Anda di halaman 1dari 15

1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela – zoster (VVZ) yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer (Handoko, 2011). Infeksi primer dengan virus varisela zoster menimbulkan varisela (cacar
air). Virus membentuk infeksi laten di ganglia dorsal sehingga menyebabkan terjadinya herpes
zoster (Arvin).
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia dan dapat muncul sepanjang tahun
karena tidak dipengaruhi oleh musim. Tidak ada perbedaan dalam morbiditas antara pria dan
wanita. Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara, diperkirakan ada sekitar 1,5-3 per 1000
orang per tahun pada segala usia dan kejadian meningkat tajam pada usia lebih dari 60 tahun yaitu
sekitar 7-11 per 1000 orang per tahun (Gnann dan Whitley, 2002). Insiden herpes zoster
meningkat seiring bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50
tahun dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun (Schmader & Oxman, 2012). Meningkatnya
insidensi pada usia lanjut ini berkaitan dengan menurunnya respon imun dimediasi sel yang dapat
pula terjadi pada pasien imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien dengan keganasan,
dan pasien yang mendapat obat imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien imunokompeten
pun besar. Herpes zoster sendiri meskipun bukan penyakit yang life-threatening, namun dapat
menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang dialami saat timbul
lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga dapat menggangu kualitas
hidup pasien – suatu keadaan yang disebut dengan neuralgia paska herpetika (NPH) (Johnson,
2009).
Mengingat insidens, dampak yang signifikan terhadap kualitas kehidupan, baik pasien maupun
keluarganya, dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan herpes zoster dan
komplikasinya, diperlukan pencegahan antara lain dengan cara vaksinasi.
Beberapa studi uji klinis dengan jumlah sampel besar telah dilakukan untuk membuktikan
efektivitas vaksin herpes zoster. Salah satu studi terbesar adalah oleh Oxman, dkk. Melibatkan
38.546 individu berumur lebih dari 60 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin
dapat menurunkan angka kejadian herpes zoster sebesar 51,3% dan angka komplikasi neuralgia
pascaherpetika sebesar 66,5%. Efektivitas vaksin herpes zoster dipengaruhi oleh faktor usia
resepien, lebih baik pada kelompok usia lebih muda (60-69 tahun) dibandingkan dengan
kelompok usia lebih dari 70 tahun, yaitu 63,9% berbanding 37,6%, dalam menurunkan insidens
herpes zoster. Selain untuk pencegahan, vaksin juga bermanfaat menurunkan lama nyeri apabila
individu tersebut terkena herpes zoster. Dalam studi ini efek samping yang sering ditemukan
bersifat lokal pada lokasi penyuntikan, yaitu berupa eritema, nyeri, bengkak, dan gatal (Oxman,
dkk, 2005). Hingga saat ini, vaksin herpes zoster hanya direkomendasikan untuk diberikan satu
kali. Beberapa studi menunjukkan bahwa efektivitas vaksin terhadap pencegahan insidens herpes
zoster dan neuralgia pascaherpetika akan menurun seiring waktu. Penurunan efektivitas terjadi
setelah satu tahun pertama pemberian, namun tetap efektif hingga 5 tahun pertama Schmader, dkk,
2012). Pada studi follow up tahun 2015 yang melibatkan 6.867 resipien vaksin herpes zoster,
ditemukan bahwa vaksin herpes zoster efektif mengurangi insidens herpes zoster hanya hingga 8
tahun sejak pemberian (Morrison, dkk, 2015).
Vaksin hanya dapat digunakan untuk usia lanjut dan hanya efektif bekerja selama 8 tahun serta
memiliki efek samping. Oleh karena itu, penelitian zat yang berkhasiat sebagai antiirus perlu
dilakukan untuk menemukan produk ativirus yang berpotensi untuk menghambat atau membunuh
virus dengan harga yang terjangkau dan menggunakan bahan yang alami tanpa efek samping.
Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif antivirus yang
terkandung dalam tanaman obat binahong dan mahkota dewa untuk melawan virus vasrisela
zozter yang menyebabkan penyakit herpes zoster.
Salah satu tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat yaitu daun
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Manfaatnya dapat di temui hampir di setiap bagian
tumbuhan, meliputi batang, daun, biji, daging dan kulit buah yang didalamnya terkandung
senyawasenyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tannin, polifenol, fenol, lignan, minyak
2

asiri dan sterol. 2,3 5-7 Diantara senyawasenyawa tersebut flavonoid dan saponin mempunyai
bermacam-macam efek, yaitu antitumor, anti HIV, immunostimulant, antioksidan, analgesik,
antiradang (antiinflamasi), antivirus, antibakteri, antifungal, antidiare, antihepatotoksik,
antihiperglikemik dan sebagai vasodilator (Soeksmanto, 2006).
Binahong atau Anredera cordifolia (Ten.) Steenis merupakan tanaman yang memiliki nama
genus Anredera dan tergolong Famili Basellaceae (Walters., 1989). Tumbuhan ini sering
digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, diantaranya untuk menyembuhkan luka
bakar, luka setelah operasi, rematik, asam urat, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus,
stroke, wasir, radang usus (Manoi., 2009)
Binahong memiliki akar, umbi, batang, bunga, daun yang mengandung senyawa aktif yaitu
flavonoid, alkanoid, terpenoid dan saponin. Senyawa aktif flavonoid dapat berperan langsung
sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus(
Rimporok, 2015).
Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari bahan dasar sabun dengan
penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi
pada kulit. Sabun cair merupakan produk yang lebih banyak disukai dibandingkan sabun padat
oleh masyarakat sekarang ini, karena sabun cair lebih higienis dalam penyimpanannya dan lebih
praktis dibawa kemana-mana (Depkes RI, 1996).
Pada penelitian ini kami memanfaatkann perpaduan antara mahkota dewa dan daun binahong
yang mengandung zat antivirus sebagai solusi pengobatan herpes zoster dalam bentuk sabun cair.
Digunakan sabun cair karena sabun cair dengan sediaan nanoemulsi lebih higenis penyimpannya
dan untuk mengurangi resiko penularan penyakit herpes zoster.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode pembuatan sediaan nanoemulsi sabun cair dari daun binahong dan
mahkota dewa ?
2. Bagaimana pemanfaatan dan pembaruan mahkota dewa dan binahong dalam mengobati
penyakit herpes zoster?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Dapat membuat sediaan nanoemulsi sabun cair dari daun binahong dan mahkota dewa
dengan metode ekstraksi
2. Dapat memanfaatkan dan membaharui daun binahong dan mahkota dewa dalam
pengobatan penyakit herpes zoster
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Herpes

Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan kadang-
kadang di dalam sel satelit ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik saraf kranial
menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan segmen yang
dipersarafinya(Cipta & Oleh, n.d.)
Prevalensi herpes zoster tidak dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, atau musim.
Insiden penyakit ini meningkat sejalan dengan pertambahan usia dan jarang ditemukan
pada anak-anak. Herpes zoster dapat terjadi pada anak yang memiliki riwayat infeksi
primer intrauterin, kondisi imunokompromais, dan yang terinfeksi varisela pada tahun
pertama kehidupannya (Rsup & Kandou, n.d.)
Selama fase reaktivasi, dapat terjadi infeksi VVZ di dalam sel mononuklear darah
tepi yang biasanya subklinis. Faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan reaktivasi
adalah: pajanan VVZ sebelumnya (cacar air, vaksinasi), usia lebih dari 50 tahun,
keadaan imunokompromais, obat-obatan imunosupresif, HIV/AIDS, transplantasi
sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid jangka panjang, stres psikologis,
trauma dan tindakan pembedaan (Cipta & Oleh, n.d.)

2.2 Tanaman Dewa Merah


Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) adalah salah satu tanaman
obat asli Indonesia. Mahkota dewa merupakan tanaman perdu, termasuk famili
Thymealeaceae. Kulit buah mahkota dewa mengandung senyawa alkaloid, saponin,
dan flavonoid, sedang pada daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol
(“almahdy_-_mdewa_in_vivo,” n.d.)
Sistematika tumbuhan mahkota dewa adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Dicotyledon
Kelas : Thymelaeales
Famili : Thymelaeaceae
Marga : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa
(Hartono, H. Soesanti, 2004).
Gambar 1. Tanaman Dewa Merah

Tanaman daun dewa mengandung berbagai unsur kimia, antara lain saponin,
flavonoid, minyak atsiri, dan antikoagulan. Kandungan minyak atsiri daun dewa
berperan sebagai anti inflamasi yang mampu menghambat enzim siklooksigenase
yang berfungsi mengubah asam arachidonat menjadi prostaglandin aktif yang
merupakan suatu mediator nyeri dan inflamasi, kandungan aktif flavonoid yang
mempunyai efek sebagai anti-inflamasi, saponin dengan manfaat yaitu mengurangi
gejala inflamasi (menghambat eritema dan edema), anti mikroba, mempengaruhi
kolagen, serta memperbaiki dan menguatkan sel-sel kulit (Setyoadi & Sartika, 2010)
4

2.3 Daun Binahong


Binahong merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
mengobati berbagai macam penyakit, diantaranya untuk pengobatan luka bakar. Belum
banyak penelitian mengenai ekstrak daun binahong sebagai obat atau penghambat
virus herpes, namun dalam daun binahong terdapat kandungan minyak atsiri yang
dapat membantu tumbuh kembangnya virus dan antibakteri pada kulit. Selain itu, daun
binahong juga memiliki kandungan saponin dan flavanoid.
Binahong yang mengandung flavanoid dan saponin yang secara jelas dapat
menghambat pertumbuhan bakteri karena mengandung antibakteri karena kedua bahan
itu dapat melisis dinding dari bakteri(Kurniawan & Aryana, 2015)
Secara ilmiah, tanaman Binahong atau dengan nama Latin Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales (Tjitrosoepomo, 2010).
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Species :Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis (Bacer dan Bakhuizen, 1968)
Gambar 2. Daun Binahong

2.4 Nanoemulsi
Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan, tembus cahaya dan merupakan
dispersi minyak air yang distabilkan oleh lapisan film dari surfaktan Universitas
Sumatera Utara 12 atau molekul surfaktan yang memiliki ukuran droplet 50-500 nm
(Shakeel et al., 2008). Nanoemulsi memiliki bentuk fisik yang transparan atau
translucent. Nanoemulsi memiliki beberapa keuntungan antara lain memiliki luas
permukaan yang lebih besar dan bebas energi. Nanoemulsi tidak menunjukkan
masalah dalam ketidakstabilan seperti pada makroemulsi yaitu creaming, flokulasi,
koalesens, dan sedimentasi. Nanoemulsi juga dapat dibentuk dengan formulasi yang
bervariasi seperti krim, gel cairan, spray, foam. Selain itu, nanoemulsi juga tidak
toksik, dan tidak mengiritasi, oleh karena itu dapat diaplikasikan dengan mudah
melalui kulit maupun membran mukosa (Shah, et al., 2010).
5

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Ilmu
Kimia dan Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia,
D.I.Yogyakarta selama lima bulan.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penellitian ini antara lain adalah daun binahong,
HPMC, TEA (Trietilamin), Metil paraben, Propil Paraben, Gliserin dan air suling,
suspensi Staphylococus aureus, NaCl fisiologis, kertas saring, media agar. Pelarut dan
pereaksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi air, akuades, minyak zaitun, HCL 2
N, gelatin 1%, natrium klorida 10%, FeCl31%, asam asetat 10%, metanol, serbuk Mg,
HCl pekat, pereaksi mayer, bouchardat, dan dragendorff, rutin, AlCl3 10%, NaNO25%,
NaOH4%. Sedangkan alat yang digunakan adalah timbangan digital, oven, alat infus,
kompor, kuali, panci, kain batis, gelas ukur, gelas piala, tabung reaksi, autoklaf,
homogenaizer, Vacum Dry, Moisture Balance, tanur, krus, pH meter, spektrofotometer
UV-Vis, ayakan mesh 30, termometer, viskometer Brookfield. 10 % FBS, 5% CO2, sel
vero, RT PCR
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (pure experimental)
dengan rancangan posttest-only with control group design.
3.4 Identifikasi Variabel
Pada percobaan kali ini variabel-variabel yang digunakan adalah :
a. Variabel terikat : Jumlah virus pada herpes zoster pada sel vero
b. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa dan daun
binahong pada sabun.
c. Variabel kontrol :
1) Pembuatan sel vero yang dihinggapi virus.
2) Waktu pengaplikasian perlakuan dan pengambilan sampel.

3.5 Skema Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan teknologi nanoemulsi
dengan ekstrak buah mahkota dewa dan daun binahong sebagai obat dari penyaki herpes
zoster.
3.6 Tahapan Penelitian
3.6.1 Pembuatan Ekstrak Kental Daun Binahong
Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode maserasi cara dingin dengan
menggunakan pelarut etanol 96%. Daun Binahong basah didapatkan sebanyak 30 kg,
setelah melalui pengeringan diperoleh serbuk simplisia 5,56 Kg. Sebanyak 450 gram
simplisia yang telah halus direndam dalam pelarut etanol 96 % sebanyak 4500 ml
dengan perbandingan 1:10 selama tiga hari. Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan
dengan vacum dry
3.6.2 Ekstraksi mahkota dewa secara remaserasi dengan Etanol 96%
Buah mahkota dewa yang telah dipotongpotong ditimbang dan dimasukkan ke
dalam sebuah bejana maserasi, ditambah etanol 96% dengan perbandingan 10 bagian
simplisia dan 75 bagian pelarut, kemudiaan ditutup. Penyarian dilakukan secara
remaserasi selama 5x24 jam. Pengadukan dilakukan selama kurang lebih tiap 3 jam
sekali untuk bertujuan memaksimalkan penarikan senyawa aktif dan proses
pendiaman selama 1 hari. Dilakukan penggantian pelarut tiap 1x24 jam. Hasil ekstrak
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada rotary evaporator dan diuapkan
lewat pemanasan hingga diperoleh ekstrak kental.
6

3.6.3 Penyiapan Formula Sediaan Sabun Cair

Sediaan sabun cair yang mengandung ekstrak Mahkota Dewa dan Daun Binahong
dibuat dalam 4 formula dengan variasi konsentrasi yang berbeda. Cara pembuatannya
yaitu Na lauril sulfat ditambah dengan NaCl, diaduk hingga homogen, lalu tambahkan
asam sitrat dan propilenglikol. Ditambahkan aqua destillat sebagian dan ditambahkan
ekstrak mahkota dewa dan daun binahong, diaduk hingga homogen. Setelah semua
bahan tercampur baru dicukupkan dengan aqua destillata hingga 100 ml.
3.6.4 Uji fitokimia
a. Uji Saponin
Masukkan 0,5 gram ekstrak ditambahkan 5 mL akuades dalam tabung reaksi.
Larutan dikocok kuat dan diamati adanya buih yang stabil. Ditambahkan 3
tetes minyak zaitun kedalam buih dan dikocok kuat sampai teramati emulsi
yang stabil (Rajendra et al., 2011).
b. Uji Tanin
Sebanyak 0,5 g ekstrak daun pepaya dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian dipanaskan di atas penangas air lalu
diteteskan dengan larutan gelatin 1% dan natrium klorida 10% (1:1). Hasil positif
terbentuknya endapan putih (Rajendra et al, 2011).
c. Uji flavonoid
Terdapat tiga metode yang digunakan untuk uji flavonoid. Pertama, beberapa tetes
FeCl31% ke dalam beberapa bagian larutan ekstrak. Warna hijau kehitaman
menunjukkan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan asam asetat 10%
ditambahkan ke dalam beberapa bagian ekstrak. Endapan kuning menandakan
adanya flavonoid. Ketiga, sejumlah ekstrak dilarutkan dalam metanol, lalu
ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCL pekat dari sisi tabung. Terbentuk
warna jingga menunjukkan adanya flavonoid (Rajendra et al, 2011).
d. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL asam alkohol, didihkan dan
disaring. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan 2 mL larutan ammonia dan 5 mL
kloroform lalu dikocok kuat. Lapisan kloroform terbentuk diekstrak dengan 10 mL
asam asetat.

3.6.5 Pembuatan Sediaan Sabun Gel


Diambil masing-masing 14%, 17%, dan 20% ekstrak kental daun binahong
dilarutkan dalam air panas (100°C) hingga larut (larutan 1). Basis disiapkan dengan
cara mengembangkan HPMC didalam air panas (100°C) 20 mL hingga mengembang
sempurna (larutan 2),. Na benzoat dilarutkan didalam air panas sebanyak 15 mL
(larutan 3), kemudian TEA, Metil paraben, dan Propil paraben dilarutkan dalam air
panas 10 ml (larutan 4). Dicampur larutan 3 dan larutan 4 dengan larutan 1 dan larutan
2, diaduk hingga homogen. Ditambahkan air mendidih hingga volume 100 mL
kemudian diaduk menggunakan alat homogenaizer. Didinginkan larutan, dimasukkan
dalam wadah botol yang sudah disterilkan sebelumnya. Sabun gel disimpan dalam
suhu kamar dan suhu dipercepat.

3.6.6 Pembuatan Nanoemulsi


Pembuatan sabun nanoemulsi dengan mencampurkan sediaan nanoemulsi dan
sabun dengan perbandingan tertentu. Pada percobaan pendahuluan dilakukan
pembuatan sediaan dengan perbandingan basis gel dan nanoemulsi 1:1, 1:2, 1:3, 1:4,
dan 1:5. Kemudian di dapat perbandingan yang paling sesuai dari tampilan fisik dan
kekentalannya yaitu pada perbandingan 1:4 yaitu masih berwarna kuning transparan
dan mudah mengalir. Pada proses pembuatan emulsi, dibuat terlebih dahulu masing-
7

masing komponen sabun dan emulsi, selanjutnya kedua komponen tersebut


dicampurkan dengan perbandingan sama banyak 1:1 (Preeti dan Gnanaranjan, 2013).
Diawali dengan Karbopol 940 ditambahkan dengan sebagian jumlah aquadest hingga
terdispersi seluruhnya dan dihomogenkan di dalam lumpang. ekstrak mahkota dewa
dan daun binahong dicampurkan dalam minyak zaitun dan Span 80 yang telah
ditimbang ke dalam gelas beaker dan diaduk homogen, selanjutnya dipanaskan fase
minyak pada suhu 600C, ini sebagai fase minyak. dicampurkan metil paraben, propil
paraben, propilen glikol, yang telah ditimbang ke dalam gelas beaker dan diaduk
homogen. Selanjutnya dimasukkan Tween 80 yang telah ditimbang kedalam fase air
dan diaduk homogen, dimasukkan gliserin yang telah ditimbang ke dalam fase air,
Selanjutnya fase air dipanaskan pada suhu 600C hingga larut. ini sebagai fase air. Lalu
dimasukkan fase minyak yang telah dipanaskan ke dalam lumpang yang berisi larutan
CMC Na kemudian dihomogenkan. Dan dimasukkan fase air yang telah dipanaskan
sedikit demi sedikit ke dalam lumpang sambil digerus cepat hingga terbentuk massa
emulsi gel.

3.6.7 Evaluasi Sabun Gel


a. Uji Organoleptik, Uji ini meliputi penilaian terhadap karakteristik sediaan sabun
gel yang meliputi warna, aroma dan tekstur dari sabun gel ekstrak daun binahong.
b. Uji pH : Pengukuran nilai pH bertujuan untuk mengetahui nilai sabun gel daun
binahong, pengukuran menggunakan alat pH meter.
c. Uji Viskositas: Pengukuran sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield dengan kecepatan dan no spindel tertentu hingga mencapai torsi 100%
pada suhu kamar dan suhu dipercepat.
3.6.8 Uji Infeksi Virus

Sel vero ditumbuhkan pada media M-199, kemudian ditambah 10 % FBS dan
diinkubasi pada suhu 37°C dengan 5 % CO2. Sel vero dengan kepadatan 5 x 105 sel
per well (sumuran) ditumbuhkan dalam well plate yang diberi deck glass yang dilapisi
poly elysin sebagai tempat menempelnya sel. Plate yang digunakan masingmasing
untuk kelompok inkubasi 1 hari dan 3 hari. Uji coba dilakukan pada 1) kelompok yang
diinfeksi virus herpes zoster yang diberi sediaan sabun gel dan diinkubasi 1 hari; 2)
kelompok diinfeksi virus yang diberi senyawa PGV-0 dan diinkubasi 1 hari; 3) kontrol
positif (sel diinfeksi virus 2 dan diinkubasi 1 hari) dan kontrol negatif (sel tidak
diinfeksi dan diinkubasi 1 hari). Pembagian kelompok pada sel yang diinfeksi virus
herpes zoster yang diinkubasi selama tiga (3) hari juga sama dengan kelompok yang
diinfeksi virus yang diinkubasi 1 hari. Masing-masing uji dibuat 3 ulangan. Di akhir
perlakuan cairan/supernatan dari masing-masing sumur digunakan untuk pemeriksaan
RT-PCR. Masa inkubasi infeksi virus pada sel vero adalah 1 dan 3 hari. Pemilihan 1
dan 3 hari inkubasi infeksi dimaksudkan untuk mengetahui efek sediaan sabun dan
PGV-0 jika diberikan pada awal infeksi dan fase lebih lanjut dari infeksi. Konsentrasi
ekstrak pada sabun dan PGV-0 yang diberikan sesuai dengan hasil uji sitotoksik yang
sudah dilakukan sebelumnya. Lalu di deteksi antigen virus herpes zoster dengan RT-
PCR16
8

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Ringkasan anggaran biaya ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rupiah)

1 Peralatan penunjang 4.200.000

2 Bahan habis pakai 3.500.000

3 Biaya Perjalanan 2.000.000

4 Lain – lain (Publikasi, seminar) 2.800.000

TOTAL 12.500.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Ringkasan jadwal kegiatan ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan


No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5
1 Studi pustaka

2 Penyiapan alat dan bahan

Tahap Ekstraksi Mahkota Dewa


3
dan Binahong
Pembuatan Sabun Cair dengan
4 sediaan nanoemulsi

Uji Sabun Cair pada Virus


5 Herpes Zooster
6 Pengamatan dan analisis data

7 Pembuatan laporan dan


Publikasi
9

DAFTAR PUSTAKA

Almahdy_-_mdewa_in_vivo. (n.d.).
Arvin AM.Virus varisela-zoster. In:Wahab AS, editor. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Volume 2.
Jakarta: EGC.h.1097-100
Cipta, H., & Oleh, D. (n.d.). Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI).
Gnann JW, Whitley RJ. 2002. Herpes Zoster. New England Journal. Medicine;347(5):340–6.
Handoko RP. Penyakit virus. In: Djuanda A, ketua editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
ke 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.110-28.
Johnson RW. 2010. The impact of herpes zoster and post-herpetic neuralgia on quality of life.
BioMed Central Medicine Journal;8:37-42.
Kurniawan, B., & Aryana, W. F. (2015). BINAHONG ( Cassia Alata L ) AS INHIBITOR OF
ESCHERICHIACOLI GROWTH. J Mayority, 4, 100–104.
Manoi, F., dan Ballitro, 2009, Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat,
Morrison VA, Johnson GR, Schmader KE, Levin MJ, Zhang JH, Looney DJ, et al. Long-term
persistence of zoster vaccine efficacy. Clin Infect Dis. 2015;60(6):900-9.
Oxman MN, Levin MJ, Johnson GR, Schmader KE, Straus SE, Gelb LD, et al. A vaccine to
prevent herpes zoster and postherpetic neuralgia in older adults. N Engl J Med.
2005;352(22):2271-84.
Preeti, B., dan Gnanaranjan, G. (2013). Emulgels : A Novel Formulation Approach For Topical Delivery
Of Hydrophobic Drug. International Research Journal of Pharmacy. 4(2): 12-16.
Rsup, R., & Kandou, P. R. D. (n.d.). Herpes Zoster pada Anak – Laporan Kasus, 1–4.
Rajendra CE, Gopal S.M, Mahaboob A.N, Yashoda S.V, Majula M., 2011. Phytochemical Screening of The Rhizome
of Kaemferia Galanga, International journal of Phar-macognosy and Phytochemical Research, 3 (3): 61-63.
Schmader KE, Oxman MN. 2012. Varicella and Herpes Zoster. In: Wolff Kl, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatric'k Dermatology in General Medicine.
8th ed: New York : Mc Graw-Hill;. p. 2383-401
Schmader KE, Oxman MN, Levin MJ, Johnson G, Zhang JH, Betts R, et al. Persistence of the
efficacy of zoster vaccine in the shingles prevention study and the shortterm persistence
substudy. Clin Infect Dis. 2012;55(10):1320-8.
Shah, P.,Bhalodia D., Shelat P. (2010). Nanoemulsion: A Pharmaceutical Review, Sys Rev Pharm: India.
1(1):25-26.
Shakeel, F., Baboota, S., Ahuja, A., Ali, J., Aqil, M., and Shafiq, S. (2008). Stability evaluation of
celecoxib nanoemulsion containing tween 80. Thai Journal Pharm. Sci. 32, 49.
Setyoadi, & Sartika, D. D. (2010). Efek lumatan daun dewa ( gynura segetum) dalam
memperpendek waktu penyembuhan luka bersih pada tikus putih. Jurnal Keperawatan
Soedirman ( The Soedirman Journal of Nursing), 5(3), 127–135. Retrieved from
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/185/86gmbran
Soeksmanto A. Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa. Vol 7.No3.h.278-279.2006.
Available from:http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070317.pdf [25-10-2012]
10

LAMPIRAN

1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Tiara Zulha Rosdianti
2 Jenis Kelamin P
3 Program Studi Ilmu Kimia
4 NIM 17612076
5 Tempat tanggal lahir Tasikmalaya, 1 Maret 1999
6 E-mail tiaraaazr@gmai.com
7 Nomor telpon/HP 081223550104

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Al – SMP Al – SMA Al –
Muttaqin Muttaqin Muttaqin
“Fullday School” “Fullday School” “Fullday
Tasikmalaya Tasikmalaya School”
Tasikmalaya
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 2005 - 2011 2011 - 2014 2014 – 2017

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/ Seminar Tempat
1

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawakan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan program kreativitas mahasiswa-penelitian.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Pengusul,

(Tiara Zulha Rosdianti)


11

2. Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Ninda Yulia
2 Jenis Kelamin P
3 Program Studi Ilmu Kimia
4 NIM 17612088
5 Tempat tanggal lahir Lebak, 30 juli 1999
6 E-mail denindayulia@gmail.com
7 Nomor telpon/HP 087821222524

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

SDN 03 Muara MTsN Model SMAN 1


Nama Institusi
Pandeglang 1 Pandeglang

Jurusan IPA
Tahun masuk-lulus 2005 - 2011 2011 - 2014 2014 – 2017

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/ Seminar Tempat
1

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawakan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan program kreativitas mahasiswa-penelitian.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Pengusul,

(Ninda Yulia)
12

3. Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Dwi Anggraeni Sukaesih


2 Jenis Kelamin P
3 Program Studi Ilmu Kimia
4 NIM 17612090
5 Tempat tanggal lahir Banyumas, 18 Agustus 1998
6 E-mail Dwianggra49@gmail.com
7 Nomor telpon/HP 085700082873

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

MI Islamiyah SMAN 1
Nama Institusi MTsN 1 Rowokele
Prembun Rowokele

Jurusan
Tahun masuk-lulus 2005 - 2011 2011 - 2014 2014 – 2017

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/ Seminar Tempat
1

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawakan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan program kreativitas mahasiswa-penelitian.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Pengusul,

(Dwi Anggraeni)
13

4. Biodata Dosen Pembimbing


5. A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telpon/HP

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Institusi

Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar

D. Penghargaan 10 Tahun Terakhir


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawakan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan program kreativitas mahasiswa- penelitian.

Yogyakarta, 24 Oktober 2018


Pembimbing,
14

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Program Alokasi Waktu


No Nama/ NIM Bidang Uraian Tugas
Studi (jam/minggu)
1 Tiara Zulha Ilmu Sains 30 jam/minggu - Mengkoordinir
Rosdianti/17612 Kimia tim dalam
076 melaksanakan
penelitian,
- Mengevaluasi
dan
menganalisis
data penelitian
- Mengumpulka
n laporan
penelitian
2 Aditya Ilmu Sains 30 jam/minggu - Melakukan
Sewanggara Kimia ekstraksi
Amatyawangsa Daun
Wicaksana/ binahong
15612202 dan
Mahkota
dewa

- Melakukan
analisis
menggunakan
Spektrofotome
ter UV-VIS
- Penanggung
jawab desain,
publikasi, dan
dokumentasi.
3 Kartika Farmasi Sains 30 jam/minggu - Melakukan
Puspitasari/ pembuatan
16613004 sediaan
nanoemulsi

- Melakukan uji
Pada
virus
herpes
- Penanggung
Jawab
keuangan dan
administrasi
15

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tiara Zulha Rosdianti
NIM : 17612076
Program Studi : Ilmu Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-P saya dengan judul Ekstrak
DEWA HONG “Mahkota Dewa dan Daun Binahong” Sebagai Sabun Gel
Dengan Sediaan Nanoemulsi Untuk Virus Herpes Zoster yang dusulkan untuk
tahun anggaran 2019 adalah asli karya kami dan belum pernah dibiayai oleh
lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.

Yogyakarta, 30 Oktober 2017


Mengetahui Yang menyatakan,
Wakil Rektor III
Bidang Kemahasiswaan

Ir.Agus Taufiq, M.Sc. Tiara Zulha Rosdianti


NIP. 875210101 NIM.17612076

Anda mungkin juga menyukai