Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setiap individu adalah khas atau unik. Artinya ia memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Perbedaan itu bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara merespons atau mempelajari hal baru. Dalam hal belajar, tiap-tiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap materi pelajaran. Mengajar dan mendidik bukanlah hal yang mudah. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sering timbulnya permasalahan akibat

perbedaan itu. Adapun di Indonesia, sering sekali terdengar keluhan para orang tua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi pintar dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik, memberi les privat, yang terkadang menyita waktu, usaha itu sering tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan justru menimbulkan masalah. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksesuaian antara individu peserta didik dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikannya. Perbedaan individu penting dibahas dan dipahami oleh pendidik agar para pendidik bisa memahami perbedaan dari masing-masing peserta didik. Sehingga pada proses pembelajaran di sekolah, para pendidik mampu memperlakukan peserta didik sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing individu peserta didik. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai hakikat perbedaan individual peserta didik dan implikasinya terhadap pembelajaran.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Individu Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Manusia dikenal sebagai makhluk yang berpikir atau homo sapiens, makhluk yang berbentuk homo faber, makhluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya. Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, lebih ditekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan YME. Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik, haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal, dan khas.1 Menurut kamus Echols dan Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975:519). Seorang anak tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berpikir, atau

pembentukan pengalaman harus dipelajari. Dorongan-dorongan potensi tertentu atau impul-impul tertentu membentuk dasar-dasar dari minat apa saja yang dikembangkan anak di lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang. Setiap individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dalam

pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupan seorang bayi, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya yaitu makan, minum, dan kehangatan tubuh sudah terpenuhi. Dalam perkembangan yang lebih luas, kebutuhan kian bertambah seiring berjalannya waktu seperti kebutuhan akan teman, rasa aman, dan sebagainya.
1

Sunarto dan Hartono. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h.2.

Semakin besar anak maka kebutuhan non-fisiknya semakin banyak. Dengan demikian telah terjadi perkembangan dalam hal kebutuhan baik fisik maupun nonfisik. Dengan kata lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti dengan perkembangan aspek kejiwaan atau psikisnya. Fakta menunjukkan bahwa terjadi individual differences (perbedaan

individual). Seseorang yang mirip atau kembar sekalipun, bahkan bayi kembar siam dapat menunjukkan minat, prilaku, cara berpikir yang berbeda. Hal ini disebabkan karena terjadi tempo dan irama perkembangan yang berbeda, sehingga terjadilah perbedaan individual.

B. Jenis Perbedaan Individual Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seseorang merupakan hasil perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang merangsang tersebut, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Keragaman pola pengasuhan juga menjadi bagian dari keragaman perbedaan masing-masing individu yang berdampak pada kemampuan, keterampilan, tatanan nilai pada individu. Hal itu akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individuindividu lain. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Perbedaan dalam perbedaan individual menurut Landgren (1980:578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi

pada aspek fisik maupun psikologis. Maka perbedaan individual dapat diartikan sebagai karakteristik berupa ciri dan sifat dengan segala variasi yang terjadi dimana variasi fisik dan psikologis tersebut tidak sama pada satu orang dengan orang lainnya. Sejauh

mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik pendidikan diterapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Konstitusi fisik dari individu sejauh mana ia secara fisik mempunyai mentukbentuk yang khas, tingkat stabilitas emosional dan temperamenna, sikapnya terhadap pelajaran, dan minat-minatnya, akan mempengaruhi keberhasilan yang dicapai dalam belajar mereka. Faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, pengaruh keluarga, status ekonomi, pengalaman belajar sebelumnya, semuanya berpengaruh terhadap tingkat kemampuan individu untuk mencapai keberhasilan dalam tingkatan belajarnya. Banyak individu cenderung berbeda tetapi perbedaan itu hanya sedikit dalam kaitannya dengan sifat atau kondisi, jadi mereka berada dalam kelompok sekitar ratarata dari suatu distribusi. Garry 1963 (Oxendine, 1984:317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut : 1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelain, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak. 2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku. 3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap. 4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar. 5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah. Perbedaan fisik bukan saja terbatas pada ciri yang dapat diamati oleh pancaindera, melainkan juga diperlukan pengukuran seperti, usia, berat badan, golongan darah, dan sebagainya. Selain itu, terjadinya perbedaan sosial pada kehidupan manusia. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan sesamanya, manusia bersosialisasi dan terjadilah perbedaan status sosial dan ekonomi manusia. Manusia juga berhubungan dengan Tuhannya sebagai manusia beragama.

Manusia hidup berkelompok dan berkeluarga, sesuai dengan sifat genetik orang tuanya; ketika mengenal kelompok-kelompok atau suku yang berbeda. Lingkungan, agama, keluarga, keturunan, kelompok suku dan semacamnya itu merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu. Manusia juga dianugerahkan potensi dasar yang tidaklah ama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh

terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Makna perbedaan dan perbedaan individual menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni: Perbedaan Kognitif Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu

diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat, bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya dapat direproduksi kembali dan ini merupakan tingkat kemampuan kognitif seseorang. Tingkat kemampuan kognitif

tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Dikatakan bahwa antara kecerdasan (intelegensi) dan nilai kemampuan kognitif berkorelasi tinggi dan positif. Semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan kognitifnya. Perbedaan Kecakapan Bahasa Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).

Perbedaan Kecakapan Motorik Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Ketidaktepatan dalam pembentukan persepsi dan penyampaian perintah, akan menyebabkan terjadinya kekeliruan respon dan atau kegiatankegiatan yang kurang sesuai dengan tujuan. Koordinasi motorik dan kecakapan untuk melakukan suatu kegiatan yang kompleks membutuhkan keterampilan motorik yang lebih kompleks pula. Dengan demikian, kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing individu juga berbeda.

Perbedaan Latar Belakang Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan, atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar merupakan faktor-faktor perbedaan antara siswa.

Perbedaan Bakat Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.

Perbedaan Kesiapan Belajar Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi sosio kultural amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu ada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Misalnya, pada usia Sekolah Dasar ditemukan, meskipun umur kronologis telah mencapai 8 tahun (yang secara normal seharusnya telah duduk di kelas dua atau tiga Sekolah Dasar)

tetapi kemampuan belajarnya masih sama dengan mereka anak yang duduk di kelas satu. Ini menggambarkan produk keluarga yang amat kurang, mungkin sekali ekspresi bahasa dan kehidupan keluarga tersebut kurang baik. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri, akibat kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh, dan latar belakang yang miskin pengalaman mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri Perbedaan Tingkat Pencapaian Salah satu bentuk nyata untuk melihat perbedaan anak adalah dengan memeriksa hasil pencapaian tes matematika standar. Tingkat pencapaian anak merupakan fungsi yang menunjukkan nilai belajar anak. Murid dalam posisi puncak di suatu kelompok biasanya mampu belajar matematika dengan cepat, sementara murid dengan posisi terendah di dalam kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat. Pada posisi tengah-tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan merata dalam pencapaian matematika. Perbedaan Lingkungan Keluarga Anak-anak berasal dari berbagai lingkungan keluarga. Anak dari keluarga berada dengan pendidikan yang memadai biasanya datang ke sekolah dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih cenderung menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya, anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan dengan latar belakang orang tua tanpa pendidikan cenderung menjadi pebelajar yang lambat. Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap anak dalam menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya korelasi positif antara sikap anak terhadap matemtika dengan sikap orang tua terhadap mata pelajaran ini.

Latar Belakang Budaya dan Etnis. Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya, layaknya anak-anak tertarik dan menilai pencapaiannya dalam suatu pendidikan.

Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan mempengaruhi prestasi dalam bidang akademik. Anak-anak yang memperoleh hasil yang selalu efektif, penuh arti, sebagai contoh program matematika yang dianjurkan, cenderung berada di atas rata-rata dan menjadi pebelajar yang cepat. Murid yang memiliki sedikit pengalaman, seringnya mengikuti metode drill tanpa akhir untuk belajar teknik menghitung dan menghapalkan operasi dasar matematika biasanya mengalami kesulitan dalam memahami matematika dasar tahap lanjut.

1. Perbedaan Individual berdasarkan Kecerdasan (intelegensi) Perlu diakui perbedaan-perbedaan individual dalam kemampuan intelektual dan perlu persiapan untuk menghadapinya. Berikut ini tabel pengggolongan tingkat intelegensi berdasarkan pengukuran skor IQ :2

IQ 140 ke atas 130-139 120-129 110-119 90-109 80-89 70-79 50-69 30-49 0-29

Presentase dari Populasi 1 2 8 16 23 23 16 8 2 1

Klasifikasi Genius (jenius) Sangat Cerdas (Very Superior) Cerdas (Superior) Normal tinggi Normal sedang (Average) Normal rendah Bordeline Moron atau Debil Imbecile Terbelakang atau Idiot

Idiot IQ (0-29) merupakan kelompok individu terbelakang paling rendah. Tidak dapat berbicara atau hanya mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya tidak dapat mengurus dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, makan dan sebagainya, dia
2

http://nurrafida.wordpress.com/2011/09/20/perbedaan-individual-peserta-didik/

harus diurus oleh orang lain. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan anak normal 2 tahun. Sering kali umurnya tidak panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang tahan terhadap penyakit. Imbecile IQ (30-40) setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung kepada orang lain, tidak dapat mandiri. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 sampai 7 tahun. Anak-anak imbecile tidak dapat dididik di sekolah biasa. Moron atau Debil IQ (50-69) Kelompok ini sampai tingkat tertentu masih dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan dan pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Bordeline IQ (70-79) berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas). Secara bersusah payah dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP Normal rendah (below avarage), IQ 80-89 termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang tapi pada tingkat terbawah, agak lambat dalam belajar. Mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tapi agak kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA. Normal sedang, IQ 90-109 Kelompok ini merupkan kelompok normal atau rata-rata, mereka merupkan kelompok terbesar presentasenya dalam populasi penduduk. Normal tinggi (above average) IQ 110-119 merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi. Cerdas (superior) IQ 120-129. Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka seringkali terdapat pada kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.

I. Sangat cerdas (very superior/ gifted) IQ 130-139 . Anak-anak very superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang bilangan, perbendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan lebih menonjol dibandingkan anak normal. J. Genius IQ 140>. Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Pada umumnya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu yang baru meskipun dia tidak bersekolah. Kelompok ini berada pada seluruh ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi baik laki-laki maupun perempuan. 2. Perbedaan Individual dalam hal temperamen Hughes bersaudara menuliskan perbedaan individual dalam hal

temperamennya. Perbedaan temperamen antaranak dapat diamati pada hari pertama kehidupan. Sebagai contoh, dimungkinkan bagi kita membedakan bayi pendiam dengan bayi lincah, dan pengamatan selanjutnya menunjukkan perbedaan semacam itu tetap ada pada tahun-tahun berikutnya. Perbedaan-perbedaan yang sama dapat pula dilihat antaranak dalam satu keluarga, oleh karena itu jelas bahwa temperamen dan karakter mungkin sangat dipengaruhi
3

oleh

pengalaman-

pengalaman awal, ada dasar temperamen bawaan. mengenai

Selanjutnya dijelaskan

penggolongan temperamen menurut Galen. Penggolongan tradisional

temperamen (ditawarkan oleh Galen, 130 M) didasarkan sebuah teori psikologi. Penggolongannya yaitu : orang sanguis diandaikan mendapat cukup pasokan darah. Dikatakan ia menjadi gampang bergerak dan mudah berubah; ini menyebabkan ia lincah riang seperti kupu-kupu, dari satu proyek ke proyek lain. Orang kolerik dikatakan punya air empedu berlebihan, dan ini dipercaya menjadi sebab kenapa ia keras kepala, keras, dan mudah terbakar amarah.
3

Hughes and Hughes. Learning & Teaching : Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern. Edisi Terjemahan oleh SPA Teamwork Yogyakarta. (Bandung : Penerbit NUANSA, 2003), h. 62.

Orang melankolik, suatu zat cair yang disebut empedu hitam ditemukan dalam tubuhnya dan ini diduga menjadikaan ia cenderng pemurung dan depresif.

Orang flegmatik menderita kelebihan flegma (lendir) dan akibatnya ia tak lekas marah, lambat dan tak mudah bangkit emosinya.

Selain itu, penggolongan-penggolongan temperamen lainnya dilakukan dengan menggambarkan dua tipe yang saling bertentangan, misalnya berjiwa stabil dan berjiwa labil, eksplosif (meluap-luap) dan tertutup, impulsif (gegabah) dan penuh pertimbangan, ekstraver dan introver. Ekstraversi dan Introversi. Anak ekstraver adalah anak yang cerewet, periang, percaya diri, ramah, yang terbuka dan mudah dan dalam suatu pengertian: agresif dalam mengungkapkan emosinya. Tatkala marah, ia akan ringan tangan dan mengajak berkelahi, sedangkan anak introvert ia mungkin tetap diam dan hanya menelannya untuk dirinya sendiri. Anak ekstraver mencari pengakuan dan menuntut perhatian, sementara anak introver menunggu hingga dirinya atau capaiannya dikenali dan dipedulikan. Anak ekstraver siap untuk menegaskan keunggulan atau kelebihannya dalam situasi di mana anak introver sudah cukup puas dengan menjaga kediriannya dan inipun sering hanya dapat dikenali dengan metode yang subtil dan tak langsung. Anak ekstraver menolak kritik dengan keras, sementara anak introver akan lebih hati-hati untuk menghindari kritik. Dapat dilihat bahkan di antara anak-anak dalam satu keluarga, sifat temperamen yang khas meresapi semua aktivitas mereka dan hal itu kebanyakan mudah diamati dalam permainan spontan mereka. paling umum adalah perbedaan antarjenis kelamin. Selanjutnya perbedaan yang

3. Perbedaan Antar Jenis Kelamin

Sebagaimana ditunjukkan oleh tes-tes kecerdasan, anak laki-laki dan anak perempuan rata-rata adalah sama, setara. Akan tetapi, rentang kemampuan di kalangan anak laki-laki lebih lebar daripada anak perempuan. Kenyataan bahwa ada lebih banyak pria yang jenius daripada wanita, tidak berarti bahwa pria umumnya lebih cerdas daripada wanita. Perbedaan-perbedaan terbesar adalah berkenaan dengan karakteristik fisik seperti tinggi, berat, dan kekuatan. Pada sisi mental, perempuan lebih halus daripada laki-laki. Anak perempuan lebih unggul daripada anak laki-laki dalam kemampuan berbahasa; mereka lebih banyak membaca dan menulis. Anak laki-laki lebih unggul daripada anak perempuan dalam kemampuan matematik dan teknik. Anak perempuan lebih terampil daripada anak laki-laki daripada membuat gerakangerakan yang menuntut kontrol jemari bebas, tetapi anak laki-laki lebih baik dalam gerakan-gerakan yang menuntut kekuatan dan kecepatan gerak.

4. Perbedaan Individual Berdasarkan Cara Belajar Perbedaan digolongkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu cara belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar lain. Pengkategorian ini haya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesai dalam belajar, ia mudah menyerap pelajaran.

5. Perbedaan Individual Berdasarkan Tipe Kepribadian

Menurut William Marston, tipe kepribadian seseorang dapat diketahui berdasarkan observasi terhadap pola perilaku yang ditampilkannya. Tipe tersebut terdiri atas tipe dominant, inspiring, supportive, dan cautious. Tipe kepribadian tersebut menggambarkan paduan dari dimensi gaya hubungan dengan orang lain, yaitu peramah (outgoing) atau pendiam (reserved), dan dimensi prioritas, yaitu berorientasi terhadap tugas (task-oriented) atau berorientasi terhadap orang (peopleoriented). Hal ini divisualisasikan dalam tabel berikut ini : OUTGOING D (Dominant) I (Inspiring) C (Cautious) S (Supportive) RESERVED

TASK ORIENTED

PEOPLE ORIENTED

Berikut ini rincian karakteristik dari tiap-tiap tipe kepribadian : A. Tipe Dominant Kata-kata Penjelas Mereka orang yang Kelemahan Dominan, pengatur, penuntut/ banyak

permintaan, tegas, tekun, pelaku. Goal-oriented, tidak mudah puas, percaya diri, tabah, tekun, menyadari pentingnya prestasi Kurang sensitif terhadap orang lain, kurang santai, kurang sabar

B. Tipe Inspiring Kata-kata Penjelas Mereka orang yang Kelemahan

Bersemangat, berpengaruh, penting, interaktif, mengesankan, berminat pada hub dng orang Banyak bicara, pandai memulai hub, menyenangkan, mudah gembira, Kurang bisa mengelola waktu, kurang realistis, kurang mendengarkan orang lain

C. Tipe Supportive Kata-kata Penjelas Mereka orang yang Kelemahan

Pendukung, tabah, ramah, peka, sentimentil Berorientasi kelompok, bersahabat, teman setia, peka thdp kebutuhan org lain, memahami Sulit bila harus menghadapi perubahan, tidak mampu mengatakan tidak

D. Tipe Cautious Kata-kata Penjelas Mereka orang yang Kelemahan

Hati-hati, penuh perhitungan, teliti, konsisten Berorientasi pada prosedur, mengabdikan diri pada tugas, terfokus pada detail, logis, akurat Sulit bila harus menghadapi perubahan, tidak mampu mengatakan tidak

BAB III Implikasi Perbedaan Individual dalam Pembelajaran

Dalam kaitannya dengan perbedaan individu hendaknya selalu diingat bahwa perbedaan dalam kualitas atau ciri-ciri adalah berjenjang. Tidak ada penggolongan anakanak ke dalam satu kategori atau sama sekali tidak termasuk dalam suatu kategori. Seorang anak dapat dikategorikan inteligen atau tidak inteligen, berminat atau tidak berminat, dapat mengontrol emosi sepenuhnya atau betul-betul sangat terganggu emosinya, siap 100% untuk melakukan kegiatan belajar tertentu atau ada pada tingkat nol dalam kesiapan belajarnya. Betapapun bergunanya tes kecerdasan, mereka hnya mengukur satu aspek kepribadian seorang anak. Kualitas-kualitas temperamen yang stabil atau keterampilan fisik yang luar biasa adalah aset-aset yang berharga dan mereka tidak selalu disertai oleh kecerdasan yang tinggi. Anak-anak bisa jadi berbeda dalam hal-hal berikut : a) Memori (daya ingat); b) Bakat verbal atau berbahasa (linguistik); c) Bakat mekanis atau motorik; d) Bakat aritmetik e)Bakat geometrik; f) Bakat manual (pekerjaan tangan); g) Bakat musik; h)Bakat menggambar. Meskipun anak dikaruniai faktor umum yang sama yaitu kecerdasan, namun mereka dikaruniai faktor khusus yang tidak sama, misal : satu punya bakat lebih pada bahasa, yang lain punya bakat lebih dalam aritmetika. Pengalaman dalam mendidik anak yang mengalami bentuk-bentuk khusus keterbelakangan menyiratkan bahwa banyak di antara mereka terbelakang tidak banyak disebabkan oleh kekurangan kemampuan khusus bawaan, tetapi lebih dikarenakan gangguan emosional, misalnya, banyak anak terbelakang dalam aritmetika karena mereka kehilangan rasa percaya diri pada kemampuan mereka namun mereka terus mendapat paksaan untuk menguasai. Disini peran guru untuk memahami bahwa suatu kemampuan khusus dapat dibangkitkan oleh minat yang kuat, sehingga guru perlu memberi rangsangan pada siswa. Seringkali dalam kelompok-kelompok siswa dalam sebuah kelas, terdapat individuindividu yang menyimpang dari norma-norma umum yang berlaku dalam kelompok itu. Sehingga dalam hal ini kita mengajar untuk individu, bukan untuk kelompok. Di sini pula sekolah berfungsi untuk mencurahkan perhatiannya dalam menggunakan sumber

belajarnya untuk selalu diarahkan pada batas-batas yang dapat diusahakan untuk mewujudkan pelayanan yang memadai bagi setiap siswa tidak peduli bagaimana besarnya ia berbeda dari tiap-tiap pelajar yang lain. Sehingga, sekolah atau para guru harus memperhatikan: Menggunakan alat pengukuran yang akan membantu menemukan perbedaanperbedaan seawal mungkin dan setepat-tepatnya. Siswa hanya akan memperoleh kesempatan untuk berhasil dengan sukses dalam batas-batas potensi mereka Faktor lingkungan fisik dan sosial merupakan penunjang bagi keberhasilan fungsi-fungsi perkembangan dan stimuli yang diberikan oleh faktor bawaan Sekolah harus melengkapi dengan: tenaga pengajar terlatih dengan baik, kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, metode mengajar yang sesuai serta bahan dan alat mengajar yang tepat. Pastikan kebutuhan dasar pelajar telah dipenuhi. Ciptakan suasana KBM kondusif. Menunjukkan kasih sayang Memupuk nilai motivasi diri melalui bimbingan pelajar memahami dan menerima diri serta terlibat aktif dalam aktivitas sosial. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Rumusan tujuan belajar yang jelas Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pada penggolongan suatu karakteristik, misalnya ekstrover dan introver, tidak diharapkan anak-anak menjadi ekstrem. Dan guru yang paham dapat melakukan banyak hal untuk membantu kedua tipe anak itu. Dengan mengompori si introver agar tidak asyik dengan dirinya sendiri atau menekankan dengan keras si ekstraver agar diam di tempatnya adalah tidak baik. Seharusnya kita tidak bertujuan mencetak seseorang berdasarkan citra kita karena hal itu tidak mungkin meskipun dikehendaki. Yang bisa kita lakukan maksimal adalah membantu masing-masing individu untuk membentuk kepribadiannya sendiri sebaik mungkin. Jika kita ingin mengukur kemampuan seorang anak untuk mengingat, kita tidak mencari suatu bongkahan memori (ingatan),tetapi memberi anak sesuatu untuk diingat dan kemudian mengukur hasilnya. Jika kita ingin mengukur kemampuannya untuk menalar, kita memberinya sekumpulan masalah untuk dipecahkan. Perlu bertoleransi terhadap anak-anak, terutama yang punya temperamen sangat berbeda dengan kita dan mendorong semacam semangat bertoleransi di antara siswa-siswa kita. Kita juga bisa memberagaman cara kerja kita sehingga semua anak mendapatkan kesempatan memberikan kontribusi dengan caranya sendiri, jika kita sendiri ekstraver alangkah baiknya untuk menghindari penggunaan peringatan atau pertanyaan lisan berlebihan, dan jika kita sendiri introver, kita jaga agar tidak terjatuh pada kepercayaan irasional dan berlebihan pada kebaikan belajar mandiri. Dengan dorongan yang baik dan pemakaian bijak kerja kelompok, kita dapat berharap si introver memperluas lingkungan sosialnya; kita bisa mendorongnya untuk ambil bagian dalam olah lisan dan dramatik. Kita juga bisa mengajar si ekstraver secara bijak agar memiliki pertimbangan terhadap anak-

anak lain, dan dengan memperkenalkan mereka pada proyek-proyek yang menarik, kita dapat mengajari mereka perlunya ketekunan. Pada penggolongan berdasarkan kecerdasan, akta-fakta yang ditemukan melalui penelitian-penelitian kecerdasan anak sekolah sangat berarti bagi para guru. Siswa-siswa yang berada di dasar dari sebuah kelas terbelakang sulit dibedakan dari siswa-siswa terbaik di sekolah untuk anak-anak yang lemah mental, dan siswa-siswa di puncak dari kelas terbelakang praktis sama dengan siswa-siswa berkemampuan paling rendah di sekolah biasa. Kebutuhan terhadap metode individual kini menjadi nyata. Ketika metode individual dipertimbangkan, itu berguna untuk membedakan antara pengajaran individual dan pekerjaan individual. Pengajaran individual lebih diperlukan oleh anak lemah mental dan bodoh di satu sisi, tetapi anak pandai di sisi lain, yang sampai taraf tertentu dapat mengajar diri sendiri, lebih memerluan pekerjaan individual. individual4 : 1. Dalton Laboratory Plan Dicetuskan oleh Helen Parkhust dan dilaksanakan mulai tahun 1920 pada tingkat sekolah menengah, dengan menekankan pada dasar-dasar kebebasan, interaksi kelompok, motivasi dengan pengertian sehingga memiliki inisiatif sendiri. Menurut Dalton Plan, sekolah ibarat rumah. Ruang kelas dirubah menjadi laboratorium di mana fungsi guru ialah memelihara suasana belajar. Guru memberikan nasihat terhadap kegiatan yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan, memimpin diskusi dengan siswa untuk hal-hal yang diinginkan siswa. Tugas siswa disusun dalam bentuk kontrak untuk masa satu bulan penuh. Siswa bebas dalam menyelesaikan tugasnya itu menurut caranya sendiri dengan bantuan guru, memberikan bimbingan dan siswa membuat sendiri catatan kemajuan yang dicapainya sehari-hari. Siswa juga diberikan kesempatan untuk kegiatan kelompok dalam pelajaran-pelajaran lain. 2. Winnetka Plan. Program khusus untuk pengajaran

Haryani, Perbedaan Individual. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/hand%20out %20psikologi%20pendidikan_0.pdf

Pencetusnya adalah Carlton Washburne pada tahun 1919. Dasar filosofinya adalah siswa dibebaskan untuk mengikuti pelajaran yang telah dipilihnya sendiri dalam tiap-tiap mata pelajaran yang meliputi keseluruhan kurikulum yang ditempuhnya. Alasannya adalah untuk menemukan tingkatan belajar secara individual untuk tiap mata pelajaran dan pembentukan lebih lanjut atas dasar yang sudah ada. Washburne memulai dengan mengeja. Atas dasar tes pendahuluan yang diberikannya ia menemukan batas pelajaran yang belum diketahui anak. Selanjutnya siswa diberi tanggung jawab untuk menguasai nya sampai batas waktu tertentu. Demikian untuk pelajaran-pelajaran yang lain juga sama. Berbeda dengan Dalton Plan yang menempatkan siswa pada tingkat yang sama untuk seluruh pelajaran, Winnetka Plan memberi kebebasan pada anak untuk belajar pada kelas-kelas yang berbeda-beda dalam mata pelajaran yang berbeda-beda pula. Ia mungkin saja pada satu tahun maju dalam berhitung, enam bulan lagi maju dalam membaca dan mata pelajaran lain. Unit pelajaran disusun dalam bentuk tugas atau tujuan, Kemajuan yang dapat dicapai diteliti oleh siswa sendiri, dengan

mempergunakan tes untuk diri sendiri. Dengan cara ini ia dapat mengetahui apakah ia telah siap untuk menempuh tes yang akan diberikan guru. Menurut Winnetka Plan tidak akan terjadi kegagalan selama anak mengukur kemajuannya sendiri tidak menggantungkan pada hasil yang dicapai oleh siswa lain. Di sini tidak akan terjadi peloncatan bagi anak yang cerdas, hanya ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang cepat, dan sebaliknya. 3. Metode Proyek Sekelompok siswa yang bekerja sama dalam menyelesaikan suatu proyek, suasana belajar dapat diindividualisasikan untuk tiap anggota dalam batas-batas minat dan kesanggupannya. Saat ini sama dengan belajar dengan bekerja. Learning by doing. 4. Activity Program Sistem belajar siswa aktif, mulai dari perencanaan sampai penilaian hasil. Metode-metode individualisasi yang lain

Metode lompatan Memperkaya kurikulum Remedial

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Setiap individu memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hal itu dapat dilihat dari segi perbedaan fisik, sosial, kepribadian, intelegensi, dan kemampuan dasar seseorang. Setiap pendidik dihadapkan pada kebutuhan untuk mempertimbangkan keseluruhan kepribadian siswa-siswa. Bidang-bidang perbedaan pada individu meliputi : perbedaan kognitif, kecakapan bahasa, kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan dalam bakat, perbedaan dalam kesiapan belajar, perbedaan fisik, perbedaan intelegensi, perbedaan cara belajar. Penggolongan jenis-jenis dan karakter individual bukan untuk dianggap sekat-sekat yang didalamnya individu, namun lebih sebagai saran akan tipe-tipe perbedaan yang dapat dikenali. Tidak ada anak yang dapat digambarkan dengan satu kata, apalagi dengan bilangan rasio mental. Pada akhirnya, para pendidik harus kembali kepada anak secara utuh.

B. SARAN Agar dapat memahami siswa, para pendidik perlu terlebih dahulu memusatkan pada satu aspek, kemudian pada aspek yang lain; misal, menerapkan tes kecerdasan, kemudian mengamati pengaruh temperamen, lalu pada suatu waktu mempertimbangkan kondisikondisi fisik, misalnya nutrisi dan tidur; pada waktu lain, memikirkan kemampuankemampuan khusus dalam subyek-subyek terpisah. Namun, ketika melakukan ini jangan sampai pandangan tertutup oleh label-label khusus seperti bodoh, malas, terbelakang, acuh tak acuh, IQ jongkok.

DAFTAR PUSTAKA

Hughes and Hughes, 2003. Learning & Teaching : Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern. Edisi Terjemahan oleh SPA Teamwork Yogyakarta. Bandung : Penerbit NUANSA. Sunarto dan Hartono, 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka Yudhawati, Ratna dan Haryanto, Dany, 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/hand%20out%20psikologi %20pendidikan_0.pdf http://nurrafida.wordpress.com/2011/09/20/perbedaan-individual-peserta-didik/

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN HAKIKAT PERBEDAAN INDIVIDUAL PESERTA DIDIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

Dosen : DR. HAPIDIN, M.Pd

Disusun Oleh : MARTINUS HERI ADRIAN DANIA WIDIANDARI YAROUF ESTIANDA NUR

PROGRAM MATRIKULASI PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

Anda mungkin juga menyukai