Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflamasi merupakan suatu respon dari tubuh terhadap adanya cedera maupun infeksi.
Saat terjadi cedera, tubuh akan berusaha menetralisir dan mengeliminasi agen-agen
berbahaya dari tubuh serta melakukan persiapan untuk perbaikan jaringan (Sherwood, 2001).
Adanya proses inflamasi ditandai ciri yang khas, yaitu timbulnya warna kemerahan,
pembengkakan di daerah peradangan, rasa panas, dan timbulnya rasa nyeri (Corwin, 2008).
Inflamasi dapat diatasi dengan menggunakan anti-inflamasi, salah satunya yaitu golongan
anti-inflamasi non steroid (AINS). AINS merupakan obat sintetik dengan struktur kimia
heterogen. Namun penggunaan AINS dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna
(Lelo dan Hidayat, 2004). Adanya efek samping yang cukup serius dalam penggunaan AINS
ini, maka dicarilah sumber alternatif lain untuk digunakan pada terapi inflamasi. Sebagai
salah satu pilihan yang banyak digunakan dalam masyarakat adalah penggunaan tanaman
obat yang dinilai lebih aman dan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat (Umar, 2011).
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan obat adalah kemangi (Ocimum
americanumL.) yang diduga memiliki efek sebagai antiinflamasi.
Efek anti-inflamasi dari kemangi sudah diuji oleh beberapa peneliti. Fitriani (2011)
pernah menguji aktifitas ekstrak etanol daun kemangi sebagai anti-inflamasi. Selain itu,
penelitian juga dilakukan oleh Maimun dkk (2009) terhadap jumlah sel radang pada plantar.
Pada penelitian tersebut terbukti bahwa ektrak daun kemangi dapat menurunkan sel radang
mononuklear secara bermakna pada tikus yang diinduksi karagenan.
Kemangi mengandung minyak atsiri yang memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri
daun kemangi diketahui mengandung sitral, kamfer dan metil sinamat (Siemonsma dan
Kasem, 1994). Sitral adalah campuran dari dua monoterpen asiklik: geranial (A sitral atau
citral trans) dan neral (cis citral atau citral B) (Chaimovitsh et al., 2011). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sitral mempunyai aktivitas anti-inflamasi. Sehubungan belum
tersedianya data ilmiah mengenai aktivitas anti-inflamasi dari minyak atsiri daun kemangi,
maka dilakukan penelitian mengenai aktivitas minyak atsiri daun kemangi yang memiliki
kandungan sitral untuk dijadikan sebagai salah satu pilihan dalam pengobatan inflamasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi minyak atsiri daun kemangi
pada tikus putih yang diinduksi karagenan, ditinjau dari penurunan volume udem dan
persentase panghambatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana uji bioaktifitas kemangi pada inflamasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui uji bioaktifitas kemangi pada inflamasi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inflamasi

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi)
baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002). Inflamasi (peradangan)
merupakan reaksi kompleks pada jaringan ikat yang memiliki vaskularisasi akibat stimulus
eksogen maupun endogen. Dalam arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon
protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan
jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel (Robbins, 2004).

Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-za kimia, dan
pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma dan fagosit ke
tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar dapat mengisolasi, menghancurkan, atau
menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan untuk
proses penyembuhan (Corwin, 2008). Respons inflamasi terjadi dalam tiga fase dan diperantarai
oleh mekanisme yang berbeda :

a. fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler.

b. reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan fagosit.

c. fase proliferatif kronik, dengan ciri terjadinya degenerasi dan fibrosis (Wilmana,
2007).

Respon antiinflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas


kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal
ialah:

1. Kemerahan (rubor)
Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah
tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera
(Corwin, 2008).
2. Rasa panas (kalor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah
lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan
(Wilmana, 2007).
3. Rasa sakit (dolor)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
(1) adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan
tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri, (2) adanya pengeluaran zat – zat
kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat
merangsang saraf – saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri (Wilmana,
2007).
4. Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan
cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari
pembuluh darah ke ruang interstitium (Corwin, 2008).
5. Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi dan
sekitarnya akibat proses inflamasi. (Wilmana, 2007).
Selama berlangsungnya respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal
antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin (5HT), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrien dan
prostaglandin (PG). Dengan migrasi sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim dan
lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator-
mediator kimiawi tersebut kecuali PG (Wilmana, 2007).
2.2 Kemangi
Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar yang dapat
ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini tumbuh ditempat tanah terbuka maupun
agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan
laut (Zainal, dkk. 2016). Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman yang
mudah didapatkan, tanaman kemangi adalah sejenis tanaman hemafrodit yang tumbuh di daerah
tropis tanaman ini termasuk family lamiaceae yang banyak tumbuh di Indonesia. Seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat telah memanfaatkan tanaman
kemangi sebagai hasil alam yang menjadi nilai ekonomi tinggi, biasanya masyarakat menjadikan
daun kemangi sebagai pelengkap masakan atau sebagai lalapan (Safwan, dkk. 2016). Manfaat
kemangi selain itu dapat digunakan sebagi obat, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri,
sayuran dan minuman penyegar. Hasan (2016) menjelaskan hasil dari penelitian fitokomia pada
tanaman kemangi telah membuktikan adanya flavonoid, glikosit, asam gallic dan esternya, asam
cafeic, dan minyak atsiri yang mengandung eugenol (70,5%) sebagai komponen utama.
Sistematika kemangi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum sanctum L.
Sumber : (Verma, 2016)
Morfologi kemangi
Tanaman kemangi (Ocimum sanctum) memiliki morfologi tajuk membulat, herba tegak atau
semak, sangat harum, bercabang banyak, dengan tinggi 0,3-1,5 cm batang pokoknya tidak jelas,
daun berwarna hijau keunguan, dan berambut maupun tidak, daun berhadapan tunggal, tersusun
dari bawah keatas. Memiliki panjang tangkai daun 0,25-3 cm dan setiap helaian daun berbentuk
elips hingga bulat telur, memanjang, ujung tumpul atau meruncing. Pangkal daun pasak hingga
membulat, kedua permukaan berambut halus, bergelombang, tepi bergerigi lemah atau rata
(Kusuma, 2010). Bunga tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Jenis bunga
hemafrodit, berwarna putih dan berbau wangi. Bunga majemuk dan diketiak daun ujung terdapat
daun pelindung berbentuk bulat telur atau elips, dengan panjang 0,5-1 cm. Kelopak bunga
berbentuk bibir, sisi luar berambut memiliki kelenjar, berwarna hijau atau ungu, dan ikut
menyusun buah, mahkota bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip didasar mahkota,
kepala putik bercabang dua namun tidak sama (Kusuma, 2010). Memiliki buah dengan bentuk
kotak berwarna coklat tua, tegak, dan tertekan, ujung berbentuk kait melingkar. Panjang kelopak
buah 6-9 mm. Biji berukuran kecil berwarna coklat tua, bertipe keras, dan waktu diambil segera
membengkak, tiap buah terdiri dari empat biji. Akar tunggang dan berwarna putih. Daun
berbentuk lonjong, memanjang, bulat telur memanjang, ujung runcing, pangkal daun runcing
tumpul sampai membulat, tulang-tulang daun menyirip, tepi bergerigi dangkal atau rata, dan
bergelombang, daging daun tipis, permukaan berambut halus, panjang daun 2,5 cm sampai 7,5
cm, lebar 1cm sampai 2,5 cm, tangkai daun berpenampang bundar, panjang 1 cm sampai 2 cm,
berambut halus (Kusuma, 2010).
Kandungan Senyawa Kemangi
Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu, cirsimaritin,
cirsilineol, apigenin, isotymusin, tanin dan asam rosmarinat, dan jumlah yang cukup besar dari
eugenol (komponen utama minyak atsiri) (Singh, dkk. 2012). Daun kemangi kaya akan mineral
makro yaitu kalsium, fosfor dan magnesium, juga mengandung betakaroten dan vitamin C. Daun
kemangi juga mengandung komponen non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol,
boron, anetol, arginin dan minyak atsiri. Komposisi yang terkandung didalam kemangi antara
lain grotenoid 19,77 ± 0,01%, total phenolic 2,09 ± 0,10% dan total flavonoid 1.87 ± 0,02%
(Bhattacharya, dkk. 2014).
Daun kemangi (Ocimum basilicum Lmerupakan salah satu tumbuhan alam yang mudah
diperoleh di Asia seperti diIndonesia. Daun Kemangi berpotensi sebagai anti mikroba, anti
inflames Daun kemangmemiliki kandungan flavonoid bersifat antinflamasi yang dapat
mengurangi rasa sakiapabila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka. Selain itu,
flavonoid bersifat sebagai antibakteri dan antioksidan yang dapat meningkatkan kerjsistem imun
dan membantu proses penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai