Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHLUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN


Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan
potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan
pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Fisika merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang merupakan hasil kegiatan
manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir
tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah, bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,
konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan proses pembelajaran yang
memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk memahami
alam sekitar secara ilmiah. Dalam pembelajaran IPA (Fisika), pemahaman
jauh lebih penting dari prestasi belajar (achievement) yang diukur dengan
pencapaian skor tes yang hanya lebih menekankan pada menghafal
pengetahuan.
Dalam pembelajaran fisika, pemahaman konsep merupakan sesuatu
yang sangat mutlak diperoleh ketika seorang peserta didik melakukan proses
pembelajaran. Pada dasarnya peserta didik sudah memiliki pengetahuan awal
yang didapatkan pada jenjang pendidikan sebelumnya, pengetahuan awal
tersebut ada yang berupa konsepsi ilmiah dan ada juga yang masih
miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan masalah utama yang dihadapi dunia
pendidikan. Konsepsi dan miskonsepsi peserta didik terbentuk pada masa
anak dalam interaksi otak dengan alam, miskonsepsi bersifat resisten itu
terjadi karena setiap individu membangun pengetahuannya persis dengan
pengalamannnya.
Miskonsepsi sering terjadi pada jenjang pendidikan mulai dari SMP,
SMA, bahkan Perguruan Tinggi. Pada kesempatan ini Subyek penelitian
penulis adalah peserta didik tingkat SMA/MA yaitu kelas X, XI, dan XII
MIPA MA Plus Ma’Arif, dengan alasan MA Plus Ma’Arif termasuk sekolah
yang sedang berkembang baik dari segi fasilitas, mapunun kualitas sistem
yang diterapkan dalam sekolah. Materi yang kami ujikan adalah materi Usaha
dan Energi. Teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan observasi
sesekolah yang bersangkutan, memberikan tes berupa angket kepada peserta
didik, wawancara terhadap guru mata pelajaran Fisika, dan dokumentasi.
Banyak factor yang menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi, diantaranya
guru yang membawa prekonsep, dan buku yang miskonsepsi, oleh karena itu
perlu dilakukan identifikasi mengenai pemahaman guru terhadap analisis
kompetensi dasar (KD), analisis buku, dan prekonsep yang dibawa peserta
didik pada tingkat sebelumnya.
Analisis KD diperlukan karena KD merupakan pengetahuan,
keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh peserta didik, oleh
karena itu sangat penting memahami KD agar dapat membangun sikap,
pemahaman dan keterampilan peserta didik. Selain analisis KD, buku
pegangan (referensi pembelajaran) guru juga harus dianalisis karena penting
sekali memahami materi dalam buku agar tidak salah dalam menyampaikan
konsep kepada peserta didik, dan agar dapat mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik dalam materi usaha dan energi maka dilakukalah analisis
lapangan yaitu dengan mewawancarai guru mata pelajaran fisika dan
memberikan angket kepada peserta didik tentang mata pelajaran usaha dan
energi dengan peserta didik diambil dari setiap tingkatan kelas, yaitu kelas X
sebanyak 10 orang, kelas XI sebanyak 5 orang, dan kelas XII sebanyak 5
orang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan
masalah dari penelitian adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana analisis kompetensi dasar (KD) usaha dan energi
1.2.2 Bagaimana analisis konsep esensial
1.2.3 Bagaimana pemahaman peserta didik MA Plus Ma’Arif mengenai
materi usaha dan energi
1.2.4 Bagaimana cara mengatasi miskonsepsi pada peserta didik mengenai
materi usaha dan energi
1.2.5 Bagaimana instrument yang tepat untuk menganalisis pemahaman
peserta didik MA Plus Ma’Arif mengenai materi usaha dan energi

1.3 TUJUAN PENULLISAN


Adapun tujuan penulisan membuat makalah ini adalah

1.3.1 Menganalisis kompetensi dasar materi usaha dan energi


1.3.2 Menganalisis konsep esensial materi usaha dan energi
1.3.3 Menganalisis permahaman peserta didik di sekolah MA Plus Ma’Arif
mengenai materi usaha dan energi
1.3.4 Menganalisis jurnal terkait dengan miskonsepsi pada peserta didik
1.3.5 Membuat instrument yang tepat untuk menganalisis pemahaman
peserta didik MA Plus Ma’Arif mengenai materi usaha dan energi

1.4 MANFAAT PENULISAN


Dengan penelitian ini diharapkan makalah yang dibuat dapat
memberikan manfaat untuk penulis maupun pembaca, antara lain yaitu

1.4.1 Meningkatkan pemahaman, dan kemampuan berpikir peserta didik


1.4.2 Memberikan cara kepada guru untuk mengatasi miskonsepsi peserta
didik
1.4.3 Menyelidiki apa saja penyebab miskonsepsi dan ketidakpahaman
konsep, sehingga guru dapat mengatasi dan memperbaiki
permasalahan yang dihadapi.
1.4.4 Memberikan pengetahuan untuk menambah ilmu tentnag miskonsepsi
pada peserta didik
1.4.5 Mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik tentang miskonsepsi
pada MA Plus Ma’Arif tentang usaha dan energi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Dasar, dan indicator pencapaian


1. Kompetensi inti
No Kompetensi inti
1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
2
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
3 wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
4 sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
.
2. Kompetensi dasar
No Kompetensi Dasar
Memahami nilai-nilai keimanan dengan menyadari hubungan
keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran
1.1
Tuhan yang menciptakannya

Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif;


jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka;
2.1 kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-
hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan
dan berdiskusi.
Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
2.2 sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan
Memahami konsep usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
3.1

Menganalisis konsep energi, usaha (kerja), hubungan usaha (kerja)


3.2 dan perubahan energi, hukum kekekalan energi, serta penerapannya
dalam peristiwa sehari-hari
Menerapkan metode ilmiah untuk mengajukan gagasan penyelesaian
4.1 masalah gerak dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan
konsep energi, usaha (kerja) dan hukum kekekalan energi

3. Indikator Pencapaian Kompetensi

No Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1.1 Menjelaskan pengertian usaha, energi, dan gaya


3.1.2 Memahami perbedaan usaha, energi, dan gaya dari sebuah fenomena

3.2.1 Menganalisis hubungan usaha dan energi

3.2.2 Menganalisis hokum kekekalan energi

3.2.3 Menerapkan konsep usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari

4.1.1 Menghitung besar usaha dan energi potensial


Melakukan percobaan usaha dan energi serta mempresentasikan
hasil pengamatan

B. Konsep Esensial
1. Pengertian Usaha, Energi dan Daya
a. Usaha

Apakah usaha dalam kehidupan sehari-hari sama dengan usaha dalam


fisika? Dalam kegiatan sehari-hari usaha diartikan kegiatan dengan
mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam fisika, usaha adalah kegiatan melakukan usaha dan energi
untuk melakukan perpindahan. Hampir mirip seperti usaha dalam
kegiatan sehari-hari yaitu mengeluarkan tenaga untuk melakukan sesuatu.
Seperti seseorang yang mengangkat kardus ke lantai empat dan lantai
sama-sama melakukan usaha. Kegiatan melakukan sesuatu pada benda
untuk menghasilkan gaya itu usaha dalam fisika. (Giancoli, 2001)
Usaha yang dilakukan oleh gaya tetap (besar maupun arahnya)
didefinisikan sebagai hasil perkalian antara perpindahan titik tangkapnya
dengan komponen gaya pada arah perpindahan tersebut.
Gambar 1

Pada gambar 1 menunjukkan gaya tarik orang pada sebuah benda yang
terletak pada bidang horizontal, hingga benda berpindah sejauh s
sepanjang bidang.
Untuk memindahkan sebuah benda yang bermassa lebih besar,
diperlukan usaha yang lebih besar pula. Juga, untuk memindahkan suatu
benda pada jarak yang lebih jauh, diperlukan pula usaha yang lebih besar.
Dengan berdasarkan pada kenyataan tersebut, usaha didefinisikan sebagai
hasil kali gaya dan perpindahan yang terjadi. Apabila usaha disimbolkan
dengan W, gaya F, dan perpindahan s maka :

𝐹 = 𝑊. 𝑠

Baik gaya maupun perpindahan merupakan besaran vektor. Sesuai


dengan perkalian titik antara dua buah vektor, maka usaha W merupakan
besaran skalar.bila sudut diperoleh gaya F dengan perpindahan s adalah ɵ.
Maka besarnya usaha dapat dituliskan sebagai :
𝑊 = (𝐹 cos 𝜃)
𝑊 = 𝐹 𝑠 cos 𝜃

Dari rumus persamaan usaha, dapat dikatakan bahwa usaha yang


dilakukan pada suatu gaya :

1) Berbanding lurus dengan bersarnya gaya


2) Berbanding lurus dengan perpindahan benda
3) Berhantung pada sudut antara arah gaya dan perpindahan
benda.

Dalam satuan SI gaya adalah Newton N dan satuan perpindahan adalah


meter. Sehingga usaha adalah hasil perkalian antara satuan gaya dan
satuan perpindahan yaitu Newton meter atau Joule. Satuan Joule dipilih
untuk menghormati James Presccott Joule ( 1816-1869 ) Seorang ilmuan
inggris terkenal dalam mengembangkan konsep panas dan energi.
(Giancoli, 2001)

1 Joule = 1 Nm
Karena 1N = 1 Kg.m/s2
Maka 1 Joule = 1 Kg.m/s2 x 1 m
1 Joule = 1 Kg.m2/s2
Dalam usaha bila angkanya lebih besar maka biasanya dengan kilo
Joule (kJ) dan mega joule (mJ)
1 kJ = 1.000 J
1 mJ = 1.000.000 J
b. Energi
Energi emegang peran penting dalam kehidupan di alam. Energi di
alam memiliki berbagai bentuk seperti energi listrik, energi kalor energi
cahaya, energi nuklir dan sebagainya.
1) Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh


gerak suatu benda yang memiliki massa/berat. Sehingga,
semua benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu
memiliki energi kinetik, sedangkan semua benda yang diam
tidak memiliki Energi kinetik.
Demikian juga jika massa benda semakin besar, maka
energi kinetik benda akan semakin besar. Berbagai penerapan
energi kinetik ini dapat kamu temukan ketika sedang
mengendarai sepeda motor dengan kelajuan konstan.

2) Energi Potensial

Energi potensial (Energi potensial gravitasi)


adalah energi yang tersimpan pada benda karena kedudukan
atau posisi benda terhadap titik acuannya (biasanya ketinggian
benda diukur dari permukaan tanah).

Dari pengertian tersebut, kita bisa tahu bahwa benda


yang diam namun berada di ketinggian tertentu maka akan
memiliki energi potensial. Sedangkan, benda yang bergerak
namun tidak memiliki ketinggian maka tidak memiliki energi
potensial. suatu benda terhadap titik acuannya semakin tinggi,
maka energi potensial gravitasinya juga semakin besar.

3) Hukum Kekekalan Energi


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa
” Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain dan
dipindahkan dari satu benda ke benda yang lain tetapi
jumlahnya selalu tetap. Jadi energi total tidak berkurang dan
juga tidak bertambah”
Energi dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk
energi lain. misalnya ketika dirimu menyalakan lampu neon,
pada saat yang sama terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi cahaya. Contoh lain adalah perubahan energi listrik
menjadi energi panas (setrika), energi listrik menjadi energi
gerak (kipas angin) dll. Proses perubahan bentuk energi ini
sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan antara energi
potensial dan energi kinetik pada tingkat atom. (Tipler, P,A,
1998)

C. Analisis Temuan Lapangan


1. Hasil observasi (dekripsi) dan hasil wawancara
Penelitian yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 Maret 2019
ini dilaksanakan di sekolah MA Plus MA’Arif dengan jumlah peserta didik
yang di tes adalah 18 terdiri dari 9 kelas 10 4 kelas 11 dan 5 kelas 12.
Dari hasil penelitian, diperoleh ada peserta didik yang paham konsep
mereka hanya mendapatkan 12,65 %. Miskonsepsi sebesar 52,87 % dan tidak
paham konsep 34,48 %. Dari hasil diatas, peserta didik membutuhkan
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik
untuk mempermudah pemahaman mereka pada konsep agar tidak terjadi
miskonsepsi dan ketidak tahuan konsep.
Peserta didik mengalami miskonsepsi pada konsep gaya dan energi.
peserta didik beranggapan bahwa benda diatas lemari tidak mengalami gaya
apapun dan kecepatan cahaya dan listrik di ruang hampa udara adalah sama.
hal tersebut tidak sesuai dangan konsep fisika yang sebenarnya, bahwa benda
yang berada di atas lemari mengalami gaya gravitasi karena ada gaya gravitasi
bumi pada benda di atas meja walaupun benda tidak bergerak dan kecepatan
cahaya dan listrik di ruang hampa udara berbeda karena pada dasarnya listrik
merupakan energi yang memerlukan udara untuk merambat dan menyebar
namun cahaya tidak memerlukan udara untuk dapat merambat dan sampai
jatuh ke bumi. Peserta didik yang tidak paham konsep mengalami kesulitan
dalam materi energi dan gaya karena masih kebingungan dalam konsep
sehari-hari sehingga ketika diberikan konsep nyata mereka bingung untuk
dapat memahami konsep nyata. Setelah melakukan wawancara terhadap guru
fisika, metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan diskusi. karena
adanya kelebihan dan kelemahan pada setiap metode.
dari hasil penelitian pemahaman konsep usaha dan energi di MA Plus Ma’arif,
maka dapat dikatakan bahwa penyebab peserta didik mengalami kesulitan
tersebut adalah
a. Metode demonstrasi yang kurang diterapkan pada peserta didik sehingga
peserta didik kurang dalam mencoba pada setiap materi pembelajaran.
b. Kurangnya fasilitas dalam akses informasi sehingga peserta didik
kekurangan informasi untuk didapat sehingga banyak yang tidak paham
pada konsep.
c. Kurangnya penekanan dalam konsep nyata pada peserta didik, mereka
hanya mengetahui rumus, namun pada konsep masih lemah sehingga
banyak yang tidak tahu konsep dan miskonsepsi.
2. Analisis jurnal
Analisis jurnal ini yaitu.
Pada jurnal pertama menganalisis tentang

D. Cara mengatasi permasalahan temuan lapangan


1. METODE
a. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab
Metode ini dapat meminimalisir miskonsepsi karena saat peserta didik
diberikan konsep karena ketika guru dengan memberikan penjelaskan maka
peserta didik dapat bertanya agar dapat memperkuat argumen dari guru dan
memperkuat pemahaman tentang konsep agar tidak mudah menerima
konsep yang belum tentu kebenarannya.
b. Metode Demonstrasi
Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang
keterampilan sehingga peserta didik selain mengerti konsep, mereka dapat
melakukan aplikasi dari konsep tersebut sehingga ingatan mereka tentang
konsep akan kuat karena ketika mereka mencoba mereka dapat
membuktikan konsep tersebut untuk memperkuat konsep atau ilmu yang
mereka terima.
c. Metode Observasi
Metode ini untuk memperkuat konsep peserta didik dengan
menemukan gejala atau kejadian yang sering terjadisehari-hari sehingga
peserta didik dapat menyangkut pautkan konsep secara tekstual dengan
konsep nyata sehingga tidak terjadi miskonsepsi pada peserta didik.
2. PENDEKATAN
a. Sainstifik
Pendekatan sainstifik cocok untuk materi sains karena untuk
membuktikan konsep dengan tahapan-tahapan yang telah disediakan agar
peserta didik lebih memahami dan tercipta rasa syukur terhadap nikmat
tuhan. Tahapan tersebut seperti.
1) Mengamati
Peserta didik melihat apa yang diperlihatkan guru seperti
simulasi agar menarik dan rasa ingin tahu peserta didik muncul.
2) Menanya
Menanya untuk membangun pengetahuan peserta didik secara
faktual, konseptual, dan prosedural, hingga berpikir metakognitif,
dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan diskusi
kelas.
3) Mencoba
Mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba untuk
meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan
kreatifitas, dapat dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas,
kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data,
dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar.
4) Mengasosiasi
Mengasosiasi dapat dilakukan melalui kegiatan menganalisis
data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/mengestimasi.
5) Mengkomunikasikan
Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram,
atau grafik, dapat dilakukan melalui presentasi, membuat laporan,
dan/ atau unjuk kerja.
3. MODEL
Model pembelajaran yang dilakukan yaitu Kooperatif Group
Investigation ( GI ). Dalam melakukan model ini untuk membuat peserta didik
menjadi manusia yang saling membutuhkan satu sama lain dan mandiri untuk
membuktikan konsep yang ada. Langkah-langkah model ini seperti.
a. Mengidentifikasi topik
Peserta didik dapat membuat hal-hal apa saja yang dibutuhkan
untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan bantuan kelompok
dan guru
b. Merencanakan tugas
Peserta didik dilatih untuk merencanakan tugas yang akan
dipelajari (apa yang dipelajari?, bagaimana mempelajarinya?, siapa
melakukan apa?, untuk tujuan atau kepentingan apa menginvestigasi
topik tersebut?)
c. Melaksanakan Investigasi
Peserta didik dengan kelompok melakukan investigasi yang
berhubungan dengan topik dan konsep yang diperintahkan dan
berdiskusi tentang apa yang harus di investigasi
d. Menyiapkan Laporan akhir
Kelompok menyiapkan apa saja yang harus dibutuhkan untuk
laporan dan presentasi
e. Mempresentasikan Laporan
Kelompok mempresentasikan hasil yang telah mereka
laksanakan dan kelompok lain menjadi pendengar aktif dalam jalannya
presentasi
f. Evaluasi
Kelompok lain memberikan pendapat maupun pertanyaan sebagai
umpan balik mengenai topik yang dibahas. Guru dan murid sama-
sama mengevaluasi hasil dari presentasi maupun laporan yang telah
disampaikan.

E. Instrumen penilaian
Presentasi Pemahaman
No Soal
U NU M
1 5,6 % 0 94,4 %
2 11,1 % 33,3 % 55,6 %
3 5,6 % 77,7 % 16,7 %
4 5,6 % 88,8 % 5,6 %
5 0 100% 0
6 27,8% 11,1% 61,1%
7 5,6% 88,8% 5,6%
8 5,6% 61,1% 33,3%
9 27,8% 5,6% 66,6%
10 16,7 16,7 66,6%

Rata-rata Presentasi:

𝑭
𝑷 = 𝒏 × 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan:

P = Persentase

F = Banyaknya Kategori

n = Banyak Siswa
BAB III

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ANALISIS TEMUAN LAPANGAN

Kategori Pemahaman

NO Nama Siswa Kelas Soa Soal Soa Soal Soa Soal Soa Soal Soa Soal
l1 2 l3 4 l5 6 l7 8 l9 10

Ajeng Nur
1 XI M M NU NU NU U NU M M M
Azizah

Devi Eka
2 X M M M NU NU M NU NU M U
Pratiwi

3 Elis Sumiati X M M M NU NU U NU NU M M

Fenti Oktafiani
4 XII M M NU NU NU M NU M M M
Zahra

5 Haris Aulia XI M M NU NU NU M NU M U M

6 Hesti Nurpani XI M M NU NU NU NU M NU M M

7 Mita Mintarsih XII M M NU NU NU M NU NU M M

8 M. Abduh XII M M NU NU NU M NU NU M M

M. Nazar
9 XI M M NU NU NU M NU NU M M
Anshori

M. Nizar
10 XII M U NU NU NU M NU NU M M
Hasan M

Nazwa Mutiara
11 X M NU NU NU NU M NU NU M M
Aminatusyarif
udin

Novi Silvia
12 X M U U M NU U NU M U U
Nusroniah

Ripa Siti
13 X M NU NU U NU M NU NU M M
Napsiah

Riska
14 X M NU M NU NU M NU M M M
Rahmawati

15 Vera Marshela X M NU NU NU NU U NU NU U U

16 Wulan Siti H X M NU NU NU NU M U M NU NU

17 Yeni Yuliani X U NU NU NU NU NU NU U U NU

Yuni Zamilatul
18 XI M M NU NU NU U NU NU U NU
Mar’ah

ANALISIS JURNAL

1. Jurnal ke 1
a. Nama jurnal :
Investigation to reduce student’s misconception in energi material
b. Latar belakang :
Seorang calon guru harus memiliki Kemampuan kognitif, yang
berperan penting dalam memecahkan masalah fisika, diantaranya yaitu
dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan menafsirkan secara
akurat konsep dan prinsip fisika. Siswa memiliki kemampuan untuk
menggambarkan dan mengatur pengetahuan fisika yang mereka peroleh
secara efektif. Menafsirkan dan menganalisis konsep dan prinsip fisika
menjadi tantangan bagi siswa. Untuk meminimalkan adanya miskonsepsi,
maka penelitian kali ini, akan menerapkan pembelajaran yang disertai
dengan kegiatan investigasi tugas. Investigasi masalah diterapkan pada
subjek Konsep dasar IPA pada subjek energi. Penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik dan dilakukan melalui
beberapa tahapan utama dalam pengembangan instrumen tes, yaitu:
mengidentifikasi kurikulum, mengembangkan indikator kemampuan yang
ingin dicapai, menyusun kontinum pembelajaran terkait dengan
kompetensi yang dibutuhkan untuk menjawab tes, menyusun spesifikasi
tes, Item tes, periksa item tes, tes tes, menganalisis item tes,
meningkatkan tes, mengumpulkan tes, melakukan tes, dan
menginterpretasikan hasil tes

c. Masalah
Agar peserta didik dapat membangun pengetahuan tentang konsep
energi, serta untuk meminimalkan kesalah pahaman dalam belajar
d. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, untuk
mengukur konsistensi argumentasi siswa, digunakan pilihan ganda
beralasan. Item yang diuji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hasil validasi konten dari penilaian ahli dan juga perhitungan statistik
e. Hasil

Kesalahpahaman yang dialami oleh siswa diidentifikasi melalui


analisis dari jawaban atas pertanyaan yang sudah dilakukan. Melalui
identifikasi kesulitan siswa, pengetahuan sains yang dapat dikuasai dan
kemampuan untuk membuat keputusan dalam menemukan solusi terbaik.
Keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh kemampuan menyelesaikan
masalah. Salah satu bentuk pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi
adalah model pembelajaran yang berorientasi

f. Kesimpulan

Sebagian besar siswa yang menjadi subjek penelitian masih


mengalami kesulitan belajar, terutama materi energi terkait. Sebagian
besar siswa yang menjadi subjek penelitian masih mengalami
kesalahpahaman tentang beberapa konsep fisika, terutama yang memiliki
hubungan yang sangat dekat, baik secara fungsional maupun istilah yang
serupa. Pembelajaran melalui investigasi memiliki dampak positif untuk
mengurangi miskonsepsi siswa, yaitu siklus I (18,57%) dan siklus II
(35,71%). Penerapan investigasi memiliki pengaruh positif, yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis materi pelajaran
yang telah diterima sejauh ini, dengan berkurangnya kesalahpahaman
yang ditandai tentang diskusi energi.
g. Komentar

Jurnal ini bagus, tetapi dalam mengatasi masalah pemahaman pada


peserta didik tidak hanya cukup dengan diberi tes saja, teatpi juga harus
melakukan praktik secara langsung
2. Jurnal ke 2

a. Nama jurnal
The Investigation of High School Students Energi Concept by Using
Analogies
b. Latar Belakang
Pendidikan tentang energi sangat penting bagi masyarakat karena
penggunaan teknlogi meningkat dengan pesat sementara pengelolaan bagi
energi itu sendiri hanya sebagian orang yang dapat mengelola dengan
baik. Banyak para orang-orang sains menggunakan referensi seperti buku
fisika internasional agar dapat mendapatkan data yang valid dibandingkan
dengan referensi dalam negeri.

Dalam masalah yang harus diberikan oleh guru dapat dalam materi
yang sama ataupun materi yang berbeda untuk mencari pemahaman
peserta didik yang dibawa dalam konsep kehidupan sehari-hari.

c. Masalah
Pesera didik agar dapat memahami konsep energi dan usaha dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat memanfaatkannya bagi masyarakat.
d. Metode
Disiapkan peserta dengan jumlah 29 orang yang akan diberikan
pelatihan tentang matematika dan sains. Peserta didik diberikan
pernyataan tentang usaha dan energi untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa. Agar dapat mengetahui apakah peserta didik
miskonsepsi apa tidak dengan cara memberikan konsep nyata untuk
mengetahui apakah peserta didik miskonsepsi apa tidak.

e. Hasil
Kemampuan peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda pada
kemampuannya. Hasil data yang didapat bahwa 38,91 % yang dapat
menjawab dengan nilai diatas 67 sementara 61,09 % menjawab dibawah
nilai 67. Sebagian dari peserta didik tidak pernah diterapkan konsep pada
kehidupan sehari-hari.

f. Kesimpulan
Setiap peserta didik mempunyai kelebihan dalam belajar. Lebih dari
peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari 67 adalah mereka yang
memiliki rasa penasaran yang tinggi sehingga ketika diberikan konsep
nyata mereka tidak terlalu bingung saat diberikan hal yang baru dari
pembelajaran yang mereka dapat

g. Komentar
Jurnal ini bagu bagi pengajar bagi mencari permasalahan miskonsepsi
namun waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan penelitian lain
karena membutuhkan pengajaran terlebih dahulu.
3. Jurnal ke 3
a. Nama jurnal
Penyusunan instrument tes dianostik miskonsepsi fisika SMA kelas XI
pada materi usaha dan energi
b. Latar Belakang
Mata Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari IPA di mana
bukan hanya sebuah kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan
suatu proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung
kepada siswa untuk memahami alam sekitar secara ilmiah.
pembelajaran Fisika bertujuan untuk meningkatkan penguasaan
siswa terhadap pengetahuan, konsep, prinsip Fisika, serta
mengembangkan keterampilan siswa. Osman dan Sukor
mengatakan bahwa “Theoretically student conceptions are built
from their interaction with other people or learning mediums”.
Konsep yang dimiliki siswa juga dapat berasal dari pengalaman
sehari- hari ketika berinteraksi dengan alam sekitarnya. Sebelum
memepelajari Fisika, semua siswa sudah mempunyai
pengalaman dengan peristiwa-peristiwa Fisika yang ada di alam
sekitar, misalnya benda jatuh bebas, aliran listrik, usaha, dan lain-lain.
Dengan pengalaman tersebut, di benak para siswa sudah terbentuk suatu
konsep mengenai peristiwa-peristiwa Fisika.
c. Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
menyusun instrumen tes diagnostik yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran Fisika siswa
kelas XI SMA pada materi Usaha dan Energi. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah menyusun instrumen tes diagnostik yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi dalam
pembelajaran Fisika siswa kelas XI SMA pada materi Usaha dan
Energi. Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah keragaman tes
yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta dapat dipakai
sebagai alat evaluasi untuk mendiagnosis adanya kesalahan konsep
yang terjadi pada siswa.
d. Metode
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan,
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes
diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa.
Model pengembangan yang digunakan yaitu model
pengembangan 4 D oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap
utama yaitu: (1) Define, (2) Design, (3) Develop, dan (4) Disseminate
yang diadaptasi menjadi Model 4-P, yaitu pendefinisian,
perancangan, pengembangan, dan penyebaran (Trianto, 2010:
189).Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif ini diperoleh dari
hasil analisis data kuantitatif dalam bentuk nilai reliabilitas soal yang
digunakan untuk mengungkap miskonsepsi siswa pada materi
Usaha dan Energi.
e. Hasil
Dari hasil penelitian, masih banyak siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi Usaha dan Energi. Dapat diambil kesimpulan
bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi. Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut seperti yang
dikemukakan oleh supamo (2003:34) yaitu siswa, guru, teks, konteks,
da metode mengajar. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat
didefinisikan melalui tes diagostik berbentuk pilihan ganda (multiple
choice) dengan alasan terbuka, sesuai dengan pendapat treagust.
. Akan tetapi dalam penelitian inin instrument tes yang disusun
berbentk pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan untuk
mempermudah dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa. Dari
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa isntrumen
yang disusun sudah memenuhi kriteria tes yang baik. Selain itu,
instrument juga mampu mengelompokan tingkat pemahaman siswa.
f. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasana penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga tahap dalam menyusun
instrument tes diagnostic yaitu pendefinisian, perancangan, dan
pengembangan. Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis standar isi
mata pelajaran Fisika pada materi usaha dan energi. Setelah diketahui
standar kompetensi dan kompetensi dasar, maka dilakukan analisis
dan dikembangkan beberapa konsep, indicator serta sub konsep yang
disesuaikan dengan tuntunan standar kompetensi dan kopetensi dasar
tersebut. Pada tahap perancangan, dilakukan penyusunan kisi-kisi
instrumen tes diagnostik miskonsepsi. Pada tahapan
pengembangan, instrument tes diagnostic miskonsepsi disusun
berdasarkan kisi-kisi instrument tes. Instrument tes yang telah dibuat
kemudian divalidasi oleh dosen ahli dan guru mata pelajaran fisika.
Instrument yang jadi kemudian di uji cobakan dua kali yaitu pada
siswa kelompok kecuali dan siswa kelompok besar. Tes diagnostik
yang disusun mampu mengklasifikasikan tingkat pemahaman
siswa. Tingkat pemahaman siswa
dibedakan menjadi tiga yaitu memahami, miskonsepsi, dan
tidak tahu konsep. Tingkat pemahaman siswa diungkap melalui
pemahaman konsep materi (Usaha dan Energi). Siswa yang paling
banyak mengalami miskonsepsi terdapat pada konsep hubungan
usaha dan energi dengan jumlah prosentase sebesar 72.55 %,
sedangkan siswa yang memahami terdapat pada konsep daya
dengan jumlah prosentase sebesar 52.92 %, dan siswa yang tidak
tahu konsep terdapat pada konsep penerapan hukum kekekalan energi
dengan jumlah prosentase 45.10 %. Berdasarkan prosentase
pemahaman konsep tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen
soal telah memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan,
spesifik, representatif, dan efisien. dan tidak tahu konsep tidak
dapat diungkap. Berdasarkan persentase pemahaman konsep
tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen soal telah memenuhi
kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan, spesifik, representatif,
seimbang, sensitif, fair, dan efisien.
g. Komentar
Pada jurnal ini sangat koefesieun dan sangat palid dalam
penyusunan instrument tes dianostik miskonsepsi fisika SMA kelas XI
pada materi usaha dan energi.
4. Jurnal ke 4
a. Nama Jurnal
Identifikasi Kesulitan Siswa pada Materi Usaha-Energi
b. Latar Belakang
Usaha-energi merupakan bagian dari mekanika klasik yang
mengkaji pergerakan suatu benda dari posisi awal hingga akhir, serta
penyebab gerakan benda. Usaha dan energi merupakan konsep
fundamental fisika yang harus dilekatkan pada diri siswa.
Oleh sebab itu, pemahaman mengenai materi usaha dan
energi perlu lebih ditekankan agar siswa mudah menerima materi -
materi selanjutnya yang berhubungan dengan usaha dan energi
(Solbes dkk, 2009). Usaha-energi dapat dikatakan sebagai salah satu
alternatif cara menyelesaikan persoalan gerak benda selain hukum
Newton dan momentum impuls. Telah banyak dilakukan penelitian
tentang strategi untuk membelajarkan usaha dan energi pada siswa.
c. Masalah
Kesulitan siswa dalam mengerjakan persoalan usaha-energi
harus segera diidentifikasi dengan baik. Identifikasi ini bertujuan
agar kesulitan siswa cepat dikenali dan diatasi melalui strategi
pembelajaran yang tepat. Penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat dapat membangun pengetahuan siswa secara efektif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian yang
berfokus pada identifikasi kesulitan siswa pada materi usaha dan
energi.
d. Metode
Penelitian ini dilakukan di SMA An-Nur Malang. Subyek
penelitian terdiri dari 68 siswa SMA kelas XI tahun
ajara2017/2018yang telah menempuh materi usaha-energi. Penelitian
ini dilakukan pada semester genap. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan metode survei.
Teknik pengumpulandatayangdigunakan yaitu tes dengan
instrumen berupa soal pilihan ganda beralasan sebanyak 15 butir.
Kriteria penilaian hasil tes yaitu jawaban benar alasan benar
mendapat poin 3, jawaban benar alasan kurang tepat mendapat poin 2
jawaban benar alasan salah atau tanpa alasan mendapat poin 1, dan
jawaban salah mendapat poin Soal-soal tes diadopsi dari
MechanicBaseline Test dan Energi and Momentum Concept Survey.
Soal-soal tersebut mengakses pemahaman konsep siswa
mengenai konsep-konsep dalam usaha-energi. Alasan jawaban
disertakan agar kesulitan siswa dalam menjawab persoalan dapat
diidentifikasi.
e. Hasil
Setelah dilakukan tes pada 68 siswa, diperoleh hasil bahwa
nilai rata-rata siswa yaitu 50,65 dengan nilai minimum 35,56 dan
maksimum 57,78. Nilai siswa yang masih dibawah 75 dapat
dikatakan tergolong rendah (Rohwati, 2012). Masih banyak kesulitan
yang dialami siswa dalam mengerjakan soal. Oleh sebabitu, perlu
diidentifikasi kesulitan siswa yang dilihat melalui kesalahan-
kesalahan dalam menjawab persoalan tentang usaha-energi. Penilaian
tiap soal tergantung dari benarnya jawaban serta alasan siswa dalam
menjawab. Olehsebab itu, jawaban siswa yang benar pada tiap soal
memiliki persentase berbeda.
Dapat diketahui rata-rata persentase jawaban benar siswa
pada tiap konsep. Rata-rata kebenaran siswa dalam menjawab soal-
soal konsep usaha sebagai perkalian dot product gaya dan
perpindahan yaitu 56,75%; teorema usaha-energi kinetik sebesar
54,248%; hubungan usaha dengan energi potensial sistem sebesar
46,569 %; serta energi mekanik sistem 45,752 %. Jadi, dapat
dikatakan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep usaha
energi masih tergolong rendah, dan siswa masih mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal usaha energi. Konsep usaha
energi yang paling sulitbagi siswa yaitu energi mekanik sistem. Hasil
penelitian Lee & Liu serta Hermann-Abell & DeBoer juga
mengatakan bahwa konservasi energi mekanik merupakan konsep
tersulit bagi siswa SMA.
Selanjutnya, Konsep-konsep usaha energi yang dianggap sulit
hingga agak mudah yaitu hubungan usaha dengan energi potensial
sistem, teorema usaha energi kinetik, lalu usaha sebagai hasil
perkalian dot product gaya dan perpindahan.
f. Kesimpulan
Secara umum pemahaman konsep siswa materi usaha energi
masih tergolong rendah yaitu dengan rata-rata perolehan nilai 50,65.
Alasan siswa dalam menjawab juga masih kurang tepat karena
konsep- konsep dasar usaha energi dan konsep-konsep lain yang
mendukung, misalnya tentang kinematika serta hukum Newton
kurang kuat ditekankan. Jika konsep-konsep dasar dan
pendukung kurang kuat, menyebabkan siswa kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal usaha energi.Hasil temuan ini dapat
digunakan sebagai referensi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
siswa.
Kesulitan-kesulitan ini harus segera diatasi agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengerjaan soal-soalyanglebih komplek. Salah satu
cara mengatasi kesulitan ini yaitu dengan penekanan pada konsep
dasar usaha energi serta konsep-konsep pendukung dalam usaha
energi (misalnya kinematika dan hukum Newton).
Agar konsep dasar siswa lebih kuat, maka strategi
pembelajaran yang digunakan harus tepat. Strategi yang
dimaksudyaitu siswa dapat membangun konsep melalui pemodelan
suatu fenomena kemudian menerapkanmodeltersebut pada situasi
lain. Membangun konsep melalui pemodelan dapat menguatkan
pemahaman konsep-konsep dasar siswa yang kemudian
dikembangkan untuk diterapkan pada situasi lain.
g. Komentar
Jurnal di atas susai dengan Identifikasi Kesulitan Siswa pada
Materi Usaha-Energi dan dapat dipakai untuk mencari miskonsepsi
pada peserta didik.
5. Jurnal ke 5
a. Nama Jurnal
Analisis Miskonsepsi Topik Usaha dan Energi Siswa Kelas
XI Setelah Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Simulasi
Komputer
b. Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian tingkat miskonsepsi
siswa pada mata pelajaran fisika cukup tinggi padahal salah
satu tuntutan terhadap siswa setelah pembelajaran fisika
adalah siswa diharapkan dapat menguasai konsep-konsep
fisika yang sesuai dengan pengertian ilmiah.
Topik Usaha dan Energi merupakan salah satu topik yang
kompleks karena konsep-konsep di dalamnya saling berkaitan,
sehingga besar kemungkinan adanya miskonsepsi pada topik ini.
Penelitian Khasanah (2010) di salah satu SMA menunjukkan
tingkat miskonsepsi topik Usaha dan Energi mencapai
71,62%. Penelitian Sahrul Saehana dan Haeruddin
menunjukkan bahwa dalam upaya meminimalisir miskonsepsi,
pembelajaran kooperatif dengan simulasi komputer lebih baik
dari pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan simulasi
komputer.
Terkait dengan studi literatur di atas, telah dilakukan
penelitian miskonsepsi topik usaha dan energi siswa kelas XI
dengan menggunakan teknik CRI setelah mereka
melakukan pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi
komputer. Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang tidak sesuai
dengan padangan ilmiah yang dikemukakan para ahli.
Faktor penyebab miskonsepsi salah satunya adalah metode
mengajar yang hanya berisi ceramah sehingga salah satu cara
mengatasi miskonsepsi adalah guru menggunakan metode
mengajar yang variatif dan memberi kesempatan siswa untuk
megungkapkan miskonsepsinya.
c. Masalah
Fisika mengandung banyak konsep abstrak. Kehadiran
multimedia pembelajaran berupa simulasi komputer dapat
memperjelas konsep abstrak sehingga dapat menekan
tingkat miskonsepsi. Dalam simulasi komputer itu, siswa dapat
memanipulasi, mengumpulkan, dan menganalisis data untuk
selanjutnya menarik sebuah kesimpulan.
Bila data yang ditemukan siswa pada simulasi berbeda
dengan yang mereka pikirkan, siswa akan mengalami konflik
dalam pikirannya. Konflik pemikiran yang berulang-ulang
ini akan menghasilkan perubahan konsep dalam diri siswa.
d. Metode
Penelitian menggunakan metode penelitian quasi
experiment dan desain penelitian one-shot case study yang
menunjukkan adanya pemberian perlakuan pada suatu kelompok
kemudian diuji satu kali untuk melihat dampak dari perlakuan
yang telah diberikan. Sampel penelitian adalah salah satu kelas
XI IPA di salah satu SMAN Kota Bandung.
Alat pengumpul data kuantitatif yang digunakan
berupa tes pilihan ganda sebanyak 15 soal untuk mengukur
miskonsepsi yang dilengkapi skala CRI. Alat pengumpul data
kualitatif yang digunakan adalah instrumen observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan angket penilaian siswa terhadap
simulasi komputer yang digunakan dan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer.
e. Hasil
Hasil penelitian jawaban siswa saat dikelompokkan ke
dalam kriteria, yaitu paham konsep, lucky guess, miskonsepsi, dan
tidak tahu konsep. Dari data observasi keterlaksanaan pembelajaran
kooperatif menggunakan simulasi komputer selama penelitian
mencapai 81,93%bdan sesuai dengan tahapan pembelajaran
kooperatif tipe HNT. Artinya pembelajaran yang berlangsung
memang pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer.
Dari hasil data angket menunjukan bahwa siswa aspek efek
pembelajaran dan desain teknis dinilai baik oleh siswa, sedangkan
asfek komunikasi dinilai cukup oleh siswa.
Dengan rata-rata dari ketiga aspek mencapai 81% yang
diinterpretasikan masuk kriteria baik maka dapat disimpulkan
bahwa simulasi komputer yang digunakan sudah baik. Terkait
tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif menggunkan
simulasi komputer, sebagian besar (93,54%) siswa menganggap
penggunaan simulasi komputer dalam pembelajaran sangat
menyenangkan dan meminta pembelajaran serupa dilakukan pada
bab lain.
Namun beberapa siswa menganggapnya tidak
menyenangkan dengan alasan membosankan karena melihat
tampilan yang sama berulang-ulang. Mereka juga menganggap
pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer
menghabiskan banyak waktu sehingga dapat mengurangi waktu
pembelajaran untuk materi lain.
f. Kesimpulan
Rata-rata miskonsepsi pada konsep usaha positif dan
usaha negatif mencapai 37,10% yag meliputi konsepsi siswa
bahwa usaha positif dan usaha negatif tergantung pada arah
perpindahan partikel. Rata-rata persentase miskonsepsi siswa
pada topik usaha dan energi setelah pembelajaran
kooperatif tipe NHT menggunakan simulasi komputer sebesar
23,66%.
g. Komentar
Jurnal di atas dapat dipakai untuk mencari miskonsepsi pada
peserta didik walau harus dalam proses yang cukup panjang karena
tidak semuanya mengerti tentang IT.
6. Jurnal ke 6
a. Nama Jurnal
The validity of Four-Tier misconception diagnostic test for
Work and Energy concepts
b. Latar Belakang
Cara efektif dalam proses pembelajaran adalah bagaimana
kondisi siswa sedang dalam keadaan prima untuk menghasil
pembelajaran yang baik dan diharapkan guru maupun peserta didik.
SMA 4 Sidoarjo didapatkan miskonsepsi pada pembelajaran
fisika pada materi usaha dan energi. Peserta didik masih bingung
dalam konsep-konsep fisika apabila dibawa ke keadaan nyata karena
pada dasarnya mereka hanya diberikan konsep yang terpaku pada
buku, sementara kondisi nyata mereka tidak mengerti dan ini yang
menjadi awal miskonsepsi pada peserta didik.
c. Masalah
Peserta didik bingung dalam menghadapi masalah-masalah
nyata pada konsep usaha dan energi sehingga dikhawatirkan ketika
terjun ke masyarakat mereka hanya tau rumus sementara konsep nyata
mereka tidak tahu.
d. Metode
Siswa diberikan metode Discovery Learning untuk dapat
mencari permasalahan mata instrumen yang telah disusun sehingga
dapat diketahui tingkat miskonsepsi pada peserta didik. Mereka
diberikan soal berupa Four Tier Test untuk dapat mengetahui tingkat
miskonsepsi peserta didik.
e. Hasil
Dari hasil instrumen bahwa 21,85 % siswa yang dapat
menyelesaikan tes dengan Valid enough atau diatas 50% dalam tes dan
sisanya berada dibawah 50%. Beberapa dari mereka ada yang dibawah
30% karena kurang pemahaman konsep nyata dalam keseharian
mereka dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
f. Kesimpulan
Hasil yang didapatkan bahwa peserta didik masih banyak yang
tidak memahami konsep dan miskonsepsi karena kurangnya aplikasi
nyata sehingga tidak tahu harus mengisi dan melakukan pengisian
dalam soal.
g. Komentar
Instrumen diatas bagus untuk dipakai dalam menentukan
tingkat miskonsepsi peserta didik.
7. Jurnal ke 7
a. Nama Jurnal

Analysis Profile of Student Misconceptions on The Concept of


Fluid Based Instrument Three-Tier Test

b. Latar Belakang
Dalam masalah miskonsepsi harus memiliki dasar seperti
memahami konsep karena untuk mengetahui memahami konsep agar
tidak terjadi miskonsepsi.
Konsep pada peserta didik sering berubah karena tidak kuat
dalam konsep sehingga mudah menerima sesuatu yang pada dasarnya
tidak ada hubungannya dengan konsep yang dibahas. Pada dasarnya
peserta didik menerima konsep yang menurut mereka konsep itu benar
padahal miskonsepsi karena tidak adanya hubungan dengan konsep
yang dibahas.
c. Masalah
Peserta didik kurang kuat pada konsep yang sebenarnya karena
kurang memahami konsep tersebut untuk dapat mengetahui dan
meyakinkan peserta didik dalam konsep yang sebenarnya.
d. Metode
Instrumen yang diberikan berupa diagnosis konseptual, untuk
mengetahui tingkat pemahaman peserta didik maka dibuat tiga tahap
penilaian untuk mempermudah menganalisis miskonsepsi pada peserta
didik.
e. Hasil
Hasil menunjukan bahwa 37,75% memahami konsep yang
diberikan dan 13,97% mengalami sikonsepsi. Miskonsepsi terjadi pada
materi yang sama dengan kebanyakan peserta didik mengalami
miskonsepsi didalam materi tersebut. Ini terjadi karena mereka kurang
dalam diskusi kelompok dan buku paket yang didalam ternyata masih
terdapat miskonsepsi sehingga peserta didik salah dalam memahami
konsep yang ada.
f. Kesimpulan
Peserta didik mengalami miskonsepsi karena sumber belajar
yang didapatkan masih terdapat data yang tidak valid sehingga
pemahaman mereka tentang konsep tidak benar. Karena itu
miskonsepsi terjadi karena tidak ada kesamaan antara buku dengan apa
yang mereka cari di internet sehingga terjadi kebingungan dalam
konsep tersebut.
g. Komentar
Tes diatas baik pas dengan masalah yang dihadapi peserta didik
sehingga tau apa permasalahn yang dihadapi peserta didik.
8. Jurnal ke 8
a. Nama Jurnal
The effect of remediation on reducing misconception: a
metaanalysis of student thesis on physics education
b. Latar Belakang
Pembelajaran Fisika tidak mudah dalam menyampaikan kepada
peserta didik. Sejak tahun 2009, pembelajaran fisika tidak dapat
dipahami dengan mudah karena kesiapan peserta didik dalam
menerima pembelajaran. Sangat penting bagi guru untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik untuk bisa menerima fisika karena
mereka selalu menganggap fisika bingung sehingga banyak konsep
fisika yang mereka tidak dapat menerima sehingga pemahaman konsep
mereka tidak sepenuhnya diterima dan terjadi miskonsepsi.
c. Masalah
Peserta didik kurang dapat memahami konsep fisika sehingga
miskonsepsi pada mereka terjadi karena pemahaman awal fisika
mereka kurang sehingga sekarang mereka kurang mendapatkan
pemahaman tentang fisika.
d. Metode
Metode yang digunakan theorical framework. Peserta didik
yang beranggotakan 68 orang diberikan stimulus untuk meminimalisir
miskonsepsi pada saat pengerjaan tes. Dalamnya sehingga dapat
mempermudah dalam menganalisis hasil tes.
e. Hasil
Dari 68 peserta hanya 11 yang mengalami miskonsepsi
sehingga tidak semua miskonsepsi hanya beberapa yang miskonsepsi
sehingga terdapat dilihat peserta didik mengerti dalam konsep yang
diberikan. Peserta didik yang tidak tepat dalam pembelajaran ternyata
yang tidak memperhatikan stimulus dengan baik sehingga terjadi
miskonsepsi saat pembelajaran.
f. Kesimpulan
Bahwa peserta didik yang tidak memperhatikan stimulus
dengan baik menjadi masalah terjadinya miskonsepsi. Media
pembelajaran menjadi salah satu penunjang untuk meminimalisir
terjadinya miskonsepsi pada peserta didik.
g. Komentar
Salah satu hal yang dapat terjadinya miskonsepsi adalah peserta
didik yang tidak fokus memperhatikan dalam materi sehingga terjadi
miskonsepsi.
9. Jurnal ke 9
a. Nama Jurnal
A Review and Comparsion of diagnostic Instruments to Identify
Students misconceptions in science
b. Latar Belakang
Keadaan literatur biasanya menghambat pembelajaran atau
identifikasi komponen produktif dari suatu konsepsi. Oleh karena itu,
identifikasi konsepsi ini secara valid dan andal menjadi langkah awal
yang menonjol. Dalam penelitian ini, istilah miskonsepsi akan
digunakan untuk konsepsi yang bertentangan dengan teori yang
diterima secara ilmiah karena penggunaannya yang umum dalam
literatur. Pengembangan tes yang efektif membutuhkan pendekatan
yang sistematis dan terorganisir dengan baik untuk memastikan bukti
validitas dan reliabilitas yang cukup. Hal yang harus diperhatikan
dalam mengatasi miskonsepsi adalah Studi tentang konsepsi dan
penalaran peserta didik dengan tujuan utama adalah pemahaman
konsepsi yang salah dan cacat sehingga menghambat pembelajaran,
Identifikasi konsep peserta didik yang secara luas disebut sebagai
miskonsepsi dan cara untuk mengatasinya, dan Tes diagnostik yaitu
alat penilaian yang berkaitan dengan kesulitan belajar dan penyebab
kesulitan belajar.
c. Masalah
Penggunaan metode yang tepat untuk mengatasi miskonsepsi
peserta didik.
d. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diagnosis,
meliputi wawancara, tes terbuka, tes pilihan ganda biasa, dan tes
multiple-tier.
e. Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak
penekanan harus diberikan pada tes di semua bidang ilmu
pengetahuan, dengan kata lain, instrumen-instrumen ini menyoroti
perbedaan antara apa yang kita inginkan diketahui atau dipelajari oleh
siswa kita dan apa yang benar-benar mereka ketahui atau pelajari. Di
antara 273 studi yang termasuk dalam penelitian ini, alat diagnostic
yang paling umum ditemukan adalah wawancara (53%). Dari semua
studi yang dianalisis, 42% menggunakan metode diagnostic tunggal,
sementara 58% menggunakan kombinasi dua atau lebih metode
diagnostik. Alat diagnostik berlabel 'orang lain' meliputi peta konsep,
asosiasi kata, gambar, esai, dan lain sebagainya.
f. Kesimpulan
Metode terbaik untuk mengatasi miskonsepsi tergantung pada
konteks topik yang akan diselidiki, karakteristik mata pelajaran yang
dimaksudkan untuk diselidiki, dan kemampuan dan sumber daya dari
guru penelitian untuk guru utama. Namun, telah diketahui bahwa
kombinasi banyak metode lebih baik dari pada metode tunggal.
g. Komentar
Jurnal ini menggambarkan perbandingan antara metode-
metode yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi peserta
didik. Hal ini memudahkan pembaca untuk dapat memilih metode
mana yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan miskonsepsi yang
dihadapi.
10. Jurnal ke 10
a. Nama Jurnal
Misconception and Difficulties in Introductory Physics Among
High School and University Students : An Overview in Mechanics
b. Latar Belakang

Semakin banyak pengalaman yang diperoleh peserta didik,


maka pengetahuan dan konsep-konsep yang didapatkan pun akan
semakin banyak, oleh karena itu konsepsi-konsepsi yang telah
dipahami peserta didik akan semakin sulit untuk diubah. Sebagian
besar peneliti sepakat bahwa peserta didik tidak datang ke ruang kelas
sebagai "papan tulis kosong" melainkan dengan teori dan konsep
prasyarat sebagai hasil dari pengalaman dan keyakinan sehari-hari.
Sebagian besar konsep menyimpang dari pandangan ilmiah dan lebih
mementingkan akal sehat, ketika peserta didik diminta untuk
menjelaskan beberapa konsep ilmiah. Dari studi yang telah dilakukan,
semua sepakat bahwa konsepsi alternative (miskonsepsi) ini sangat
tahan terhadap perubahan dan sangat mempengaruhi pengajaran dan
pembelajaran dari setiap materi pelajaran, terutama dalam fisika.
Untuk mengajarkan fisika secara efektif, sangatlah penting
mengidentifikasi pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh peserta
didik dijenjang sebelumnya. Oleh karena itu, penulis membuat
makalah yang memberikan ikhtisar dari beberapa literatur yang
berkaitan dengan kesalahpahaman (miskonsepsi) dan kesulitan dalam
pengantar fisika di antara siswa sekolah menengah dan mahasiswa.
Kesalahpahaman dan kesulitan dalam mekanika dijelaskan
berdasarkan studi sebelumnya dalam pendidikan sains.

c. Masalah
Apakah peserta didik memiliki konsepsi alternatif, atau
mahami tentang konsep setelah instruksi.
d. Metode
Metode yang digunakan adalah Review naratif, yang terdiri
dari tujuh fase, yaitu Identifikasi pertanyaan, pengambilan keputusan
tentang studi mana yang akan dimasukkan dalam ulasan, pencarian
materi yang relevan, menetapkan kata kunci konten utama,
menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi, Ekstraksi data utama dari
studi yang termasuk dalam tinjauan, menyajikan hasil laporan.
e. Hasil
Strategi pembelajaran baru yang didasarkan pada perubahan
konseptual harus ditingkatkan di kelas fisik untuk meningkatkan
pemahaman konsep yang mendalam di kalangan siswa. Instruksi
tradisional sebagian besar tidak efektif dan yang baru harus
direncanakan dan dijalankan dengan hati-hati. langkah yang dapat
dilakukan guru untuk membuat perubahan konseptual di kalangan
peserta didik didasarkan pada pendekatan klasik oleh pergeseran
paradigma Kuhn dan asimilasi dan akomodasi Posner.
1) Peserta didik harus diperhatikan ide dan pemahamannya jika
berbeda dari pandangan ilmuwan. Kemudian, peserta didik harus
mengasimilasi lebih banyak informasi dan mencoba menyesuaikannya
dengan skema atau ide yang sudah ada.
2) Peserta didik harus memikirkan semua argumentasi dengan
kata-kata mereka sendiri dan mengatur ulang pemikiran mereka
sehingga konsep ini dapat menjadi blok bangunan untuk konsep yang
lebih maju.

Dari penelitian ini, guru menjadi lebih reflektif dalam pedagogi


mereka dan lebih sukses dalam hal membangun pemahaman
konseptual peserta didik.

f. Kesimpulan
Dengan mengeksplorasi kegunaan dari pendekatan perubahan
konseptual untuk belajar dengan memeriksa hubungan antara
pengalaman pedagogis yang diberikan oleh kursus pendidikan sains
dan pra-layanan guru mengubah konsep tentang pengajaran dan
pembelajaran sains. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam usaha
mengatasi miskonsepsei yaitu studi literatur tentang materi agar guru
mengetahui sumber miskonsepsi peserta didik, metode untuk
mendiagnosis miskonsepsi yang dipegang oleh peserta didik sebelum
dan sesudah proses pembelajaran agar guru dapat memantau masalah
belajar yang dialami peserta didik dan dapat memberikan umpan balik
tentang efektivitas strategi pembelajaran yang digunakan, merancang
strategi pembelajaran yang dapat mengatasi miskonsepsi peserta didik,
meliputi perencanaan dan penataan bahan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, dan meninjau bidang materi pelajaran.
g. Komentar
Jurnal penelitian ini dapat membantu para guru dan juga
peserta didik untuk mendapatkan beberapa ide dalam meningkatkan
pembelajaran dan pemahaman dalam fisika, sehingga dapat mencapai
pembelajaran yang bermakna.
SINTESIS

No Tahun Judul penulis Judul jurnal Hasil


1 2018 MD Investigation to Dari hasil penelitian,
Wijayanti, S reduce students’ Miskonsepsi yang dialami oleh
B Raharjo, S misconception in siswa diidentifikasi melalui
Saputro, and energy material analisis dari jawaban atas
S Mulyani pertanyaan yang sudah
dilakukan. Melalui identifikasi
kesulitan siswa, pengetahuan
sains yang dapat dikuasai dan
kemampuan untuk membuat
keputusan dalam menemukan
solusi terbaik. Keberhasilan
siswa dapat dipengaruhi oleh
kemampuan menyelesaikan
masalah. Salah satu bentuk
pembelajaran yang memiliki
aspek kolaborasi adalah model
pembelajaran yang berorientasi
2 2017 Toedtanya The Kemampuan peserta didik
dan Investigation of memiliki kemampuan yang
Wattiprom High School berbeda pada kemampuannya.
Students Energi Hasil data yang didapat bahwa
Concept by 38,91 % yang dapat menjawab
Using Analogies dengan nilai diatas 67
sementara 61,09 % menjawab
dibawah nilai 67. Sebagian dari
peserta didik tidak pernah
diterapkan konsep pada
kehidupan sehari-hari.
3 2014 Dwi susanti, penyusunan Dari hasil penelitian, masih
Soetadi instrument tes banyak siswa yang mengalami
Waskito, dianostik miskonsepsi pada materi Usaha
Suranto miskonsepsi dan Energi. Dapat diambil
fisika SMA kelas kesimpulan bahwa masih
XI pada materi banyak siswa yang mengalami
usaha dan energy miskonsepsi. Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya
hal tersebut seperti yang
dikemukakan oleh supamo
(2003:34) yaitu siswa, guru,
teks, konteks, da metode
mengajar. Miskonsepsi yang
terjadi pada siswa dapat
didefinisikan melalui tes
diagostik berbentuk pilihan
ganda (multiple choice)
dengan alasan terbuka, sesuai
dengan pendapat treagust
(1987) (suparno, 2005: 123).
Akan tetapi dalam penelitian
inin instrument tes yang
disusun berbentk pilihan ganda
dengan alasan yang sudah
ditentukan untuk
mempermudah dalam
menganalisis tingkat
pemahaman siswa. Dari hasil
penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa
isntrumen yang disusun sudah
memenuhi kriteria tes yang
baik. Selain itu, instrument
juga mampu mengelompokan
tingkat pemahaman siswa.
4 2018 Dasella I. Identifikasi Dari hasil Setelah dilakukan
rahmatina, Kesulitan Siswa tes pada 68 siswa, diperoleh
Sutopo, pada Materi hasil bahwa nilai rata-rata
Wartono Usaha-Energi siswa yaitu 50,65 dengan nilai
minimum 35,56 dan
maksimum 57,78. Nilai siswa
yang masih dibawah 75 dapat
dikatakan tergolong rendah
(Rohwati, 2012). Masih
banyak kesulitan yang dialami
siswa dalam mengerjakan soal.
Oleh sebabitu, perlu
diidentifikasi kesulitan siswa
yang dilihat melalui
kesalahan-kesalahan dalam
menjawab persoalan tentang
usaha-energi. Penilaian tiap
soal tergantung dari benarnya
jawaban serta alasan siswa
dalam menjawab. Olehsebab
itu, jawaban siswa yang benar
pada tiap soal memiliki
persentase berbeda. Dapat
diketahui rata-rata persentase
jawaban benar siswa pada tiap
konsep. Rata-rata kebenaran
siswa dalam menjawab soal-
soal konsep usaha sebagai
perkalian dot product gaya dan
perpindahan yaitu 56,75%;
teorema usaha-energi kinetik
sebesar 54,248%; hubungan
usaha dengan energi potensial
sistem sebesar 46,569 %; serta
energi mekanik sistem 45,752
%. Jadi, dapat dikatakan
bahwa pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep
usaha energi masih tergolong
rendah, dan siswa masih
mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal usaha
energi. Konsep usaha energi
yang paling sulitbagi siswa
yaitu energi mekanik sistem.
Hasil penelitian Lee & Liu
(2010) serta Hermann-Abell &
DeBoer (2011) juga
mengatakan bahwa konservasi
energi mekanik merupakan
konsep tersulit bagi siswa
SMA. Selanjutnya, Konsep-
konsep usaha energi yang
dianggap sulit hingga agak
mudah yaitu hubungan usaha
dengan energi potensial
sistem, teorema usaha energi
kinetik, lalu usaha sebagai
hasil perkalian dot product
gaya dan perpindahan.
5 2014 Hilda Aini Analisis dari hasil penelitian jawaban
Nugraha, Ida Miskonsepsi siswa saat dikelompokkan ke
kaniawati, Topik Usaha dan dalam kriteria, yaitu paham
Endi suhendi Energi Siswa konsep, lucky guess,
Kelas XI Setelah miskonsepsi, dan tidak tahu
Pembelajaran konsep. Dari data observasi
Kooperatif keterlaksanaan pembelajaran
Menggunakan kooperatif menggunakan
Simulasi simulasi computer selama
Komputer penelitian mencapai
81,93%bdan sesuai dengan
tahapan pembelajaran
kooperatif tipe HNT. Artinya
pembelajaran yang
berlangsung memang
pembelajaran kooperatif
menggunakan simulasi
computer. Dari hasil data
angket menunjukan bahwa
siswa aspek efek
pembelajaran dan desain
teknis dinilai baik oleh siswa,
sedangkan asfek komunikasi
dinilai cukup oleh siswa.
Dengan rata-rata dari ketiga
aspek mencapai 81% yang
diinterpretasikan masuk
kriteria baik maka dapat
disimpulkan bahwa simulasi
komputer yang digunakan
sudah baik. Terkait tanggapan
siswa terhadap pembelajaran
kooperatif menggunkan
simulasi komputer, sebagian
besar (93,54%) siswa
menganggap penggunaan
simulasi komputer dalam
pembelajaran sangat
menyenangkan dan meminta
pembelajaran serupa
dilakukan pada bab lain.
Namun beberapa siswa
menganggapnya tidak
menyenangkan dengan alasan
membosankan karena
melihat tampilan yang sama
berulang-ulang. Mereka juga
menganggap pembelajaran
kooperatif menggunakan
simulasi komputer
menghabiskan banyak waktu
sehingga dapat mengurangi
waktu pembelajaran untuk
materi lain.
6 2019 Anggrayani The validity of Dari hasil instrumen bahwa
dan Ernawati Four-Tier 21,85 % siswa yang dapat
misconception menyelesaikan tes dengan
diagnostic test Valid enough atau diatas 50%
for Work and dalam tes dan sisanya berada
Energy concepts dibawah 50%. Beberapa dari
mereka ada yang dibawah 30%
karena kurang pemahaman
konsep nyata dalam keseharian
mereka dan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari.
7 2018 Irwansyah, Analysis Profile Hasil menunjukan bahwa
Sukarmin dan of Student 37,75% memahami konsep
Harjanah Misconceptions yang diberikan dan 13,97%
on The Concept mengalami sikonsepsi.
of Fluid Based Miskonsepsi terjadi pada
Instrument materi yang sama dengan
Three-Tier Test kebanyakan peserta didik
mengalami miskonsepsi
didalam materi tersebut. Ini
terjadi karena mereka kurang
dalam diskusi kelompok dan
buku paket yang didalam
ternyata masih terdapat
miskonsepsi sehingga peserta
didik salah dalam memahami
konsep yang ada.

8 2018 Oktavianty, The effect of Dari 68 peserta hanya 11 yang


Haratus, remediation on mengalami miskonsepsi
Anuru reducing sehingga tidak semua
misconception: a miskonsepsi hanya beberapa
metaanalysis of yang miskonsepsi sehingga
student thesis on terdapat dilihat peserta didik
physics mengerti dalam konsep yang
education diberikan. Peserta didik yang
tidak tepat dalam pembelajaran
ternyata yang tidak
memperhatikan stimulus
dengan baik sehingga terjadi
miskonsepsi saat pembelajaran.
9 2015 Derya A Review and Hasil penelitian ini
Kaltakci Comparsion of menunjukkan bahwa lebih
Gurel, Ali diagnostic banyak penekanan harus
Eryılmaz, Instruments to diberikan pada tes di semua
dan Lillian Identify Students bidang ilmu pengetahuan,
Christie misconceptions dengan kata lain, instrumen-
in science instrumen ini menyoroti
perbedaan antara apa yang kita
inginkan diketahui atau
dipelajari oleh siswa kita dan
apa yang benar-benar mereka
ketahui atau pelajari. Di antara
273 studi yang termasuk dalam
penelitian ini, alat diagnostic
yang paling umum ditemukan
adalah wawancara (53%). Dari
semua studi yang dianalisis,
42% menggunakan metode
diagnostic tunggal, sementara
58% menggunakan kombinasi
dua atau lebih metode
diagnostik. Alat diagnostik
berlabel 'orang lain' meliputi
peta konsep, asosiasi kata,
gambar, esai, dan lain
sebagainya
10 2015 Nik Misconception Dari hasil penelitian, langkah
yang dapat dilakukan guru
Syaharudin and Difficulties
untuk membuat perubahan
Nik Daud, in Introductory konseptual di kalangan peserta
didik adalah:
Mohd Physics Among
 Peserta didik harus
Mustamam High School and diperhatikan ide dan
pemahamannya jika
Abd Karim, University
berbeda dari pandangan
Siti Wan Students : An ilmuwan. Kemudian,
peserta didik harus
Noraini Wan Overview in
mengasimilasi lebih banyak
Hassan, dan Mechanics informasi dan mencoba
menyesuaikannya dengan
Nurulhuda
skema atau ide yang sudah
Abdul ada.
 Peserta didik harus
Rahman
memikirkan semua
argumentasi dengan kata-
kata mereka sendiri dan
mengatur ulang pemikiran
mereka sehingga konsep ini
dapat menjadi blok
bangunan untuk konsep
yang lebih maju.
Dari penelitian ini, guru
menjadi lebih reflektif dalam
pedagogi mereka dan lebih
sukses dalam hal membangun
pemahaman konseptual peserta
didik
INSTRUMEN SOAL

Nama
Kelas
Asal Sekolah

NO PERNYATAAN YA TIDAK ALASAN


1 Dua buah bola besi dengan massa
bola satu 2 kg dan bola dua 2 kg.
Bola satu berwarna hitam dan bola
dua berwarna putih. Ketika kedua
bola dijatuhkan dari lantai dua
sebuah gedung, maka dua bola
besi tersebut akan jatuh pada
waktu yang bersamaan.

2 Yusup mendorong tembok dan


hasilnya tembok itu tidak bergerak
sama sekali. Yusup telah
memberikan Gaya terhadap
tembok walaupun tembok tersebut
tidak bergerak.

3 Sebuah sepeda bergerak dengan


kecepatan maksimum. Ketika
kecepatan sepeda tersebut adalah
nol, maka percepatan sepeda
tersebut adalah nol.

4 Sebuah baterai yang sudah tidak


terpakai tidak memiliki energi di
dalam baterai tersebut. Maka
konsep energi kekal adalah salah.
5 Benda yang diam diatas lemari,
maka benda tersebut tidak
mengalami gaya pada meja.

6 Semakin berat benda, maka


percepatan benda yang jatuh bebas
akan meningkat.

7 Energi kinetik pada saat bermain


ayunan akan berkurang dan energi
potensial akan pada titik
maksumum

8 Kecepatan listrik dan cahaya sama


ketika berada di tempat hampa
udara

9 Seseorang yang melompat dari


atas gedung dengan cepat karena
gesekan dengan udara yang
dihasilkan kecil dibandingkan
dengan orang yang jatuh dengan
parasut
10 Dua buah mobil dengan kecepatan
dan percepatan yang sama, maka
kedua mobil ttersebut akan sampai
tujuan dengan waktu yang sama

Anda mungkin juga menyukai