Anda di halaman 1dari 17

KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Penelitian Pendidikan Biologi II

oleh

Erlin Fujiyanti 122154042


Dea Nunik Nurmalasari 122154046
Gina Nurdianti Putri 122154059
Ramadhan Rahmatuloh Samsayuga 122154064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... i
A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Pembahasan ..................................................................................................... 2
1. Pengertian Keterampilan Pemecahan Masalah ............................................ 2
2. Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah............................................... 2
3. Langkah-Langkah Memecahkan Masalah.................................................... 3
4. Contoh Instrumen......................................................................................... 3
5. Hasil Penelitian mengenai Keterampilan Pemecahan Masalah ................... 10
D. Kesimpulan ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15

i
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi
setiap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat
perhatian dari pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan.
Kecepatan perkembangan sains dan teknologi pada akhir-akhir ini
menuntut perlunya pembaharuan dibidang pendidikan dan pengajaran sains
baik dinegara-negara maju maupun dinegara-negara yang sedang berkembang,
mengingat bahwa sains dan teknologi berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan kita baik sebagai individu atau kelompok masyarakat.
Seiring dengan perkembangan masyarakat, dewasa ini pendidikan
banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan
yang cukup menarik adalah berkenaan dengan mutu pendidikan, hal itu
disebabkan karena masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
khususnya pada pembelajaran IPA maupun Biologi.
Dalam era globalisasi permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan sains semakin banyak dijumpai dan dihadapi oleh setiap orang didunia
terutama di Indonesia, masalah-masalah dalam ilmu pengetahuan harus dapat
dipecahkan dengan baik oleh manusia khususnya oleh siswa. Kemampuan
memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh siswa. Karena pada dasarnya
siswa dituntut untuk berusaha sendiri mencari permasalahan serta pengetahuan
yang menyertainya.
Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya digunakan dalam
penyelesaian permasalahan sains dalam bentuk matematis, namun bagaimana
memecahkan masalah terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitar. Permasalahan tersebut dipecahkan oleh siswa yang memiliki
kemampuan untuk mampu mengaplikasikan kemampuan yang mereka miliki
dalam konteks permasalahan yang dihadapi.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah sains sehari-hari siswa
tersebut tidak terlepas dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Kebanyakan guru belum mengkondisikan pembelajaran yang memungkinkan

1
siswa mendapatkan kemampuan pemecahan masalah sains sehari-hari yang
maksimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa pengertian keterampilan pemecahan masalah?
2. Bagaimana indikator keterampilan pemecahan masalah?
3. Bagaimana langkah-langkah pemecahan masalah?
4. Bagaimana contoh instrumen soal keterampilan pemecahan masalah?

C. Pembahasan
1. Pengertian Keterampilan Pemecahan Masalah
Menurut Nupita (2013) Keterampilan pemecahan masalah
(problem solving) adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku
yang kompleks dan tersusun rapi yang sesuai dengan keadaan untuk
mencari cara yang tepat dalam mencapai suatu tujuan (menyelesaikan
suatu masalah).
Menurut (Taufik et al., 2010) Kemampuan pemecahan masalah
pada dasarnya merupakan hakekat tujuan pembelajaran yang menjadi
kebutuhan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata.
Menurut (Hertiavi et al., 2010) Kemampuan pemecahan masalah
berarti kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke
dalam situasi yang belum dikenal.

2. Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah


Menurut Costa (1985) menyatakan bahwa indikator kemampuan
pemecahan masalah terdiri dari:
a. menggunakan proses berpikir dasar untuk memecahkan kembali
(resolve) masalah yang sudah diketahui atau yang sudah didefinisikan
b. mengumpulkan fakta tentang masalah dan informasi yang diperlukan

2
c. membuat interferensi atau memberikan penyelesaiannya alternatif dan
menguji penyelesaian tersebut
d. mereduksi penjelasan menjadi lebih sederhana dan mengeliminasi hal-
hal yang tidak sesuai
e. memberikan solusi ulang untuk membuat generalisasi
Sedangkan secara garis besar indikator kemampuan pemecahan
masalah berdasarkan tahap pemecahan masalah menurut G. Polya dalam
Nirmalitasari (2011) yaitu:
a. Memahami masalah
Siswa dapat menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dan
pertanyaan yang diajukan
b. Merencanakan pemecahan
Siswa memiliki rencana pemecahan masalah yang ia gunakan serta
alasan peggunaannya.
c. Melakukan penyelesaian pemecahan
Siswa dapat memecahkan masalah sesuai langkah-langkah pemecahan
masalah yang ia gunakan dengan hasil yang benar.
d. Memeriksa kembali pemecahan
Siswa memeriksa kembali langkah pemecahan masalah yang ia gunakan.

3. Langkah-Langkah Memecahkan Masalah


Langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada
umumnya seperti yang telah dikemukakan oleh John Dewey yakni:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari
berbagai sudut pandang
c. Mengemukakan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan untuk
memecahkan masalah.

3
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil dan merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
f. Mengambil kesimpulan, langkah siswa yang dapat dilakukan sesuai
dengan rumusan hasil pengujian hipotesis.

4. Contoh Instrumen
Dalam LKS, disajikan sumber wacana, yang dikemas sebagai
Isu/Wacana, kemudian daftar perintah atau pertanyaan sebagai guidance
kegiatan siswa memecahakan masalah.

Konteks Wacana

Populasi Tikus Makin Banyak

SLEMAN, KOMPAS - Penanggulangan hama tikus yang mengakibatkan turunnya produktivitas


padi di beberapa wilayah Kabupaten Sleman perlu dilakukan dengan melibatkan pendekatan
ekosistem. Upaya ini pun perlu didukung dengan perbaikan pola tanam, pola kebersihan, dan
perilaku masyarakat dalam melestarikan alam. Kegiatan ini juga perlu didukung dengan penyamaan
pola tanam para petani.
"Pola tanam yang tidak sama akan menjamin ketersediaan pangan bagi tikus yang menyenangi padi
pada fase vegetatif, yaitu fase sebelum munculnya bulir-bulir padi. Tikus akan semakin mudah
berpindah dari satu lahan ke lahan lain ketika pola tanam berbeda-beda," tutur Andi, seorang peneliti
pertanian. Pola tanam yang diselingi penanaman palawija diyakini akan banyak berperan dalam
memutus siklus hama. Diingatkan oleh Andi, para petani jga perlu selalu menjaga kebersihan karena
pematang dan galangan sawah yang kotor menjadi tempat hidup yang sangat disukai tikus.
Sumber: dicuplik dari Kompas, Edisi: 23 Juli 2007

a. Perintah/Pertanyaan Pengarah
1. Dari wacana tersebut, pahami dan identifikasi masalah dan temukan
pokok-pokok permasalahan terkandung di dalamnya!
2. Dari tiap pokok permasalahan yang anda temukan itu, rumuskan
menjadi pertanyaan-pertanyaan atau rumusan-rumusan masalah yang
memudahkan anda untuk menemukan jawabannya!

4
3. Sebelum menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, temukan
dugaan, atau kemungkinan jawaban-jawaban atas permasalahan
tersebut yang kemungkinannya merupakan jawaban permasalahan yang
telah anda rumuskan tersebut!
4. Dari sekian kemungkinan jawaban itu, temukan satu jawaban yang
kemungkinan paling tepat untuk pokok-pokok permasalahan tersebut!
5. Menggunakan buku teks atau buku sumber yang anda miliki, temukan
jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan yang telah anda rumuskan
pada nomor 2 tersebut.
6. Tuliskan jawaban-jawaban anda di tempat yang disediakan!

b. Hasil Kegiatan Pemecahan Masalah

1. Indikator : memahami masalah


Pokok permasalahan/persoalan yang teridentifikasi:
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

2. Indikator: merumuskan masalah


Rumusan-rumusan masalah (Pertanyaan):
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

3. Indikator: merencanakan pemecahan


Kemungkinan-kemungkinan langkah pemecahan (solusi) untuk tiap
pokok permasalahan/persoalan:
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

4. Indikator: melakukan penyelesaian masalah


Kemungkinan langkah-langkah solusi yang terpilih:
.................................................................................................................
.................................................................................................................

5
.................................................................................................................

5. Indikator: memeriksa kembali pemecahan


Jawaban akhir (Hasil penelusuran buku/referensi):
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

Lembar Penilaian Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah (arranged by


Paidi)
A. Petunjuk:
1. Instrumen ini digunakan setelah siswa melakukan pemecahan masalah
biologi
2. Skor berkisar 1-4 untuk tiap aspek, menurut rubrik yang ada.
B. Isian Untuk Kemampuan Memecahkan Masalah
Kelas : …………………………………………………..
Topik Wacana : …………………………………………………..

No Nama Siswa Aspek Kemampuan * ∑


a b c d e f
1
2
3
4
5
Dst..

Keterangan *)
a : merumuskan masalah
b : menganalisis masalah
c : menemukan alternatif-alternatif solusi
d : memilih alternatif solusi (terbaik)
e : kelancarannya memecahkan masalah
f : kualitas hasil pemecahan masalah

6
Rubrik: Lembar Penilaian Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah
(arranged by Paidi)
Aspek yang dinilai Kriteria Skor
Merumuskan masalah apabila mampu membuat rumusan 4
masalah dalam bentuk kalimat tanya
yang baku, menunjukan satu atau
lebih variabel, dan relevan dengan
masalahnya
apabila mampu membuat rumusan 3
masalah dalam bentuk kalimat tanya
namun kurang baku, menunjukan satu
atau lebih variabel, dan relevan
dengan masalahnya
apabila mampu membuat rumusan 2
masalah dalam bentuk kalimat tanya
namun kurang baku, tidak
menunjukan satu atau lebih variabel,
dan relevan dengan masalahnya
apabila tidak mampu membuat 1
rumusan masalah dalam bentuk
kalimat tanya yang baku, tidak
menunjukan satu atau lebih variabel,
dan tidak relevan dengan masalahnya
Menganalisis masalah apabila bisa menuliskan dua atau 4
lebih masalah relevan dengan wacana,
dan minimal dua masalah itu
bercirikan masalah (ada kesenjangan
antara seharusnya dengan
kenyataannya)
apabila bisa menuliskan lebih dari 3
satu masalah relevan dengan wacana,
tetapi hanya satu yang bercirikan
masalah

7
apabila hanya bisa menuliskan satu 2
masalah relevan dengan wacana, dan
benar bercirikan masalah
apabila hanya tidak bisa menuliskan 1
satu masalah relevan dengan wacana,
atau hanya menemukan satu tetapi
itupun sebenarnya tidak bercirikan
masalah
Menemukan alternatif- apabila mampu menuliskan dua atau 4
alternatif solusi/ lebih alternatif solusi atau cara
merumuskan hipotesis pemecahan masalah dan kesemua
relevan dengan tiap masalah yang
akan dipecahkan
apabila mampu menuliskan hanya dua 3
alternatif solusi atau cara pemecahan
masalah dan kesemua relevan dengan
tiap masalah yang akan dipecahkan
apabila mampu menuliskan hanya dua 2
alternatif solusi atau cara pemecahan
masalah namun tidak semua relevan
dengan tiap masalah yang akan
dipecahkan
apabila tidak mampu menuliskan dua 1
atau lebih alternatif solusi atau cara
pemecahan masalah yang kesemua
relevan dengan tiap masalah yang
akan dipecahkan
Memilih alternatif apabila mampu memilih atau 4
solusi (terbaik) menentukan satu dari alternatif solusi,
yang terbaik, dengan alasan yang
rasional
apabila mampu memilih atau 3
menentukan satu dari alternatif solusi,

8
yang terbaik, namun tidak dengan
alasan yang rasional
apabila mampu memilih atau 2
menentukan satu dari alternatif solusi,
yang tidak terbaik dan tidak dengan
alasan yang rasional
apabila tidak mampu memilih atau 1
menentukan satupun dari alternatif
solusi, tidak memilih yang terbaik,
tidak dengan alasan yang rasional
Kelancarannya apabila mampu menyelesaikan 4
memecahkan masalah pemecahan masalah, tanpa
kecurangan langkah apapun, dan
dalam selang waktu yang disediakan,
apabila mampu menyelesaikan 3
pemecahan masalah, tanpa
kecurangan langkah apapun, namun
dengan tambahan waktu yang
disepakati
apabila mampu menyelesaikan 2
pemecahan masalah, tanpa
kecurangan langkah apapun, namun
dengan tambahan waktu di luar
kesepakatan
apabila tidak mampu menyelesaikan 1
pemecahan masalah, atau dengan
kecurangan langkah
Kualitas hasil pemecahan apabila hasil pemecahannya tepat, 4
masalah rasional, dan dapat dibenarkan secara
ilmiah (empiris untuk ukuran siswa
SMA)
apabila hasil pemecahannya rasional, 3
tepat, tetapi sulit dibenarkan secara

9
ilmiah (tidak empiris untuk ukuran
siswa SMA)
apabila rasional, tetapi tidak tepat dan 2
sulit dibenarkan secara ilmiah
apabila hasil pemecahannya tidak 1
tepat, tidak rasional, dan tidak dapat
dibenarkan secara ilmiah

5. Hasil Penelitian Mengenai Keterampilan Pemecahan Masalah


P. Arimbawa dkk dalam karya tulisnya yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP) terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah IPA Sehari-hari ditinjau dari Motivasi Berprestasi
Siswa” berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya maka dapat
ditarik empat kesimpulan.
Pertama, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah IPA
antara kelompok peserta didik yang belajar dengan MPBP dan
Konvensional. Nilai kemampuan pemecahan masalah IPA kelompok
MPBP (X = 58,33 dengan kategori cukup) dan Konvensional (X = 41,20
dengan kategori kurang). Kedua, tidak terdapat pengaruh interaksi antara
model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap kemampuan
pemecahan masalah IPA peserta didik. Ketiga, terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah IPA antara kelompok peserta didik yang
belajar dengan MPBP dan Konvensional pada peserta didik yang memiliki
motivasi berprestasi. Nilai kemampuan pemecahan masalah IPA kelompok
MPBP (X = 67,87 dengan kategori cukup) dan Konvensional ( X = 50,27
dengan kategori kurang). Keempat, terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah IPA antara kelompok peserta didik yang belajar
dengan MPBP dan Konvensional pada peserta didik yang memiliki
motivasi berprestasi rendah. Nilai kemampuan pemecahan masalah IPA
kelompok MPBP (X= 49,33 dengan kategori kurang) dan Konvensional (X
= 32,13 dengan kategori kurang).

10
Evi Nupita dalam karya tulisnya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Keterampilan Pemecahan Masalah IPA pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Berdasarkan hasil tindakan yang telah diproleh peneliti, maka
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:
a. Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan
aktivivitas guru dalam pembelajaran IPA kelas V di SDN 2 Sidomoro
Kec. Kebomas Kab. Gresik. Hal ini terbukti hasil tindakan yang
dilakukan peneliti dengan menerapkan model pembelajaran penemuan
terbimbing untuk meningkatkan aktivitas siswa, yaitu 85% aktivitas
guru telah berhasil menerapkan model tersebut. Berdasarkan hasil di
atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan
terbimbing dapat meningkatkan aktivitas guru dalam kegiatan
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.
b. Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V di SDN 2 Sidomoro,
Kec.Kebomas Kab. Gresik. Hal ini terbukti hasil tindakan yang
dilakukan peneliti dengan menerapkan model pembelajaran penemuan
terbimbing untuk meningkatkan aktivitas siswa, yaitu 85% aktivitas
siswa telah berhasil menerapkan model tersebut.
c. Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah IPA siswa kelas V di SDN 2
Sidomoro Kec. Kebomas Kab. Gresik. Setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran penemuan
terbimbing hasil dari observasi keterampilan pemecahan masalah siswa
menunjukkan hasil yang baik yaitu dari 37 siswa 89,19% siswa
mendapat nilai 70 atau lebih. Begitu pula dengan hasil tes keterampilan
pemecahan masalah siswa juga menunjukkan hasil yang baik yaitu dari
37 siswa 94,59% siswa mendapat nilai 70 atau lebih.
d. Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas V di SDN 2 Sidomoro Kec. Kebomas Kab.

11
Gresik. Hal ini terbukti dari hasil tindakan yang telah dilakukan
peneliti dengan menerapkan model pembelajaran penemuan
terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dari 37
siswa 91,89% memperoleh nilai 70 atau lebih.
M. A. Hertiavi dkk dalam karya tulisnya yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP” Berdasarkan pembahasan
dan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa yang tergambar dari meningkatnya secara signifikan hasil
belajar siswa.
Mohammad Taufik dalam karya tulisnya yang berjudul “Desain
Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah dalam Pembelajaran IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama di
Kota Bandung” Berdasarkan pembahasan terhadap hasil dari setiap
tahapan proses penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat
dikemukakan simpulan sebagai berikut:
Pertama, model pembelajaran PKPM (Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah) yang dikembangkan melalui studi ini adalah model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA (Fisika) di
SMP kelas VIII. Tujuan utama penggunaan model PKPM adalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah termasuk di dalamnya
mengembangkan kemampuan berpikir secara, sistematis, logis, dan juga
kritis. Materi pelajaran pada model PKPM dikembangkan secara
kontekstual dalam bentuk masalah yang harus dipecahkan melalui
penyelidikan/eksperimen. Metode pembelajaran yang digunakan
dilaksanakan melalui tanya-jawab, penyelidikan autentik (eksperimen),
kolaboratif serta latihan pemecahan masalah. Media dan bahan ajar yang
digunakan siswa meliputi lembar kerja (pedoman) pelaksanaan proses
pemecahan masalah melalui kegiatan eksperimen serta alat dan bahan
eksperimen. Aspek-aspek pembelajaran yang dievaluasi meliputi proses

12
belajar yaitu merespon masalah, keterlibatan dalam kelompok,
pelaksanaan penyelidikan/eksperimen, penyajian hasil karya,
merefleksikan proses dan hasil; serta hasil belajar yaitu penguasaan materi
dan kemampuan pemecahan masalah. Tahapan implementasi model
PKPM meliputi:
a. Kegiatan Pendahuluan yang meliputi penjelasan singkat tentang tujuan
dan proses pembelajaran, pengembangan suasana partisipatif, orientasi
masalah kontekstual, dan pengorganisasian siswa;
b. Kegiatan Inti yang meliputi penyelidikan/eksperimen kolaboratif,
penyajian hasil karya, pemberian penghargaan, dan latihan pemecahan
masalah; serta
c. Kegiatan Penutup yang meliputi analisis dan evaluasi proses
pemecahan masalah dalam bentuk refleksi serta rekonstruksi pemikiran
dan aktivitas proses pembelajaran.
Kedua, implementasi model pembelajaran PKPM merupakan salah
satu upaya yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas proses dan
hasil pembelajaran IPA (Fisika) di SMP kelas VIII. Dampak yang
diperoleh dari penggunaan model tersebut antara lain:
a. Perbaikan proses belajar yang ditunjukkan oleh meningkatnya peran
siswa dalam pembelajaran dan membuka peluang bagi siswa untuk
melakukan kerja ilmiah sebagai bentuk pengalaman belajarnya; serta
b. Perbaikan hasil belajar yang ditunjukkan oleh peningkatan kemampuan
pemecahan masalah, penguasaan konsep, dan menumbuhkan kebiasaan
bepikir dalam menyikapi masalah. Implementasinya menuntut
kesiapan dan keterampilan guru dalam merencanakan pembelajaran.

D. Kesimpulan
Pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan yang penting
dalam pembelajaran IPA, karena tidak hanya digunakan sebagai penyelesaian
masalah pada pembelajaran secara matematis tetapi juga dapat dihubungkan

13
dalam memecahkan masalah terhadap fenomena-fenomena yang terjadi
dilingkungan.
Indikator kemampuan pemecahan masalah terdiri dari:
1. menggunakan proses berpikir dasar untuk memecahkan kembali (resolve)
2. mengumpulkan fakta tentang masalah dan informasi yang diperlukan
3. membuat interferensi atau memberikan penyelesaiannya alternatif dan
menguji penyelesaian tersebut
4. mereduksi penjelasan menjadi lebih sederhana dan mengeliminasi hal-hal
yang tidak sesuai
5. memberikan solusi ulang untuk membuat generalisasi
Langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah,
diantaranya yaitu :
1. Merumuskan masalah,
2. Menganalisis masalah,
3. Mengemukakan hipotesis,
4. Mengumpulkan data,
5. Menguji hipotesis,
6. Mengambil kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Rizki dkk. Pengaruh Authentic Problem Based Learning (APBL))


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Malang. [Online]. Tersedia:
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel1B2536637CFCC0D1610B
8E0EC7F25.pdf

Arimbawa, P dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek


(Mpbp) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Sehari-hari
ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa. (3)

14
Costa, A. L. 1985. Teaching Behaviour That Enable Student Thinking.
Developing Minds A Source Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD.

Hertiavi. M. A dkk. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP.
(6). 53-57

Nirmalitasari, Okta. S. (2012). Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan


Masalah Matematika Berbentuk Open-Start Pada Materi Bangun Datar.
(Online), Mathedunesa, Vol 1, No 1,
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/247),
diakses 16 Februari 2014.

Nupita, Evi. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing


untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan
Masalah IPA pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. (1). 0-216

Paidi. (2010). Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA.


[Online].Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas
%20FMIPA2010%20UNY.pdf

Taufik, Mohammad dkk. (2010). Desain Model Pembelajaran untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran
IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung. (13). 31-34

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktivisme. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher

15

Anda mungkin juga menyukai