Anda di halaman 1dari 11

BAB.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Basil (Ocimum basilicum L.) merupakan salah satu yang paling penting dari
sayuran, rempah-rempah dan tanaman obat. Ini merupakan tanaman tahunan dan
herba, milik keluarga Lamiaceae. minyak esensial yang disintesis dan disimpan
dalam rambut kelenjar dan digunakan sebagai perasa dalam makanan dan minuman,
seperti wewangian, produk-produk perlengkapan mandi mencuci mulut dan krim gigi
seperti, sebagai fungisida, atau insektisida dalam produk farmasi dan industri
(Mondello et al. 2002 ; Khalid et al, 2006).. Konstituen utama minyak atsiri kemangi
telah dilaporkan sebagai methyl chavicol, citral, linalool, geraniol dan eugenol
(Mondello et al 2002).

Menerapkan pupuk hayati seperti bakteri nitrogen fixing dan pelarut fosfat
mikroorganisme telah menyebabkan penurunan dalam penerapan pupuk kimia dan
telah memberikan kualitas tinggi produk pertanian (Sharma, 2002). nitrogen bakteri
seperti hidup bebas; Azotobacter chroococcum dan Azospirillum lipoferum,
ditemukan memiliki tidak hanya kemampuan untuk memperbaiki nitrogen tetapi juga
kemampuan untuk melepaskan phytohormones mirip dengan asam giberelat dan asam
indol asetat, yang bisa merangsang pertumbuhan tanaman, penyerapan nutrisi, dan
fotosintesis (El Ghadban et al, 2006;. Mahfouz dan Sharaf Eldin, 2007). Pelarut fosfat
mikroorganisme seperti; bakteri dan jamur, efektif dalam melepaskan P dari kolam
anorganik dan organik total tanah P melalui pelarutan dan mineralisasi (Chen et al.,
2006). Juga, Dengan menggunakan pupuk hayati, kuantitas dan kualitas zat aktif dari
tanaman obat dapat ditingkatkan (Rashmi et al, 2008;.. Azzaz et al, 2009). Beberapa
studi telah melaporkan bahwa nitrogen fixing bakteri seperti Azotobacter
chroococcum dan Azospirillum lipoferum bisa menyebabkan peningkatan kuantitas
dan kualitas minyak atsiri beberapa tanaman obat seperti adas (Abdou et al.,2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan dampak dari pupuk hayati pada kuantitas dan
kualitas minyak atsiri kemangi minyak, geranial, caryophyllene,
caryophyllene oksida dan methyl chavicol dalam minyak esensial.
2. Bagaimana cara mengidentifikasi fase gerak dan fase diam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk menentukan dampak dari pupuk hayati pada kuantitas dan kualitas
minyak atsiri kemangi minyak, geranial, caryophyllene, caryophyllene
oksida dan methyl chavicol dalam minyak esensial
BAB.2 PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Komponen Minyak Atsiri


Untuk mengidentifikasi komponen minyak esensial, fraksi minyak esensial
dikumpulkan dan mengalami GC dan GC / MS (kromatografi gas dan gas
spektrometri kromatografi-mass) analisis. Untuk analisis GC dari Younglin Acm600,
dilengkapi dengan HP-5 MS kolom kapiler (30m X 0,25 m) dan untuk GC analisis /
MS dari Agilent 6890 GC dan Agilent 5973 MS, dilengkapi dengan HP-5 kolom
kapiler MS (30m X 0,25 m) adalah bekas.

Bahan referensi otentik geranial, caryophyllene, oksida caryophyllene dan


methyl chavicol yang digunakan untuk menetapkan waktu retensi (Sephidkon, 2002;
Sajjadi, 2006).

Tabel 1. Beberapa Sifat Fisik dan Kimia tanah di situs percobaan

OC EC (ds /
(%) m)
cu Fe K (mg / P (mg / N pH Tekstur
kg) kg) (%)
1.2 8 720 48 0,127 1,86 1,55 7,6 Liat-liat
(Mg / kg) (Mg / kg)

2.2 Kandungan minyak atsiri


Kandungan minyak atsiri secara signifikan dipengaruhi oleh aplikasi
perawatan yang berbeda dari pupuk hayati (Tabel 2). Kandungan minyak atsiri
maksimum (0,226%) diperoleh dengan menerapkan masing-masing tiga pupuk
hayati (Azotobacter + Azospirillum + bacillus) dan isi minimum esensial oil
(0,103%) ditunjukkan oleh perlakuan kontrol (Gambar 1). Nitrogen memperbaiki
bakteri dan pelarut fosfat aplikasi bakteri melalui peningkatan fosfor dan serapan
nitrogen dan akhirnya meningkatkan jumlah biomassa (Shaalan, 2005a, b; Mahfouz
dan Sharaf Eldin, 2007), memiliki efek positif pada kandungan minyak esensial.
Temuan kami sesuai dengan pengamatan Ratti et al. (2001) pada Cymbopogon
martini, Shaalan (2005a, b) pada Nigella sativa dan Borago officinalis,
Harshavardhan et al. (2007) pada Mellisa officinalis, Mahfouz dan Sharaf Eldin
(2007), Azzaz et al. (2009) dan Darzi et al. (2009) pada Foeniculum vulgare,
Mirshekari et al. (2010) pada cyminum Cuminum dan Darzi et al. (2013) pada
Pimpinella anisum.

Gambar 1 Berarti perbandingan untuk konten minyak esensial di berbagai tingkat


perawatan pupuk hayati
Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan minyak esensial secara signifikan
dipengaruhi oleh aplikasi perawatan yang berbeda dari pupuk hayati (Tabel 2).
Kandungan minyak atsiri maksimum (0,226%) diperoleh dengan menerapkan
masing-masing tiga pupuk hayati (Azotobacter + Azospirillum + bacillus) dan isi
minimum esensial oil (0,103%) ditunjukkan oleh perlakuan kontrol (Gambar 1).
Nitrogen memperbaiki bakteri dan pelarut fosfat aplikasi bakteri melalui peningkatan
fosfor dan serapan nitrogen dan akhirnya meningkatkan jumlah biomassa (Shaalan,
2005a, b; Mahfouz dan Sharaf Eldin, 2007), memiliki efek positif pada kandungan
minyak esensial. Temuan kami sesuai dengan pengamatan Ratti et al. (2001) pada
Cymbopogon martini, Shaalan (2005a, b) pada Nigella sativa dan Borago officinalis,
Harshavardhan et al. (2007) pada Mellisa officinalis, Mahfouz dan Sharaf Eldin
(2007), Azzaz et al. (2009) dan Darzi et al. (2009) pada Foeniculum vulgare,
Mirshekari et al. (2010) pada cyminum Cuminum dan Darzi et al. (2013) pada
Pimpinella anisum.

2.3 Geranial dalam minyak atsiri


Gambar 2 Berarti perbandingan untuk geranial dalam minyak esensial dalam berbagai
tingkat perawatan pupuk hayati

Hasil yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa geranial dalam minyak
esensial dipengaruhi oleh penerapan perlakuan yang berbeda dari pupuk hayati,
secara signifikan. Di antara berbagai perawatan, dua perlakuan dari penerapan
Azotobacter dengan basil (51,09%) dan Azotobacter ditambah azosprillum ditambah
bacillus (49,86%) telah menunjukkan peningkatan maksimal dalam geranial di
esensial (Gambar 2). aplikasi terintegrasi bakteri nitrogen dan bakteri pelarut fosfat,
melalui peningkatan penyerapan unsur mineral (Rashmi et al, 2008;.. Azzaz et al,
2009), menyebabkan produksi biomassa optimal yang mengarah ke peningkatan
kualitas minyak esensial. Temuan ini sesuai dengan pengamatan Ratti et al. (2001)
pada Cymbopogon martini, Shaalan (2005b) pada Nigella sativa, Harshavardhan et al.
(2007) pada Mellisa officinalis, Mahfouz dan Sharaf Eldin (2007), Moradi et al.
(2011) pada Foeniculum vulgare, Fallahi et al. (2010) pada Matricaria recutita,
Rashmi et al. (2008) pada selasih mekah dan Darzi et al. (2013) pada Pimpinella
anisum.

2.4 Caryophylene dalam minyak atsiri

Gambar 3 Berarti perbandingan untuk caryophyllene dalam minyak esensial dalam


berbagai tingkat perawatan pupuk hayati
Hasil yang disajikan pada Tabel 2 telah mengungkapkan bahwa mempelajari
berbagai perawatan memiliki efek yang signifikan terhadap yang caryophyllene
dalam minyak esensial. The caryophyllene maksimum dalam minyak esensial
(8.65%) diperoleh dengan menggunakan bakteri pengikat nitrogen (Azotobacter) dan
caryophyllene persen minimum (5,46%) ditunjukkan dengan menerapkan
Azotobacter ditambah bacillus (Gambar 3). Peningkatan geranial dalam minyak
esensial dalam pengobatan aplikasi terintegrasi Azotobacter dengan basil, memiliki
efek negatif pada konstituen lain dari minyak esensial dan kemudian menurun
caryophyllene persen dalam perawatan ini. Hasil ini adalah sesuai dengan studi
sebelumnya pada tanaman obat (Ratti et al, 2001;. Abdou et al, 2004;. Shaalan,
2005a, b; Harshavardhan et al, 2007;. Mahfouz dan Sharaf Eldin, 2007; Velmurugan
et al ., 2008; Darzi et al, 2009;.. Moradi et al, 2011;. Rashmi et al, 2008;. Darzi et al,
2013).

2.5 Caryophyllene oksida dalam minyak atsiri

Gambar 4 Berarti perbandingan untuk caryophyllene oksida dalam minyak esensial


dalam berbagai tingkat perawatan pupuk hayati
Hasil yang disajikan pada Tabel 2 telah menunjukkan bahwa pupuk hayati
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap oksida caryophyllene dalam minyak
esensial. Oksida caryophyllene minimum dalam minyak esensial (0,827%) diperoleh
dengan terintegrasi penerapan pupuk hayati (Azotobacter + Azospirillum + bacillus)
dan caryophyllene oksida persen tertinggi (2,72%) ditunjukkan dengan menerapkan
Azotobacter (Gambar 4). Penurunan oksida caryophyllene dalam minyak esensial
dalam pengobatan penerapan masing-masing tiga pupuk hayati, itu disebabkan
kenaikan beberapa komponen minyak atsiri seperti geranial persen dalam perawatan
ini. Hasil ini adalah sesuai dengan laporan dari Abdou et al. (2004), Darzi et al.
(2009), Azzaz et al. (2009) dan Moradi et al. (2011) pada Foeniculum vulgare,
Harshavardhan et al. (2007) pada Mellisa oficinalis, Velmurugan et al. (2008) pada
Curcuma longa dan Darzi et al. (2013) pada Pimpinella anisum.

2.6 Methyl chavicol dalam minyak esensial

Gambar 5 Berarti perbandingan untuk methyl chavicol dalam minyak esensial dalam
berbagai tingkat perawatan pupuk hayati
Hasil ini mengindikasikan bahwa methyl chavicol dalam minyak esensial
secara signifikan dipengaruhi oleh penerapan perlakuan yang berbeda dari pupuk
hayati (Tabel 2). Maksimum methyl chavicol dalam minyak esensial (1,25%)
diperoleh dengan menggunakan integrasi dua bakteri Azospirillum lipoferum dan
circulans Bacillus (Gambar 5). Biostimulants aplikasi seperti biofertilizer nitrogen
dan pupuk hayati fosfat melalui peningkatan kegiatan biologi tanah dan unsur hara
penyerapan, menyebabkan lebih pertumbuhan dan biomassa produksi yang mengarah
ke peningkatan kualitas minyak esensial (Shaalan, 2005b; Mahfouz dan Sharaf Eldin,
2007; Darzi et al., 2012). Temuan ini sesuai dengan pengamatan Harshavardhan et al.
(2007) pada Mellisa oficinalis, Rashmi et al. (2008) pada selasih mekah, Kumar et al.
(2009) pada pallens Artemisia, Moradi et al. (2011) pada Foeniculum vulgare, dan
Darzi et al. (2013) pada Pimpinella anisum.

2.7 Identifikasi fase diam dan fase gerak


Fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses pemisahan dengan kromatografi karena dengan adanya interaksi dengan
fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen suatu
senyawa analit termasuk asam amino. Fase diam dapat berupa bahan padat atau
porous (berpori) dalam bentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan
pada padatan pendukung.
Fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit (asam amino), dapat
bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa
bahan cair dan dapat juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai
sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatil).
BAB.3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meyakinkan, aplikasi Terpadu pupuk hayati positif dipengaruhi pada
kuantitas dan kualitas minyak atsiri kemangi, seperti kandungan minyak tertinggi
esensial dan kualitasnya diperoleh dengan menggunakan masing-masing tiga
pupuk hayati (Azotobacter + Azospirillum + bacillus).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai