Anda di halaman 1dari 21

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG PEMBELAJARAN IPA

MELALUI PENERAPAN MODEL BRAIN BASED LEARNING


BERNUANSA LINGKUNGAN SEKITAR
Afwa Qaulan¹, Yuli amanah²
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran
IPA, penelitian bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA
melalui penerapan model brain based learning bernuansa lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini
untuk menganalisis model “brain-based learning” di sekolah dasar. Pembelajaran berbasis otak
menggunakan tiga strategi. Pertama, ciptakan lingkungan belajar yang mendorong kemampuan berpikir
kritis siswa. Kedua, lingkungan belajar dibuat menyenangkan. Terakhir, Ciptakan situasi yang dinamis
dan bermakna. bagi siswa (pembelajaran aktif). Di sekolah dasar, semua aspek perkembangan anak
begitu sensitif sehingga tahap ini perlu dikelola secara optimal melalui berbagai upaya stimulasi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan mengetahui perkembangan anak, metode
pembelajaran berbasis otak cocok untuk pengajaran di dunia pedagogi sekolah dasar.Kegiatan
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran diarahkan agar siswa dapat
memadukan dan mengembangkan antara teori-teori yang didapat mereka dengan pengamatan
langsung di alam sehingga menjadi lebih bermakna karena siswa dihadapkan langsung dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya di lingkungan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan sikap
ilmiah siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model brain based learning bernuansa
lingkungan sekitar ini menitikberatkan pada pemberdayaan potensi otak siswa secara optimal dalam
hal ini penggunaan otak kiri dan otak kanan dalam proses pembelajaran seimbang dimana dalam
pembelajaran yang dilakukan, penelitian memberikan pengalaman belajar secara langsung
mengenai alam sekitarnya sehingga pembelajaran lebih bermakna
Kata kunci: Brain Based Learning,Pendidikan IPA, lingkungan sekitar, sekolah Dasar, Metode
pembelajaran, dan Berpikir Kritis.
ABSTRACT
This study is still on the back of the students' ability to understand in science studies, it is
aimed at improving the students' ability to understand in science learning through the
application of the model brain based learning in an environmental sense. The purpose of this
study is to analyze the model "brain-based learning" in elementary school. Brain-based
learning USES three strategies. First, create a learning environment that encourages students'
critical thinking ability. Second, the learning environment is created pleasantly. Finally, create
a dynamic and meaningful situation. For students (active learning). In elementary school all
aspects of a child's development are so sensitive that this stage needs to be optimally managed
through various stimulation attempts to promote growth and development of the child. With
child development, brain-based learning methods are ideal for teaching in the pedagogy of
elementary schools.The learning activities by capitalizing on the environment in learning are
directed that students can combine and develop between theories they come up with direct
observations in nature and thus become more meaningful because students are faced with
actual events and circumstances in their surroundings and can improve students' scientific
attitudes. Learning activities by applying this environmentally based learning model based
learning emphasis on optimally empowering students' brain potential in this way the use of
the left and the right brain in the balanced learning process in which studies are made,
research gives direct learning experiences and thus more meaningful learning
Keywords: Brain based learning, science, our surroundings, elementary schools, learning
methods, and critical thinking.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tapi kualitas pendidikan di Indonesia yang masih belum optimal sampai saat ini. Pendidikan
merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik
pribadi siswa. Upaya meningkatkan pendidikan menjadi tugas dan tanggung jawab guru, karena
gurulah yang langsung membina para siswa di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar.
Namun upaya meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah hal yang mudah karena itu
diperlukan guru yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan dan tujuan pendidikan
nasional dapat terwujud.Salah satu upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah
pembaharuan model atau meningkatkan relevansi model mengajar. Model mengajar dikatakan
relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti
pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. IPA merupakan ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Samatowa gejala alam yang disusun secara
sistematis berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan Pada hakikatnya, IPA
mengandung tiga aspek yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, dan IPA sebagai sikap
(Sardinah, dkk., 2012). Artinya, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah,
sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan tetapi juga merupakan suatu
proses inkuiri. Melalui pembelajaran IPA di dalam kelas diharapkan siswa lebih mengenal
tentang diri sendiri serta lingkungan sekitarnya sehingga idealnya pembelajaran IPA harus
membelajarkan siswa untuk memperoleh produk dan proses, serta secara tidak langsung dapat
membentuk sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA sangat berguna bagi kehidupan anak, karena IPA berhubungan
langsung dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Guru harus paham bahwa IPA
perlu diajarkan dengan tepat, karena melalui pembelajaran IPA, anak diberikan kesempatan
untuk berlatih berpikir kritis. Sebelum memasuki tahapan tersebut, anak dihadapkan pada
tahapan eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep. Pembelajaran IPA SD
memerlukan pengetahuan dasar mengenai konsep dalam setiap unit pembelajaran. Menurut
Santa dan Alverman, bahwa melalui pembelajaran IPA anak mampu memahami dan
mengaplikasikan berbagai konsep untuk menjelaskan kejadian yang berhubungan dengan
konsep tersebut serta mampu menjalani suatu proses perubahan konsepsi.Pemahaman
anak tentang berbagai konsep yang sesuai dengan materi yang mereka pelajari akan
membawa anak pada pembelajaran yang berdaya guna untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang seharusnya. Cullingford dan Claxton, mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), anak memerlukan kegiatan pemahaman
konsep serta diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahunya dengan berbagai
penjelasan logis.
Hasil belajar yang rendah menunjukkan masih rendahnya pemahaman konsep siswa.
Keberhasilan dalam pembelajaran IPA membutuhkan pemahaman konsep dari siswa yang
tercermin dari hasil belajarnya. Benyamin S. Bloom dalam Prasetya, menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang dikelompokkan dalam tiga aspek aspek
pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek pengetahuan berkaitan dengan hasil
berupa pengetahuan dan kemahiran intelektual. Aspek sikap meliputi perubahan yang
berhubungan dengan minat, sikap, nilai-nilai, penghargaan dan penyesuaian diri. Aspek
keterampilan berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, yang dalam hal ini
adalah keterampilan laboratorium siswa. Hasil belajar siswa meningkat jika pembelajaran
bermakna.Pembelajaran bermakna terjadi ketika guru mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang aktif (active learning). Siswa dirangsang untuk dapat membangun
pengetahuannya sendiri melalui proses belajar aktif.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran yang
merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terdapat interaksi
antara guru, materi, dan siswa. Proses pembelajaran tentunya akan melibatkan sarana dan
prasarana seperti; metode, model pembelajaran, media, dan penataan lingkungan tempat belajar
sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Agar penciptaan lingkungan mencapai hasil yang optimal, guru harus memahami
berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang nantinya akan
dipraktekkan dalam kegiatan mengajar. Setiap proses belajar mengajar menuntut upaya
pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan menuntut pula suatu metode bimbingan untuk
terciptanya situasi belajar (Ihsan 2005,20).
Pencapaian hasil belajar siswa menurut Slameto, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal meliputi segala sesuatu yang ada dalam diri siswa, yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologis dan faktor kelelahan. Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor
eksternal yaitu kondisi di luar diri siswa, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Faktor eksternal, khususnya faktor sekolah berpengaruh langsung terhadap
pembelajaran siswa di sekolah, salah satunya adalah faktor model pembelajaran.Penerapan
model pembelajaran yang variatif dan sesuai dengan karakteristik siswa akan menghindarkan
rasa bosan, tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.Suasana pembelajaran
yang menyenangkan hendaknya diusahakan guru dengan memperhatikan otak.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan
IPA,yaitu pengembangan model-model pembelajaran IPA, pengembangan media
pembelajaran IPA,penataran guru-guru IPA, penyediaan sarana-prasarana yang
menunjang pembelajaran IPA,dan pelatihan-pelatihan bagi siswa dan guru IPA. Namun,
upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan.Hal ini terbukti dari
masih rendahnya hasil belajar IPA yang dicapai siswa.
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model brain based learning
bernuansa lingkungan sekitar ini menitikberatkan pada pemberdayaan potensi otak siswa
secara optimal dalam hal ini penggunaan otak kiri dan otak kanan dalam
proses pembelajaran seimbang dimana dalam pembelajaran yang dilakukan,
peneliti memberikan pengalaman belajar secara langsung mengenai alam
sekitarnya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rakhmat (2005:13) yang menyatakan bahwa belajar itu harus berbasis
otak. Artinya bahwa, pembelajaran yang dilakukan harus mampu memanajemen
kedua belahan organ tersebut yakni otak kiri dan otak kanan sehingga memungkinkan
siswa untuk belajar menjadi lebih efektif.
Kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan dalam
pembelajaran diarahkan agar siswa dapat memadukan dan mengembangkan antara teoriteori
yang didapat mereka dengan pengamatan langsung di alam sehingga menjadi lebih
bermakna karena siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya di lingkungan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa.
METODE
Inti dari Model Brain Based Learning adalah siswa berperan aktif membangun pengetahuan
yang dimilikinya, guru berperan fasilitator dan mediator pembelajaran.subjek penelitian
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang diberikan perlakuan dengan model Brain
Based Learning, dan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diberikan perlakuan
dengan menggunakan model konvensional .instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu
menggunakan pedoman observasi dan Pedoman tes yang berupa soal-soal tes tertulis. Pada
penelitian ini model tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar geografi
setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaran dengan pendekatan Brain Based
Learning untuk kelas eksperimen dan pendekatan konvensional untuk kelas kontrol.
Model Brain-Based Learning berupaya untuk mengotimalkan kerja otak dengan cara (1)
menciptakan lingkungan belajar yang menantang bagi kemampuan berpikir siswa; (2)
menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; dan (3) menciptakan situasi
pembelajaran aktif dan bermakna bagi siswa. Pertama, menciptakan lingkungan belajar yang
menantang kemampuan dilakukan dengan sering memberikan latihan soal maupun
permasalahan yang memberikan banyak pengalaman belajar bagi siswa sehingga pengetahuan
yang didapat bertahan lama dalam memori siswa. Kedua, menciptakan lingkungan yang
menyenangkan dengan menghindari situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa
terancam yang dengan melakukan pembelajaran di luar kelas, pengaturan posisi duduk yang
berbeda dari biasanya, kegiatan diskusi kelompok, dan pemanfaatan media visual dalam
pembelajaran. Ketiga, menciptakan situasi pembelajaran aktif dan bermakna dengan melibatkan
aktivitas indera seluruh siswa melalui kegiatan penemuan serta dengan mengaitkan
pengetahuan baru tersebut dengan kehidupan keseharian siswa sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran. Metode
pembelajaran brain based learning dengan tugas membuat mind mapping yang diterapkan pada
kelas eksperimen, metode ceramah dan diskusi diterapkan pada kelas kontrol. Variabel
terikatnya yaitu hasil belajar kimia pada materi reaksi redoks, sedangkan variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah guru, kurikulum, mata pelajaran dan jumlah jam pelajaran.Teknik
pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi, tes, angket, dan dokumentasi. Penelitian
ini termasuk kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian adalah posttest
only non equivalent group design dengan menggunakan kelas eksperimen (penerapan model
BBL) dan kontrol (pembelajaran ceramah bervariasi).
Variabel bebas berupa model BBL dan variabel terikat adalah hasil belajar biologi siswa
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes dan observasi. Pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.Dalam penelitian ini digunakan 2 jenis
instrumen, yaitu: (1) tes hasil belajar untuk mengambil data hasil belajar IPA dan (2)
angket untuk menilai respons siswa terhadap implementasi model BBL.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan Penjelasan Latar belakang dan metode yang dijelaskan Tersebut mengenai Hasil
penelitian yang diperoleh dari 10 jurnal terkait dengan Meningkatkan Pemahaman tentang
pembelajaran IPA melalui penerapan model Brain Based Learning bernuansa lingkungan
sekitar,Adapun data hasil review jurnal yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut.

No Judul Autor/Tahun Metode Hasil penelitian


1 PENERAPAN Hana Silvana, Inti dari Model Brain Hasil penelitian
MODEL BRAIN Adhitya Based Learning adalah diperoleh dengan
BASED Wibisono. 2016 siswa berperan besar rekapitulasi
LEARNING aktif membangun peningkatan skor
DALAM pengetahuan yang rata-rata
PEMBELAJAR dimilikinya, guru gain ternormalisasi
berperan fasilitator dan hasil belajar ranah
AN DI
mediator kognitif untuk kelas
SMAN 10
pembelajaran.subjek eksperimen dengan
BANDUNG
penelitian kategori sedang.
dikelompokkan Sama halnya dengan
menjadi dua kelompok besar rekapitulasi
yaitu kelompok peningkatan skor
eksperimen dan rata-rata gain
kelompok kontrol. ternormalisasi hasil
Kelompok eksperimen belajar kognitif untuk
yaitu kelompok siswa kelas kontrol dengan
yang diberikan kategori sedang,
perlakuan dengan walaupun kedua kelas
model Brain Based berada pada kategori
Learning, dan yang sama, namun
kelompok kontrol kedua kelas tersebut
adalah kelompok siswa memiliki n-gain yang
yang diberikan berbeda dan lebih
perlakuan dengan unggul kelas
menggunakan model eksperimen
konvensional dibanding kelas
.instrumen yang kontrol. Nilai
digunakan oleh peneliti signifikansi untuk
yaitu menggunakan postest yang
pedoman observasi dan menggunakan uji-t
Pedoman tes yang dalam penelitian ini
berupa soal-soal tes menunjukan bahwa
tertulis. Pada penelitian nilai-t lebih besar
ini model tes digunakan dibanding t-tabel
untuk mengumpulkan dengan kesimpulan
data mengenai hasil bahwa terdapat
belajar geografi setelah perbedaan hasil
mendapat perlakuan belajar geografi
dengan model antara siswa yang
pembelajaran dengan diberi model Brain
pendekatan Brain Based Based
Learning untuk kelas Learning dengan
eksperimen dan siswa yang diberi
pendekatan model konvensional
konvensional untuk pada mata pelajaran
kelas kontrol. geografi
kelas XI.
2. PENGARUH Uswatun Variabel bebas dalam
Berdasarkan hasil
MODEL BRAIN Khasanah, penelitian ini yaitu
analisis dan
BASED Sri metode pembelajaran.
pembahasan dapat
LEARNING Nurhayati, Metode pembelajaran disimpulkan bahwa
DENGAN Wisnu Sunarto. brain based learning model brain based
TUGAS Universitas dengan tugas membuat learning
MEMBUAT Negeri mind mapping yang dengan tugas
MIND Semarang. diterapkan pada kelas membuat mind
MAPPING 2018. eksperimen, metode mapping berpengaruh
TERHADAP ceramah dan diskusi terhadap hasil belajar
HASIL diterapkan pada kelas kimia siswa SMA
BELAJAR kontrol. Variabel pada materi reaksi
KIMIA SISWA terikatnya yaitu hasil redoks. Hal ini
dikarenakan
SMA. belajar kimia pada
pada
materi reaksi redoks,
aspek pengetahuan
sedangkan variabel
yang digunakan
kontrol dalam untuk uji
penelitian ini adalah korelasi biserial
guru, kurikulum, mata menunjukkan hasil
pelajaran dan jumlah

jam pelajaran. positif, aspek


Teknik sikap kelas eksperimen
pengambilan lebih baik
data dilakukan dengan dari kelas
teknik observasi, tes, kontrol, dan aspek
angket, dan keterampilan kelas
dokumentasi. eksperimen lebih
baik dari kelas
kontrol.
3. Penerapan Deliany, N., Penelitian ini Berdasarkan hasil
multimedia Hidayat, A., & menggunakan metode observasi yang
interaktif Nurhayati, penelitian eksperimen dilakukan saat
untuk Y.(2019). yang dalam penelitiaan serta
meningkatkan penelitiannya terdapat hasil pengolahan
pemahaman data, penerapan
perlakuan (treatment).
konsep multimedia interaktif
Penelitian ini bersifat
IPA di kelas eksperimen
kuantitatif karena data mendapatkan hasil
peserta didik di penelitian yang akan
sekolah dasar interpretasi sangat
disajikan berupa baik dengan
angkaangka dan persentase sebesar
analisisnya 100%. Hal tersebut
menggunakan statistik. menunjukkan bahwa
Desain penelitian yang penerapan
digunakan dalam multimedia interaktif
penelitian ini adalah pada proses
quasi experimental pembelajaran IPA
design. Bentuk quasi dilakukan sesuai
experimental design sintaks.Guru
yang digunakan yaitu memberikan
nonequivalent control pendapat pada
group design Kelompok lembar observasi
eksperimen dan bahwa multimedia
kontrol dalam interaktif merupakan
penelitian ini tidak media yang inovatif
dipilih secara acak. untuk diterapkan
Teknik pengambilan dalam pembelajaran
sampel yang digunakan di sekolah dasar
peneliti yaitu teknik
sampling jenuh, yaitu
teknik penentuan
sampel bila semua
anggota populasi
digunakan sebagai
sampel.
4. Pengaruh Model Riska Saparina, Penelitian ini termasuk Berdasarkan hasil
Brain Based Slamet Santosa, kuasi eksperimen penelitian dapat
Learning (BBL) Maridi. (2013) dengan pendekatan disimpulkan bahwa
Terhadap Hasil kuantitatif. Desain model BBL
Belajar Biologi penelitian adalah berpengaruh nyata
Siswa Kelas X posttest only non terhadap hasil belajar
SMA Negeri equivalent group design biologi siswa kelas X
Colomadu SMA Negeri
dengan menggunakan
Tahun Pelajaran Colomadu baik pada
kelas eksperimen
2012/2013 ranah kognitif,
(penerapan model BBL)
afektif maupun
dan kontrol
psikomotorik. hasil
(pembelajaran ceramah
penelitian Bas (2010)
bervariasi).
menyatakan
Variabel bebas berupa
bahwa pembelajaran
model BBL dan
variabel terikat adalah BBL lebih efektif
hasil belajar biologi dibandingkan
siswa yang mencakup pembelajaran
ranah kognitif, afektif, tradisional
dan psikomotorik. dalam perkembangan
Teknik pengumpulan sikap siswa.
data yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah dokumentasi, tes
dan observasi
5. MODELBRAIN Nyoman Penelitian tindakan Berasarkan
BASED Kusmariyatni. kelas ini membelajar- pembahasandi atas,
LEARNINGDA (2012) kan dimensi impli-kasi yang dapat
N HASIL konseptual perubahan ditarik dari hasil
BELAJAR IPA lingkungandan penelitian
pengaruhnya. iniadalahmodel BBL
SISWA
Pelaksanaan penelitian merupakansalah satu
SEKOLAH
dilak-sanakan dalam modelyang tepat
DASAR.
duasiklus. digunakan dalam
Pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA
dilakukan dengan diSD dalam upaya
tahapan-tahapan meningkatkan
sebagai kualitas
berikut.Dalam prosespembelajaran.
penelitian ini digunakan Sebagai
2 jenis indikator
instrumen, kualitas
yaitu: (1) tes hasil prosesadalah(1)diber
belajar untuk dayakannya
mengambil data hasil pengetahuan
belajar IPA dan (2) awalsiswa
angket untuk menilai dalam
respons melakukan
siswa terhadap investigasi,(2)diperda
implementasi model -yakannya potensi
BBL. alamiah otak siswa
Data tentang kualitas dalammembangun
respons siswa terhadap pengetahuan,(3)diber
pembelajaran IPA dayakannyakemampu
dengan model BBL an sis-wa

dia-nalisis secara melakukan elaborasi


deskriptif dan dandiskusi,dan
penyimpulannyadidasar (4)diberdayakanyake
kan atas perolehan mampuansiswa
skor rata-rata dalammelakukan
responssiswa. Kriteria refleksi
keberhasilan tindakan pembelajaran.Pening
apabilarespons siswa katan kualitas proses
berkategori positif.
pembelajaran
akanbermuara pada
peningkatan hasil
belajar secaraoptimal
6. Pengaruh Ivah S. Jenis penelitian Penelitian nya dapat
penerapan Fajriati,Safei,Sa ini adalah dikatakan bahwa
metode prin.(2017). quasi terdapat pengaruh
pembelajaran experimental. yang signifikan atau
brain based Penggunaan jenis ini lebih tinggi hasil
learning dimaksudkan untuk belajar
berbantuan brain mengungkapkan peserta didik yang
gym terhadap hubungan sebab akibat diajar menggunakan
hasil belajar dengan cara melibatkan metode pembelajaran
peserta didik. kelompok control di Brain Based Learning
samping kelompok (BBL) berbantuan
eksperimental .Namun Brain Gym dari pada
pemilihan kedua hasil belajar peserta
kelompok ini didik yang diajar
dilakukan dengan menggunakan metode
menggunakan teknik ceramah. Walaupun
acak. demikian, dari hasil
Penelitian ini terdiri dari pre-test dan post-test
dua variabel bebas yaitu menunjukkan bahwa
metode brain based penerapan metode
learning pembelajaran Brain
berbantuan brain gym Based Learning
yang diberi simbol X (BBL)
dan satu variabel terikat berbantuan Brain
yaitu hasil belajar yang Gym dan metode
diberi simbol Y. ceramah
Instrumen yang masingmasing dapat
digunakan dalam meningkatkan hasil
penelitian ini adalah tes belajar peserta didik
hasil pada kedua kelas
belajar, lembar tersebut.
observasi dan
dokumentasi. Teknik
analisis data yang
digunakan yaitu
statistik deskriptif dan
statistik inferensial.
7. PENERAPAN DI Dudu,Suhandi,s Penelitian yang Pembelajaran
MODEL BRAIN V ,Yuyu Y, akan digunakan dengan
BASED Wulandari,Juwi oleh peneliti yaitu menggunakan model
LEARNING ta,A. Jurnal penelitian tindakan brain based
BERNUANSA Lensa Pendas. kelas (classroom learning
2019. bernuansa
LINGKUNGAN action research).
lingkungan
SEKITAR Model PTK yang
sekitar
DALAM digunakan dalam memberikan
MENINGKATK penelitian ini adalah kesempatan kepada
AN model John Elliot. siswa untuk dapat
PEMAHAMAN mengoptimalkan
SISWA PADA potensi otaknya
PEMBELAJAR dengan baik
AN IPA sehingga
KELAS pembelajaran tidak
SEKOLAH hanya menekankan
DASAR. pada kemampuan
otak kiri saja akan
tetapi otak kanan
pun digunakan
secara seimbang
sehingga dengan
adanya
keseimbangan
penggunaan antara
otak kiri dan otak
kanan membuat
dimana dalam
pembelajaran yang
dilakukan, dan
dengan nuansa
lingkungan sekitar
dalam
pembelajaran maka
guru memberikan
pengalaman belajar
secara langsung
mengenai alam
sekitarnya
sehingga
pembelajaran
menjadi
lebih bermakna
dan
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk dapat
memadukan antara
teori yang dipelajari
dengan kenyataan di
sekitar
8. Literature Lis Nurasiah, Pada Jenis Metode yang Berdasarkan matrik

Review: Nugraheni digunakan adalah artikel yang menulis


Model Rachmawati, library research kaji dari 20 artikel
Pembelajaran Asep Supena, (panaliman pustaka) dapat disimpulkan
Brain Based Yufiarti. yang mana penelitian bahwa Brain Based
Learning di 2022 dilalui dengan mencatat Learningyang
Sekolah Dasar. juga menelaah literatur
membaca, diimplementasikan di
bacaan dipilih SD menggunakan 7
dan
ataupun bahan tahapan yaitu a)
dianggap sestal dengan
yang Tahap Pra-paparan,
kajian, Ilmu pada tahap inipeserta
pokok dan juga didik akan diberikan
dituangkan secara testis ulasan mengenai
disaning kerangka pembelajaran
pemikiran yang terkait baru,b) Tahap
pada
penguatan Persiapan, guru akan
projek belajar pancasila.
dengan menyampaikan
mengenai tujuan
pembelajaran yang
akan dicapai juga
penjelasan awal
tentang materi yang
akan dipelajari
sebagai stimulus dan
mengaitkannya
dalam konteks
kehidupan sehari-
hari,c) Tahap
Inisiasi dan akuisisi,
pada tahap ini
peserta didikakan
diberi
kesempatan
mengembangkan
kemampuannya
melalui pembelajaran
langsung dan juga
pembelajaran tidak
langsung.
9. Penerapan Model Kumala, I. R., Teknik
Pembelajaran Sumarni, W., & pengambilan Penelitian ini dapat
Brain-Based Haryani, S. data dilakukan dengan disimpulkan bahwa
Learning Untuk (2020). metode angket dan tes. penerapan model BBL
Meningkatkan Instrumen terdapat
Kemampuan dalam penelitian perbedaan rata-
ini terdiri dari rata kemampuan
Literasi
penggalan literasi sains pada tiap
Sains
silabus, RPP untuk aspek yang dimiliki
Siswa.
kelas kontrol dan kelas siswa di mana
eksperimen, kelas
seperangkat tes eksperimen
berkemampuan

literasi sains yaitu memiliki rata-rata


pretest dan posttest kemampuan literasi
untuk sains tiap
penilaian kognitif, aspek yang lebih baik
LKPS berbasis BBL, daripada kelas
lembar angket untuk kontrol.
penilaian sikap sains Meskipun demikian
dan angket tingkat pencapaian
tanggapan siswa kemampuan literasi
terhadap model BBL pada penelitian ini
yang masih
digunakan. Analisis dalam kategori
tahap awal digunakan rendah mendekati
untuk melihat kondisi sedang
awal populasi yang sehingga perlu
meliputi uji normalitas. pembiasaan dengan
Analisis tahap akhir selalu
meliputi uji normalitas, menghubungkan
uji homogenitas, uji t, konsep sains terhadap
dan uji N-gain fenomena alam.
Melalui proses
tersebut siswa
akan terbiasa dan
terbentuk pola pikir
berliterasi
sains sehingga
kemampuan literasi
sains siswa
dapat meningkat
secara bertahap.
10. WITARIANI, P. Variabel-variabel
Pengaruh model E., Dantes, eksperimen dalam Berdasarkan hasil
brain-based N., & Tika, M. penelitian ini berupa (1) pembahasan tersebut,
learning S. I. N. (2014). variabel bebas dapat ditarik
berbantuan (independent variable) kesimpulan sebagai
media visual yaitu model Brain- berikut. (1) Terdapat
terhadap hasil Based Learning perbedaan yang
belajar IPA berbantuan media signifikan hasil
ditinjau dari visual belajar IPA antara
sikap ilmiah dan model siswa yang mengikuti
siswa kelas V SD konvensional; (2) model Brain-Based
gugus I variabel Learning berbantuan
kecamatan banjar terikat (dependent media visual dan
tahun pelajaran variable) yaitu hasil siswa yang mengikuti
2013/2014 model konvensional.
belajar IPA siswa kelas
(Doctoral (2) Terdapat
V; dan (3) variabel pengaruh interaksi
dissertation,
Ganesha moderator yang signifikan antara
University of (moderator model
Education). variable) yaitu sikap pembelajaran dan
ilmiah.
sikap ilmiah terhadap
hasil belajar IPA. (3)
Pada siswa yang
memiliki sikap ilmiah
tinggi, terdapat
perbedaan yang
signifikan
hasil belajar IPA
antara siswa yang
mengikuti model
Brain-BasedLearning
berbantuan media
visual dan siswa yang
mengikuti model
konvensional. (4)
Pada siswa yang
memiliki sikap ilmiah
rendah,
terdapat perbedaan
yang signifikan hasil
belajar IPA antara
siswa yang mengikuti
model Brain-Based
Learning berbantuan
media visual dan
siswa yang mengikuti
model konvensional.
Pembahasan
Pembelajaran berbasis otak merupakan sebuah cara berpikir tentang proses pembelajaran.
Pendekatan ini adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar. Ketika belahan otak kanan dan otak kiri digunakan, maka kekuatan dan
fungsi-fungsi otak manusia maksimal. Bahkan bekerjanya pun maksimal. Dampak positif
yang bisa dirasakan ialah kecerdasan seseorang atau seorang anak akan semakin meningkat.
Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan siswa yang menggunakan
model brain based learning dengan siswa yang menggunakan model konvensional. Hal tersebut
dapat dilihat pada nilai tertinggi kelas kontrol dan eksperimen yang hampir sama, namun tidak
semua siswa mengalami kenaikan nilai yang sama. Saat proses pembelajaran berlangsung siswa
diberikan kebebasan berupa jargon kelompok hal ini memperlihatkan bahwa siswa tersebut
merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran sehingga mereka merasa nyaman dan
memberikan semangat saat belajar. Sebelum proses belajar baik siswa dan guru melakukan
pemanasan yaitu senam otak, siswa dan guru mengikuti instruksi dalam sebuah video yang
didalamnya berisi gerakan-gerakan senam otak, hal tersebut bertujuan untuk membuat antara
koneksi otak kiri dan otak kanan berjalan karena hal itulah yang menjadi tujuan dari model
brain based learning.
Pemberian hal yang nyata dalam pembelajaran merupakan bagian terpenting, dalam hal ini
guru memberikan demonstrasi awal berupa penjelasan singkat materi dengan keadaan yang
nyata sehingga siswa benar-benar merasa pembelajaran akan semakin menarik untuk dipelajari.
Hal ini sesuai dengan teori brain based learning dimana siswa dapat mendorong kinerja otak
kanan dan otak kirinya dalam proses pembelajaran, dengan harapan dalam proses pembelajaran
siswa tidak merasa jenuh dan materi pembelajaran yang diterima siswa dapat bertahan lama
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut eric jensen bahwa model brain based learning merupakan pembelajaran yang
diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar, hal tersebut membuat
penerapan model ini mengajak siswa untuk mengoptimalkan kedua belah otak agar
pembelajaran lebih bermakna. Dengan model brain based learning tentu membuat
kondisi/lingkungan pembelajaran menjadi menyenangkan, hal ini dikarenakan model ini
mengharuskan untuk siswa dan guru bersama-sama menciptakan interaksi yang baik ketika
pembelajaran berlangsung, karena sudah seharusnya suatu lingkungan pembelajar dapat
menciptakan iklim belajar yang baik dan nyaman dapat membantu siswa dalam memahami
materi pelajaran.
1. Penerapan Multimedia Interaktif pada Materi IPA
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat penelitian serta hasil
pengolahan data, penerapan multimedia interaktif di kelas eksperimen mendapatkan hasil
interpretasi sangat baik dengan persentase sebesar 100%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa penerapan multimedia interaktif pada proses pembelajaran IPA dilakukan sesuai
sintaks.
2. Penerapan KKM pembahasan konsep.
Berdasarkan data pre-test diketahui bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dalam mata pelajaran IPA masih banyak yang belum mencapai KKM,
sedangkan dari hasil post-test rata-rata nilai peserta didik pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Setelah menerapkan multimedia interaktif
pembelajaran pada kelas eksperimen, rata-rata nilai peserta didik pada post-test telah
mencapai KKM. Sedangkan dilihat dari hasil post-test pada kelas kontrol, rata-rata nilai
peserta didik lebih kecil dari kelas eksperimen bahkan belum mencapai KKM.
3. Perbandingan pemahaman konsep IPA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep
IPA peserta didik di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol setelah
menerapkan multimedia interaktif pada pembelajaran IPA. Hal ini bisa dilihat dari hasil
pengujian dengan menggunakan Independent Sample T-test.Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA peserta didik kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol setelah menerapkan multimedia interaktif pada pembelajaran IPA.
4. Perbandingan peningkatan pemahaman konsep IPA antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol

Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman


konsep IPA peserta didik di kelas eksperimen lebih baik. Disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan pemahaman konsep IPA pada data pre-test dan post-test di kelas
eksperimen setelah menerapkan multimedia interaktif pada pembelajaran IPA. Selain itu,
disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep IPA pada kelas eksperimen lebih
baik daripada kelas kontrol setelah menerapkan multimedia interaktif pada pembelajaran
IPA. Multimedia interaktif yang diterapkan pada pembelajaran IPA di kelas eksperimen mampu
memvisualisasikan materi yang abstrak sehingga peserta didik lebih mampu memahami
konsep materi daur hidup hewan, berbeda dengan kelas kontrol yang menerapkan
media buku dan papan tulis yang masih sulit memvisualisasikan materi abstrak dalam
materi daur hidup hewan 1

Tahap elaborasi siswa melakukan presentasi dan tanya jawab. Siswa yang tidak presentasi
menanggapinya sehingga proses diskusi berlangsung dua arah. Siswa menyatukan
informasiinformasi yang didapatkan dari berbagai sumber untuk dijadikan modal dalam
pemecahan masalah diskusi, sehingga siswa bebas menyatakan pendapatnya tanpa adanya rasa
tertekan. Pada tahap inkubasi dan memasukkan materi siswa melakukan diskusi untuk
menyelesaikan soal atau permasalahan dari guru. Aspek sikap yang diamati dalam penelitian
ini ada enam aspek yaitu tanggung jawab, mandiri, rasa ingin tahu, berkomunikasi, menghargai
orang lain, dan bekerjasama.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran-saran sebagai
berikut.Pertama,guru kelas, terutama yang mengasuh mata pelajaran IPA di SD,disarankan
menggunakan model pembelajaran sebagai salah satu model pembelajaran inovatif dalam
rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.Kedua,pengembangan lebih lanjut (bagi
peneliti atau guru) yang ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan model

1
Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. Op. Cit hal 94
BBL disarankan memperhatikan hasil refleksi pada penelitian tindakan kelas ini.Sintaks
Pembelajaran Dapat disesuaikan dengan karakteristik sekolah, kelas, dan individu
siswa.Ketiga,dalam menerapkan model pembelajaran BBL,guru disarankan memperhatikan
pembatasananggotatiap kelompok, misalnya antara 3-4 anggota dalam satu kelompok,
agar siswa dapat benar-benar berdiskusi dalam kelompoknya.

Penerapan BBL pada materi Pencemaran Lingkungan memberikan beberapa hal baru
yang tidak terdapat pada pembelajaran yang biasanya dilakukan. Beberapa hal baru dalam BBL
tersebut terangkum dalam tujuh sintaks yang meliputi pra-prapatan, persiapan, inisiasi dan
akuisisi, elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekkan keyakinan,
serta perayaan (Jensen, 2008: 484). Model BBL akan membuat siswa merasa nyaman, tidak
tertekan, aktif terlibat dalam pembelajaran,berani mencoba, tidak takut dalam bertanya dan
memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran. Suasana kelas yang membuat siswa
merasa nyaman dan membuat siswa aktif sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya
secara penuh pada pembelajaran dan hasil belajar meningkat (Saptawulan, 2012:30). Model
BBL memuat tujuh sintaks yang semuanya terakomodasi dalam penelitian ini. Pembelajaran
dengan menerapkan model BBL lebih dapat mengaktifkan siswa dan membuat siswa lebih
senang dalam mengikuti pembelajaran. Perlakuan dalam BBM supaya siswa dapat memperoleh
hasil belajar mengajar yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

KESIMPULAN
Pemanahan tentang pembelajaran IPA melalui penerapan model brain based learning
bernuansa Lingkungan sekitar sangat penting karena IPA berhubungan langsung dengan
kehidupan manusia dan alam semesta. Guru harus paham bahwa IPA perlu diajarkan
dengan tepat, karena melalui pembelajaran IPA, anak diberikan kesempatan untuk berlatih
berpikir kritis. Inti dari Model Brain Based Learning adalah siswa berperan aktif membangun
pengetahuan yang dimilikinya, guru berperan fasilitator dan mediator pembelajaran.Pemberian
hal yang nyata dalam pembelajaran merupakan bagian terpenting, dalam hal ini guru
memberikan demonstrasi awal berupa penjelasan singkat materi dengan keadaan yang nyata
sehingga siswa benar-benar merasa pembelajaran akan semakin menarik untuk dipelajari. Inti
dari Model Brain Based Learning adalah siswa berperan aktif membangun pengetahuan yang
dimilikinya, guru berperan fasilitator dan mediator pembelajaran.
Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan siswa yang menggunakan
model brain based learning dengan siswa yang menggunakan model konvensional. Hal tersebut
dapat dilihat pada nilai tertinggi kelas kontrol dan eksperimen yang hampir sama, namun tidak
semua siswa mengalami kenaikan nilai yang sama.
SARAN
Kami sadar bahwa dalam penulisan jurnal masih banyak kekurangan dan kesalahan yang
penulis lakukan, baik dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan nya penulis dapat membuat
literature review lebih baik lagi,serta penulis berharap bahwa jurnal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pembaca mendapatkan ilmu pengetahuan dari membaca jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. (2019). Penerapan multimedia interaktif untuk
meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik di sekolah dasar. Educare, 90-97.
Dudu,Suhandi,s, ,Yuyu Y, Wulandari,Juwita,A. Penerapan model brain based learning
bernuansa lingkungan sekitar dalam meningkatkan pemahaman siswa pada
pembelajaran ipa di kelas v sekolah DASAR. Jurnal Lensa Pendas. 2019. Hal 1-9
Hana Silvana, Adhitya Wibisono.(2016), PENERAPAN MODEL BRAIN BASED
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN DI SMAN 10 BANDUNG. (Jurnal
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 303-310
Ivah S. Fajriati,Safei,Saprin.(2017).Pengaruh penerapan metode pembelajaran brain based
learning berbantuan brain gym terhadap hasil belajar peserta didik. Jurnal Biotik.
Kumala, I. R., Sumarni, W., & Haryani, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran
BrainBased Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa.
Chemistry in Education, 9(1), 38-44.
Nurasiah, I., Rachmawati, N., Supena, A., & Yufiarti, Y. (2022). Literature Review: Model
Pembelajaran Brain Based Learning di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3),
39914003.
Riska Saparina, Slamet Santosa, Maridi. (2013).Pengaruh Model Brain Based Learning
(BBL)Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun
Pelajaran 2012/2013 .Jurnal BioPedagogi.
Saparina, R., & Santosa, S. (2013). Pengaruh model brain based learning (BBL) terhadap hasil
belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2012/2013.
BioPedagogi, 2(2), 78-91.
Uswatun Khasanah, Sri Nurhayati, Wisnu Sunarto. 2018. Pengaruh model brain based
learning dengan tugas membuat mind mapping terhadap hasil belajar kimia siswa
sma. Jurnal Universitas Negeri Semarang.
Witariani, p. e., Dantes, N., & Tika, M. S. I. N. (2014). Pengaruh model brain-based learning
berbantuan media visual terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari sikap ilmiah siswa
kelas V SD gugus I kecamatan banjar tahun pelajaran 2013/2014 (Doctoral
dissertation, Ganesha University of Education).

Anda mungkin juga menyukai