Anda di halaman 1dari 12

As-Syifaa Jurnal Farmasi Desember 2019; 11 (02):169-180.

ISSN : 2085-4714

EFEKTIVITAS PATCH SEDERHANA DARI EKSTRAK DAUN KAYU JAWA


(Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA SAYAT PADA TIKUS (Rattus norvegicus)

Nur Faatimah Azzahrah, Abdul Wahid Jamaluddin, Yuko Mulyono Adikurniawan

Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Hasanuddin, Makassar


Email : abdulwahidjamaluddin@unhas.ac.id

ABSTRACT

Kayu jawa plants are one type of traditional plant that is often used to treat wounds, both
internal and external wounds. This plant has been shown to have anti-microbial, anti-oxidant and anti-
inflammatory effects. Flavonoid compounds have anti-inflammatory activity by protecting erythrocyte
membranes against membrane damage causing hemolysis because flavonoids can inhibit
inflammatory mediators and free radicals. This study aims to determine the effect of the administration
of simple patch from Kayu Jawa leaves extract (Lannea coromandelica Houtt. (Merr.)) On wound
healing in white rats (Rattus norvegicus) by looking at the extent of the wound closure and changes in
wound morphology compared to controls. This study used a laboratory experimental method with 25
rats as test animals divided into 5 treatment groups, namely 3 treatment groups (simple patch from
2.5% kayu jawa leaves extract, simple patch from 5% kayu jawa leaves extract, and simple patch
from 10% kayu jawa leaves extract), 1 positive control group (simple patch from povidone iodine) and
1 negative control group (simple patch without kayu jawa leaves extract). The conclusions of the study
was the administration of 5% Kayu Jawa leaves extract gave the best effect in accelerating wound
healing.

Key words : Flavonoid, kayu jawa leaves extract, rats, simple patch, wound healin.

PENDAHULUAN khususnya adalah Kayu Jawa (Lannea


Tanaman obat merupakan sumber coromandelica (Houtt.) Merr.) atau dalam
daya biologi (bioresource) utama dalam masyarakat Bugis dikenal dengan sebutan
pengembangan obat herbal, neutraceutical, “aju jawa”. Tanaman ini adalah salah satu
obat baru, dan starting materials untuk obat tanaman obat tradisional yang masih sering
semi sintesis atau modern. Pengembangan digunakan oleh masyarakat Bugis sampai
obat yang berasal dari produk alam telah sekarang ini karena khasiatnya yang
terbukti berhasil di masa lalu dan teknologi dipercaya sangat ampuh. Biasanya digunakan
baru telah dikembangkan untuk memperoleh untuk mengobati luka dalam maupun luka luar.
senyawa-senyawa turunan dari berbagai jenis Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda
1
tanaman. Kelebihan dari pengobatan dengan tergantung tujuan penggunaannya, misalnya
menggunakan ramuan tumbuhan secara untuk pengobatan diare atau muntah
tradisional tersebut ialah tidak adanya efek masyarakat meminum rebusan tanaman ini.
sampingan yang ditimbulkan seperti yang Sedangkan untuk mempercepat
2
sering terjadi pada pengobatan kimiawi. penyembuhan luka, masyarakat biasanya
Salah satu tanaman obat tradisional langsung menggunakan tanaman aju jawa
3
yang banyak dimanfaatkan masyarakat dengan menempelkannya ke bagian luka.
Indonesia, masyarakat Sulawesi Tenggara Luka dapat dialami oleh semua orang tak

169
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

terkecuali hewan, baik hewan besar maupun itu, perlu dikembangkan suatu formula yang
kecil. Aktivitas hewan tersebut dapat dapat memudahkan penggunaannya,
terganggu akibat rasa sakit yang diakibatkan sehingga diharapkan akan terjadi perubahan
8
oleh luka. Luka menyebabkan bagian dalam yang lebih efektif dan efisien. Belakangan
tubuh hewan menjadi terpapar dengan bagian penggunaan plester luka cukup populer di
luar tubuh, apabila dibiarkan dan tidak diobati dunia medis karena dapat digunakan untuk
dapat timbul infeksi dan penyembuhan luka menutup luka. Plester luka sederhana yang
4
akan terhambat. Luka pada kulit, subkutis, mengandung antiseptik atau antibakteri
dan otot adalah hal yang paling umum (lapisan non-adherent dan penyerap) biasanya
8
dijumpai oleh dokter hewan. Luka bisa dipakai untuk menutup luka akut dan lecet.
disebabkan oleh banyak hal, misalnya gigitan, Penelitian sebelumnya yang dilakukan
8
kecelakaan, luka dari benda tajam, dari oleh Wirastuty menunjukkan bahwa ekstrak
tembakan peluru, tongkat, benda logam, dan kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica
5
luka-luka termal. (Houtt.) Merr.) dalam bentuk sediaan gel dapat
Selama ini secara turun temurun, memberikan efek penyembuhan terhadap luka
masyarakat juga menggunakan herbal dalam bakar dan pada konsentrasi 3% memberikan
penyembuhan luka. Pemberian perlakuan efek paling baik.
pada luka dapat mempengaruhi proses Penggunaan empiris secara luas
6
penyembuhan luka menjadi lebih baik. untuk pengobatan dalam masyarakat
Penyembuhan luka merupakan hasil dari menggunakan daun tanaman kayu jawa
proses perbaikan yang jaringan yang terjadi (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) serta
secara kompleks untuk mengganti dan belum adanya publikasi ilmiah tentang
memperbaiki struktur sel dan lapisan jaringan efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun
yang hilang maupun rusak. Proses ini terbagi kayu jawa di Indonesia, menjadi dasar
menjadi empat proses yang telah terprogram dilakukannya penelitian tentang pengaruh
oleh tubuh yaitu pembekuan darah, inflamasi, pemberian ekstrak daun Kayu Jawa (Lannea
perkembangan jaringan baru (proliferasi) dan coromandelica (Houtt.) Merr.) dalam bentuk
pembentukan jaringan baru (maturasi). plester luka sebagai alternatif dalam
Dalam usaha mempercepat proses menyembuhkan luka berdasarkan kandungan
penyembuahan luka maka perlu dicari suatu kimia dalam tumbuhan tersebut.
cara yang bukan hanya membantu proses METODE PENELITIAN
kesembuhan, tetapi juga praktis, murah, dan Alat dan Bahan
yang tidak kalah pentingnya mampu Alat yang digunakan dalam penelitian
7
mengurangi bekas luka insisi akibat jahitan. ini yaitu: kandang tikus, alat bedah minor
Penggunaan ekstrak, simplisia, atau bagian (nampan stainless still, gunting, dan pinset),
dari suatu tanaman dijadikan sebagai obat timbangan analitik, caliper, clipper, blender,
khasiatnya belum maksimal karena oven simplisia, tabung (wadah), spatula, rotary
penggunaannya yang kurang praktis jika harus evaporator, erlenmeyer, sendok, kain hitam,
disiapkan dan dioleskan langsung dengan gelas ukur, botol vial, cawan porselin, toples,
simplisia utuh atau ekstraknya. Oleh karena alumunium foil, plastic wrapping, alat ukur

170
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

kelembaban, kamera dan alat tulis. Bahan bahan aktif berupa ekstrak daun kayu jawa
penelitian yang digunakan antara lain; tempat konsentrasi bertingkat dengan bahan
minum tikus, masker, daun kayu jawa, etanol tambahan berupa propilen glikol konsentrasi
70%, NaCl, sekam, veet, gloves, spoit, jarum 5% dan alkohol 70% lalu dicampurkan satu
spoit, label, kertas saring, povidone iodine, sama lain dengan metode pencampuran lalu
propilen glikol, tisu, plester luka komersil, dimasukkan kedalam tabung (wadah).
bahan formulasi plester (lapisan Propilen glikol digunakan sebagai humektan
poliester/adhesive plester, kasa steril, kain yang akan mempertahankan kandungan air
perekat dan lem perekat), anastesi (ketamine dalam sediaan sehingga sifat fisik dan
dan xylasin) dan tikus putih (Rattus stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat
9
norvegicus) galur Sprague dawley. dipertahankan. Selain menjaga kestabilan
Prosedur Penelitian sediaan, secara tidak langsung humektan juga
Pembuatan Patch Sederhana Ekstrak Daun dapat mempertahankan kelembaban kulit
Kayu Jawa sehingga kulit tidak kering. Berdasarkan
10
Pembuatan ekstrak menggunakan penelitian yang telah dilakukan oleh Waty ,
cara maserasi, yaitu dengan cara memasukan cara pembuatan plester dilakukan dengan
simplisia daun kayu jawa kedalam toples kecil, menyiapkan potongan kasa yang telah
2
ditambahkan etanol 70% sebagai pelarut dibentuk dengan ukuran 3x3 cm selanjutnya
dengan perbandingan 1:3 dan diaduk hingga dicelupkan kedalam larutan kental formulasi
larut. Selama maserasi sesekali diaduk. konsentrasi yang telah dibuat sampai larutan
Prosedur ini kemudian diulangi 3 kali menyerap 100% ke dalam kasa, setelah itu
(remaserasi) hingga filtrat yang didapatkan kasa diperas hingga kering, hal ini dilakukan
terlihat jernih. Selanjutnya hasil filtrat disaring berulang menggunakan larutan kental yang
menggunakan kertas saring sehingga sama sampai 40 kasa tiap perlakuan.
mendapatkan filtrat, selanjutnya dipekatkan Selanjutnya kasa dikeringkan di suhu ruang
dengan menggunakan alat rotary evaporator selama 24 jam untuk proses pengeringan zat
pada suhu 70°C sampai diperoleh ekstrak aktif lalu dimasukkan dalam toples yang
etanol kental daun kayu jawa. dibungkus dengan plastic wrapping sampai
Pada patch sederhana dari kelompok akan digunakan.
perlakuan dilakukan dengan mencampurkan

Tabel 1. Formulasi Konsentrasi Kelompok Perlakuan

Kelompok Ekstrak Kental Daun Alkohol 70% Propilen Povidone Larutan


Perlakuan Kayu Jawa (mL) (mL) glikol (mL) Iodine (mL) Kental (mL)
2.5% 1.25 46.25 2.5 - 50
5% 2.5 45 2.5 - 50
10% 5 42.5 2.5 - 50
Kontrol (-) - 47.5 2.5 - 50
Kontrol (+) - - - 50 50

171
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

Penapisan Fitokimia Pengamatan Luka


Metabolit sekunder yang diuji secara Pengamatan patologi anatomi
kualitatif diantaranya: alkaloid, flavonoid, dilakukan pada setiap perlakuan secara
terpenoid, saponin, tanin: deskriptif metode scoring terhadap semua
Perlukaan pada Tikus tikus. Kondisi luka diamati setiap dua hari
Kelompok perlakuan dibagi menjadi 5 sekali dari hari ke-1 sampai hari ke-14 dengan
kelompok yaitu : memperhatikan parameter perbandingan,
1. Kelompok kontrol negatif sebanyak 5 ekor yaitu penutupan luka (persentase
tikus diberikan patch sederhana tanpa penyembuhan luka) dan morfologi luka
ekstrak daun kayu jawa. (kelembaban luka, warna luka, kecepatan
2. Kelompok kontrol positif sebanyak 5 ekor pertumbuhan rambut dan keropeng luka).
tikus diberikan patch sederhana yang Luas luka ditentukan dari pengukuran panjang
diberi povidone iodine. dan lebar luka. Penutupan luka dapat dihitung
3. Kelompok perlakuan I sebanyak 5 ekor dengan rumus Morton dalam Ananda dan Ade
tikus diberikan patch sederhana dari (2012):
ekstrak daun kayu jawa konsentrasi 2.5%.
4. Kelompok perlakuan II sebanyak 5 ekor
Keterangan :
tikus diberikan patch sederhana dari % persembuhan = Persentase persembuhan
ekstrak daun kayu jawa konsentrasi 5%. L1 = Luas luka hari ke-1
Lx = Luas luka hari ke-x
5. Kelompok perlakuan III sebanyak 5 ekor
tikus diberikan patch sederhana dari Analisis Data
ekstrak daun kayu jawa konsentrasi 10%. Hasil pengamatan patologi anatomi
Terlebih dahulu tikus dihilangkan yang telah dilakukan terhadap semua
kesadarannya dengan menggunakan perlakuan kemudian dianalisis secara statistik
kombinasi ketamin (50 mL/kg BB) dan xylasin deskriptif. Perubahan luas luka dianalisis
(5 mL/kg BB) secara intramuscular. Kemudian secara statistik dengan SPSS menggunakan
setiap tikus dicukur menggunakan veet yang analisis sidik ragam (analysis of variance =
diaplikasikan pada bagian punggung tikus lalu anova).
dibuat pola persegi dengan panjang dan lebar HASIL DAN PEMBAHASAN
masing-masing ±2 cm Tikus selanjutnya Hasil analisis yang didapatkan yaitu
dilukai dengan cara dilakukan penyayatan senyawa flavonoid, terpenoid/steroid dan
menggunakan gunting tajam-tajam dengan tanin. Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun
panjang dan lebar ±2 cm sesuai pola persegi Kayu Jawa dapat diliihat pada tabel 2. Dari
yang telah dibuat sebelumnya sampai fascia. berbagai senyawa tersebut, flavonoid
Penyayatan dilakukan di daerah puggung diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi yang
searah dengan os vertebrae. mana bekerja dengan cara menghambat
Perawatan Luka siklooksiginase atau lipooksiginiase dan
Perawatan luka dengan cara dengan menghambat akumulasi leukosit di daerah
11
cara patch sederhana ditempelkan ke bagian yang terjadi inflamasi. . Dari hasil penapisan
luka setiap dua hari sekali selama 14 hari. fitokimia tersebut, dapat disimpulkan bahwa

172
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

ekstrak daun kayu jawa memiliki aktivitas antiinflamasi, juga terdapat senyawa saponin
antiinflamasi. Hal ini juga dapat dikaitkan dan tanin yang berfungsi menurunkan
dengan penelitain yang dilakukan oleh inflamasi dan memiliki efek antimikroba yang
8
Wirastuty yang menyatakan bahwa selain dapat mencegah infeksi oleh mikroorganisme.
senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas

Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia


No. Golongan Senyawa Hasil Uji
Alkaloid
1 a. Mayer -
b. Dragendroff -
Flavonoid
2 a. Timbal Asetat +
b. Asam Sulfat +
3 Terpenoid +
4 Saponin -
5 Tanin +

Mengacu pada penelitian diatas, penyembuh luka sayat dibagi menjadi


konsentrasi ekstrak tanaman kayu jawa yang beberapa perlakuan, yaitu 2.5%, 5% dan 10%
paling memberikan efek sebagai penyembuh dengan kontrol negatif (propilen glikol 5% dan
luka adalah sebesar 3%. Berdasarkan alkohol), serta kontrol positif (povidone iodine)
penelitian tersebut maka penentuan yang dibuat dalam sediaan patch sederhana.
konsentrasi ekstrak daun kayu jawa sebagai

Tabel 3. Tampakan luka sayat


Kelompok
Hari
K (+) K (-) PED 2.5% PED 5% PED 10%

Hari Ke-2

Hari Ke-8

Hari Ke-14

Keterangan:
K(+) : Kontrol Positif
K(-) : Kontrol Negatif
PED : Patch Ekstrak Daun Kayu Jawa

173
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

Pengamatan patologi anatomi perhitungan persentase persembuhan luka


dilakukan dengan memperhatikan parameter dengan rumus persembuhan luka. Persentase
perbandingan, yaitu penutupan luka persembuhan didapatkan dengan
(persentase penutupan luka) dan morfologi membandingan luas luka sebelum perlakuan
luka (kelembaban luka, warna luka dan dengan luas luka setelah perlakuan.
keropeng luka). Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan penggaris plastik yang
diukur dengan cara mendekatkan penggaris
Pengamatan secara deskriptif
ke pinggir luka tikus yang telah diberi
mengenai persentase persembuhan luka
perlakuan.
dimulai dari ke 0-14 diukur tiap dua hari sekali
Persentase Persembuhan Luka
perlakuan. Dari hasil penelitian yang telah
Pengukuran luas luka yang diukur
dilakukan, diperoleh lama penyembuhan luka
selama 14 hari dibuat dalam bentuk tabel.
dari tiap kelompok relatif sama.
Kemudian dari data tersebut dilakukan

Tabel 4. Persentase persembuhan luka


Hari Ke – (%)
Kelompok N
0 2 4 6 8 10 12 14
K (+) 5 0 10 36,25 62,5 80 91,25 95 95
K (-) 5 0 23,5 40 47,5 67,5 84,25 91,25 93,75
PED 2.5% 5 0 23,5 47,5 67 70 87,75 93,75 97,5
PED 5% 5 0 36,25 64,25 77,25 80,75 85 96,5 98,75
PED 10% 5 0 23,5 43,75 72,5 77,5 88 91,25 96,25

Untuk kelompok PED 2.5% memiliki ekstrak daun kayu jawa 2.5%, 5% dan 10%
persentase persembuhan luka pada hari ke-14 dikarenakan jumlah ekstrak pada setiap
yaitu 97.5 % dan tertutup sempurna pada hari konsentrasi yang berbeda, dimana semakin
ke-16, untuk kelompok perlakuan kelompok banyak ekstrak yang ditambahkan maka
PED 5% memiliki persentase persembuhan bahan tambahan yang dimasukkan juga akan
luka pada hari ke-14 yaitu 98.75 % dan berkurang begitupula sebaliknya. Akan tetapi,
tertutup sempurna pada hari ke-15, dan untuk semakin banyak ekstrak dalam sediaan tidak
kelompok PED 10% memiliki persentase memastikan akan memberikan efek yang
persembuhan luka pada hari ke-14 yaitu 96.25 paling baik.
% dan tertutup sempurna pada hari ke-16. Pada hasil penelitian kelompok
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan K(+) menunjukkan bahwa
ekstrak daun kayu jawa dapat mempercepat pemberian patch sederhana dari povidone
proses penyembuhan luka. Hal ini disebabkan iodine tidak lebih baik daripada penggunaan
karena daun kayu jawa mempunyai patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa
kandungan senyawa flavonoid yang memiliki konsentrasi bertingkat. Walaupun memiliki
aktivitas antiinflamasi dan antioksidan yang persentase persembuhan luka pada hari ke-14
dapat menghambat mediator inflamasi dan yaitu 95 % dan tertutup sempurna pada hari
radikal bebas. Adanya perbedaan persentase ke-16. Penggunaan patch sederhana dari
persembuhan luka terhadap tikus perlakuan povidone iodine pada penelitian ini digunakan
dengan menggunakan patch sederhana sebagai kontrol positif, yang aktifitasnya dalam

174
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

penyembuhan luka terlihat kurang efektif. Hal lebih baik dibandingkan kelompok K (-). Hal ini
ini disebabkan karena luka sayat yang ditutupi disebabkan kelompok K (-) tidak mengandung
dengan patch sederhana dari povidone iodine obat atau ekstrak yang memberikan efek
akan lebih cepat kering karena patch mempercepat penyembuhan luka. Kelompok
sederhana povidone iodine tidak mengandung K (-) hanya mengandung propilen glikol yang
bahan tambahan propilen glikol yang dapat menyebabkan luka akan dalam keadaan
menjaga kelembaban patch sederhana lembab sehingga akan lama mengering. Luka
sehingga kurang efektif untuk digunakan, hal yang lembab terus menerus akan
serupa dikemukakan oleh Bakkara (2012) menyebabkan sulitnya terbentuk jaringan yang
yang mengatakan bahwa penggunaan baru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
povidone iodine kurang begitu efektif, Andrie dan Dies (2017) yang menyatakan,
menyebabkan luka tampak tidak sembuh kondisi luka yang lembab memfasilitasi
sempurna dan mengurangi kekuatan kulit pertumbuhan granulasi dan epitelisasi.
lokasi luka. Perawatan luka pada suasana lembab
Kelompok K (-) yang hanya bermanfaat mencegah dehidrasi jaringan,
mengandung propilen glikol 5% dan alkohol mempertahankan suhu optimal, mempercepat
70%, tetapi dari hasil penelitian menunjukkan pemecahan jaringan nekrotik, fase inflamasi,
bahwa persentase persembuhan luka pada K kontraksi luka dan re-epitelisasi, mempercepat
(-) dan K (+) tidak berbeda jauh sehingga angiogenesis, mengurangi pembentukan
dapat dipastikan kelompok PED 2.5%, 5% dan jaringan parut, dan mengurangi risiko infeksi.
10% memberikan efek penyembuhan luka

120
Persentase Penyembuhan Luka

100

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Hari Ke-

K (+) K (-) PED 2.5% PED 5% PED 10%

Gambar 1. Grafik persentase persembuhan luka

Berdasarkan gambar 1. menunjukkan persembuhan luka hampir sama. Adanya


kelompok perlakuan patch sederhana dari kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak
daun kayu jawa 5% (PED 5%) mengalami daun kayu jawa menjadi faktor yang
kenaikan persentase persembuhan luka paling berpengaruh terhadap kecepatan
cepat, walaupun pada hari ke-14 persentase persembuhan luka.

175
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

Selanjutnya dilakukan analisis dan kelompok kontrol berpengaruh signifikan


persentase persembuhan luka menggunakan terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus
uji statistik One Way Analysis of Varians perlakuan.
(Anova). Berdasarkan hasil pengujian analisis Analisis selanjutnya dilakukan uji post
sidik ragam pada Tabel 5 dengan hoc dengan metode LSD untuk mengetahui
menggunakan uji F diperoleh nilai 0.036 pada perbedaan antar kelompok . Tabel 6
level signifikasi 0,05. Hal ini menunjukkan nilai menunjukkan perhitungan rata-rata
P(0,01)<0,05 sehingga H0 ditolak. Hasil uji persentase persembuhan luka, standar
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata- deviasi, dan hasil uji post hoc dengan metode
rata pemberian patch sederhana dari ekstrak LSD pada hari ke-2, ke-8 dan ke-14.
daun kayu jawa dengan konsentrasi bertingkat

Tabel 5. Tabel anova persentase persembuhan luka


Sumber Variasi dk Jumlah kuadrat Rerata Jumlah kuadrat Fhit F0,05
Antargrup 4 442.025 110.506 3.174 0.036
Di dalam grup 20 696.225 34.811
Total 24 1138.250

Tabel 6. Uji post hoc dengan lsd terhadap rata-rata persentase persembuhan luka serta standar

Persentase Penyembuhan Luka (%)


Kelompok
Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-14
a a a
K (+) 12.8 ± 5.4 75.1 ± 4.4 96.5 ± 1.4
b b b
K (-) 17.1 ± 11.2 68.4 ± 8.4 95.1 ± 2.1
c b b
PED 2.5% 22 ± 4.2 78.1 ± 6.8 97.6 ± 0.4
a,b,c b b
PED 5% 39.2 ± 4.9 78.4 ± 4.7 97.6 ± 1.3
a b c
PED 10% 22.6 ± 8.1 80.4 ± 4.1 96 ± 1.6
Nilai P 0.000 0.036 0.05

Uji LSD pada hari ke-2 menujukkan kode huruf yang sama. Pada hari ke-14
perbedaan yang signifikan antar kelompok K menunjukkan yang nyata antar K(+), K(-), PED
(+), K (-) dan PED 2.5% ditandai dengan kode 2.5%, PED 5% dan 10% ditandai dengan kode
huruf yang berbeda. Sedangkan PED 5% tidak huruf yang berbeda. Sedangan K(-), PED
berbeda nyata dengan kelompok K (+), K(-) 2.5%, PED 5% dan PED 10% tidak memiliki
dan PED 2.5% ditandai dengan kode huruf perbedaan yang signifikan ditandai dengan
yang sama. Sedangkan PED 10% dan K(+) kode huruf yang sama. Kesimpulan uji LSD
tidak memiliki perbedaan yang signifikan tersebut bahwa kelompok PED 5% memiliki
ditandai dengan kode huruf yang sama. Pada pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan
hari ke-8 menunjukkan perbedaan yang rata-rata luas luka dengan kelompok K (+) dan
signifikan antar K(+) dengan K(-), PED 2.5%, K(-) 2.5% dan 10%. Hal ini berarti terdapat
PED 5% dan PED 10% ditandai dengan kode kandungan aktif dari daun kayu jawa di dalam
huruf yang berbeda. Sedangkan K(-), PED patch sederhana yang berpengaruh terhadap
2.5%, PED 5% dan PED 10% tidak memiliki penyembuhan luka sayat pada tikus
perbedaan yang signifikan ditandai dengan perlakuan.

176
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

Morfologi Luka menyebabkan luka menjadi basah kembali.


Hasil parameter kelembaban kulit Hari ke-8, rata-rata luka kelompok 1, 2, 3 dan
dapat dilihat Tabel 7 memberikan gambaran 5 dalam keadaan lembab dan luka kelompok 4
variasi kelembaban setiap perlakuan. Luka telah menjadi luka kering. Pada hari ke-10,
basah diberikan nilai (+3), luka lembab kebanyakan luka kelompok 5 telah menjadi
diberikan nilai (+2) dan luka kering diberikan luka kering dan rata-rata luka kelompok 1, 2
nilai (+1). Menurut Setyorini (2010), adanya dan 3 masih dalam keadaan lembab sampai
sayatan menyebabkan kulit kehilangan hari ke-12. Pada hari ke-14, rata-rata luka
retraksinya sehingga terjadi luka terbuka yang kelompok 1, 3, 4 dan 5 telah menjadi luka
membentuk celah. Sayatan menyebabkan kering dan kebanyakan luka kelompok 2
radang karena sayatan tersebut menyebabkan masih dalam keadaan lembab. Luka
perubahan bentuk pada kapiler menjadi lebih mengering dan membentuk keropeng dihari
besar. Luka yang terlihat basah disebabkan selanjutnya hingga luka menutup dan
oleh dilatasi pembuluh darah berkepanjangan keropeng terlepas dari luka. Pada fase ini juga
sehingga jumlah cairan kompartemen akan terjadi angiogenesis yaitu suatu proses
ekstrasel bertambah secara abnormal. kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru
Hasil dari pengamatan menunjukkan tumbuh atau pembentukan jaringan baru
12
bahwa rata-rata pada hari ke-2 semua luka (granulasi tissue).
masih dalam keadaan basah. Sedangkan Luka yang telah mengering kemudian
pada pengamatan hari ke-4, rata-rata luka menebal membentuk keropeng pada
kelompok 1, 4 dan 5 sudah dalam keadaan permukaan luka. Perbaikan jaringan terus
lembab dan rata-rata luka kelompok 2 dan 3 terjadi sampai membentuk jaringan kulit yang
masih dalam keadaan basah. Pada hari ke-6, baru pada luka yang tertutup oleh keropeng.
rata-rata kelompok 2 masih dalam keadaan Pada saat luka menutup sempurna, keropeng
basah, sedangkan kelompok 1, 3, 4 dan 5 akan tertarik dan terlepas dari luka sehingga
dalam keadaan lembab. Luka yang masih nampak jaringan kulit yang baru. Keropeng
basah disebabkan saat proses pelepasan yang terlepas setelah luka menutup diikuti
patch sederhana dari yang terlalu tergesa- dengan tumbuhnya rambut pada jaringan kulit
gesa, sehingga keropeng luka yang harusnya yang baru.
masih menempel menjadi terbuka dan
Tabel 7. Skoring perubahan kelembaban luka
Hari Ke-
Kelompok
0 2 4 6 8 10 12 14
K (+) +3 +3 +2 +2 +2 +2 +2 +1
K (-) +3 +3 +3 +3 +2 +2 +2 +2
PED 2,5% +3 +3 +3 +2 +2 +2 +2 +1
PED 5% +3 +3 +2 +2 +1 +1 +1 +1
PED 10% +3 +3 +2 +2 +2 +1 +1 +1
Keterangan :
K : Kontrol
PED : patch sederhana dari Ekstrak Daun kayu jawa.
+3 : Luka Basah
+2 : Luka Lembab
+1 : Luka Kering

177
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

Dari hasil pengamatan Tabel 8 menunjukkan bahwa keropeng muncul rata-rata pada hari ke-
4 dan telah kering sempurna dengan keropeng yang menutup dengan jelas pada hari ke-8 dan ke-10.
Keropeng akan menebal hingga terbentuk jaringan baru dan akan terlepas sendiri ketika proses
angiogenesis (pembentukan jaringan baru) selesai. Lepasnya keropeng akan memberikan perubahan
drastis pada luka, mulai dari warna, kelembaban dan ukuran luka. Rata-rata keropeng terbuka di hari
ke-14.
Tabel 8. Skoring perubahan keropeng luka
Hari Ke-
Kelompok
0 2 4 6 8 10 12 14
K (+) +4 +4 +3 +3 +2 +1 +1 +1
K (-) +4 +3 +3 +2 +2 +2 +2 +1
PED 2,5% +4 +3 +3 +3 +2 +2 +2 +1
PED 5% +4 +3 +3 +2 +1 +1 +1 +1
PED 10% +4 +4 +3 +3 +2 +2 +2 +1
Keterangan :
K : Kontrol,
PED : patch sederhana dari Ekstrak Daun kayu jawa.
+4 : Keropeng belum terbentuk
+3 : Keropeng tipis dan menutup sebagian luka
+2 : Keropeng tebal dan menutup seluruh luka
+1 : Keropeng terbuka dan terbentuk jaringan utuh/intact

Hasil dari pengamatan warna luka kebanyakan luka kelompok 4 berubah warna
ditunjukkan pada Tabel 9 Luka berwarna menjadi merah kecoklatan sampai hari ke-10,
merah segar pada hari ke-1 rata-rata pada sedangkan rata-rata luka kelompok lainnya
semua perlakuan hingga hari ke-2 diberi skor masih berwarna merah pucat. Pada hari ke-
+4. Rata-rata kelompok 1, 2, 3 dan 5 masih 12, kebanyakan luka kelompok 4 berubah
berwarna merah segar, sedangkan warna menjadi merah rose sampai hari ke-14,
kebanyakan luka kelompok 4 sudah berubah sedangkan rata-rata luka kelompok lainnya
menjadi merah pucat. Pada hari ke-4, berubah menjadi merah kecoklatan. Pada hari
kebanyakan luka kelompok 3 masih berwarna ke-14, rata-rata semua luka sudah berubah
merah segar dan luka kelompok lainnya warna menjadi merah rose.
berwarna merah pucat. Pada hari ke-6,

Tabel 9. Skoring perubahan warna luka

Hari Ke-
Kelompok
0 2 4 6 8 10 12 14
K (+) +4 +4 +3 +3 +3 +3 +2 +1
K (-) +4 +4 +3 +3 +3 +3 +2 +1
PED 2,5% +4 +4 +4 +3 +2 +2 +2 +1
PED 5% +4 +3 +3 +2 +2 +2 +1 +1
PED 10% +4 +4 +3 +3 +3 +2 +2 +1
Keterangan :
K : Kontrol
PED : patch sederhana dari Ekstrak Daun kayu jawa.
+4 : Merah Segar
+3 : Merah Pucat
+2 : Merah Kecoklatan
+1 : Merah rose

178
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

Berdasarkan pengamatan patologi PED 5% memiliki volume ekstrak


anatomi yang telah dilakukan, menunjukkan daun kayu jawa dan propilen glikol yang sama
bahwa PED 2.5%, PED 10%, K(+) dan K(-) sehingga pencampurannya akan kental
dapat mempertahankan kelembaban hingga merata. Kekentalan pada larutan dapat
hari ke-8 sedangkan PED 5% sudah dalam menjadi barier fisik luka dari lingkungan sekitar
kondisi kering. Hal ini menunjukkan bahwa dan menciptakan lingkungan yang lembab.
propilen glikol dapat mempertahankan Keadaan yang lembab dapat membantu
kelembaban dan kering pada sediaan yang mempercepat pertumbuhan bakteri, sehingga
menyebabkan sel fibroblast dapat berproliferasi proses penyembuhan luka akan terhambat
ke dalam luka sehingga dapat terbentuk jaringan dengan adanya infeksi bakteri. Sehingga,
baru. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa PED apabila semakin banyak volume ekstrak dalam
2.5%, PED 10%, K(+) dan K(-) keropeng larutan maka volume bahan tambahan akan
masih tebal dan menutup seluruh luka hingga berkurang begitupula sebaliknya, hal ini yang
hari ke-8 sedangkan PED 5% keropeng sudah akan menyebabkan luka akan lebih lama
terbuka dan terbentuk jaringan yang baru. mengalami kelembaban ataupun lebih cepat
13
Dengan terbentuknya keropeng hal ini kering.
menunjukkan adanya jaringan mulai terbentuk Selain faktor kelembaban, kandungan
sebagai usaha mempercepat penyembuhan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun
luka. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kayu jawa juga sangat berpegaruh terhadap
PED 5% dapat mempercepat penyembuhan proses penyembuhan luka. PED 5%
luka sayat pada tikus karena perbandingan memberikan efek yang lebih cepat
antara bahan aktif dan bahan tambahan yang dibandingkan dengan PED 2.5% dan PED
setara. 10%. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa
Pada PED 2.5% terlihat bahwa kandungan ekstrak yang banyak tidak
campuran ekstrak daun kayu jawa dan menentukan akan memberikan efek
propilen glikol kurang menyatu dikarenakan penyembuhan luka yang paling cepat. Kadar
volume ekstrak daun kayu yang diberikan flavonoid akan mengalami penurunan pada
lebih sedikit. Pada PED 5% terlihat bahwa konsentrasi tinggi. Hal tersebut disebabkan
campuran sediaannya lebih rata karena oleh peningkatan kepekatan dari larutan yang
volume ekstrak daun kayu jawa dan propilen mengakibatkan penurunan aktivitas
glikolnya yang sama sehingga antioksidannya sehingga PED 5% yang
pencampurannya akan sangat menyatu. Dan memiliki konentrasi ektrak dan konsentrasi
pada PED 10% sangat terlihat jelas bahan tambahan yang seimbang dapat
14
perbedaan dari kedua sediaan patch mempercepat proses penyembuhan luka.
sederhana sebelumnya, karena jumlah ekstrak Hasil dari penelitian ini dapat
pada konsentrasi ini otomatis lebih banyak dipengaruhi keterbatasan dan kesalahan dari
sehingga propilen glikol tidak dapat menyatu peneliti. Pertama, pengukuran luas luka yang
sempurna dengan ekstrak daun kayu jawa tidak dilakukan setiap hari, sehingga selisih
sehingga sediaan PED 10% terlihat hanya ukuran luas luka setiap harinya tidak jelas.
dipenuhi ekstrak daun kayu jawa. Kedua, pengukuran luas luka yang tidak

179
Efektivitas patch sederhana dari ekstrak daun kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.)
Merr.) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus (Rattus norvegicus)

menggunakan penggaris jangka sorong, Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas


Kristen Maranatha, 2015.
sehingga akurasi dari ukuran luka tidak
terlihat. Ketiga, kesalahan terjadi dari peneliti 7. Mustika DG, Kardena IM, Pemayun
IGAGP. Efektivitas Plester Luka pada
yang kurang teliti dalam melaksanakan setiap
Aplikasi Penutup Luka Insisi Pasca
tahap selama proses penelitian berlangsung. Operasi. Buletin Veteriner Udayana.
2015;7(2):137-145.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang tekah 8. Wirastuty RY. Uji efektivitas gel ekstrak
etanol kulit batang kayu jawa (Lannea
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
coromandelica) pada kelinci (Oryctolagus
pemberian patch sederhana dari ekstrak daun cuniculus) sebagai obat penyembuhan
luka bakar. Journal Of Pharmaceutical
kayu jawa konsentrasi 2.5%, 5% dan 10%
Science And Herbal
dapat mempercepat proses penyembuhan Technology.2016;1(1):32-35.
luka sayat pada tikus dan pemberian patch
9. Allen LVJr. The Art, Science, and
sederhana dari ekstrak daun kayu jawa Technology of Pharmaceutical
Compounding. 2nd Ed. Washington, D. C.:
dengan konsentrasi 5% menunjukkan efek
American Pharmaceutical Association,
penyembuhan luka lebih cepat diantara 2002.
konsentrasi lain.
10. Waty HR. Modifikasi kitosan pada aplikasi
DAFTAR PUSTAKA plester luka berbasis kitosan (Chitoplast)
sebagai transdermal patch antibakteri
1. Mulyaningsih S, Darmawan E. Efek Anti
(Skripsi). Bogor: Departemen Teknologi
Artritis Pisang Ambon (Musa Paradisiaca
Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan
Sapientum L.) dan Lidah Buaya (Aloe
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Vera L.) Terhadap Adjuvant-Induced
2012.
Arthritic Pada Tikus. Biodiversitas.
2006;7(3):273-277.
11. Manurung NRM, Sumiwi SA. Aktivitas
antiinflamasi berbagai tanaman diduga
2. Thomas ANS. Tanaman Obat Tradisional.
berasal berasal dari flavonoid. Farmaka
Jakarta: Penerbit Kanisius,1992.
Suplemen.2017;14(2):111-122.
3. Rahayu S, Diah S dan P Suhardjono.
12. Qomariah S. Efektivitas salep ekstrak
Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara
batang patah tulang (Euphorbia tirucalli)
Tradisional oleh Masyarakat Lokal di
pada penyembuhan luka sayat tikus putih
Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara. Jurnal
(Rattus norvegicus)(Skripsi). Semarang:
Biodiversitas. 2006;7(3): 245-250.
Universitas Negri Semarang, 2014.
4. Sjamsuhidajat R dan De Jong W. Buku
13. Kumari S, Harjai K and Chhibber S.
Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
Topical Treatment of Klebsiella
EGC,2005.
Pneumoniae B5055 Induced Burn Wound
Infection in Mice Using Natural Product. J
5. Pavletic MM. Atlas Of Small Animal
Infect Dev Ctries. 2010;4(6):367-377.
Wound Management And Reconstructive
Surgery Third Edition. Iowa : W.B
14. Nijveldt RJ, Van Nood E, Van Hoorn DE,
Saunders Comapany,2010.
Boelens PG, Van Norren K, Van Leeuwen
PA. Flavonoids: a review of probable
6. Derrick. Aktivitas penyembuhan luka
mechanisms of action and potential
rimpang kunyit (Curcuma Longa Linn.)
applications. Am J Clin
terhadap luka insisi pada mencit Swiss-
Nutr.2001;74(4):418-25.
Webster jantan dewasa (Skripsi).

180

Anda mungkin juga menyukai