Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI-TEORI PEMBELAJARAN SAINS di SD


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sains di SD
Dosen Pengampu : Ririn Setyowati, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Agus Khoirul Huda ( 22011005 )
2. Ari Ayu Regina Putri ( 22011008 )
3. Dinda Meylina Kusuma D ( 22011014 )
4. Irfan Abdul Rokim ( 22011027 )
5. Putri Anjelina ( 22011044 )
6. Thesa Nevada Azahwa ( 22011052 )
7. Wahyu Tri Yatna Shandika ( 22011053 )
8. Waratmaja Ramadhanta A.B ( 22011054 )
9. Yohana Safitri ( 22011056 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP MODERN NGAWI


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Teori-Teori
Pembelajaran Sains di SD”.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah Pembelajaran Sains di SD.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.

Segala upaya telah kami lakukan untuk menyempurnakan tugas makalah ini. Kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun sehingga dapat dijadikan
evaluasi dalam pembuatan tugas makalah selanjutnya.

Ngawi, 18 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii


BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3


A. Pembelajaran Sains di SD ........................................................................................ 3

B. Macam-macam Teori Pembelajaran Sains ................................................................ 4

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori-Teori pembelajaran Sains di SD......................... 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13


A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 13

B. SARAN ................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sains merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan nyata
dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Sains di SD
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Farid,
2016). Sains sangat berperan dalam dunia pendidikan, karena mata pelajaran ini
berkaitan luas dengan kehidupan manusia, bahkan dengan perkembangan
teknologi. Dengan mata pelajaran ini dapat membangkitkan minat siswa dalam
mengembangkan teknologi dan menemukan hal baru melalui penemuan-
penemuan yang dilakukan. Untuk itu dalam pembelajaran Sains ditekankan
untuk lebih memberikan kegiatan siswa melalui praktik-praktik supaya aktivitas
pembelajaran siswa lebih bermanfaat dan lebih baik.
Aspek pokok dalam pembelajaran Sains adalah siswa dapat menyadari
keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali
berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka. Ini tentu saja sangat berkembang dan meningkatkan rasa
ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil keputusan, dan
mencari berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya
dan masyarakat. Bila pembelajaran Sains diarahkan dengan tujuan seperti ini,
dapat diharapkan bahwa pendidikan Sains sekolah dasar dapat memberikan
sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa (Usman Samatowa, 2017).
Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran Sains tidak begitu diminati oleh
siswa. Jumardin, dkk. (2017) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Sains rendah, dilihat dari hasil kognitif dan
kurangnya keaktifan siswa, rendahnya perhatian siswa dalam belajar karena
pembelajaran yang hanya berpusat pada guru sehingga didapati banyak siswa
yang tidak konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Guru masih memiliki

1
kendala atas proses pembelajaran, dan siswa dipaksa untuk memperoleh
pengetahuan pasif, akibatnya proses pembelajaran tidak berkembang (Dyah,
dkk., 2021). Hal ini juga membuat kurangnya motivasi dan minat siswa dalam
mata pelajaran Sains. Sehingga perlu diterapkan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan potensi siswa melalui pengalaman belajar bermakna.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah Teori-Teori Pembelajaran Sains di SD sebagai
berikut:
1. Bagaimana pembelajaran Sains di SD?
2. Apa saja macam-macam teori pembelajran Sains di SD?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori-teori pembelajaran Sains di SD?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah Teori-teori pembelajran Sains di SD sebagai
berikut :
1. Mengetahui pembelajran Sains di SD
2. Mengetahui macam-macam teori pembe;lajran Sains di SD
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori-teori pembelajaran Sains di SD

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Sains di SD
1. Pengertian Pembelajaran Sains di SD
Sains merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan
oleh para ahli melalui serangkaian kegiatan ilmiah. Kegiatan ini merupakan
proses dimana pengetahuan dan keterampilan sains dikembangkan. Sains
melibatkan serangkaian kegiatan seperti pengamatan, pengujian,
pengkomunikasian atau mengkonfirmasikan ide tentang bagaimana hal-hal
ini bisa terjadi dan bagaimana mereka bekerja. Berbagai teori digunakan
dalam rangka menjelaskan suatu fenomena yang diamati untuk kemudian
memprediksi kejadian yang akan terjadi.
Pembelajaran sains di SD juga harus dapat mengembangkan
pemahaman konseptual dan pemahaman prosedural. Pemahaman
konseptual mengacu pada pengetahuan siswa terkait pemahaman dalam
sains. Sedangkan pemahaman prosedural mengacu pada pemahaman siswa
terkait prosedur ilmiah yang harus dilakukan siswa dalam rangka
mengembangkan pemahaman konseptual. Pemahaman prosedural
menyangkut prosedur yang harus dilakukan oleh siswa, yang sering juga
disebut sebagai keterampilan proses sains (KPS). KPS yang harus
dikembangkan pada siswa SD idealnya dapat mengembangkan KPS dasar
dan KPS terintegrasi, yang antara lain meliputi keterampilan:
a. Mengamati dengan menggunkaan semua indra
b. Bertanya, baik pertanyaan konvergen maupun divergen
c. Melakukan pengukuran, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif
d. Memprediksi hal-hal apa yang akan terjadi berdasarkan hasil
pengamatan
e. Melakukan investigasi dan percobaan dalam rangka melakukan
pengujian terhadap teor-teori yang dikembangkan.

3
f. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan dan investigasi kepada
guru.

B. Macam-macam Teori Pembelajaran Sains


1. Teori Belajar Piaget
Jean Piaget lahir pada tanggal 1896 di Neuhatel, Swiss. Piaget
berkonsentrasi pada dua bidang yaitu, biologi dan filsafat pengetahuan.
Biologi lebih berkaitan dengan kehidupan sedangkan filsafat lebih pada
pengetahuan, Piaget merupakan psikolog anak karena mempelajari
perkembangan inteligensi, menghabiskan ribuan jam mengamati anak yang
sedang bermain dan menanyakan mereka tentang perilaku dan
perasaannya, la tidak mengembangkan teori sosialisasi yang komprehensif,
tetapi memusatkan perhatian pada bagaimana anak belajar, berbicara,
berfikir, bernalar dan akhirnya membentuk pertimbangan moral.
a. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif
ini dari tahun 1927 sampai 1980. Menurut penelitiannya tahap
perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan
(King Laura A, 2017:152). Perkembangan kognitif merupakan
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa. Menurut
Piaget perkembangan kognitif berlangsung melalui 4 tahap :
1) Tahap Sensori-motor
tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi belajar
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka
yang sedang berkembang dan melalui aktivitas motorik. Keadaan
ini merupakan salah satu dasar bagi perkembangan kognitif
selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses
penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan.

4
2) Tahap Pra-operasional
Tahap ini anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam
menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikimya belum
mempunyai sistem yang teroganisasikan dapat memahami realitas
di lingkungan dengan menggunakan tanda dan simbol. Cara
berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak
konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:
a) Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif
atau deduktif tetapi tidak logis.
b) Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaituanak mengenal
hubungan sebab-akibat secara tidak logis.
c) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup
seperti dirinya.
d) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di
lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia
e) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa
yang dilihat atau di dengar
f) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu
untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya
g) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada
sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang
lainnya
h) Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut
kehendak dirinya (Mohd. Surya, 2003: 57-58)

3) Tahap Operasional konkrit


Tahapan ini berawal pada anak usia 6 atau 7 tahun dan
berakhir pada usia 11 tahun. Usia-usia ini merupakan usia di mana
anak menempuh pelajaran di SD. Pada tahapan ini telah terjadi
perubahan-perubahan walaupun masih ada juga keterbatasannya.

5
Perubahan yang sangat penting dan mendasar adalah perubahan
dari pemikiran yang kurang logis ke pemikiran yang lebih logis.
Hal ini ditandai dengan adanya ketentuan-ketentuan atau aturan
yang telah diikuti. Operasi yang mendasari pemikirannya
berdasarkan pada yang konkret atau nyata, dapat dilihat, diraba,
atau dirasa dari suatu benda atau kejadian, sehingga tahapan ini
disebut sebagai tahap konkret operasional. keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki anak pada masa ini, antara lain
kenyataan bahwa perbuatan ataupun percobaan yang dilakukan
anak pada usia ini masih bersifat coba-coba. Anak usia ini belum
dapat secara mental mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan yang beragam untuk memecahkan suatu masalah.
Mereka juga masih belum mampu mempergunakan ketentuan-
ketentuan yang logis pada benda atau kejadian yang tidak nyata
atau tidak tampak, mereka hanya mampu berhubungan dengan hal-
hal yang nyata atau dengan hal-hal yang dapat mereka bayangkan.
Kenyataan inilah yang melahirkan pembelajaran IPA yang banyak
melibatkan siswa secara langsung.
4) Tahap Operasional formal
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru.
Periode ini anak dapat menggunakan operasi- operasi konkritnya
untuk membentuk operasi yang lebih kompleks (Matt Jarvis,
2011:111). Tahap ini dikatakan sebagai tahap akhir dari
perkembangan struktur berpikir. Anak usia ini telah dapat secara
penuh melakukan operasi secara logis tetapi masih mempunyai
pengalaman yang terbatas. Mereka sekarang dapat berhubungan
dengan masalah-masalah yang bersifat hipotesis dan cara berpikir
mereka mungkin telah termasuk suatu set yang formal dari
ketentuan-ketentuan yang logis. Mereka dapat secara mental dan

6
sistematik meneliti faktor-faktor yang beragam, mereka tidak lama
lagi tergantung untuk melakukan manipulasi terhadap benda.
Kemajuan anak selama periode ini anak tidak perlu berpikir
dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai
kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah mampu
memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi
argumen dan karena itu disebut operasional formal.

2. Teori Bruner
Bruner memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner seorang
ahli psikologi yang mempunyai kontribusi besar dalam teori belajar
kognitif yang merupakan peralihan dari teori behaviorisme. Menurut
Bruner, pada dasarnya belajar merupakan proses perkembangan
kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses kognitif
yang berlangsung dalam belajar (Anidar, 2017; Picauly, 2016; Sutarto,
2017). , yaitu:

7
a. proses pemerolehan informasi
Pemerolehan informasi dilakukan melalui kegiatan membaca buku
atau sumber lainnya yang sesuai, mendengarkan penjelasan guru,
melihat audiovisual, dan sebagainya.
b. proses transformasi informasi,
Transformasi informasi yaitu tahap memahami, mencerna, dan
menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam
bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
c. Proses mengevaluasi atau menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan
Mengevaluasi atau menguji relevansi dan ketepatan dilakukan
untuk mengetahui benar tidaknya hasil tranformasi, evaluasi
kemudian dinilai sehingga nantinya dapat diketahui apakah
pengetahuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan dan
ditransformasikan untuk memahami gejala-gejala lain.

Pada prinsipnya teori kognitif Bruner adalah pengembangan dari


teori kognitif Jean Piaget dan Bruner lebih menekankan bagaimana
individu mengeksplorasi potensi yang ada pada dirinya. Dari situlah
terlahir teori belajar penemuan atau discovery learning dimana siswa
secara aktif mencari pemecahan masalah melalui tiga tahapan
perkembangan kognitif yang terintegrasi, kemudian menghasilkan
pengetahuan baru yang benar-benar bermakna. Hal tersebut sejalan
dengan. Buto (2010) menurut Bruner, teori belajar penemuan
(discovery learning) adalah proses dimana siswa dapat memahami
makna, konsep, dan hubungan melalui proses intuisi, sampai pada
akhirnya dapat menemukan suatu kesimpulan yang disesuikan dengan
perkembangan kognitif siswa

8
3. Teori Vygotski
Teori belajar Vygotsky(dalam Suprijono, 2009:32) menyatakan
bahwa pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian yang
dibedakan menjadi pengertian spontan dan ilmiah. Pengertian spontan
adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari
sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas.
Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari pengertian spontan ke
ilmiah. Suparno (dalam Suprijono, 2009:34) menyatakan bahwa kedua
konsep itu sama-sama mengimplikasikan pentingnya keaktifan siswa
dalam belajar dengan menekankan pada tindakan terhadap obyek.
Budiningsih (2012:100-104) .
Asumsi dasar dari teori konstruktivisme sosial Vygotsky adalah
"What the child can doin cooperation today he can do alone tomorrow"
(Warsono, 2012: 59). Apa yang dilakukan atau dipelajari anak hari ini
dengan bekerja sama dapat dia lakukan secara mandiri pada masa yang
akan datang. Atas dasar asumsi tersebut Vygotsky menyarankan agar
guru bisa berkolaborasi dengan siswa serta memfasilitasinya untuk
membangun pengetahuan dengan diskusi, tanya jawab, bahkan berdebat
dengan teman sebaya. Seorang anak akan mencapai tingkat kognitif
yang lebih tinggi jika anak perlahan mulai dapat mengurangi
ketergantungan terhadap orang lain dalam pemecahan masalah. Schunk
(2012:339) menegaskan bahwa "aspek- aspek cultural-historis dari teori
Vygotsky menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Teori Vygotsky
bisa diaplikasikan oleh seorang guru di dalam kelas, guru bisa
menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
berkolaborasi dengan teman sebaya dalam kelompok kecil.

9
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori-Teori pembelajaran Sains di SD
1. Teori Pigaet
a. Kelebihan teori Pigaet
1) Pembelajaran berpusat di otak.
2) Siswa belajar sesuai tahap perkembangannya
3) Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan
masalah
4) Dapat meningkatkan motivasi
b. Kekurangan Teori Piaget:
1) Kemampuan fungsi kognisi dari setiap siswa dianggap sama
2) Siswa tidak dapat menemukan gaya belajarnya sendiri.
3) Kuantitas kognisi lebih ditekankan daripada kualitas.

2. Teori Bruner
a. Kelebihan teori Bruner
1) Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar
sudah bermakna
2) Pengetahuan yang diperoleh akan tertinggal lama dan mudah
diingat.
3) Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah
sebab yang diinginkan dalam belajar agar dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterima
4) Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh
dalam menciptakan motivasi belajar.
5) Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir
secara bebas.

10
b. Kekurangan teori Bruner
1) Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan
dan kematangan mental. Peserta didik harus berani dan
berkeinginan mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika tidak
memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan
gagal.
2) Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau
kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas
materi yang dipelajari.

3. Teori Vygotsky
a. Kelebihan teori Vygotsky
1) Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan
zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar
dan berkembang
2) Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya
3) Memberikan kesempatan lebih pada siswa untuk saling
berinteraksi.
b. Kekurangan Teori Vygotsky
Teori ini terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar
yang kurang tampak sulit diamati secara langsung.

Penerapan teori Vygotsky dalam pembelajaran di kelas, terutama


hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai seorang Guru adalah:
1) Guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak.
2) Jika seseorang siswa membuat suatu kesalahan dalam mengerjakan
sebuah soal, sebaiknya guru tidak langsung memberitahukan di mana
letak kesalahan tersebut.

11
3) Di samping kegiatan interaktif, guru Sains di kelas perlu juga
menyediakan kesempatan secukupnya bagi siswa untuk mengalami
internalisasi.
4) Menyajikan beberapa masalah yang menantang.
5) Mendorong, menggali, dan menerima penyelesaian dan strategi yang
berbeda.
6) Mengusahakan agar siswa menerangkan dan memberikan alasan bagi
pendapat mereka
7) Interaksi sosial dalam pembelajaran jangan hanya dibatasi dalam
bentuk kegiatan interaktif di kelas, tetapi juga mencakup interaksi
siswa dengan konteks sosial budaya yang dekat dengan kehidupan
siswa sehari-hari.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sains merupakan mata pelajaran yang membelajarkan tentang kehidupan
nyata dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Sains di
SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Teori teori pembelajaran sains yang bisa di terapkan di sd ada 3 macam
yaitu Teori Belajar Piaget,Teori Bruner ,Teori Vygotski. Aspek pokok dalam
pembelajaran Sains adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan
mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru
dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Ini tentu
saja sangat berkembang dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa, cara siswa
mengkaji informasi, mengambil keputusan, dan mencari berbagai bentuk
aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakat.

B. SARAN
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas,
kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang apa saja teori-teori yang ada
dalam pembelajaran dan bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa
yang tidak membosankan. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat
memahami dan menggunakan teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan
situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan
dengan optimal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sujana, A., & Jayadinata, A. K. (2018). Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. UPI
Sumedang Press.
brahim, M. (2016). Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar Berbasis Kurikulum
2013. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 4(01).
Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran.
EDISI, 2(1), 77-95.
Septantiningtyas, N., Shofiatun, A. M., & Rahman, A. (2021). Pembelajaran Sains.
Penerbit Lakeisha.
Dewi, P. Y. A., Kusumawati, N., Pratiwi, E. N., Sukiastini, I. G. A. N. K., Arifin,
M. M., Nisa, R. & Kusumawati, P. R. D. (2021). Teori Dan Aplikasi Pembelajaran
IPA SD/MI. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

14

Anda mungkin juga menyukai