Pembelajaran IPA sangat berguna bagi kehidupan anak, karena IPA berhubungan
langsung dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Guru harus paham bahwa IPA
perlu diajarkan dengan tepat, karena melalui pembelajaran IPA, anak diberikan kesempatan
untuk berlatih berpikir kritis. Sebelum memasuki tahapan tersebut, anak dihadapkan pada
tahapan eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep. Pembelajaran IPA SD
memerlukan pengetahuan dasar mengenai konsep dalam setiap unit pembelajaran. Menurut
Santa dan Alverman, bahwa melalui pembelajaran IPA anak mampu memahami dan
mengaplikasikan berbagai konsep untuk menjelaskan kejadian yang berhubungan dengan
konsep tersebut serta mampu menjalani suatu proses perubahan konsepsi.Pemahaman
anak tentang berbagai konsep yang sesuai dengan materi yang mereka pelajari akan
membawa anak pada pembelajaran yang berdaya guna untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang seharusnya. Cullingford dan Claxton, mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), anak memerlukan kegiatan pemahaman
konsep serta diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahunya dengan berbagai
penjelasan logis.
Hasil belajar yang rendah menunjukkan masih rendahnya pemahaman konsep siswa.
Keberhasilan dalam pembelajaran IPA membutuhkan pemahaman konsep dari siswa yang
tercermin dari hasil belajarnya. Benyamin S. Bloom dalam Prasetya, menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang dikelompokkan dalam tiga aspek aspek
pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek pengetahuan berkaitan dengan hasil
berupa pengetahuan dan kemahiran intelektual. Aspek sikap meliputi perubahan yang
berhubungan dengan minat, sikap, nilai-nilai, penghargaan dan penyesuaian diri. Aspek
keterampilan berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, yang dalam hal ini
adalah keterampilan laboratorium siswa. Hasil belajar siswa meningkat jika pembelajaran
bermakna.Pembelajaran bermakna terjadi ketika guru mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang aktif (active learning). Siswa dirangsang untuk dapat membangun
pengetahuannya sendiri melalui proses belajar aktif.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran yang
merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terdapat interaksi
antara guru, materi, dan siswa. Proses pembelajaran tentunya akan melibatkan sarana dan
prasarana seperti; metode, model pembelajaran, media, dan penataan lingkungan tempat belajar
sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Agar penciptaan lingkungan mencapai hasil yang optimal, guru harus memahami
berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang nantinya akan
dipraktekkan dalam kegiatan mengajar. Setiap proses belajar mengajar menuntut upaya
pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan menuntut pula suatu metode bimbingan untuk
terciptanya situasi belajar (Ihsan 2005,20).
Pencapaian hasil belajar siswa menurut Slameto, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal meliputi segala sesuatu yang ada dalam diri siswa, yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologis dan faktor kelelahan. Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor
eksternal yaitu kondisi di luar diri siswa, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Faktor eksternal, khususnya faktor sekolah berpengaruh langsung terhadap
pembelajaran siswa di sekolah, salah satunya adalah faktor model pembelajaran.Penerapan
model pembelajaran yang variatif dan sesuai dengan karakteristik siswa akan menghindarkan
rasa bosan, tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.Suasana pembelajaran
yang menyenangkan hendaknya diusahakan guru dengan memperhatikan otak.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan
IPA,yaitu pengembangan model-model pembelajaran IPA, pengembangan media
pembelajaran IPA,penataran guru-guru IPA, penyediaan sarana-prasarana yang
menunjang pembelajaran IPA,dan pelatihan-pelatihan bagi siswa dan guru IPA. Namun,
upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan.Hal ini terbukti dari
masih rendahnya hasil belajar IPA yang dicapai siswa.
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model brain based learning
bernuansa lingkungan sekitar ini menitikberatkan pada pemberdayaan potensi otak siswa
secara optimal dalam hal ini penggunaan otak kiri dan otak kanan dalam
proses pembelajaran seimbang dimana dalam pembelajaran yang dilakukan,
peneliti memberikan pengalaman belajar secara langsung mengenai alam
sekitarnya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rakhmat (2005:13) yang menyatakan bahwa belajar itu harus berbasis
otak. Artinya bahwa, pembelajaran yang dilakukan harus mampu memanajemen
kedua belahan organ tersebut yakni otak kiri dan otak kanan sehingga memungkinkan
siswa untuk belajar menjadi lebih efektif.
Kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan dalam
pembelajaran diarahkan agar siswa dapat memadukan dan mengembangkan antara teoriteori
yang didapat mereka dengan pengamatan langsung di alam sehingga menjadi lebih
bermakna karena siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya di lingkungan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa.
METODE
Inti dari Model Brain Based Learning adalah siswa berperan aktif membangun pengetahuan
yang dimilikinya, guru berperan fasilitator dan mediator pembelajaran.subjek penelitian
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan model Brain
Based Learning, dan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diberikan perlakuan
dengan menggunakan model konvensional .instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu
menggunakan pedoman observasi dan Pedoman tes yang berupa soal-soal tes tertulis. Pada
penelitian ini model tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar geografi
setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaran dengan pendekatan Brain Based
Learning untuk kelas eksperimen dan pendekatan konvensional untuk kelas kontrol.
Model Brain-Based Learning berupaya untuk mengotimalkan kerja otak dengan cara (1)
menciptakan lingkungan belajar yang menantang bagi kemampuan berpikir siswa; (2)
menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; dan (3) menciptakan situasi
pembelajaran aktif dan bermakna bagi siswa. Pertama, menciptakan lingkungan belajar yang
menantang kemampuan dilakukan dengan sering memberikan latihan soal maupun
permasalahan yang memberikan banyak pengalaman belajar bagi siswa sehingga pengetahuan
yang didapat bertahan lama dalam memori siswa. Kedua, menciptakan lingkungan yang
menyenangkan dengan menghindari situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa
terancam yang dengan melakukan pembelajaran di luar kelas, pengaturan posisi duduk yang
berbeda dari biasanya, kegiatan diskusi kelompok, dan pemanfaatan media visual dalam
pembelajaran. Ketiga, menciptakan situasi pembelajaran aktif dan bermakna dengan melibatkan
aktivitas indera seluruh siswa melalui kegiatan penemuan serta dengan mengaitkan
pengetahuan baru tersebut dengan kehidupan keseharian siswa sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran. Metode
pembelajaran brain based learning dengan tugas membuat mind mapping yang diterapkan pada
kelas eksperimen, metode ceramah dan diskusi diterapkan pada kelas kontrol. Variabel
terikatnya yaitu hasil belajar kimia pada materi reaksi redoks, sedangkan variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah guru, kurikulum, mata pelajaran dan jumlah jam pelajaran.Teknik
pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi, tes, angket, dan dokumentasi. Penelitian
ini termasuk kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian adalah posttest
only non equivalent group design dengan menggunakan kelas eksperimen (penerapan model
BBL) dan kontrol (pembelajaran ceramah bervariasi).
Variabel bebas berupa model BBL dan variabel terikat adalah hasil belajar biologi siswa
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes dan observasi. Pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.Dalam penelitian ini digunakan 2 jenis
instrumen, yaitu: (1) tes hasil belajar untuk mengambil data hasil belajar IPA dan (2)
angket untuk menilai respons siswa terhadap implementasi model BBL.
Tahap elaborasi siswa melakukan presentasi dan tanya jawab. Siswa yang tidak presentasi
menanggapinya sehingga proses diskusi berlangsung dua arah. Siswa menyatukan
informasiinformasi yang didapatkan dari berbagai sumber untuk dijadikan modal dalam
pemecahan masalah diskusi, sehingga siswa bebas menyatakan pendapatnya tanpa adanya rasa
tertekan. Pada tahap inkubasi dan memasukkan materi siswa melakukan diskusi untuk
menyelesaikan soal atau permasalahan dari guru. Aspek sikap yang diamati dalam penelitian
ini ada enam aspek yaitu tanggung jawab, mandiri, rasa ingin tahu, berkomunikasi, menghargai
orang lain, dan bekerjasama.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran-saran sebagai
berikut.Pertama,guru kelas, terutama yang mengasuh mata pelajaran IPA di SD,disarankan
menggunakan model pembelajaran sebagai salah satu model pembelajaran inovatif dalam
rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.Kedua,pengembangan lebih lanjut (bagi
peneliti atau guru) yang ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan model
1
Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. Op. Cit hal 94
BBL disarankan memperhatikan hasil refleksi pada penelitian tindakan kelas ini.Sintaks
Pembelajaran Dapat disesuaikan dengan karakteristik sekolah, kelas, dan individu
siswa.Ketiga,dalam menerapkan model pembelajaran BBL,guru disarankan memperhatikan
pembatasananggotatiap kelompok, misalnya antara 3-4 anggota dalam satu kelompok,
agar siswa dapat benar-benar berdiskusi dalam kelompoknya.
Penerapan BBL pada materi Pencemaran Lingkungan memberikan beberapa hal baru
yang tidak terdapat pada pembelajaran yang biasanya dilakukan. Beberapa hal baru dalam BBL
tersebut terangkum dalam tujuh sintaks yang meliputi pra-prapatan, persiapan, inisiasi dan
akuisisi, elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekkan keyakinan,
serta perayaan (Jensen, 2008: 484). Model BBL akan membuat siswa merasa nyaman, tidak
tertekan, aktif terlibat dalam pembelajaran,berani mencoba, tidak takut dalam bertanya dan
memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran. Suasana kelas yang membuat siswa
merasa nyaman dan membuat siswa aktif sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya
secara penuh pada pembelajaran dan hasil belajar meningkat (Saptawulan, 2012:30). Model
BBL memuat tujuh sintaks yang semuanya terakomodasi dalam penelitian ini. Pembelajaran
dengan menerapkan model BBL lebih dapat mengaktifkan siswa dan membuat siswa lebih
senang dalam mengikuti pembelajaran. Perlakuan dalam BBM supaya siswa dapat memperoleh
hasil belajar mengajar yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
KESIMPULAN
Pemanahan tentang pembelajaran IPA melalui penerapan model brain based learning
bernuansa Lingkungan sekitar sangat penting karena IPA berhubungan langsung dengan
kehidupan manusia dan alam semesta. Guru harus paham bahwa IPA perlu diajarkan
dengan tepat, karena melalui pembelajaran IPA, anak diberikan kesempatan untuk berlatih
berpikir kritis. Inti dari Model Brain Based Learning adalah siswa berperan aktif membangun
pengetahuan yang dimilikinya, guru berperan fasilitator dan mediator pembelajaran.Pemberian
hal yang nyata dalam pembelajaran merupakan bagian terpenting, dalam hal ini guru
memberikan demonstrasi awal berupa penjelasan singkat materi dengan keadaan yang nyata
sehingga siswa benar-benar merasa pembelajaran akan semakin menarik untuk dipelajari. Inti
dari Model Brain Based Learning adalah siswa berperan aktif membangun pengetahuan yang
dimilikinya, guru berperan fasilitator dan mediator pembelajaran.
Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan siswa yang menggunakan
model brain based learning dengan siswa yang menggunakan model konvensional. Hal tersebut
dapat dilihat pada nilai tertinggi kelas kontrol dan eksperimen yang hampir sama, namun tidak
semua siswa mengalami kenaikan nilai yang sama.
SARAN
Kami sadar bahwa dalam penulisan jurnal masih banyak kekurangan dan kesalahan yang
penulis lakukan, baik dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan nya penulis dapat membuat
literature review lebih baik lagi,serta penulis berharap bahwa jurnal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pembaca mendapatkan ilmu pengetahuan dari membaca jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. (2019). Penerapan multimedia interaktif untuk
meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik di sekolah dasar. Educare, 90-97.
Dudu,Suhandi,s, ,Yuyu Y, Wulandari,Juwita,A. Penerapan model brain based learning
bernuansa lingkungan sekitar dalam meningkatkan pemahaman siswa pada
pembelajaran ipa di kelas v sekolah DASAR. Jurnal Lensa Pendas. 2019. Hal 1-9
Hana Silvana, Adhitya Wibisono.(2016), PENERAPAN MODEL BRAIN BASED
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN DI SMAN 10 BANDUNG. (Jurnal
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 303-310
Ivah S. Fajriati,Safei,Saprin.(2017).Pengaruh penerapan metode pembelajaran brain based
learning berbantuan brain gym terhadap hasil belajar peserta didik. Jurnal Biotik.
Kumala, I. R., Sumarni, W., & Haryani, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
BrainBased Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa.
Chemistry in Education, 9(1), 38-44.
Nurasiah, I., Rachmawati, N., Supena, A., & Yufiarti, Y. (2022). Literature Review: Model
Pembelajaran Brain Based Learning di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3),
39914003.
Riska Saparina, Slamet Santosa, Maridi. (2013).Pengaruh Model Brain Based Learning
(BBL)Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun
Pelajaran 2012/2013 .Jurnal BioPedagogi.
Saparina, R., & Santosa, S. (2013). Pengaruh model brain based learning (BBL) terhadap hasil
belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2012/2013.
BioPedagogi, 2(2), 78-91.
Uswatun Khasanah, Sri Nurhayati, Wisnu Sunarto. 2018. Pengaruh model brain based
learning dengan tugas membuat mind mapping terhadap hasil belajar kimia siswa
sma. Jurnal Universitas Negeri Semarang.
Witariani, p. e., Dantes, N., & Tika, M. S. I. N. (2014). Pengaruh model brain-based learning
berbantuan media visual terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari sikap ilmiah siswa
kelas V SD gugus I kecamatan banjar tahun pelajaran 2013/2014 (Doctoral
dissertation, Ganesha University of Education).