AbstrakHasil belajar siswa SMA Pelita Nusantara pada materi ekosistem belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ekosistem pada siswa kelas X.
penelitian ini menerapkan model Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan 2
siklus, yaitu siklus I dan II masing-masing tiga kali pertemuan.Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, refleksi.Subyek penelitian adalah 17 siswa kelas X SMA Pelita Nusantara Tanjungpinang.
Kata Kunci : model EJAS, Ekosistem, hasil belajar
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Proses kegiatan belajar mengajar di dalam
penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
kelas tidak lepas dari peran seorang guru. Guru adalah
seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan
bangsa.Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat seorang pemimpin terdepan dalam dunia pendidikan.
keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan Seorang guru akan menentukan kemana arah proses
belajar mengajar, sehingga nantinya siswa mengerti
dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk
akhir dari materi yang diajarkan dan juga guru harus
meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri.
Pendidikan adalah upaya yang harus ditempuh mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah
oleh setiap individu untuk memperoleh cara berpikir sehingga dapat mengatasi permasalahan mengenai
pendidikan yang akan dihadapi siswa.
yang lebih baik sebagai bekal dalam menjalani
Berdasarkan hasil pengamatan Praktek
kehidupan. Hal tersebut dipertegas dengan bunyi alinea
ke-4 dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Pelita Nusantara,
Republik Indonesia, yaitu “Mencerdaskan kehidupan sekolah tersebut menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan dapat mengembangkan kemampuan dan Pendidikan (KTSP) ialah kurikulum yang
membentuk karakter suatu bangsa dengan tujuan mengembangkan dengan memperhatikan ranah
baik. Pendidikan berkaitan dengan proses belajar Dalam pelaksanaan pembelajaran guru jarang
memanfaatkan media dalam menjelaskan dan
mengajar, karena dalam proses belajar mengajar akan
memberikan contoh nyata ketika pelajaran Biologi dan
diketahui pencapaian dalam pendidikan tersebut.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan juga kurang kreatif, misalnya penggunaan metode
kegiatan yang paling fundamental, sebab berhasil maupun model pembelajaran yang kurang bervariasi.
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
Proses pembelajaran sering dengan metode ceramah, Kondisi lokasi di sekitar sekolah SMA Pelita
dan diskusi, salah satunya dalam mata pelajaran biologi. Nusantara dapat mendukung proses pembelajaran
Guru tidak pernah melakukan proses pembelajaran biologi menggunakan model EJAS yaitu dengan
dengan mengajak siswa di lingkungan sekitar. memanfaatkan alam sekitar. Halaman sekolah dengan
Salah satu dampak dari kondisi yang luas ±3504 m2 dapat mendukung dilaksanakannya
ditemukan peneliti adalah siswa kelas X sebagian besar pembelajaran biologi di luar kelas.Untuk itu guru perlu
mengulang ujian mata pelajaran Biologi (remedial). mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan alam sekitar
Rata-rata hasil Ujian Tengah Sekolah (UTS) mata dalam pembelajaran biologi.
pelajaran biologi yang dicapai siswa masih dibawah Peneliti merasa model Experiential Jelajah
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Adapun Alam Sekitar (EJAS) dapat membantu proses
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Biologi pembelajaran biologi. Sehingga proses pembelajaran
pada kelas X tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh dapat dilaksanakan di luar ruangan seperti taman
sebagian besar siswa belum memenuhi KKM (kriteria sekolah, perkarangan sekolah, maupun lingkungan
ketuntasan minimum). tempat tinggal siswa. Agar siswa tidak merasa bosan
Adapun jumlah siswa kelas X sebanyak 17 dan jenuh dengan suasana kelas yang monoton dan
orang, terdiri dari 9 orang siswa perempuan dan 8 siswa siswa dapat lebih aktif ketika proses pembelajaran
laki-laki. Hasil belajar menunjukkan 7 siswa dengan berlangsung.
perolehan nilai ≥75 dengan persentase 41% dinyatakan Model Experiential Jelajah Alam Sekitar
tuntas dalam belajar dan 10 siswa dengan persentase (EJAS) diharapkan dapat memberikan suasana belajar
59% siswa yang memperoleh nilai ≤75 dinyatakan yang nyaman dan lebih nyata.Sehingga pemahaman
belum tuntas dalam belajar. Sehingga nilai siswa kelas konsep biologi yang ingin ditanamkan guru kepada
X pada mata pelajaran biologi belum memenuhi KKM siswa juga lebih efektif. Berdasarkan uraian di atas,
(kriteria ketuntasan minimum). maka diperlukan kreativitas guru dalam menggunakan
Hasil belajar siswa yang memperoleh nilai di model pembelajaran dan model pembelajaran yang
bawah KKM dengan jumlah 10 siswa belum memenuhi dipilih guru harus dirasakan tepat pada pelajaran
KKM (kriteria ketuntasan minimum).Maka siswa wajib biologi.
mengulang materi tersebut hingga nilai siswa memenuhi Maka penulis tertarik untuk melakukan
KKM (kriteria ketuntasan minimum). Berkaitan dengan penelitian di sekolah SMA Pelita Nusantara tentang
hal tersebut, peneliti berinisiatif untuk meningkatkan model Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS).
hasil belajar biologi pada siswa kelas X SMA Pelita Peneliti berharap model EJAS dapat membantu proses
Nusantara. pembelajaran biologi menjadi menarik dan hasil belajar
siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
Peneliti merasa proses pembelajaran biologi (KKM). Adapun judul penelitian “Penerapan Model
lebih sesuai, apabila materi yang diberikan kepada Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS) Pada Materi
siswa berkaitan dengan lingkungan dilakukan dengan Ekosistem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
mengajak siswa langsung ke alam. Salah satu model Kelas X Di SMA Pelita Nusantara.
pembelajaran yang berhubungan dengan alam ialah
model Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS). Model
tersebut sesuai dengan materi pelajaran biologi yang
memberikan contoh nyata ketika pembelajaran
berlangsung.
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
Ketuntasan Minimal (KKM) maka penelitian selesai atas menunjukkan persentase tingkat penguasaan siswa
pada siklus I, dan jika hasil belajar siswa belum sebesar 33% dengan predikat kurang sekali. Hasil
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada belajar siswa pada siklus I belum dapat memenuhi
siklus I, maka peneliti harus mengulang dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dilanjutkan
memperbaiki siklus. Sehingga proses pembelajaran hingga siklus II.Hal ini dapat dilihat pada lampiran 5, 10,
pada siklus berikutnya akan berhasil sesuai dengan 15 dan tabel 4 menunjukkan persentase hasil belajar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. aspek kognitif pada siklus I.
Selanjutnya peneliti melanjutkan siklus II,
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil belajar aspek kognitif pada Siklus II menunjukkan
Hasil Penelitian : siswa kelas X telah berhasil memenuhi Kriteria
Penerapan model Experiential Jelajah Alam Ketuntasan Minimal (KKM), hal ini dapat dilihat pada
Sekitar (EJAS) dalam pembelajaran Biologi lampiran 20 dan 25. Hasil belajar tersebut menunjukkan
menunjukkan dapat meningkatkan hasil belajar persentase tingkat penguasaan siswa sebesar 62%
siswa.Hasil belajar yang peneliti lakukan meliputi tiga dengan predikat sedang.Pada tabel 4 menunjukkan
aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. persentase peningkatan hasil belajar aspek kognitif
Perolehan nilai hasil belajar peneliti peroleh melalui siklus I dan siklus II.
pemberian tes akhir, adapun peneliti melakukan lima Penjelasan di atas memaparkan bahwa terjadi
kali pemberian tes pada setiap pertemuan. peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dari
Dari masing-masing aspek hasil belajar siklus I ke siklus II.Persentase pada siklus I
tersebut, peneliti ingin meningkatkan hasil belajar siswa menunjukkan angka 33% sedangkan pada siklus ke II
dengan pemberian tes untuk mengetahui aspek kognitif meningkat menjadi 62%.Selanjutnya persentase hasil
dan Lembar Kegiatan Siswa untuk mengetahui aspek belajar aspek kognitif siswa pada siklus I dan siklus II
afektif dan psikomotorik siswa. Dalam proses dapat digambarkan sebagai berikut.
pembelajaran peneliti melakukan pemberian tes dan Dapat dilihat dari hasil belajar aspek kognitif
Lembar Kegiatan Siswa, peneliti juga menerapkan siswa pada materi ekosistem, bahwa dapat dikatakan
model pembelajaran Experiential Jelajah Alam Sekitar meningkat.Persentase pada siklus II menunjukkan
(EJAS). Peneliti meyakini model EJAS dapat tingkat penguasaan yang lebih baik jika dibandingkan
memberikan pemahaman baru bagi siswa dalam belajar pada siklus II.Persentase pada siklus I menunjukkan
Biologi, sehingga nantinya akan berdampak positif pada siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
hasil belajar siswa. (KKM), sedangkan pada siklus II menunjukkan siswa
Meningkatnya hasil belajar Biologi siswa kelas telah dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
X disebabkan adanya kerja sama ketika melakukan (KKM).
tugas kelompok, keberanian siswa untuk bertanya dan 2. Hasil Belajar Aspek Afektif
melakukan presentasi. Dengan mengubah kembali Dari perolehan hasil belajar aspek afektif pada
kelompok awal pada siklus II membuat para siswa tidak siklus I dan siklus II didapatkan melalui Lembar
jenuh dan semakin terlihat kerjasama dalam Kegiatan Siswa.Diperoleh hasil afektif pada siklus I
kelompok.Berikut penjelasan hasil belajar yang peneliti sebesar 51% dengan kategori rendah. Dapat dikatakan
lakukan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. pada siklus I persentase hasil belajar aspek afektif siswa
1. Hasil Belajar Aspek Kognitif kelas X yang diperoleh masih kurang baik sehingga
Hasil belajar aspek kognitif pada Siklus I perlu ditingkatkan lagi.
menunjukkan siswa kelas X belum berhasil memenuhi Persentase hasil belajar aspek afektif
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), hasil belajar di meningkat menjadi 63% dengan kategori sedang.Aspek
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
afektif siswa meningkat dari siklus I dilanjutkan ke dapat meningkatkan hasil Belajar Biologi aspek
siklus II.Hasil belajar aspek afektif siswa pada siklus I kognitif, afektif dan psikomotorik. Model Experiential
dan II dapat dilihat pada lampiran 24, 25, 26, 27. Jelajah Alam Sekitar (EJAS) memanfaatkan lingkungan
3. Hasil Belajar Aspek Psikomotorik sebagai sarana belajar dan sumber belajar. Berikut akan
Aspek psikomotorik pada siklus I diperoleh dijelaskan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa ada
peneliti melalui Lembar Kegiatan Siswa, dapat dilihat peningkatan antara siklus I dan siklus II.
pada lampiran 28, 29 dan 30.Adapun diperoleh hasil a. Siklus I
psikomotorik pada siklus I sebesar 43% dengan kategori 1) Perencanaan
rendah.Sehingga hasil belajar aspek psikomotorik pada Peneliti menemukan proses pembelajaran
siklus I perlu ditingkatkan lagi. Biologi pada siswa kelas X SMA Pelita Nusantara
Hasil belajar aspek psikomotorik pada Siklus II dengan jumlah siswa 17 orang dengan suasana guru
menunjukkan bahwa siswa kelas X memperoleh lebih aktif daripada siswa dan tidak semua siswa dapat
kategori sedang dengan nilai persentase sebesar 61% menangkap materi pelajaran Biologi. Pada tahap
dengan kategori sedang. Sedangkan pada siklus I hasil perencanaan peneliti berdiskusi dengan guru mata
belajar aspek psikomotorik menunjukkan nilai pelajaran Biologi untuk mempersiapkan penelitian.
persentase 43% dengan kategori rendah. Hasil belajar Selanjutnya peneliti menyiapkan perangkat
aspek psikomotorik siswa kelas X diperoleh melalui pembelajaran seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang diisi oleh siswa Pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan model
yang berjumlah 17 orang, aspek psikomotorik yang Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS).
didapatkan pada siklus II diperoleh melalui Lembar Jadwal siklus I untuk pertemuan pertama
Kegiatan siswa, dapat dilihat pada lampiran 31. sampai pertemuan ketiga dilaksanakan pada 17 Juli
4. Instrumen Penelitian 2017 hingga 19 Juli 2017.Pelaksanaan tersebut sudah
Peneliti melakukan pengukuran pada siswa disesuaikan bersama dengan Kepala Sekolah Pelita
kelas X SMA Pelita Nusantara dengan menggunakan Nusantara beserta guru mata pelajaran Biologi.
instumen penelitian berupa instrument pembelajaran Pertemuan akan dilakukan pada mata pelajaran biologi
seperti RPP, Silabus, LKS (perangkat pembelajaran). dan akan mengisi waktu mata pelajaran yang kosong,
Selain itu peneliti juga mengumpulkan data berupa tes, masing-masing pertemuan akan dilakukan selama 2x45
Menurut Purwanto (2008:63) tes ialah alat ukur untuk menit dengan membahas materi ekosistem.
mengumpukan data dan dimana peserta didorong Adapun kegiatan pada pertemuan pertama akan
untung menunjukkan penampilan maksimalnya.Tes membahas KD 4.1 mengenai “mendiskripsikan
yang digunakan ialah tes objektif, dengan jumlah soal pengertian ekosistem dan mengidentifikasi komponen-
20 setiap pemberian tes. komponen dalam ekosistem” dengan menerapkan model
Pada siklus I dengan pertemuan I, II dan III Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS). Guru akan
masing-masing akan terdapat pemberian tes, sedangkan membahas mengenai pengertian ekosistem secara
pada siklus II akan mendapat pemberian tes pada umum selanjutnya guru membentuk siswa menjadi 4
pertemuan I dan II. Pada pemberian tes peneliti kelompok secara heterogen, baik dalam kemampuan
memberikan tes objektif dalam bentuk pilihan akademik maupun jenis kelamin. Jumlah siswa dalam
ganda.Sebelum digunakan soal dalam bentuk tes satu kelompok berjumlah 4 orang, kecuali satu
tersebut telah divalidasi oleh para ahli dan telah diuji kelompok lain berjumlah 5 orang.
coba kepada siswa. Setelah para siswa telah duduk perkelompok
Penerapan model Experiential Jelajah Alam guru membagikan LKS dan mengajak siswa turun ke
Sekitar (EJAS) dalam pembelajaran Biologi khususnya, lapangan untuk melakukan proses pembelajaran di
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
lingkungan selama 45 menit. Guru bersama siswa materi tersebut.Selanjutnya siswa mendengar penjelasan
membahas mengenai apa yang mereka jumpai di guru mengenai materi bersangkutan. Guru membagikan
lapangan, selanjutnya siswa bersama kelompoknya LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara
berdiskusi mengenai hasil pengamatannya. Guru perkelompok, setelah mengerjakan LKS siswa diberikan
mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman materi soal untuk mengerjakan.
pada hari ini, selanjutnya siswa akan diajak guru 2) Pelaksanaan
kembali ke kelas dan mengarahkan siswa mengerjakan Tahap Pelaksanaan siklus I pada mata
soal. pelajaran Biologi dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu
Pada kegiatan penutup guru meminta beberapa dimulai dari hari Senin tanggal 17 Juli 2017 hingga hari
siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah Rabu tanggal 19 Juli 2017. Guru Biologi juga akan
dibahas secara lisan, lalu guru mengarahkan siswa membantu peneliti ketika berada di dalam kelas.
untuk membaca materi selanjutnya. Suasana saat proses Pertemuan pertama hingga ketiga dapat dilaksanakan
pembelajaran terlihat 11 orang siswa ribut saat di sesuai dengan yang diharapkan, dikarenakan proses
lapangan dan hanya 6 orang siswa yang serius pembelajaran belum aktif sehingga peneliti dapat
mengerjakan. Saat mengerjakan soal juga terlihat menggunakan jam pelajaran yang tidak digunakan.
beberapa siswa juga lelah dikarenakan mereka telah Tahap pelaksanaan pada siklus I, guru mata
turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan. pelajaran Biologi memberikan waktu 2x45 menit
Kegiatan pada pertemuan kedua akan kepada peneliti dan materi yang disampaikan adalah KD
membahas KD 4.1 mengenai “menganalisis interaksi 4.1 mengenai mendiskripsikan pengertian ekosistem
antara komponen biotik dan abiotik, dan menganalisis dan mengidentifikasi komponen-komponen dalam
interaksi antar komponen biotik”. Guru akan ekosistem. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
mengarahkan siswa untuk duduk perkelompok dan Senin tanggal 17 Juli 2017 dengan jumlah siswa 17
mengajak siswa untuk membahas hasil diskusi pada orang dan peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran
pertemuan I. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk Biologi dalam menerapkan model pembelajaran
melakukan pengamatan di lingkungan sekolah selama Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS). Peneliti
45 menit perkelompok, setelah selesai melakukan dibantu guru membentuk siswa dalam 4 kelompok
pengamatan siswa akan diajak kembali ke kelas secara heterogen dan mengajak siswa turun ke lapangan
dansiswa akan menjelaskan materi yang akan secara tertib.
dipresentasikan di depan kelas tentang hasil Selama proses pembelajaran pada pertemuan
pengamatan. pertama siswa terlihat tidak aktif dan terlihat hanya guru
Setelah guru memberi kesempatan kepada saja yang sering menjelaskan. Siswa dibimbing untuk
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kepada mengisi LKS dan diajak berdiskusi, terlihat hanya 5
kelompok lain, selanjutnya guru mengarahkan siswa orang siswa saja yang aktif pada saat diskusi.Pada
untuk mengerjakan soal. Guru mengulang kembali pertemuan akhir siswa diarahkan mengisi tes, terlihat 12
materi yang telah dipelajari, dan memberi kesempatan orang siswa ribut dalam mengerjakan tes yang
bagi peserta didik untuk bertanya dan membuat diberikan.
rangkuman. Pada kegiatan penutup guru meminta Pada pertemuan kedua dilaksanakan selama
peserta didik untuk membaca materi pelajaran 2x45 menit, pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2017
selanjutnya. dengan jumlah siswa 17 orang, adapun pada pertemuan
Pada pertemuan ketiga membahas KD 4.1 kedua guru yang bersangkutan bertindak sebagai
mengenai “menyusun jaring-jaring makanan dan pengamat ketika proses pembelajaran. Materi yang
piramida makanan”, guru menerangkan garis besar disampaikan pada pertemuan kedua adalah menganalisis
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
interaksi antara komponen biotik dan abiotik, dan tidak mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan
menganalisis interaksi antar komponen biotik. Pada dan terlihat siswa ribut pada proses pembelajaran.
pertemuan kedua peneliti membimbing siswa untuk Kegiatan diskusi kelompok pada siklus I
melakukan presentasi tentang kegiatan diskusi berjalan tidak efektif, sebagian besar siswa belum aktif
sebelumnya, peneliti melihat para siswa masih terlihat saat melakukan diskusi.Siswa lebih sering bekerja
pasif dalam berdiskusi dan dalam hal bertanya ketika secara individual dan tidak terlihat saling bertukar
presentasi di depan kelas dimulai. pendapat dalam menyelesaikan tugas.Hasil belajar pada
Peneliti bersama siswa melakukan diskusi dan siklus I belum meningkat, disebabkan siswa lelah saat
membimbing dalam mengisi LKS, kemudian siswa mengerjakan soal setelah melakukan kegiatan
membuat tabel mengenai pengamatan komponen biotik pengamatan.
dan abiotik. Peneliti selama pengamatan berlangsung 4) Refleksi
juga bertindak sebagai guru sehingga peneliti juga Hasil dari siklus I peneliti merasa hasil belajar
melaksanakan proses penilaian. Pada saat melakukan siswa masih rendah, dikarenakan siswa kurang aktif
pengamatan terlihat hanya 7 orang siswa yang dalam proses pembelajaran sehingga tidak memahami
melakukan diskusi bersama kelompok. tes akhir dan LKS yang diberikan. Peneliti melihat
Kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga siswa merasa bingung dan lelah ketika peneliti
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Juli 2017, memberikan tes akhir, tes akhir diberikan setelah
materi pelajaran yang disampaikan yaitu mengenai peneliti mengajak siswa melakukan pengamatan.
menyusun jaring-jaring makanan dan piramida Sehingga peneliti akan melakukan perbaikan pada RPP
makanan.Para siswa membuat rantai makanan, dengan kegiatan pada pertemuan I, dan II para siswa
kemudian dikelompokkan komponen biotiknya ke melakukan tes dan pada pertemuan III siswa akan diajak
dalam tingkat trofik.Setelah itu para siswa membuat melakukan pengamatan.
bagan piramida berdasarkan tingkat trofik komponen Rendahnya hasil belajar siswa pada aspek
biotik, peneliti merasa pada pertemuan ketiga para kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan hal yang
siswa masih ragu untuk bertanya dan tidak antusias harus dipecahkan oleh peneliti.Hasil belajar siswa siklus
dalam mengerjakan LKS. I menunjukkan persentase masih rendah dan beberapa
3) Pengamatan siswa belum dapat memahami materi pelajaran. Hasil
Pada tahap pengamatan, setelah melalui tiga yang diperoleh sebagian siswa kelas X pada siklus I
kali pertemuan dengan melakukan tiga kali pemberian pertemuan I hingga III menunjukkan hasil belajar siswa
tes dan tiga kali melakukan pengamatan bahwa hasil belum meningkat melalui Penelitian Tindakan Kelas
belajar biologi siswa kelas X SMA Pelita Nusantara (PTK) dengan menerapkan model Experiential Jelajah
dikatakan belum meningkat. Kemampuan siswa belum Alam Sekitar (EJAS).
dapat terlihat saat bekerja sama dalam mengerjakan Hanya 5 orang siswa yang berhasil memenuhi
LKS dan presentasi, sehingga masih terlihat siswa yang standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peneliti
berdiam diri saat mengikuti pelajaran dan terlihat hanya merasa penelitian belum tercapai dan peneliti akan
guru yang aktif. Pada siklus I, peneliti melihat antusias berencana untuk melanjutkan penelitian pada siklus II.
siswa saat proses pembelajaran sangat kurang. Sehingga siklus II saat penelitian tindakan direncanakan
Suasana proses pembelajaran terlihat siswa harus berdasarkan refleksi dari siklus I, sehingga
tidak terlihat aktif saat berdiskusi maupun presentasi. nantinya akan ada keterkaitan antara siklus I dan siklus
Saat mengerjakan tugas perkelompok siswa terlihat II.
kurang bertanggungjawab. Pada saat guru menerangkan
terlihat siswa kurang memperhatikan, siswa juga terlihat
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Pelita pertemuan I seperti menjawab pertanyaan dari guru dan
Nusantara, dengan merubah cara belajar dan mengubah bertanya kepada guru.Terlihat beberapa siswa sudah
kembali bentuk kelompoknya. berani bertanya kepada guru ketika tidak mengerti.
Pada pertemuan kedua dilaksanakan selama Pada pertemuan II siswa sudah terlihat aktif
dua jam, pada hari Senin tanggal 24 Juli 2017 dengan dalam bekerja secara individual, siswa juga sudah dapat
jumlah siswa 17 orang, adapun pada pertemuan kedua dengan mudah memahami informasi yang didapat dari
guru yang bersangkutan bertindak sebagai pengamat guru. Pada pertemuan III terlihat kerja sama dalam
ketika proses pembelajaran. Materi yang disampaikan diskusi kelompok dan saling tukar pendapat pada siswa.
pada pertemuan kedua adalah KD 4.1 mengenai daur Kondisi proses pembelajaran dapat dikatakan efektif
air, pada pertemuan kedua peneliti membimbing siswa saat bekerja sama dalam mengerjakan LKS dan untuk
untuk mengetahui apakah para siswa membaca materi mengajukan pertanyaan saat presentasi, sehingga
daur air sebelumya.Pada pertemuan kedua terlihat siswa peneliti melihat rata-rata siswa aktif saat mengikuti
sudah mulai memahami dan tidak bingung dalam pelajaran.
mengerjakan tugas akhir dan sudah terlihat beberapa 4) Refleksi
siswa yang aktif bertanya. Peneliti merasa hasil belajar siswa sudah dapat
Peneliti bersama siswa membahas bersama memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
mengenai daur air dan membimbing siswa untuk siklus II, peneliti melihat siswa aktif bertanya saat
mengerjakan tugas akhir.peneliti juga melaksanakan proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa
proses penilaian saat proses pembelajaran berlangsung. memahami tes akhir dan LKS yang diberikan. Hasil
Pada pertemuan terakhir siswa diberikan tugas untuk yang diperoleh sebagian siswa kelas X pada siklus I
dibawa pada pertemuan berikutnya membawa mangkuk hasil belajar siswa belum meningkat melalui Penelitian
besar, mangkuk kecil, karton, alat tulis dan plastik Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model
bening. Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS). Hanya
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga sebagian kecil siswa yang berhasil memenuhi standar
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Juli 2017, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga peneliti
peneliti dan para siswa akan melakukan pengamatan merasa penelitian belum tercapai dan akan dilanjutkan
pada daur air dan akan mengerjakan LKS untuk materi pada siklus II.
daur karbon dan daur air. Para siswa dibentuk Pada siklus II menunjukkan hasil belajar siswa
berdasarkan kelompok yang telah ditentukan peneliti, kelas X meningkat dari siklus I, siswa sudah mulai
lalu dua kelompok mengerjakan LKS daur karbon dan menunjukkan rasa keberanian baik dalam bertanya
dua kelompok lagi mengerjakan LKS daur air. Setelah maupun presentasi. Hasil belajar siswa pada siklus II
itu para siswa akan melakukan presentasi sesuai materi menunjukkan hasil belajar meningkat dibandingkan
yang telah diberikan. Peneliti merasa pada pertemuan siklus I, sebelumnya hasil belajar siswa rendah
ketiga para siswa sudak aktif ketika bertanya, dikarenakan guru kurang kreatif dalam menerapkan
melakukan presentasi dan antusias dalam mengerjakan model pembelajaran sehingga berpengaruh pada
LKS. pemahaman siswa dalam memahami suatu materi.
3) Pengamatan Peneliti merasa yakin hasil belajar siswa dapat
Melalui tiga kali pertemuan dengan melakukan meningkat setelah peneliti melakukan Penelitian
dua kali pemberian tes dan satu kali melakukan Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model
pengamatan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas X Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS).
SMA Pelita Nusantara dikatakan sudah Para siswa juga telah terbiasa melakukan
meningkat.Kemampuan siswa sudah terlihat pada diskusi dan bekerjasama dalam mengerjakan tugas,
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
sehingga tidak terlihat lagi suasana kelas yang siswanya lingkungan alam sekitar siswa, sehingga permasalahan
tidak aktif. Siswa juga telah aktif dalam mengikuti dalam rancangan kegiatan eksplorasi oleh siswa
proses pembelajaran, dan siswa juga sudah mulai ditemukan dari hasil observasi terhadap lingkungan
terlatih mengisi LKS. Peneliti merasa penelitian tersebut alam sekitar.
telah selesai dan telah melalui II siklus, adapun hasil Fase pada model EJAS dalam proses
belajar biologi dengan ranah kognitif, afektif dan pembelajaran biologi memberi kesempatan kepada
psikomotorik dapat dikatakan telah meningkat pada siswa untuk mengembangkan ide dan pengalaman
siklus II. siswa. Saat siswa melalui kegiatan investigasi terhadap
PEMBAHASAN lingkungan alam sekitar atas permasalahan yang
Berdasarkan hasil belajar Biologi yang dihadapi dengan bantuan panca indera yang mereka
dilakukan peneliti sebanyak II siklus, hasil belajar miliki. Melalui interaksi langsung dengan objek belajar
Biologi mengalami peningkatan. Sehingga sesuai dengan kajian materi yang dipelajari akan lebih
pembelajaran dengan menerapkan model EJAS mampu mudah memahami suatu materi..
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa dibanding Kegiatan pembelajaran dengan penerapan
dengan pembelajaran yang tidak menerapkan model model Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS)
EJAS dalam proses pembelajaran tersebut. merupakan model yang mengajar mendekatkan siswa
Meningkatnya hasil belajar siswa disebabkan pada dengan alam sekitar. Pembelajaran dengan model
tahap kegiatan pembelajarannya ada aktivitas Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS), siswa akan
merancang kegiatan eksplorasi lapangan oleh siswa lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. Adapun
yang terdapat pada model EJAS. sintaks model EJAS harus dilaksanakan secara
Kegiatan pembelajaran berupa eksplorasi sistematis, siswa akan lebih mudah memahami materi
dengan sumber belajar ialah lingkungan sekitar, mampu karena pada model EJAS terdapat lima sintaks yaitu
melatih siswa untuk merancang kegiatan eksplorasi eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi dan evaluasi.
berdasarkan hasil permasalahan yang ada dilingkungan Pembelajaran dengan penerapan model
sekitar belajar mereka. Proses pembelajaran biologi Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS) dapat
dengan penerapan model EJAS dalam pembelajaran meningkatkan hasil belajar sehingga memenuhi Kriteria
secara umum telah mampu memberikan pengalaman Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini relevan dengan
kepada siswa terkait dengan kemampuan siswa untuk penelitiannya Sari (2013:168) bahwa keterlibatan siswa
menggali dan menemukan informasi, mengolah secara langsung dalam proses pembelajaran dapat
informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan meningkatkan aktivitas siswa. Sejalan dengan kelima
masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut bila fase model EJAS dapat meningkatkan hasil belajar
diintegrasikan dalam proses pembelajaran mampu kognitif, afektif dan psikomotorik.
meningkatkan hasil belajar Biologi. Proses pembelajaran yang diperoleh siswa
Dengan demikian proses pembelajaran biologi secara langsung dari lingkungan dapat memberikan
dengan model EJAS utamanya pada fase eksplorasi dampak positif bagi siswa. Pernyataan tersebut
membantu siswa menggali, membangun, dan melatih didukung dengan penelitian yang dilakukan Asikin
serta membiasakan siswa untuk berpikir kritis. Dalam (2016:7) diperlukan penerapan model pembelajaran
fase tersebut siswa harus mampu merancang kegiatan yang mengintegrasikan konsep yang dialamai peserta
eksplorasi untuk digunakan oleh dirinya sendiri dan didik di dunia nyata dengan penerapan metode ilmiah.
teman-teman kelompoknya dalam proses pembelajaran, Siswa memberikan respon yang positif saat proses
Alimah (2012:157). Kegiatan eksplorasi dalam model pembelaran.
EJAS didahului dengan kegiatan observasi terhadap
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
Siswa dikaitkan dengan lingkungan secara dapat membedakan komponen biotik dan abiotik,
langsung sehingga siswa akan lebih mudah memahami menyusun rantai, piramida, jaring-jaring makanan serta
materi. Menurut Uno (2015:147) pembelajaran dengan menganalisis daur karbon dan daur air secara langsung.
memanfaatkan lingkungan mampu menciptakan suasana A. Simpulan
belajar yang nyaman dan memungkinkan siswa tidak Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas
mengalami kejenuhan.Hal tersebut sesuai dengan hasil (PTK) yang telah dilakukan sebanyak II siklus dapat
belajar Biologi siswa yang mengalami peningkatan dan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model
dapat memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal pembelajaran Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS)
(KKM). dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas X
Meningkatnya hasil belajar pada aspek SMA Pelita Nusantara pada materi ekosistem.Setelah
kognitif, afektif dan psikomotorik dikarenakan siswa melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebanyak II
diberikan pengalaman langsung dan keterlibatannya siklus menunjukkan hasil belajar Biologi kelas X SMA
dalam lingkungan saat proses pembelajaran. Sintaks Pelita Nusantara meningkat.Adapun Penelitian
pada model EJAS menjadi pedoman bagi siswa untuk Tindakan Kelas dilakukan enam kali pertemuan dengan
mencapai hasil belajar. Kelima sintaks pada model masing-masing I siklus tiga kali pertemuan.
EJAS mendukung pemberian pengalaman langsung Model Experiential Jelajah Alam Sekitar
pada proses pembelajaran dan memudahkan siswa (EJAS) dapat digunakan merancang pembelajaran untuk
untuk memahami materi yang diajarkan. meningkatkan kemampuan siswa memahami suatu
Penyusunan rancangan kegiatan pembelajaran materi.Model pembelajaran Experiential Jelajah Alam
dilakukan untuk dilakukan agar siswa nantinya akan Sekitar (EJAS) dapat digunakan guru saat proses
lebih mudah memahami suatu materi. Saat guru pembelajaran Biologi baik secara indoor maupun
menerangkan melalui proses pembelajaran dengan outdoor.Penerapan model EJAS yang dilakukan secara
model EJAS tersebut siswa mempunyai kemampuan indoor maupun outdoor akan mampu meningkatkan
untuk berkomunikasi dan aktif saat proses hasil belajar siswa Biologi.
pembelajaran. Dengan melibatkan siswa secara B. Implikasi
langsung maka hasil belajar siswa yang diperoleh akan Penelitian yang telah dilakukan di atas adalah
lebih meningkat. masalah yang harus dihadapi peneliti dan dipecahkan,
Serangkaian kegiatan pembelajaran ekosistem berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan implikasi
yang telah dilakukan tidak terlepas dari kompetensi inti dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Pelita
dan kompetensi dasar yang menjadi acuan.Siswa Nusantara ialah hasil belajar siswa mempunyai
memperoleh pengetahuan konseptual melalui kegiatan hubungan dengan model pembelajaran yang diterapkan
yang dialami siswa secara langsung.Tugas dan LKS oleh guru ketika proses pembelajaran. Dalam proses
yang diberikan kepada siswa dapat mendorong pembelajaran diperlukan perhatian dari guru ke siswa
kemampuan siswa. yang lebih agar berpengaruh kepada hasil belajar siswa.
Pengetahuan faktual siswa diperoleh ketika Contohnya melalui pemilihan model belajar dapat
siswa mengamati langsung saat siswa berada di berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
lapangan.Kegiatan mengamati menjadikan siswa lebih Oleh karena itu, seorang guru harus lebih
memahami materi karena objek yang dipelajari bersifat kreatif dalam menggunakan model pembelajaran ketika
nyata, poster hasil karya siswa mempermudah melakukan proses pembelajaran. Siswa juga akan lebih
pemahaman siswa dalam membandingan daur karbon mudah memahami suatu materi jika proses
dan daur air.Dampak dari kegiatan pembelajaran pada pembelajaran tidak terlalu monoton, sehingga terlihat
materi ekosistem dengan model EJAS menjadikan siswa siswa akan menjadi aktif. Siswa akan merasa lebih
Anggie Purwandani (2017)
©Program Studi pendidikan Biologi
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji
mudah memahami materi jika siswa dikaitkan langsung Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan
dengan materi yang diajarkan. Hasil Belajar Siswa, Jurnal, Vol 1, No 1, 7-10.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang Aulia Zulfatu Nisa dkk. 2016.Pengaruh Penerapan
telah dijelaskan di atas terdapat beberapa saran yaitu. Desain Pembelajaran AnimaliaDengan Model
1. Bagi para pengajar memperhatikan proses kegiatan Experiential Jelajah Alam Sekitar Di SMA,
belajar, sebab hal tersebut dapat mempengaruhi Jurnal, Universitas Negeri Semarang,
hasil belajar siswa. Semarang.
2. Bagi siswa diharapkan dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat memperoleh nilai yang terbaik. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas, PT.
3. Bagi peneliti lain, dapat meningkatkan proses Remaja Rosdakarya, Bandung.
pembelajaran yang terjadi di sekolah dengan
menerapkan model pembelajaran yang bervariasi di Purwanto,Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip Dan Teknik
dalam kelas dan peneliti lain diharapkan dapat Evaluasi Pengajaran, PT. Remaja Rosdakarya,
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bandung.
dengan melakukan pembaruan penelitian yang
berpengaruh pada siswa dan sekolah. Saefudin, Aziz. 2012. Meningkatkan Profesionalisme
Guru Dengan PTK, PT Citra Aji Parama,
Yogyakarta.
Abstrak
This research aims to determine the effect of applied animalia learning design with the
model of experiential jelajah alam sekitar* on learning outcomes and activities of students
class X MIPA in senior high school 1 Ungaran. This research is quasi experimental design
and it using posttest only control group design. Sample of this research were class X MIPA
6 (experimental class) and X MIPA 7 (control class), taken by cluster random sampling.
Independent variabel in this research is learning design with EJAS model on the topic of
animalia, while depends variabel is learning outcomes and students activities. The result
of t-test showed that mean posttest value of experimental class is higher than control class,
with clasical completeness 92% (KKM ≥ 75). Based on the result the experimental class
students activities analysis showed that highest activity is motor activities (92,35%), wri-
ting activities (92,12%), cooperation activities (91,90%), analysis avtivities (82,40%), and
oral avtivities (80,20%) . In general, teacher and students gave a positive response to applied
learning. Conclusion from this research is applied animalia learning design with EJAS
model positive effect on learning outcomes and students activities.
klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke da- bangkan oleh dosen Jurusan Biologi Universitas
lam filum berdasarkan pengamatan anatomi dan Negeri Semarang. Pendekatan JAS adalah salah
morfologi serta mengaitkan peranannya dalam satu inovasi pendekatan pembelajaran biologi
kehidupan. Pembelajaran pada materi ini siswa yang bercirikan memanfaatkan lingkungan se-
diminta untuk mengamati berbagai macam he- kitar dan simulasinya sebagai sumber belajar
wan yang ada di lingkungan sekitarnya. Pembe- melalui kerja ilmiah, serta diikuti pelaksanaan
lajaran yang mengajak siswa ke lingkungan seki- belajar yang berpusat pada siswa (Mulyani et
tar akan mempermudah siswa dalam mengamati al.,2008). Pembelajaran JAS menekankan pada
langsung ciri-ciri karakteristik masing-masing kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan si-
hewan sehingga siswa lebih mudah menggolong- tuasi dunia nyata sehingga dapat membuka wa-
kan hewan tersebut ke dalam filumnya. wasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa
Hasil observasi dan wawancara dengan dan memungkinkan siswa dapat mempelajari
guru Biologi di SMA Negeri 1 Ungaran menun- berbagai konsep dan cara mengaitkannya den-
jukkan bahwa metode pembelajaran yang di- gan dunia nyata sehingga hasil belajarnya lebih
terapkan pada materi animalia adalah metode berdaya guna. Pendekatan JAS memiliki 6 kom-
ceramah, pengamatan, diskusi, dan presentasi. ponen yaitu eksplorasi, konstruktivisme, proses
Kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa cen- sains, masyarakat belajar (learning community),
derung mengamati gambar hewan daripada ob- bioedutainment, dan asesmen autentik.
jek nyata. Hasil observasi tersebut didukung oleh Komponen yang ada di dalam pendekatan
peneliti lain yang menyebutkan bahwa kegiatan JAS hendaknya dilaksanakan secara terpadu da-
belajar pada materi animalia lebih didominasi lam pembelajaran. Salah satu contoh penelitian
dengan metode ceramah, diskusi informasi ber- menunjukkan adanya beberapa komponen JAS
bantuan power point, dan pemberian tugas (Sho- kurang maksimal tercermin. Hasil penelitian
lihah (2010), Sistriyati (2012), Arafah (2012), Fitriyati (2011) tentang pengembangan bahan
dan Lestari (2013)). Guru Biologi di sekolah da- ajar berbentuk komik berpendekatan JAS, pada
lam menggunakan alam sekitar sebagai sumber penilaian aspek JAS terhadap bahan ajar tersebut
belajar frekuensinya masih relatif rendah (Ali- tiga komponen dalam pendekatan JAS kurang
mah &Marianti, 2015:15). maksimal tercermin, komponen tersebut antara
Pembelajaran biologi akan lebih baik jika lain: konstruktivisme, proses sains, dan ases-
siswa dapat berinteraksi langsung dengan ob- men autentik. Oleh karena itu, diperlukan desain
jek nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa. pembelajaran yang dapat mencerminkan secara
Menurut Alimah & Marianti (2015:50), biologi maksimal seluruh komponen JAS dalam pembe-
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan den- lajarannya.
gan objek kajian belajarnya berupa alam dan Model pembelajaran Experien-
lingkungan sekitar sehingga proses pembelaja- tial Jelajah Alam Sekitar adalah model pembe-
ran biologi harus langsung berinteraksi dengan lajaran yang dibangun atas dasar format pen-
alam. Mengkaitkan biologi dengan alam dan ling- dekatan JAS. Model pembelajaran EJAS yang
kungan sekitar diharapkan dapat mengembang- dikembangkan oleh Alimah merupakan salah
kan beragam potensi siswa. satu model pembelajaran yang memberikan pen-
Pengajaran yang mengaitkan biologi den- galaman langsung pada proses belajar siswa me-
gan lingkungan adalah pengajaran alam sekitar. lalui proses investigasi dengan cara eksplorasi
Karakteristik pengajaran alam sekitar adalah dan berinteraksi langsung dengan objek belajar
dengan melibatkan langsung dengan alam, siswa yang berada di lingkungan sekitar siswa sebagai
aktif dalam pembelajaran, selain itu juga mem- sumber belajar utama siswa dengan proses pem-
beri kepada siswa bahan apersepsi intelektual belajaran baik secara indoor maupun outdoor
dan apersepsi emosional. Jadi, alam sekitar da- untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan,
pat dijadikan sebagai bahan ajar melalui kajian dan sikap sebagai hasil belajarnya. Keenam kom-
empirik seperti percobaan, studi banding atau ponen JAS terintegrasi dalam 5 fase EJAS yaitu
pengamatan, dan sebagainya. Melalui pemanfaa- eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan
tan alam sekitar sebagai sumber belajar, siswa evaluasi.
akan lebih menghargai, mencintai, dan melesta- Berdasarkan latar belakang tersebut maka
rikan lingkungan di sekitarnya (Tirtarahardja & dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Sulo, 2005:201-202). Penerapan Desain Pembelajaran Animalia den-
Pendekatan pembelajaran yang men- gan Model Experiential Jelajah Alam Sekitar di
dukung pengajaran alam sekitar adalah Pen- SMA”. Penelitian ini diharapkan dapat berpen-
dekatan Jelajah Alam Sekitar yang telah dikem- garuh terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa
UNNES J O U R N A LS
22 Aulia Zulfatu Nisa, dkk , Pengaruh Penerapan Desain Pembelajaran Animalia
kelas X MIPA SMA Negeri 1 Ungaran. berdistribusi normal). Setelah kedua sampel
diketahui berdistribusi normal, maka untuk uji
METODE selanjutnya menggunakan statistik parametrik.
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ungaran Hasil analisis uji t nilai posttets siswa disajikan
yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 42 Ungaran,
pada Tabel 1.
Kabupaten Semarang pada bulan April sampai
Mei 2016. Penelitian ini merupakan jenis pene-
Tabel 1. Hasil uji t nilai posttest siswa kelas
litian quasi experimental design yang dirancang
eksperimen dan kelas kontrol pembelajaran ani-
dengan desain posttest only control group design.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sis- malia di SMA Negeri 1 Ungaran
wa kelas X MIPA SMA Negeri 1 Ungaran tahun S12 S22 S n1 n2 thitung ttabel
ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 7 kelas. Sam-
89,56 77,63 110,27 90,75 10,03 36 35 5.008 1,667
pel yang digunakan adalah siswa kelas X MIPA 6
sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 7 se- Hasil analisis menunjukkan bahwa ni-
bagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik lai thitung yaitu 5,008 lebih besar dari ttabel (5%)
cluster random sampling. Variabel bebas dalam 1,667, sehingga berada di daerah penolakan H 0
penelitian ini adalah desain pembelajaran den- yang berarti rata-rata nilai posttest kelas ekspe-
gan model EJAS pada materi animalia, sedangkan
rimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
variabel terikatnya adalah hasil belajar dan akti-
Dengan demikian desain pembelajaran animalia
vitas siswa.
Data yang diperoleh berupa hasil belajar yang diterapkan berpengaruh positif terhadap
nilai posttest siswa. Hal tersebut karena dalam
kognitif, hasil belajar psikomotorik, hasil belajar
afektif, aktivitas siswa, tanggapan siswa terha- pembelajaran animalia dengan model EJAS sum-
dap pembelajaran, dan tanggapan guru terhadap ber belajar yang digunakan berupa objek nyata
pembelajaran yang diterapkan. Data hasil belajar yaitu berbagai macam hewan yang dekat dengan
kognitif diperoleh dari nilai posttest, hasil bela- kehidupan siswa. Siswa diajak mengamati secara
jar psikomotorik diperoleh dari nilai tugas, hasil langsung hewan yang berasal dari lingkungan se-
belajar afektif dan aktivitas siswa diperoleh dari kitar sehingga memudahkan siswa dalam mema-
lembar observasi, data tanggapan siswa terha-
hami materi. Pernyataan tersebut mendukung
dap pembelajaran diperoleh melalui angket tang-
gapan siswa, dan data tanggapan guru diperoleh hasil penelitian Alimah & Susilo (2013) yang
melalui wawancara dengan guru mengenai pem- mengungkapkan bahwa desain pembelajaran
belajaran yang diterapkan. dengan model EJAS yang diterapkan menjadikan
siswa lebih paham karena siswa tidak hanya be-
HASIL DAN PEMBAHASAN lajar dengan menggunakan sumber belajar teks
Hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai posttest book, melainkan juga mengamati objek yang di-
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
pelajari dari lingkungan.
dilakukan di akhir pembelajaran. Data nilai Penerapan desain pembelajaran anima-
posttest siswa diuji statistik yaitu uji t untuk
lia dengan model EJAS pada kelas eksperimen
mengetahui nilai posttest siswa kelas eksperimen
menunjukkan hasil belajar yang optimal yaitu
dengan pembelajaran model EJAS lebih tinggi di-
ketuntasan klasikal hasil belajar siswa mencapai
bandingkan kelas kontrol. Sebelum melakukan
uji t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas un- 92% siswa tuntas belajar. Hasil analisis ketunta-
tuk mengetahui data nilai posttest kedua sampel san klasikal hasil belajar siswa kelas eksperimen
berdistribusi normal atau tidak (syarat uji t data disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis ketuntasan klasikal hasil belajar siswa kelas eksperimen pembelajaran animalia
dengan model EJAS di SMA Negeri 1 Ungaran
Kelas Eksperimen
No. Subjek KKM
Jumlah Persentase
1. Jumlah siswa yang tuntas belajar 33 92%
2. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 3 8%
3. Ketuntasan klasikal 92% ≥75
4. Nilai tertinggi 100
5. Nilai terendah 56
UNNES J O U R N A LS
Lembaran Ilmu Kependidikan 45 (1) (2016): 20-27 23
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rena objek belajar yang digunakan belum pernah
ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada ke- digunakan sebelumnya dalam pembelajaran. In-
las eksperimen telah mencapai target yang dite- formasi yang diberi perhatian diproses lebih lan-
tapkan yaitu ≥ 85% siswa tuntas belajar. Dengan jut ke dalam memori jangka pendek (Styles da-
demikian desain pembelajaran animalia dengan lam Julianto & Etsem, 2011). Informasi yang ada
model EJAS yang diterapkan layak digunakan da- di dalam memori jangka pendek bila dilakukan
lam pembelajaran selanjutnya. Hasil belajar yang pengulangan (rehearsal) atau pengkodean (en-
optimal disebabkan karena desain pembelajaran coding) disimpan ke dalam memori jangka pan-
animalia dengan model EJAS mengajak siswa jang. Pemanfaatan objek nyata adalah salah satu
untuk aktif mengeksplor lingkungan sekitarnya bentuk pengulangan atau pengkodean informasi
untuk mencapa kecakapan kognitif, afektif, dan di dalam memori jangka pendek. Semakin lama
psikomotoriknya. Lingkungan sebagai dasar informasi berada di dalam memori jangka pen-
pengajaran adalah faktor kondisional yang mem- dek, semakin besar peluangnya untuk dialihkan
pengaruhi tingkah laku individu dan merupakan ke dalam memori jangka panjang (Rifa’i & Anni,
faktor belajar yang penting. Abdul (2013), men- 2012:111).
gungkapkan bahwa lingkungan sekitar sebagai Keberhasilan penerapan desain pembela-
sumber belajar mengarahkan siswa untuk me- jaran animalia dengan model EJAS dikarenakan
maksimalkan kemampuan belajar dan memberi- selama pembelajaran siswa diberi stimulus-
kan pengalaman langsung kepada siswa. stimulus. Stimulus yang diberikan kepada siswa
Pemanfaatan objek nyata sebagai sumber meliputi kegiatan mengamati video animalia,
belajar pada fase eksplorasi model EJAS meny- proyek membuat awetan hewan, mengamati ber-
ediakan kesempatan bagi siswa untuk berin- bagai awetan hewan hasil proyek siswa, mengko-
teraksi langsung dengan objek yang dipelajari munikasikan hasil pengamatan, membuat mind
menggunakan panca inderanya. Penggunaan ob- mapping klasifikasi hewan, membuat poster
jek nyata memberikan pengalaman logis karena perbandingan kompleksitas lapisan penyusun
melibatkan banyak alat indra. Siswa dapat me- tubuh hewan, dan exhibition (pameran karya).
nyentuh dan mengamati hewan secara langsung Proses pembelajaran pada dasarnya merupa-
sehingga memberikan pengalaman nyata (konk- kan pemberian stimulus-stimulus kepada siswa
ret). Sedangkan pemanfaatan media gambar he- agar terjadi respon yang positif pada dirinya
wan di kelas kontrol tidak dapat memberikan (Dianawati, 2013). Rangkaian stimulus yang di-
gambaran secara menyeluruh bagian morfologi berikan selama pembelajaran animalia dengan
hewan yang diamati. Media gambar merupakan model EJAS merangsang kemampuan berpikir
simbol visual yang hanya mengandalkan indra kritis siswa. Alimah (2012), mengungkapkan
penglihatan (abstrak). Menurut kerucut pengala- bahwa Model EJAS dapat digunakan untuk me-
man Edgar Dale, semakin konkret siswa mempe- ningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
lajari bahan pelajaran maka semakin banyaklah Stimulus-stimulus tersebut diberikan agar siswa
pengalaman yang didapatkan. Dale menggam- semakin memahami materi animalia.
barkan sebesar 90% materi lebih diingat siswa Pemanfaatan video animalia di awal pem-
jika menggunaan objek nyata dibandingkan jika belajaran adalah bentuk stimulus awal yang
menggunakan gambar hanya sebesar 30%. Se- diberikan agar siswa termotivasi dan tertarik
banyak 97,2% siswa menyatakan pembelajaran mengikuti pembelajaran karena video tersebut
animalia dengan model EJAS lebih membekas menampilkan berbagai macam hewan inver-
dan berkesan dalam ingatan. Guru juga menyata- tebrata dan vertebrata dari mulai habitat, cara
kan siswa lebih mengingat materi animalia kare- hidup, cara reproduksi hingga peranannya. Vi-
na mereka melihat objek hewan sesungguhnya. deo merupakan media audiovisual yang mem-
Menurut Siswati (2012), siswa yang mengamati punyai kemampuan menyampaikan informasi
objek nyata mengingat informasi lebih lama. lebih baik karena mengandung unsur suara dan
Pembelajaran animalia dengan menggu- unsur gambar. Kegiatan mengamati video ani-
nakan objek nyata lebih mudah diterima siswa. malia membuat suasana kelas lebih aktif kare-
Siswa mudah memahami dan mencerna informa- na tampilannya yang menarik dan memberikan
si yang disampaikan guru. Informasi yang diteri- gambaran hewan secara nyata. Menurut Yusriya
ma siswa melalui alat pengindraan sebagai hasil (2014), melalui media audiovisual siswa dapat
dari interaksi dengan objek nyata (hewan) ma- mengetahui contoh objek hidup dan kehidupan
suk ke dalam sistem penampungan pengindraan nyata yang ditampilkan dalam pembelajaran di
jangka pendek. Interaksi dengan hewan secara kelas sehingga siswa merasa seperti berada di
langsung menimbulkan perhatian bagi siswa ka- tempat yang sama dengan tayangan dalam video.
UNNES J O U R N A LS
24 Aulia Zulfatu Nisa, dkk , Pengaruh Penerapan Desain Pembelajaran Animalia
Pemberian tugas proyek membuat awetan bahwa saat pembelajaran dengan model EJAS,
hewan mendorong siswa untuk berpartisipasi siswa secara umum aktif mengikuti proses pem-
aktif dalam proses pembelajaran diantaranya ak- belajaran. Kegiatan mengamati hewan menum-
tif dalam kegiatan merancang proyek dan mem- buhkan sikap tanggung jawab siswa dalam me-
buat awetan hewan. Tugas proyek menjadikan laksanakan pengamatan dan sikap teliti siswa
siswa mandiri, melatih tanggung jawab siswa ter- dalam mengamati ciri karakteristik hewan yang
hadap tugas yang diberikan, dan mendorong sis- diamati. Hewan invertebrata yang diamati misal-
wa menerapkan pengetahuan yang dimilikinya nya belalang diletakkan ke dalam cawan petri
dalam bentuk produk. Tugas proyek memacu untuk memudahkan siswa dalam mengidentifi-
keterampilan berfikir siswa dalam merancang kasi ciri karakteristik belalang dari mulai simet-
proyek dan merencanakan eksplorasi lapangan ri tubuh, kondisi tubuh, bentuk tubuh, struktur
untuk menemukan hewan yang diawetkan. Ke- tubuh, alat gerak, penutup/ penyusun tubuh, dan
giatan merancang proyek mengawetkan hewan anatomi tubuhnya. Hasil mengidentifikasi ciri
dapat menjadikan siswa lebih memahami ma- karakteristik belalang ditulis pada lembar kerja
teri sehingga hasil belajar yang didapat menjadi siswa sehingga mengakibatkan aktivitas menulis
maksimal. Susilowati (2013), mengungkapkan siswa juga tinggi (Tabel 3).
bahwa pembelajaran berbasis proyek berpenga-
ruh positif terhadap hasil belajar siswa. Tabel 3. Persentase nilai aktivitas siswa kelas
Proyek membuat awetan hewan menja- eksperimen pembelajaran animalia dengan
dikan siswa antusias untuk terlibat aktif dalam model EJAS di SMA Negeri 1 Ungaran
serangkaian aktivitas fisik yang dilakukan dari Kelas Eksperimen
mulai mematikan hewan hingga mengawetkan- No. Jenis Aktivitas (%)
nya sehingga terciptalah suasana belajar yang 1. Menulis 92,12
menyenangkan. Pernyataan tersebut didukung 2. Bicara 80,20
hasil tanggapan siswa menunjukkan 83,5% sis-
3. Analisis 82,40
wa menyatakan lebih aktif selama pembelaja-
ran dan 92% siswa menyatakan pembelajaran 4. Motorik 92,35
animalia dengan model EJAS membuat suasana 5. Kerjasama 91,90
belajar lebih menyenangkan. Hasil wawancara
guru juga menyatakan bahwa desain pembelaja- Kegiatan mengamati hewan yang didesain
ran animalia dengan model EJAS membuat siswa secara berkelompok merupakan implementasi
lebih aktif, antusias, dan tertarik dalam pembe- dari fase interaksi. Pembelajaran berkelompok
lajaran karena dihadapkan langsung dengan he- mendorong aktivitas kerjasama siswa berada
wan yang diamati. Pembelajaran animalia yang pada kriteria tinggi ketiga (Tabel 3). Pembela-
didesain seperti ini mampu menciptakan suasa- jaran kelompok memfasilitasi siswa untuk sa-
na yang dinamis dan secara psikologis siswa ti- ling bekerjasama dan bertukar pikiran bersama
dak merasa tertekan. Pembelajaran biologi yang anggota kelompoknya. Sikap toleransi siswa di-
menyenangkan mampu membangkitkan minat tunjukkan dengan terciptanya kerjasama, saling
siswa dan memberikan kebermaknaan pengeta- menghargai pendapat teman, dan tidak mendo-
huan serta membuat mereka bersemangat untuk minasi dalam kelompok. Siswa menyatakan bah-
terlibat penuh selama proses pembelajaran (Ali- wa desain pembelajaran animalia dengan model
mah & Marianti, 2015:102). EJAS melatih mereka untuk bersosialisasi dan
Keaktifan siswa selama proses pembelaja- bekerjasama dengan teman yang lain. Kholina
ran dapat dilihat dari aktivitas belajarnya. Akti- (2013), mengungkapkan bahwa dengan berke-
vitas belajar siswa yang diobservasi pada peneli- lompok siswa dapat bertukar pikiran dan saling
tian ini adalah aktivitas menulis, aktivitas bicara, membantu.
aktivitas analisis, aktivitas motorik, dan aktivitas Ketika siswa mengamati hewan maka
kerjasama. Persentase nilai aktivitas siswa ber- proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimu-
dasarkan aspek yang diamati dapat dilihat pada lai. Kegiatan ilmiah yang dilakukan menerapkan
Tabel 3. metode ilmiah agar pengetahuan yang diperoleh
Kegiatan mengamati berbagai macam rasional dan teruji. Kegiatan mengamati hewan
awetan hewan invertebrata dan vertebrata hasil secara langsung memberikan kesempatan ke-
proyek siswa memicu tingginya akivitas motorik pada siswa bereksplorasi atau melakukan pe-
(Tabel 3) ditunjukkan dengan keterlibatan aktif nemuan. Hasil tanggapan siswa menunjukkan
siswa dalam serangkaian proses mengamati he- 83,4% siswa menyatakan terampil menemukan
wan. Alimah & Susilo (2013), mengungkap- kan sendiri konsep animalia dengan tepat. Guru
UNNES J O U R N A LS
Lembaran Ilmu Kependidikan 45 (1) (2016): 20-27 25
juga menyatakan bahwa desain pembelajaran malia model EJAS ditunjukkan dengan siswa aktif
animalia dengan model EJAS melatih siswa da- bertanya ketika ada materi yang belum mereka
lam menemukan sendiri konsep yang dipelajari pahami. Siswa juga mengemukakan pendapat-
karena siswa mengamati ciri hewannya secara nya dan menjawab pertanyaan yang diberikan
langsung. Kegiatan mengamati hewan membuat oleh guru. Hasil tanggapan siswa menunjukkan
siswa mendapatkan pengalaman langsung dan 88,69% siswa menyatakan desain pembelajaran
mendapatkan kesempatan untuk mengkonstruk animalia dengan model EJAS memfasilitasi mere-
pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan ka dalam berpendapat dan berkomunikasi den-
yang diperoleh siswa lebih bermakna. Teori kon- gan teman yang lain. Alimah (2014), mengung-
struktivisme menyatakan bahwa siswa harus kapkan bahwa fase komunikasi dalam model
menemukan dan menstransformasikan informa- EJAS bertujuan untuk melatih dan membiasakan
si kompleks ke dalam dirinya sendiri (Rifa’i & siswa untuk berkomunikasi dengan kata-kata
Anni, 2012:115). santun dan penuh empati.
Kegiatan mengamati hewan mendorong Refleksi dalam proses pembelajaran dila-
aktivitas analisis siswa (Tabel 3). Siswa men- kukan untuk mengetahui miskonsepsi siswa ten-
ganalisis dengan cara menghubungkan konsep tang konsep pengetahuan animalia. Fase refleksi
pengetahuan baru yang diperoleh siswa setelah dilakukan di akhir pembelajaran melalui perta-
mengamati hewan dengan konsep relevan yang nyaan lisan yang diajukan oleh guru mengenai
telah diperoleh siswa pada saat mengamati vi- konsep pengetahuan animalia yang siswa te-
deo animalia dan proyek membuat awetan he- mukan ketika siswa mengamati hewan. Irez dan
wan, dengan demikian dapat terbentuk keber- Cakir dalam Fadllia (2012), menyatakan bahwa
maknaan logis. Hal tersebut sesuai dengan teori melalui refleksi seseorang dapat lebih menge-
belajar bermakna (meaningful learning) oleh Au- nali dirinya, mengetahui permasalahan, dan me-
subel menyatakan bahwa belajar bermakna me- mikirkan solusi untuk permasalahan tersebut.
rupakan suatu proses untuk mengaitkan infor- Selama kegiatan pembelajaran tidak terlepas
masi baru dengan konsep-konsep relevan yang dari evaluasi. Evaluasi berlandaskan penilaian
terdapat dalam struktur kognitif siswa (Dahar autentik dimana penilaian dilakukan sepanjang
dalam Rifa’i & Anni, 2012:174). Kegiatan menga- proses pembelajaran. Siswa dinilai dari aktivitas
mati hewan secara langsung sesuai dengan prin- belajarnya dan sikapnya selama pembelajaran.
sip pembelajaran biologi yaitu learning by doing Jadi, kemajuan belajar siswa dinilai dari proses
(belajar sambil berbuat). Siswa lebih memahami belajarnya, bukan semata-mata dari hasil tes di
materi ketika belajar sambil berbuat. Pernyataan akhir pembelajaran.
tersebut didukung tanggapan siswa menunjuk- Pemberian tugas membuat mind map-
kan 100% siswa menyatakan lebih mudah me- ping klasifikasi hewan mampu mengoptimalkan
mahami materi animalia. Guru juga menyatakan penguasaan materi. Siswa bebas menuangkan
bahwa siswa lebih mudah memahami materi kreativitasnya dalam memetakan materi yang
animalia karena mereka melihat langsung objek dipelajari dengan tampilan yang menarik dan
belajarnya. Menurut Siswati (2012), mempelaja- lebih mudah dipahami. Mind mapping cocok di-
ri objek asli membuat pembelajaran lebih ber- gunakan pada materi pembelajaran yang bany-
makna dan membantu siswa memahami materi. ak dan susah dipahami seperti materi animalia.
Siswa perlu melaporkan hasil kegiatan Mind mapping sangat baik untuk ringkasan ber-
mengamati hewan untuk membangun konsep sifat memori sehingga membantu siswa dalam
pengetahuan yang sama dengan kelompok lain. mengingat materi. Fauzia (2015), mengungkap-
Kegiatan ini merupakan implementasi dari fase kan bahwa strategi mencatat kreatif mind map-
komunikasi. Kelompok penyaji mempresentasi- ping berhasil meningkatkan daya ingat siswa.
kan hasil pengamatan hewan dalam bentuk ko- Pemberian tugas membuat poster perban-
munikasi lisan kepada guru dan siswa yang ter- dingan kompleksitas lapisan penyusun tubuh
gabung dalam kelompok lain. Kelompok penyaji hewan mampu mengoptimalkan pembelajaran.
memberikan kesempatan kepada siswa dalam Tugas membuat poster dikerjakan secara ber-
kelompok lain untuk bertanya atau berpendapat kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar
sesuai dengan materi presentasi. Kegiatan ko- pikiran selama membuatnya. Siswa juga dapat
munikasi melatih keterampilan berkomunikasi mengembangkan ide dan kreativitasnya. Me-
siswa. Kegiatan ini mendorong aktivitas bicara nurut Munawaroh (2013), kegiatan membuat
siswa (Tabel 3) dalam mengajukan pertanyaan, poster membuat siswa lebih bebas dalam men-
menanggapi, atau mengemukakan pendapat. Si- gapresiasikan seni. Poster mengombinasikan un-
kap responsif siswa terhadap pembelajaran ani- sur-unsur seperti garis, gambar, kata, dan warna
UNNES J O U R N A LS
26 Aulia Zulfatu Nisa, dkk , Pengaruh Penerapan Desain Pembelajaran Animalia
UNNES J O U R N A LS
Lembaran Ilmu Kependidikan 45 (1) (2016): 20-27 27
Munawaroh, A. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Aktivitas, Motivasi dan Hasil Belajar. Unnes
Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Be- Journal of Biology Education 1 (1) : 46-53.
lajar Sistem Pencernaan SMP. Unnes Journal of Siswati, E.K. 2012. Model Hands On Minds dengan
Biology Education 2 (1) : 92-98. Bantuan Media Asli pada Materi Spermatophy-
Mulyani, S., Marianti, A., Edi, N., Widianti, T., Saptono, ta. Unnes Journal of Biology Education 1 (1) :
S., Pukan, K., Harnina, S. 2008. Jelajah Alam
33-39.
Sekitar (JAS). Pendekatan Pembelajaran Biolo- Susilowati, I. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis
gi. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Proyek terhadap Hasil Belajar Siswa Materi
Rifa’i, A & Anni C.T. 2012. Psikologi Pendidikan. Sema-
Sistem Pencernaan Manusia. Unnes Journal of
rang: Pusat Pengembangan MKU-MKDK
Biology Education 2 (1) : 83-90.
UNNES 2012, ISBN: 978-602-8467-02-5.
Tirtarahardja & Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Ja-
Sholihah, C. 2010. Efektivitas Penerapan Model Talk-
karta: PT Rineka Cipta.
ing Stick Dengan Pendekatan Reciprocal Teach-
ing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Widarti, S. 2013. Pembelajaran Gallery Walk Ber-
Materi Animalia. Skripsi. Semarang: Jurusan pendekatan Contextual Teaching Learning Ma-
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Penge- teri Sistem Pencernaan di SMA. Unnes Journal of
tahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Biology Education 2 (1) : 11-18.
Sistriyati, D. 2012. Pengembangan Perangkat Pembela- Yusriya, A. 2014. Pengembangan Video Pembelajaran
jaran Materi Kingdom Animalia di SMA dengan Materi Klasifikasi Hewan sebagai Suplemen
Interactive Skill Station Supported By Informa- Bahan Ajar Biologi SMP. Unnes Journal of Biol-
tion Technology (ISS-IT) untuk Meningkatkan ogy Education 3 (1) : 26-34
UNNES J O U R N A LS
Model Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar sebagai Strategi
Pengembangan Kompetensi Mahasiswa Calon Guru Biologi
Siti Alimah
Universitas Negeri Semarang
amira_hasnadhiya@yahoo.com
Abstract: The purpose of this study was to analyze the effect of the implementation model of
experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS) as a strategy to develop the professional competence of
future biology teachers through the process of learning. The study used was quasi-experimental design
with nonequivalent control group design, with pretest-posttest control group design. The subjects
were the students of Biology Education Program. The results showed that the EJAS model can be
used as a strategy to develop the competence of prospective biology teachers through the process of
learning in teacher training institutions.
Keywords: model of experiential jelajah alam sekitar, biology learning, competency of biology
teachers
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh implementasi model Eksperiensia.
Jelajah Alam Sekitar (EJAS) sebagai strategi untuk mengembangkan kompetensi profesional calon
guru biologi melalui proses pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design model pretest-posttest control
group design dengan subyek coba mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model EJAS dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan
kompetensi calon guru biologi melalui proses pembelajaran di LPTK.
Kata kunci: model eksperiensial jelajah alam sekitar, pembelajaran biologi, kompetensi calon guru
biologi
Keberhasilan pencapaian standar kompetensi oleh biologi, yang meliputi penguasaan pada kompetensi
peserta didik dan peningkatan kualitas lulusan pengetahuan ilmiah, keterampilan ilmiah dan sikap
ditentukan oleh sekolah, utamanya adalah kualitas ilmiah melalui kegiatan ilmiah/metode ilmiah yang
pendidik karena pendidik merupakan orang yang mempunyai kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran
paling bertanggung jawab atas keberhasilan peserta obyektif, korespondensi, koheren, dan pragmatis.
didik mencapai standar kompetensi lulusan, sekaligus Bila kegiatan pembelajaran didasarkan pada dimensi
orang yang berhak dan mempunyai kewenangan proses dengan melakukan kegiatan ilmiah, maka
untuk mendesain kegiatan pembelajaran di kelas dapat dipastikan bahwa pengetahuan yang berupa
melalui kreativitasnya. konsep atau teori yang diperoleh peserta didik
Pendidik yang berkualitas dibentuk dan memiliki kebenaran ilmiah dan kompetensi berupa
dihasilkan oleh LPTK yang juga berkualitas. keterampilan dan sikap ilmiah juga dipastikan dapat
Proses pembelajaran di LPTK yang didesain oleh dikuasai dan dimiliki oleh mereka.
pendidik sebaiknya bertujuan untuk memberikan Kompetensi pembelajaran sains termasuk di
kemudahan peserta didik menguasai kompetensi baik dalamnya biologi didesain dengan memperhatikan
kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan dimensi pembelajaran sains yang terdiri dari sains
kompetensi guru yang profesional untuk kepentingan sebagai produk dan sains sebagai proses sehingga
masa depan mereka. Kegiatan pembelajaran yang untuk belajar sains tidak cukup hanya menguasai
didesain oleh pendidik (guru dan dosen) dengan pengetahuan dalam bentuk konsep/teori saja. Bila hal
tujuan tersebut selaras dan sesuai/cocok dengan tersebut terjadi, maka kompetensi pembelajaran sains
pencapaian kompetensi dalam pembelajaran tidak akan pernah dapat dicapai oleh peserta didik
sains termasuk di dalamnya adalah pembelajaran karena pembelajaran yang terjadi hanya terfokus
155
156 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2014
pada pembelajaran sains sebagai produk saja atau rasional, metakognisi, dan kognisi mahasiswa
hafalan pengetahuan konsep maupun teori saja. untuk memberikan kemudahan mereka mencapai
Kompetensi pembelajaran sains dapat dicapai kompetensi utama guru biologi (Alimah, 2012).
peserta didik bila dalam kegiatan proses pembelajaran Bersumber dari uraian latar belakang maka rumusan
mereka yang didesain oleh guru melibatkan peserta masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
didik untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui pengaruh implementasi model Eksperiensial Jelajah
kegiatan ilmiah karena pada hakikatnya belajar harus Alam Sekitar (EJAS) dalam proses pembelajaran
merujuk pada 4 pilar pendidikan yang rumuskan oleh biologi terhadap kemampuan personal, sosial,
UNESCO yang meliputi learning to know, learning berpikir rasional, metakognisi dan kognisi mahasiswa
to do, learning to be, dan learning to live together sebagai strategi mencapai kompetensi utama calon
yang berarti bahwa untuk menguasai pengetahuan guru biologi melalui proses pembelajaran?”
peserta didik harus aktif mencari/melakukan/ Proses pembelajaran bukan hanya merupakan
menemukan sendiri pengetahuan yang akan dicari proses transfer ilmu dari guru kepada peserta didik
untuk dimilikinya, salah satunya dengan metode melainkan merupakan usaha aktif dari peserta didik
ilmiah sehingga tidak hanya pengetahuan ilmiah sendiri. Model EJAS merupakan sarana dan wahana
yang dapat dikuasai mereka tetapi juga keterampilan untuk kegiatan aktif peserta didik dalam belajar
dan sikap ilmiah yang mampu membentuk peserta biologi sekaligus mengembangkan potensi yang
didik untuk dapat hidup berdampingan di masyarakat dimilikinya untuk kepentingan masa depan mereka.
dan di lingkungan sekitar mereka. Model Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar atau
Ketidakpercayaan dosen kepada mahasiswa disingkat dengan nama “EJAS” dapat didefinisikan
terkait dengan kemampuan mengkonsep pengetahuan sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan
yang diperoleh dari kegiatan berinteraksi langsung pengalaman langsung pada proses belajar peserta
dengan obyek belajar menjadi penyebab utama didik melalui investigasi dengan cara eksplorasi dan
dosen menggunakan metode ceramah dalam proses berinteraksi langsung dengan obyek belajar yang
pembelajarannya. Guru/dosen sebagai orang yang berada di lingkungan sekitar peserta didik sebagai
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran sumber belajar utama dalam proses pembelajaran
peserta didiknya sebaiknya memperhatikan teori dan baik yang dirancang secara indoor maupun outdoor
prinsip pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan
yang dilakukan di kelas sehingga hasil akhir sikap sebagai hasil belajarnya melalui 5 fase yang
pembelajaran peserta didik tidak hanya mencapai dimilikinya yaitu eksplorasi, interaksi, komunikasi,
penguasaan pengetahuan saja, tetapi juga penguasaan refleksi, dan evaluasi (Alimah, 2013). Secara visual
keterampilan dan sikap. Ungkapan tersebut mendapat siklus model pembelajaran Eksperiensial Jelajah
dukungan dari Muijs & Reynolds (2008), Joyce & Alam Sekitar (EJAS) dapat dilihat pada Gambar 1.
Weil (2009), dan Smith (2009) yang menyatakan
bahwa peserta didik merupakan pribadi yang utuh
dan dalam jiwanya terdapat potensi yang dapat
dikembangkan yaitu kognitif, psikomotorik, dan
afektif melalui proses pembelajaran. Jika dalam
proses pembelajaran guru membantu peserta didik
untuk menguasai skill berarti dosen/guru memberi
kemudahan bagi peserta didik untuk menguasai
konsep, fakta dan skill serta mengekspresikan
gagasan, ide, pengalaman, dan pendapat mereka baik
secara performance, lisan, maupun tulisan.
Model pembelajaran Eksperiensial Jelajah
Alam Sekitar adalah model pembelajaran biologi
yang memberikan pengalaman langsung pada Gambar 1. Siklus Model Eksperiensial Jelajah
proses belajar mahasiswa melalui interaksi langsung Alam Sekitar (EJAS)
dengan obyek belajar di lingkungan sekitar peserta (Sumber Alimah, 2013: 8)
didik baik yang didesain secara indoor maupun
outdoor untuk menggali, membangun, melatih, Model pembelajaran EJAS dan tujuan untuk
dan membiasakan potensi personal, sosial, berpikir menggali, membangun, melatih, dan membiasakan
Alimah, Model Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar sebagai Strategi Pengembangan Kompetensi... 157
kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, menghargai orang lain, dan mendengarkan pikiran-
metakognisi, dan kognisi mahasiswa dalam proses pikiran terbuka serta membangun persetujuan
pembelajaran biologi dengan pencapaian kompetensi bersama (Muijs & Reynold, 2008; Slamet, 2002;
pembelajaran sains yang dirumuskan pada tujuan Prasetyo, 2012). Dengan demikian kemampuan
akhir pembelajaran yaitu penguasaan terhadap personal dan sosial dapat ditumbuhkan dan dibiasakan
pengetahuan ilmiah, sikap ilmiah dan keterampilan dalam proses pembelajaran melalui kegiatan belajar
ilmiah melalui fase utama model EJAS yang terdiri berkelompok dalam fase interaksi dalam model
dari eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan pembelajaran EJAS. Pembiasaan kemampuan
evaluasi (Alimah, 2012). personal dan sosial dalam proses pembelajaran
Fase eksplorasi pada model pembelajaran EJAS biologi mampu menumbuhkan karakter, yang
menuntut mahasiswa untuk mampu merancang merupakan fondasi dari kemampuan spiritual,
dan mengembangkan ide dan pengalaman mereka moral, sosial dan budaya karena untuk memahami
melalui proses investigasi terhadap permasalahan karakter seseorang perlu ditinjau dari 3 aspek yaitu
yang ditemukan di lingkungan sekitar sebagai obyek kompetensi, keinginan dan kebiasaan seseorang
belajar mereka (learning to do). Kegiatan merancang (Megawangi, 2004; Gray, 2010).
pembelajaran untuk dirinya sendiri dan orang lain Fase komunikasi dalam model EJAS melatih
dalam satu kelompok belajar melatih mahasiswa dan membiasakan mahasiswa untuk berkomunikasi
untuk melatih kompetensi pedagogik dan profesional dengan kata-kata santun dan penuh empati serta
mereka sebagai calon guru biologi dengan menggali, berkarakter dengan tujuan memudahkan mereka
membangun, melatih, dan membiasakan kemampuan beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan
berpikir rasional dan metakognisi mahasiswa melalui baru di masyarakat serta mampu menyadarkan diri
permasalahan yang ditemui di lapangan untuk bahwa untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan
menemukan dan mengkonstruk konsep biologi yang dibutuhkan orang lain. Aktivitas berkomunikasi erat
mereka pelajari dari kegiatan eksplorasi lapangan kaitannya dengan berpikir rasional dan metakognisi,
(learning to know). Lebih lanjut Muijs & Reynolds kemahiran dalam berkomunikasi memudahkan
(2008), Keeley (2011), dan Rusyana & Rustaman mahasiswa sebagai calon guru biologi masa depan
(2011) mengungkapkan bahwa kegiatan merancang menguasai kompetensi sosial dan hasil belajar
pembelajaran dengan bersumber pada permasalahan akademik (Lee, 2010: Liu, 2010).
yang ditemukan di lingkungan alam sekitar serta Fase refleksi dalam model pembelajaran EJAS
mencari pemecahannya perlu menerapkan proses- didesain dalam proses pembelajaran dengan tujuan
proses metakognisi dan metakognisi berpengaruh untuk mengembangkan kemampuan metakognisi
positif terhadap kemampuan berpikir mahasiswa. mahasiswa sehingga memudahkan mereka mencapai
Pernyataan tersebut didukung oleh Muijs & kompetensi profesional dan pedagogik sebagai calon
Reynolds (2008), Deaton (2010), Brandbury guru biologi masa depan. Kebiasaan melakukan
(2010), Cormell & Ivey (2012) dan Magee (2011) aktivitas refleksi membantu mahasiswa melakukan
yang mengungkapkan bahwa eksplorasi terhadap evaluasi tentang konsep biologi yang telah mereka
obyek belajar biologi lebih memberdayakan potensi pelajari dan pengalaman-pengalaman belajar yang
mahasiswa, membangun hubungan personal dengan menyertai penguasaan konsep biologi sehingga ada
alam, dan tidak mengharuskan mereka menghafal usaha untuk memperbaiki hal-hal yang diperoleh
fakta-fakta, melainkan mendorong mereka untuk melalui pembelajaran baik mencakup konsep biologi
mengkonstruksi pengetahuan melalui proses refleksi ataupun pengalaman dalam proses belajar mereka.
serta menumbuhkan kebiasaan berpikir secara cermat Aktivitas refleksi dapat dilakukan dengan
melalui proses investigasi terhadap alam. mengevalusi terhadap pencapaian konsep biologi
Fase interaksi pada model pembelajaran dan pengalaman dalam proses pembelajaran serta
EJAS merupakan usaha untuk mengembangkan memperbaikinya untuk peningkatan diri dan proses
kemampuan personal dan sosial mahasiswa melalui pembelajaran merupakan pencapaian indikator
learning community dalam proses pembelajaran kompetensi profesional dan pedagogik mahasiswa
sehingga mampu membelajarkan mahasiswa untuk sebagai calon guru biologi (Permendiknas No 16,
hidup berdampingan (learning to live together), 2007; PP No 19, 2005; Magee, 2011). Refleksi
mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri tentang pengalaman-pengalaman belajar mampu
dengan penuh tanggung jawab, mempercayai orang mendorong mahasiswa menjadi sadar melalui
lain, mengeluarkan pendapat, mengambil keputusan, bahasa tentang hal-hal yang terjadi dalam proses
158 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2014
Gambar 2. Mean Kemampuan Personal, Sosial, Berpikir Rasional, dan Kognisi sebagai Akibat
Perlakuan Implementasi Model EJAS dalam Proses Pembelajaran Ekologi
pembelajaran berlangsung, dan sesudah proses model EJAS dalam proses pembelajaran ekologi
pembelajaran ekologi dapat dilihat pada Tabel 1. dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Tabel 1 pada kolom model Hasil analisis perhitungan pengaruh
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00 pada implementasi model pembelajaran EJAS terhadap
kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, dan kemampuan personal, sosial, berpikir rasional,
kognitif mahasiswa. Nilai signifikan hitung = 0,00 metakognisi, dan kemampuan kognisi mahasiswa
≤ nilai signifikan tabel = 0,01 sehingga disimpulkan sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran
bahwa uji hipotesisi diterima, yang berarti bahwa taksonomi hewan dapat dilihat pada Tabel 2.
ada perbedaan yang sangat signifikan kemampuan Berdasarkan Tabel 2 pada kolom model diperoleh
personal, sosial, berpikir rasional, dan kognisi antara nilai signifikansi sebesar 0,00 pada kemampuan
kelompok mahasiswa yang proses pembelajaran personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan
ekologinya dirancang dengan menerapkan model kognitif mahasiswa. Nilai signifikan hitung = 0,00
EJAS dengan kelompok mahasiswa yang proses ≤ nilai signifikan tabel = 0,01 sehingga disimpulkan
pembelajaran ekologinya tidak dirancang dengan bahwa uji hipotesis diterima, yang berarti bahwa
menerapkan model EJAS. Dengan demikian ada perbedaan yang sangat signifikan kemampuan
dapat disimpulkan bahwa implementasi model personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan
Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar (EJAS) dalam kognisi antara kelompok mahasiswa yang proses
proses pembelajaran biologi mata kuliah Ekologi pembelajaran taksonomi hewannya yang dirancang
sangat berpengaruh terhadap kemampuan personal, dengan menerapkan model EJAS dengan kelompok
sosial, berpikir rasional, dan kognisi mahasiswa mahasiswa yang proses pembelajaran taksonomi
untuk memberi kemudahan mencapai kompetensi hewannya yang tidak dirancang dengan menerapkan
kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional model EJAS. Dengan demikian dapat disimpulkan
guru biologi. Secara visual perolehan mean dari bahwa implementasi model Eksperiensial Jelajah
kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, dan Alam Sekitar (EJAS) dalam proses pembelajaran
kognisi sebagai akibat perlakuan implementasi biologi mata kuliah Taksonomi Hewan sangat
160 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2014
Tabel 2. Rekap Perhitungan Pengaruh Penerapan Model EJAS terhadap Kemampuan Personal,
Sosial, Berpikir Rasional, Metakognisi, dan Kognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Taksonomi
Hewan
Gambar 3. Mean Kemampuan Personal, Sosial, Berpikir Rasional, Metakognisi, dan Kognisi
Mahasiswa sebagai Akibat dari Perlakuan Implementasi Model EJAS dalam Proses Pembelajaran
Taksonomi Hewan
berpengaruh terhadap kemampuan personal, metakognisi, dan kognisi antara kelompok mahasiswa
sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan kognisi yang proses pembelajaran biologi umumnya yang
mahasiswa untuk memberi kemudahan mencapai dirancang dengan menerapkan model pembelajaran
kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan EJAS dengan kelompok mahasiswa yang proses
profesional guru biologi. Secara visual perolehan pembelajaran biologi umumnya tidak dirancang
mean dari kemampuan personal, sosial, berpikir dengan menerapkan model EJAS. Dengan demikian
rasional, metakognisi, dan kognisi sebagai akibat dapat disimpulkan bahwa implementasi model
perlakuan implementasi model EJAS dalam proses Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar (EJAS) dalam
pembelajaran taksonomi hewan dapat dilihat pada proses pembelajaran biologi mata kuliah Biologi
Gambar 3. Umum sangat berpengaruh terhadap kemampuan
Hasil analisis perhitungan pengaruh personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi,
implementasi model pembelajaran EJAS dalam dan kognisi mahasiswa untuk memberi kemudahan
proses pembelajaran biologi umum terhadap mencapai kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik,
kemampuan personal, sosial, kemampuan berpikir dan profesional guru biologi.
rasional, metakognisi, dan kognisi mahasiswa dapat Secara visual perolehan mean dari kemampuan
dilihat pada Tabel 3. personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi,
Berdasarkan Tabel 3 pada kolom model dan kognisi sebagai akibat perlakuan implementasi
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00 pada model EJAS dalam proses pembelajaran biologi
kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, umum dapat dilihat pada Gambar 4.
metakognisi, dan kognitif mahasiswa. Nilai signifikan
hitung = 0,00 s/d 0,01 ≤ nilai signifikan tabel = 0,05 PEMBAHASAN
sehingga disimpulkan bahwa uji hipotesis diterima, Hasil penelitian eksperimen implementasi model
yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan EJAS dalam proses pembelajaran ekologi, taksonomi
kemampuan personal, sosial, berpikir rasional,
Alimah, Model Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar sebagai Strategi Pengembangan Kompetensi... 161
Tabel 3. Rekap Perhitungan Pengaruh Penerapan Model EJAS terhadap Kemampuan Personal,
Sosial, Berpikir Rasional, Metakognisi, dan Kognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Biologi
Umum
Gambar 4. Mean Kemampuan Personal, Sosial, Berpikir Rasional, Metakognisi, dan Kognisi
Mahasiswa sebagai Akibat dari Perlakuan Implementasi Model EJAS dalam Proses Pembelajaran
Biologi Umum
hewan, biologi umum yang diimplementasikan karena dengan menerapkan model pembelajaran
dalam bentuk desain silabus dan Satuan Acara EJAS dalam proses pembelajaran dapat menggali
Perkuliahan (SAP) sesuai dengan karakteristik kajian seluruh potensi yang dimiliki mahasiswa untuk
obyek belajar dan permasalahan masing-masing selanjutnya membangun dan membiasakan dalam
menunjukkan perubahan pembelajaran ke arah kegiatan belajar biologi mereka dalam rangka
yang lebih positif. Penerapan model EJAS dalam membangun karakter mahasiswa serta memudahkan
pembelajaran biologi (ekologi, taksonomi hewan, mereka mencapai kompetensi guru biologi.
dan biologi umum) menunjukkan hasil ada perbedaan Kepemilikan karakter yang baik melalui proses
yang sangat signifikan antara kelompok perlakuan pembiasaan dalam tingkah laku mereka sehari-hari
dengan kelompok pembanding pada pencapaian melalui proses pembelajaran biologi dengan model
hasil belajar terhadap aspek penguasaan kemampuan EJAS mampu memudahkan mereka untuk mencapai
personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan kompetensi utama guru biologi yaitu kompetensi
kognisi mahasiswa. kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional.
Kemampuan personal memberikan arah yang Pencapaian hasil belajar mahasiswa dalam
positif pada kemampuan sosial, berpikir rasional, proses pembelajaran dengan desain Satuan Acara
dan kognisi, begitu juga sebaliknya masing-masing Perkuliahan mengacu dan berpedoman pada
saling mempengaruhi dan berhubungan satu model pembelajaran EJAS tidak hanya terbatas
dengan lainnya sehingga integrasinya dalam proses pada penguasaan kemampuan pengetahuan yang
pembelajaran mampu memberikan efek yang positif mendukung kompetensi profesional sebagai
bagi mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan calon guru biologi, tetapi juga mampu menggali,
bahwa kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, membangun, melatih, dan membiasakan kemampuan
dan kognitif dapat membangun satu individu yang personal, sosial, berpikir rasional, dan metakognisi
utuh dalam capaian proses pembelajaran sesuai mahasiswa. Pembiasaan proses pembelajaran yang
dengan standar kompetensi lulusan perguruan tinggi, mampu melatihkan kemampuan personal, sosial,
162 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2014
berpikir rasional, dan metakognisi mahasiswa berarti pembelajaran ekologi, taksonomi hewan, dan biologi
menumbuhkan nilai-nilai karakter yang mampu umum. Perbedaan hasil yang signifikan tersebut
membentuk calon guru biologi yang memiliki menunjukkan bahwa ada pengaruh implementasi
kompetensi pedagogik melalui fase eksplorasi model EJAS pada pembelajaran ekologi, taksonomi
pada model EJAS, kompetensi kepribadian dan hewan, dan biologi umum terhadap kemampuan
kompetensi sosial melalui fase interaksi dan personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi,
komunikasi pada model EJAS, dan memperkuat dan kognisi mahasiswa yang masing-masing
kompetensi profesional melalui fase eksplorasi dan kemampuan mempunyai kedudukan yang sama,
fase refleksi pada model EJAS. saling berhubungan dengan memberikan arah yang
Implementasi model EJAS dalam suatu positif, dan memiliki keeratan hubungan yang kuat/
kegiatan pembelajaran biologi di tingkat perguruan tinggi satu dengan lainnya dalam mengembangkan
tinggi khususnya Lembaga Pendidikan Tenaga kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian,
Kependidikan (LPTK) mampu membawa mahasiswa dan sosial mahasiswa sebagai calon guru biologi
calon guru untuk meningkatkan kemampuan masa depan.
personal, sosial, berpikir rasional, kognisi, dan Hasil positif yang diperoleh dalam proses
metakognisi untuk memudahkan mereka mencapai pembelajaran mata kuliah bidang studi biologi tidak
kompetensi kepridadian, sosial, pedagogik, dan lepas dari desain model EJAS dengan spesifikasi
profesional sebagai guru masa depan. Hal tersebut fase utama model yang berlandaskan pada format
terjadi karena implementasi model EJAS dalam pembelajaran konstruktivis dan pendekatan Jelajah
proses pembelajaran biologi secara in door maupun Alam Sekitar (JAS) yang memberikan pengalaman
out door berpengaruh sangat signifikan terhadap langsung pada proses belajar mahasiswa baik
kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, indoor maupun outdoor (Alimah, 2012). Model
kognisi, dan metakognisi mahasiswa calon guru pembelajaran yang dirancang dengan tujuan
biologi untuk memberi kemudahan kepada mereka memberikan pengalaman dalam proses belajar
mencapai kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, peserta didik mendapat dukungan dari Smith (2009),
dan profesional guru biologi masa depan karena dan Neill (2010) yang menyatakan bahwa pemberian
suatu tingkah laku yang dibiasakan untuk dilakukan pengalaman dalam proses belajar merupakan bagian
dalam setiap aktivitas kehidupan seseorang dapat yang terpenting dari pembelajaran di luar ruangan
membentuk karakter bagi orang tersebut. dan sebaiknya kondisi tersebut tergambar dalam
Hasil penelitian eksperimen menunjukkan proses pembelajaran di kelas karena pengetahuan
bahwa model pembelajaran Eksperiensial Jelajah dikonstruksikan dan transformasi dari pengalaman.
Alam Sekitar (EJAS) dapat digunakan sebagai salah Lebih lanjut Hansen (2000) mengungkapkan bahwa
satu alternatif strategi pilihan model pembelajaran belajar yang paling baik adalah bila peserta didik
biologi dalam proses pembelajaran secara indoor sebagai subyek belajar secara pribadi terlibat langsung
maupun outdoor. Model pembelajaran EJAS dalam proses belajar mereka dan berinteraksi
merupakan teknik/cara dalam menyajikan/mengolah langsung dengan lingkungannya.
pesan dengan pola memberikan pengalaman Format pembelajaran yang didesain dalam
langsung pada proses belajar mahasiswa melalui model EJAS menjadi sarana yang penting bagi
fase eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan mahasiswa untuk mencapai kompetensi bidang
evaluasi dengan tujuan untuk menggali, membangun, studi, kompetensi lulusan dari perguruan tinggi,
melatih, dan membiasakan kemampuan personal, dan kompetensi sebagai guru bidang studi biologi
sosial, berpikir rasional, kognisi, dan metakognisi di pendidikan dasar karena pencapaian tujuan
mahasiswa melalui proses pembelajaran biologi akhir pembelajarannya tidak hanya pada ranah
dalam rangka memberi kemudahan mahasiswa calon pengetahuan saja, tetapi juga pada ranah sikap dan
guru biologi masa depan untuk mencapai kompetensi keterampilan karena hasil belajar mahasiswa tidak
guru biologi yang profesional (Alimah, 2012). cukup hanya pada pencapaian penguasaan pada ranah
Data penelitian yang dianalisis dengan uji pengetahuan, melainkan juga harus mencakup ranah
statistik parametrik MANCOVA menunjukkan sikap dan keterampilan. Bentuk pencapaian hasil
hasil bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan belajar yang mencakup penguasaan pengetahuan,
pada kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, sikap, dan keterampilan dalam proses pembelajaran
metakognisi, dan kognisi mahasiswa antara kelompok peserta didik juga diungkapkan oleh Joyce & Weil
perlakuan dengan kelompok pembanding pada proses (2009), Gentry (2012), dan Prasetyo (2012).
Alimah, Model Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar sebagai Strategi Pengembangan Kompetensi... 163
Pencapaian hasil belajar yang mencakup ranah di Jurusan Biologi pada tingkat Perguruan Tinggi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan memberi bekal khususnya LPTK yang lebih luas. Penyebarluasan
peserta didik untuk mampu hidup dan mensikapi ini perlu demi memberikan pengalaman langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses belajar mahasiswa dan menggali serta
pada abad 21 dengan segala permasalahan yang membiasakan kepemilikan kemampuan personal,
mereka hadapi di masa depan, karena belajar sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan kognisi
sekarang adalah untuk kepentingan masa depan mahasiswa yang sangat dibutuhkan mereka dalam
sehingga tujuan akhir proses pembelajaran harus mengembangkan keprofesionalan mereka sebagai
memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan calon guru biologi masa depan.
sikap kepada peserta didik sebagai persiapan untuk
menghadapi masa depan. Keterampilan yang DAFTAR RUJUKAN
harus dimiliki peserta didik pada abad 21 antara Alimah, S. 2012. Model Pembelajaran Eksperiensial
lain keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, Jelajah Alam Sekitar pada Mata Kuliah Biologi.
dan berpikir yang meliputi berpikir kritis, berpikir Proceeding Seminar Nasional MIPA Unnes: Peran
kreatif dan berpikir kompleks (Galbreath, 1999; Kay, MIPA dalam Meningkatkan Kualitas Hidup dan
2006). Keterampilan-keterampilan tersebut dapat Pengembangan Pendidikan Karakter, 2012, ISBN:
dilatihkan dan dibiasakan sehingga membentuk 978-602-18553-2-4 hal 594-600
karakter yang baik pada diri peserta didik melalui Alimah, S. 2013. Pengembangan Model Eksperiensial
proses pembelajaran mereka yang didesain dengan Jelajah Alam Sekitar pada Pembelajaran Biologi
model Eksperiensial Jalajah Alam Sekitar (EJAS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Personal,
melalui fase utamanya. Sosial, Berpikir Rasional, Metakognisi, dan
Keterampilan-keterampilan berkomunikasi, Kognisi Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri
bekerjasama, dan berpikir menjadi dasar pertimbangan Semarang, Disertasi tidak diterbitkan. Universitas
bahwa model pembelajaran EJAS didesain dengan 5 Negeri Malang
fase utama, yaitu eksplorasi, interaksi, komunikasi, Brandbury, L., Gross, L., Goodman, J. & Straits, W.
refleksi dan evaluasi dalam kegiatan proses 2010. Picture This. Science & Children NSTA’s
pembelajarannya . Kelima fase utama model EJAS Peer-Reviewed Journal for Elementary Teachers,
dikembangkan atas dasar kondisi-kondisi yang 48(4): 46-50.
mendukung pemberian pengalaman langsung pada Cormell, J. & Ivey, T. 2012. Nature Journaling: Enhancing
proses belajar peserta didik dan format pembelajaran Students’ Connections to the Environment Thrugh
konstruktivis. Masing-masing fase utama pada Writing. Science Scope NSTA’s Peer-Reviewed
model EJAS memiliki tujuan yang dijabarkan dalam Journal for Middle Level and Junior High School
sintaks/langkah-langkah pembelajaran dengan Science Teachers, 35(5): 38-43.
mengacu pada tujuan utama model EJAS sehingga Deaton, C.M, Deaton, B. E., & Leland, K. 2010.
Interactive Reflective Logs. Science & Children
mahasiswa lebih mudah mencapai kompetensi yang
diharapkan baik kompetensi sebagai calon guru NSTA’s Peer-Reviewed Journal for Elementary
biologi dan kompetensi lulusan perguruan tinggi Teachers, 48(3): 44-47.
sesuai yang dijabarkan dalam PP No 19 Tahun 2005 Galbreath, J. 1999. Preparing the 21th : Century Worker:
The link between Computer-based technology
dan Permendiknas No 16 Tahun 2007.
and future Skill. Journal Education Technology,
Nopember-Desember.
KESIMPULAN
Gentry, R. 2012. Implementing Promising Practice to
Bersumber dari hasil penelitian eksperimen
Prepare Quality Teacher Education. Jounal of
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
College Teaching and Learning, Third Quarter,
Eksperiensial Jalajah Alam Sekitar (EJAS) dapat
9 (3)
digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan model
Gray, T. 2010. Character Education in School. ESAAI,
pembelajaran biologi dalam proses pembelajaran
(7) 21
secara indoor maupun outdoor.
Hansen. R.E. 2000. The Role of Experience in Learning:
Giving Meaning and Authenticity to the Learning
SARAN
Procces in Shcools. Journal of Technology
Model Pembelajaran sebagai produk dalam Education, 11(1): 23-31..
penelitian dan pengembangan ini, dapat disebarluaskan Joyce, B & Weil, M. 2009. Models of Teaching: Model-
164 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2014
Model Pengajaran. Terjemahan Achmad Fawaid. 9 experiental learning cycles models. (Online),
2009. Yogyakarta ׃Pustaka Pelajar. (http://www.wilderdom.com/JamesNeill.htm),
Kay, K. 2006. 21thCentury skills: The Need For Consencus diakses 30 Nopember 2010.
& Innovation. Partnership for Century 21thCentury Prasetyo, A. P. B. 2012. Dapatkah Pembelajaran Biologi
Skills. Consortium for Enterpreneurship Education. Mengembangkan Karakter: Kajian Hubungan
Phoenix, Arizona. Kausal Pakem, Latar Belakang Pendidikan Guru
Keeley, P. 2011. With a Purpose. Science & Children dan Kultur Sekolah. Proceeding Seminar Nasional
NSTA’s Peer-Reviewed Journal for Elementary MIPA Unnes: Peran MIPA dalam Meningkatkan
Teachers, 48(9): 22-25. Kualitas Hidup dan Pengembangan Pendidikan
Lee. H. E., Linn. M. C., Varma. K., Liu. O. L. 2010. How Karakter, 2012, ISBN: 978-602-18553-2-4 hal
Do Technology-Enhance Inquiry Science Units 1-13
Impact Classroom Learning?. Journal of Research Rusyana, A. & Rustaman, N. 2011. Mengembangkan
in Science Teaching, 47(1): 71-90. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Liu, O.L., Lee. H. S., Linn. M. C. 2010. An Investigation Mendukung Pembangunan Karakter Kreatif.
of Teacher Impact on Student Inquiry Science Prosiding Seminar Nasional VIII: Biologi,
Performance Using Hierarchical Linear Model. Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya Menuju
Journal of Research in Science Teaching, 47(7): Pembangunan Karakter, ISBN 978-979-1533-24-9,
807-819. UNS Solo, 16 Juli 2011, 375-379.
Magee, P & Flessner, R. 2011. Five Strategies to Support Slamet, PH. 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep
All Teachers. Science & Children NSTA’s Peer- Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(37):
Reviewed Journal for Elementary Teachers, 48(7): 23-37
34-36 Smith, M. K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran:
Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter: Solusi Tepat Mengukur Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar
untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia dan Mengajar Bersama Psikolog Pendidikan
Heritage Foundation. Dunia. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka
Muijs, D & Reynolds, D. 2008. Effective Teaching: Stephens, K & Winterbotton, R. 2010. Using Learning Log
Evidence and Practice. London: Sage Publications to Support Student’ Learning in Biology Lesson.
Ltd. Journal of Biology Education, 44(2).
Neill, J. 2010. Experiential learning cycles: overview of
1-009
ABSTRAK
Belajar biologi adalah belajar tentang fenomena yang ada dan terjadi di alam sekitar melalui aktivitas
kegiatan ilmiah oleh peserta didik, sehingga cara belajar biologi yang tepat adalah dengan pembelajaran aktif
dan kontekstual. Pembelajaran aktif dan kontekstual dapat didesain oleh guru sebagai orang yang bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran peserta didik dengan menerapkan teori dan prinsip pembelajaran aktif dan
kontekstual. Model pembelajaran Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS) merupakan salah satu model
pembelajaran aktif dan kontekstual yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mendesain pembelajaran di
kelas oleh peserta didik karena model pembelajaran EJAS merupakan model pembelajaran biologi yang
memberikan pengalaman langsung pada proses belajar peserta didik dan mengembangkan potensi
keterampilan dan sikap yang dimiliki mereka melalui proses pembelajaran. Guru perlu berkolaborasi dengan
rekan seprofesi dalam satu bidang studi melalui kegiatan lesson study untuk mendapatkan desain
pembelajaran yang efektif dan efisien untuk memudahkan belajar peserta didik dalam mendapatkan
pengetahuan dan pengembangan skill untuk menghadapi dan mensikapi perubahan masa depan.
Kata Kunci: Desain Pembelajaran Biologi, Lesson Study, Model Experiential Jelajah Alam Sekitar
PENDAHULUAN
Pembelajaran biologi sejauh ini masih berpusat pada pencapaian aspek kognitif
dan kurang memberikan pengalaman langsung atau berinteraksinya peserta didik secara
langsung dengan obyek belajar biologi yang sebenarnya sangat dekat dengan pesert a
didik, yaitu fenomena yang terjadi dan ada di lingkungan alam sekitar mereka. Hasil
evaluasi pembelajaran di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang tahun
2012 menunjukkan bahwa: (1) 72,55% mahasiswa yang membenarkan bahwa
pembelajaran yang diterima selama ini belum memberikan pengalaman langsung saat
proses pembelajaran; (2) metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang sering
digunakan dosen saat proses pembelajaran yang dibuktikan dengan 89,40% aktivitas
mahasiswa dalam proses pembelajaran masih mendengarkan penjelasan dosen dan
65,7% sumber belajar yang digunakan mahasiswa adalah modul/diktat dan atau petunjuk
praktikum. Kenyataan tersebut tidak sejalan dengan pernyataan Djohar (2008); Smith,
(2009) yang mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran sains, kontak langsung
dengan alam merupakan pola dasar untuk mempelajari alam. Proses pembelajaran
dengan memberikan pengalaman melalui interaksi langsung dengan obyek belajar
membantu peserta didik mendapatkan hasil pembelajaran yang bermakna dan berdaya
guna. Pemberian pengalaman dalam proses belajar merupakan bagian yang terpenting
dari proses pembelajaran (Arend 2008a; Neil, 2010).
Ketidakpercayaan dosen kepada mahasiswa terkait dengan kemampuan
mengkonsep pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan berinterkasi langsung dengan
obyek belajar menjadi penyebab utama dosen menggunakan metode ceramah dalam
proses pembelajarannya. Guru/dosen sebagai orang yang bertanggung jawab dalam
proses pembelajaran peserta didiknya sebaiknya memperhatikan teori dan prinsip
pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga hasil akhir
pembelajaran peserta didik tidak hanya mencapai penguasaan pengetahuan saja, tetapi
juga penguasaan keterampilan dan sikap. Peserta didik merupakan pribadi yang utuh dan
dalam jiwanya terdapat potensi yang dapat dikembangkan yaitu kognitif, psikomorik dan
afektif melalui proses pembelajaran (Smith, 2009). Jika dalam proses pembelajaran guru
membantu peserta didik untuk menguasai skill, berarati memudahkan mereka
menguasai konsep, fakta dan skill serta memberi kesempatan mereka untuk
mengekspresikan gagasan, ide, pengalaman dan pendapat baik secara performen, lisan,
maupun tulisan (Muijs & Reynolds, 2008; Joyce & Weil, 2009)
Desain pembelajaran biologi dapat mengakomodasi pencapaian penguasaan
peserta didik terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam proses
pembelajaran, bila desain pembelajaran yang dirancang oleh guru berpedoman pada
strategi/model/metode pembelajaran aktif dengan partisipasi aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif, partisipatif, kooperatif merupakan
strategi yang perlu diterapkan pada proses pembelajaran pada peserta didik untuk
memudahkan mereka beriteraksi dengan alam sebagai obyek belajar biologi untuk
mencapai kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif (Ridlo & Alimah, 2012). Desain
pembelajaran yang efektif, dapat memberikan pengalaman dalam proses belajar peserta
didik dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik adalah model
pembelajaran Experiential Jelajah Alam Sekitar (EJAS). Model pembelajaran EJAS
adalah model pembelajaran biologi yang memberikan pengalaman dalam proses belajar
peserta didik dan dapat mengembangkan kemampuan personal, sosial, berpikir rasional,
metakognisi dan kognisi peserta didik melalui fase utama model, yaitu eksplorasi,
interaksi, komunikasi dan refleksi (Alimah, 2012).Desain pembelajaran yang dirancang
oleh guru, efektif dalam proses pembelajaran bila dalam mendesain dan
mengembangkan dilakukan secara kolaboratif melalui kegiatan lesson study dengan
rekan seprofesi dalam satu kajian bidang studi. Keefektifan pembelajaran dapat dicapai
bila dosen mampu menggunakan dan mengkombinasikan model pembelajaran dengan
baik untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan capaian hasil akhir proses
pembelajaran berupa pencapaian penguasaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
(Joyce & Weil, 2009; Gentry, 2012; Prasetyo, 2012).
Kegaiatan lesson study dilakukan dengan 3 tahap, yaitu Plan, Do dan See. Plan
merupakan kegiatan mendesain pembelajaran oleh guru model untuk share dengan
teman seprofesi dalam satu tim kerja dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dan
saran sebelum pelaksanaan tahap do. Tahap do merupakan kegiatan implementasi
nyata dari desain pembelajaran yang telah direvisi oleh guru model sesuai saran yang
diperoleh dari kegiatan plan sebelum proses pembelajatan. Tahap see adalah kegiatan
refleksi oleh rekan tim seprofesi sebagai observer dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan pada tahap do dengan tujuan untuk perbaikan desain pembelajaran yang
diterapkan sehingga terjadi peningkatan kualitas dalam kegiatan proses pembelajaran
tersebut dan profesi.
METODE PENELITIAN
Model pengembangan desain pembelajaran diadaptasi dari model ADDIE.
ADDIE yaitu Analyze (menganalisis: kebutuhan peserta didik), Design (mendesain:
merumuskan kompetensi dan strategi), Develop (mengembangkan materi ajar dan
sumber belajar),Implement (melaksanakan tatap muka dan penilaian) and Evaluate
(menilai program pembelajaran dan merevisi).
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di FMIPA Universitas Negeri
Semarang dengan sampel penelitian adalah mahasiswa peserta mata kuliah Biologi
Umum dan Mikrobiologi. Implementasi desain pembelajaran mata kuliah Biologi Umum
dan Mikrobiologi dengan kegiatan lesson study melibatkan tim pengampu mata kuliah
dan tim lesson study Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Kegiatan
lesson study dilakukan pada mata kuliah Biologi Umum dan Mikrobiologi dengan
pertimbangan bahwa proses pembelajaran kedua mata kuliah tersebut berpotensi untuk
dirancang desain pembelajaran dengan model pembelajaran EJAS dalam proses
pembelajarannya. Kegiatan lesson study dilakukan pada bulan April-Juni 2012 bertempat
di Gedung D6 dan D3 lantai 1 FMIPA Univerversitas Negeri Semarang.Materi yang dipilih
dalam kegiatan lesson study dalam rangka mengembangkan desain pembelajaran
dengan model EJAS adalah topik Keanekaragaman Tumbuhan, Keanekaragaman
Hewan, Lingkungan dan Fermentasi, dengan pertimbangan bahwa materi-materi tersebut
memenuhi syarat dan sesuai dengan karakteristik dari model pembelajaran EJAS.
Kegiatan lesson study terbagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap plan, do dansee untuk setiap
materi.
5. Fase Refleksi
No Kelemahan Saran
Model EJAS memiliki 5 fase utama yaitu eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan evaluasi. Model pembelajaran EJAS adalah untuk
menggali, membangun, melatih, dan membiasakan kemampuan personal, sosial, berpikir rasional, metakognisi, dan kognisi siswa dalam proses
pembelajaran biologi yang berorientasi pada pencapaian kompetensi pembelajaran sains antara lain penguasaan terhadap pengetah uan ilmiah,
sikap ilmiah, dan keterampilan ilmiah melalui fase utama model EJAS yang terdiri dari eksplorasi, interaksi, komunikasi, refleksi, dan evaluasi.
eksplorasi terhadap obyek belajar biologi lebih memberdayakan potensi berpikir siswa, membangun hubungan personal dengan alam, dan tidak
mengharuskan mereka menghafal fakta-fakta, melainkan mendorong mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui proses refleksi serta
menumbuhkan kebiasaan berpikir secara cermat melalui proses investigasi terhadap alam. Penelitian ini bertujuan untuk meng etahui apakah
model Experiential Jelajah Alam Sekitar efektif dalam proses pembelajaran biologi di SMA KRISTA MITRA. Penelitian ini menggunakan
metode analisis kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan kemampuan siswa memiliki berpikir kritis.
1
kelompok pembanding diakhiri dengan penilaian akhir
proses pembelajaran (sesudah perlakuan).
Tabel 1. Rekap Hasil Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
KESIMPULAN
SARAN