Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal.

62-68
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/JPKim

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT


INSTRUCTION) DISERTAI DISKUSI DAN MEDIA HYPERCHEM
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA
KELAS X 1 SMA ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Nur Huda Muttaqin, Sri Yamtinah*, dan Suryadi Budi Utomo


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

*Keperluan korespondensi, HP. 085725490769, email:jengtina_sp@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi ikatan
kimia kelas X 1 di SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017 dengan penerapan model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) disertai diskusi dan (2) meningkatkan prestasi belajar
pada materi ikatan kimia kelas X 1 di SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017 dengan
penerapan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) disertai diskusi. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, dimana masing-masing siklus
meliputi, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas X 1 SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Data yang diperoleh berupa
prestasi belajar (aspek kognitif dan aspek afektif) dan aktivitas siswa. Sumber data adalah guru
dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes, angket, observasi, dan wawancara,
selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1)
penerapan Model Pembelajaran langsung (Direct Instruction) disertai diskusi dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi ikatan kimia di kelas X 1 SMA Islam 1 Surakarta tahun
pelajaran 2016/2017. Aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 92,59% dan tidak dilanjutkan
pada siklus II. (2) penerapan Model Pembelajaran langsung (Direct Instruction) disertai diskusi
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ikatan kimia di kelas X 1 SMA Islam 1
Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Aspek kognitif siswa pada siklus I sebesar 14,82%
meningkat menjadi 77,78% pada siklus II. Aspek afektif mencapai 88,88% pada siklus I dan tidak
dilanjutkan pada siklus II.

Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Pembelajaran Langsung, Diskusi, Aktivitas


Belajar Siswa, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses sejak lahir, dan lingkungan yang
dalam rangka mempengaruhi peserta mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh
didik supaya mampu menyesuaikan diri dan berkembang [1].
sebaik mungkin dengan lingkungannya, KTSP merupakan singkatan dari
dan dengan demikian akan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang dikembangkan sesuai dengan
yang memungkinkannya untuk satuan pendidikan, potensi sekolah atau
berfungsi secara optimal dalam daerah, karakteristik sekolah atau
kehidupan masyarakat. Pada dasarnya daerah, sosial budaya masyarakat
pertumbuhan dan perkembangan setempat, dan karakteristik peserta
peserta didik bergantung pada dua didik. KTSP merupakan upaya untuk
unsur yang saling mempengaruhi, yakni menyempurnakan kurikulum agar lebih
bakat yang dimiliki oleh peserta didik familiar dengan guru, karena mereka

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 62


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal. 62-68

banyak dilibatkan diharapkan memiliki ikatan kimia, sehingga berakibat


tanggungjawab yang memadai [2]. kurangnya prestasi belajar siswa.
Pelajaran kimia adalah mata Dalam kegiatan belajar mengajar
pelajaran wajib Sekolah Menengah Atas pelajaran Kimia kelas X di SMA Islam 1
(SMA). Bagi siswa SMA, khususnya Surakarta, khususnya materi Ikatan
siswa yang baru mengenal mata Kimia guru masih menggunakan metode
pelajaran ini, menganggap pelajaran ceramah sehingga siswa kurang
kimia merupakan pelajaran yang sulit dilibatkan secara aktif. Berdasarkan
sehingga siswa merasa kurang mampu beberapa penjelasan di atas, solusi
mempelajarinya. Kesulitan siswa dalam yang dapat dilakukan guru adalah
mempelajari ilmu kimia dapat memperbaiki proses pembelajaran
bersumber pada kesulitan dalam dengan menggunakan metode
memahami istilah, kesulitan dengan pembelajaran yang tepat. Alternatif
angka, dan kesulitan dalam menghadapi pembelajaran yang dapat digunakan
konsep kimia [3]. Sekolah Menengah adalah model pembelajaran direct
Atas (SMA) Islam 1 Surakarta, instruction yang disertai diskusi. Model
merupakan salah satu sekolah pembelajaran ini juga menggunakan
menengah atas swasta terakreditasi A di metode ceramah, tetapi di dalam model
kota Surakarta yang menggunakan pembelajaran ini memberikan panduan
Kurikulum Tahun 2006 (KTSP). Siswa di secara bertahap dan terstruktur serta
SMA Islam 1 Surakarta berasal dari memberikan kemudahan bagi siswa
berbagai wilayah dengan kemampuan yang tingkat berfikirnya masih rendah
rata-rata menengah kebawah dan untuk secara perlahan dan bertahap
tingkat berfikir yang rendah. diarahkan untuk mengembangkan
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas tingkat berfikir yang lebih tinggi. Jadi
dan wawancara dengan guru mata model ini sesuai dengan karakter siswa
pelajaran kimia, diketahui bahwa yang mengalami transisi dari penerapan
banyak siswa mengalami kesulitan model lama yang menuju penerapan
dalam mempelajari kimia. Salah satu model baru yang menuntut siswa aktif
materi kimia yang dianggap sulit oleh [4].
siswa adalah ikatan kimia. Ikatan kimia Media merupakan sarana untuk
adalah materi yang berisikan gambaran menuju ke suatu tujuan yang di
abstrak tentang ikatan-ikatan yang dalamnya terkandung informasi yang
terjadi pada senyawa, bentuk-bentuk dapat dikomunikasikan kepada siswa.
senyawa hingga sifat-sifat senyawa ion Berdasarkan observasi dan wawancara
maupun kovalen. kepada guru mata pelajaran kimia
Berdasarkan hasil wawancara media yang digunakan ketika proses
pada tanggal 4 April 2016 dengan guru pembelajaran hanyalah berupa LKS
mata pelajaran kimia, kesulitan yang saja. Salah satu contoh media
sering dialami siswa dalam mempelajari pembelajaran adalah hyperchem.
materi ikatan kimia, adalah kurangnya Melalui aplikasi hyperchem dapat
minat belajar siswa dalam mengikuti membantu siswa dalam memahami
pelajaran kimia, siswa kurang aktif konsep abstrak dalam materi ikatan
selama kegiatan pembelajaran, latar kimia sehingga prestasi belajar siswa
belakang siswa yang kebanyakan meningkat. Penggunaan model
berasal dari keluarga yang kurang pembelajaran Direct Instruction pada
memperhatikan anaknya dan mata pelajaran kimia dapat mengurangi
mempunyai kemampuan rata-rata miskonsepsi siswa dalam memahami
menengah ke bawah, pada umumnya materi yang dijelaskan oleh guru dan
siswa sulit untuk memahami materi yang memudahkan siswa untuk menerima
bersifat teori dan konsep seperti ikatan materi secara tahap demi tahap [5].
kimia. Siswa cenderung menghafal Pembelajaran RPL dengan model
tetapi mudah lupa karena tidak pembelajaran langsung (Direct
memahami konsep khusunya materi Instruction) di Universitas Pendidikan
Indonesia berhasil dan efektif dalam

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 63


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal. 62-68

meningkatkan pemahaman belajar kognitif dan afektif siswa kelas X 1 SMA


siswa dalam pembelajaran [6]. Model Islam 1 Surakarta tahun pelajaran
make a match dan metode diskusi dapat 2016/2017 khususnya pada materi
meningkatkan prestasi belajar, ikatan kimia.
dibuktikan dengan meningkatnya Data yang dikumpulkan dalam
ketuntasan belajar siswa menjadi penelitian ini meliputi informasi tentang
79,41%. Pada proses diskusi keadaan siswa dilihat dari aspek
berlangsung siswa juga terlihat lebih kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif
aktif dalam proses pembelajaran [7]. berupa data hasil observasi dan
Berdasarkan uraian tersebut, wawancara yang menggambarkan
maka dilakukan penelitian mengenai proses pembelajaran di kelas, aktivitas
penerapan model pembelajaran belajar siswa, dan kesulitan yang
langsung (direct instruction) disertai dihadapi guru baik dalam menghadapi
diskusi dan media hyperchem untuk siswa maupun cara mengajar di kelas.
meningkatkan aktivitas belajar dan Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah
prestasi belajar pada materi ikatan kimia berupa data penilaian prestasi belajar
kelas X 1 SMA Islam 1 Surakarta Tahun siswa pada materi ikatan kimia yang
Pelajaran 2016/2017. meliputi aspek kognitif dan afektif baik
siklus I maupun siklus II.
METODE PENELITIAN Teknik analisis data
Penelitian ini merupakan menggunakan analisis deskriptif
penelitian tindakan kelas yang terdiri kualitatif. Analisis data menggunakan
dari dua siklus, dimana masing-masing triangulasi data yang terdiri dari tiga
siklus meliputi, perencanaan, tahapan, yaitu reduksi data, pemaparan
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. data, dan penarikan kesimpulan [8].
Subjek penelitian adalah siswa
kelas X 1 semester ganjil SMA Islam 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Kondisi awal pembelajaran kimia
Pemilihan siswa kelas X 1 SMA Islam 1 diketahui berdasarkan hasil observasi
Surakarta dalam penelitian ini dan wawancara terhadap guru mata
didasarkan pada pertimbangan bahwa pelajaran kimia kelas X. Pada kondisi
subjek tersebut mempunyai awal, siswa mengalami kesulitan dalam
permasalahan-permasalahan yang mempelajari materi ikatan kimia yang
terlah teridentifikasi pada saat observasi berisi konsep dan penggabungan atom.
awal. Objek penelitian ini adalah kualitas Aktivitas belajar siswa tergolong rendah.
proses dan hasil belajar siswa. Kualitas Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.
proses belajar siswa dibatasi pada
aktivitas belajar yang meliputi oral Siklus I
activities, visual activities, listening Perencanaan
activities, dan writing activities. Pada tahap perencanaan, peneliti
Sedangkan kualitas hasil belajar siswa dan guru mata pelajaran kimia
yaitu prestasi belajar siswa meliputi mempersiapkan beberapa perangkat
aspek kognitif dan aspek afektif. penelitian, berupa silabus, Rencana
Data penelitian yang dikumpulkan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
meliputi data pra siklus dan data siklus I instrumen penilaian prestasi belajar.
dan siklus II. Data pra penelitian melipui Siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan
data kesulitan belajar siswa, data untuk menyampaikan materi dan 1 kali
kondisi pembelajaran kimia, dan nilai untuk evaluasi.
ulangan harian kelas X semester ganjil
tahun pelajaran 2015/2016. Data pra Pelaksanaan Tindakan
penelitian digunakan sebagai Siklus I dilaksanakan pada tanggal
pendukung pelaksanaan penelitian. 1 September hingga 15 September
Sedangkan data penelitian berupa data 2016. Pada tahap awal pembelajaran,
aktivitas belajar siswa dan prestasi siswa dibagi ke dalam kelompok
belajar siswa yang meliputi aspek heterogen. Guru menyampaikan materi

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 64


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal. 62-68

secara jelas, rinci, langkah demi langkah Target aktivitas belajar siswa
disertai contoh-contoh soal. Beberapa adalah 65% memiliki kriteria tinggi. Hasil
penjelasan dari guru dibantu dengan pra tindakan menunjukkan bahwa
media aplikasi hyperchem, kemudian 66,67% siswa memiliki aktivitas belajar
dilanjutkan siswa diskusi secara yang tinggi, namun terdapat 25,93%
berkelompok untuk menyelesaikan soal siswa dengan kriteria yang rendah
diskusi sesuai dengan materi yang telah sehingga perlu dilakukan penilaian pada
disampaikan guru. Guru memandu siklus I. Hasil siklus I menunjukkan
siswa untuk menyelesaikan latihan- bahwa 74,07% siswa telah memiliki
latihan soal dan memberikan langkah- aktivitas belajar dengan kriteria tinggi.
langkah penyelesaiannya secara rinci Target untuk aktivitas belajar telah
ke beberapa kelompok yang mengalami tercapai sehingga tidak dilakukan
kesulitan. Beberapa perwakilan siswa penilaian pada siklus II Pelaksanaan
menuliskan penyelesaiannya di papan diskusi dalam penerapan model
tulis dan dibahas bersama. pembelajaran langsung memberikan
Selama pelaksanaan kesempatan kepada siswa untuk
pembelajaran siswa tidak kesulitan bertanya kepada teman sekelompok
dengan model pembelajaran yang dan juga kepada guru tentang soal-soal
digunakan karena model yang yang belum dimengerti oleh siswa
digunakan sederhana. Pada akhir sehingga aktivitas belajar siswa
pembelajaran, siswa diberikan semakin meningkat.
beberapa pertanyaan dan kesempatan Data prestasi belajar aspek
bertanya terkait materi yang kognitif siswa diambil pada akhir siklus I
disampaikan. Pemahaman siswa berupa tes obyektif. Ringkasan hasil
terhadap materi yang telah disampaikan pengambilan data prestasi belajar aspek
dapat diketahui melalui hasil seatwork kognitif siswa pada siklus I disajikan
yang diberikan setiap akhir pertemuan. pada Tabel 2.

Pengamatan Tabel 2. Hasil Belajar Aspek Kognitif


Pengamatan terhadap aktivitas Siswa Pasca Siklus I
siswa dilakukan selama proses Kriteria Ketercapaian (%)
pembelajaran berlangsung. Data yang Tuntas 14,82
diperoleh dalam penelitian ini adalah Belum Tuntas 85,18
data aktivitas belajar siswa dan prestasi
belajar siswa yang meliputi aspek Target untuk prestasi belajar
kognitif dan afektif. aspek kognitif yaitu 70% siswa
Aspek yang dinilai dari aktivitas mencapai ketuntasan dengan KKM 70.
belajar siswa, antara lain oral activities, Hasil dari siklus I menunjukkan masih
visual activities, listening activities, dan diperlukan perbaikan terhadap
writing activities. Data aktivitas belajar pembelajaran yang dilaksanakan agar
yang diperoleh meliputi data pra ketuntasan belajar siswa meningkat.
tindakan dan data tindakan siklus I, yang Oleh karena itu, dilakukan serangkaian
terdiri dari observasi, angket penilaian perencanaan untuk pelaksanaan siklus
diri, dan wawancara. Ringkasan hasil II.
pengambilan data aktivitas belajar siswa Data prestasi belajar aspek afektif
disajikan pada Tabel 1 didapatkan berdasarkan observasi
selama pembelajaran, angket penilaian
Tabel 1. Hasil Aktivitas Belajar Siswa diri siswa, dan wawancara guru mata
Ketercapaian (%) pelajaran kimia. Aspek yang dinilai pada
Kriteria Pra prestasi belajar afektif siswa, antara lain
Siklus I
tindakan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan
Sangat Tinggi 7,41 18,52 moral. Ringkasan hasil pengambilan
Tinggi 66,67 74,07 data prestasi belajar aspek afektif siswa
Rendah 25,93 7,41 disajikan pada Tabel 3.
Sangat Rendah 0,00 0,00

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 65


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal. 62-68

Tabel 3. Ringkasan Hasil Belajar Aspek evaluasi aspek kognitif siklus I dengan
Afektif Siswa anggota masing-masing kelompok lebih
Ketercapaian (%) sedikit daripada siklus I agar diskusi
Kriteria Pra lebih efektif. Perbedaan lainnya adalah,
Siklus I soal yang digunakan untuk evaluasi
tindakan
Sangat Baik 3,70 11,11 aspek kognitif siklus II merupakan soal
Baik 70,37 77,78 yang telah dibuat dan dimodifikasi oleh
Kurang 25,93 11,11 penulis sedekimian rupa pada indikator
Sangat Kurang 0,00 00,00 yang belum tercapai saja.

Target untuk prestasi belajar Siklus II


aspek afektif adalah 65% siswa memiliki Perencanaan
kriteria baik. Hasil pra tindakan Pelaksanaan siklus II
menunjukkan 70,37% siswa memiliki direncanakan berdasarkan hasil refleksi
kriteria baik, namun terdapat 25,93% pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil
siswa dengan kriteria kurang sehingga siklus I, diketahui bahwa hasil aktivitas
perlu dilakukan penilaian pada siklus I. belajar siswa dan prestasi belajar aspek
Hasil siklus I menunjukkan bahwa afektif telah mencapai target dan
77,78% siswa telah memiliki prestasi mengalami peningkatan dari data pra-
belajar aspek afektif dengan kriteria tindakan. Pada siklus II hanya dilakukan
baik. Target untuk prestasi belajar aspek penilaian terhadap prestasi belajar
afektif telah tercapai sehingga tidak siswa aspek kognitif terhadap indikator
dilakukan penilaian pada siklus II. kompetensi yang belum tuntas pada
siklus I.
Refleksi Siklus II pada penelitian ini terdiri
Berdasarkan hasil evaluasi pada dari 1 kali pertemuan untuk pendalaman
siklus I, perlu dilakukan tindakan untuk materi dan 1 kali untuk evaluasi. Materi
memperbaiki proses pembelajaran yang disampaikan pada siklus II
materi Ikatan Kimia dengan model merupakan materi pada indikator
pembelajaran langsung. Pelaksanaan kompetensi yang belum tuntas pada
tindakan siklus II bertujuan untuk evaluasi siklus I.
meningkatkan prestasi belajar siswa
pada aspek kognitif karena masih ada Pelaksanaan Tindakan
beberapa indikator yang memiliki Pembelajaran dimulai dengan
persentase di bawah target. Salah satu guru menjelaskan secara jelas, rinci,
indikator soal dengan persentase langkah demi langkah disertai contoh-
ketuntasan paling rendah pada siklus I contoh soal materi yang belum tuntas
adalah menentukan unsur-unsur yang pada evaluasi siklus I dan dilanjutkan
dapat berpasangan membentuk ikatan dengan pengerjaan contoh soal untuk
kovalen jika diketahui konfigurasi memperdalam pemahaman siswa
elektronnya dan menentukan senyawa- terkait materi yang dibahas.
senyawa yang dapat berikatan. Pada pelaksanaan siklus II,
Rendahnya persentase ketuntasan kelompok diskusi siswa diatur kembali
siswa diakibatkan oleh siswa belum menjadi kelompok lebih kecil
sepenuhnya paham dengan konsep berdasarkan hasil siklus I. Kelompok
ikatan kovalen, ikatan hidrogen dan diskusi yang lebih kecil membuat diskusi
siswa masih bingung merangkai ikatan yang dilaksanakan lebih efektif. Siswa
hidrogen apabila senyawanya berbeda yang sebelumnya tidak mau bertanya
dengan yang dicontohkan saat menjadi bertanya. Guru memandu siswa
pembelajaran serta siswa menjadi untuk menyelesaikan latihan-latihan
bingung saat unsurnya dimisalkan soal dan memberikan langkah-langkah
seperti unsur P, Q, R, S dan lainnya. penyelesaiannya secara rinci ke
Pelaksanaan siklus II berbeda beberapa kelompok yang mengalami
dengan siklus I, dimana kelompok kesulitan. Beberapa perwakilan siswa
diskusi dibagi berdasarkan hasil

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 66


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal. 62-68

menuliskan penyelesaiannya di papan bertanya sehingga dapat meningkatkan


tulis dan dibahas bersama. aktivitas belajar siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk Hasil yang diperoleh berdasarkan
bertanya mengenai soal pada evaluasi evaluasi pada akhir siklus II
siklus I yang dirasa sulit. Jika menunjukkan bahwa penerapan model
dibandingkan dengan siklus I siswa pembelajaran langsung disertai diskusi
lebih sering bertanya kepada guru mampu meningkatkan prestasi belajar
apabila belum paham. Pada akhir aspek kognitif siswa, dari 14,82% siswa
pembelajaran diberikan seatwork untuk tuntas pada siklus I naik menjadi 77,78%
mengetahui pemahaman siswa. pada siklus II.

Pengamatan Perbandingan antar Siklus


Pengamatan pada siklus II Perbandingan antar siklus
terpusat pada aspek kognitif siswa. dilakukan untuk mengetahui perbedaan
Penilaian terhadap aspek kognitif siswa hasil yang didapatkan pada pra-
dilaksanakan pada akhir siklus berupa tindakan, siklus I, dan siklus II.
soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 Pada pembelajaran langsung
butir soal berdasarkan pada indikator disertai diskusi terjadi peningkatan hasil,
yang belum tercapai di siklus I dengan baik dari pra tindakan, siklus I, ataupun
modifikasi soal dari siklus I. siklus II. Perbandingan hasil dapat
Ringkasan hasil pengambilan data dilihat pada Gambar 1.
prestasi belajar aspek kognitif siswa
pada siklus II disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Belajar Aspek Kognitif


Siswa Pasca Siklus II
Kriteria Ketercapaian (%)
Tuntas 77,78
Belum Tuntas 22,22

Hasil aspek kognif siswa pada


siklus II menunjukan peningkatan Gambar 1. Histogram pencapaian
persentase ketuntasan siswa sebesar prestasi belajar aspek
62,96% dari 14,82% pada siklus I
kognitif, aspek afektif,
meningkat menjadi 77,78% pada siklus dan aktivitas belajar
II. Peningkatan persentase pada tiap
indikator kompetensi menunjukkan Berdasarkan hasil yang telah
bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dipaparkan, secara keseluruhan dapat
dapat memperbaiki masalah yang
dilihat bahwa penelitian model
muncul pada siklus I. Kelompok diskusi pembelajaran langsung (direct
siklus II dibagi secara heterogen
instruction) disertai diskusi dan media
berdasarkan hasil tes aspek kognitif hyperchem pada materi ikatan kimia
siklus I. Siswa menjadi lebih berani kelas X 1 SMA Islam 1 Surakarta tahun
bertanya terkait soal-soal yang dirasa
pelajaran 2016/2017 mampu
belum paham. meningkatkan aktivitas belajar dan
prestasi belajar berupa aspek kognitif
Refleksi
dan aspek afektif.
Pada pelaksanaan siklus II, guru
menekankan pada materi yang belum KESIMPULAN
dikuasai siswa. Kelompok diatur
Berdasarkan hasil penelitian dapat
sedemikian rupa berdasarkan hasil
disimpulkan bahwa penerapan model
evaluasi siklus I sehingga diskusi pembelajaran langsung (direct
berjalan lebih maksimal dan menjadikan instruction) disertai diskusi dan media
lebih banyak siswa yang berani hyperchem dapat meningkatkan

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 67


Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 1 Tahun 2018 Hal. 62-68

aktivitas belajar dan prestasi belajar DAFTAR RUJUKAN


siswa pada materi ikatan kimia di kelas [1] Hamalik, O. (2011). Dasar-dasar
X 1 SMA Islam 1 Surakarta tahun Pengembangan Kurikulum.
pelajaran 2016/2017. Aktivitas belajar Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
siswa mencapai 92,59% pada siklus I [2] Mulyasa, E. (2011). Kurikulum
dan tidak dilanjutkan pada siklus II. Tingkat Satuan Pendidikan.
Aspek kognitif siswa pada siklus I
Bandung: Remaja Rosdakarya.
sebesar 14,82% meningkat menjadi
77,78% pada siklus II. Aspek afektif [3] Arifin, M. (1995). Pengembangan
mencapai 88,88% pada siklus I dan Program Pengajaran Bidang Studi
tidak dilanjutkan pada siklus II. Kimia. Surabaya: Airlangga Press.
[4] Indrawati. (2005). Model
UCAPAN TERIMA KASIH Pembelajaran Langsung. Bandung:
Peneliti mengucapkan terimakasih Departemen Pendidikan Nasional
dan penghargaan yang tulus kepada Ditjen Pendidikan Dasar dan
Bapak Drs. Sudadi Wahyono selaku Menengah.
Kepala SMA Islam 1 Surakarta yang [5] Setiawan, W., Fitrajaya, E., &
telah memberikan izin untuk Mardiyanti, T. (2010). Jurnal
mengadakan penelitian di lingkungan
Pendidikan Teknologi Informasi
SMA Islam 1 Surakarta. Kepada Ibu
Dwidjajanti, S.Pd., selaku guru mata dan Komunikasi, 3 (1), 7-10.
pelajaran kimia SMA Islam 1 Surakarta [6] Yunitasari, W., Susilowati, E., &
yang telah mengizinkan peneliti untuk Nurhayati, N.D. (2013). Jurnal
menggunakan kelasnya dalam Pendidikan Kimia, 2 (3), 182-190.
penelitian ini. [7] Chonstantika, A. L., Haryono, &
Yamtinah, S. (2013). Jurnal
Pendidikan Kimia, 2 (3), 25-33.
[8] Miles, M. B. & Huberman, A. M.
(1995). Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI-Press.

© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia 68

Anda mungkin juga menyukai