didukung oleh : Kembali ke Metode Sehat Nabi Oleh: Hj. Ummu Salamah, SH, Hajjam*
Sejak 1977, Indonesia menjalankan program imunisasi PD3I (Penyakit
Dapat Dicegah dengan Imunisasi), yaitu TBC, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus dan hepatitis B. Program itu dikukuhkan dengan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, berdasarkan kesepakatan dengan WHO dan Unicef. Imunisasi atau disebut juga vaksinasi, adalah suatu cara yang diyakini dapat melindungi orang dari penyakit. Vaksin dibuat dari virus atau bakteri patogen penyebab penyakit untuk disuntikkan ke tubuh, dengan harapan dapat membantu memerangi penyakit yang lebih ganas atau yang masuk secara alami. Tujuan utama vaksin adalah merangsang pembentukan antibodi dengan konsentrasi yang cukup tinggi, untuk menghentikan perjalanan patogen, sehingga mencegah terjangkitnya penyakit. Tapi, benarkah demikian? Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita perhatikan cara pembuatan vaksin. Ada tiga jenis bahan utamanya, yaitu: kuman virus atau bakteri hidup atau mati, toksoid, dan DNA. Selain itu, ada bahan-bahan tambahan yang dipakai untuk menjalankan fungsi pembiakan vaksin. Sebagian dari bahan tambahan itu adalah: • Aluminium, ditambahkan pada vaksin dalam bentuk gel atau garam, untuk mendorong produksi antibodi, digunakan pada vaksin DPT, Dapt, dan Hepatitis B. Logam ini diduga sebagai pemicu kejang, Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). • Formaldehida/formalin, zat pecetus kanker (karsinogen), biasa dipakai untuk pembalsaman, fungisida, insektisida, pembuatan bahan peledak dan kain. Dalam vaksin, cairan formalin digunakan untuk menonaktifkan kuman. Menurut Sir Graham S. Wilson, pengarang buku The Hazards of immunization, formalin tidak memadai sebagai disinfektan. Kenyataan ini sudah diketahui puluhan tahun. Pemakaian berkelanjutan bahan yang tak bisa diandalkan dan berbahaya ini, jelas melanggar prinsip Non-malefisiensi (tidak merusak). • Gelatin, dikenal alergen atau pemicu alergi, ditemukan pada vaksin cacar air dan MMR.
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
• Fenol, bahan dari tar batubara, digunakan dalam produk bahan pewarna, disinfektan, plastik, bahan pengawet, dan germisida. Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat membahayakan, daripada merangsang sistem imun. • Streptomisin, antibiotik yang diketahui alergen pada beberapa orang; ditemukan pada kedua bentuk vaksin polio. • Timerosal, bahan pengawet yang mengandung hampir 50% etilmerkuri, yang memiliki banyak kesamaan sifat dengan merkuri (air raksa). Selama beberapa dekade bahan ini digunakan pada hampir setiap vaksin di pasaran. Bahan-bahan itu memang dipakai dalam jumlah sedikit, tapi beracun atau alergen. Sekali disuntikkan ke aliran darah dan sistem imun yang belum matang pada anak, bahan ini tak bisa dibuang oleh empedu dan hati, karena produksi empedu belum sempurna.
Formula dasar vaksin
Ada tiga jenis vaksin, yaitu vaksin mati (tidak diaktifkan atau dimatikan), vaksin hidup dan vaksin rekombinasi DNA. Vaksin hidup dibuat dalam labolatorium dari organisme hidup (biasanya virus) penyebab penyakit. Vaksin hidup ini dilemahkan sehingga diharapkan dapat menyebabkan sistem imun tubuh. Contoh virus hidup yang dilemahkan adalah polio (yang ditelan), campak, gondong, cacar air, rubela dan demam kuning. Vaksin-vaksin bakteri hidup termasuk vaksin untuk demam tifoid dan vaksin Basilus Calmette Guerin (BCG) untuk tuberkulosis (TBC). Sebagian ahli berpendapat, pada bayi dan anak kecil, vaksin-vaksin ini bisa memiliki efek serius. Mereka menunjuk ke hubungannya dengan autisme dan penyakit auto- imun. Vaksin mati atau tidak aktif, mengandung semua atau sebagian dari organisme penyebab penyakit yang telah dibunuh atau dibuat tidak aktif. Tak seperti yang hidup, vaksin mati tidak bisa bereproduksi, sehingga tidak menyebabkan penyakit yang hendak dicegah. Hanya saja, vaksin ini memicu respons sistem imun lebih lemah dibandingkan vaksin hidup. Vaksin yang tidak aktif digunakan untuk kolera, Hepatitis A, influenza, pertusis (batuk rejan), polio (suntikan), rabies, dan tifoid. Vaksin Rekombinasi DNA dibuat dengan teknik genetika. Vaksin Hepatitis B adalah salah satu contohnya. Vaksin ini tidak menggunakan seluruh organisme, tapi mengambil gen-gen khusus dari bahan penimbul infeksi (virus, bakteri) dan menambahkannya ke dalam biakan virus. Untuk vaksin yang tidak
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
dibuat dengan teknologi genetika, bakteri atau virus dilemahkan berulang-ulang melalui media biakan, misalnya sel-sel manusia (jaringan janin yang gugur), jaringan ginjal monyet, lambung babi, embrio ayam, sel-sel embrio marmut, atau serum anak sapi, untuk mengurangi keampuhannya. Masih banyak yang belum diketahui tentang efek dari vaksin rekombinasi DNA. Para ahli mengatakan, vaksin rekombinasi DNA lebih efektif dan aman dari jenis vaksin lain karena tidak mengandung seluruh bahan infeksi. Tapi kekhawatiran terbesar pada vaksin ini adalah sistem imun tubuh memroduksi antibodi-antibodi, yang pada gilirannya menyerang bagian-bagian tubuh. Semua virus mati atau hidup mengandung DNA dan RNA, yaitu materi pembawa genetik. Ketika vaksin dibuat, virus-virus itu ditempatkan dalam suatu media biakan. DNA dan RNA dari virus bisa ditangkap oleh sel-sel hewan dalam biakan. Sel-sel tempat RNA virus yang menyatu dengan DNA sel-sel hewan disebut provirus. Provirus bisa tetap tidak aktif (tidur) dalam tubuh selama bertahun-tahun. Jika menjadi aktif, banyak ahli percaya provirus bertanggungjawab atas kelainan autoimun, yaitu ketika sistem imun tidak bisa membedakan jaringannya sendiri dari benda asing penyerang, dengan demikian tubuh menyerang dirinya sendiri. Termasuk dalam penyakit autoimun adalah diabetes, rematoid artritis, dan asma. Selain itu, protein hewan dalam biakan tidak dicerna tubuh manusia, dan protein yang tidak dicerna adalah penyebab utama alergi. Protein yang tidak dicerna juga bisa menyerang lapisan dinding pelindung sel-sel syaraf dan menimbulkan masalah syaraf. Cobalah renungkan dengan seksama. Bayi-bayi yang tidak berdosa diberi virus-virus itu dengan maksud agar anak-anak itu kebal. Faktanya, dalam praktik di lapangan, banyak kematian dan cacat pada bayi, anak, atau orang dewasa, akibat dari penanaman virus-virus tersebut. Alasan besar di balik bertahannya proyek imunisasi atau vaksinasi adalah bisnis besar. Badan peneliti teknologi tinggi Internasional Frost and Sullivan menggambarkan pasar vaksin manusia dunia meroket dari US$ 2,9 milyar pada 1995 menjadi lebih dari US$ 7 milyar pada 2001. Rasulullah saw sesungguhnya telah memberikan contoh menyangkut metode kesehatan, yang dinamakan Atthibunnabawy. Menurut Syeh Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Atthibunnabawy bersifat pasti, bernuansa Ilahi. Artinya, Atthibunnabawy adalah bagian dari akidah dan iman. Atthibunnabawy terbagi menjadi empat macam. Pertama, Hijamah/bekam, yakni terapi menyentuh yang sakit, urut, refleksi. Kedua, All Khustul bahri, Al habatusaudah, Al Assabah
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
(Madu), dan obat-obat alami berupa tanaman di sekitar kita, seperti kencur, jahe, temulakawak dan lain-lain. Ketiga, Ar Rukyah, yakni bacaan-bacaan yang dilafazkan dari Al-Qur’an dan As Sunah. Keempat, gabungan dari ketiganya. Pencegahan penyakit yang harus diupayakan seluruh manusia adalah meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, yaitu dengan memakan makanan yang halal lagi baik, menuruti seluruh aturan Allah swt, dan menjauhi seluruh laranganNya. Negara wajib memelihara kesehatan masyarakat dengan pengawasan ketat terhadap perdagangan sayur mayur, hewan potong dan segala bahan makanan dan minuman, agar bebas dari zat-zat kimia sintetis dan pengawet berbahaya. Inilah upaya yang harus terus diperjuangkan demi tercapainya generasi Indonesia sehat, cerdas, berkualitas dan beriman.
* Penulis adalah Alumni ESQ Peduli Pendidikan, Bekerja di Pondok Sehat An Nabawiyah, Metode Kedokteran Rasul dengan Hijamah dan Herbal, Serua Ciputat Tangerang Banten, Email: nabawiyah_islamic@yahoo.co.id
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Keajaiban Sistem Imun Imunitas Sebagai Bagian dari Tanda ke-Maha Penciptaan Allah SWT
Oleh: DR. dr. Tauhid Nur Azhar, M.Kes.
Diawali dari satu keterpaduan yang
sempurna, alam semesta kemudian tercipta dan mengembang secara dinamis. Materi terbentuk dan saling berinteraksi. Elektron dan positron yang bersifat elementer tak terbagi lagi, bersama dengan netron dan proton membangun atom pertama. Lalu reaksi fusi dan juga fisi atau penyatuan dan pemisahan menghasilkan energi dari proses eksitasi. Daya tercipta dari sifat yang terintegrasi dalam sebuah materi. Lalu materi sederhana yang semula hanya dikenal sebagai atom tunggal hidrogen mampu memancarkan berkas cahaya berupa paket kuanta. Hipotesis Everett-Wheeler-Bryce De Witt : Alam secara konstan membelah menjadi cabang-cabang yang tak terhingga jumlahnya, semua berasal dari pengukuran seperti interaksi antara beribu-ribu komponennya. Lebih dari itu setiap transisi kuantum yang terjadi di setiap bintang, di setiap galaksi, di setiap sudut alam semesta yang jauh sedang membelah dunia lokal kita di bumi ini menjadi beribu-ribu salinannya sendiri. Fungsi gelombang Schrodinger menyebabkan alam semesta memiliki kemungkinan untuk bercabang secara paralel dalam jumlah yang infinitum (tak berhingga), setiap kucing Schrodinger yang bertahan hidup di alam nyata sesungguhnya ia mati di alam paralelnya.
Cahaya berperan sebagai gelombang juga sebagai materi, di satu sisi ia
merambat dan di pihak lain ia melompat. Di satu sisi ia bergerak linier, dan di sisi sebaliknya ia berinterferensi. Cahaya tampak adalah suatu contoh radiasi yang disebut radiasi elektromagnetik. Contoh yang lain adalah sinar-X, sinar ultraviolet, sinar infra merah, gelombang radar, dan gelombang radio. Jenis-
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
jenis radiasi ini terdri dari medan listrik dan medan magnet yang berosilasi saling tegak lurus dan kedua-duanya tegak lurus terhadap arah propagasi atau arah penerusan dari radiasi. Jenis-jenis radiasi tersebut memiliki perbedaan pada macam frekuensinya. Osilasi yang berhubungan dengan radiasi elektromagnetik berupa gelombang sinus dengan propagasi gelombang v, panjang gelombang λ, dan frekuensi ν. ν= v/λ. Teori cahaya sebagai gerak gelombang, dikemukakan oleh Huygens yang menerangkan bahwa apabila cahaya yang berupa gelombang bertemu dengan suatu penghalang (celah), titik-titik pada celah dapat berfungsi sebagai gelombang baru yang akan meneruskan gelombang-gelombang baru tersebut ke segala arah. Gelombang-gelombang tersebut akan membentuk garis-garis lengkung (difraksi). Bila pada celah datang 2 gelombang atau lebih maka akan tampak pola perpaduan antara 2 gelombang. Perpaduan 2 gelombang dengan frekuensi dan fasa yang sama tetapi dengan amplitudo yang berbeda akan saling memperkuat (interferensi) secara konstruktif. Superposisi 2 gelombang dengan frekuensi sama tetapi dengan fasa berlawanan akan menghasilkan interferensi destruktif. Elektron memiliki sifat baik sebagai partikel maupun gelombang, sehingga secara inheren elektron tidak memiliki suatu lokasi geografis yang absolut (multi dimensi). Menurut Einstein ruang tidak bersifat 3 dimensi dan waktu bukanlah sebuah entitas yang terpisah. Ruang dan waktu merupakan aspek-aspek yang berbeda dari sesuatu yang sama. Ruang dan waktu berisikan sebuah kontinuum 4 dimensi dimana tidak ada aliran waktu universal sebagaimana dalam pandangan alam semesta yang deterministik (Newtonian). Ruang waktu memiliki sifat geometris atau lekukan yang tampak dengan sendirinya dalam fenomena seperti gravitasi. Secara konseptual fenomena tersebut dapat diabstraksikan sebagai berikut : “Massa bumi berada di dalam lembar-lembar karet yang luas dan massa bumi akan tenggelam ke dalam struktur ruang-waktu.” Menurut WK.Clifford materi tidak lain adalah kekosongan ruang yang melengkung. Sedangkan JA.wheeler mengkonklusinya menjadi;”Tidak ada sesuatupun di dunia ini kecuali ruang kosong yang melengkung, materi, muatan, elektromagnetisme, dan medan-medan lain (nuklir lemah dan gravitasi) hanyalah manifestasi dari lekukan ruang.”
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Tapi mekanisme sederhana ini tidak berhenti di sini, dampak dari adanyanya emisi radiasi berupa paket kuanta cahaya di kemudian hari diolah menjadi sumber energi hayati. Kelak kita mengenalnya sebagai proses fotosintesa. Tetapi sebelum sampai ke sana, materi yang tersusun dan terdiferensiasi dalam waktu super singkat di titik super kritis la kok ya bisa kemudian mengorganisasi diri menjadi beraneka rupa atom yang beragam pula sifat kimianya. Mendeleyev berhasil memprediksi dalam sebuah tabel periodik beragam jenis atom berdasarkan sifat-sifat utamanya, beratnya dan nomornya. Bila Mendeleyev dapat memprediksikan beberapa kotak kosong dalam tabelnya jauh sebelum unsur yang bersangkutan ditemukan, maka patutlah kita renungkan sejenak kemungkinan adanya suatu keteraturan universal yang mendasari segalanya. Perjalanan alam semesta yang sudah menuai jangka 15 milyar tahun ini kemudian diwarnai dengan pengalokasian potensi dan terbangunnya mekanisme interaksi. Gumpalan-gumpalan materi yang terlontar dalam suhu tinggi, perlahan mendingin dan bersepakat untuk saling membentuk jalur mengitari materi terkuat. Hal ini tidak saja sekedar menunjukkan adanya kesepakatan dan KECERDASAN yang terbangun, melainkan menunjukkan pula adanya konsep kepemimpinan atau leadership yang menjadi jaminan dapat munculnya keteraturan. Lalu partikel-partikel elementer itu dengan kecerdasan yang asli terbangun dari sebuah proses interaksi mengembangkan hukum materi. Dalam perspektif diniyah, hukum materi atau hukum universal inilah yang mungkin dimaksudkan sebagai Sunatullah. Jadi di tingkat partikel elementer, KECERDASAN adalah sebuah bentuk kesepakatan ! Kecerdasan didapatkan dari proses saling memahami, saling beradaptasi, saling berbagi, dan yang terpenting adalah saling berkontribusi bagi kebermanfaatan sesama ! Lalu tahap berikutnya kecerdasan akan melahirkan hukum atau teorema. Hukum ini dikenal sebagi sunatullah. Selanjutnya sunatullah yang maujud dalam prinsip self organizing system ini akan melahirkan keteraturan-keteraturan fungsional yang memberi ruang bagi setiap elemen di alam semesta untuk dapat memberi kontribusi dalam bentuk manfaat bagi sesamanya. Orkestrasi ini terlihat dengan jelas pada proses penyempurnaan tubuh manusia (QS As Sajdah ayat 9). Dimana partikel sub atomik menyusun suatu organisasi beralgoritem sempurna menjadi sekumpulan elektron, positron,
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
proton, dan netron yang kemudian membangun molekul. Molekul akan membangun asam nukleat (DNA dan RNA) yang selanjutnya menjadi cetak biru sebuah sel. Sekumpulan sel menjalankan fungsi jaringan, dan sekelompok jaringan yang bersinergi menghasilkan organ khusus. Gabungan organ yang saling bekerjasama akan membangun sistem fisiologi yang menjadikan manusia hidup serta beraktivitas. Maka manusia dapat dihipotesakan sebagai suatu capaian (achievement) dari teroptimasinya berbagai sistem cerdas yang berkolaborasi dan m,engakumulasikan diri untuk mencapai konseh hasanah (kesempurnaann). Laqodhalaqnal insana fi ahsani taqwim. Sistem imunitas adalah sub sistem dari serangkaian keajaiban yang melekat pada tubuh manusia. Kemampuannya terbangun dari seerangkaian proses dan mekanisme yang cerdas, terukur, serta fungsional. Sistem pertahanan tubuh pada manusia atau yang lebih dikenal sebagai sistem imun sering diartikan sebagai suatu efektor dalam menghalau “musuh” yang terdiri dari zat asing yang akan memasuki tubuh. Sesungguhnya secara historiografi kata ‘imun’ berasal dari suatu istilah era Romawi yang diasosiakan dengan suatu keadaan ‘bebas hutang’. Dengan demikian sistem imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin terjalinnya suatu komunikasi antara manusia dengan lingkungannya (media hidupnya) secara setara dan tidak saling merugikan. Dalam konteks muammalah, sistem imun adalah suatu efektor silaturahmi yang bertugas untuk mengembangkan suatu pola interaksi yang sehat. Hal ini dapat diamati pada proses vaksinasi, dimana sebagian elemen mikroba patogen (penyebab penyakit) yang telah dilemahkan atau bagian yang tidak berbahaya diperkenalkan ke dalam tubuh sebagai faktor ‘pengingat’ bagi sistem imun. Interaksi yang sehat, dapat diartikan pula sebagai interaksi yang proporsional serta tidak saling merugikan. Kehadiran mikroba patogen dalam kuantitas yang berlebihan tentu akan membahayakan sistem
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
tubuh yang menjamunya. Untuk itu proses vaksinasi dilakukan, dimana sistem imun spesifik yang telah memiliki ingatan (memori) terhadap mikroba patogen yang berbahaya akan segera melakukan upaya- upaya strategis untuk meminimalisir efek buruk dari keberadaan mikroba yang bersangkutan. Secara umum sistem imun manusia terbagi dalam dua ranah fungsional, yaitu : alamiah dan adaptif (spesifik). Sistem imun alamiah terentang luas, mulai dari air mata, air liur, keringat (dengan pHnya yang rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan asam neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di dalamnya. Secara lebih mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti IgA (Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive protein (CRP). Sementara fasa seluler terdiri dari sel-sel pemangsa (fagosit) seperti sel darah putih (polymorpho nuclear/PMN), sel-sel mono nuklear (monosit atau makrofag), sel pembunuh alamiah (Natural Killer), dan sel-sel dendritik. Sedangkan pada sistem imun adaptif terdapat sistem dan struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri dari sub sistem seluler yaitu keluarga sel limfosit T (T penolong dan T sitotoksik) dan keluarga sel mono nuklear (berinti tunggal). Sub sistem kedua adalah sub sistem humoral, yang terdiri dari kelompok protein globulin terlarut (fasa cair), yaitu : Imunoglobulin G,A,M,D, dan E. Imunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui suatu proses aktivasi khusus, bergantung kepada karakteristik antigen yang dihadapi. Secara berkesinambunangan dalam jalinan koordinasi yang harmonis, sistem imun baik yang alamiah maupun adapatif senantiasa bahu-membahu menjaga keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia dengan media hidupnya (ekosistem). Siapakah ‘koordinator’ sistem imun ? Tak lain dan tak bukan adalah sistem komunikasi dalam tubuh manusia. Maha Suci Tuhan, ternyata di dalam tubuh manusia yang sangat rumit dan terdiri atas milyaran sel, terdapat suatu mekanisme komunikasi yang sangat canggih. Sistem komunikasi dalam tubuh manusia berdasar ruang lingkup konektifitas terbagi atas divisi : autokrin, parakrin, dan endokrin. Autokrin adalah komunikasi intrasel, diperankan oleh faktor transduksi, transkripsi, dan pertumbuhan. Parakrin adalah komunikasi intra jaringan (lokal), diperankan oleh sitokin dan faktor pertumbuhan. Sedangkan endokrin adalah komunikasi antar jaringan bahkan organ yang
Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
dioperankan biasanya oleh hormon. Pada perspektif Psikoneuroimunologi, sistem imun amat dipengaruhi oleh kinerja sistem hormon dari poros (axis) hipotalamus-hipofise-kelenjar anak ginjal. Kualitas kinerja sistem imun amat dipengaruhi oleh kadar hormon glukokortikoid dan mineralokortikoid dari kelenjar anak ginjal. Sementara kinerja kelenjar anak ginjal amat bergantung kepada keberadaan hormon ACTH dan CRF (Corticotropin Releasing Factor) dari poros hipotalamus-hipofise. Kadar kortisol yang tinggi akan menekan (mensupresi) baik sistem imun seluler maupun humoral. Tertekannya sistem imun akibat tidak berimbangnya sistem endokrin biasa didapati pada keadaan ketegangan psikis (ansietas dan depresi). Kecurigaan serta kekhawatiran berlebih (paranoia) termasuk dalam masalah kesehatan pribadi (hipokondriak) juga dapat mengakibatkan tertekannya sistem imun melalui jalur hormon otak. Akibat nyata dari tertekannya sistem imun adalah rentannya manusia terhadap penyakit-penyakit infeksi. Pada akhirnya kondisi ketidakseimbangan hormon dan tidak optimalnya sistem imun dapat juga memicu munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan perdarahan serebrovaskular (stroke). Dalam perspektif yang lebih ramah sebenarnya sistem imun dapat dikategorikan sebagai “Sistem Manajemen Silaturahmi Terpadu” ( SMST). Dimana Gambar berbagai jenis sel sistem imun peran utama dari semua elemen sistem bersama darah merah di dalam aliran imun adalah menghasilkan suatu darah kesetimbangan yang menguntungkan bagi semua pihak. Untuk itu sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan pelayanan relasi publik (public relation), komunikasi eksternal dan internal, mediasi konflik, jasa keramahan (hospitality), kemampuan seleksi, dan juga memiliki unit manajemen konflik. Sebagai ilustrasi dari masing-masing fungsi tersebut dapat kita simak pada kisah berikut : Di daerah permukaan tubuh yang tertutup oleh kulit dan sebagian diantaranya ditumbuhi rambut terdapat koloni-koloni bakteri yang tingal dan beranak pinak dengan damainya. Mereka dikenal sebagai flora normal atau bakteri komensal. Menurut penelitian Martin Blaser yang dirilis pada tahun 2006, diketahui jumlah spesies mereka mencapai sekitar 250 jenis. 182 diantaranya sudah teridentifikasi secara biologi.
10 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Mereka ini adalah bagian dari sistem customer services tubuh manusia, dimana tugas mereka adalah memfasilitasi kondisi yang paling kondusif bagi klien atau rekanan. Salah satu divisi mereka yang tergolong dalam keluarga bacillus dan bifidobakterium memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam laktat yang akan dipergunakan untuk mempertahankan derajat keasaman (pH) permukaan tubuh. Derajat keasaman yang dikendalikan itu membuat nyaman para klien loyal yang terdiri atas berbagai jenis flora normal lainnya. Di saat kondisi permukaan tubuh kondusif bagi flora normal penting maka kinerja merekapun akan semakin produktif. Sebagian dari mereka bertugas menjaga kelembaban kulit, sementara sebagian lainnya berbisnis jasa pengamanan, dan sebenarnya masih banyak lagi lahan berkarya yang belum disebutkan disini. Keberadaan flora normal ini secara tidak langsung akan menjadi mekanisme seleksi bagi kehadiran unsur asing yang diduga berpotensi menimbulkan gangguan ketentraman bagi tubuh. Salah satu mekanisme seleksi yang dilakukan untuk emncegah pihak-pihak yang tidak berkepentingan untuk datang dan bercokol adalah melalui mekanisme ”kompetitif inhibitor”. Dimana fasilitas yang tersedia sebagian besar diantaranya telah termanfaatkan secara optimal oleh para flora normal, sehingga pendatang-pendatang asing tidak akan merasa nyaman bila singgah dalam jangka panjang. Selain kehadiran flora normal selaku customer service, terdapat pula penataan lingkungan yang sedemikian sempurna sehingga dengan sendirinya kondisi lingkungan itu akan menjadi ”hambatan” ekologis bagi pendatang yang tidak dikehendaki atau yang bermaksud kurang baik. Sebenarnya secara filosofis, baik mikroba maupun unsur asing lain yang berasal dari lingkungan tidak ada satupun yang berniat buruk, hanya saja mereka datang di saat dan tempat yang kurang tepat. Keadaan ini sebenarnya justru terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam tubuh kita yang pada gilirannya dimaknai seolah- olah aktif ”mengundang”. Berangkat dari konsep dasar inilah maka para pakar terdahulu menamakan sistem silaturahmi tubuh terpadu ini sebagai sistem imun, dimana kata imun berasal dari bahsa latin yang berarti ”bebas hutang”, impas, alias tidak ada tanggungan kepada pihak manapun. Kondisi tidak berhutang atauy tidak bergantung kepada unsur lain inilah tujuan akhir dari sistem silaturahmi tubuh. Ketidakseimbangan di dalam tubuh kita dapat tercermin dari adanya perubahan komposisi cairan tubuh seperti mukus, air mata ataupun air liur, perubahan rambut getar (silia) di saluran nafas, perubahan kadar pigmen melanin dari sel melanosit, dan banyak hal lainnya. Acapkali kita juga sering mengabaikan mekanisme biofisik yang kerap terjadi mengiringi proses perjalanan suatu penyakit. Mekanisme itu antara lain bersin, batuk, demam, dan ”meler” (munculnya sekret hidung atau ingus).
11 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Mekanisme-mekanisme tersebut sebenarnya bagian dari sistem imun untuk mengmbalikan keseimbangan tubuh. Bersin adalah suatu upaya mekanik untuk menindaklanjuti proses ”deportasi” virus ataupun kuman asing yang telah berhasil diamankan oleh bulu hidung serta telah ”diringkus” oleh cairan mukus yang mengandung imunoglobulin A, interferon, lizosim, dan protein reaktif C yang bertindak selaku anggota satuan pengamanan. Dengan bersin virus yang telah dilemahkan itu akan ”diterbangkan” dalam bentuk droplet atau gelembung-gelembung cair menjauhi tubuh kita. Demikian pula yang terjadi di saat kita mengalami kondisi terbatuk-batuk. Bedanya batuk adalah upaya untuk mengeluarkan tamu tak diundang yang terlanjur masuk sampai ke saluran pernafasan yang lebih dalam. Selain itu batuk juga memiliki peran untuk melancarkan jalan nafas dengan cara menggelontorkan cairan mukus yang semula terkonsentrasi dan bila berakumulasi akan menghambat saluran nafas. Yang tak kalah pentingnya adalah keistimewaan batuk yang juga bisa berperan sebagai pemacu jantung. Dengan kita terbatuk-batuk maka guncangan kinetisnya akan menjadi stimulans bagi sistem listrik jantung yang sedang berhenti. Maka bila kita merasa mendapatkan serangan jantung, langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk membatukkan diri. Hal berikutnya adalah demam. Peningkatan suhu tubuh adalah bagian dari reaksi yang dikenal sebagai reaksi radang. Awal muasal reaksi radang adalah terjadinya kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan sendiri dapat terjadi karena adanya beberapa peristiwa yang kemudian mengundang dan mengaktivasi sistem imunitas. Peristiwa yang diduga dapat memicu terjadinya proses radang adalah adanya jejas atau cedera di tingkat sel, jaringan, maupun organ. Cedera dapat ditimbulkan oleh karena trauma (kecelakaan) yang mengakibatkan perlukaan, memar, ataupun pecahnya pembuluh darah. Tetapi kerusakan jaringan juga bisa disebabkan oleh keracunan zat kimia, kekurangan oksigen (hipoksia sampai anoksia), atau oleh karena adanya proses autoimunitas, dimana sel-sel sistem imun ggal untuk mengenali kawan sendiri (contoh : penyakit lupus dan rematoid artritis). Bila telah terjadi kerusakan jaringan, terlebih biloa ada luka terbuka serta pecahnya pembuluh darah, maka mikroba berupa bakteri, virus, protozoa, maupun jamur yang tidak diundang dan tidak berhak untuk bermukim di jaringan, dapat masuk dan berkembang biak. Masa awal masuknya mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen) ini sampai dengan timbulnya kondisi sakit disebut sebagai masa inkubasi. Sementara kondisi sakit yang diakibatkan oleh karena adanya mikroba patogen yang masuk disebut dengan infeksi. Untuk menghadapi proses peradangan, terlebih yang telah mengakibatkan terjadinya infeksi, sistem imunitas akan segera bertindak untuk mengambil
12 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
langkah-langkah strategis darurat. Salah satu langkah awal yang diambil adalah dengan mengirimkan sinyal darurat yang serupa benar prinsipnya dengan sinyal ELBA (emergency locator beacon) yang terdapat di pesawat terbang maupun kapal laut. Hanya saja ELBA aktif memancarkan sinyal bila terjadi benturan sedangkan sinyal darurat sistem tubuh aktif bila ada proses radang. Sinyal darurat tersebut berupa senyawa kimia yang dipancarluaskan serta disambung siarkan oleh sel-sel di seputaran ajringan yang mengalami kecelakaan. Melalui sistem persyarafan radang akan mengirim sinyal dari keluarga kimia kinin ke pusat kendali sakit di otak. Dari pusat kendali sakit di otak dikirimkanlah nota bahaya ke sehenap aparat di sekitar lokasi terjadinya kecelakaan atau kerusakan jaringan itu. Respon yang muncul adalah peningkatan kinerja hormon adrenalin dan insulin yang akan mengaktifkan proses produksi energi tubuh melalui pemecahan atau metabolisme gula. Dengan tenaga tersebut proses perbaikan dan pertolongan pertama dilakukan. Sel-sel sekitar yang sehat dan dekat dari lokasi sel yang cedera akan segera memproduksi pecahan asam arakidonat yang terdeposit di membran sel. Pecahan atau turunan dari asam arakidonat ini seperti prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan selanjutnya secara bahu membahu dan memerankan tugas yang berbeda-beda tetapi bersinergi akan memicu pelebaran pembuluh darah, perpindahan sel-sel imun, serta mobilisasi sel-sel tersebut mendekat ke arah sel yang terluka. Pelebaran pembuluh darah dimaksudkan untuk memudahkan lalu-lintas tim penolong dan memudahkan pula suplai energi gula serta bahan-bahan perbaikan seperti molekul asam amino. Selain pembuluh darah melebar, turunan asam arakidonat juga mengirimkan sinyal untuk meminta bantuan dari sel darah putih yang sedang berpatroli di sekujur tubuh, maka berbondong-bondonglah mereka tiba di TKP (tempat kejadian perkara). Selanjutnya mereka menepi dan bermigrasi menuju ke daerah yang memerlukan perbaikan. Dalam proses kecederaan itu sendiri memang sangat dimungkinkan untuk terjadinya peningkatan akses mikroba patogen. Daerah yang terluka dan cedera dapat menjadi pintu masuk (port de entre) bagi sekawanan mikroba patogen yang saat itu mungkin sedang berjalan-jalan di kawasan sekitar. Masuklah mereka dan bermanifestasi pada kerusakan seluler. Bagaimana mikroba patogen dapat merusak ? Sebenarnya tindakan destruktif dari mikroba patogen tersebut adalah upayanya untuk membela diri, maklumlah ketika ia masuk ke dalam sel manusia maka lingkungan sel itu menjadi lingkungan asing yang etramat menakutkan baginya. Dalam keadaan tertekan atau stress seperti itu wajar kiranya bila mikroba patogen bereaksi negatif. Mikroba patogen dapat mengeluarkan racun (exotoxin), atau tubuhnya sendiripun memang bersifat racun (endotoxin), atau dengan alasan keamanan mereka berusaha untuk menambah jumlah dengan metoda reproduksi yang disebut sebagai mekanisme 13 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal replikasi. Metoda inilah yang acapkali dipergunakan oleh virus. Karena virus sangat sederhana, maka metoda replikasi yang dilakukannyapun hanyalah dengan memanfaatkan potensi biologis yang dimiliki oleh sel manusia selaku induk semangnya, akibatnya banyak sel manusia yang mati karena terjadinya kegagalan fungsi akibat ”disabotase” oleh virus. Padahal virus tidak bermaksud jahat sama sekali, ia hanya mempertahankan diri. Keberadaan mikroba patogen yang ditengarai dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan memicu proses ”kewaspadaan” nasional. Sistem imun sesuai dengan prosedur yang telah disepakati akan melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi. Di tahapan introduksi sistem imun akan menghadirkan diri, meminimalisir akses masuk, serta menyampaikan informasi bahwa keberadaan mikroba patogen sesungguhnya tidaklah sesuai dengan lingkungan tubuh manusia. Pada tahap kedua sistem imun akan meminta dengan hormat agar mikroba patogen bergegas meninggalkan jaringan yang didudukinya. Pada tahap ini mulai diberlakukan proses naturalisasi ataupun pemutihan. Bagi mikroba patogen yang beritikad baik dan bersedia memenuhi ketentuan untuk bekerjasama maka akan disediakan fasilatas pengubahsuain. Bagian yang berpotensi bahaya akan dikurangi atau dimodifikasi. Bagi yang membangkang dan mulai berulah menimbulkan kerusuhan akan segera diamankan dengan cara diopsonisasi atau diselubungi oleh unit yang bernama faktor komplemen, yah ibaratnya seseorang yang hendak memasuki sebuah kampung yang relijius maka pada mikroba patogen ini dikenakan peci terlebih dahulu. Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen adalah manajer madya yang bertugas untuk menganalisa masalah lokal dan regional untuk selanjutnya memberikan advis atau saran strategis bagi manajer di tingkat yang lebih tinggi. Rekomendasi dari faktor komplemen ini dapat ditindaklanjuti dalam bentuk pendekatan represif maupun tetap mengacu kepada pendekatan persuasif berjenjang. Setelah diproses oleh komplemen dapat saja mikroba patogen ”dibina” oleh sistem imunitas humoral (sistem imun cair) yaitu dengan mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dan dipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh, malah mungkin sangat bermanfaat. Bila tindakan persuasif dianggap kurang efektif, maka akan dilakukan proses penegakan hukum dengan konsekuensi yang lebih berat. Untuk itu akan hadir dan terjun langsung divisi limfosit T. Sel limfosit terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan
14 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T penolong, T sitotoksik, dan T supresor. Dalam kondisi yang berat mekanisme sistem imun apakah yang terjadi ? Akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T akan meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan sel NK (Natural Killer) dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas kimiawi zat yang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen. Sedari tadi kita hanya membicarakan berbagai sepak terjang sel Limfosit T, kemana saja dan apa peran dari sel limfosit B ? Sel limfosit B bertugas untuk membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh (imunitas humoral). Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel limfosit B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik antigen dari unsur asing tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem komunikasi terpadu tubuh kita dapat melayani kliend an kebutuhannya secara ”tailor made” alias mampu menyesuaikan diri dengan selera dan kebutuhan.
Bagaimana Sistem Imun dapat Menjalankan Tugasnya ?
Salah satu sistem silaturahmi sistem imun yang canggih tergambar dari kemampuannya untuk mengenali antigen yang pada mamalia dikelompokkan sebagai major histocomatibility (MHC). Pada manusia kompleks antigen ini disebut Human Leucocyte Antigen (HLA) yang disandikan oleh sekumpulan gen yang terdapat di kromosom 6, tepatnya di alel 21.31 sampai 21.32 (6p21.31- 32). Dalam alel HLA terdapat kurang lebih 200 gen dengan panjang mencapai 4000 Mbp. Secara genetis HLA terdiri atas 3 regio gen yang diekspresikan dalam 3 kelas HLA: kelas I, II, dan III. . Sementara pada kelas I masih terbagi lagi menjadi IA,B,dan C, dimana kelas IA terdiri dari HLA-A, B, dan C. Sedangkan HLA IB terdiri dari HLA E,F,dan G. HLA IC terdiri dari MICA (MHC Class I related gene A), MICB, dan Hfe. Molekul HLA yang telah teridentifkasi secara 3 dimensi antara lain adalah HLA Kelas I yang terdiri dari rantai panjang α (45 kD) tersusun dari 3 domain globuler (α1,2,dan3) terletak di ekstra sel dan sebagian regio transmembran diikuti ekornya yang terletak intrasel. Rantai panjang ini berikatan secara non kovalen dengan rantai pendek β-2 mikroglobulin. Celah yang terbentuk antara rantai panjang dan pendek membentuk sebuah pengikat 15 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal peptida yang bernama petide binding groove (PBG). Polimorfisme pada gen penyandi PBG akan menghasilkan perbedaanasam amino dan muatan listriknya yang menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan mengikat dan menyajikan antigen kepada sel limfosit T. HLA kelas II disandi gen dari 14 lokus yang tersebar dalam 3 regio yaitu: HLA-DR,DQ, dan DP. Sebaran HLA kelas II terbatas pada sel-sel penyaji antigen (antigen presenting cells/APC) seperti makrofag, limfosit B, makrofag, monosit, sel Langerhans, sel epitel Timus, sel dendritik, dan sel limfosit T yang teraktivasi. HLA kelas III disandi oleh serangkaian gen yang antara lain mengekspresikan TNF-α dan TNF-β, gen C2,C4A,C4B untuk sintesa sebagian fraksi komplemen, kemudian juga menyandikan gen CYP2 untuk sintesa 21-hidroksilase yang terlibat dalam proses metabolisme kortikosteroid. HLA kelas III juga menyandi protein HSP70 yang merupakan molekul peradangan serta memiliki asosiasi dengan ekspresi HLA-DR. Molekul HLA kelas I bertugas antara lain untuk mempresentasikan antigen endogen seperti halnya potongan peptida virus dan antigen kanker atau tumor kepada sel limfosit pembunuh (sitotoksik/CD8). Sedangkan HLA kelas II berfungsi untuk mempresentasikan antigen eksogen yang berasal dari ekstraselular seperti antigen bakteri dan kapsid virus pada sel limfosit pembantu (T helper/CD4). Proses pengekspresian HLA kelas I secara ringkas dapat dirunut dari retikulum endoplasma (RE) dimana molekul HLA yang telah mendapatkan antigen dari PBGnya akan diekspresikan ke permukaan sel dengan bantuan TAP (transporter associated with antigen processing) juga melalui jalur RE. Perbedaan karakter ataupun polimorfisme pada molekul HLA akan menyebabkan terjadinya peningkatan resiko munculnya penyakit autoimun seperti Multiple Sclerosis (terkait dengan HLA DR2 dan DQ6), Narkolepsi (terkait dengan HLA DQ8), Rematoid Artritis (terkait dengan HLA DRB1*0404, 0405, 0408,0101, dan 1402 yang meningkatkan resiko suseptibilitas dan HLA DRB1*0402 yang bersifat protektif dan melindungi dari terjadinya reaksi hipersensitifitas. Keberadaan wild type HLA DR3 misalnya dapat menjadi proteksi dari infeksi HIV. Pola proteksi ini sangat dipengaruhi oleh status biokimiawi seluler. Sebagai contoh pada kasus RA, HLA DR yang bersifat protektif hanya akan berikatan dengan asam amino yang bermuatan positif, sedangkan HLA DR yang bersifat meningkatkan suseptibilitas hanya akan berikatan dengan asam amino yang bersifat negatif. Pada kasus autoimun pemfigus vulgaris misalnya, HLA DR akan berikatan dengan asam amino glutamat yang bersifat negatif untuk selanjutnya glutamat akan berikatan dengan lisin dan arginin yang merupakan unsur peptida desmoglein. Desmoglein akan mengaktifkan CD8
16 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
autoreaktif yang lolos dari sistem penapisan timus, terjadilah reaksi autoimun. Demikian pula pada kasus-kasus infeksi seperti Salmonella, keberadaan molekul HLA B27 dapat memodulasi tingkat suseptibilitas bakteri.
Pengembangan Optimasi Sistem Imun
1. Harus sesuai dengan fitrah, untuk itu langkah pertama haruslah mempelajari fitrah manusia dengan seksama 2. Pengembangan terapai imunomodulasi dengan menagcu kepada karakter dasar komponen yang terlibat dalam sistem imun dan juga unsur-unsur yang terdapat di alam. Misal pada kasus RA, dengan pengetahuan tentang kecenderungan HLA untuk berikatan dengan asam amino antigen berdasarkan muatan atau derajat keasamannya, maka sekedar mengurangi kadar glutamat dalam diet hariannya seorang penderita RA dapat mereduksi reaksi autoimun yang terjadi. Modulasi serupa dapat dilakukan pada kasus-kasus imunopatologi yang berbeda. Imunomodulasi berbasis nutrisi akan emnajdi salah satu pilar pengembangan nutrigenomik. 3. Pemanfaatan teknologi terkini seperti sel punca dan basis data mikromolekul dapat membantu proses optimasi sistem silaturahmi imunitas, dan besar harapan dapat menjadi alternatif yang rasional untuk mensubstitusi atau melengkapi kekurangan proses vaksinasi yang selama ini kerap dirasakan.
17 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
LINGKUNGAN, STRESS, dan IMUNITAS Dalam kondisi lingkungan yang saat ini telah mengalami perubahan tatanan secara drastis, maka tekanan atau stressor yang harus dihadapi seorang manusia menjadi semakin bervariasi. Minimnya asupan udara segar kaya oksigen karena kalah berkompetisi degan gas buang kendaraan bermotor, pabrik, dan minimnya lahan hijau terbuka atau hutan kota, berpadu secara destruktif dengan tingginya konsentrasi ion positif di sekitar kita. Miskinnya asupan asam amino yang berfungsi sebagai bahan pembentuk neurotransmiter untuk pengendalian emosi juga semakin memperburuk situasi, maka tidak heran apabila kita berbicara budaya jalanan, idiom yang kerap muncul adalah “kasar”, tidak pakai otak, dan masalah diselesaikan dengan kekerasan. Apapun bentuk stimulus dan faktor yang mempengaruhinya, stressor secara garis besar dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok kriteria, yaitu : stressor fisikobiologis, stressor psikologis, dan stressor sosial budaya. Sementara berdasarkan waktu pajanan dan intensitas beserta kualitas tekanan Wheaton (1983) membedakan stres akut dan kronik sedangkan Holmes dan Rahe (1967) menekankan pembagian pada jumlah stres (total amount of change) yang dialami individu yang sangat berpengaruh terhadap efek psikologiknya. Ross dan Viowsky (1979) dalam penelitiannya berpendapat, bahwa bukan jumlah stres maupun beratnya stres yang mempunyai efek psikologik menonjol akan tetapi apakah stres tersebut diinginkan atau tidak diinginkan (undesirable) yang mempunyai potensi besar dalam menimbulkan efek psikologik. Stres yang diinginkan itu dapat digambarkan sebagai suatu hal yang menggembirakan dan dinanti-nantikan, misal memiliki anak. Meskipun proses hamil dan melahirkan adalah momen yang diharapkan, tetapi dalam menghadapinya seseorang mengalami tekanan psikologis yang cukup tinggi. Apabila seseorang senang dan gembira juga termasuk stress, maka apakah sesungguhnya stress itu ? Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Taylor (1995) mendeskripsikan stress sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stress. Hans Selye (1956) dalam penelitiannya menggunakan stimulus untuk menimbulkan reaksi fisiologik yang ia sebut GAS (General Adaptation Syndrome). Menurut teorinya stresor fisik maupun psikologik
18 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
akan mengakibatkan 3 tingkatan gejala adaptasi umum; tahap reaksi alarm (alarm reaction), resistensi (resistance) dan tahap kehabisan tenaga (exhaustion). Tetapi rupanya stress lebih tepat bila didefinisikan sebagai respon psikofisiologis yang memiliki tujuan protektif bagi manusia. Sebagai contoh dalam proses stress terdapat mekanisme manajemen energi dan kalori yang melibatkan kelenjar hipotalamus di otak, syaraf kranial, syaraf otonom proadrenergik, kelenjar adrenal, hormon adrenalin, dan kortisol, serta asam lambung. Seseorang yang stress karena dikejar anjing rabies akan mempercepat pasokan energi dengan memaksa jantung memompa darah lebih kencang dan menambah pasokan oksigen dengan mempercepat deru nafas. Energi itu dialokasikan ke otot-otot rangka agar dapat bergerak lebih cepat dan kuat. Konsekuensinya adalah ada beberapa sistem fisiologis tubuh lainnya yang agak “direm” perannya. Beberapa fungsi faali yang aktivitasnya berkurang antara lain adalah sistem pencernaan dan sistem imunologi. Bukankah kita tidak pernah merasa lapar dan tergiur aroma makanan enak pada saat dalam bahaya ? Gerak peristaltik usus melambat dan sebagai konsekuensi agar makanan yang tertahan di lambung tidak menjadi medium berbiak bakteri, maka tubuh memproduksi asam lambung sebagai bagian dari sistem pertahanan alamiah. Sedangkan sistem pertahanan yang bersifat dapatan (aqcuired) seperti fungsi sel limfosit agak berkurang, sebagai gantinya tubuh mengaktifkan sistem imun alamiah seperti sel lekosit,NK, dan faktor komplemen. Stress mempengaruhi sistem imun ? Tetapi apa sih sebenarnya sistem imun itu ? Sistem imun terdiri dari sistem imun alamiah atau non spesifik dan sistem imun spesifik. Komponen sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahanan fisik dan mekanik, biokimiawi, humoral dan seluler.Dalam sistem pertahanan fisik dan mekanik kulit, mukosa, silia saluran nafas, batuk dan bersin akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke dalam tubuh. Adapun bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, telinga, spermin dalam semen mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Pertahanan non spesifik humoral terdiri dari berbagai bahan seperti komplemen, interferon, fagosit (makrofag, neutrofil), tumor necrosis factor (TNF) dan C-Reactive protein (CRP) .Komplemen berperan meningkatkan fagositosis (opsonisasi) dan mempermudah destruksi bakteri dan parasit. Interferon menyebabkan sel jaringan yang belum terinfeksi menjadi tahan virus. Di samping itu interferon dapat meningkatkan aktifitas sitotoksik Natural Killer Cell (sel NK). Sel yang terinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan di permukaannya sehingga dikenali oleh sel NK yang kemudian memprosesnya lebih lanjut, melisis dan mengubahsuaikan molekul proteinnya. Natural Killer
19 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Cell (sel NK), adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai ciri sel limfoid dari sistem imun spesifik, sehingga disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel populasi ke tiga. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Fagosit atau makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun nonspesifik seluler. Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat, yaitu kemotaksis, menangkap, memakan (fagositosis), membunuh dan mencerna. Sedangkan sistem imun spesifik adalah sebuah sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sistem imun humoral (cair) dan seluler (terdiri dari sel-sel). Elemen yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B yang jika dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi (imunoglobulin). Selain itu juga berfungsi sebagai Antigen Presenting Cells (APC). Sedangkan yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T yang berfungsi sebagai regulator dan efektor. Fungsi regulasi terutama dilakukan oleh sel T helper (sel TH, CD4+) yang memproduksi sitokin seperti interleukin-4 (IL-4 dan IL-5) yang membantu sel B memproduksi antibodi, IL-2 yang mengaktivasi sel-sel CD4, CD8 dan IFN yang mengaktifkan makrofag. Fungsi efektor terutama dilakukan oleh sel T sitotoksik (CD8) untuk membunuh sel-sel yang terinfeksi virus, sel- sel tumor, dan allograft. Fungsi efektor CD4+ adalah menjadi mediator reaksi hipersensitifitas tipe lambat pada organisme intraseluler seperti Mycobacterium tuberculosis. PSIKONEUROIMUNOLOGI Psikoneuroimunologi, makhluk apakah itu gerangan ? Dari unsur katanya sih jelas termaktub 3 suku kata yang bergabung menjadi satu: psikologi, neurologi, dan imunologi. Yang pertama mempelajari aspek kejiwaan dari seorang manusia, yang kedua mempelajari sistem syaraf manusia, dan yang ketiga khusus mempelajari sistem pertahanan tubuh manusia. Secara ringkas psikoneuroimunologi dapat digambarkan sebagai suatu pendekatan yang berusaha memotret hubungan antara kondisi psikologis seseorang dengan sistem syaraf dan respon imunitasnya. Menurut Martin (1938) ide dasar dari konsep psikoneuroimunologi yaitu adanya fakta: (1). status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan, dan (2). stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan karsinoma (keganasan/kanker). Lebih lanjut dinyatakan bahwa karakter, perilaku, pola coping dan status emosi berperan pada modulasi sistem imun. Sementara Holden (1980) dan Ader (1981) memperkenalkan istilah psikoneuroimunologi; yaitu sebagai kajian yang melibatkan berbagai segi keilmuan, neurologi, psikiatri, patobiologi dan imunologi. Selanjutnya
20 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
konsep ini banyak digunakan pada penelitian dan banyak temuan memperkuat keterkaitan stress terhadap berbagai patogenesis penyakit termasuk infeksi dan neoplasma. Stress macam apakah yang dapat mempengaruhi sistem persyarafan dan imunitas tubuh seseorang ? Rentangnya luas sekali, mulai dari stress yang murni bersifat psikologis sampai dengan stress yang diakibatkan daya dukung lingkungan memburuk dapat menyebabkan gejala penyimpangan psikoneuroimunologis. Salah satu penyebab dari lingkungan adalah konsentrasi ion positif yang tinggi dari gas buang kendaraan bermotor, pabrik, dan radiasi elektromagnetik dari alat-alat elektronik sehari-hari. Penjelasan tentang pajanan ion positif ini sudah diuraikan di atas. Terkait dengan stressor lingkungan, tingkat polusi karbon monoksida yang tinggi dari emisi gas buang juga dapat mengurangi asupan oksigen bagi otak. Mengapa ? Karena karbon monoksida berikatan dengan molekul hemoglobin di darah merah manusia 4 kali lebih kuat dibanding dengan perikatan oksigen. Rendahnya kadar oksigen yang dikonsumsi otak akan mendorong terjadinya defisiensi atau malfungsi dari beberapa bagian penting otak. Terutama pada daerah-daerah neokorteks sebelah depan. Mengingat otak manusia terbagi atas 3 bagian yang memiliki fungsi dan peran berbeda-beda, misal batang otak mengendalikan respon pertahanan kehidupan (bernafas, berdetaknya jantung, dan rasa lapar untuk memenuhi kebutuhan energi), sistem limbik yang menjadi pusat belajar dan pengendalian emosi, serta kulit otak sebagai tempat asosiasi dan pusat pengambilan keputusan serta respon mental manusia, maka kurangnya asupan oksigen pada daerah otak bagian depan akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan seseorang dalam hal pengendalian diri dan mengambil keputusan yang rasional. Tak heran jika banyak pengemudi angkutan kota yang menghabiskan hari-harinya di jalanan yang sarat polutan karbon, cenderung berperilaku agresif dan bersifat anti sosial. Maka tak heran pula di dalam ibadah sholat kita diminta bersujud, merendahkan letak dahi kita yang dibaliknya terdapat kortex preorbital dan lobus prefrontalis yang menjadi pusat pengambilan keputusan mental, tampaknya semata agar mendapatkan pasokan darah kaya oksigen untuk mengoptimalkan fungsi-fungsinya. Gangguan pasokan oksigen yang dipergunakan dalam proses respirasi metabolik sel pada gilirannya akan menggangu aktivitas seluler dari jaringan yang terimbas, maka tidak heran jika orang-orang di perkotaan dengan sistem tata kelola lingkungan yang buruk akan mengidap kondisi patologi sosial yang antara lain terwujud dalam kondisi depresif atau neurosis ringan sampai sedang. Tentu saja kondisi psikologis yang demikian akan menjadi stimulus bagi munculnya respon terhadap stress yang akan menghambat aktivitas imunologis.
21 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Stressor lain yang berasal dari lingkungan adalah kandungan zat kimia dalam makanan dan air minum yang tidak layak dikonsumsi. Adanya zat kimia pewarna tekstil seperti beta naftilamin akan merangsang tubuh melalui sistem detoksifikasi di hati untuk mengolahnya. Sistem enzim oksidatif campuran (mixed enzymes oxydative system) akan memecah zat kimia berbahaya dan menghasilkan potongan-potongan radikal bebas. Selanjutnya potongan radikal bebas itu akan dinetralisir oleh anti oksidan alamiah yang diproduksi tubuh. Tetapi jika jumlah zat kimia berbahaya terlalu tinggi, maka potongan radikalnyapun menjadi terlalu banyak dan berlebihan. Akibatnya sistem anti oksidasi alamiah akan kesulitan untuk menetralisir semuanya. Muncullah kerusakan-kerusakan jaringan yang akan menimbulkan peradangan dan juga mungkin mutasi pada DNA yang dapat menyebabkan terjadinya neoplasma (kanker atau keganasan). Kondisi ini merupakan pemicu potensial terhadap munculnya stress biologis yang akan berampak pada terstimulasinya respon stress pada jalur psikoneuroimunologi. Jangan salah ! Kondisi lingkungan yang buruk dapat berdampak fatal loh terhadap kesehatan dan kualitas hidup seorang manusia ! Interaksi antara Stress dengan Sistem Imun 3 orang mahasiswa mengayuh sepeda beriringan menembus pekatnya malam sesaat setelah jarum panjang terpaku di angka 6 dan jarum pendek sedikit bergeser dari angka 12. Lewat tengah malam ! Mereka baru saja menyelesaikan tugas kelompok di kamar kos seorang teman lainnya. Karena telanjur berjanji untuk pulang dan tidur di rumah, mereka memaksakan diri untuk pulang. Suasana tengah malam itu begitu mencekam, suara anjing menggonggong dan meraung bersahutan di kejauhan, membuat bulu kuduk berdiri. Seraaaaam ! Tepat dipertengahan jalan Taman Sari dekat kebun binatang Bandung, bayang- bayang pohon mahoni raksasa berayun-ayun, bagaikan nenek sihir yang ingin merangkul. Angin dingin semilir menerpa kulit yang tak tertutp jaket. Bertiga mereka mengayuh sepeda menuju jalan Cisitu di dekat Dago Simpang sana. Keringat dingin mengalir perlahan di tengkuk, mereka diam seribu bahasa. Gak akan lagi-lagi pulang malam, rutuk mereka. Stress, stress,stress ! Stressor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang terletak di sistem saraf pusat, sistem limbik dengan amigdalanya. Dari sini, stress kondisi stress atau tekanan psikologis itu akan disikapi oleh
22 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
berbagai sistem faali dan organ tubuh kita melalui sistem saraf otonom. Salah satu sistem dan organ yang terlibat langsung dan memainkan peran penting dalam respon stress adalah sistem endokrin dengan kelenjar hormonnya. Terjadilah perubahan sekresi dan keseimbangan hormonal, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa stress telah menyebabkan perubahan neurotransmitter dan neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan mekanisme yang ditengarai paling banyak mempengaruhi dan terlibat dalam proses pembentukan respon stress pada manusia. Dalam kajian yang secara khusus mempelajari hubungan antara stress dengan kualitas kinerja sistem imun dikaji proses mulai dari stimulus sampai dengan munculnya gangguan imunitas. Pada saat terjadi stress tubuh menerima berbagai stimulus stressor yang akan mempengaruhi neuron bagian medial parvocellular nucleus paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut akan mensintesis corticotropin releasing hormone (CRH) dan arginine vasopressin (AVP), yang akan melewati sistem portal untuk dibawa ke hipofisis anterior. Reseptor CRH dan AVP akan menstimulasi hipofisis anterior untuk mensintesis adrenocorticotropin hormon (ACTH) dari prekursornya, POMC (propiomelanocortin) serta mensekresikannya. Kemudian ACTH mengaktifkan proses biosintesis dan melepaskan glukokortikoid dari korteks adrenal. Steroid tersebut memiliki banyak fungsi yang diperantarai reseptor penting yang mempengaruhi ekspresi gen dan regulasi tubuh secara umum serta menyiapkan energi dan perubahan metabolik yang diperlukan organisme untuk proses adaptif (coping) terhadap stressor yang datang. Pada kasus ketiga mahasiswa bersepeda di atas, proses adaptif termanifestasi dalam bentuk kayuhan yang menjadi jauh lebih cepat dan laju sepeda yang menjadi jauh lebih kencang. Kaburrrrr ! Apakah stress pada pria berbeda dengan stress pada wanita ? Beda ! Stressor yang adekuat pada pria akan memberikan dampak mental dan fisikal yang lebih parah pada seorang pria. Mengapa demikian ? Hal ini terjadi karena adanya peran dari hormon yang terkategori sebagai glukokortikoid. Peningkatan glukokortikoid umumnya disertai penurunan kadar androgen dan estrogen. Karena glukokortikoid dan steroid gonadal memiliki efek penekanan pada sistem imun, stress pertama akan menyebabkan baik imunodepresi (melalui peningkatan kadar glukokortikoid) maupun imunostimulasi (dengan
23 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
menurunkan kadar steroid gonadal). Karena rasio estrogen androgen berubah maka stress menyebabkan efek yang berbeda pada wanita dibanding pria. Pada penelitian dengan menggunakan hewan coba, stress terbukti justru menstimulasi respon imun pada mencit betina tetapi menghambat respon imun pada mencit jantan. Mengapa orang yang mengalami stress kronik (berkepanjangan) dan depresi akan mengalami gangguan sistem imun yang menyebabkannya menjadi rentan terhadap penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (penyakit jantung pembuluh darah, diabetes, dan kanker) ? Pada dasarnya sistem imun pada saat stress ditekan karena sedang ada pengalihan konsentrasi faali agar tubuh mampu mengatasi sumber stress dalam waktu singkat. Sistem pencernaan dan imun menjadi prioritas sekunder dibandingkan dengan sistem peredaran darah, pernafasan, dan metabolisme gula untuk menghasilkan energi seluler. Konsentrasi pada sistem otot rangka agar dapat berperan maksimal, terkait dengan jenis stressor yang kerapkali membahayan secara fisik dan memerlukan tenaga ekstra untuk mengatasinya. Misal berlari sekuat tenaga ketika dikejar anjing rabies, ataupun melompati pagar nan tinggi saat ada perampok yang hendak menyakiti. Jika berlangsung dalam periode yang wajar dan tidak berlebihan, respon terhadap stress ini akan kembali pada keadaan seperti sediakala melalui mekanisme yang disebut sebagai umpan balik negatif (negative feedback). Selain itu dalam kondisi “alert” atau siaga mengahdapi bencana itu, Allah sudah menyiapkan rancangan sistem back-up super canggih. Misal ketika makanan tertahan di lambung dan saluran cerna sebelah atas, maka sistem syaraf pusat melalui syaraf kranial ke 10 memerintahkan agar produksi asam lambung ditingkatkan. Kondisi ini semata untuk menjaga agar mikroba patogen (bakteri atau virus asing tidak berkembangbiak dengan leluasa di saat kita tengah berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah. Kadar asam lambung yang meningkat ini juga dimaksudkan untuk membantu proses pendegradasian atau pemotongan blok-blok makanan agar lebih mudah dicerna, maklumlah saat stress gerakan motorik usus berkurang jadi upaya kimiawilah yang dilakukan oleh tubuh untuk mengompensasikannya. Tetapi jika stress yang kita alami menjadi berkepanjangan, kondisi-kondisi ini akan segera berubah menjadi masalah kesehatan. Selain sistem imunitas berkurang efektivitasnya, gangguan lambung dan saluran cerna akan segera mendominasi. Lambung yang kehilangan asupan (karena stress dan diproduksinya beberapa neurohormonal penekan selera kita kehilangan nafsu makan) akan tergerus oleh konsentrasi asam lambung yang terus meninggi sebagai konsekuensi masih terus berjalannya respon terhadap stress secara fisiologis. Maka tidak heran jika keluhan utama orang-orang yang mengalami tekanan psikologis berat dan berkelanjutan, misal dikeluarkan
24 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
dari tempat kerja (PHK), terbebani hutang, dan berselisih dengan pasangan, adalah sakit maag alais nyeri lambung, mual-muntah, perih, kembung ! Mengapa sistem imun down dan kita menjadi mudah sakit pada saat stress berkepanjangan? Selain karena adanya tekanan akibat kenaikan kadar ACTH, beta endorfin, enkefalin dan katekolamin di peredaran darah, juga terjadi penekanan aktifitas sel NK pada saat stres. Padahal sel NK adalah salah satu komponen penting dalam sistem imun alamiah (non spesifik) yang mampu mengeradikasi mikroba patogen dan sel-sel tumor ataupun benda asing yang tidak dikenal (intruder). Lalu produksi atau sekresi neuropeptida opioid selama stress berlangsung ternyata dapat mempengaruhi aktivitas dari sel-sel limfosit yang berperan sangat penting dalam menentukan kualitas sistem imunitas spesifik. Limfosit T misalnya bertugas untuk mencegah terjadinya infeksi virus dan munculnya sel kanker, sedangkan limfosit B bertugas untuk membentuk antibodi spesifik (Imunoglobulin/Ig G,A,M,D,dan E yang masing-masing memiliki tugas perlindungan khusus) . Baik limfosit T maupun B memiliki reseptor opioid di membran selnya sehingga peka terhadap perubahan hormonal di saat stress sedang berlangsung. Maka dapat disimpulkan bahwa berakhlaq mulia, beribadah secara komprehensif, dan mengenal fitrah diri secara kaffah dan tawadhu adalah salah satu kunci kebahagiaan dan kesehatan yang didasari pada kemampuan kita untuk mensyukuri nikmat Allah SWT secara aktif. Belajar, mencermati, dan menafakurinya (tadabbur-tafakur-tasyakur). Wallahualam bissawab.
25 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Fakta Vaksinasi/Imunisasi berbagai sumber
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan
imunitas atau sistem kekebalan pada tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan tambahan seperti formaldehid, dan thymerosal. Jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin hepatitis, polio, rubella, BCG, DPT, Measles Mumps Rubella (MMR). Di Indonesia sendiri praktik vaksinasi yang dilakukan terutama pada bayi dan balita adalah hepatitis B, BCG, Polio, dan DPT. Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suat hal yang dirahasiakan publik. Sel line janin yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin biasanya diambil dari bagian tubuh seperti paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati yang diperoleh dari aborsi janin. Tabel di bawah ini menunjukkan bahan beberapa jenis vaksin : Sel Line Penyakit Vaksin Produsen (human fetal) Polio Poliovax Aventis-Pasteur MRC-5 Measles Mumps Rubella MMR II Merck & Co RA273 & WI38 Meales-Rubella Biavax II Merck & Co RA273 & WI38 Rubella Only MR-VAX Merck & Co RA273 & WI38 Rabies Imovax Aventis-Pasteur MRC-5 Hivrax Glaxo Smith Kline Hepatitis A MRC-5 Vagta Merck & Co Hepatitis A-B combo Twinnix Glaxo Smith Kline MRC-5 Chickenpox Varixax Merck & Co WI 38 & MRC-5 Smallpox Acambix 1000 Acambis MRC-5 Ebola Unknown Merck & Co PER C6 HIV Unknown Merck & Co PER C6 Sepsis Xigris Eli Lilley HEK 293 Influenza Unknown Medimmune PER C6 Sumber Jurnal Halal LPPOM MUI
Vaksin yang terbuat dari babi yaitu vaksin polio. Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel
26 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda, dan ekstrak mentah lambung babi. Untuk vaksin polio yang jelas dibuat dari babi ini MUI memberikan fatwanya. (sumber: website MUI) Koran Republika edisi Sabtu 25 April 2009 memuat sebuah berita yang sangat penting bagi ummat Islam. Letaknya di pojok kanan halaman 12. Berita itu memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi. Bayangkan..! Vaksin yang selama ini diharuskan bagi calon jamaah haji ternyata mengandung zat najis, bukan sekedar haram. Padahal di antara dampak barang haram, apalagi najis, yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim ialah tidak bakan dikabulkannya doa. Begitu kurang lebih penegasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Problem vaksinasi hanyalah salah satu contoh kasus dari dominasi nilai- nilai kafir yang sedang mendominasi dunia dewasa ini. Seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menulis sebuah buku berjudul ”Dajjal : The Anti-Christ.” Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Sistem Dajjal.” Perhatikan kutipan tulisan Ahmad Thomson di bawah ini: Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut. Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang berkembang guna melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir.
27 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not suppose to know terdapat video yang menjelaskan bahaya vaksinasi. Video tersebut melibatkan para dokter, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination : the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan buka http://www.informationliberation.com/ ?id=13924. Di dalam situs itu ditulis: “Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib) Ada kaidah usul fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alasan yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam. Namun demikian kita tidak boleh hanya bertahan pada kondisi darurat, melainkan juga melakukan usaha untuk perbaikan. Sudah sekian banyak Pharmacist muslim lahir di Indonesia dan kita sudah memiliki pabrik vaksin sendiri di Bandung yaitu Biofarma tentunya sudah tidak ada hal yang menjadikan kita senantiasa pada kondisi darurat. Jumlah balita di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 24 juta jiwa, di mana 90% adalam muslim yang butuh vaksinasi yang halal dan aman dari sisi syar’i. Tentunya kita tidak ingin dalam tubuh dan aliran darah balita kita mengalir unsur-unsur haram. Diakhir tulisan ini, saya ingin mengajak Bapak/Ibu sekalian mari kita hindari hal – hal yang sifatnya syubhat (ragu – ragu). Sejak zaman Rosulullah, Islam sudah memberi solusi terhadap kesehatan khususnya tentang imunisasi. Salah satu imunisasi yang biasa Rasulullah lakukan adalah ketika bayi baru lahir langsung di TAHNIK (mengoleskan madu di langit – langit mulut bayi atau memberikan kurma yang sudah dikunyah kemudian diberikan kepada bayi yang baru lahir). Wallahu’alam bisshowab.