pendidikan.
9

2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa inkuiri berasal dari
kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan,
dan inkuiri berarti penyelidikan. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja
diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa
sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan
sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari
pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan
pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin
tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce dalam Cahyono (2010:
16) menyatakan bahwa “ The general goal of inquiry training is to help students
develop the intellectual discipline and skills necessary to raise questions and
search out answers stemming from their curiosity”. Dalam pembelajaran inkuiri
diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan
belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan
mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Carin dan Sund dalam Ismawati (2007: 36) berpendapat bahwa
pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak
terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Inkuiri terbimbing (guided
inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa
dalam melaksanakan proses investigasi untuk mengumpulkan data berupa fakta
dan memproses fakta tersebut sehingga siswa mampu membangun kesimpulan
secara mandiri guna menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diajukan oleh
guru (teacher-proposed research question).
Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi:
a) Perumusan Masalah.
Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau
dipecahkan dengan metode inkuiri.
b) Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban
sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis.
c) Mengumpulkan data
10

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data


sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau
tidak.
d) Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan
hipotesis apakah benar atau tidak.
e) Menyimpulkan
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil
kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian
dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diperlukan sikap ilmiah siswa
ketika mengikuti proses pembelajaran. Seperti dikutip dari Lestari dalam Cahyono
(2010: 17) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. Jujur terhadap data.
2. Rasa ingin tahu yang tinggi.
3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. Ulet dan tidak cepat putus asa.
5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah
6. Dapat bekerja sama dengan orang lain.
Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan
model-model pembelajaran lain. Keunggulan model inkuiri menurut Sahrul
(2009: 54):
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan
dan minat masing-masing.
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran
guru yang sangat terbatas.
11

Selain keunggulan, pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kelemahan


yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis,
kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010: 43):
1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.
3. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah
hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya .
Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya
tidak sesuai dengan target kurikulum.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang
merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Hasil belajar tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diamati dan diukur dalam
perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Hamalik, 2007;155).
Menurut Purwanto (dalam Syafrudin Yarsad, 2011:13) hasil belajar
adalah: “Kemampuan yang dicapai, dikerjakan, dilakukan. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dicapai siswa dalam mata pelajaran, baik kualitas maupun
jumlah pelajaran siswa selama periode yang diberikan yang diukur dengan
menggunakan tes yang telah distandarisasikan. Dalam kaitannya dengan hasil
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai dari proses belajar yang
dapat diketahui dari pencapaian ketika mengerjakan serangkaian tes hasil belajar.”
Selanjutnya Sunaryo (dalam Syafrudin Yarsad, 2011:12) mengatakan
“hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif,
efektif, psikomotor”. Sedangkan Woodwarth dan DG. Marquis seperti dikutip
oleh Mulyadi Y (dalam Marlina, 2010:13) mendefenisikan “hasil belajar adalah
kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes.”
12

Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang


lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Dimyati dan Mudjiono
(2009;45). Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang
dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu
pengetahuan yang berupa angka (nilai).
4. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran
Biologi Materi Ekosistem
Pelajaran biologi materi ekosistem merupakan materi yang memerlukan
pemahaman konsep-konsep ekosistem sehingga dalam proses pembelajarannya
diperlukan kemampuan menganalisis dan pemahaman konsep dalam yang baik.
Langkah-langkah pembelajaran biologi dengan model pembelajaran Inkuri
terbimbing dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kerja 3 kelompok @ 4-5
siswa/kelompok)
2) Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari atau lembar kerja
yang akan dilakukan
3) Siswa menemukan dan merumuskan masalah serta mengajukan hipotesis
sebagai jawaban sementara tentang masalah dalam materi ekosistem yang akan
dipelajari dengan bimbingan guru.
4) Siswa mengumpulkan data dan berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing
untuk mengekplorasi topik yang diperoleh sebagai bahan diskusi dan
mengerjakan dengan menggunakan berbagai sumber ajar yang ada.
5) Siswa bersama anggota kelompoknya menganalisis data yang diperoleh dengan
menerapkan konsep-konsep dalam materi ekosistem yang sedang dipelajari
dan menyimpulkan hasil analisis kelompoknya
6) Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar, siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil kolaborasi.
7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas
dan kelompok yang lainnya mencatat penjelasan yang disampaikan kelompok
penyaji.
8) Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru
13

9) Guru merangkum secara lisan materi ekosistem yang dibahas selama proses
pembelajaran berlangsung.
B. Kerangka Berpikir
Penguasaan biologi materi ekosistem melalui pembelajaran secara teoritis
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas siswa dalam menguasai konsep
berkaitan dengan ekosistem, sehingga untuk mencapai hasil belajar biologi yang
optimal siswa perlu menguasai konsep yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik hendaknya
guru dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan membuat siswa lebih
aktif dan kreatif serta termotivasi dalam belajar. Salah satunya dapat digunakan
dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.
Pembelajaran model Inkuiri terbimbing merupakan suatu pembelajaran
yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana menganalisis
permaslahan atau fakta-fakta yang ada disekitarnya. Selain itu siswa merasa bebas
untuk berpendapat, berkarya, membuat kesimpulan dan dugaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi ekosistem.
14

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat Dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas X IPA SMA
Katolik Talino Sungai Ambawang yang berjumlah 13 siswa. Jumlah itu terdiri
dari 10 perempuan dan 3 laki-laki. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan oleh
peneliti dengan di bantu oleh supervisor sebagai pembimbing dan pengamat
dalam pelaksanaan perbaikan.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2017/2018.
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan akan berlangsung di SMA Katolik
Talino Sungai Ambawang yang akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai
dengan Mei 2018. Adapun jadwal penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel. 3.1
Jadwal Penelitian

Bulan Maret April Mei


No
Kegiatan / Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul dan ijin
1 V
penelitian
2 Penyusunan Rencana Penelitian V
3 Pelaksanaan
1. Siklus I v v
2. Siklus II v v
3. Siklus III (Jika diperlukan) v v
4 Analisis data v v
5 Penyusunan laporan v v
15

Tabel 3.2
Pelaksanaan penelitian
No Siklus Pertemuan Pelaksanaan Sub materi Alokasi Waktu
Aliran Energi dan 3 x 40 menit
1 I 1 April 2018
Piramida Ekologi

2 II 2 April 2018 Daur Biokimia 3 x 40 menit

3. Pihak yang Membantu


Sedangkan pihak-pihak yang membantu keterlaksanaan
penelitianperbaikan pembelajaran ini antara lain :
1) Kepala SMA Katolik Talino Sungai Ambawang sebagai Supervisor 2
2) Guru Serumpun atau Guru Senior SMA Katolik Talino Sungai Ambawang
selaku teman sejawat (Pengamat)
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)
sebagai upaya untuk memperbaiki proses belajar yang belum optimal dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian direncanakan dalam 2 siklus, dengan
setiap siklus terdiri atas 4 (empat) tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu
penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2008) dimana tahap-tahap penelitian
tindakan kelas yang dapat dilihat pada gambar berikut :

Perencanaan 1

Refleksi 1 Pelaksanaan 1
SIKLUS I

Pengamatan 1

Perencanaan II

SIKLUS II
Refleksi II Pelaksanaan II

Pengamatan
Gambar 3.1II
Skema Alur Penelitian Tindakan Kelas
16

Penjelasan alur di atas sebagai berikut :


1. Perencanaan Tindakan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian
dan perangkat pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Kegiatan ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak
dari diterapkannya model Inkuiri Terbimbing pada materi ekosistem:
a) Melaksanakan pengajaran dengan menerapkan model Inkuiri Terbimbing
pada materi ekosistem.
b) Melakukan observasi selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh
pengamat dan memberikan tes pada akhir pembelajaran untuk melihat
penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran oleh guru sebagai
peneliti.
c) Menganalisis data dan mengolah data
d) Membuat kesimpulan
e) Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.Rencana tindakan yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
kolaborator. Rancangan yang direvisi itu untuk dilaksanakan pada siklus
kedua.
Adapun langkah-langkah perbaikan dalam setiap siklus 1 dan 2 adalah
sebagai berikut:
SIKLUS I (Satu)
1) Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai
berikut :
a) Membuat tujuan pembelajaran
b) Membuat perangkat RPP dan LKS untuk dapat menerapkan materi
ekosistem dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai
sumber belajar.
c) Mempersiapkan lembar observasi
2) Pelaksanaan Tindakan
17

Guru memberikan tindakan kelas dengan penerapan model Inkuiri


terbimbing melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a) Guru menjelaskan langkah kerja penerapan model Inkuiri terbimbing yang
b) digunakan pada materi ekosistem yang akan dipelajari
c) Guru mengarahkan siswa untuk bergabung dengan anggota kelompoknya
masing-masing, yang sudah dibentuk sebelumnya yang terdiri dari 4
kelompok yaitu 4 kelompok terdiri dari 4 orang anggota dan 2 kelompok
terdiri dari 5 anggota.
d) Guru membagikan LKS sebagai panduan pembelajaran siswa pada materi
ekosistem
e) Siswa melakukan diskusi bersama kelompok masing-masing dan di beri
arahan oleh guru
f) Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok mengenai materi ekosistem yaitu aliran energi, rantai
makanan dan jaring-jaring makanan dalam ekosistem selama kurang lebih
5 menit.
3) Pengamatan
a) Guru dan observer mengamati siswa selama pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi siswa.
b) Observer mengamati guru dalam mengelola pembelajaran dengan
kesesuaian pengelolaan pembelajaran dengan sintak pembelajaran
Inkuiri Terbimbing dan lembar observasi kinerja guru.
c) Melaksanakan tes hasil belajar.
4) Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Selain
itu, refleksi dilakukan antara guru dan pengamat mendiskusikan hasil
pengamatan dengan lembar observasi untuk perbaikan guna meningkatkan
hasil belajar siswa pada pertemuan siklus 2.
SIKLUS II (dua)
1) Perencanaan
a) Membuat tujuan pembelajaran
b) Membuat perangkat RPP dan LKS untuk dapat menerapkan materi
ekosistem dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai
sumber belajar.
18

c) Membuat soal evaluasi


2) Pelaksanaan Tindakan
Guru memberikan tindakan kelas dengan penerapan model Inkuiri
terbimbing melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a) Guru menjelaskan langkah kerja penerapan model Inkuiri terbimbing
yang digunakan pada materi ekosistem yang akan dipelajari
b) Guru mengarahkan siswa untuk bergabung dengan anggota kelompoknya
masing-masing, yang sudah dibentuk sebelumnya yang terdiri dari 3
kelompok yaitu 2 kelompok terdiri dari 4 orang anggota dan 1 kelompok
terdiri dari 5 anggota.
c) Guru membagikan LKS sebagai panduan pembelajaran siswa pada materi
ekosistem
d) Siswa melakukan diskusi bersama kelompok masing-masing dan di beri
arahan oleh guru
e) Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok mengenai materi ekosistem dan penyusun ekosistem
selama kurang lebih 5 menit.
3) Pengamatan
a) Guru dan observer mengamati siswa selama pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi siswa.
b) Observer mengamati guru dalam mengelola pembelajaran dengan
kesesuaian pengelolaan pembelajaran dengan sintak pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
c) Melaksanakan tes hasil belajar.
4) Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Selain itu,
refleksi dilakukan antara guru dan pengamat berdiskusi bersama. Guru
memberikan tanggapan tentang apa yang telah dirasakan ketika proses
pembelajaran berlangsung untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang
telah dilakukan, digunakan data yang berasal dari hasil observasi. Hasil
analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai
acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya jika dirasakan perlu dan
penarikan kesimpulan.
19

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data


1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data
kualitatif yang meliputi seluruh aspek yang berkaitan dengan proses
penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan
hasil belajar biologi materi Ekosistem pada siswa kelas X IPA SMA
Katolik Talino Sungai Ambawang tahun 2017/2018. Data-data ini
mencakup perencanaan penelitian, data pada saat tindakan penelitian, serta
data refleksi dan evaluasi.
Data kedua adalah kuantitatif, yaitu data yang berkaitan peningkatan hasil
belajar biologi materi Ekosistem pada siswa kelas X IPA SMA Katolik
Talino Sungai Ambawang tahun 2017/2018 . Hal ini dapat kita lihat pada
nilai pretes, nilai akhir siklus pertama, dan nilai akhir siklus kedua.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dan guru bidang studi
Biologi di SMA Katolik Talino Sungai Ambawang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
a) Tes
Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi pemahaman siswa
tentang materi yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dari tes awal dan tes akhir.
b) Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaannya dilakukan dengan mengisi format yang telah disiapkan
oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas dan perilaku
subyek peneliti pada saat pembelajaran berlangsung.
D. Analisis Data

Analisis dan pengolahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah teknik kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis Data Kuantitatif


Analisis kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis data berupa hasil tes
kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Data kuantitatif diperoleh dengan cara
menghitung nilai siswa secara keseluruhan, kemudian masing-masing tes akan
20

dihitung pada dua tahap, tahap pertama menghitung rata-rata nilai yang
diperoleh, kemudian tahap dua menghitung ketuntasan.
a) Data yang diperoleh dari tes hasil belajar di analisis sebagai berikut :
1. Menghitung skor dari setiap jawban siswa
2. Mengubah skor menjadi nilaidengan menggunakan rumus :

N = SP/SMx 100

Keterangan :

N = Nilai siswa

SP = Skor yang diperoleh

SM = Skor maksimal

b) Menghitung persentase ketuntasan siswa (Kriteria Ketuntasan Minimal ≥


75) dengan rumus sebagai berikut :

% Ketuntasan =JST/JSS x 100%

Keterangan :

JST = Jumlah siswa yang tuntas

JSS = Jumlah seluruh siswa

2. Analisis Data Kualitatif


Teknik ini digunakan untuk menganalisis data nontes yang diperoleh
melalui kegiatan observasi. Hasil kegiatan observasi akan memberikan gambaran
mengenai kesulitan yang dialami guru dan siswa dalam pembelajaran. Temuan
tersebut diharapkan sebagai gambaran dalam menemukan solusi terhadap
kesulitan pembelajaran, agar guru dapat menerapkan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dalam pembelajaran biologi materi Ekosistem sehingga terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa.
E. Indikator Ketercapaian
Setiap tindakan pada penelitian tindakan kelas harus mempunyai standart
operasional untuk mengetahui ketercapaian suatu tindakan untuk memecahkan
masalah. Indikator ketercapaian pada penelitian ini adalah indikator ketercapaian
hasil belajar biologi, proses pembelajaran dengan penerapan pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dikatakan berhasil apabila 75% siswa di dalam kelas memperoleh
hasil belajar minimal 75 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang
dicanangkan.
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian perbaikan pembelajaran ini berjalan dalam dua siklus, dalam
setiap siklusnya berlangsung dalam pembelajaran 2 kali tatap muka (setiap
pertemuan berlangsung selama 3 x 40 menit). Data yang dikumpulkan dalam
setiap siklus adalah data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa melalui
instrumen pengumpul data yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah
penilaian hasil belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dalam pembelajaran Biologi yang telah disiapkan oleh guru.
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA SMA Katolik
Talino tahun pelajaran 2017 – 2018 yang berjumlah 13 orang.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian perbaikan
pembelajaran ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus I dari penelitian tindakan kelas ini
meliputi kegiatan penentuan jadwal pelaksanaan tindakan, menginventarisir
silabus, dan pembuatan RPP yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus I ini akan dilaksanakan dalam tiga jam
pertemuan. Pada hari Kamis tanggal 5 April 2018 untuk pertemuan pertama
dan hari Senin, 16 April 2018 untuk pertemuan kedua dengan alokasi waktu
masing-masing pertemuan 3 x 45 menit. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan sesuai RPP yang telah disusun sebelumnya.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan pada Kamis, 5 April 2018 dan Senin, 16 April 2018. Peneliti
melakukan observasi dengan merekam segala kejadian selama pembelajaran
menggunakan pedoman observasi penilaian proses belajar siswa yang telah
disiapkan, dengan hasil sebagai berikut:
22

 Hasil Belajar Siswa


Dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dalam mempelajari
ekosistem dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Persentase Ketuntasan Klasikal dan Rata-Rata Nilai Untuk Materi
Ekosistem Pada Siklus I
Rentang
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
Nilai
1 Tuntas 75 – 100 5 38,4
2 Tidak Tuntas 0 – 74 8 61,6
Jumlah 13 100

Berdasarkan hasil evaluasi belajar siswa yang telah dilakukan


menunjukkan hasil belajar seperti tertera di tabel di atas, dapat dikatakan
bahwa hasil belajar siswa belum sesuai dengan indikator ketercapaian
proses pembelajaran, dan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing terhadap
pembelajaran biologi materi Ekosistem belum memperoleh hasil yang
maksimal.
4. Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus
berikut. Hal- hal yang masih terjadi dalam pelaksanaan siklus I antara
lain:
a Belum semua siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
dikarenakan siswa kurang memahami langkah kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan.
b Sebagian siswa masih kesulitan memahami konsep dengan baik,
sehingga penerapan pada contoh atau permasalahan masih belum
jelas. Kesulitan siswa salah satunya pada siklus 1 ini adalah kurang
mampu menganalisis bentuk rantai makan, jaring-jaring makanan dan
aliran energi. Sehingga masih ada siswa yang tidak terlibat langsung
dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
c Pengumpulan data dan langkah penyelesaian masalah yang
dirumuskan secara mandiri oleh siswa tanpa berbantu lembar kerja
23

siswa (LKS). Hal ini merupakan salah satu penyebab siswa tidak
dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik.
d Guru masih belum terlihat terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa terlihat masih banyak yang pasif
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing ini.
Oleh karena itu perlu dilakukan revisi tindakan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan siklus II. Dan peneliti berharap dalam pelaksanaan
pembelajaran di siklus II dapat meningkatkan keterampilan guru demi
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran biologi materi Ekosistem.
Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I yang dapat
dikatakan belum berhasil. Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan
pelaksanaan pembelajaran di siklus I.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran di
siklus II antara lain :
1) Guru menjelaskan secara rinci kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran serta langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing dengan mengedepankan pendekatan
ilmiah.
2) Guru menunjukkan sikap terbuka kepada siswa dengan menghargai
pendapat yang dikemukakan siswa dan meluruskan pemahaman atau
pendapat yang keliru yang berhubungan materi ajar yang disajikan, serta
memberi reward pada siswa yang telah memberikan respon hasil belajar
terbaik.
3) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) guna membantu siswa agar
terarah melakukan proses pembelajaran, dan membantu siswa dalam
memahami materi.
4) Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa
5) Guru memberikan bimbingan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran
dengan berkeliling dari satu meja ke meja yang lain.
24

2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus II ini akan dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Pada hari Kamis, 19 April 2018 untuk pertemuan pertama dan
Senin, 23 April 2018, dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 3x45
menit. Pelaksanan pembelajaran yang dilakukan sesuai RPP.
Selama pembelajaran tidak semua kegiatan dapat terlaksana sesuai
rancangan. Beberapa kegiatan yang tidak dapat terlaksana pada siklus II
antara lain :
1) Masih ada siswa yang kurang terlibat dalam pembelajaran, ditandai
adanya siswa yang belum aktif memberikan pendapat atau bertanya saat
pembelajaran ataupun saat diskusi berlangsung.
2) Masih ditemukan siswa kurang memanfaatkan waktu diskusi kelompok
dalam mengerjakan lembar kerja siswa yang dibagikan pada setiap siswa.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan pada Kamis, 19 April 2018 dan Senin, 23 April 2018. Peneliti
melakukan observasi dengan merekam segala kejadian selama pembelajaran
menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan, dengan hasil sebagai
berikut:
 Hasil Belajar Siswa
Jika dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II dalam
mempelajari Ekosistem, sudah cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Persentase Ketuntasan Klasikal dan Rata-Rata Nilai Untuk Materi
Ekosistem Pada Siklus II
Rentang
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
Nilai
1 Tuntas 75 – 100 10 76,9
2 Tidak Tuntas 0 – 74 3 23,1
Jumlah 13 100
Berdasarkan hasil belajar seperti tertera di tabel di atas, dapat dikatakan
bahwa hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan
dibandingkan pada siklus I. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa nilai yang
diperoleh oleh siswa pada siklus II sudah mencapai nilai ketuntasan
minimal yang ditetapkan yaitu 75. Siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa
25

atau ketuntasan klasikal 76,9% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 3


siswa dengan ketidaktuntasan klasikal sebesar 23,1%.
4. Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu dilakukan repleksi. Kegiatan refleksi
dilakukan berdasarkan hasil catatan lapangan, hasil pengamatan oleh
pengamat, selama peneliti melakukan tindakan. Berdasarkan refleksi
siklus II ditemukan proses pembelajaran dengan baik, hal ini tergambar
dari tabel 4.2. yaitu ada 10 siswa kategori tuntas pada pembelajaran
biologi materi ekosistem menggunakan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing, dengan ketuntasan klasikal 76,9%. Berdasarkan analisis data
dan hasil refleksi siklus II, disimpulkan bahwa pembelajaran ekosistem
dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing telah mencapai
indikator pencapaian yang telah ditetapkan sehingga pemberian tindakan
tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus III.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, bahwa belajar siswa dalam
upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran model Inkuiri Terbimbing, diperoleh data seperti tertera pada
tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Ketuntasan Klasikal dan Rata-Rata Kelas pada Siklus I
No Kategori Persentase
1 Rata-rata kelas 69,76
2 Ketuntasan Klasikal 38,46
3 Ketidaktuntasan Klasikal 61,54

Hasil yang didapat seperti yang tercantum pada tabel 4.3 terjadi karena
suasana kelas masih terlihat tegang sehingga hubungan siswa dengan siswa
dan siswa dengan guru terkesan kurang akrab. Siswa belum mampu
memanfaatkan peran guru sebagai fasilitator dan narasumber secara
maksimal. Akibatnya, banyak permasalahan yang belum dimengerti dengan
baik, terpaksa harus dijawab, sehingga hasilnya kurang memuaskan dan siswa
tidak dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. Terdapat
kecendrungan, beberapa tim mengumpulkan laporan hasil diskusi atau
pengamatannya dengan tergesa-gesa.
Dengan demikian kualitas Pembelajaran Biologi pada siklus I (pertama)
26

perlu ditingkatkan. Namun demikian, pada siklus I telah ada peningkatan


keterlibatan siswa dalam bertanya dan memberikan pendapat, bekerjasama
dan melakukan diskusi dalam menyelesaikan tugas untuk dapat menguasai
materi pelajaran. Kondisi ini dapat dijadikan indikator, bahwa penerpan
model pembelajaran tersebut cukup efektif dalam rangka meningkatkan
keterampilan sosial.
Hal ini sejalan dengan efek dari penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing, yaitu membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran
dengan perilaku bekerjasama, bertanya dan memberikan pendapat, terlibat
dalam aktivitas diskusi untuk memecahkan masalah serta peningkatan
prestasi akademik. Untuk itu, perlu penyempurnaan-penyempurnaan dalam
penerapannya sehingga efek tersebut lebih signifikan terwujud dalam
pembelajaran di siklus II.
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan
siklus I. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Ketuntasan Klasikal dan Rata-Rata Kelas pada Siklus II

No Kategori Persentase
1 Rata-rata kelas 76,84
2 Ketuntasan Klasikal 76,92
3 Ketidaktuntasan Klasikal 23,08

Selain itu dari tabel di atas, terlihat ada peningkatan pada hasil belajar
biologi siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Inkuiri
terbimbing. Setelah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan pada
pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di siklus II ini, siswa menjadi sangat
terkesan dengan penciptaan suasana belajar dan proses penilaian yang tampak
serius dan resmi dari guru. Siswa berusaha untuk tampil sebaik mungkin
dalam rangka mendapat penilaian yang terbaik dari guru selama proses
pembelajaran. Apalagi setelah siswa mengetahui tentang aturan main dalam
penilaian proses maupun penilaian hasil.
Dengan penerapan model pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing dalam
pembelajaran biologi materi Ekosistem terjadi peningkatan pemahaman
materi yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas, sehingga berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap
27

sikap, aktivitas dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi di


dalam kelas.
Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran berjalan sangat kondusif dan
keterlibatan siswa sangat tinggi. Aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, keberanian siswa bertanya atau berargumentasi, partisipasi
siswa dalam mengerjakan tugas, motivasi, ketekunan, dan antusiasme siswa
dalam kegiatan pembelajaran, kehadiran siswa, keakraban antar siswa, dan
hubungan siswa dengan guru relatif baik dan ada peningkatan yang sangat
signifikan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I.
Berdasarkan uraian pada siklus I, dan siklus II dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Daya Serap Siswa Untuk Materi Ekosistem

Tahapan Siklus Nilai Rata-rata


Siklus I 69,76
Siklus I 76,84

Dilihat dari tabel 4.5 tentang daya serap siswa dalam pembelajaran
biologi untuk materi Ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran tipe
Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa secara
klasikal. Untuk lebih jelas lagi peneliti sajikan dalam bentuk grafik berikut
ini.
Grafik 4.1
Daya Serap Siswa Untuk Materi Ekosistem

DAYA SERAP SISWA


NILAI RATA-RATA
69,76 76,84

SIKLUS I
SIKLUS II

Di samping itu pula jika dilihat dari segi ketuntasan secara klasikal
penerapan model pembelajaran model Inkuiri Terbimbing memperlihatkan
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini.
28

Tabel 4.6
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Ekosistem
Nilai Tidak
No Tahapan Siklus Tuntas
0 – 74 75 – 100 Tuntas
1 Siklus I 8 5 38,46 61,53
2 Siklus II 10 3 76,92 23,08

Grafik 4.2
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem

KETUNTASAN KLASIKAL
TUNTAS TIDAK TUNTAS

61,53
76,92
23,08
38,46

SIKLUS I
SIKLUS II

Dari tabel dan grafik di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar
yang disebabkan (1) siswa sudah lebih memahami tentang langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran; (2) siswa sudah lebih
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran
berjalan lancar karena hampir semua siswa telah memperhatikan serta aktif
dalam proses pembelajaran seperti terlibat dalam aktivitas bertanya dan
menjawab pertanyaan serta melakukan diskusi dalam memecahkan masalah;
(3) keterlibatan siswa dalam pembelajaran di siklus II sudah lebih aktif dan
dorongan untuk menyelesaikan pembelajaran ekosistem.
Dengan demikian pula maka kedua hipotesis penelitian (tindakan)
yang dirumuskan dalam penelitian ini terbukti dapat diterima kebenarannya
secara sah dan meyakinkan. Penerapan model pembelajaran model Inkuiri
terbimbing pada pembelajaran Biologi, khususnya pada materi Ekosistem
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas X IPA
Semester 2 SMA Katolik Talino Tahun Pelajaran 2017/2018.
29

BAB. V
KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

 Penerapan model Pembelajaran model Inkuiri Terbimbing pada


pembelajaran Biologi materi Ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar
dan ketuntasan belajar siswa.
 Hal ini sesuai dengan hasil belajar yang telah diperoleh siswa dari rata-
rata kelas 69,76 pada siklus I yang meningkat menjadi 76,84 pada siklus
II. Ketuntasan belajar meningkat dari 5 orang siswa (38,46%) di siklus I
menjadi 10 siswa (76,92%) di siklus II.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses pembelajaran biologi lebih efektif dan lebih
memberikan hasil belajar yang optimal bagi siswa, maka dari itu
disampaikan saran dan tindak lanjut sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan model penemuan konsep memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan konsep
dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dalam kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
30

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri, 2005, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Jakarta:
Quantum Teaching

Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta : Pusaka Pelajar.

Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

I.L.Pasaribu dan B. Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung :


Tarsito

Ismawati, H. 2007. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Be/ajar Sains-Fisika


Me/alui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan
Pemantulan Cahaya pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang
Tahun Pelajaran 2006/2007. Universitas Negeri Semarang.

Marlina. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar pada Pelajaran Biologi melalui


Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di Kelas
V SDN22 Palu. Skripsi tidak dipublikasikan. Palu: Universitas Tadulako.

Mudjiono dan Dimyati, 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 1990. Metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar. Bandung:


V. Tarsito.

Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan


Profesionalisme Guru Abad 21). Bandung : penerbit Alfabeta.

Sudrajat, Akhmad. Media Pembelajaran Berbasis Komputer


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/07/16/media-pembelajaran-
berbasis-komputer/

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 1971. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.

Syafrudin Yarsad. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan Media


Gambar pada Siswa Kelas IV SD Inpres Taipa Laga. Skripsi tidak
dipublikasikan. Palu: Universitas Tadulako.

Syamsuddin M, Abin, 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Udin, Wiranataputra, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta :


PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai