Oleh. Pebriani
(email : .......................................)
ABSTRAK
Kata kunci : Model pembelajaran Inkuiri Terbimbung, dan Hasil belajar siswa
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Rata - Rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA
SMA Katolik Talino Prasiklus
Kelas X IPA
Kriteria Rata-Rata
Jumlah Siswa
Ketuntasan
Tuntas 3
54,3
Tidak Tuntas 10
Sumber : Guru Mata Pelajaran Biologi
2. Analisis Masalah
Berdasarkan data di atas didapat hasil belajar biologi siswa yang rendah ini
disebabkan Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi
ekosistem sehingga menyebabkan siswa bosan mengikuti pembelajaran
ekosistem. Selain itu siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
ekosistem serta kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan
menerapkan konsep ekosistem dalam penyelesaian masalah-masalah yang
terjadi dalam pembelajaran eksositem.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Hal tersebut di
yakinkan karena model Inkuiri terbimbing, dapat melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran dan mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir
siswa.
Inkuiri terbimbing yaitu model inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan
dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa
selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan
yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan,
kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi,
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan belajar dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar adalah suatu proses
yang dapat merubah tingkah laku seseorang secara disadarinya.
Oemar Hamalik mengemukakan pengertian belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman, (Hamalik,
2002:154). Ahmad Sabri menyatakan bahwa “pada dasarnya belajar adalah
perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, maka siswa harus
merasakan adanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi”, (Sabri,
2005:58).
Hilgard dalam Pasaribu mengatakan belajar adalah suatu proses
perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan yang dimaksud
mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, (Pasaribu, 1983:59). Sedangkan
menurut Gagne dalam Agus Suprijono belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Menurut Tranvers, belajar
adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, (Suprijono, 2013:2).
Gagne (1985) dalam Wiranataputra dkk (2007:8) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan
berasal dari proses pertumbuhan.
Belajar menurut teori Gagne (dalam Djamarah, 2002:22) memberikan
dua definisi, yaitu: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku dan, (2) belajar
adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi. Sedangkan
dalam buku The Condition of Learning (1997) menyatakan bahwa belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa
sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum mengalami
situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi (Purwanto, 2007:84).
Menurut teori Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka
7
responnya menurun. Skinner membedakan adanya dua macam respon yaitu: (1)
respondent response yakni, respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu yang disebut elicting stimuli, menimbulkan respon-respon relatif tetap, (2)
operant response, yakni respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing stimulli (Suryabrata,
1971 :271).
Menurut teori-teori belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
belajar merupakan tindakan dan perilaku yang komplek yang mengalami
perubahan tingkah laku sehingga terjadi perkembangan intelek individu.
Sedangkan hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses belajar dan
merupakan penilaian dari proses belajar untuk mengetahui keberhasilan siswa.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasikan, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar
pada peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis
sistemik untuk menganisiasi, memfasiltasi, dan meningkatkan proses belajar,
maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar
serta hasil belajar tersebut.
Menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992) dalam Wiranataputra
(2007:19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam konsep teknologi
pembelajaran menurut Miarso (2009:528), dibedakan istilah pembelajaran
(instructional) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan
pembelajaran atau instruksional adalah usaha mengelola lingkungan belajar
dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu. Sedangkan
pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar
kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi/ formal.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan relatif menetap pada diri
orang lain. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan pebelajar.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru
dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu menggunakan berbagai media pembelajaran.
Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
8
9) Guru merangkum secara lisan materi ekosistem yang dibahas selama proses
pembelajaran berlangsung.
B. Kerangka Berpikir
Penguasaan biologi materi ekosistem melalui pembelajaran secara teoritis
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas siswa dalam menguasai konsep
berkaitan dengan ekosistem, sehingga untuk mencapai hasil belajar biologi yang
optimal siswa perlu menguasai konsep yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik hendaknya
guru dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan membuat siswa lebih
aktif dan kreatif serta termotivasi dalam belajar. Salah satunya dapat digunakan
dengan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.
Pembelajaran model Inkuiri terbimbing merupakan suatu pembelajaran
yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana menganalisis
permaslahan atau fakta-fakta yang ada disekitarnya. Selain itu siswa merasa bebas
untuk berpendapat, berkarya, membuat kesimpulan dan dugaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi ekosistem.
14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Tabel 3.2
Pelaksanaan penelitian
No Siklus Pertemuan Pelaksanaan Sub materi Alokasi Waktu
Aliran Energi dan 3 x 40 menit
1 I 1 April 2018
Piramida Ekologi
Perencanaan 1
Refleksi 1 Pelaksanaan 1
SIKLUS I
Pengamatan 1
Perencanaan II
SIKLUS II
Refleksi II Pelaksanaan II
Pengamatan
Gambar 3.1II
Skema Alur Penelitian Tindakan Kelas
16
Analisis dan pengolahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah teknik kuantitatif dan kualitatif.
dihitung pada dua tahap, tahap pertama menghitung rata-rata nilai yang
diperoleh, kemudian tahap dua menghitung ketuntasan.
a) Data yang diperoleh dari tes hasil belajar di analisis sebagai berikut :
1. Menghitung skor dari setiap jawban siswa
2. Mengubah skor menjadi nilaidengan menggunakan rumus :
N = SP/SMx 100
Keterangan :
N = Nilai siswa
SM = Skor maksimal
Keterangan :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa (LKS). Hal ini merupakan salah satu penyebab siswa tidak
dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik.
d Guru masih belum terlihat terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa terlihat masih banyak yang pasif
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing ini.
Oleh karena itu perlu dilakukan revisi tindakan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan siklus II. Dan peneliti berharap dalam pelaksanaan
pembelajaran di siklus II dapat meningkatkan keterampilan guru demi
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran biologi materi Ekosistem.
Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I yang dapat
dikatakan belum berhasil. Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan
pelaksanaan pembelajaran di siklus I.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran di
siklus II antara lain :
1) Guru menjelaskan secara rinci kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran serta langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing dengan mengedepankan pendekatan
ilmiah.
2) Guru menunjukkan sikap terbuka kepada siswa dengan menghargai
pendapat yang dikemukakan siswa dan meluruskan pemahaman atau
pendapat yang keliru yang berhubungan materi ajar yang disajikan, serta
memberi reward pada siswa yang telah memberikan respon hasil belajar
terbaik.
3) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) guna membantu siswa agar
terarah melakukan proses pembelajaran, dan membantu siswa dalam
memahami materi.
4) Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa
5) Guru memberikan bimbingan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran
dengan berkeliling dari satu meja ke meja yang lain.
24
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus II ini akan dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Pada hari Kamis, 19 April 2018 untuk pertemuan pertama dan
Senin, 23 April 2018, dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 3x45
menit. Pelaksanan pembelajaran yang dilakukan sesuai RPP.
Selama pembelajaran tidak semua kegiatan dapat terlaksana sesuai
rancangan. Beberapa kegiatan yang tidak dapat terlaksana pada siklus II
antara lain :
1) Masih ada siswa yang kurang terlibat dalam pembelajaran, ditandai
adanya siswa yang belum aktif memberikan pendapat atau bertanya saat
pembelajaran ataupun saat diskusi berlangsung.
2) Masih ditemukan siswa kurang memanfaatkan waktu diskusi kelompok
dalam mengerjakan lembar kerja siswa yang dibagikan pada setiap siswa.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan pada Kamis, 19 April 2018 dan Senin, 23 April 2018. Peneliti
melakukan observasi dengan merekam segala kejadian selama pembelajaran
menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan, dengan hasil sebagai
berikut:
Hasil Belajar Siswa
Jika dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II dalam
mempelajari Ekosistem, sudah cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Persentase Ketuntasan Klasikal dan Rata-Rata Nilai Untuk Materi
Ekosistem Pada Siklus II
Rentang
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
Nilai
1 Tuntas 75 – 100 10 76,9
2 Tidak Tuntas 0 – 74 3 23,1
Jumlah 13 100
Berdasarkan hasil belajar seperti tertera di tabel di atas, dapat dikatakan
bahwa hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan
dibandingkan pada siklus I. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa nilai yang
diperoleh oleh siswa pada siklus II sudah mencapai nilai ketuntasan
minimal yang ditetapkan yaitu 75. Siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa
25
Hasil yang didapat seperti yang tercantum pada tabel 4.3 terjadi karena
suasana kelas masih terlihat tegang sehingga hubungan siswa dengan siswa
dan siswa dengan guru terkesan kurang akrab. Siswa belum mampu
memanfaatkan peran guru sebagai fasilitator dan narasumber secara
maksimal. Akibatnya, banyak permasalahan yang belum dimengerti dengan
baik, terpaksa harus dijawab, sehingga hasilnya kurang memuaskan dan siswa
tidak dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. Terdapat
kecendrungan, beberapa tim mengumpulkan laporan hasil diskusi atau
pengamatannya dengan tergesa-gesa.
Dengan demikian kualitas Pembelajaran Biologi pada siklus I (pertama)
26
No Kategori Persentase
1 Rata-rata kelas 76,84
2 Ketuntasan Klasikal 76,92
3 Ketidaktuntasan Klasikal 23,08
Selain itu dari tabel di atas, terlihat ada peningkatan pada hasil belajar
biologi siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Inkuiri
terbimbing. Setelah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan pada
pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di siklus II ini, siswa menjadi sangat
terkesan dengan penciptaan suasana belajar dan proses penilaian yang tampak
serius dan resmi dari guru. Siswa berusaha untuk tampil sebaik mungkin
dalam rangka mendapat penilaian yang terbaik dari guru selama proses
pembelajaran. Apalagi setelah siswa mengetahui tentang aturan main dalam
penilaian proses maupun penilaian hasil.
Dengan penerapan model pembelajaran tipe Inkuiri Terbimbing dalam
pembelajaran biologi materi Ekosistem terjadi peningkatan pemahaman
materi yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas, sehingga berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap
27
Dilihat dari tabel 4.5 tentang daya serap siswa dalam pembelajaran
biologi untuk materi Ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran tipe
Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa secara
klasikal. Untuk lebih jelas lagi peneliti sajikan dalam bentuk grafik berikut
ini.
Grafik 4.1
Daya Serap Siswa Untuk Materi Ekosistem
SIKLUS I
SIKLUS II
Di samping itu pula jika dilihat dari segi ketuntasan secara klasikal
penerapan model pembelajaran model Inkuiri Terbimbing memperlihatkan
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini.
28
Tabel 4.6
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Ekosistem
Nilai Tidak
No Tahapan Siklus Tuntas
0 – 74 75 – 100 Tuntas
1 Siklus I 8 5 38,46 61,53
2 Siklus II 10 3 76,92 23,08
Grafik 4.2
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem
KETUNTASAN KLASIKAL
TUNTAS TIDAK TUNTAS
61,53
76,92
23,08
38,46
SIKLUS I
SIKLUS II
Dari tabel dan grafik di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar
yang disebabkan (1) siswa sudah lebih memahami tentang langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran; (2) siswa sudah lebih
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran
berjalan lancar karena hampir semua siswa telah memperhatikan serta aktif
dalam proses pembelajaran seperti terlibat dalam aktivitas bertanya dan
menjawab pertanyaan serta melakukan diskusi dalam memecahkan masalah;
(3) keterlibatan siswa dalam pembelajaran di siklus II sudah lebih aktif dan
dorongan untuk menyelesaikan pembelajaran ekosistem.
Dengan demikian pula maka kedua hipotesis penelitian (tindakan)
yang dirumuskan dalam penelitian ini terbukti dapat diterima kebenarannya
secara sah dan meyakinkan. Penerapan model pembelajaran model Inkuiri
terbimbing pada pembelajaran Biologi, khususnya pada materi Ekosistem
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas X IPA
Semester 2 SMA Katolik Talino Tahun Pelajaran 2017/2018.
29
BAB. V
KESIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri, 2005, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Jakarta:
Quantum Teaching
Mudjiono dan Dimyati, 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta