PENDAHLUAN
PEMBAHASAN
B. Konsep Esensial
1. Pengertian Usaha, Energi dan Daya
a. Usaha
Pada gambar 1 menunjukkan gaya tarik orang pada sebuah benda yang
terletak pada bidang horizontal, hingga benda berpindah sejauh s
sepanjang bidang.
Untuk memindahkan sebuah benda yang bermassa lebih besar,
diperlukan usaha yang lebih besar pula. Juga, untuk memindahkan suatu
benda pada jarak yang lebih jauh, diperlukan pula usaha yang lebih besar.
Dengan berdasarkan pada kenyataan tersebut, usaha didefinisikan sebagai
hasil kali gaya dan perpindahan yang terjadi. Apabila usaha disimbolkan
dengan W, gaya F, dan perpindahan s maka :
𝐹 = 𝑊. 𝑠
1 Joule = 1 Nm
Karena 1N = 1 Kg.m/s2
Maka 1 Joule = 1 Kg.m/s2 x 1 m
1 Joule = 1 Kg.m2/s2
Dalam usaha bila angkanya lebih besar maka biasanya dengan kilo
Joule (kJ) dan mega joule (mJ)
1 kJ = 1.000 J
1 mJ = 1.000.000 J
b. Energi
Energi emegang peran penting dalam kehidupan di alam. Energi di
alam memiliki berbagai bentuk seperti energi listrik, energi kalor energi
cahaya, energi nuklir dan sebagainya.
1) Energi Kinetik
2) Energi Potensial
E. Instrumen penilaian
Presentasi Pemahaman
No Soal
U NU M
1 5,6 % 0 94,4 %
2 11,1 % 33,3 % 55,6 %
3 5,6 % 77,7 % 16,7 %
4 5,6 % 88,8 % 5,6 %
5 0 100% 0
6 27,8% 11,1% 61,1%
7 5,6% 88,8% 5,6%
8 5,6% 61,1% 33,3%
9 27,8% 5,6% 66,6%
10 16,7 16,7 66,6%
Rata-rata Presentasi:
𝑭
𝑷 = 𝒏 × 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
P = Persentase
F = Banyaknya Kategori
n = Banyak Siswa
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
Kategori Pemahaman
NO Nama Siswa Kelas Soa Soal Soa Soal Soa Soal Soa Soal Soa Soal
l1 2 l3 4 l5 6 l7 8 l9 10
Ajeng Nur
1 XI M M NU NU NU U NU M M M
Azizah
Devi Eka
2 X M M M NU NU M NU NU M U
Pratiwi
3 Elis Sumiati X M M M NU NU U NU NU M M
Fenti Oktafiani
4 XII M M NU NU NU M NU M M M
Zahra
5 Haris Aulia XI M M NU NU NU M NU M U M
6 Hesti Nurpani XI M M NU NU NU NU M NU M M
8 M. Abduh XII M M NU NU NU M NU NU M M
M. Nazar
9 XI M M NU NU NU M NU NU M M
Anshori
M. Nizar
10 XII M U NU NU NU M NU NU M M
Hasan M
Nazwa Mutiara
11 X M NU NU NU NU M NU NU M M
Aminatusyarif
udin
Novi Silvia
12 X M U U M NU U NU M U U
Nusroniah
Ripa Siti
13 X M NU NU U NU M NU NU M M
Napsiah
Riska
14 X M NU M NU NU M NU M M M
Rahmawati
15 Vera Marshela X M NU NU NU NU U NU NU U U
16 Wulan Siti H X M NU NU NU NU M U M NU NU
17 Yeni Yuliani X U NU NU NU NU NU NU U U NU
Yuni Zamilatul
18 XI M M NU NU NU U NU NU U NU
Mar’ah
ANALISIS JURNAL
1. Jurnal ke 1
a. Nama jurnal :
Investigation to reduce student’s misconception in energi material
b. Latar belakang :
Seorang calon guru harus memiliki Kemampuan kognitif, yang
berperan penting dalam memecahkan masalah fisika, diantaranya yaitu
dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan menafsirkan secara
akurat konsep dan prinsip fisika. Siswa memiliki kemampuan untuk
menggambarkan dan mengatur pengetahuan fisika yang mereka peroleh
secara efektif. Menafsirkan dan menganalisis konsep dan prinsip fisika
menjadi tantangan bagi siswa. Untuk meminimalkan adanya miskonsepsi,
maka penelitian kali ini, akan menerapkan pembelajaran yang disertai
dengan kegiatan investigasi tugas. Investigasi masalah diterapkan pada
subjek Konsep dasar IPA pada subjek energi. Penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik dan dilakukan melalui
beberapa tahapan utama dalam pengembangan instrumen tes, yaitu:
mengidentifikasi kurikulum, mengembangkan indikator kemampuan yang
ingin dicapai, menyusun kontinum pembelajaran terkait dengan
kompetensi yang dibutuhkan untuk menjawab tes, menyusun spesifikasi
tes, Item tes, periksa item tes, tes tes, menganalisis item tes,
meningkatkan tes, mengumpulkan tes, melakukan tes, dan
menginterpretasikan hasil tes
c. Masalah
Agar peserta didik dapat membangun pengetahuan tentang konsep
energi, serta untuk meminimalkan kesalah pahaman dalam belajar
d. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, untuk
mengukur konsistensi argumentasi siswa, digunakan pilihan ganda
beralasan. Item yang diuji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hasil validasi konten dari penilaian ahli dan juga perhitungan statistik
e. Hasil
f. Kesimpulan
a. Nama jurnal
The Investigation of High School Students Energi Concept by Using
Analogies
b. Latar Belakang
Pendidikan tentang energi sangat penting bagi masyarakat karena
penggunaan teknlogi meningkat dengan pesat sementara pengelolaan bagi
energi itu sendiri hanya sebagian orang yang dapat mengelola dengan
baik. Banyak para orang-orang sains menggunakan referensi seperti buku
fisika internasional agar dapat mendapatkan data yang valid dibandingkan
dengan referensi dalam negeri.
Dalam masalah yang harus diberikan oleh guru dapat dalam materi
yang sama ataupun materi yang berbeda untuk mencari pemahaman
peserta didik yang dibawa dalam konsep kehidupan sehari-hari.
c. Masalah
Pesera didik agar dapat memahami konsep energi dan usaha dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat memanfaatkannya bagi masyarakat.
d. Metode
Disiapkan peserta dengan jumlah 29 orang yang akan diberikan
pelatihan tentang matematika dan sains. Peserta didik diberikan
pernyataan tentang usaha dan energi untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa. Agar dapat mengetahui apakah peserta didik
miskonsepsi apa tidak dengan cara memberikan konsep nyata untuk
mengetahui apakah peserta didik miskonsepsi apa tidak.
e. Hasil
Kemampuan peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda pada
kemampuannya. Hasil data yang didapat bahwa 38,91 % yang dapat
menjawab dengan nilai diatas 67 sementara 61,09 % menjawab dibawah
nilai 67. Sebagian dari peserta didik tidak pernah diterapkan konsep pada
kehidupan sehari-hari.
f. Kesimpulan
Setiap peserta didik mempunyai kelebihan dalam belajar. Lebih dari
peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari 67 adalah mereka yang
memiliki rasa penasaran yang tinggi sehingga ketika diberikan konsep
nyata mereka tidak terlalu bingung saat diberikan hal yang baru dari
pembelajaran yang mereka dapat
g. Komentar
Jurnal ini bagu bagi pengajar bagi mencari permasalahan miskonsepsi
namun waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan penelitian lain
karena membutuhkan pengajaran terlebih dahulu.
3. Jurnal ke 3
a. Nama jurnal
Penyusunan instrument tes dianostik miskonsepsi fisika SMA kelas XI
pada materi usaha dan energi
b. Latar Belakang
Mata Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari IPA di mana
bukan hanya sebuah kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan
suatu proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung
kepada siswa untuk memahami alam sekitar secara ilmiah.
pembelajaran Fisika bertujuan untuk meningkatkan penguasaan
siswa terhadap pengetahuan, konsep, prinsip Fisika, serta
mengembangkan keterampilan siswa. Osman dan Sukor
mengatakan bahwa “Theoretically student conceptions are built
from their interaction with other people or learning mediums”.
Konsep yang dimiliki siswa juga dapat berasal dari pengalaman
sehari- hari ketika berinteraksi dengan alam sekitarnya. Sebelum
memepelajari Fisika, semua siswa sudah mempunyai
pengalaman dengan peristiwa-peristiwa Fisika yang ada di alam
sekitar, misalnya benda jatuh bebas, aliran listrik, usaha, dan lain-lain.
Dengan pengalaman tersebut, di benak para siswa sudah terbentuk suatu
konsep mengenai peristiwa-peristiwa Fisika.
c. Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
menyusun instrumen tes diagnostik yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran Fisika siswa
kelas XI SMA pada materi Usaha dan Energi. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah menyusun instrumen tes diagnostik yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi dalam
pembelajaran Fisika siswa kelas XI SMA pada materi Usaha dan
Energi. Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah keragaman tes
yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta dapat dipakai
sebagai alat evaluasi untuk mendiagnosis adanya kesalahan konsep
yang terjadi pada siswa.
d. Metode
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan,
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes
diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa.
Model pengembangan yang digunakan yaitu model
pengembangan 4 D oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap
utama yaitu: (1) Define, (2) Design, (3) Develop, dan (4) Disseminate
yang diadaptasi menjadi Model 4-P, yaitu pendefinisian,
perancangan, pengembangan, dan penyebaran (Trianto, 2010:
189).Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif ini diperoleh dari
hasil analisis data kuantitatif dalam bentuk nilai reliabilitas soal yang
digunakan untuk mengungkap miskonsepsi siswa pada materi
Usaha dan Energi.
e. Hasil
Dari hasil penelitian, masih banyak siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi Usaha dan Energi. Dapat diambil kesimpulan
bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi. Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut seperti yang
dikemukakan oleh supamo (2003:34) yaitu siswa, guru, teks, konteks,
da metode mengajar. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat
didefinisikan melalui tes diagostik berbentuk pilihan ganda (multiple
choice) dengan alasan terbuka, sesuai dengan pendapat treagust.
. Akan tetapi dalam penelitian inin instrument tes yang disusun
berbentk pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan untuk
mempermudah dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa. Dari
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa isntrumen
yang disusun sudah memenuhi kriteria tes yang baik. Selain itu,
instrument juga mampu mengelompokan tingkat pemahaman siswa.
f. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasana penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga tahap dalam menyusun
instrument tes diagnostic yaitu pendefinisian, perancangan, dan
pengembangan. Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis standar isi
mata pelajaran Fisika pada materi usaha dan energi. Setelah diketahui
standar kompetensi dan kompetensi dasar, maka dilakukan analisis
dan dikembangkan beberapa konsep, indicator serta sub konsep yang
disesuaikan dengan tuntunan standar kompetensi dan kopetensi dasar
tersebut. Pada tahap perancangan, dilakukan penyusunan kisi-kisi
instrumen tes diagnostik miskonsepsi. Pada tahapan
pengembangan, instrument tes diagnostic miskonsepsi disusun
berdasarkan kisi-kisi instrument tes. Instrument tes yang telah dibuat
kemudian divalidasi oleh dosen ahli dan guru mata pelajaran fisika.
Instrument yang jadi kemudian di uji cobakan dua kali yaitu pada
siswa kelompok kecuali dan siswa kelompok besar. Tes diagnostik
yang disusun mampu mengklasifikasikan tingkat pemahaman
siswa. Tingkat pemahaman siswa
dibedakan menjadi tiga yaitu memahami, miskonsepsi, dan
tidak tahu konsep. Tingkat pemahaman siswa diungkap melalui
pemahaman konsep materi (Usaha dan Energi). Siswa yang paling
banyak mengalami miskonsepsi terdapat pada konsep hubungan
usaha dan energi dengan jumlah prosentase sebesar 72.55 %,
sedangkan siswa yang memahami terdapat pada konsep daya
dengan jumlah prosentase sebesar 52.92 %, dan siswa yang tidak
tahu konsep terdapat pada konsep penerapan hukum kekekalan energi
dengan jumlah prosentase 45.10 %. Berdasarkan prosentase
pemahaman konsep tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen
soal telah memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan,
spesifik, representatif, dan efisien. dan tidak tahu konsep tidak
dapat diungkap. Berdasarkan persentase pemahaman konsep
tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen soal telah memenuhi
kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan, spesifik, representatif,
seimbang, sensitif, fair, dan efisien.
g. Komentar
Pada jurnal ini sangat koefesieun dan sangat palid dalam
penyusunan instrument tes dianostik miskonsepsi fisika SMA kelas XI
pada materi usaha dan energi.
4. Jurnal ke 4
a. Nama Jurnal
Identifikasi Kesulitan Siswa pada Materi Usaha-Energi
b. Latar Belakang
Usaha-energi merupakan bagian dari mekanika klasik yang
mengkaji pergerakan suatu benda dari posisi awal hingga akhir, serta
penyebab gerakan benda. Usaha dan energi merupakan konsep
fundamental fisika yang harus dilekatkan pada diri siswa.
Oleh sebab itu, pemahaman mengenai materi usaha dan
energi perlu lebih ditekankan agar siswa mudah menerima materi -
materi selanjutnya yang berhubungan dengan usaha dan energi
(Solbes dkk, 2009). Usaha-energi dapat dikatakan sebagai salah satu
alternatif cara menyelesaikan persoalan gerak benda selain hukum
Newton dan momentum impuls. Telah banyak dilakukan penelitian
tentang strategi untuk membelajarkan usaha dan energi pada siswa.
c. Masalah
Kesulitan siswa dalam mengerjakan persoalan usaha-energi
harus segera diidentifikasi dengan baik. Identifikasi ini bertujuan
agar kesulitan siswa cepat dikenali dan diatasi melalui strategi
pembelajaran yang tepat. Penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat dapat membangun pengetahuan siswa secara efektif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian yang
berfokus pada identifikasi kesulitan siswa pada materi usaha dan
energi.
d. Metode
Penelitian ini dilakukan di SMA An-Nur Malang. Subyek
penelitian terdiri dari 68 siswa SMA kelas XI tahun
ajara2017/2018yang telah menempuh materi usaha-energi. Penelitian
ini dilakukan pada semester genap. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan metode survei.
Teknik pengumpulandatayangdigunakan yaitu tes dengan
instrumen berupa soal pilihan ganda beralasan sebanyak 15 butir.
Kriteria penilaian hasil tes yaitu jawaban benar alasan benar
mendapat poin 3, jawaban benar alasan kurang tepat mendapat poin 2
jawaban benar alasan salah atau tanpa alasan mendapat poin 1, dan
jawaban salah mendapat poin Soal-soal tes diadopsi dari
MechanicBaseline Test dan Energi and Momentum Concept Survey.
Soal-soal tersebut mengakses pemahaman konsep siswa
mengenai konsep-konsep dalam usaha-energi. Alasan jawaban
disertakan agar kesulitan siswa dalam menjawab persoalan dapat
diidentifikasi.
e. Hasil
Setelah dilakukan tes pada 68 siswa, diperoleh hasil bahwa
nilai rata-rata siswa yaitu 50,65 dengan nilai minimum 35,56 dan
maksimum 57,78. Nilai siswa yang masih dibawah 75 dapat
dikatakan tergolong rendah (Rohwati, 2012). Masih banyak kesulitan
yang dialami siswa dalam mengerjakan soal. Oleh sebabitu, perlu
diidentifikasi kesulitan siswa yang dilihat melalui kesalahan-
kesalahan dalam menjawab persoalan tentang usaha-energi. Penilaian
tiap soal tergantung dari benarnya jawaban serta alasan siswa dalam
menjawab. Olehsebab itu, jawaban siswa yang benar pada tiap soal
memiliki persentase berbeda.
Dapat diketahui rata-rata persentase jawaban benar siswa
pada tiap konsep. Rata-rata kebenaran siswa dalam menjawab soal-
soal konsep usaha sebagai perkalian dot product gaya dan
perpindahan yaitu 56,75%; teorema usaha-energi kinetik sebesar
54,248%; hubungan usaha dengan energi potensial sistem sebesar
46,569 %; serta energi mekanik sistem 45,752 %. Jadi, dapat
dikatakan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep usaha
energi masih tergolong rendah, dan siswa masih mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal usaha energi. Konsep usaha
energi yang paling sulitbagi siswa yaitu energi mekanik sistem. Hasil
penelitian Lee & Liu serta Hermann-Abell & DeBoer juga
mengatakan bahwa konservasi energi mekanik merupakan konsep
tersulit bagi siswa SMA.
Selanjutnya, Konsep-konsep usaha energi yang dianggap sulit
hingga agak mudah yaitu hubungan usaha dengan energi potensial
sistem, teorema usaha energi kinetik, lalu usaha sebagai hasil
perkalian dot product gaya dan perpindahan.
f. Kesimpulan
Secara umum pemahaman konsep siswa materi usaha energi
masih tergolong rendah yaitu dengan rata-rata perolehan nilai 50,65.
Alasan siswa dalam menjawab juga masih kurang tepat karena
konsep- konsep dasar usaha energi dan konsep-konsep lain yang
mendukung, misalnya tentang kinematika serta hukum Newton
kurang kuat ditekankan. Jika konsep-konsep dasar dan
pendukung kurang kuat, menyebabkan siswa kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal usaha energi.Hasil temuan ini dapat
digunakan sebagai referensi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
siswa.
Kesulitan-kesulitan ini harus segera diatasi agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengerjaan soal-soalyanglebih komplek. Salah satu
cara mengatasi kesulitan ini yaitu dengan penekanan pada konsep
dasar usaha energi serta konsep-konsep pendukung dalam usaha
energi (misalnya kinematika dan hukum Newton).
Agar konsep dasar siswa lebih kuat, maka strategi
pembelajaran yang digunakan harus tepat. Strategi yang
dimaksudyaitu siswa dapat membangun konsep melalui pemodelan
suatu fenomena kemudian menerapkanmodeltersebut pada situasi
lain. Membangun konsep melalui pemodelan dapat menguatkan
pemahaman konsep-konsep dasar siswa yang kemudian
dikembangkan untuk diterapkan pada situasi lain.
g. Komentar
Jurnal di atas susai dengan Identifikasi Kesulitan Siswa pada
Materi Usaha-Energi dan dapat dipakai untuk mencari miskonsepsi
pada peserta didik.
5. Jurnal ke 5
a. Nama Jurnal
Analisis Miskonsepsi Topik Usaha dan Energi Siswa Kelas
XI Setelah Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Simulasi
Komputer
b. Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian tingkat miskonsepsi
siswa pada mata pelajaran fisika cukup tinggi padahal salah
satu tuntutan terhadap siswa setelah pembelajaran fisika
adalah siswa diharapkan dapat menguasai konsep-konsep
fisika yang sesuai dengan pengertian ilmiah.
Topik Usaha dan Energi merupakan salah satu topik yang
kompleks karena konsep-konsep di dalamnya saling berkaitan,
sehingga besar kemungkinan adanya miskonsepsi pada topik ini.
Penelitian Khasanah (2010) di salah satu SMA menunjukkan
tingkat miskonsepsi topik Usaha dan Energi mencapai
71,62%. Penelitian Sahrul Saehana dan Haeruddin
menunjukkan bahwa dalam upaya meminimalisir miskonsepsi,
pembelajaran kooperatif dengan simulasi komputer lebih baik
dari pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan simulasi
komputer.
Terkait dengan studi literatur di atas, telah dilakukan
penelitian miskonsepsi topik usaha dan energi siswa kelas XI
dengan menggunakan teknik CRI setelah mereka
melakukan pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi
komputer. Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang tidak sesuai
dengan padangan ilmiah yang dikemukakan para ahli.
Faktor penyebab miskonsepsi salah satunya adalah metode
mengajar yang hanya berisi ceramah sehingga salah satu cara
mengatasi miskonsepsi adalah guru menggunakan metode
mengajar yang variatif dan memberi kesempatan siswa untuk
megungkapkan miskonsepsinya.
c. Masalah
Fisika mengandung banyak konsep abstrak. Kehadiran
multimedia pembelajaran berupa simulasi komputer dapat
memperjelas konsep abstrak sehingga dapat menekan
tingkat miskonsepsi. Dalam simulasi komputer itu, siswa dapat
memanipulasi, mengumpulkan, dan menganalisis data untuk
selanjutnya menarik sebuah kesimpulan.
Bila data yang ditemukan siswa pada simulasi berbeda
dengan yang mereka pikirkan, siswa akan mengalami konflik
dalam pikirannya. Konflik pemikiran yang berulang-ulang
ini akan menghasilkan perubahan konsep dalam diri siswa.
d. Metode
Penelitian menggunakan metode penelitian quasi
experiment dan desain penelitian one-shot case study yang
menunjukkan adanya pemberian perlakuan pada suatu kelompok
kemudian diuji satu kali untuk melihat dampak dari perlakuan
yang telah diberikan. Sampel penelitian adalah salah satu kelas
XI IPA di salah satu SMAN Kota Bandung.
Alat pengumpul data kuantitatif yang digunakan
berupa tes pilihan ganda sebanyak 15 soal untuk mengukur
miskonsepsi yang dilengkapi skala CRI. Alat pengumpul data
kualitatif yang digunakan adalah instrumen observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan angket penilaian siswa terhadap
simulasi komputer yang digunakan dan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer.
e. Hasil
Hasil penelitian jawaban siswa saat dikelompokkan ke
dalam kriteria, yaitu paham konsep, lucky guess, miskonsepsi, dan
tidak tahu konsep. Dari data observasi keterlaksanaan pembelajaran
kooperatif menggunakan simulasi komputer selama penelitian
mencapai 81,93%bdan sesuai dengan tahapan pembelajaran
kooperatif tipe HNT. Artinya pembelajaran yang berlangsung
memang pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer.
Dari hasil data angket menunjukan bahwa siswa aspek efek
pembelajaran dan desain teknis dinilai baik oleh siswa, sedangkan
asfek komunikasi dinilai cukup oleh siswa.
Dengan rata-rata dari ketiga aspek mencapai 81% yang
diinterpretasikan masuk kriteria baik maka dapat disimpulkan
bahwa simulasi komputer yang digunakan sudah baik. Terkait
tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif menggunkan
simulasi komputer, sebagian besar (93,54%) siswa menganggap
penggunaan simulasi komputer dalam pembelajaran sangat
menyenangkan dan meminta pembelajaran serupa dilakukan pada
bab lain.
Namun beberapa siswa menganggapnya tidak
menyenangkan dengan alasan membosankan karena melihat
tampilan yang sama berulang-ulang. Mereka juga menganggap
pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer
menghabiskan banyak waktu sehingga dapat mengurangi waktu
pembelajaran untuk materi lain.
f. Kesimpulan
Rata-rata miskonsepsi pada konsep usaha positif dan
usaha negatif mencapai 37,10% yag meliputi konsepsi siswa
bahwa usaha positif dan usaha negatif tergantung pada arah
perpindahan partikel. Rata-rata persentase miskonsepsi siswa
pada topik usaha dan energi setelah pembelajaran
kooperatif tipe NHT menggunakan simulasi komputer sebesar
23,66%.
g. Komentar
Jurnal di atas dapat dipakai untuk mencari miskonsepsi pada
peserta didik walau harus dalam proses yang cukup panjang karena
tidak semuanya mengerti tentang IT.
6. Jurnal ke 6
a. Nama Jurnal
The validity of Four-Tier misconception diagnostic test for
Work and Energy concepts
b. Latar Belakang
Cara efektif dalam proses pembelajaran adalah bagaimana
kondisi siswa sedang dalam keadaan prima untuk menghasil
pembelajaran yang baik dan diharapkan guru maupun peserta didik.
SMA 4 Sidoarjo didapatkan miskonsepsi pada pembelajaran
fisika pada materi usaha dan energi. Peserta didik masih bingung
dalam konsep-konsep fisika apabila dibawa ke keadaan nyata karena
pada dasarnya mereka hanya diberikan konsep yang terpaku pada
buku, sementara kondisi nyata mereka tidak mengerti dan ini yang
menjadi awal miskonsepsi pada peserta didik.
c. Masalah
Peserta didik bingung dalam menghadapi masalah-masalah
nyata pada konsep usaha dan energi sehingga dikhawatirkan ketika
terjun ke masyarakat mereka hanya tau rumus sementara konsep nyata
mereka tidak tahu.
d. Metode
Siswa diberikan metode Discovery Learning untuk dapat
mencari permasalahan mata instrumen yang telah disusun sehingga
dapat diketahui tingkat miskonsepsi pada peserta didik. Mereka
diberikan soal berupa Four Tier Test untuk dapat mengetahui tingkat
miskonsepsi peserta didik.
e. Hasil
Dari hasil instrumen bahwa 21,85 % siswa yang dapat
menyelesaikan tes dengan Valid enough atau diatas 50% dalam tes dan
sisanya berada dibawah 50%. Beberapa dari mereka ada yang dibawah
30% karena kurang pemahaman konsep nyata dalam keseharian
mereka dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
f. Kesimpulan
Hasil yang didapatkan bahwa peserta didik masih banyak yang
tidak memahami konsep dan miskonsepsi karena kurangnya aplikasi
nyata sehingga tidak tahu harus mengisi dan melakukan pengisian
dalam soal.
g. Komentar
Instrumen diatas bagus untuk dipakai dalam menentukan
tingkat miskonsepsi peserta didik.
7. Jurnal ke 7
a. Nama Jurnal
b. Latar Belakang
Dalam masalah miskonsepsi harus memiliki dasar seperti
memahami konsep karena untuk mengetahui memahami konsep agar
tidak terjadi miskonsepsi.
Konsep pada peserta didik sering berubah karena tidak kuat
dalam konsep sehingga mudah menerima sesuatu yang pada dasarnya
tidak ada hubungannya dengan konsep yang dibahas. Pada dasarnya
peserta didik menerima konsep yang menurut mereka konsep itu benar
padahal miskonsepsi karena tidak adanya hubungan dengan konsep
yang dibahas.
c. Masalah
Peserta didik kurang kuat pada konsep yang sebenarnya karena
kurang memahami konsep tersebut untuk dapat mengetahui dan
meyakinkan peserta didik dalam konsep yang sebenarnya.
d. Metode
Instrumen yang diberikan berupa diagnosis konseptual, untuk
mengetahui tingkat pemahaman peserta didik maka dibuat tiga tahap
penilaian untuk mempermudah menganalisis miskonsepsi pada peserta
didik.
e. Hasil
Hasil menunjukan bahwa 37,75% memahami konsep yang
diberikan dan 13,97% mengalami sikonsepsi. Miskonsepsi terjadi pada
materi yang sama dengan kebanyakan peserta didik mengalami
miskonsepsi didalam materi tersebut. Ini terjadi karena mereka kurang
dalam diskusi kelompok dan buku paket yang didalam ternyata masih
terdapat miskonsepsi sehingga peserta didik salah dalam memahami
konsep yang ada.
f. Kesimpulan
Peserta didik mengalami miskonsepsi karena sumber belajar
yang didapatkan masih terdapat data yang tidak valid sehingga
pemahaman mereka tentang konsep tidak benar. Karena itu
miskonsepsi terjadi karena tidak ada kesamaan antara buku dengan apa
yang mereka cari di internet sehingga terjadi kebingungan dalam
konsep tersebut.
g. Komentar
Tes diatas baik pas dengan masalah yang dihadapi peserta didik
sehingga tau apa permasalahn yang dihadapi peserta didik.
8. Jurnal ke 8
a. Nama Jurnal
The effect of remediation on reducing misconception: a
metaanalysis of student thesis on physics education
b. Latar Belakang
Pembelajaran Fisika tidak mudah dalam menyampaikan kepada
peserta didik. Sejak tahun 2009, pembelajaran fisika tidak dapat
dipahami dengan mudah karena kesiapan peserta didik dalam
menerima pembelajaran. Sangat penting bagi guru untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik untuk bisa menerima fisika karena
mereka selalu menganggap fisika bingung sehingga banyak konsep
fisika yang mereka tidak dapat menerima sehingga pemahaman konsep
mereka tidak sepenuhnya diterima dan terjadi miskonsepsi.
c. Masalah
Peserta didik kurang dapat memahami konsep fisika sehingga
miskonsepsi pada mereka terjadi karena pemahaman awal fisika
mereka kurang sehingga sekarang mereka kurang mendapatkan
pemahaman tentang fisika.
d. Metode
Metode yang digunakan theorical framework. Peserta didik
yang beranggotakan 68 orang diberikan stimulus untuk meminimalisir
miskonsepsi pada saat pengerjaan tes. Dalamnya sehingga dapat
mempermudah dalam menganalisis hasil tes.
e. Hasil
Dari 68 peserta hanya 11 yang mengalami miskonsepsi
sehingga tidak semua miskonsepsi hanya beberapa yang miskonsepsi
sehingga terdapat dilihat peserta didik mengerti dalam konsep yang
diberikan. Peserta didik yang tidak tepat dalam pembelajaran ternyata
yang tidak memperhatikan stimulus dengan baik sehingga terjadi
miskonsepsi saat pembelajaran.
f. Kesimpulan
Bahwa peserta didik yang tidak memperhatikan stimulus
dengan baik menjadi masalah terjadinya miskonsepsi. Media
pembelajaran menjadi salah satu penunjang untuk meminimalisir
terjadinya miskonsepsi pada peserta didik.
g. Komentar
Salah satu hal yang dapat terjadinya miskonsepsi adalah peserta
didik yang tidak fokus memperhatikan dalam materi sehingga terjadi
miskonsepsi.
9. Jurnal ke 9
a. Nama Jurnal
A Review and Comparsion of diagnostic Instruments to Identify
Students misconceptions in science
b. Latar Belakang
Keadaan literatur biasanya menghambat pembelajaran atau
identifikasi komponen produktif dari suatu konsepsi. Oleh karena itu,
identifikasi konsepsi ini secara valid dan andal menjadi langkah awal
yang menonjol. Dalam penelitian ini, istilah miskonsepsi akan
digunakan untuk konsepsi yang bertentangan dengan teori yang
diterima secara ilmiah karena penggunaannya yang umum dalam
literatur. Pengembangan tes yang efektif membutuhkan pendekatan
yang sistematis dan terorganisir dengan baik untuk memastikan bukti
validitas dan reliabilitas yang cukup. Hal yang harus diperhatikan
dalam mengatasi miskonsepsi adalah Studi tentang konsepsi dan
penalaran peserta didik dengan tujuan utama adalah pemahaman
konsepsi yang salah dan cacat sehingga menghambat pembelajaran,
Identifikasi konsep peserta didik yang secara luas disebut sebagai
miskonsepsi dan cara untuk mengatasinya, dan Tes diagnostik yaitu
alat penilaian yang berkaitan dengan kesulitan belajar dan penyebab
kesulitan belajar.
c. Masalah
Penggunaan metode yang tepat untuk mengatasi miskonsepsi
peserta didik.
d. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diagnosis,
meliputi wawancara, tes terbuka, tes pilihan ganda biasa, dan tes
multiple-tier.
e. Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak
penekanan harus diberikan pada tes di semua bidang ilmu
pengetahuan, dengan kata lain, instrumen-instrumen ini menyoroti
perbedaan antara apa yang kita inginkan diketahui atau dipelajari oleh
siswa kita dan apa yang benar-benar mereka ketahui atau pelajari. Di
antara 273 studi yang termasuk dalam penelitian ini, alat diagnostic
yang paling umum ditemukan adalah wawancara (53%). Dari semua
studi yang dianalisis, 42% menggunakan metode diagnostic tunggal,
sementara 58% menggunakan kombinasi dua atau lebih metode
diagnostik. Alat diagnostik berlabel 'orang lain' meliputi peta konsep,
asosiasi kata, gambar, esai, dan lain sebagainya.
f. Kesimpulan
Metode terbaik untuk mengatasi miskonsepsi tergantung pada
konteks topik yang akan diselidiki, karakteristik mata pelajaran yang
dimaksudkan untuk diselidiki, dan kemampuan dan sumber daya dari
guru penelitian untuk guru utama. Namun, telah diketahui bahwa
kombinasi banyak metode lebih baik dari pada metode tunggal.
g. Komentar
Jurnal ini menggambarkan perbandingan antara metode-
metode yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi peserta
didik. Hal ini memudahkan pembaca untuk dapat memilih metode
mana yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan miskonsepsi yang
dihadapi.
10. Jurnal ke 10
a. Nama Jurnal
Misconception and Difficulties in Introductory Physics Among
High School and University Students : An Overview in Mechanics
b. Latar Belakang
c. Masalah
Apakah peserta didik memiliki konsepsi alternatif, atau
mahami tentang konsep setelah instruksi.
d. Metode
Metode yang digunakan adalah Review naratif, yang terdiri
dari tujuh fase, yaitu Identifikasi pertanyaan, pengambilan keputusan
tentang studi mana yang akan dimasukkan dalam ulasan, pencarian
materi yang relevan, menetapkan kata kunci konten utama,
menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi, Ekstraksi data utama dari
studi yang termasuk dalam tinjauan, menyajikan hasil laporan.
e. Hasil
Strategi pembelajaran baru yang didasarkan pada perubahan
konseptual harus ditingkatkan di kelas fisik untuk meningkatkan
pemahaman konsep yang mendalam di kalangan siswa. Instruksi
tradisional sebagian besar tidak efektif dan yang baru harus
direncanakan dan dijalankan dengan hati-hati. langkah yang dapat
dilakukan guru untuk membuat perubahan konseptual di kalangan
peserta didik didasarkan pada pendekatan klasik oleh pergeseran
paradigma Kuhn dan asimilasi dan akomodasi Posner.
1) Peserta didik harus diperhatikan ide dan pemahamannya jika
berbeda dari pandangan ilmuwan. Kemudian, peserta didik harus
mengasimilasi lebih banyak informasi dan mencoba menyesuaikannya
dengan skema atau ide yang sudah ada.
2) Peserta didik harus memikirkan semua argumentasi dengan
kata-kata mereka sendiri dan mengatur ulang pemikiran mereka
sehingga konsep ini dapat menjadi blok bangunan untuk konsep yang
lebih maju.
f. Kesimpulan
Dengan mengeksplorasi kegunaan dari pendekatan perubahan
konseptual untuk belajar dengan memeriksa hubungan antara
pengalaman pedagogis yang diberikan oleh kursus pendidikan sains
dan pra-layanan guru mengubah konsep tentang pengajaran dan
pembelajaran sains. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam usaha
mengatasi miskonsepsei yaitu studi literatur tentang materi agar guru
mengetahui sumber miskonsepsi peserta didik, metode untuk
mendiagnosis miskonsepsi yang dipegang oleh peserta didik sebelum
dan sesudah proses pembelajaran agar guru dapat memantau masalah
belajar yang dialami peserta didik dan dapat memberikan umpan balik
tentang efektivitas strategi pembelajaran yang digunakan, merancang
strategi pembelajaran yang dapat mengatasi miskonsepsi peserta didik,
meliputi perencanaan dan penataan bahan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, dan meninjau bidang materi pelajaran.
g. Komentar
Jurnal penelitian ini dapat membantu para guru dan juga
peserta didik untuk mendapatkan beberapa ide dalam meningkatkan
pembelajaran dan pemahaman dalam fisika, sehingga dapat mencapai
pembelajaran yang bermakna.
SINTESIS
Nama
Kelas
Asal Sekolah