Anda di halaman 1dari 24

Saudara mahasiswa, selamat berjumpa dengan kegiatan pengantar inisiasi online matakuliah

Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Pada awal perkuliahan, Anda diharapkan mencermati
deskripsi perkuliahan, silabus dan peta kompetensi, referensi yang dipergunakan, dan skema
kerja perkuliahan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Oleh karena itu setelah selesainya
inisiasi online ini, Anda diharapkan dapat :
1. mendeskripsikan perkuliahan Pengembangan Pembelajaran IPA SD;
2. mengidentifikasikan referensi yang dipergunakan dalam perkuliahan Pengembangan
Pembelajaran IPA SD;
3. mengidentifikasikan tugas-tugas yang akan dilakukan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan dalam perkuliahan Pengembangan Pembelajaran IPA SD.
A. Deskripsi Matakuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Pengembangan Pembelajaran IPA SD merupakan mata kuliah yang bertujuan memfasilitasi dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran IPA yang berwawasan konstruktivistik dan memperhatikan kondisi lingkungan
setempat/daerah. Matakuliah ini mengkaji hakikat IPA dan pembelajaran IPA SD, kurikulum IPA
SD dan pengembangan kurikulum sekolah, pembelajaran IPA SD yang inovatif dan berwawasan
konstruktivistik, serta implementasinya di kelas.
B. Referensi Matakuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Selain Bahan Ajar Cetak (BAC) dan Bahan Ajar Non-Cetak (BANC), Anda dapat memanfaatkan
referensi berikut:
1. Akbar, Sutama, dan Pujianto. 2008. Pembelajaran Tematik SD. Yogyakarta: Cipta Media
Aksara.
2. Anderson, LW dan Krathwohl, DR., 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing. New York: Addison Wesley Longman Inc.
3. BSNP. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD. Jakarta:
Depdiknas.
4. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
5. Depdiknas. 2006. Permendiknas Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006. Jakarta:
Depdiknas.
6. Depdiknas, 2007. Standar Proses. Jakarta : Depdiknas.
7. Depdiknas. 2006. Pembelajaran Remedial. Jakarta:Depdiknas
8. Madjid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

9. Lawson, A. E. 1994. Science Teaching and the Development of Thinking. California:


Wadsworth Publishing Company.
10. Rezba, R.J. Spraque, C.S., and Fiel, R.L., 2002. Leaning and Assesing Science Process
Skill. 4th Edition. Kendal/Hunt Publishing Company.
11. Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
12. Suparno, P. 2002. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep. Jakarta: PT.Grasindo.
13. Suparno, P.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
14. Yuliati. L.2009. Model-model Pembelajaran Fisika. Malang :UM Press.
C. Peta Kompetensi dan Skema Kerja
Peta kompetensi dan skema kerja perkuliahan Pengembangan Pembelajaran IPA SD adalah
sebagai berikut:

Hakikat IPA
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA
merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data,
dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang
melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan
demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk1, IPA sebagai
proses2 dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah3.
Sebagai ilmu pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus sebagaimanan ilmu pengetahuan
yang lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
1. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh
semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan
terdahulu oleh penemunya.
2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA
selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai
oleh munculnya metode ilmiah (scientific methods) yang terwujud melalui suatu
rangkaian kerja ilmiah (working scientifically), nilai dan sikapi lmiah (scientific
attitudes) (Depdiknas, 2006).

Hakikat Pembelajaran IPA SD


Belajar dan pembelajaran menurut paradigma behavioristik adalah merupakan perubahan tingkah
laku yang sifatnya permanen. Pembelajaran behavioristik ditekankan pada penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar (biasanya berupa pemberian penguatan), adanya stimuli4,
respons siswa merupakan bentuk hasil belajar, materi ajar disusun secara hirarkis. Dari uraian
tersebut dapat dikatakan belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan tertentu antara
satu seri stimulus (serangkaian stimulus) dengan respon-respon.
Para penganut teori perilaku (behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk
megasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila mereka
memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan apa yang terjadi
dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Salah satu bentuk realisasi
pembelajaran behavioristik adalah seperti yang dikemukakan oleh Gagne yang dikenal dengan
sebutan teori Hierarki Belajar Gagne. Prosedur yang ditempuh adalah yang dimulai dari (a)
menetapkan secara verbal deskripsi operasional sejumlah variabel kemampuan yang diharapkan
(sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran belajar), (b) membuat hipotesis hubungan hirarki
antar variabel, (c) menetapkan model hirarki belajar untuk mewujudkan hubungan antar variabel
yang dihipotesiskan, serta (d) menetapkan sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki.
Belajar menurut paradigma kontruktivistik adalah merupakan proses membangun pengetahuan
yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan
yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di
lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi
oleh guru. Empat (4) ciri utama belajar dan pembelajaran konstruktiivistik adalah: (a)
pengetahuan awal siswa menjadi bagian penting dalam pembelajaran; (b) siswa aktif belajar dan
menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang sedang dipelajari;
(c) siswa membangun pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan tersebut bermakna bagi
dirinya; dan (d) selalu beriteraksi multi arah (guru-siswa, siswa-siswa)
Dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA SD/MI
adalah seperti bagan alur pembelajaran berikut ini. Menggali pengetahuan awal siswa yang
terkait dengan materi baru yang akan dipelajari, melakukan investigasi/penyelidikan, memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengumpulkan bukti-bukti/fakta-fakta sebagai
bahan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atas bantuan guru (atau melalui kerja sama dengan
teman)

Kurikulum IPA SD

Apakah Kurikulum?
Dalam melakukan proses pembelajaran IPA SD, guru dipandu oleh Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun guru. Akan tetapi, dari manakah guru memperoleh acuan
tentang tujuan pembelajaran IPA, kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA,

bagaimana pembelajaran IPA akan dilakukan, dan bagamanakah cara menilainya? Acuan guru
adalah kurikulum IPA SD pada sekolah yang bersangkutan. Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum sekolah dikembangkan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas). Acuan pengembangan kurikulum adalah Permendiknas nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.

Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA SD


Mata pelajaran IPA SD/MI betujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;
4. Mengembangkanketerampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan;
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam;
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan;
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
(Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD, 2007: 13-14).
Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok
yaitu:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan;
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas;
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana;

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
(Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD, 2007: 14)
Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara spiral, artinya setiap bahan
kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan tingkat kedalaman yang berbeda; semakin
tinggi tingkat kelas semakin dalam bahasannya.

Pemecahan Masalah sebagai Salah Satu Tujuan


Pembelajaran IPA SD?
Di dalam tujuan mata pelajaran IPA terdapat frasa pemecahan masalah. Pada
kenyataannya, setiap orang selalu berhadapan dengan masalah yang perlu diselesaikan. Masalah
timbul karena adanya jurang pemisah antara harapan dengan kenyataan dan Anda tidak tahu
bagaimana cara menuju ke arah tujuan tersebut. Pemecahan masalah merupakan sebuah proses
yang mengikuti pola umum (heuristik) atau mengikuti langkah-langkah tertentu (algoritmik).
Langkah-langkah penyelesaian masalah adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
2. Menyusun strategi pemecahan masalah.
3. Menerapkan strategi pemecahan masalah.
4. Mengevaluasi.
Pemecahan masalah dengan menggunakan keterampilan proses IPA pada hakikatnya adalah
keterampilan pemecahan masalah dengan metode ilmiah. Pemecahan masalah ini menerapkan
logika deduktif dan induktif. Logika deduktif digunakan untuk mendefinisikan masalah,
menemukan informasi awal yang berkaitan dengan masalah, sampai dengan merumuskan
hipotesis. Logika induktif digunakan pada saat merancang, melaksanakan cara mengumpulkan
data, serta menganalisis data untuk menguji hipotesis. Hasil pemecahan masalahnya berupa
simpulan, yang memverifikasi permasalahan, hipotesis, dan analisis data. Bagan di bawah ini
merangkum penjelasan tersebut.

Selain pemecahan masalah, Anda akan menemukan pula frase pembuatan keputusan di dalam
tujuan Matapelajaran IPA. Seperti halnya kegiatan pemecahan masalah, dalam kehidupan seharihari Anda selalu terlibat dalam pembuatan keputusan. Bahkan, kata orang bijak, Nasib Anda di
masa depan bergantung pada keputusan Anda hari ini.

Pembuatan Keputusan sebagai Salah Satu Tujuan


Pembelajaran IPA SD
Keputusan merupakan sebuah pilihan yang diambil dari berbagai alternatif pilihan yang ada.
Pada matapelajaran IPA SD, tentu saja IPA menjadi salah satu dasar untuk pengambilan
keputusan. Secara umum, langkah-langkah pembuatan keputusan adalah: 1)Menuliskan
pertanyaan, 2) Menentukan alternatif pilihan-pilihan, 3)Mengumpulkan informasi, 4) Membuat
Daftar Pro dan Kontra, 5) Mengambil Keputusan.

Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar


1. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu.
2. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah
kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.
3. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tersurat dalam standar isi merupakan batas
minimal yang harus dicapai peserta didik dalam proses belajarnya. Artinya pesan yang tersurat
dalam SK dan KD tersebut tidak dapat ditawar lagi oleh guru dalam hal penyajiannya di kelas
maupun di luar kelas. Hal tersebut mempunyai implikasi terhadap kompetensi guru. Jika guru
merasa kurang kompeten dalam SK dan atau/ KD tertentu maka wajib mempelajarinya. Hal
tersebut perlu dilakukan agar dapat memfasilitsi belajar siswa secara maksimal, jangan sampai
dilewati untuk tidak dibelajarkan.
Setiap SK dan KD perlu dimaknai dulu secara tepat, sebelum dijabarkan menjadi indikator dan
tujuan pembelajaran, agar pesan edukatif dari SK dan KD tersebut dapat tercapai.

Mari kita simak saran pembelajaran IPA di dalam dokumen Latar Belakang Kurikulum
IPA SD/MI menurut Standar Isi:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Tujuan pembelajaran IPA SD/MI yang disuratkan dalam latar belakang mata pelajaran IPA
SD/MI menegaskan (1) bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah melalui inkuiri ilmiah, dan mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup; dan (2) untuk mengembangkan kemampuan
menerapkan konsep IPA yang dimiliki siswa melalui pembelajaran Salingtemas, dalam bentuk
kegiatan merancang dan membuat suatu karya.
Dampak dari tujuan pembelajaran IPA terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA adalah
pelaksanaan pembelajaran IPA harus selalu menerapkan pesan dalam 2 tujuan pembelajaran di
atas, yaitu pembelajaran IPA dilaksanakan dengan (1) inkuiri ilmiah dan (2) berorientasi pada
pembelajaran Salingtemas.

Silabus IPA SD
Pada menu sebelumnya telah diuraikan tujuan pembelajaran

IPA yang di dalamnya terdapat pengembangan keterampilan berpikir. Nah, misalkan Bu Ria
(seorang guru SD) hendak melakukan pembelajaran IPA pada Kompetensi Dasar (KD) tertentu
atau tema tertentu. Apa yang akan dilakukan Bu Ria? Tentu saja, Bu Ria harus membuat

perencanaan pembelajaran untuk KD atau tema tersebut, yang dikenal dengan istilah silabus.
Untuk dapat mengembangkan silabus, Bu Ria harus mampu menganalisis KD dari sisi dimensi
pengetahuan serta dimensi proses kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya Bu Ria
merumuskan silabus yang memuat bagaimana kegiatan pembelajaran, indikator penilaian, dan
merancang kegiatan penilaian KD tersebut.

Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian (BSNP, 2006).
Langkah-langkah Pengembangan Silabus meliputi:
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
e. Penentuan Jenis Penilaian
f. Menentukan Alokasi Waktu
g. Menentukan Sumber Belajar
Silabus yang dikembangkan dapat dituliskan sesuai format silabus. Silabus dapat disusun ke
samping dengan menggunakan matriks atau disusun ke bawah . Kedua model silabus tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Silabus yang disusun ke samping dengan
menggunakan matriks agak rumit ketika menyusun layout-nya tetapi lebih mudah membaca dan
memahaminya karena koherensi masing-masing komponen langsung terbaca. Silabus yang
disusun ke bawah lebih mudah diurutkan tetapi agak sulit mencermati hubungan komponen satu
dengan komponen lainnya.

Langkah-langkah Pengembangan Silabus meliputi:


Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada
Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di standar isi;
2. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
3. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar
dengan mempertimbangkan:
1. potensi peserta didik;
2. relevansi dengan karakteristik daerah,
3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
5. struktur keilmuan;
6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8. alokasi waktu.
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses
mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan

berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa
dan materi.
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Indikator
pencapaian kompetensi diklasifikasikan pada dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Contoh:
KD 3.1 (Kelas II semester 1): mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan
bunyi) yang ada di lingkungan sekitar.
Indikator Kognitif:
1. Mengamati berbagai sumber energi di lingkungan sekitar
2. Mengklasifikasikan sumber-sumber energi
3. Memberikan 3 contoh sumber energi untuk energi panas
4. Memberikan 1 contoh sumber energi untuk listrik
5. Memberikan 3 contoh sumber energi untuk energi cahaya
6. Memberikan 3 contoh sumber energi untuk bunyi
Indikator Afektif:
1. Menunjukkan kejujuran
2. Menunjukkan ketekunan
3. Menunjukkan rasa ingin tahu
Indikator Psikomotorik:
1. Mengikuti petujuk dalam melakukan pengamatan terhadap sumber-sumber energi.
2. Menuliskan hasil pengamatan terhadap sumber-sumber energy

3. Menghasilkan klasifikasi sumber-sumber energi sesuai petunjuk.


Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu domain kognitif
(pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika -matematika),
domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan
intrapribadi,dengan kata lain kecerdasan emosional), domain psikomotor (keterampilan atau
yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Halhal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah 1) penilaian diarahkan untuk mengukur
pencapaian kompetensi; 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk
menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya; 3) Sistem yang direncanakan adalah sistem
penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum,
serta untuk mengetahui kesulitan siswa; 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; 5) Sistem penilaian harus
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,
jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus

diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif
dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam,
sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
Silabus yang dikembangkan dapat dituliskan sesuai format silabus. Silabus dapat disusun ke
samping dengan menggunakan matriks atau disusun ke bawah . Kedua model silabus tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Silabus yang disusun ke samping dengan
menggunakan matriks agak rumit ketika menyusun layout-nya tetapi lebih mudah membaca dan
memahaminya karena koherensi masing-masing komponen langsung terbaca. Silabus yang
disusun ke bawah lebih mudah diurutkan tetapi agak sulit mencermati hubungan komponen satu
dengan komponen lainnya.
Pada langkah pertama dari pengembangan silabus, pengkajian SK - KD harus memperhatikan
empat dimensi, antara lain:
1. Dimensi Pengetahuan
2. Dimensi Proses Kognitif
3. Dimensi Afektif
4. Dimensi Psikomotorik
Format Silabus A
SILABUS
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/semester

:
: Ilmu Pengetahuan Alam
: IV/1

Standar Kompetensi :

Kompetensi
Dasar

Materi
Pokok

Kegiatan
Pembelajaran

Indikator Penilaian

Alokasi
Waktu

Sumber
Belajar

Format Silabus B
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/semester: IV/1
I. Standar Kompetensi
II. Kompetensi Dasar
III. Materi Pokok/Pembelajaran
IV. Kegiatan Pembelajaran
V. Indikator
VI. Penilaian
VII. Alokasi Waktu
VIII. Sumber Belajar

Perhatikan contoh KD berikut:

Membiasakan hidup sehat.


Kata membiasakan merupakan kata kerja atau perilaku yang harus dicapai siswa dan kata hidup
sehat merupakan kata benda atau pengetahuan yang harus dikuasai siswa. Kata benda pada
pernyataan tujuan pembelajaran, baik KD maupun SK, menunjukkan pengetahuan yang harus

dikuasai siswa. Secara hierarki, pengetahuan tersebut terdiri dari beberapa level dan dinyatakan
dengan dimensi pengetahuan. Apa yang dimaksud dengan dimensi pengetahuan? Dimensi
pengetahuan merupakan pengetahuan yang diharapkan dikonstruk siswa berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognisi . Ke-empat
pengetahuan ini diasumsikan sebagai kontinuum dari hal yang bersifat konkrit ke abstrak
Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan diskrit, berupa informasi yang terpisah-pisah.
pengetahuan faktual merupakan unsur-unsur dasar (basic element) yang harus dipahami siswa
dari suatu disiplin ilmu. Contohnya: nama-nama benda, tempat, dan ciri-ciri benda tertentu.
Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih kompleks dan diorganisasi dari
beberapa pengetahuan faktual. Pengetahuan konseptual menyatakan hubungan antara
pengetahuan faktual berupa unsur-unsur dasar dengan struktur keilmuan yang lebih besar
sehingga memungkinkan terjadinya pengetahuan baru. Contoh: panas, bunyi, cahaya, hidup
sehat.
Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang dapat
berupa kegiatan atau prosedur. Perolehan pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu
metode penyelidikan dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, teknik dan metode serta
kriteria tertentu. Contoh: cara mengukur panjang meja, cara mengamati preparat dengan
mikroskop.
Pengetahuan Metakognisi
Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan tentang bagaimana berpikirnya (berpikir
tentang bagaimana dia berpikir). Contoh: Apa yang akan saya pelajari? Bagaimanakah cara saya
mempelajari topik ini? Apakah saya telah mengerti topik yang telah saya pelajari tadi?

Dimensi Afektif
Pembelajaran IPA tidak dapat dilepaskan dari berbagai sikap siswa. Sikap positif siswa
seharusnya terus dipupuk dan akhirnya muncul sebagai hasil belajar IPA. Sikap yang
mendapatkan penguatan ini diharapkan terus berkembang menjadi nilai-nilai yang diinternalisasi
siswa. Sikap negatif siswa yang muncul dalam pembelajaran IPA sedapat mungkin digeser
menuju netral dan akhirnya menjadi sikap positip. Sikap (attitude) adalah kecenderungan mental
terhadap orang, objek, subjek, peristiwa, dan sebagainya. Sikap termasuk dimensi afektif (dari
kata latin affectus yang berarti perasaan). Dimensi afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan
dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap.
Terdapat 5 kategori afektif menurut Bloom dan Krathwohl (1973) sebagai berikut:

Nilai-nilai IPA apa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA SD? Pembelajaran IPA
SD paling tidak dapat mengembangkan nilai-nilai kejujuran, ketekunan, rasa ingin tahu,
keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan skeptisme (Rutherford dan Ahlgren, 1990).
Pendidikan IPA merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan pengembangan
afektif, maka karakter-karakter tersebut juga menjadi tujuan afektif yang relevan dengan
pembelajaran IPA.
Penjelasan tentang bagan diatas:
Penerimaan terhadap fenomena
Kategori ini meliputi memberikan perhatian, kesediaan untuk mendengar, serta memilih
perhatian. Siswa secara aktif mengikuti fenomena atau stimuli (misalnya aktivitas di
kelas, buku teks, dan lain-lain). Perhatian utama pada kategori ini adalah perhatian
siswa yang terfokus. Sebagai contoh, siswa mendengarkan penjelasan guru dengan
penuh perhatian. Kata kerja yang dapat digunakan: bertanya, memilih, mengidentifikasi,
menentukan, menunjukkan, dan lain-lain.
Tanggapan terhadap fenomena
Kategori ini meliputi berpartisipasi aktif, memberi perhatian, dan bereaksi terhadap
fenomena tertentu. Siswa tidak hanya menganggapi fenomena atau stimuli, tetapi
bereaksi. Contoh: siswa mengerjakan pekerjaan rumah, berpartisipasi dalam diskusi
kelas, memberikan presentasi, bertanya, memahami aturan keselamatan dalam
eksperimen IPA dan menerapkannya. Kata kerja yang dapat digunakan: menjawab,
membantu, memenuhi, mendiskusikan, membantu, menunjukkan, berlatih,
mempresentasikan, dan lain-lain.

Penilaian
Kategori ini meliputi penilaian seseorang terhadap obyek, fenomena, atau perilaku
tertentu. Penilaian tersebut mulai dari penerimaan sampai dengan pernyataan
komitmen. Penilaian merupakan dasar internalisasi seperangkat nilai-nilai tertentu,
yang ditunjukkan siswa melalui perilakunya (dan seringkali dapat diamati). Sebagai
Contoh: siswa menunjukkan kepercayaan terhadap proses kerja kelompok dalam
pemecahan masalah, mengusulkan suatu rencana perbaikan dan mengikutinya dengan
penuh komitmen. Kata kerja yang dapat digunakan: membedakan, menjelaskan,
memulai, membenarkan, mengusulkan, berbagi, dan lain-lain.
Organisasi
Kategori ini mengatur nilai-nilai ke dalam prioritas-prioritas dengan mengontraskan
nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik antar nilai tersebut, dan menciptakan
sistem nilai sendiri. Contoh: siswa mengenali kebutuhan akan keseimbangan
kebebasan dan tanggungjawab dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran IPA. Kata kerja yang dapat digunakan: mengatur,
mengkombinasikan, membandingkan, menggeneralisasikan, menggabungkan,
memodifikasi, mengorganisasi, menyusun, dan lain-lain.
Internalisasi nilai-nilai (karakterisasi)
Pada tahap ini, siswa memiliki suatu sistem nilai yang mengontrol perilakunya. Perilaku
tersebut sangat meluas, konsisten, dapat diprediksi, dan yang paling penting, menjadi
karakteristik siswa. Contoh: siswa menampilkan kemandirian ketika bekerja secara
independen, bekerjasama dalam kelompok kooperatif (menampilkan kerja tim),
menggunakan pendekatan obyektif dalam pemecahan masalah, dan merevisi
penilaiannya berdasarkan bukti baru. Kata kerja yang dapat digunakan: menampilkan
kepercayaan diri, menjaga, bekerjasama, dan lain-lain.

Dimensi Psikomotorik
Dimensi psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan
beberapa otot. Contoh dimensi psikomotorik dalam hasil belajar IPA SD antara lain keterampilan
mengukur panjang kecambah, mengukur gaya yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah
benda, mengeset sebuah percobaan untuk membandingkan gaya kuasa dengan gaya beban, dan
lain-lain.
Bagaimanakah tingkatan (kategori) dimensi psikomotorik? Hingga akhir hayatnya, Bloom tidak
merumuskan kategori dalam ranah psikomotorik. Ahli psikologi berikutnyalah yang
mengembangkan kategori psikomotorik, yakni Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow
(1972). Berikut ini adalah kategori psikomotorik menurut Dave (1967):

Imitasi
Imitasi berarti meniru tindakan seseorang. Contoh imitasi misalnya seorang siswa mengamati
demonstrasi guru dan kemudian siswa tersebut meniru proses atau aktivitas guru. Kata kerja
yang digunakan misalnya: mengamati, mencoba, mengikuti, mengulang, dan lain-lain.
Manipulasi
Kategori manipulasi berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan cara
dengan mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan observasi. Pada kategori ini, siswa
dipandu melalui instruksi untuk melakukan keterampilan tertentu. Dalam pembelajaran IPA,
siswa yang dapat melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk LKS berarti sudah masuk dalam
kategori ini. Kata kerja yang digunakan misalnya: mengikuti (petunjuk), melengkapi,
menampilkan, memainkan, menghasilkan (sesuai petunjuk), dan lain-lain.
Presisi
Kategori presisi berarti secara independen melakukan keterampilan atau menghasilkan produk
dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan. Dalam bahasa sehari-hari, kategori ini dinyatakan
sebagai tingkat mahir. Dalam pembelajaran IPA, kategori presisi ini misalnya siswa terampil
melakukan pengukuran suhu dengan termometer. Kata kerja yang digunakan misalnya: mencapai
tingkat otomatis, ahli, mahir, terampil, mengkalibrasi, mengontrol, mempraktikkan.
Artikulasi
Kategori artikulasi artinya memodifikasi keterampilan atau produk agar sesuai dengan situasi
baru, atau menggabungkan lebih dari satu keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten.
Dalam pembelajaran IPA, misalnya siswa sudah dapat menggabungkan langkah-langkah tertentu
dalam memecahkan masalah dengan metode ilmiah. Kata kerja yang digunakan untuk

merumuskan indikator pada kategori ini misalnya: membangun, menyelesaikan,


menggabungkan, mengkoordinasikan, mengintegrasikan, beradaptasi, mengembangkan,
merumuskan, memodifikasi, meningkatkan, mengajarkan, dan lain-lain.
Naturalisasi
Kategori naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah dan
membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik atau mental yang ada. Pada kategori ini,
sifat aktivitas telah otomatis, sadar penguasaan aktivitas, dan penguasaan keterampilan terkait
sudah pada tingkat strategis (misalnya dapat menentukan langkah yang lebih efisien). Kategori
ini relatif sulit dicapai dalam pembelajaran tingkat SD. Kata kerja yang dapat digunakan untuk
kategori manipulasi misalnya mendesain, menentukan, mengatur, menemukan, mengelola
proyek, dan lain-lai

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


IPA SD
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran silabus

yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya pencapaian KD.
Guru harus menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pelaksanaan pembelajaran di kelas
berlangsung secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sesuai dengan alokasi waktu yang
disediakan. Setiap guru diberi peluang untuk berkreativitas dalam penyusunan RPP. Namun,
secara umum pada setiap RPP hendaknya tercantum komponen-komponen RPP seperti
tercantum dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Komponen-komponen RPP tersebut adalah:
1. Identitas mata pelajaran
2. Standar kompetensi (SK)
3. Kompetensi dasar (KD)
4. Indikator pencapaian kompetensi
5. Tujuan pembelajaran
6. Materi/Bahan ajar
7. Alokasi waktu

8. Model dan metode pembelajaran


9. Kegiatan pembelajaran
10. Penilaian hasil belajar
11. Sumber belajar
Pada bagian sebelumnya telah diuraikan poin-poin penting komponen-komponen di atas,
terutama aspek SK, KD, serta indikator dan tujuan pembelajaran. Berikut ini akan dibahas Bahan
Ajar, Model dan Metode Pembelajaran, dan Penilaian Pembelajaran.

Bahan Ajar IPA SD


Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Ditinjau dari pihak guru, bahan ajar itu harus
diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar
itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator
pencapaian belajar.
Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya
keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya
keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika
terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan
bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk
diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan
materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada
standar kompetensi. Dengan demikian, langkah-langkah pemilihan bahan ajar terdiri dari:

a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam SK dan KD.


b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran.
c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan SK dan KD.
Contoh pemilihan bahan ajar IPA sesuai dengan SK dan KD tertentu, yang selanjutnya dikemas
dalam bentuk buku teks pelajaran dapat dilihat dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Matapelajaran IPA SD (www.bse.depdiknas.go.id atau www.bse.kemendiknas.go.id).

Media Pembelajaran IPA


Media merupakan alat bantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dan berfungsi sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Jika digunakan secara benar, media
pembelajaran dapat memperlancar interkasi guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan
sumber belajar. Media yang digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya. Secara umum
media pembelajaran di SD terdiri dari media audio, media visual, dan media audio-visual. Media
audio adalah media pembelajaran yang dapat didengar, misal radio dan alat musik. Media visual
adalah media pembelajaran yang dapat dilihat, misal gambar, grafik, model, dan slide. Media
audio-visual adalah media pembelajaran yang dapat didengar dan dapat dilihat misal video,
simulasi computer, dan film. Berdasarkan bentuk penyajiannya, media pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi media pembelajaran non-projected yaitu media pembelajaran yang
langsung dapat digunakan tanpa menggunakan alat proyeksi seperti gambar, charta, foto, dan
peta, dan media pembelajaran projected yaitu media pembelajaran yang memerlukan alat
proyeksi seperti film, slide, dan power point.
Media pembelajaran dapat bersifat alami dan buatan. Media pembelajaran alami merupakan
media pembelajaran yang sesuai dengan benda aslinya di alam seperti hewan, tumbuhan, danau,
dan gunung. Media pembelajaran buatan merupakan media pembelajaran hasil modfikasi atau
meniru benda aslinya, seperti model alat pernafasan, model jantung manusia, dan torso. Mediamedia tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan dan kemampuan guru serta sekolah.
Media pembelajaran dapat memiliki nilai praktis, yaitu:
1. dapat menampilkan objek yang terlalu besar, yang tidak mungkin dibawa kedalam kelas,
seperti bulan, bumi dan matahari,
2. dapat memperlambat gerakan yang terlalu cepat seperti gerakan kecambah yang tumbuh,
dan 3) memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka yang sulit diamati atau
yang berbahaya di lingkungan belajar.
Jadi, pertimbangan kelayakan yang dapat dipakai oleh guru IPA untuk memilih media
pembelajaran yang baik antara lain;
1. kelayakan praktis (keakraban guru dengan jenis media pembelajaran) meliputi
ketersediaan media pembelajaran di lingkungan belajar setempat, ketersediaan waktu
untuk mempersiapkan media, ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung dan

keluwesan, artinya mudah dibawa kemana-mana, digunakan kapan saja dan oleh siapa
saja;
2. kelayakan teknis (relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
merangsang terjadinya proses belajar), dan 3) kelayakan biaya (biaya yang dikeluarkan
seimbang dengan manfaat yang diperoleh).
Saat ini pemanfaatan komputer untuk media pembelajaran IPA yang interaktif telah lazim
dilakukan. Berbagai pengembang media interaktif berbasis komputer telah menyediakan hasil
karyanya untuk dipakai secara berbayar maupun gratis. Sebagai contoh: www.phet.colorado.edu
dan www.ebphysics.davidson.edu/Applets/jars menyediakan berbagai media laboratorium
virtual yang dapat dimanfaatkan (tentu saja harus dipilih yang relevan dengan SK dan KD IPA
yang hendak diajarkan); www.curriki.org

Pelaksanaan Pembelajaran IPA SD


Pembelajaran IPA di SD tidak hanya menekankan pada penguasaan

konsep-konsep IPA saja, tetapi juga menekankan pada proses penemuan. Dengan demikian
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, siswa tidak hanya menguasai konsep tetapi juga
menguasai keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Peralatan IPA
Pembelajaran IPA yang demikian membutuhkan berbagai macam peralatan dan bahan. Berbagai
benda dalam kehidupan sehari-hari dapat dimanfaatkan sebagai peralatan dalam pembelajaran
IPA. Selain itu, ada juga peralatan pembelajaran IPA yang standar, misalnya gelas kimia,
neraca, Kit IPA, dan lain-lain. Sebagai guru, Anda harus menguasai bagaimana mengatur
berbagai peralatan tersebut sehingga persiapan, pelaksanaan, dan pasca pembelajaran IPA
berlangsung seperti yang Anda rencanakan.
1. Manajemen Pemanfaatan Peralatan IPA
Apakah anda menginginkan pemanfaatan peralatan IPA dalam kegiatan pembelajaran di
kelas yang anda lakukan berjalan dengan lancar? Hal ini akan terjadi bila anda
melakukan pengelolaan peralatan IPA dengan benar mulai dari pengambilan peralatan,
penggunaan, penyimpanan, dan perawatan. Untuk itu anda harus menguasai dengan
baik manajemen pemanfaatan peralatan IPA. Dalam manajemen pemanfaatan peralatan

IPA, terdapat dua kegiatan utama yaitu pengklasifikasian peralatan dan pengelolaan
peralatan.
2. Pengklasifikasian Peralatan IPA
Pengklasifikasian merupakan suatu proses pengelompokan berdasarkan ciri tertentu.
Langkah yang dilakukan mulai dari identifikasi ciri dari masing-masing peralatan,
menentukan ciri yang digunakan sebagi dasar pengelompokan, dan melakukan
pengelompokan berdasarkan ciri yang ditentukan. Peralatan IPA dapat diklasifikan
berdasarkan bahan dan fungsinya, misal: alat ukur1, alat dari
gelas2, model3, bagan4, alat siap pakai (rakitan)5, alat bantu proses
percobaan6. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pengelompokan peralatan IPA
yang diantaranya adalah memudahkan penyimpanan, perawatan, dan pengambilan
peralatan dari tempat penyimpanan.
3. Pengelolaan Peralatan IPA
Pengelolaan peralatan IPA merupakan proses perencanaan, pemanfaatan,
pengorganisasian, dan perawatan berbagai peralatan dalam IPA. Perencanaan praktikum
meliputi kegiatan menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengidentikasi
peralatan dan bahan yang tersedia, memeriksa kelayakan alat dan kecukupan jumlah,
menentukan solusi jika ada permasalahan, menentukan strategi yang akan digunakan
dalam praktikum.

Apakah Evaluasi itu?


Penilaian adalah kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran

sehingga diketahui apakah suatu program telah berhasil. Penilaian suatu kompetensi dasar
dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu
penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.

Model Evaluasi Pembelajaran IPA

Penilaian unjuk kerja


Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan
sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
siswa melakukan tugas tertentu seperti praktek di laboratorium. Penilaian unjuk kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan
daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat
diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar.

Penilaian secara tertulis


Dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal
dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan);
2) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas,uraian
obyektif/non obyektif, dan uraian terstruktur/nonterstruktur). Dari berbagai alat penilaian tertulis,
tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya
menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes tertulis
bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan
mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan katakatanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang
ditanyakan terbatas.

Penilaian proyek
Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara

Penilaian produk
Adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk
meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam.

Penilaian portofolio

Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu
pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut,
guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.

Penilaian diri
Adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian
konpetensi kognitif di kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan
keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian
dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif,
misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya
terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik,
siswa dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Anda mungkin juga menyukai