Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka terbuka yaitu luka yang melibatkan robekan pada kulit/membran mukosa,

penyebab luka terbuka bisa karena trauma oleh benda tajam atau trauma oleh benda tumpul.

Luka terbuka yang dibiarkan atau perawatannya tidak benar maka hal-hal yang dapat terjadi

diantaranya adalah infeksi yang ditandai terdapat nanah pada luka yang biasanya menimbulkan

warna kuning, hijau/coklat tergantung pada jenis bakteri penyebab, dan juga bisa ditandai

dengan demam, nyeri tekan serta nyeri pada daerah luka. Terpisahnya luka secara total dapat

menimbulkan eviserasi yaitu keluarnya organ visceral melalui luka yg terbuka, serta dapat

menimbulkan hematoma yaitu pengumpulan darah lokal dibawah jaringan. Hematoma seperti

bengkak/massa yang sering terlihat kebiruan (Sabiston, 2007).

Luka robek, laserasi, atau vulnus laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata,

compang-camping, bergerigi yang disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata,

seperti luka yang dibuat oleh kaca atau goresan kawat (Smeltzer, Bare, 2001).

Luka laserasi sekecil apapun, karena kelalaian yang biasa terjadi pada rumah tangga

umumnya dibiarkan sembuh dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan luka menjadi rentan

terkena infeksi, yang dapat menghambat kecepatan penyembuhan luka, sehingga diperlukan

penanganan yang tepat dan cepat untuk mengobati luka tanpa harus berobat ke rumah sakit

(Diegelmann, Evans, 2004). Luka yang tidak segera ditangani maka akan terjadi

pembengkakan dan perdarahan. Luka dalam akan membusuk dan akan mengeluarkan

pus/nanah sampai pada tahap infeksi (Sabiston, 2007).

Proses pengobatan luka robek membutuhkan hecting bagian dalam luka dengan

menggunakan catgut dan hecting bagian luar luka dengan menggunakan silk lalu diberi larutan

povidone iodine untuk mempercepat pengeringan luka dan mencegah infeksi serta tutup luka
dengan menggunakan kain kasa steril dan rekatkan dengan plester. Efek samping obat modern

yaitu povidone iodine menyebabkan iritasi, reaksi toksik dari povidone iodine, kulit terbakar

dan peubahan warna kulit karena zat warna yang ada dalam povidone iodine (Ika, 2014).

Di Indonesia kepercayaan masyarakat pada obat herbal terus meningkat. Menurut data

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, masyarakat yang memilih mengobati diri sendiri

dengan obat tradisional mencapai 29,69%, meningkat dalam waktu tujuh tahun dari yang

semula hanya 15,2%. Menurut WHO, 80% populasi di negara Asia dan Afrika menggunakan

cara pengobatan tradisional yaitu obat herbal karena lebih murah, lebih mudah didapat, dan

efek samping yang rendah (Kumar dkk, 2007). Faktor yang mendorong masyarakat untuk

menggunakan obat bahan alam antara lain mahalnya harga obat modern/sintetis dan banyaknya

efek samping (Hedi, Dewoto, 2007).

Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat peningkatan yang signifikan terhadap

aktivitas penyembuhan luka sayat pada hewan coba yang diberi ekstrak etanol cocor bebek

sebesar 86,3% dibandingkan dengan hewan coba pada kelompok kontrol 68% pada hari ke-11

setelah perlakuan (Nayak, Marshall, Isitor, 2010).

Salah satu alternatif pengobatan yang relatif lebih aman adalah dengan menggunakan

tumbuhan sebagai obat tradisional. Cocor bebek (Kalanchoe Pinnata) merupakan salah satu

tanaman yang berkhasiat obat. Cocor bebek berkhasiat antiradang, antiseptik, penghenti

perdarahan, antipiretik, dan mengurangi pembengkakan (Hasyim dkk, 2012). Cocor bebek

mengandung senyawa tannin, flavonoid, dan saponin yang dapat mempercepat waktu

penyembuhan luka (Arrany, 2013).

Tumbuhan cocor bebek tersebar merata secara geografis di daerah tropis, Afrika Selatan

dan daerah Asia Selatan. Di Indonesia, tumbuhan ini digunakan sebagai salah satu tumbuhan

obat yang digunakan dalam pengobatan terhadap infeksi, rematik, batuk, demam dan radang

(Hutapea, 1994).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang

pengaruh pemberian ekstrak topikal daun cocor bebek (kalanchoe pinnata) terhadap kecepatan

penyembuhan luka robek (vulnus laceratum) pada tikus putih jantan (rattus norvegicus strain

wistar).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak topikal daun cocor bebek (kalanchoe pinnata)

terhadap kecepatan penyembuhan luka robek (vulnus laceratum) pada tikus putih jantan (rattus

norvegicus strain wistar)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak topikal daun

cocor bebek (kalanchoe pinnata) terhadap kecepatan penyembuhan luka robek (vulnus

laceratum) pada tikus putih jantan (rattus norvegicus strain wistar).

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengukur kecepatan penyembuhan luka robek (vulnus laceratum) dalam

satuan hari pada tikus putih jantan (rattus norvegicus strain wistar).

2.Untuk mengetahui konsentrasi minimal yang terbaik pada ekstrak daun cocor bebek

(kalanchoe pinnata) dalam penyembuhan luka robek (vulnus laceratum).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan memberi informasi

ilmiah tentang ekstrak topikal daun cocor bebek (kalanchoe pinnata) dalam proses

penyembuhan luka robek (vulnus laceratum).


1.4.2 Manfaat Klinis

Memberikan kontribusi bagi praktisi kesehatan tentang penggunaan ekstrak topikal

daun cocor bebek (kalanchoe pinnata) pada proses penyembuhan luka robek (vulnus

laceratum).

Anda mungkin juga menyukai