Anda di halaman 1dari 31

Seminar Problematika Kesehatan Ummat

Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


didukung oleh :
Kembali ke Metode Sehat Nabi
Oleh: Hj. Ummu Salamah, SH, Hajjam* 

Sejak 1977, Indonesia menjalankan program imunisasi PD3I (Penyakit


Dapat Dicegah dengan Imunisasi), yaitu TBC, difteri, pertusis, campak, polio,
tetanus dan hepatitis B. Program itu dikukuhkan dengan Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992, berdasarkan kesepakatan dengan WHO dan
Unicef.
Imunisasi atau disebut juga vaksinasi, adalah suatu cara yang diyakini
dapat melindungi orang dari penyakit. Vaksin dibuat dari virus atau bakteri
patogen penyebab penyakit untuk disuntikkan ke tubuh, dengan harapan
dapat membantu memerangi penyakit yang lebih ganas atau yang masuk secara
alami. Tujuan utama vaksin adalah merangsang pembentukan antibodi dengan
konsentrasi yang cukup tinggi, untuk menghentikan perjalanan patogen,
sehingga mencegah terjangkitnya penyakit. Tapi, benarkah demikian?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita perhatikan cara pembuatan
vaksin. Ada tiga jenis bahan utamanya, ya­itu: kuman virus atau bakteri hidup
atau mati, toksoid, dan DNA. Selain itu, ada bahan-bahan tambahan yang
dipakai untuk menjalankan fungsi pembiakan vaksin. Sebagian dari bahan
tambahan itu adalah:
• Aluminium, ditambahkan pada vaksin dalam bentuk gel atau garam,
untuk mendorong produksi antibodi, digunakan pada vaksin DPT, Dapt,
dan Hepatitis B. Logam ini diduga sebagai pemicu kejang, Alzheimer,
kerusakan otak, dan dementia (pikun).
• Formaldehida/formalin, zat pecetus kanker (karsinogen), biasa dipakai
untuk pembalsaman, fungisida, insektisida, pembuatan bahan peledak
dan kain. Dalam vaksin, cairan formalin digunakan untuk menonaktifkan
kuman. Menurut Sir Graham S. Wilson, pengarang buku The Hazards of
immunization, formalin tidak memadai sebagai disinfektan. Kenyataan ini
sudah diketahui puluhan tahun. Pemakaian berkelanjutan bahan yang tak
bisa diandalkan dan berbahaya ini, jelas melanggar prinsip Non-malefisiensi
(tidak merusak).
• Gelatin, dikenal alergen atau pemicu alergi, ditemukan pada vaksin cacar
air dan MMR.

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


• Fenol, bahan dari tar batubara, digunakan dalam produk bahan pewarna,
disinfektan, plastik, bahan pengawet, dan germisida. Pada dosis tertentu,
bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat membahayakan, daripada
merangsang sistem imun.
• Streptomisin, antibiotik yang diketahui alergen pada beberapa orang;
ditemukan pada kedua bentuk vaksin polio.
• Timerosal, bahan pengawet yang mengandung hampir 50% etilmerkuri,
yang memiliki banyak kesamaan sifat dengan merkuri (air raksa). Selama
beberapa dekade bahan ini digunakan pada hampir setiap vaksin di 
pasaran.
Bahan-bahan itu memang dipakai dalam jumlah sedikit, tapi beracun atau
alergen. Sekali disuntikkan ke aliran darah dan sistem imun yang belum matang
pada anak, bahan ini tak bisa dibuang oleh empedu dan hati, karena produksi
empedu belum sempurna.

Formula dasar vaksin


Ada tiga jenis vaksin, yaitu vaksin mati (tidak diaktif­kan atau dimatikan),
vaksin hidup dan vaksin rekombinasi DNA.
Vaksin hidup dibuat dalam labolatorium dari organisme hidup (biasanya
virus) penyebab penyakit. Vaksin hidup ini dilemahkan sehingga diharapkan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh. Contoh virus hidup yang dilemahkan
adalah polio (yang ditelan), campak, gondong, cacar air, rubela dan demam
kuning. Vaksin-vaksin bakteri hidup termasuk vaksin untuk demam tifoid dan
vaksin Basilus Calmette Guerin (BCG) untuk tuberkulosis (TBC). Sebagian
ahli berpendapat, pada bayi dan anak kecil, vaksin-vaksin ini bisa memiliki efek
serius. Mereka menunjuk ke hubungannya  dengan  autisme dan penyakit auto-
imun.
Vaksin mati atau tidak aktif, mengandung semua atau sebagian dari
organisme penyebab penyakit yang telah dibunuh atau dibuat tidak aktif.
Tak seperti yang hidup, vaksin mati tidak bisa bereproduksi, sehingga tidak
menyebabkan penyakit yang hendak dicegah. Hanya saja, vaksin ini memicu
respons sistem imun lebih lemah dibandingkan vaksin hidup. Vaksin yang tidak
aktif digunakan untuk kolera, Hepatitis A, influenza, pertusis (batuk rejan),
polio (suntikan), rabies, dan tifoid.
Vaksin Rekombinasi DNA dibuat dengan teknik genetika. Vaksin
Hepatitis B adalah salah satu contohnya. Vaksin ini tidak menggunakan seluruh
organisme, tapi mengambil gen-gen khusus dari bahan penimbul infeksi (virus,
bakteri) dan menambahkannya ke dalam biakan virus. Untuk vaksin yang tidak

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


dibuat dengan teknologi genetika, bakteri atau virus dilemahkan berulang-ulang
melalui media biakan, misalnya sel-sel manusia (jaringan janin yang gugur),
jaringan ginjal monyet, lambung babi, embrio ayam, sel-sel embrio marmut,
atau serum anak sapi, untuk mengurangi keampuhannya.
Masih banyak yang belum diketahui tentang efek dari vaksin rekombinasi
DNA. Para ahli mengatakan, vaksin rekombinasi DNA lebih efektif dan aman
dari jenis vaksin lain karena tidak mengandung seluruh bahan infeksi. Tapi
kekhawatiran terbesar pada vaksin ini adalah sistem imun tubuh memroduksi
antibodi-antibodi, yang pada gilirannya menyerang bagian-bagian tubuh.
Semua virus mati atau hidup mengandung DNA dan RNA, yaitu materi
pembawa genetik. Ketika vaksin dibuat, virus-virus itu ditempatkan dalam suatu
media biakan. DNA dan RNA dari virus bisa ditangkap oleh sel-sel hewan
dalam biakan. Sel-sel tempat RNA virus yang menyatu dengan DNA sel-sel
hewan disebut provirus.
Provirus bisa tetap tidak aktif (tidur) dalam tubuh selama bertahun-tahun.
Jika menjadi aktif, banyak ahli percaya provirus bertanggungjawab atas kelainan
autoimun, yaitu ketika sistem imun tidak bisa membedakan jaringannya sendiri
dari benda asing penyerang, dengan demikian tubuh menyerang dirinya sendiri.
Termasuk dalam penyakit autoimun adalah diabetes, rematoid artritis, dan
asma.
Selain itu, protein hewan dalam biakan tidak dicerna tubuh manusia,
dan protein yang tidak dicerna adalah penyebab utama alergi. Protein yang
tidak dicerna juga bisa menyerang lapisan dinding pelindung sel-sel syaraf dan
menimbulkan masalah syaraf.
Cobalah renungkan dengan seksama. Bayi-bayi yang tidak berdosa diberi
virus-virus itu dengan maksud agar anak-anak itu kebal. Faktanya, dalam praktik
di lapangan, banyak kematian dan cacat pada bayi, anak, atau orang dewasa,
akibat dari penanaman virus-virus tersebut. Alasan besar di balik bertahannya
proyek imunisasi atau vaksinasi adalah bisnis besar. Badan peneliti teknologi
tinggi Internasional Frost and Sullivan menggambarkan pasar vaksin manusia
dunia meroket dari US$ 2,9 milyar pada 1995 menjadi lebih dari US$ 7 milyar
pada 2001.
Rasulullah saw sesungguhnya telah memberikan contoh menyangkut
metode kesehatan, yang dinamakan Atthibunnabawy. Menurut Syeh Ibnu
Qayyim Al Jauziyyah, Atthibunnabawy bersifat pasti, bernuansa Ilahi. Artinya,
Atthibunnabawy adalah bagian dari akidah dan iman. Atthibunnabawy terbagi
menjadi empat macam. Pertama, Hijamah/bekam, yakni terapi menyentuh yang
sakit, urut, refleksi. Kedua, All Khustul bahri, Al habatusaudah, Al Assabah

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


(Madu), dan obat-obat alami berupa tanaman di sekitar kita, seperti kencur,
jahe, temulakawak dan lain-lain. Ketiga, Ar Rukyah, yakni bacaan-bacaan yang
dilafazkan dari Al-Qur’an dan As Sunah. Keempat, gabungan dari ketiganya.
Pencegahan penyakit yang harus diupayakan seluruh manusia adalah
meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, yaitu dengan memakan makanan
yang halal lagi baik, menuruti seluruh aturan Allah swt, dan menjauhi
seluruh laranganNya. Negara wajib memelihara kesehatan masyarakat dengan
pengawasan ketat terhadap perdagangan sayur mayur, hewan potong dan
segala bahan makanan dan minuman, agar bebas dari zat-zat kimia sintetis
dan pengawet berbahaya. Inilah upaya yang harus terus diperjuangkan demi
tercapainya generasi Indonesia sehat, cerdas, berkualitas dan beriman.

* Penulis adalah Alumni ESQ Peduli Pendidikan, Bekerja di Pondok Sehat An Nabawiyah,
Metode Kedokteran Rasul dengan Hijamah dan Herbal, Serua Ciputat Tangerang Banten,
Email: nabawiyah_islamic@yahoo.co.id

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Keajaiban Sistem Imun
Imunitas Sebagai Bagian dari Tanda ke-Maha Penciptaan Allah SWT

Oleh: DR. dr. Tauhid Nur Azhar, M.Kes.

Diawali dari satu keterpaduan yang


sempurna, alam semesta kemudian
tercipta dan mengembang secara
dinamis. Materi terbentuk dan saling
berinteraksi. Elektron dan positron
yang bersifat elementer tak terbagi lagi,
bersama dengan netron dan proton
membangun atom pertama. Lalu reaksi
fusi dan juga fisi atau penyatuan dan
pemisahan menghasilkan energi dari
proses eksitasi. Daya tercipta dari sifat
yang terintegrasi dalam sebuah materi.
Lalu materi sederhana yang semula hanya
dikenal sebagai atom tunggal hidrogen
mampu memancarkan berkas cahaya
berupa paket kuanta.
Hipotesis Everett-Wheeler-Bryce De Witt : Alam secara konstan membelah menjadi
cabang-cabang yang tak terhingga jumlahnya, semua berasal dari pengukuran seperti
interaksi antara beribu-ribu komponennya. Lebih dari itu setiap transisi kuantum yang
terjadi di setiap bintang, di setiap galaksi, di setiap sudut alam semesta yang jauh
sedang membelah dunia lokal kita di bumi ini menjadi beribu-ribu salinannya sendiri.
Fungsi gelombang Schrodinger menyebabkan alam semesta memiliki kemungkinan
untuk bercabang secara paralel dalam jumlah yang infinitum (tak berhingga), setiap
kucing Schrodinger yang bertahan hidup di alam nyata sesungguhnya ia mati di alam
paralelnya.

Cahaya berperan sebagai gelombang juga sebagai materi, di satu sisi ia


merambat dan di pihak lain ia melompat. Di satu sisi ia bergerak linier, dan di
sisi sebaliknya ia berinterferensi. Cahaya tampak adalah suatu contoh radiasi
yang disebut radiasi elektromagnetik. Contoh yang lain adalah sinar-X, sinar
ultraviolet, sinar infra merah, gelombang radar, dan gelombang radio. Jenis-

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


jenis radiasi ini terdri dari medan listrik dan medan magnet yang berosilasi
saling tegak lurus dan kedua-duanya tegak lurus terhadap arah propagasi atau
arah penerusan dari radiasi. Jenis-jenis radiasi tersebut memiliki perbedaan pada
macam frekuensinya. Osilasi yang berhubungan dengan radiasi elektromagnetik
berupa gelombang sinus dengan propagasi gelombang v, panjang gelombang λ,
dan frekuensi ν. ν= v/λ.
Teori cahaya sebagai gerak gelombang, dikemukakan oleh Huygens
yang menerangkan bahwa apabila cahaya yang berupa gelombang bertemu
dengan suatu penghalang (celah), titik-titik pada celah dapat berfungsi sebagai
gelombang baru yang akan meneruskan gelombang-gelombang baru tersebut
ke segala arah. Gelombang-gelombang tersebut akan membentuk garis-garis
lengkung (difraksi). Bila pada
celah datang 2 gelombang atau
lebih maka akan tampak pola
perpaduan antara 2 gelombang.
Perpaduan 2 gelombang dengan
frekuensi dan fasa yang sama
tetapi dengan amplitudo yang
berbeda akan saling memperkuat
(interferensi) secara konstruktif.
Superposisi 2 gelombang dengan
frekuensi sama tetapi dengan fasa
berlawanan akan menghasilkan
interferensi destruktif.
Elektron memiliki sifat baik sebagai partikel maupun gelombang, sehingga secara
inheren elektron tidak memiliki suatu lokasi geografis yang absolut (multi dimensi).
Menurut Einstein ruang tidak bersifat 3 dimensi dan waktu bukanlah sebuah entitas
yang terpisah. Ruang dan waktu merupakan aspek-aspek yang berbeda dari sesuatu
yang sama. Ruang dan waktu berisikan sebuah kontinuum 4 dimensi dimana tidak
ada aliran waktu universal sebagaimana dalam pandangan alam semesta yang
deterministik (Newtonian). Ruang waktu memiliki sifat geometris atau lekukan
yang tampak dengan sendirinya dalam fenomena seperti gravitasi. Secara konseptual
fenomena tersebut dapat diabstraksikan sebagai berikut : “Massa bumi berada di
dalam lembar-lembar karet yang luas dan massa bumi akan tenggelam ke dalam
struktur ruang-waktu.” Menurut WK.Clifford materi tidak lain adalah kekosongan
ruang yang melengkung. Sedangkan JA.wheeler mengkonklusinya menjadi;”Tidak
ada sesuatupun di dunia ini kecuali ruang kosong yang melengkung, materi, muatan,
elektromagnetisme, dan medan-medan lain (nuklir lemah dan gravitasi) hanyalah
manifestasi dari lekukan ruang.”

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Tapi mekanisme sederhana ini tidak berhenti di sini, dampak dari adanyanya
emisi radiasi berupa paket kuanta cahaya di kemudian hari diolah menjadi
sumber energi hayati. Kelak kita mengenalnya sebagai proses fotosintesa.
Tetapi sebelum sampai ke sana, materi yang tersusun dan terdiferensiasi
dalam waktu super singkat di titik super kritis la kok ya bisa kemudian
mengorganisasi diri menjadi beraneka rupa atom yang beragam pula sifat
kimianya. Mendeleyev berhasil memprediksi dalam sebuah tabel periodik
beragam jenis atom berdasarkan sifat-sifat utamanya, beratnya dan nomornya.
Bila Mendeleyev dapat memprediksikan beberapa kotak kosong dalam
tabelnya jauh sebelum unsur yang bersangkutan ditemukan, maka patutlah
kita renungkan sejenak kemungkinan adanya suatu keteraturan universal yang
mendasari segalanya.
Perjalanan alam semesta yang sudah menuai jangka 15 milyar tahun ini
kemudian diwarnai dengan pengalokasian potensi dan terbangunnya mekanisme
interaksi. Gumpalan-gumpalan materi yang terlontar dalam suhu tinggi,
perlahan mendingin dan bersepakat untuk saling membentuk jalur mengitari
materi terkuat. Hal ini tidak saja sekedar menunjukkan adanya kesepakatan dan
KECERDASAN yang terbangun, melainkan menunjukkan pula adanya konsep
kepemimpinan atau leadership yang
menjadi jaminan dapat munculnya
keteraturan. Lalu partikel-partikel
elementer itu dengan kecerdasan yang
asli terbangun dari sebuah proses
interaksi mengembangkan hukum
materi. Dalam perspektif diniyah,
hukum materi atau hukum universal
inilah yang mungkin dimaksudkan
sebagai Sunatullah. Jadi di tingkat
partikel elementer, KECERDASAN
adalah sebuah bentuk kesepakatan ! Kecerdasan didapatkan dari proses saling
memahami, saling beradaptasi, saling berbagi, dan yang terpenting adalah saling
berkontribusi bagi kebermanfaatan sesama ! Lalu tahap berikutnya kecerdasan
akan melahirkan hukum atau teorema. Hukum ini dikenal sebagi sunatullah.
Selanjutnya sunatullah yang maujud dalam prinsip self organizing system ini akan
melahirkan keteraturan-keteraturan fungsional yang memberi ruang bagi setiap
elemen di alam semesta untuk dapat memberi kontribusi dalam bentuk manfaat
bagi sesamanya. Orkestrasi ini terlihat dengan jelas pada proses penyempurnaan
tubuh manusia (QS As Sajdah ayat 9). Dimana partikel sub atomik menyusun
suatu organisasi beralgoritem sempurna menjadi sekumpulan elektron, positron,

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


proton, dan netron yang kemudian
membangun molekul. Molekul
akan membangun asam nukleat
(DNA dan RNA) yang selanjutnya
menjadi cetak biru sebuah sel.
Sekumpulan sel menjalankan
fungsi jaringan, dan sekelompok
jaringan yang bersinergi
menghasilkan organ khusus.
Gabungan organ yang saling
bekerjasama akan membangun
sistem fisiologi yang menjadikan
manusia hidup serta beraktivitas. Maka manusia dapat dihipotesakan sebagai
suatu capaian (achievement) dari teroptimasinya berbagai sistem cerdas yang
berkolaborasi dan m,engakumulasikan diri untuk mencapai konseh hasanah
(kesempurnaann). Laqodhalaqnal insana fi ahsani taqwim.
Sistem imunitas adalah sub sistem
dari serangkaian keajaiban yang melekat
pada tubuh manusia. Kemampuannya
terbangun dari seerangkaian proses
dan mekanisme yang cerdas, terukur,
serta fungsional.
Sistem pertahanan tubuh pada
manusia atau yang lebih dikenal
sebagai sistem imun sering diartikan
sebagai suatu efektor dalam menghalau
“musuh” yang terdiri dari zat asing yang akan memasuki tubuh. Sesungguhnya
secara historiografi kata ‘imun’ berasal dari suatu istilah era Romawi yang
diasosiakan dengan suatu keadaan ‘bebas hutang’. Dengan demikian sistem
imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin terjalinnya suatu
komunikasi antara manusia dengan lingkungannya (media hidupnya) secara
setara dan tidak saling merugikan. Dalam konteks muammalah, sistem imun
adalah suatu efektor silaturahmi yang bertugas untuk mengembangkan suatu
pola interaksi yang sehat. Hal ini dapat diamati pada proses vaksinasi, dimana
sebagian elemen mikroba patogen (penyebab penyakit) yang telah dilemahkan
atau bagian yang tidak berbahaya diperkenalkan ke dalam tubuh sebagai faktor
‘pengingat’ bagi sistem imun. Interaksi yang sehat, dapat diartikan pula sebagai
interaksi yang proporsional serta tidak saling merugikan. Kehadiran mikroba
patogen dalam kuantitas yang berlebihan tentu akan membahayakan sistem

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


tubuh yang menjamunya. Untuk itu
proses vaksinasi dilakukan, dimana sistem
imun spesifik yang telah memiliki ingatan
(memori) terhadap mikroba patogen yang
berbahaya akan segera melakukan upaya-
upaya strategis untuk meminimalisir efek
buruk dari keberadaan mikroba yang
bersangkutan.
Secara umum sistem imun manusia
terbagi dalam dua ranah fungsional, yaitu : alamiah dan adaptif (spesifik). Sistem
imun alamiah terentang luas, mulai dari air mata, air liur, keringat (dengan
pHnya yang rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan
asam neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di
dalamnya. Secara lebih mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau
darah terdapat komponen sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari
fasa cair seperti IgA (Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim,
ataupun c-reactive protein (CRP). Sementara fasa seluler terdiri dari sel-sel
pemangsa (fagosit) seperti sel darah putih (polymorpho nuclear/PMN), sel-sel
mono nuklear (monosit atau makrofag), sel pembunuh alamiah (Natural Killer),
dan sel-sel dendritik. Sedangkan pada sistem imun adaptif terdapat sistem dan
struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri
dari sub sistem seluler yaitu keluarga sel limfosit T (T penolong dan T sitotoksik)
dan keluarga sel mono nuklear (berinti tunggal). Sub sistem kedua adalah sub
sistem humoral, yang terdiri dari kelompok protein globulin terlarut (fasa cair),
yaitu : Imunoglobulin G,A,M,D, dan E. Imunoglobulin dihasilkan oleh sel
limfosit B melalui suatu proses aktivasi khusus, bergantung kepada karakteristik
antigen yang dihadapi. Secara berkesinambunangan dalam jalinan koordinasi
yang harmonis, sistem imun baik yang alamiah maupun adapatif senantiasa
bahu-membahu menjaga keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia
dengan media hidupnya (ekosistem).
Siapakah ‘koordinator’ sistem imun ? Tak lain dan tak bukan adalah
sistem komunikasi dalam tubuh manusia. Maha Suci Tuhan, ternyata di dalam
tubuh manusia yang sangat rumit dan terdiri atas milyaran sel, terdapat suatu
mekanisme komunikasi yang sangat canggih. Sistem komunikasi dalam tubuh
manusia berdasar ruang lingkup konektifitas terbagi atas divisi : autokrin,
parakrin, dan endokrin. Autokrin adalah komunikasi intrasel, diperankan oleh
faktor transduksi, transkripsi, dan pertumbuhan. Parakrin adalah komunikasi
intra jaringan (lokal), diperankan oleh sitokin dan faktor pertumbuhan.
Sedangkan endokrin adalah komunikasi antar jaringan bahkan organ yang

 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


dioperankan biasanya oleh hormon. Pada perspektif Psikoneuroimunologi,
sistem imun amat dipengaruhi oleh kinerja sistem hormon dari poros (axis)
hipotalamus-hipofise-kelenjar anak ginjal. Kualitas kinerja sistem imun amat
dipengaruhi oleh kadar hormon glukokortikoid dan mineralokortikoid dari
kelenjar anak ginjal. Sementara kinerja kelenjar anak ginjal amat bergantung
kepada keberadaan hormon ACTH dan CRF (Corticotropin Releasing Factor)
dari poros hipotalamus-hipofise. Kadar kortisol yang tinggi akan menekan
(mensupresi) baik sistem imun seluler maupun humoral. Tertekannya sistem
imun akibat tidak berimbangnya sistem endokrin biasa didapati pada keadaan
ketegangan psikis (ansietas dan depresi). Kecurigaan serta kekhawatiran berlebih
(paranoia) termasuk dalam masalah
kesehatan pribadi (hipokondriak) juga
dapat mengakibatkan tertekannya sistem
imun melalui jalur hormon otak. Akibat
nyata dari tertekannya sistem imun
adalah rentannya manusia terhadap
penyakit-penyakit infeksi. Pada akhirnya
kondisi ketidakseimbangan hormon dan
tidak optimalnya sistem imun dapat juga
memicu munculnya penyakit-penyakit
degeneratif seperti jantung koroner dan
perdarahan serebrovaskular (stroke).
Dalam perspektif yang lebih
ramah sebenarnya sistem imun dapat
dikategorikan sebagai “Sistem Manajemen
Silaturahmi Terpadu” ( SMST). Dimana
Gambar berbagai jenis sel sistem imun peran utama dari semua elemen sistem
bersama darah merah di dalam aliran imun adalah menghasilkan suatu
darah kesetimbangan yang menguntungkan bagi
semua pihak. Untuk itu sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk
melakukan pelayanan relasi publik (public relation), komunikasi eksternal dan
internal, mediasi konflik, jasa keramahan (hospitality), kemampuan seleksi, dan
juga memiliki unit manajemen konflik. Sebagai ilustrasi dari masing-masing
fungsi tersebut dapat kita simak pada kisah berikut : Di daerah permukaan tubuh
yang tertutup oleh kulit dan sebagian diantaranya ditumbuhi rambut terdapat
koloni-koloni bakteri yang tingal dan beranak pinak dengan damainya. Mereka
dikenal sebagai flora normal atau bakteri komensal. Menurut penelitian Martin
Blaser yang dirilis pada tahun 2006, diketahui jumlah spesies mereka mencapai
sekitar 250 jenis. 182 diantaranya sudah teridentifikasi secara biologi.

10 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Mereka ini adalah bagian dari sistem customer services tubuh manusia,
dimana tugas mereka adalah memfasilitasi kondisi yang paling kondusif bagi
klien atau rekanan. Salah satu divisi mereka yang tergolong dalam keluarga
bacillus dan bifidobakterium memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam
laktat yang akan dipergunakan untuk mempertahankan derajat keasaman (pH)
permukaan tubuh. Derajat keasaman yang dikendalikan itu membuat nyaman
para klien loyal yang terdiri atas berbagai jenis flora normal lainnya. Di saat
kondisi permukaan tubuh kondusif bagi flora normal penting maka kinerja
merekapun akan semakin produktif. Sebagian dari mereka bertugas menjaga
kelembaban kulit, sementara sebagian lainnya berbisnis jasa pengamanan, dan
sebenarnya masih banyak lagi lahan berkarya yang belum disebutkan disini.
Keberadaan flora normal ini secara tidak langsung akan menjadi mekanisme
seleksi bagi kehadiran unsur asing yang diduga berpotensi menimbulkan
gangguan ketentraman bagi tubuh. Salah satu mekanisme seleksi yang dilakukan
untuk emncegah pihak-pihak yang tidak berkepentingan untuk datang dan
bercokol adalah melalui mekanisme ”kompetitif inhibitor”. Dimana fasilitas
yang tersedia sebagian besar diantaranya telah termanfaatkan secara optimal
oleh para flora normal, sehingga pendatang-pendatang asing tidak akan merasa
nyaman bila singgah dalam jangka panjang.
Selain kehadiran flora normal selaku customer service, terdapat pula
penataan lingkungan yang sedemikian sempurna sehingga dengan sendirinya
kondisi lingkungan itu akan menjadi ”hambatan” ekologis bagi pendatang
yang tidak dikehendaki atau yang bermaksud kurang baik. Sebenarnya secara
filosofis, baik mikroba maupun unsur asing lain yang berasal dari lingkungan
tidak ada satupun yang berniat buruk, hanya saja mereka datang di saat dan
tempat yang kurang tepat. Keadaan ini sebenarnya justru terjadi karena adanya
ketidakseimbangan dalam tubuh kita yang pada gilirannya dimaknai seolah-
olah aktif ”mengundang”. Berangkat dari konsep dasar inilah maka para
pakar terdahulu menamakan sistem silaturahmi tubuh terpadu ini sebagai
sistem imun, dimana kata imun berasal dari bahsa latin yang berarti ”bebas
hutang”, impas, alias tidak ada tanggungan kepada pihak manapun. Kondisi
tidak berhutang atauy tidak bergantung kepada unsur lain inilah tujuan akhir
dari sistem silaturahmi tubuh. Ketidakseimbangan di dalam tubuh kita dapat
tercermin dari adanya perubahan komposisi cairan tubuh seperti mukus, air
mata ataupun air liur, perubahan rambut getar (silia) di saluran nafas, perubahan
kadar pigmen melanin dari sel melanosit, dan banyak hal lainnya.
Acapkali kita juga sering mengabaikan mekanisme biofisik yang kerap
terjadi mengiringi proses perjalanan suatu penyakit. Mekanisme itu antara
lain bersin, batuk, demam, dan ”meler” (munculnya sekret hidung atau ingus).

11 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Mekanisme-mekanisme tersebut sebenarnya bagian dari sistem imun untuk
mengmbalikan keseimbangan tubuh. Bersin adalah suatu upaya mekanik
untuk menindaklanjuti proses ”deportasi” virus ataupun kuman asing yang
telah berhasil diamankan oleh bulu hidung serta telah ”diringkus” oleh cairan
mukus yang mengandung imunoglobulin A, interferon, lizosim, dan protein
reaktif C yang bertindak selaku anggota satuan pengamanan. Dengan bersin
virus yang telah dilemahkan itu akan ”diterbangkan” dalam bentuk droplet
atau gelembung-gelembung cair menjauhi tubuh kita. Demikian pula yang
terjadi di saat kita mengalami kondisi terbatuk-batuk. Bedanya batuk adalah
upaya untuk mengeluarkan tamu tak diundang yang terlanjur masuk sampai
ke saluran pernafasan yang lebih dalam. Selain itu batuk juga memiliki peran
untuk melancarkan jalan nafas dengan cara menggelontorkan cairan mukus
yang semula terkonsentrasi dan bila berakumulasi akan menghambat saluran
nafas.
Yang tak kalah pentingnya adalah keistimewaan batuk yang juga bisa
berperan sebagai pemacu jantung. Dengan kita terbatuk-batuk maka guncangan
kinetisnya akan menjadi stimulans bagi sistem listrik jantung yang sedang
berhenti. Maka bila kita merasa mendapatkan serangan jantung, langkah
pertama yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk membatukkan diri. Hal
berikutnya adalah demam. Peningkatan suhu tubuh adalah bagian dari reaksi
yang dikenal sebagai reaksi radang. Awal muasal reaksi radang adalah terjadinya
kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan sendiri dapat terjadi karena adanya
beberapa peristiwa yang kemudian mengundang dan mengaktivasi sistem
imunitas. Peristiwa yang diduga dapat memicu terjadinya proses radang adalah
adanya jejas atau cedera di tingkat sel, jaringan, maupun organ. Cedera dapat
ditimbulkan oleh karena trauma (kecelakaan) yang mengakibatkan perlukaan,
memar, ataupun pecahnya pembuluh darah. Tetapi kerusakan jaringan juga
bisa disebabkan oleh keracunan zat kimia, kekurangan oksigen (hipoksia
sampai anoksia), atau oleh karena adanya proses autoimunitas, dimana sel-sel
sistem imun ggal untuk mengenali kawan sendiri (contoh : penyakit lupus dan
rematoid artritis). Bila telah terjadi kerusakan jaringan, terlebih biloa ada luka
terbuka serta pecahnya pembuluh darah, maka mikroba berupa bakteri, virus,
protozoa, maupun jamur yang tidak diundang dan tidak berhak untuk bermukim
di jaringan, dapat masuk dan berkembang biak. Masa awal masuknya mikroba
penyebab penyakit (mikroba patogen) ini sampai dengan timbulnya kondisi
sakit disebut sebagai masa inkubasi. Sementara kondisi sakit yang diakibatkan
oleh karena adanya mikroba patogen yang masuk disebut dengan infeksi.
Untuk menghadapi proses peradangan, terlebih yang telah mengakibatkan
terjadinya infeksi, sistem imunitas akan segera bertindak untuk mengambil

12 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


langkah-langkah strategis darurat. Salah satu langkah awal yang diambil adalah
dengan mengirimkan sinyal darurat yang serupa benar prinsipnya dengan sinyal
ELBA (emergency locator beacon) yang terdapat di pesawat terbang maupun
kapal laut. Hanya saja ELBA aktif memancarkan sinyal bila terjadi benturan
sedangkan sinyal darurat sistem tubuh aktif bila ada proses radang. Sinyal
darurat tersebut berupa senyawa kimia yang dipancarluaskan serta disambung
siarkan oleh sel-sel di seputaran ajringan yang mengalami kecelakaan. Melalui
sistem persyarafan radang akan mengirim sinyal dari keluarga kimia kinin ke
pusat kendali sakit di otak. Dari pusat kendali sakit di otak dikirimkanlah nota
bahaya ke sehenap aparat di sekitar lokasi terjadinya kecelakaan atau kerusakan
jaringan itu. Respon yang muncul adalah peningkatan kinerja hormon adrenalin
dan insulin yang akan mengaktifkan proses produksi energi tubuh melalui
pemecahan atau metabolisme gula. Dengan tenaga tersebut proses perbaikan
dan pertolongan pertama dilakukan. Sel-sel sekitar yang sehat dan dekat dari
lokasi sel yang cedera akan segera memproduksi pecahan asam arakidonat yang
terdeposit di membran sel.
Pecahan atau turunan dari asam arakidonat ini seperti prostaglandin,
prostasiklin, dan tromboksan selanjutnya secara bahu membahu dan
memerankan tugas yang berbeda-beda tetapi bersinergi akan memicu pelebaran
pembuluh darah, perpindahan sel-sel imun, serta mobilisasi sel-sel tersebut
mendekat ke arah sel yang terluka. Pelebaran pembuluh darah dimaksudkan
untuk memudahkan lalu-lintas tim penolong dan memudahkan pula suplai
energi gula serta bahan-bahan perbaikan seperti molekul asam amino. Selain
pembuluh darah melebar, turunan asam arakidonat juga mengirimkan sinyal
untuk meminta bantuan dari sel darah putih yang sedang berpatroli di sekujur
tubuh, maka berbondong-bondonglah mereka tiba di TKP (tempat kejadian
perkara). Selanjutnya mereka menepi dan bermigrasi menuju ke daerah yang
memerlukan perbaikan. Dalam proses kecederaan itu sendiri memang sangat
dimungkinkan untuk terjadinya peningkatan akses mikroba patogen. Daerah
yang terluka dan cedera dapat menjadi pintu masuk (port de entre) bagi sekawanan
mikroba patogen yang saat itu mungkin sedang berjalan-jalan di kawasan sekitar.
Masuklah mereka dan bermanifestasi pada kerusakan seluler. Bagaimana
mikroba patogen dapat merusak ? Sebenarnya tindakan destruktif dari mikroba
patogen tersebut adalah upayanya untuk membela diri, maklumlah ketika ia
masuk ke dalam sel manusia maka lingkungan sel itu menjadi lingkungan asing
yang etramat menakutkan baginya. Dalam keadaan tertekan atau stress seperti
itu wajar kiranya bila mikroba patogen bereaksi negatif. Mikroba patogen dapat
mengeluarkan racun (exotoxin), atau tubuhnya sendiripun memang bersifat
racun (endotoxin), atau dengan alasan keamanan mereka berusaha untuk
menambah jumlah dengan metoda reproduksi yang disebut sebagai mekanisme
13 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
replikasi. Metoda inilah yang acapkali dipergunakan oleh virus. Karena virus
sangat sederhana, maka metoda replikasi yang dilakukannyapun hanyalah
dengan memanfaatkan potensi biologis yang dimiliki oleh sel manusia selaku
induk semangnya, akibatnya banyak sel manusia yang mati karena terjadinya
kegagalan fungsi akibat ”disabotase” oleh virus. Padahal virus tidak bermaksud
jahat sama sekali, ia hanya mempertahankan diri.
Keberadaan mikroba patogen yang ditengarai dapat menimbulkan
dampak-dampak yang tidak diharapkan akan memicu proses ”kewaspadaan”
nasional. Sistem imun sesuai dengan prosedur yang telah disepakati akan
melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi,
persuasi, dan represi. Di tahapan introduksi sistem imun akan menghadirkan
diri, meminimalisir akses masuk, serta menyampaikan informasi bahwa
keberadaan mikroba patogen sesungguhnya tidaklah sesuai dengan lingkungan
tubuh manusia. Pada tahap kedua sistem imun akan meminta dengan hormat
agar mikroba patogen bergegas meninggalkan jaringan yang didudukinya.
Pada tahap ini mulai diberlakukan proses naturalisasi ataupun pemutihan.
Bagi mikroba patogen yang beritikad baik dan bersedia memenuhi ketentuan
untuk bekerjasama maka akan disediakan fasilatas pengubahsuain. Bagian yang
berpotensi bahaya akan dikurangi atau dimodifikasi. Bagi yang membangkang
dan mulai berulah menimbulkan kerusuhan akan segera diamankan dengan
cara diopsonisasi atau diselubungi oleh unit yang bernama faktor komplemen,
yah ibaratnya seseorang yang hendak memasuki sebuah kampung yang relijius
maka pada mikroba patogen ini dikenakan peci terlebih dahulu. Meskipun
komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun
sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen adalah manajer
madya yang bertugas untuk menganalisa masalah lokal dan regional untuk
selanjutnya memberikan advis atau saran strategis bagi manajer di tingkat yang
lebih tinggi.
Rekomendasi dari faktor komplemen ini dapat ditindaklanjuti dalam
bentuk pendekatan represif maupun tetap mengacu kepada pendekatan
persuasif berjenjang. Setelah diproses oleh komplemen dapat saja mikroba
patogen ”dibina” oleh sistem imunitas humoral (sistem imun cair) yaitu dengan
mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dan
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh,
malah mungkin sangat bermanfaat. Bila tindakan persuasif dianggap kurang
efektif, maka akan dilakukan proses penegakan hukum dengan konsekuensi
yang lebih berat. Untuk itu akan hadir dan terjun langsung divisi limfosit T. Sel
limfosit terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak
akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan

14 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T penolong, T
sitotoksik, dan T supresor. Dalam kondisi yang berat mekanisme sistem imun
apakah yang terjadi ? Akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T akan
meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama
dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen
menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody
Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan
sel NK (Natural Killer) dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara
represif untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui
aktivitas kimiawi zat yang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel
limfosit T dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai
Antigen Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen.
Sedari tadi kita hanya membicarakan berbagai sepak terjang sel Limfosit
T, kemana saja dan apa peran dari sel limfosit B ? Sel limfosit B bertugas untuk
membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh
(imunitas humoral). Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel
limfosit B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik
untuk menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik
antigen dari unsur asing tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sistem komunikasi terpadu tubuh kita dapat melayani kliend an kebutuhannya
secara ”tailor made” alias mampu menyesuaikan diri dengan selera dan
kebutuhan.

Bagaimana Sistem Imun dapat Menjalankan Tugasnya ?


Salah satu sistem silaturahmi sistem imun yang canggih tergambar dari
kemampuannya untuk mengenali antigen yang pada mamalia dikelompokkan
sebagai major histocomatibility (MHC). Pada manusia kompleks antigen ini
disebut Human Leucocyte Antigen (HLA) yang disandikan oleh sekumpulan
gen yang terdapat di kromosom 6, tepatnya di alel 21.31 sampai 21.32 (6p21.31-
32). Dalam alel HLA terdapat kurang lebih 200 gen dengan panjang mencapai
4000 Mbp. Secara genetis HLA terdiri atas 3 regio gen yang diekspresikan dalam
3 kelas HLA: kelas I, II, dan III. . Sementara pada kelas I masih terbagi lagi
menjadi IA,B,dan C, dimana kelas IA terdiri dari HLA-A, B, dan C. Sedangkan
HLA IB terdiri dari HLA E,F,dan G. HLA IC terdiri dari MICA (MHC Class I
related gene A), MICB, dan Hfe. Molekul HLA yang telah teridentifkasi secara 3
dimensi antara lain adalah HLA Kelas I yang terdiri dari rantai panjang α (45 kD)
tersusun dari 3 domain globuler (α1,2,dan3) terletak di ekstra sel dan sebagian
regio transmembran diikuti ekornya yang terletak intrasel. Rantai panjang ini
berikatan secara non kovalen dengan rantai pendek β-2 mikroglobulin. Celah
yang terbentuk antara rantai panjang dan pendek membentuk sebuah pengikat
15 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal
peptida yang bernama petide binding groove (PBG). Polimorfisme pada gen
penyandi PBG akan menghasilkan perbedaanasam amino dan muatan
listriknya yang menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan mengikat dan
menyajikan antigen kepada sel limfosit T.
HLA kelas II disandi gen dari 14 lokus yang tersebar dalam 3 regio yaitu:
HLA-DR,DQ, dan DP. Sebaran HLA kelas II terbatas pada sel-sel penyaji
antigen (antigen presenting cells/APC) seperti makrofag, limfosit B, makrofag,
monosit, sel Langerhans, sel epitel Timus, sel dendritik, dan sel limfosit T yang
teraktivasi.
HLA kelas III disandi oleh serangkaian gen yang antara lain mengekspresikan
TNF-α dan TNF-β, gen C2,C4A,C4B untuk sintesa sebagian fraksi komplemen,
kemudian juga menyandikan gen CYP2 untuk sintesa 21-hidroksilase yang
terlibat dalam proses metabolisme kortikosteroid. HLA kelas III juga menyandi
protein HSP70 yang merupakan molekul peradangan serta memiliki asosiasi
dengan ekspresi HLA-DR.
Molekul HLA kelas I bertugas antara lain untuk mempresentasikan antigen
endogen seperti halnya potongan peptida virus dan antigen kanker atau
tumor kepada sel limfosit pembunuh (sitotoksik/CD8). Sedangkan HLA
kelas II berfungsi untuk mempresentasikan antigen eksogen yang berasal dari
ekstraselular seperti antigen bakteri dan kapsid virus pada sel limfosit pembantu
(T helper/CD4). Proses pengekspresian HLA kelas I secara ringkas dapat dirunut
dari retikulum endoplasma (RE) dimana molekul HLA yang telah mendapatkan
antigen dari PBGnya akan diekspresikan ke permukaan sel dengan bantuan
TAP (transporter associated with antigen processing) juga melalui jalur RE.
Perbedaan karakter ataupun polimorfisme pada molekul HLA akan
menyebabkan terjadinya peningkatan resiko munculnya penyakit autoimun
seperti Multiple Sclerosis (terkait dengan HLA DR2 dan DQ6), Narkolepsi
(terkait dengan HLA DQ8), Rematoid Artritis (terkait dengan HLA DRB1*0404,
0405, 0408,0101, dan 1402 yang meningkatkan resiko suseptibilitas dan HLA
DRB1*0402 yang bersifat protektif dan melindungi dari terjadinya reaksi
hipersensitifitas. Keberadaan wild type HLA DR3 misalnya dapat menjadi proteksi
dari infeksi HIV. Pola proteksi ini sangat dipengaruhi oleh status biokimiawi
seluler. Sebagai contoh pada kasus RA, HLA DR yang bersifat protektif hanya
akan berikatan dengan asam amino yang bermuatan positif, sedangkan HLA
DR yang bersifat meningkatkan suseptibilitas hanya akan berikatan dengan
asam amino yang bersifat negatif. Pada kasus autoimun pemfigus vulgaris
misalnya, HLA DR akan berikatan dengan asam amino glutamat yang bersifat
negatif untuk selanjutnya glutamat akan berikatan dengan lisin dan arginin yang
merupakan unsur peptida desmoglein. Desmoglein akan mengaktifkan CD8

16 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


autoreaktif yang lolos dari sistem penapisan timus, terjadilah reaksi autoimun.
Demikian pula pada kasus-kasus infeksi seperti Salmonella, keberadaan molekul
HLA B27 dapat memodulasi tingkat suseptibilitas bakteri.

Pengembangan Optimasi Sistem Imun


1. Harus sesuai dengan fitrah, untuk itu langkah pertama haruslah
mempelajari fitrah manusia dengan seksama
2. Pengembangan terapai imunomodulasi dengan menagcu kepada
karakter dasar komponen yang terlibat dalam sistem imun dan juga
unsur-unsur yang terdapat di alam. Misal pada kasus RA, dengan
pengetahuan tentang kecenderungan HLA untuk berikatan dengan
asam amino antigen berdasarkan muatan atau derajat keasamannya,
maka sekedar mengurangi kadar glutamat dalam diet hariannya
seorang penderita RA dapat mereduksi reaksi autoimun yang terjadi.
Modulasi serupa dapat dilakukan pada kasus-kasus imunopatologi
yang berbeda. Imunomodulasi berbasis nutrisi akan emnajdi salah satu
pilar pengembangan nutrigenomik.
3. Pemanfaatan teknologi terkini seperti sel punca dan basis data
mikromolekul dapat membantu proses optimasi sistem silaturahmi
imunitas, dan besar harapan dapat menjadi alternatif yang rasional
untuk mensubstitusi atau melengkapi kekurangan proses vaksinasi
yang selama ini kerap dirasakan.

17 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


LINGKUNGAN, STRESS, dan IMUNITAS
Dalam kondisi lingkungan yang saat ini
telah mengalami perubahan tatanan secara
drastis, maka tekanan atau stressor yang harus
dihadapi seorang manusia menjadi semakin
bervariasi. Minimnya asupan udara segar kaya
oksigen karena kalah berkompetisi degan
gas buang kendaraan bermotor, pabrik, dan
minimnya lahan hijau terbuka atau hutan kota,
berpadu secara destruktif dengan tingginya
konsentrasi ion positif di sekitar kita. Miskinnya
asupan asam amino yang berfungsi sebagai bahan pembentuk neurotransmiter
untuk pengendalian emosi juga semakin memperburuk situasi, maka tidak
heran apabila kita berbicara budaya jalanan, idiom yang kerap muncul adalah
“kasar”, tidak pakai otak, dan masalah diselesaikan dengan kekerasan. Apapun
bentuk stimulus dan faktor yang mempengaruhinya, stressor secara garis besar
dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok kriteria, yaitu : stressor fisikobiologis,
stressor psikologis, dan stressor sosial budaya.
Sementara berdasarkan waktu pajanan dan intensitas beserta kualitas
tekanan Wheaton (1983) membedakan stres akut dan kronik sedangkan
Holmes dan Rahe (1967) menekankan pembagian pada jumlah stres (total
amount of change) yang dialami individu yang sangat berpengaruh terhadap efek
psikologiknya. Ross dan Viowsky (1979) dalam penelitiannya berpendapat,
bahwa bukan jumlah stres maupun beratnya stres yang mempunyai efek
psikologik menonjol akan tetapi apakah stres tersebut diinginkan atau tidak
diinginkan (undesirable) yang mempunyai potensi besar dalam menimbulkan
efek psikologik. Stres yang diinginkan itu dapat digambarkan sebagai suatu hal
yang menggembirakan dan dinanti-nantikan, misal memiliki anak. Meskipun
proses hamil dan melahirkan adalah momen yang diharapkan, tetapi dalam
menghadapinya seseorang mengalami tekanan psikologis yang cukup tinggi.
Apabila seseorang senang dan gembira juga termasuk stress, maka apakah
sesungguhnya stress itu ? Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu
kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan
adanya ketidakseimbangan. Taylor (1995) mendeskripsikan stress sebagai
pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis,
kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri
terhadap situasi yang menyebabkan stress. Hans Selye (1956) dalam penelitiannya
menggunakan stimulus untuk menimbulkan reaksi fisiologik yang ia sebut GAS
(General Adaptation Syndrome). Menurut teorinya stresor fisik maupun psikologik

18 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


akan mengakibatkan 3 tingkatan gejala adaptasi umum; tahap reaksi alarm
(alarm reaction), resistensi (resistance) dan tahap kehabisan tenaga (exhaustion).
Tetapi rupanya stress lebih tepat bila didefinisikan sebagai respon psikofisiologis
yang memiliki tujuan protektif bagi manusia. Sebagai contoh dalam proses stress
terdapat mekanisme manajemen energi dan kalori yang melibatkan kelenjar
hipotalamus di otak, syaraf kranial, syaraf otonom proadrenergik, kelenjar
adrenal, hormon adrenalin, dan kortisol, serta asam lambung. Seseorang yang
stress karena dikejar anjing rabies akan mempercepat pasokan energi dengan
memaksa jantung memompa darah lebih kencang dan menambah pasokan
oksigen dengan mempercepat deru nafas. Energi itu dialokasikan ke otot-otot
rangka agar dapat bergerak lebih cepat dan kuat. Konsekuensinya adalah ada
beberapa sistem fisiologis tubuh lainnya yang agak “direm” perannya. Beberapa
fungsi faali yang aktivitasnya berkurang antara lain adalah sistem pencernaan
dan sistem imunologi.
Bukankah kita tidak pernah merasa lapar dan tergiur aroma makanan
enak pada saat dalam bahaya ? Gerak peristaltik usus melambat dan sebagai
konsekuensi agar makanan yang tertahan di lambung tidak menjadi medium
berbiak bakteri, maka tubuh memproduksi asam lambung sebagai bagian
dari sistem pertahanan alamiah. Sedangkan sistem pertahanan yang bersifat
dapatan (aqcuired) seperti fungsi sel limfosit agak berkurang, sebagai gantinya
tubuh mengaktifkan sistem imun alamiah seperti sel lekosit,NK, dan faktor
komplemen.
Stress mempengaruhi sistem imun ? Tetapi apa sih sebenarnya sistem imun
itu ? Sistem imun terdiri dari sistem imun alamiah atau non spesifik dan sistem
imun spesifik. Komponen sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahanan
fisik dan mekanik, biokimiawi, humoral dan seluler.Dalam sistem pertahanan
fisik dan mekanik kulit, mukosa, silia saluran nafas, batuk dan bersin akan
mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke dalam tubuh. Adapun bahan
yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, telinga, spermin
dalam semen mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara
biokimiawi. Pertahanan non spesifik humoral terdiri dari berbagai bahan seperti
komplemen, interferon, fagosit (makrofag, neutrofil), tumor necrosis factor (TNF)
dan C-Reactive protein (CRP) .Komplemen berperan meningkatkan fagositosis
(opsonisasi) dan mempermudah destruksi bakteri dan parasit. Interferon
menyebabkan sel jaringan yang belum terinfeksi menjadi tahan virus. Di samping
itu interferon dapat meningkatkan aktifitas sitotoksik Natural Killer Cell (sel NK).
Sel yang terinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan di
permukaannya sehingga dikenali oleh sel NK yang kemudian memprosesnya
lebih lanjut, melisis dan mengubahsuaikan molekul proteinnya. Natural Killer

19 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Cell (sel NK), adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai ciri sel limfoid dari sistem imun spesifik, sehingga disebut sel non
B non T (sel NBNT) atau sel populasi ke tiga. Sel NK dapat menghancurkan sel
yang mengandung virus atau sel neoplasma. Fagosit atau makrofag dan sel NK
berperanan dalam sistem imun nonspesifik seluler. Dalam kerjanya sel fagosit
juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran
kuman terjadi dalam beberapa tingkat, yaitu kemotaksis, menangkap, memakan
(fagositosis), membunuh dan mencerna.
Sedangkan sistem imun spesifik adalah sebuah sistem pertahanan tubuh
yang terdiri dari sistem imun humoral (cair) dan seluler (terdiri dari sel-sel).
Elemen yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B
atau sel B yang jika dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi menjadi
sel plasma yang dapat membentuk antibodi (imunoglobulin). Selain itu juga
berfungsi sebagai Antigen Presenting Cells (APC). Sedangkan yang berperan dalam
sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T yang berfungsi sebagai
regulator dan efektor. Fungsi regulasi terutama dilakukan oleh sel T helper (sel
TH, CD4+) yang memproduksi sitokin seperti interleukin-4 (IL-4 dan IL-5) yang
membantu sel B memproduksi antibodi, IL-2 yang mengaktivasi sel-sel CD4,
CD8 dan IFN yang mengaktifkan makrofag. Fungsi efektor terutama dilakukan
oleh sel T sitotoksik (CD8) untuk membunuh sel-sel yang terinfeksi virus, sel-
sel tumor, dan allograft. Fungsi efektor CD4+ adalah menjadi mediator reaksi
hipersensitifitas tipe lambat pada organisme intraseluler seperti Mycobacterium
tuberculosis.
PSIKONEUROIMUNOLOGI
Psikoneuroimunologi, makhluk apakah itu gerangan ? Dari unsur katanya
sih jelas termaktub 3 suku kata yang bergabung menjadi satu: psikologi,
neurologi, dan imunologi. Yang pertama mempelajari aspek kejiwaan dari
seorang manusia, yang kedua mempelajari sistem syaraf manusia, dan yang
ketiga khusus mempelajari sistem pertahanan tubuh manusia. Secara ringkas
psikoneuroimunologi dapat digambarkan sebagai suatu pendekatan yang
berusaha memotret hubungan antara kondisi psikologis seseorang dengan
sistem syaraf dan respon imunitasnya. Menurut Martin (1938) ide dasar dari
konsep psikoneuroimunologi yaitu adanya fakta: (1). status emosi menentukan
fungsi sistem kekebalan, dan (2). stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh
terhadap infeksi dan karsinoma (keganasan/kanker). Lebih lanjut dinyatakan
bahwa karakter, perilaku, pola coping dan status emosi berperan pada modulasi
sistem imun. Sementara Holden (1980) dan Ader (1981) memperkenalkan
istilah psikoneuroimunologi; yaitu sebagai kajian yang melibatkan berbagai
segi keilmuan, neurologi, psikiatri, patobiologi dan imunologi. Selanjutnya

20 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


konsep ini banyak digunakan pada penelitian dan banyak temuan memperkuat
keterkaitan stress terhadap berbagai patogenesis penyakit termasuk infeksi dan
neoplasma.
Stress macam apakah yang dapat mempengaruhi sistem persyarafan dan
imunitas tubuh seseorang ? Rentangnya luas sekali, mulai dari stress yang murni
bersifat psikologis sampai dengan stress yang diakibatkan daya dukung lingkungan
memburuk dapat menyebabkan gejala penyimpangan psikoneuroimunologis.
Salah satu penyebab dari lingkungan adalah konsentrasi ion positif yang tinggi
dari gas buang kendaraan bermotor, pabrik, dan radiasi elektromagnetik dari
alat-alat elektronik sehari-hari. Penjelasan tentang pajanan ion positif ini sudah
diuraikan di atas. Terkait dengan stressor lingkungan, tingkat polusi karbon
monoksida yang tinggi dari emisi gas buang juga dapat mengurangi asupan
oksigen bagi otak. Mengapa ? Karena karbon monoksida berikatan dengan
molekul hemoglobin di darah merah manusia 4 kali lebih kuat dibanding
dengan perikatan oksigen. Rendahnya kadar oksigen yang dikonsumsi otak
akan mendorong terjadinya defisiensi atau malfungsi dari beberapa bagian
penting otak. Terutama pada daerah-daerah neokorteks sebelah depan.
Mengingat otak manusia terbagi atas 3 bagian yang memiliki fungsi dan
peran berbeda-beda, misal batang otak mengendalikan respon pertahanan
kehidupan (bernafas, berdetaknya jantung, dan rasa lapar untuk memenuhi
kebutuhan energi), sistem limbik yang menjadi pusat belajar dan pengendalian
emosi, serta kulit otak sebagai tempat asosiasi dan pusat pengambilan keputusan
serta respon mental manusia, maka kurangnya asupan oksigen pada daerah
otak bagian depan akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan seseorang
dalam hal pengendalian diri dan mengambil keputusan yang rasional. Tak
heran jika banyak pengemudi angkutan kota yang menghabiskan hari-harinya
di jalanan yang sarat polutan karbon, cenderung berperilaku agresif dan bersifat
anti sosial. Maka tak heran pula di dalam ibadah sholat kita diminta bersujud,
merendahkan letak dahi kita yang dibaliknya terdapat kortex preorbital dan lobus
prefrontalis yang menjadi pusat pengambilan keputusan mental, tampaknya
semata agar mendapatkan pasokan darah kaya oksigen untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsinya. Gangguan pasokan oksigen yang dipergunakan dalam proses
respirasi metabolik sel pada gilirannya akan menggangu aktivitas seluler dari
jaringan yang terimbas, maka tidak heran jika orang-orang di perkotaan dengan
sistem tata kelola lingkungan yang buruk akan mengidap kondisi patologi sosial
yang antara lain terwujud dalam kondisi depresif atau neurosis ringan sampai
sedang. Tentu saja kondisi psikologis yang demikian akan menjadi stimulus
bagi munculnya respon terhadap stress yang akan menghambat aktivitas
imunologis.

21 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Stressor lain yang berasal dari lingkungan adalah kandungan zat kimia
dalam makanan dan air minum yang tidak layak dikonsumsi. Adanya zat kimia
pewarna tekstil seperti beta naftilamin akan merangsang tubuh melalui sistem
detoksifikasi di hati untuk mengolahnya. Sistem enzim oksidatif campuran
(mixed enzymes oxydative system) akan memecah zat kimia berbahaya dan
menghasilkan potongan-potongan radikal bebas. Selanjutnya potongan
radikal bebas itu akan dinetralisir oleh anti oksidan alamiah yang diproduksi
tubuh. Tetapi jika jumlah zat kimia berbahaya terlalu tinggi, maka potongan
radikalnyapun menjadi terlalu banyak dan berlebihan. Akibatnya sistem anti
oksidasi alamiah akan kesulitan untuk menetralisir semuanya. Muncullah
kerusakan-kerusakan jaringan yang akan menimbulkan peradangan dan juga
mungkin mutasi pada DNA yang dapat menyebabkan terjadinya neoplasma
(kanker atau keganasan). Kondisi ini merupakan pemicu potensial terhadap
munculnya stress biologis yang akan berampak pada terstimulasinya respon
stress pada jalur psikoneuroimunologi.
Jangan salah ! Kondisi lingkungan yang buruk dapat berdampak fatal loh
terhadap kesehatan dan kualitas hidup seorang manusia !
Interaksi antara Stress dengan Sistem Imun
3 orang mahasiswa mengayuh sepeda
beriringan menembus pekatnya malam
sesaat setelah jarum panjang terpaku di
angka 6 dan jarum pendek sedikit bergeser
dari angka 12. Lewat tengah malam ! Mereka
baru saja menyelesaikan tugas kelompok di
kamar kos seorang teman lainnya. Karena
telanjur berjanji untuk pulang dan tidur
di rumah, mereka memaksakan diri untuk
pulang. Suasana tengah malam itu begitu mencekam, suara anjing menggonggong
dan meraung bersahutan di kejauhan, membuat bulu kuduk berdiri. Seraaaaam
! Tepat dipertengahan jalan Taman Sari dekat kebun binatang Bandung, bayang-
bayang pohon mahoni raksasa berayun-ayun, bagaikan nenek sihir yang ingin
merangkul. Angin dingin semilir menerpa kulit yang tak tertutp jaket. Bertiga
mereka mengayuh sepeda menuju jalan Cisitu di dekat Dago Simpang sana.
Keringat dingin mengalir perlahan di tengkuk, mereka diam seribu
bahasa. Gak akan lagi-lagi pulang malam, rutuk mereka. Stress, stress,stress !
Stressor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat
emosi yang terletak di sistem saraf pusat, sistem limbik dengan amigdalanya.
Dari sini, stress kondisi stress atau tekanan psikologis itu akan disikapi oleh

22 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


berbagai sistem faali dan organ tubuh kita
melalui sistem saraf otonom. Salah satu
sistem dan organ yang terlibat langsung dan
memainkan peran penting dalam respon
stress adalah sistem endokrin dengan
kelenjar hormonnya. Terjadilah perubahan
sekresi dan keseimbangan hormonal, yang
selanjutnya akan menimbulkan perubahan
fungsional berbagai organ target. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
stress telah menyebabkan perubahan neurotransmitter dan neurohormonal
melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT
(Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial
Axis). HPA merupakan mekanisme yang ditengarai paling banyak mempengaruhi
dan terlibat dalam proses pembentukan respon stress pada manusia.
Dalam kajian yang secara khusus mempelajari hubungan antara stress
dengan kualitas kinerja sistem imun dikaji proses mulai dari stimulus sampai
dengan munculnya gangguan imunitas. Pada saat terjadi stress tubuh menerima
berbagai stimulus stressor yang akan mempengaruhi neuron bagian medial
parvocellular nucleus paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut
akan mensintesis corticotropin releasing hormone (CRH) dan arginine vasopressin
(AVP), yang akan melewati sistem portal untuk dibawa ke hipofisis anterior.
Reseptor CRH dan AVP akan menstimulasi hipofisis anterior untuk mensintesis
adrenocorticotropin hormon (ACTH) dari prekursornya, POMC (propiomelanocortin)
serta mensekresikannya. Kemudian ACTH mengaktifkan proses biosintesis dan
melepaskan glukokortikoid dari korteks adrenal. Steroid tersebut memiliki
banyak fungsi yang diperantarai reseptor penting yang mempengaruhi ekspresi
gen dan regulasi tubuh secara umum serta menyiapkan energi dan perubahan
metabolik yang diperlukan organisme untuk proses adaptif (coping) terhadap
stressor yang datang. Pada kasus ketiga mahasiswa bersepeda di atas, proses
adaptif termanifestasi dalam bentuk kayuhan yang menjadi jauh lebih cepat
dan laju sepeda yang menjadi jauh lebih kencang. Kaburrrrr !
Apakah stress pada pria berbeda dengan stress pada wanita ? Beda !
Stressor yang adekuat pada pria akan memberikan dampak mental dan fisikal
yang lebih parah pada seorang pria. Mengapa demikian ? Hal ini terjadi
karena adanya peran dari hormon yang terkategori sebagai glukokortikoid.
Peningkatan glukokortikoid umumnya disertai penurunan kadar androgen dan
estrogen. Karena glukokortikoid dan steroid gonadal memiliki efek penekanan
pada sistem imun, stress pertama akan menyebabkan baik imunodepresi
(melalui peningkatan kadar glukokortikoid) maupun imunostimulasi (dengan

23 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


menurunkan kadar steroid gonadal). Karena rasio estrogen androgen berubah
maka stress menyebabkan efek yang berbeda pada wanita dibanding pria. Pada
penelitian dengan menggunakan hewan coba, stress terbukti justru menstimulasi
respon imun pada mencit betina tetapi menghambat respon imun pada mencit
jantan.
Mengapa orang yang mengalami stress kronik (berkepanjangan) dan depresi
akan mengalami gangguan sistem imun yang menyebabkannya menjadi rentan
terhadap penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (penyakit jantung pembuluh
darah, diabetes, dan kanker) ? Pada dasarnya sistem imun pada saat stress ditekan
karena sedang ada pengalihan konsentrasi faali agar tubuh mampu mengatasi
sumber stress dalam waktu singkat. Sistem pencernaan dan imun menjadi
prioritas sekunder dibandingkan dengan sistem peredaran darah, pernafasan,
dan metabolisme gula untuk menghasilkan energi seluler. Konsentrasi pada
sistem otot rangka agar dapat berperan maksimal, terkait dengan jenis stressor
yang kerapkali membahayan secara fisik dan memerlukan tenaga ekstra untuk
mengatasinya. Misal berlari sekuat tenaga ketika dikejar anjing rabies, ataupun
melompati pagar nan tinggi saat ada perampok yang hendak menyakiti. Jika
berlangsung dalam periode yang wajar dan tidak berlebihan, respon terhadap
stress ini akan kembali pada keadaan seperti sediakala melalui mekanisme yang
disebut sebagai umpan balik negatif (negative feedback). Selain itu dalam kondisi
“alert” atau siaga mengahdapi bencana itu, Allah sudah menyiapkan rancangan
sistem back-up super canggih. Misal ketika makanan tertahan di lambung dan
saluran cerna sebelah atas, maka sistem syaraf pusat melalui syaraf kranial ke 10
memerintahkan agar produksi asam lambung ditingkatkan.
Kondisi ini semata untuk menjaga agar mikroba patogen (bakteri atau virus
asing tidak berkembangbiak dengan leluasa di saat kita tengah berkonsentrasi
untuk menyelesaikan masalah. Kadar asam lambung yang meningkat ini juga
dimaksudkan untuk membantu proses pendegradasian atau pemotongan
blok-blok makanan agar lebih mudah dicerna, maklumlah saat stress gerakan
motorik usus berkurang jadi upaya kimiawilah yang dilakukan oleh tubuh
untuk mengompensasikannya. Tetapi jika stress yang kita alami menjadi
berkepanjangan, kondisi-kondisi ini akan segera berubah menjadi masalah
kesehatan. Selain sistem imunitas berkurang efektivitasnya, gangguan lambung
dan saluran cerna akan segera mendominasi. Lambung yang kehilangan asupan
(karena stress dan diproduksinya beberapa neurohormonal penekan selera kita
kehilangan nafsu makan) akan tergerus oleh konsentrasi asam lambung yang
terus meninggi sebagai konsekuensi masih terus berjalannya respon terhadap
stress secara fisiologis. Maka tidak heran jika keluhan utama orang-orang yang
mengalami tekanan psikologis berat dan berkelanjutan, misal dikeluarkan

24 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


dari tempat kerja (PHK), terbebani hutang, dan
berselisih dengan pasangan, adalah sakit maag alais
nyeri lambung, mual-muntah, perih, kembung !
Mengapa sistem imun down dan kita menjadi
mudah sakit pada saat stress berkepanjangan? Selain
karena adanya tekanan akibat kenaikan kadar
ACTH, beta endorfin, enkefalin dan katekolamin
di peredaran darah, juga terjadi penekanan aktifitas
sel NK pada saat stres. Padahal sel NK adalah salah satu komponen penting
dalam sistem imun alamiah (non spesifik) yang mampu mengeradikasi mikroba
patogen dan sel-sel tumor ataupun benda asing yang tidak dikenal (intruder).
Lalu produksi atau sekresi neuropeptida opioid selama stress berlangsung
ternyata dapat mempengaruhi aktivitas dari sel-sel limfosit yang berperan
sangat penting dalam menentukan kualitas sistem imunitas spesifik. Limfosit
T misalnya bertugas untuk mencegah terjadinya infeksi virus dan munculnya
sel kanker, sedangkan limfosit B bertugas untuk membentuk antibodi spesifik
(Imunoglobulin/Ig G,A,M,D,dan E yang masing-masing memiliki tugas
perlindungan khusus) . Baik limfosit T maupun B memiliki reseptor opioid
di membran selnya sehingga peka terhadap perubahan hormonal di saat stress
sedang berlangsung.
Maka dapat disimpulkan bahwa berakhlaq mulia, beribadah secara
komprehensif, dan mengenal fitrah diri secara kaffah dan tawadhu adalah salah
satu kunci kebahagiaan dan kesehatan yang didasari pada kemampuan kita
untuk mensyukuri nikmat Allah SWT secara aktif. Belajar, mencermati, dan
menafakurinya (tadabbur-tafakur-tasyakur). Wallahualam bissawab.

25 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Fakta Vaksinasi/Imunisasi
berbagai sumber

Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan


imunitas atau sistem kekebalan pada tubuh terhadap virus. Terbuat dari
virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan tambahan seperti
formaldehid, dan thymerosal. Jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin
hepatitis, polio, rubella, BCG, DPT, Measles Mumps Rubella (MMR). Di
Indonesia sendiri praktik vaksinasi yang dilakukan terutama pada bayi dan
balita adalah hepatitis B, BCG, Polio, dan DPT.
Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan
suat hal yang dirahasiakan publik. Sel line janin yang biasa digunakan untuk
keperluan vaksin biasanya diambil dari bagian tubuh seperti paru-paru, kulit,
otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati yang diperoleh dari aborsi janin.
Tabel di bawah ini menunjukkan bahan beberapa jenis vaksin :
Sel Line
Penyakit Vaksin Produsen
(human fetal)
Polio Poliovax Aventis-Pasteur MRC-5
Measles Mumps Rubella MMR II Merck & Co RA273 & WI38
Meales-Rubella Biavax II Merck & Co RA273 & WI38
Rubella Only MR-VAX Merck & Co RA273 & WI38
Rabies Imovax Aventis-Pasteur MRC-5
Hivrax Glaxo Smith Kline
Hepatitis A MRC-5
Vagta Merck & Co
Hepatitis A-B combo Twinnix Glaxo Smith Kline MRC-5
Chickenpox Varixax Merck & Co WI 38 & MRC-5
Smallpox Acambix 1000 Acambis MRC-5
Ebola Unknown Merck & Co PER C6
HIV Unknown Merck & Co PER C6
Sepsis Xigris Eli Lilley HEK 293
Influenza Unknown Medimmune PER C6
Sumber Jurnal Halal LPPOM MUI
 
Vaksin yang terbuat dari babi yaitu vaksin polio. Seorang pakar dari
Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel

26 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi,
bayi kuda, dan ekstrak mentah lambung babi. Untuk vaksin polio yang jelas
dibuat dari babi ini MUI memberikan fatwanya. (sumber: website MUI)
Koran Republika edisi Sabtu 25 April 2009 memuat sebuah berita yang
sangat penting bagi ummat Islam. Letaknya di pojok kanan halaman 12. Berita
itu memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan
yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin
dari babi. Bayangkan..! Vaksin yang selama ini diharuskan bagi calon jamaah
haji ternyata mengandung zat najis, bukan sekedar haram. Padahal di antara
dampak barang haram, apalagi najis, yang masuk ke dalam tubuh seorang
muslim ialah tidak bakan dikabulkannya doa. Begitu kurang lebih penegasan
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Problem vaksinasi hanyalah salah satu contoh kasus dari dominasi nilai-
nilai kafir yang sedang mendominasi dunia dewasa ini. Seorang penulis muslim
berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menulis sebuah buku
berjudul ”Dajjal : The Anti-Christ.” Buku ini telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi ”Sistem Dajjal.” Perhatikan kutipan tulisan Ahmad
Thomson di bawah ini:
Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir
dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan
dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi
perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya,
seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien,
agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa
kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila
telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai
cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai
bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut.
Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis
besar yang  berkembang guna  melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem
medis dalam sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar
menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan
penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi
industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali
fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara
massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis
dan sistem farmasi kafir.

27 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not
suppose to know  terdapat video yang menjelaskan bahaya vaksinasi. Video
tersebut  melibatkan para dokter, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua
dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination : the Hidden Truth
(Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi
sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini.
Bagi yang berminat silahkan buka http://www.informationliberation.com/
?id=13924. Di dalam situs itu ditulis: “Find out how vaccines are proven to be
both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously
believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti  sia-sia belaka dan
malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering
keliru diyakini sebagai wajib)
Ada kaidah usul fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan
lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alasan yang
dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin
polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang
tidak diperkenankan dalam Islam.
Namun demikian kita tidak boleh hanya bertahan pada kondisi darurat,
melainkan juga melakukan usaha untuk perbaikan. Sudah sekian banyak
Pharmacist muslim lahir di Indonesia dan kita sudah memiliki pabrik vaksin
sendiri di Bandung yaitu Biofarma tentunya sudah tidak ada hal yang
menjadikan kita senantiasa pada kondisi darurat. Jumlah balita di Indonesia
pada tahun 2005 sebesar 24 juta jiwa, di mana 90% adalam muslim yang butuh
vaksinasi yang halal dan aman dari sisi syar’i. Tentunya kita tidak ingin dalam
tubuh dan aliran darah balita kita mengalir unsur-unsur haram.
Diakhir tulisan ini, saya ingin mengajak Bapak/Ibu sekalian mari kita
hindari hal – hal yang sifatnya syubhat (ragu – ragu). Sejak zaman Rosulullah,
Islam sudah memberi solusi terhadap kesehatan khususnya tentang imunisasi.
Salah satu imunisasi yang biasa Rasulullah lakukan adalah ketika bayi baru
lahir langsung di TAHNIK (mengoleskan madu di langit – langit mulut bayi
atau memberikan kurma yang sudah dikunyah kemudian diberikan kepada
bayi yang baru lahir). Wallahu’alam bisshowab.

28 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal


Dipersembahkan oleh:

Grup Diskusi Facebook :


KOMUNITAS RINDU VAKSIN HALAL

bekerjasama dengan :

LSI Asy-Syifa Bekasi


Yayasan Ikhlasul Muslimin
Pesantren Entrepreneur

29 Rindu Kami pada Vaksinasi Halal

Anda mungkin juga menyukai