Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TOKOH & TEORI SM PERMULAAN AUD


Dosen Pengampu : Neni Mulya,M.Pd

Disusun Oleh :

ADELLA RAHMA LINA (2011070176)

CHINDY OKINDA DWIVANI (2011070132)

ELSA NABILA PUTRI (2011070043)

RAHAJENG PUTRI SIWI (2011070257)

RATRI WAHYU NINGRUM (2011070091)

ZAHRATUL FITRIYANI (2011070232)

KELAS B

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN


LAMPUNG
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan
dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar
kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penyusunan makalah ini yaitu memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Sains Matematika AUD

Rumusan meteri ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlacarkan pembuatan Makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadri sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun bahasa.oleh karna itu dengan senang hati kami
menerima kritik dan saran.

Bandar Lampung,21 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................... 3

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Sains dan Matematika AUD……………………………………………………………..5


B. Tokoh dan Teori SM…………………….…………………………………..6/8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia dini adalah masa emas untuk memberikan stimulasi dalam rangka
mengoptimalkan fungsi otak. Perkembangan otak pada usia dini bukanlah
suatu proses yang berjalan sebagaimana adanya, melainkan suatu proses aktif
yang membutuhkan stimulasi melalui alat-alat indra (sebagai reseptor di
seluruh bagian tubuh). Bagaimana cara mengoptimalkannya? Stimulasi terbaik
dan tepat digunakan adalah melalui pengalaman langsung. Percobaan trial and
error pada masa ini sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai edukasi
kepada anak. Sehingga salah satu pembelajaran yang tepat kepada anak yaitu
melalui bermain sains dan mengenal matematika.

Sains merupakan suatu kreasi dari pemikiran manusia dengan ide yang
bebas serta adanya konsep (Einstein, 1938). Sains adalah proses pemahaman
mengenai dunia melalui observasi, manipulasi dan didalamnya termasuk
aktivitas sains dan material (Newman, 1978). Sains merupakan salah satu
bagian dari pendidikan yang tidak dapat terlepas dari bahasa, seni, dan
matematika.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Sains dan Matematika

2. Mengetahui Tokoh dan Teori SM

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tokoh dan Teori SM
2. Meningkatkan kerjasama yang baik dalam kelompok belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sains & Matematika


 SAINS
Substansi pembelajaran sains pada program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) diorientasikan pada proses pengenalan dan proses penguasaan
tentang sains sesuai dengan tingkat usianya, sehingga kedua proses tersebut
diharapkan menjadi titik awal penguasaan sains untuk level selanjutnya. Oleh
karena itu, wilayah garapan pembelajaran sains bagi anak usia dini meliputi
dua dimensi besar, pertama dilihat dari isi bahan kajian dan kedua dilihat dari
bidang pengembangan atau kemampuan yang akan dicapai. Langkah-langkah
pembelajaran sains diawali dengan: 1) perumusan tujuan, 2) penentuan
material, 3) setting lingkungan, 4) pengembangan kegiatan, 5) pemberian
penghargaan, dan 6) tindakan pengayaan. Penerapan langkah-langkah tersebut,
secara umum dibagi menjadi tiga pendekatan, yaitu: 1) pendekatan yang
bersifat situasional, 2) pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri, dan 3)
pendekatan yang bersifat terintegrasi. Evaluasi akhir kegiatan pembelajaran
sains pada PAUD dilakukan untuk menelusuri tingkat keberhasilan
pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya upaya selanjutnya, baik
tindakan perbaikan, pengayaan, maupun pengembangan lainnya.Matematika
merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan.

 Matematika

Matematika menurut A Johnson dan Rising adalah pola berfikir, pola


mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika itu adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Matematika sangat penting dalam kehidupan. Bahkan setiap hari


matematika digunakan oleh manusia dalam kehidupannya dalam mengitung
belanja, mengukur, dan lain sebagainya. Mengingat betapa pentingnya
matematika dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu dikenalkan
sedini mungkin. Dalam Pendidikan anak usia dini, matematika yang memiliki
berbagai komponen dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik
dan kemampuan anak.
B. Tokoh dan Teori SM
Einstein, 1938 Sains merupakan suatu kreasi dari pemikiran manusia dengan
ide yang bebas serta adanya konsep

Rosalind Charlesworth and Karen K. Lind mengatakan bahwa pembelajaran


sains lebih ditekankan pada aktivitas anak

Menurut Siversen (1999) dalam Wortham (2006:364) Pembelajaran sains


paling efektif adalah jika dilakukan sendiri oleh anak (hands-on activity)
dimana anak:

1. Anak mempelajari konsep dan proses yang terjadi dalam sains dan bukan
hanya menghapal

2. Anak melakukan sendiri eksperimen yang ada. Instruksi yang diberikan


didasarkan kepada hasil yang akan didapat anak dalam proses
pembelajaran yang ada

Dalam Permendiknas no.58 Tahun 2009 tentang menu generik pendidikan


anak usia dini Pembelajaran sains pada anak usia dini selayaknya dilakukan
sebagai proses pengenalan dan penguasaan pada taraf yang sederhana. Oleh
karena itu, pendekatan yang tepat digunakan yaitu menginterasikan atau
menyisipkan pembelajaran sains pada program pembelajaran PAUD yang
telah ada

Holt, Bess-Genne (2001)

tujuan pengajaran sains bagi anak dapat disimpulkan menjadi tiga dimensi
utama sebagai sasaran pokoknya, yaitu dimensi produk, dimensi proses, dan
dimensi sikap sains.

Carin and Sund, (2002)

Deskripsi lingkup program pembelajaran sains sebagai produk, yaitu


diarahkan pada perencanaan dan kegiatan sains yang dapat mengenalkan dan
menggali hasil-hasil sains secara lebih barmakna, utuh dan fungsional bagi
anak usia dini. Isi program pembelajaran sains, pada ruang lingkup produk
meliputi penguasaan fakta, konsep prinsip, hukum dan teori

Hasil kajian Ali Nugraha (2000), dan Dawson (2004),tentang pendekatan


pembelajaran atau kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam
pengembangan program pembelajaran sains pada anak usia dini.dapat
dirumuskan sekurang-kurangnya terdapat tiga pendekatan utama dalam
pengembangan kurikulum sains pada jenjang pendidikan usia dini, yaitu:

a) Pendekatan yang bersifat situasional, maksudnya pembahasan tentang


sains akan dielaborasi (diulas) secara luas dan mendalam jika dalam
pembelajaran muncul ‘fenomena’ yang terkait dengan tuntutan
pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran belajar. Jadi
pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya konteks
sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukan. Jika muncul, maka
pembelajaran akan segera disesuaikan dengan dan diarahkan pada
pembahasan sains; tetapi jika tidak muncul fenomena sains, maka
pembelajaran akan dilanjutkan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain
pendekatan ini dapat dikatakan sebagai program pengembangan
pembelajaran sains yang berdasarkan situasi spontanitas (spontanous
based treatment) sebagai titik awal atau tantangan awal (exellent starting
point) untuk menjelaskan sains pada anak, Harlen and Jelly (1989) dan
Dawson (2004) menyebutnya sebagai pendekatan yang bersifat sensitif
(sensitivity approach) yaitu strategi pengembangan pembelajaran sains
yang didasarkan atas kepekaan terhadap situasi kelas atau pembelajaran
yang terjadi.

b) Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri. Maksudnya program


pengembangan pembelajaran sains dikemas secara khusus dan tersendiri.
Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagaimana bidang
pengembangan lainnya dalam pendidikan anak usia dini, pembelajaran
sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan karakteristik
pembelajaran sains yang khas serta karakteristik anak yang sesuai
(relevant) dengan tuntutan penguasaan sains. Jadi pengembangan
pembelajaran sains bersifat regular karena memiliki waktu dan tempat
khusus dalam program (kurikulum) pendidikan usia dini yang ada.
Program sains tidak tergantung program lainnya; walaupun tetap prinsip-
prinsip pengembangannya harus mengacu pada landasan pengembangan
program (kurikulum) pada umumnya, misalnya saja prinsip keluwesan
(flexibility). Jadi program pengembangan pembelajaran sains sederajat
dan berdampingan dengan program pengembangan lainnya dalam sistem
pendidikan yang ada. Harlen dan Jelly dalam Dawson (2004) untuk
model pengembangan kurikulum pembelajaran sains seperti ini,
menyebutnya dengan istilah separate lessons, maksudnya adalah
program sains direncanakan secara mandiri dan terpisah, dengan alokasi
waktu dan jam belajar tersendiri.

c) Pendekatan yang bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain


atau bidang pengembangan lain. Dalam pendekatan ini, program sains
dikembangkan dengan cara digabungkan secara formal dan sistematis
dengan bidang pengembangan atau disiplin ilmu lainnya. Sehingga
dalam program,pengembangan pembelajaran sains merupakan bagian
dari suatu program kurikulum yang lebih luas dan terpadu sifatnya. Jadi
dalam pengorganisasiannya, para pengembang program harus mampu
melihat secara seksama karakteristik dari setiap bidang yang
diintegrasikan dengan bidang sains tersebut. Disiplin atau bidang
pengembangan lain yang diintegrasikan dapat bersifat terbatas, maupun
terbuka secara luas dan tanpa dibatasi secara khusus. Contoh
pengintegrasian program sains yang dilihat berdasarkan isi bahan kajian
misalkan: penggabungan sains dan matematika, Timbul suatu pertanyaan
mendasar atas paparan jenis-jenis model program pengembangan
pembelajaran sains di atas, manakah model pengembangan program
yang dianggap terbaik untuk pembelajaran sains pada anak usia dini?.
Pemilihan dan penentuan model akan banyak tergantung pada tujuan
yang hendak dicapai, situasi penunjang, dukungan sumber-alat-bahan,
serta kemampuan guru dalam mengorganisasikan dan melaksanakannya.
Jadi pada umumnya, semua model baik, tergantung pada aspek-aspek
apa yang ingin dicapai dan mempengaruhinya. Oleh karena itu, yang
harus dijadikan pertimbangan adalah jika setiap program pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini diharapkan optimal, terstandar,
jelas ukuranukurannya, tergambar targetnya dan memenuhi kualifikasi
yang diharapkan; maka tetap harus ditemukan model yang dianggap
paling visibel (layak) untuk digunakan dan dipertahankan pemakaiannya
pada pendidikan usia dini.

Piaget, Jean & Inhelder, Barbel (2010: 111-123), anak yang berada di

bangku Taman Kanak-kanak yang berusia 4-6 tahun yang dalam tahap

perkembangan kognitifnya berada pada tahap pra-operasional, pada umumnya

dikenalkan matematika sebagai berikut

a. Bilangan (number)

b. Konservasi (conservation)

c. Seriasi/Pengurutan (seriation)
d. Klasifikasi (classification)

e. Jarak (distance)

f. Waktu dan kecepatan

g. Pola (pattern)

h. Pengukuran (measurement)

Kostelnik, dkk (2007: 274-275) mengungkapkan pendapat yang tidak jauh


berbeda dengan tingkat pencapaian perkembangan yang dikeluarkan oleh
Dirjen Dikdasmen, menyebutkan bahwa pengetahuan logika-matematika bagi
anak TK adalah:Anak dapat memahami hubungan antara objek dan fenomena
yang berasal dari pengamatan, mengembangkan organisasi logis untuk
menangani permasalahan dengan lebih efektif dengan pengetahuan yang
masuk, termasuk pencocokan, klasifikasi baik dalam (subkelas dan
suprakelas), pola, seriasi, membilang (menghitung, korespondensi satu-satu,
kesetaraan kelompok angka, variasi dari angka), menggunakan ruang dalam
hubungan dengan tubuh (koordinat vertikal dan horisontal; koordinat
kedalaman dan jarak; kanan dan kiri, koordinat di-depan dan belakang; bentuk
topologi tertutup atau terbuka, inklusi-eksklusi, kedekatan, ketertiban dan
garis geometris, sudut, kesetaraan, paralelisme, perspektif jarak) dan
menggunakan waktu (urutan peristiwa dan panjang peristiwa)

Dirjen Dikdasmen, 2010 Perkembangan Matematika Anak TK khususnya


kelompok A yang merupakan salah satu bagian dari aspek kognitif disebutkan
dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan diantaranya adalah:

1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna, atau ukuran


Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok
sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan dua versi

2. Mengenal pola

3. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

4. Mengetahui banyak dan sedikit

5. Membilang, mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sains merupakan suatu kreasi dari pemikiran manusia dengan ide yang
bebas serta adanya konsep (Einstein, 1938). Sains adalah kerangka
pengetahuan yang sedari dulu sampai sekarang merupakan suatu sistem yang
alami dan proses dari kerangka pengetahuan yang telah di atur, secara
simultan diperpanjang, ditingkatkan serta diperbaiki kesalahannya.Sains tidak
hanya sekumpulan dari peraturan atau sebuah katalog dari fakta yang tidak
berkaitan. Sains dan matematika merupakan dua aspek pengembangan
pendidikan pada anak usia dini. Kedua bidang tersebut harus dipandang dalam
tiga perspektif yakni perspektif perkembangan, perspektif aktivitas dan
perspektif subject matter atau isi materi pembelajaran. Sains sebagai Konsep
dan Konten : Scientific inquiry, History and nature of science, Science in
personal dan social perspective, Science and technology, Physical science,
Life science, Earth and space science. Adanya konsep dalam bermain
matematika pada anak usia dini yaitu: Acuan Konsep dari Teori Piaget yaitu
pemahaman bilangan pada anak mencakup: Klasifikasi sesuatu (benda,
bentuk, warna, ukuran, tekstur, fungsi), Mengurutkan bilangan, Konservasi :
(1) Konservasi Jumlah dan (2) Konservasi Bilangan, Korespondensi dasar dari
menghitung. Tingkatan Belajar Matematika (Underhill): Konkrit : manipulasi
objek, Semi konkrit: ilustrasi benda-benda dalam matematika

B. SARAN

Pembelajaran sains dan Matematika pada program pendidikan anak usia dini,
sampai saat ini belum diimplementasikan secara utuh dan menyeluruh oleh
para pengelola/tutor PAUD sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu
diperlukan kontribusi pemikiran dan kebijakan pihak-pihak terkait yang
berwenang dengan pengembangan pembelajaran sains & Matematika pada
pendidikan anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, Jakarta:

Jilsi foundation 2005.

Rena Upitis dkk, Creative Mathematics. Routledge: London and New York, 2002.

Rutherford, F.J., & Ahlgren, A. The Nature Of

Science Science for all Americans. New York: Oxford, 1990.

Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmadi. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas. Jakarta: PT.Prestasi Putrakaraya. 2010.

Trowbridge, L.W., Sund, R.B. Teaching Science by Inquiry in the Secondary

School. 3rd. Ed. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill, 1981

asan, S.H. (2006), Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: Depdikbud, Dikti-P2TA

Harlen and Jelly (1989). The Basic Science of Educational. New York: MacMillan
Pubs. Company.

Holt, Bess-Genne (2001), Science With Young Children, Washinton : NAEYC

Holton & Roller (2000), Foundation of Modern Physical Sciences, Reading,


Massachusets: AddisonWesley

Hurlock R. Elizabeth. (1998). Child Development (Sixth Edition). Mc. Graw Hill. Mc

Ilfiandra (2011), Program Pengembangan Anak Usia Dini Dalam Perspektif


Developmentally
Appropriate Practice. Jurnal PLS UPI.

Murdick and Ross (2000), Good School for Young Children, New York: Macmillan
Pub.Company

Nugraha, A. (2000), Tumbuh dan Belajar Anak Usia Dini, Bogor: KKB-Bakat

Patmonodewo, S. (2000). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Permendiknas No. 58 Tahun 2009 Tentang Menu Generik Pendidikan Anak Usia Dini.

Solehuddin, Ihat Hatimah. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai