ACI A. BALANDE
17 3145 201 093
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai macam jenis tanaman
didasarkan akan khasiat yang dipercayai nenek moyang secara turun menurun.
penelitian menjadi faktor penting pemilihan potensi tanaman obat. Senyawa metabolit
sekunder dimiliki oleh berbagai tanaman dapat memberikan efek fisiologi dan efek
Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
ramuan obat, baik secara tunggal maupun campuran yang dianggap dan dipercaya
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
dan khasiat dari obat tradisional. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai
lebih aman dari pada penggunaan obat modern (Djajanti & Asf, 2018). Selain itu
Alasan penggunaan tanaman obat dikarenakan bahan alami tidak menimbukan efek
samping yang berbahaya, tidak membutuhkan biaya yang mahal untuk
jenis yaitu ada luka terbuka dan luka tertutup, luka disebut tertutup jika tidak terjadi
robekan sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan contohnya luka
Luka sayat adalah luka yang terjadi karena goresan atau sayatan benda tajam
yang mengenai kulit, benda tajam itu bisa berupa logam, kayu, dan luka ini terjadi
pada lapisan dermis maupun epidermis kulit (Samudra et al., 2019). Kecepatan dari
penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang
penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada
kulit maka proses penyembuhan lukanya pun akan cepat. Sejumlah studi
fungsional. Namun, dengan adanya bantuan zat seperti antibakteri dan antiinflamasi
Salah satu tanaman yang dipercaya masyarakat sebagai tanaman obat dalam
alpukat merupakan salah satu tanaman yang populer di Indonesia. Selama ini dikenal
hanya buahnya saja yang dapat dimanfaatkan sedangkan daunnya hanya dianggap
sebagai limbah oleh masyarakat, ternyata daun alpukat merupakan salah satu bahan
alami yang dapat digunakan sebagai obat tradisional (Husna, 2021). Daun alpukat
dapat menyembuhkan penyakit kencing batu, radang gusi, disentri, dan nyeri haid
(Qin & Staf, 2020). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Riswan, 2018) Metabolit
sekunder yang terkandung dalam ekstrak n-heksana kalus alpukat (Percea americana
Mill) adalah golongan flavonoid, steroid, alkaloid dan saponin, Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sentat & Permatasari (2017) kandungan kimia yang terdapat pada
daun alpukat antara lain adalah saponin, alkaloid, tanin, flavonoid, polifenol dan
quarsetin.
ekstrak etanol daun alpukat memiliki aktivitas terhadap penyembuhan luka bakar
pada mencit jantan, dilihat dari pengamatan hari ke-1 sampai hari ke-14 menunjukkan
persentase kesembuhan luka bakar berturut-turut sebesar 86%, 88% dan 90%. Dan
pada penelitian yang dilakukan oleh (Vivi Meylani Putri, 2014) bahwa ekstrak etanol
daun alpikat yang dibuat dalam bentuk sediaan gel memiliki aktifitas penyembuhan
luka sayat dengan nilai persentase rata-rata penyembuhan gel dengan kandungan
perkembangan dalam bentuk formulasi sediaan misalnya serbuk, pil, kapsul dan
sediaan lainya. Salah satunya inovasi pengembangan obat dengan rute Transdermal.
Rute transdermal adalah rute pemberian obat melalui kulit secara difusi pasif
hingga mencapai sirkulasi sistemik. Tahap penetrasi obat diawali dengan pelepasan
dibentuk dalam bentik sediaan patch atau bentuk sediaan semisolid lainnya. Patch
adalah sediaan dengan perekat (lapisan adhesif) yang mengandung obat yang
ditempatkan di kulit untuk memberikan dosis pengobatan tertentu melalui kulit dan
masuk ke aliran darah. Terapi obat dalam sistem ini dapat dihentikan jika obat tidak
Sediaan patch memberikan beberapa keuntungan yang mana sistem patch dapat
menghantarkan obat dengan laju yang terkontrol sejak saat menempel pada kulit
rasa sakit dan pemakaian yang sederhana; menjaga bioavaibilitas obat dalam plasma
pada pemberian per oral; cocok untuk pasien yang tidak dapat menelan obat, pasien
mual ataupun yang tidak sadarkan diri; pemakaian mudah dihentikan bila terjadi efek
toksik; dan cocok untuk obat yang menyebabkan gangguan gastrointestinal karena
dapat menghindari efek langsung pada lambung dan usus (Vivi Meylani Putri, 2014).
penyakit, salah satunya untuk pengobatan luka sayat. Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak etanol namun hanya dalam bentuk
ekstrak kentalnya dan dalam sediaan Gel terhadap penyembuhan luka bakar, sampai
saat ini belum ada penelitian tentang Efektifitas Ekstrak etanol daun alpukat (Persea
americana Mill) terhadap penyembuahan luka sayat khusus nya yang dibuat dalam
bentuk sediaan trandermal patch. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai uji efektivitas suatu sediaan patch transdermal Ekstrak etanol
daun senggani yang telah diformulasikan oleh peneliti sebelumnya yang akan diujian
B. Rumusan Masalah
americana Mill) efektiv terhadap penyembuhan luka sayat pada Tikus Putih
2. Berapa dosis yang paling optimal terhadap penyembuhan luka sayat pada Tikus
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Sediaan Patch Transdermal Ekstrak Etanol daun Alpukat
(Percea americana Mill) efektiv terhadap penyembuhan luka sayat pada Tikus
2. Untuk mengetahui dosis yang paling optimal terhadap penyembuhan luka sayat
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti
2. Untuk masyarakat
luas tentang manfaat dari daun daun Alpukat (Percea americana Mill)khususnya
3. Untuk institusi
americana Mill) yang dibuat dalam sediaan patch transdermal sebagai pengobatan
luka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Laurales
Famili :Lauraceae
Genus :Persea
bahkan lebih. Daunnya tebal seperti kulit. Tangkainya memiliki ukuran panjang
1,5-5 cm. daunnya berbentuk oval dengan ujung daun dan pangkal daun
runcing. Tepi daunnya rata. Ukuran panjang daun alpukat bisa mencapai 10-20
cm, sedangkan lebarnya 3-10 cm. Daun alpukat yang sudah tua berwarna hijau
halus, sedangkan yang muda berwarna kemerahan dan berambut. Warna buah
alpukat ialah hijau atau hijau kekuningan berbintik ungu. Buah itu berbentuk
oval yang ukuran panjangnya bias mencapai 5-20 cm. bila sudah matang,
daging buah alpukat lunak dan berwarna hijau kekuningan (Vivi Meylani Putri,
2014).
Mill) adalah golongan flavonoid, steroid, alkaloid dan saponin. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Sentat & Permatasari (2017), kandungan kimia yang
terdapat pada daun alpukat antara lain adalah saponin, alkaloid, tanin,
flavonoid, polifenol dan quarsetin. Adapun uraian metabolit sekunder dari daun
hidroksil atau gula membentuk glikosida, sehingga akan larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol, butanol, dan etil asetat. Flavonoid sangat
paling beragam dan luas yang menempati posisi penting di antara fenol
2. Saponin
dialam. Saponin dapat larut dalam air, tidak larut dalam eter dan memiliki
(Riswan, 2018).
akan keluar lalu berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan,
3. Alkaloid
rendah. Alkaloid bersifat basa atau alkali dan sifat basa tersebut disebabkan
karena adanya satu atau lebih atom N (nitrogen) dalam molekul senyawa
area luka. Kandungan alkaloid juga berperan dalam proses penguatan fibril
kolagen yang terbentuk dengan mencegah kerusakan sel melalui sintesis DNA
sehingga pertumbuhan jaringan baru pada luka menjadi lebih cepat (Hakim et
al., 2010).
4. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki rasa pahit dan terdiri dari
asam galat sebagai penyusunnya. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam
tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin
lain pelarut polar yaitu air, aseton dan metanol (Riswan, 2018)
misalnya pada daun, periderm, jaringan pembuluh, buah yang belum masak,
kulit biji, dan jaringan yang tumbuh karena adanya penyakit. Tanin berperan
jaringan yang baru sekaligus dapat melindunginya dari infeksi atau sebagai
al., 2010).
di berbagai negara. Daunnya memiliki rasa pahit dan kelat, bersifat antibakteri,
Kulit merupakan organ terbesar didalam tubuh. Kulit adalah organ tunggal
terberat di tubuh dengan berat sekitar 15% dari berat badan total dengan luas
permukaan sekitar 1,2 - 2,3 m2 pada orang dewasa. Kulit terdiri atas lapisan
epidermis yang berasal dari ektoderm permukaan dan lapisan dermis yang berasal
kulit tebal dan kulit tipis. Kulit didaerah wajah dan leher jauh berbeda dengan
ketebalan kulit di daerah telapak tangan dan kaki. Kulit menerima stimulus sakit,
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Vivi Meylani Putri, 2014).
tebalnya relatif, bervariasi dari 75-150µm, kecuali pada telapak tangan dan
kaki lebih tebal. Epidermis tersusun atas lapisan-lapisan yang berupa sel-sel
kulit dan lapisan malpigi. Pada bagian epidermis tidak terdapat pembuluh
darah dan urat saraf. Pada bagian dermis, terdapat otot penggerak rambut,
pembuluh darah dan limfa, indra, kelenjar minyak, dan kelenjar keringat. Di
perubahan suhu di luar tubuh. Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis
berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
regenerasi setiap 4-6 minggu (Vivi Meylani Putri, 2014). Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) yaitu:
terhadap bakteri patogen dan lingkungan luar. Lapisan ini terdiri atas
lapisan sel-sel mati dan tidak berinti serta sitoplasmanya digantikan oleh
keratin. Selsel yang paling permukaan merupakan wujud zat tanduk yang
translusen dan dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya
dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini.
Pada lapisan ini adhesi kurang sehingga seringkali tampak garis celah
mengandung selsel bergranul. Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng
d. Stratum Spinosum Stratum spinosum adalah lapisan yang terdiri dari sel-
sel keratinosit dan merupakan lapisan paling tebal dari epidermis. Pada
dinding sel yang berbatasan dengan sedi sebelahnya akan terlihat taju-
taju. Pada taju inilah terletak desmosom yang melekatkan sel-sel satu
sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.
e. Stratum Basal Stratum basal adalah lapisan yang letaknya paling dalam
pada epidermis dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun berderet-deret
pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh adanya
2. Lapisan Dermis
jaringan ikat longgar dan terdiri atas sel-sel fibroblast yang mengeluarkan
secara acak, dan menyebabkan dermis teregang dan memiliki daya tahan.
Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan
ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastic
saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar
keringat dan palit (sebacea). Sel mast, yang mengeluarkan histamin selama
telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
papiler yang tipis mengandung jaringan ikat jarang. Dan lapisan retikuler
yang tebal terdiri dari jaringan ikat padat, papilaris tepat di bawah epidermis
menghasilkan suatu kolagen (protein serat lipofil yang tegas dan kurang
menahan shearing forces dan respon inflamasi (Vivi Meylani Putri, 2014).
ikat jarang dan jaringan lemak. Merupakan lapisan di bawah dermis atau
hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan
dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical
suhu panas (radiasi, paparan UV), dan gangguan infeksi luar terutama
tidaklah mudah menyerap air, larutan maupun benda padat. Kulit hanya
dapat menyerap cairan mudah menguap dan bersifat lipofil (larut lemak).
sisa hasil metabolisme yang tidak dibutuhkan dalam tubuh, berupa natrium
klorida (NaCl), urea, asam urat, dan amonia. Namun kulit juga menjaga agar
Kehilangan air dari dalam tubuh sebanyak 20% dari jumlah total yang
sebagian besar terjadi melalui proses ekskresi di kulit, dapat berakibat fatal.
dan subkutan. Adanya ransangan panas dapat dideteksi oleh badan ruffini di
jumlah air yang menguap akibat tekanan suhu yang diterima dari luar.
lapisan basal yang berasal dari rigi syaraf. Kelompok sel ini
pigmen melanin yang terdapat pada kulit akan menentukan warna kulit
warna obat kulit. Namun, hal ini bertujuan untuk melindungi sel-sel kulit
keadaan kulit yang halus, putih dan bersih dapat menunjang penampilan
(Halim, 2014).
3. Luka
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya
suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Halim, 2014). Suatu
luka juga dapat diartikan sebagai rusaknya struktur jaringan yang normal,
penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi
sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap
sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin
grafting.
b. Luka kronik merupakan luka yang berlangsung lama atau sering timbul
luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak
berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar, dll
a. Luka insisi atau luka sayat dibuat dengan potongan bersih menggunakan
instrumen tajam.
c. Luka laserasi adalah luka dengan tepi bergerigi dan tidak teratur seperti
goresan kaca.
d. Luka tusuk disebabkan oleh bukan benda kecil pada kulit, sebagai contoh
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
2014).
Luka sayat atau iris merupakan jenis luka yang diakibatkan oleh irisan
benda tajam, misalnya pisau. Jenis luka ini sering menimbulkan rusaknya
pembuluh yang cukup besar bila irisannya cukup dalam. Bila keadaan luka
aseptis maka luka jenis ini akan segera tertutup setelah sebelumnya terjadi
(Seran, 2020).
4. Penyembuhan luka
banyak sel. Penyembuhan luka terdiri atas tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dam fase maturasi atau remodeling. Proses perbaikan sel
(penyembuhan luka) bergantung pada kedalaman luka. Proses ini terjadi secara
jaringan baru hingga permukaan datar, dan pada akhirnya luka menutup (Hariyati,
a. Fase Inflamasi
Fase inlamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka terjadi (hari
ke-0) hingga hari ke-3 atau ke-5. Pada fase ini terjadi dua kegiatan utama, yaitu
respon hemostatik tubuh selama 5 detik pasca luka (kapiler berkontraksi dan
kuman.
dalam tubuh. Respons ini diawali dari semakin banyaknya aliran darah ke
b. Fase Proliferasi
Fase Proliferasi terjadi mulai hari ke-2 sampai ke-24 yang terdiri dari
Pada fase destruktif, sel polimorf dan makrofag membunuh bakteri jahat dan
terjadi proses debris (pembersihan) luka. Pada fase, makrofag juga berfungsi
Proses ini juga dikenal dengan proses granulasi, yaitu tumbuhnya sel-sel baru.
Epitelisasi terjadi setelah tumbuh jaringan granulasi dan dimulai dari tepi luka
yang mengalami proses migrasi membentuk lapisan tipis (warna merah muda)
menutupi luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel
tumbuh atau menutup dari tengah luka, bukan dari tepi. Hal ini terjadi karena
setiap individu memiliki aktivitas sel yang unik dan sedikit berbeda satu sama
Fase Remodeling atau Maturasi Pada fase ini terjadi mulai hari ke-21
hingga satu atau dua tahun, yaitu fase penguatan kulit baru. Pada fase ini,
Aktivitas utama yang terjadi adalah penguatan jaringan bekas luka dengan
aktivitas remodeling kolagen pada kulit. Kontraksi sel kolagen dan elastin
yang umun terjadi pada fase ini adalah terasa gatal dan penonjolan epitel
(keloid) pada permukaan kulit. Dengan penanganan yan tepat, keloid dapat
keloid. Pada fase ini, kolagen lebih teratur dan lebih memiliki fungsi sebagai
penguat ikatan sel kulit baru, kulit masih rentan terhadap gesekan dan tekanan
seimbang pada bekas luka dapat melindungi dari risiko luka baru. Perlu diingat
bahwa kualitas kulit baru hanya kembali 80%, tidak sempurna seperti kulit
yaitu:
a. Rute Transappendageal atau Transfolikular Rute ini banyak dipilih untuk
obat-obatan yang bersifat hidrofilik dan memiliki berat molekul relatif besar
atau berukuran <600 nm, karena kutikula rambut rata-rata berukuran 300-600
keringat.
b. Rute Transepidermal
1. Rute Transelular
Pada rute ini, obat akan terpenetrasi melalui stratum corneum. Stratum
keratin intraseluler.
2. Rute Interselular
Sebagian besar obat akan masuk ke dalam sirkulasi sistemik melalui rute
terapi yang efektif serta dapat digunakan untuk pemberian obat secara
a. Keuntungan
3. Peningkatkan bioavailabilitas.
10. Jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan (misal reaksi alergi,
13. Relatif mudah digunakan dan dapat didesain sebagai sediaan lepas
b. Kekurangan
1. Zat aktif harus memiliki bobot molekul relatif kecil (kurang dari 500
Da). Hal ini karena pada dasarnya stratum korneum kulit merupakan
2. Memiliki koefisien partisi sedang (larut baik dalam lipid maupun air).
3. Memiliki titik lebur yang relatif rendah. Hal ini karena untuk dapat
7. Patch
pengobatan tertentu melalui kulit dan masuk ke aliran darah. Terapi obat
dalam sistem ini dapat dihentikan jika obat tidak lagi diinginkan. Lapisan
adhesif pada patch mampu memberikan kontak patch yang kuat pada
patch dapat menghantarkan obat dengan laju yang terkontrol sejak saat
pass effect pada pemberian per oral; cocok untuk pasien yang tidak dapat
menelan obat, pasien mual ataupun yang tidak sadarkan diri; pemakaian
mudah dihentikan bila terjadi efek toksik; dan cocok untuk obat yang
b. Tipe reservoir Patch dengan tipe ini dirancang dalam sistem reservoir yang
mengandung lubang untuk zat aktif dan bahan tambahan lainnya agar
a. Bahan Aktif
Obat Tidak semua bahan aktif obat dapat dibuat dalam bentuk sediaan
berat molekul rendah, memiliki waktu paruh (t½) singkat, tidak terlalu
b. Polimer
dan mempertahankan daya lekat antara patch dengan kulit. Polimer sendiri
dapat berasal dari alam maupun sintetik. Polimer yang dapat digunakan
c. Adhesive
dengan kulit dan mudah dilepas (Jhawat dkk., 2013). Poliisobutadiena dan
d. Backing Film
e. Release Liner
digunakan release liner ini akan dilepas. Kehilangan obat dan kontaminasi
dari lingkungan luar dapat dihindari dengan adanya release liner, Bahan
yang dapat digunakan sebagai release liner antara lain polietilen, PVC,
poliester, dll.
f. Pelarut (Solvent)
Pelarut atau solvent digunakan untuk melarutkan bahan aktif yang akan
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Subfilum :Vertebrata
Classis :Mamalia
Subclassis :Placentalia
Ordo :Rodentia
Familia :Muridae
Genus :Rattus
yang relatif pendek, jumlah anak dalam setiap kelahiran banyak, variasi
mamalia yang memiliki ekor panjang. Ciri-ciri galur ini yaitu bertubuh
panjang dengan kepala yang lebih sempit. Tikus ini memiliki telinga lebar,
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah luka sayat pada Tikus.
3. Variabel Kontrol
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah daun Alpukat (Persea americana Mill) yang
di buat dalam bentuk sediaan patch dapat di gunakan untuk penyembuhan luka sayat
Luka Sayat
Keterangan:
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
: Variabel Kontrol
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
sediaan patch transdermal ekstrak daun alpukat (Persea americana) terhadap luka
sayat. Patch transdermal merupakan sediaan drug delivery systems yang berupa patch
dengan perekat yang mengandung bahan obat, yang di tempelkan pada kulit dengan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong, kandang hewan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Alkhol Swab, Plester
Betadine, handscoon, hewan uji tikus (Rattus novergicus) dan sediaan patch
a. Tabel 1. Formulasi
F0 FI FII FIII
Keterangan
kedalam cetakan dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 40ºC selama 3x24
di oven.
5. Setelah terjadi luka sayat, kemudian di beri patch ekstrak daun alpukat,
4. Kelompok perlakuan III (FIII) sebanyak 3 ekor tikus di berikan patch dari
Betadin.
e. Pengamatan luka
d 0−dx
% Persembuhan = × 100%
dx
Keterangan :
E . Analisis Data
Data dianalisis dan diolah menggunakan One Way ANOVA dengan menggunakan
program SPSS.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Luka Sayat pada Tikus ( Rattus Norvergicus)
norvegicus)
DAFTAR PUSTAKA
Djajanti, A. D., & Asf, D. (2018). Uji aktivitas sediaan krim ekstrak etanol herba
seledri (Apium graveoles L) terhadap luka sayat pada kelinci (Oryctolagus
cuniculus). Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 13(2), 40.
http://journal.poltekkesmks.ac.id/ojs2/index.php/mediakesehatan/article/view/
671
Hakim, I. R., Lestari, F., & Priani, S. E. (2010). Kajian Pustaka Tanaman yang
Berpotensi dalam Penyembuhan Luka Bakar. Prosding Farmasi, 14–20.
http://dx.doi.org/10.29313/.v7i1.25982
Halim, R. M. (2014). Uji Efek Penyembuhan Luka Sayat Ekstrak Etanol (Etlingera
elatior) dalam Bentuk Sediaan Gel terhadap Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
[Universitas UIN Alauddin Makassar].
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/id/eprint/6782
Husna, N. (2021). Uji aktifitas diuretik ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana
Mill.) terhadap tikus putih jantan [Universitas Sumatra Utara]. In Jurnal
Pembangunan Wilayah & Kota (Vol. 1, Nomor 3).
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27906/161501014.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Nurfitriani, W., Desnita, R., & Luliana, S. (2015). Optimasi Konsentrasi Basis HPMC
pada Formula Patch Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.). Jurnal
Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 3(1), 2.
https://www.onesearch.id/Record/IOS1685.article-30070?
widget=1&repository_id=168
Qin, S., & Staf, S. S. (2020). Efektivitas ekstrak daun alpukat (Persea americana)
terhadap Propionibacterium acne dan Pityrosporumovele. Jurnal Kedokteran
STM (Sains dan Teknologi Medik), 3(2), 75–81.
https://ojsfkuisu.com/index.php/stm/index%0AJurnal
Samudra, A. G., K, F. S., & Sari, D. P. (2019). Uji efektifitas ekstrak etanol daun
Sawo (Manilkara zapota L) pada luka sayat pada kelinci jantan (Oryctolagus
cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmacy, 6(1).
http://jurnal.stikesalfatah.ac.id/index.php/jiphar/article/view/21
Sentat, T., & Permatasari, R. (2017). Uji aktivitas ekstrak etanol daun alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap penyembuhan luka bakar pada punggung mencit
jantan putih (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2), 100.
https://doi.org/10.51352/jim.v1i2.20
Seran, L. C. L. (2020). Uji Efektivitas Pemberian Topikal Gel Ekstrak Akar Kelor
(Moringa oleifera) dalam Penyembuhan Luka Sayat pada Kelinci Jantan
(Oryctolagus cuniculuc) [Universitas Citra Bangsa Kupang].
http://repository.ucb.ac.id/id/eprint/601
Subandi, I. (2018). Profil Protein Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina
Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides). In
Skripsi.
Suhardi, M. P. (2016). Guru Pembelajar Modul Paket keahlian tata kecantikan kulit
sekolah mengah kejuruan (SMK) (S. Surapranata (ed.)). Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan. http://repositori.kemdikbud.go.id/12596/1/KCK-A.
Sanitasi Hygiene dan Kosmetika Kulit.pdf
Vivi Meylani Putri. (2014). Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea
americana Mill.) Sebagai Obat Luka Sayat Pada Kelinci (Oryctolagus
cuniculus) Telah [Universitas Negeri Alauddin Makassar]. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/1336/1/Vivi Meylani Putri.pdf
Zahra, R. (2019). Uji efektivitas ekstrak daun biwa (Eriobotrya japonica (Thunb.)
Lindl.) terhadap penyembuh luka sayat pada mencit (Mus musculus L.)
[Universutas Sumatra Utara].
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16100/140805068.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
A. Skema Kerja
Analisis Data
Hari ke- 1
Hari ke- 1
Hari ke- 1
Hari ke- 1