Anda di halaman 1dari 16

HERPES ZOOSTER

Tugas Mata Kuliah Patofisiologi Penyakit Infeksi Dan Defisiensi

Dosen Pengampu Dosen Dwi Lestari, S. Gz. M. PH

Disusun oleh :

Auliya Nurhalimah(2109060016)

Kelas : Semester 5 (A)

PRODI ILMU GIZIFAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM

2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puja & puji syukur atas rahmat dan ridho
Allah SWT. Yang telah meridhoi saya, memberikan kesehatan, dan kesejahteraan
pada saya dalam menyelesaiakan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dan
tidak lupa pula kita haturkan shalawat beserta salam kepada nabi besar kita
Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang .

Makalah ini berisikan tentang materi pengertian herpes zooster,


patofisiologi penyakit herpes zooster, penanganan herpes zooster, pencegahan
herpes zooster dan peranan nutrisi untuk penyakit herpes zoster.

Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih atas bimbingan Ibu Dosen Dwi
Lestari, S. Gz. M. PH. pembimbing mata kuliah Patofisiologi Penyakit Infeksi
Dan Defisiensi yang membimbing saya dalam pembuatan makalah ini. Sehingga
saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya menyadari sepenuhnya
bahawa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang mesti saya
perbaiki kedepannya, maka dari itu saya selaku pemilik makalah meminta saran
dan perbaikan yang membangun demi kebaikan bersama.

Mataram 27 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Pengrtian Pengertian Herpes Zooster ...................................................4
B. Patofisiologi penyakit Herpes Zooster .................................................6
C. Penanganan Herpes Zooster .................................................................8
D. Pencegahan Herpes Zooster .................................................................9
E. Peranan Nutrisi untuk penyakit Herpes Zooster ..................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Herpes zoster (HZ) pada dasarnya merupakan penyakit jaringan saraf

tetapi manifestasi akut dan jangka panjang memerlukan pengetahuan

multidisiplin dan keterlibatan dalam penatalaksanaannya. Komplikasi dapat

bersifat dermatologis (misalnya infeksi bakteri sekunder), neurologis

(misalnya nyeri jangka panjang, paresis segmental, stroke), oftalmologis

(misalnya keratitis, iridosiklitis, glaukoma sekunder) atau visceral (misalnya

pneumonia, hepatitis). Peningkatan kejadian HZ dan komplikasinya yang

berkaitan dengan usia diduga disebabkan oleh menurunnya imunitas seluler

(imunosenescence), tingginya kejadian penyakit penyerta seiring

bertambahnya usia, dan perubahan sosial-lingkungan. Individu yang

mengalami gangguan kekebalan akibat penyakit atau terapi juga berisiko

lebih tinggi, tidak bergantung pada usia. HZ dan komplikasinya (khususnya

neuralgia pascaherpetik) menimbulkan beban yang signifikan bagi pasien,

perawat, sistem layanan kesehatan, dan pemberi kerja. Pencegahan dan

pengobatan komplikasi HZ tetap menjadi tantangan terapeutik meskipun ada

kemajuan terkini. Ini merupakan ikhtisar mengenai implikasi multidisiplin

dan penatalaksanaan HZ yang juga membahas potensi kontribusi vaksinasi

dalam mengurangi kejadian HZ dan komplikasinya (Johnson 2015).

Herpes zoster, juga dikenal sebagai herpes zoster, adalah sindrom

virus yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster. Setelah episode

1
varicella (cacar air), virus varicella-zoster tetap tidak aktif di sistem

saraf. Herpes zoster biasanya terjadi pada orang dewasa atau lanjut

usia. Kegiatan ini menguraikan presentasi, evaluasi, dan pengelolaan herpes

zoster dan menyoroti peran tim interprofesional dalam menangani pasien

dengan kondisi ini.

Herpes zoster umumnya dikenal sebagai herpes zoster. Ini adalah

penyakit virus yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster yang

tetap tidak aktif di ganglia sensorik saraf kranial atau ganglia akar dorsal

setelah infeksi varicella sebelumnya. Varicella umumnya dikenal sebagai

cacar air; itu terjadi pada anak-anak sedangkan herpes zoster terjadi pada

orang dewasa atau orang tua. Zoster diyakini terjadi karena kegagalan sistem

pertahanan kekebalan dalam mengendalikan replikasi laten virus. Kejadian

herpes zoster sangat berkorelasi dengan status kekebalan tubuh. Individu

yang memiliki tingkat kekebalan yang tinggi jarang terserang herpes

zoster. Infeksi ini tidak jinak dan dapat muncul dalam berbagai

bentuk. Bahkan setelah herpes zoster sembuh, banyak pasien terus menderita

nyeri sedang hingga parah yang dikenal sebagai neuralgia pascaherpetik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat di

rumuskan yaitu :

 Pengertian Herpes Zooster


 Patofisiologi penyakit Herpes Zooster
 Penanganan Herpes Zooster

2
 Pencegahan Herpes Zooster
 Peranan Nutrisi untuk penyakit Herpes Zooster
C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat di

rumuskan yaitu :

 Dapat Mengetahui Pengertian Herpes Zooster


 Dapat Mengetahui Patofisiologi penyakit Herpes Zooster
 Dapat Mengetahui Penanganan Herpes Zooster
 Dapat Mengetahui Pencegahan Herpes Zooster
 Dapat Mengetahui Peranan Nutrisi untuk penyakit Herpes Zooster

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Herpes Zooster


Herpes zoster atau cacar ular adalah penyakit yang ditandai dengan
timbulnya ruam dan bintil berisi air yang disertai nyeri pada salah satu sisi
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang juga
menjadi penyebab cacar air. Herpes zoster atau cacar api tidak mengancam
jiwa, tetapi dapat menimbulkan nyeri yang sangat mengganggu. Umumnya,
kondisi yang juga dikenal sebagai penyakit dompo ini hanya terjadi satu kali.
Namun, pada kasus yang jarang terjadi, orang yang pernah terkena herpes
zoster bisa mengalami kekambuhan.
Herpes zoster atau cacar api (penyakit dompo) adalah infeksi pada saraf
dan kulit di sekitarnya yang penyebabnya oleh virus. Saat terjadi, penyakit ini
dapat menyebabkan ruam yang menyakitkan. Penyakit ini paling sering
muncul sebagai satu garis lepuh di sisi kiri atau kanan pada tubuh. Kondisi ini
terjadi akibat infeksi virus varisela zoster, yaitu virus yang sama dengan
penyebab cacar air. Virus penyebab penyakit ini dapat menetap di sekitar
tulang belakang atau dasar dari tulang tengkorak tubuh, bahkan setelah cacar
air sembuh. Setelah bertahun-tahun kemudian, virus dapat kembali aktif
sehingga menyebabkan herpes zoster.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Herpes Zoster bisa dikatakan
sebagai ‘kakak’ dari penyakit cacar air atau herpes simplex yang sering sekal
diderita oleh setiap manusia semasa kecilnya. Ya, ini dikarenakan virus yang
menyebabkan dua penyakit cacar ini ialah virus yang sama yang disebut virus
Varicela Zoster. Bila terserang virus satu ini, maka otomatis kulit dan bagian
saraf di kulit si penderita akan mengalami infeksi dan peradangan dan
menimbulkan ruam ruam merah yang berbintik bintik dan berisi cairan.
Penderita akan merasakan rasa nyeri dan gatal ketika bintik bintik ini muncul
di sekeliling tubuhnya. Bisa dikatakan bahwa hampir semua orang pasti akan
terkena cacar air atau herpes simplex pada masa kecilnya atau pada umumnya

4
terjadi di umur seseorang menginjak sekolah dasar. Namun tak menutup
kemungkinan bila orang tersebut terkena cacar air saat ia dewasa. Nah virus
varicela zoster yang pernah mengenai seseorang di saat kecilnya,
kemungkinan tidak menghilang dan mati begitu saja, melainkan akan
bersembunyi secara sangat baik atau bisa dikatakan tertidur nyenyak (keadaan
dorman) di bagian tulang belakang atau dasar dari tulang tengkorang orang
tersebut. Dan kelak suatu hari bisa bangkit lagi ketika tubuh orang tersebut
sedang lemah atau kekebalan tubuhnya sedang menurun drastis. Inilah yang
menjadi dasar bagaimana seseorang bisa terkena Herpes Zoster atau cacar api.
Memang peristiwa virus varicela zooster yang kembali bangkit dan
menyebabkan seseorang terkena cacar api tidak selalu terjadi. Ini berarti virus
varicela zoster akan bangkit kembali dari tidurnya secara random dan tidak
berlaku pada setiap orang. Umumnya virus ini akan kembali bangkit juga
dipengaruhi oleh faktor usia dimana seseorang dengan usia diatas 50 tahunan
diketahui lebih rentan terkena penyakit cacar api ini namun tak menutup
kemungkinan manusia dibawah usia 50 tahunan juga bisa terkena penyakit
Herpes Zoster. Selain faktor usia, penyebab lainnya yang menyebabkan
seseorang terkena penyakit Herpes Zoster ialah kondisi imun tubuh yang
menurun dratis. Kondisi ini bisa disebabkan oleh orang yang stress, efek
mengkonsumsi obat obatan tertentu, penyakit, hormon yang tidak stabil serta
ada juga yang disebabkan oleh faktor kehamilan dimana ketika seorang wanita
sedang hamil, otomatis keadaan daya tahan tubuhnya akan lebih drop dan
hormon yang tidak stabil karena adanya penyesuaian tubuh dengan kondisi
kehamilannya sehingga dapat juga menyebabkan seseorang terkena penyakit
Herpes Zoster ini. Perlu diketahui bahwa penyakt Herpes Zoster bukanlah
penyakit menular untuk kamu yang sudah pernah mengalami cacar air di
hidupmu. Namun untuk Anda yang belum pernah mengalamai cacar air atau
melakukan vaksin cacar, ada kemungkinan Anda dapat tertular penyakit satu
ini.

5
B. Patofisiologi penyakit Herpes Zooster
Patofisiologi herpes zoster melibatkan reaktivasi dari infeksi virus
varicella zoster (VVZ). Infeksi primer VVZ akan menyebabkan varicella.
Kemudian, virus akan berdiam secara laten pada ganglia dorsalis radiks saraf.
Infeksi virus varicella zoster (VVZ) primer menyebabkan varicella atau cacar
air (chickenpox) yang ditandai dengan timbulnya ruam kulit dan vesikel.
Walaupun varicella umumnya bersifat ringan dan self limiting, penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang paling menular di dunia. Masa inkubasi
VVZ umumnya bervariasi dalam rentang 10 – 21 hari. VVZ ditularkan
melalui droplet (airborne) atau kontak langsung dengan lesi. Setelah terjadi
invasi sel epitel dan limfosit pada saluran pernapasan, virus melakukan
replikasi dan menginvasi nodus limfa lokal. Virus menginfeksi sel epitel dan
limfosit di orofaring dan saluran napas atas serta konjungtiva. Saat terjadi
infeksi primer, VVZ dapat bermigrasi dari lesi kulit ke ganglia sensoris
kranialis dan spinalis melalui transportasi akson dan penyebaran secara
viremia. Ekspresi protein nektin–1 diketahui banyak berperan dalam proses
masuknya virus ke akson dan badan sel saraf. Selanjutnya, virus menjadi
dorman.
Perkembangan Menjadi Herpes Zoster
Infeksi primer VVZ dapat berkembang menjadi herpes zoster ketika VVZ
di ganglion yang laten aktif kembali. Ketika terjadi reaktivasi, VVZ dapat
turun ke sel epitel kulit melalui akson saraf dan bereplikasi, sehingga
menyebabkan infeksi sekunder yang disebut dengan herpes zoster
dermatomal. Virus VVZ yang mengalami reaktivasi dapat terdeteksi pada
ganglia akar dorsalis, ganglia nervus kranialis, beberapa ganglia nervus
otonom pada sistem saraf enterik, serta astrosit. Reaktivasi virus berhubungan
dengan adanya penurunan sistem imunitas tubuh terutama cell – mediated
immunity. Ketika reaktivasi virus terjadi, VVZ melakukan replikasi pada
badan sel neuron. Selanjutnya, partikel virus yang baru akan keluar dari badan
sel secara dermatomal dan menyebabkan verikulasi serta inflamasi pada

6
permukaan kulit yang terinfeksi. Pada fase ini, inflamasi sel saraf yang terjadi
akan menyebabkan pasien merasakan nyeri.

Gejala Herpes Zoster


Gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air di kulit,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Bintil muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh, bisa kanan atau kiri
 Bintil timbul hanya di satu area kulit
 Jaringan kulit di sekitar bintil menjadi bengkak
 Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh yang akan pecah dan menjadi
luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan dalam 2–3 minggu
 Bintil muncul di jalur saraf dari saraf tulang belakang, seperti pada
punggung, dada, dan perut
 Bintil timbul di area wajah, mata, mulut, dan telinga
Di samping itu, bintil herpes pada kulit terasa nyeri seperti terbakar, kaku,
dan kesemutan, yang makin parah bila tersentuh. Nyeri ini sebenarnya sudah
timbul 2–3 hari sebelum bintil muncul, dan masih akan terus terasa bahkan
setelah bintil hilang.
Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dialami oleh penderita herpes zoster
adalah:
 Demam
 Menggigil
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Sensitif terhadap cahaya
 Sakit perut
Herpes zoster juga dapat terjadi di dalam dan di sekitar mata. Kondisi ini
disebut dengan herpes zoster ophthalmicus. Ruam lepuh yang timbul akibat
herpes zoster tipe ini muncul di kelopak mata, dahi, dan terkadang di sekitar
area hidung. Gejala yang muncul dapat berupa:
 Mata terasa terbakar dan nyeri berdenyut

7
 Mata merah dan meradang
 Kelopak mata membengkak
 Penglihatan kabur
Diagnosis Herpes Zoster
Dokter dapat mendiagnosis herpes zoster atau cacar ular melalui tanya jawab
terhadap keluhan, riwayat cacar air, dan pemeriksaan fisik pada ruam atau
lepuh yang muncul di kulit pasien. Pada kasus herpes zoster yang
menimbulkan gejala nyeri tetapi tanpa disertai ruam, dokter akan melakukan
tes laboratorium guna memastikan diagnosis. Beberapa tes laboratorium yang
dapat dilakukan adalah:
 Tes PCR, untuk mendeteksi DNA virus Varicella Zoster pada sampel kulit
 Tes serologi, untuk mendeteksi peningkatan IgM dan IgG dalam darah.
C. Penanganan Herpes Zooster
Setelah diagnosis herpes zoster dipastikan, pengobatan dengan obat
antivirus perlu segera dilakukan guna mempercepat penyembuhan dan untuk
mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Contoh obat antivirus yang dapat
diberikan adalah:
 Famiciclovir
 Acyclovir
 Valacyclovir
Selain obat antivirus, obat pereda nyeri yang dijual bebas juga dapat
digunakan. Obat-obatan tersebut bisa berupa obat minum yang mengandung
paracetamol dan ibuprofen, atau obat oles yang mengandung lidokain. Obat
minum antihistamin juga dapat diresepkan untuk meredakan gatal.
Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi obat herpes alami maupun melakukan
beberapa upaya di bawah ini untuk meredakan gejala herpes zoster:
 Mandi dengan air dingin, untuk membersihkan kulit dan mengurangi
peradangan
 Menempelkan kompres dingin pada ruam, untuk meredakan rasa nyeri dan
gatal
 Mengoleskan losion kalamin, untuk mengurangi rasa gatal

8
 Mengenakan pakaian longgar dan berbahan lembut, seperti katun, untuk
mencegah gesekan dan iritasi di kulit
 Menutup ruam agar menjaganya tetap bersih dan kering

D. Pencegahan Herpes Zooster


Ketiga virus penyebab herpes di atas dapat menyebar melalui kontak
langsung dengan luka, air liur, maupun cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Jika tidak ditangani, virus dapat menyebabkan komplikasi penyakit herpes
berupa dehidrasi, ensefalitis, meningitis, dan pneumonia.
Ada istilah yang mengatakan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.
Untuk mencegah infeksi virus penyebab herpes, Anda dapat menerapkan
beberapa langkah berikut ini:
 Hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
 Jangan berbagi barang dengan penderita herpes, termasuk menggunakan
peralatan makan, peralatan makeup, pakaian, sikat gigi, dan handuk.
 Rutin cuci tangan dengan benar.
 Jangan bergonta-ganti pasangan seksual maupun melakukan seks oral,
ciuman, atau aktivitas seksual lainnya dengan pasangan yang terinfeksi
virus herpes.
 Jaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya huidup sehat, termasuk
berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi, dan
beristirahat yang cukup.
Jika memiliki beberapa gejala herpes, seperti timbul lepuhan di kulit yang
terasa nyeri, kesemutan, atau seperti terbakar, periksakanlah diri Anda
ke dokter. Dengan begitu, dokter bisa memastikan apakah gejala yang Anda
alami disebabkan oleh virus penyebab herpes atau bukan. Jika Anda menderita
herpes, dokter akan memberikan penanganan, termasuk peresepan obat, yang
sesuai dengan kondisi yang Anda alami.
E. Peranan Nutrisi untuk penyakit Herpes Zooster
Herpes zoster/cacar ular/dompo adalah penyakit yang disebabkan oleh
reaktivasi virus herpes zoster dalam tubuh kita (saat pertama kali terkena

9
bermanifestasi sebagai cacar air / chickenpox/varicella). Tidak ada
rekomendasi diet khusus pada pasien herpes zoster. Anda dapat makan
makana sesuai dengan pola makan yang biasa Anda lakukan. Pastikan saja
bahwa makanan yang dimakan bergizi untuk menunjang daya tahan tubuh
Anda dalam melawan penyakit tersebut, serta jika memiliki alergi terhadap
bahan makanan tertentu, sebaiknya dihindari. Anda dapat meminum suplemen
penambah daya tahan tubuh atau multivitamin untuk menunjang daya tahan
tubuh. Aktivitas fisik dapat dilakukan sepanjang yang bisa ditoleransi oleh
pasien. Pemakaian antivirus bertujuan untuk mempersingkat durasi sakit
(manjadi kira-kira 10-14 hari, bandingkan dengan 3-4 minggu jika tanpa
pengobatan) dan harus dimulai dalam 72 jam pertama atau tidak lagi ada
gunanya. Anti nyeri dapat digunakan untuk meringan kan rasa sakit. Kompres
dengan rivanol atau larutan PK pada area kulit yang terkena dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder. herpes zoster Demikian
yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Herpes zoster atau cacar ular adalah penyakit yang ditandai dengan
timbulnya ruam dan bintil berisi air yang disertai nyeri pada salah satu sisi
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang juga
menjadi penyebab cacar air. Patofisiologi herpes zoster melibatkan reaktivasi
dari infeksi virus varicella zoster (VVZ). Infeksi primer VVZ akan
menyebabkan varicella. Kemudian, virus akan berdiam secara laten pada
ganglia dorsalis radiks saraf. Infeksi virus varicella zoster (VVZ) primer
menyebabkan varicella atau cacar air (chickenpox) yang ditandai dengan
timbulnya ruam kulit dan vesikel. Setelah diagnosis herpes zoster dipastikan,
pengobatan dengan obat antivirus perlu segera dilakukan guna mempercepat
penyembuhan dan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Contoh
obat antivirus yang dapat diberikan adalah: Famiciclovir, Acyclovir dan
Valacyclovir. Dan Herpes zoster/cacar ular/dompo adalah penyakit yang
disebabkan oleh reaktivasi virus herpes zoster dalam tubuh kita (saat pertama
kali terkena bermanifestasi sebagai cacar air / chickenpox/varicella).
B. Saran
Saya menyadari sepenuhnya bahawa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan yang mesti Saya perbaiki kedepannya, maka dari itu Saya
selaku pemilik makalah meminta saran dan perbaikan yang membangun demi
kebaikan bersama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, R. W., Alvarez-Pasquin, M.-J., Bijl, M., Franco, E., Gaillat, J., Clara, J.
G., Labetoulle, M., Michel, J.-P., Naldi, L., Sanmarti, L. S. and Weinke, T.
(2015) Herpes zoster epidemiology, management, and disease and
economic burden in Europe: a multidisciplinary perspective, Therapeutic
advances in vaccines. U.S. National Library of Medicine. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4591524/ (Accessed: 30
October 2023).

Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441824/ (Accessed: 30


October 2023).

Herpes Zoster (2023) Alodokter. Available at: https://www.alodokter.com/herpes-


zoster (Accessed: 30 October 2023).

Makarim,dr.F.R.(2022) ApaituHerpesZoster?Penyebab&Pengobatan, halodo


c.halodoc.Availableat:https://www.halodoc.com/kesehatan/herpes-zoster
(Accessed: 30 October 2023).

Team, H. E. (2020) Penyakit Herpes Zoster Adalah? - Tanda, Penyebab, Gejala,


CaraMengobati, HonestDocs.HonestDocs.Availableat:https://www.honest
docs.id/penyakit-herpes-zooster (Accessed: 30 October 2023).

general_alomedika, Oleh : dr. Dyah Ayu Kusumoputri Buwono Share To


Social Media:, Oleh : dr. Dyah Ayu Kusumoputri Buwono, Oleh and
Buwono, dr. D. A. K. (2022) Patofisiologi Herpes Zoster, Alomedika.
Alomedika.Availableat:https://www.alomedika.com/penyakit/dermatoven
ereologi/herpes-zoster/patofisiologi (Accessed: 30 October 2023).

Pantangan dan Anjuran Makanan Penderita Herpes Zoster (2015) Alodokter.


Available at: https://www.alodokter.com/komunitas/topic/pantangan-dan-
anjuran-makanan-penderita-herpes-zoster#:~:text=Pastikan%20saja
%20bahwa%20makanan%20yang%20dimakan%20bergizi
%20untuk,tubuh%20atau%20multivitamin%20untuk%20menunjang
%20daya%20tahan%20tubuh. (Accessed: 30 October 2023).

12
13

Anda mungkin juga menyukai