0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai biodiesel, termasuk bahan baku dan proses produksinya. Bahan baku utama biodiesel adalah minyak sawit bekas dan minyak goreng bekas. Proses produksi biodiesel melibatkan esterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas, diikuti transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester. Kelebihan biodiesel adalah dapat mengurangi limbah minyak dan emisi
Dokumen ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai biodiesel, termasuk bahan baku dan proses produksinya. Bahan baku utama biodiesel adalah minyak sawit bekas dan minyak goreng bekas. Proses produksi biodiesel melibatkan esterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas, diikuti transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester. Kelebihan biodiesel adalah dapat mengurangi limbah minyak dan emisi
Dokumen ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai biodiesel, termasuk bahan baku dan proses produksinya. Bahan baku utama biodiesel adalah minyak sawit bekas dan minyak goreng bekas. Proses produksi biodiesel melibatkan esterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas, diikuti transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester. Kelebihan biodiesel adalah dapat mengurangi limbah minyak dan emisi
Biodiesel atau metil ester asam lemak, merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati yang diperoleh dari bahan baku lemak hewani dan nabati melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi. Bahan baku yang dapat digunakan sebagai metil ester adalah tanaman jarak, minyak kelapa, nyamplung, kecipir, kemiri dan tanaman lainnya. Bahan baku utama metil ester dari minyak sawit bekas. Penggunaan minyak sawit bekas sebagai bahan baku metil ester asam lemak, dapat mengurangi pencemaran limbah minyak dari limbah rumah tangga, dan juga dapat meningkatkan nilai ekonomis minyak sawit bekas (Amalia dkk, 2020). Bahan baku dalam pembuatan biodiesel yang telah banyak digunakan berasal dari bahan alam seperti tumbuhan dan biji-bijian. Penggunaan bahan alam sebagai bahan baku pembuatan biodiesel masih kurang efisien jika dibandingkan dengan penggunaan limbah minyak bekas (minyak jelantah). Penggunaan bahan alam membutuhkan lahan yang luas. Minyak jelantah sangat mudah diperoleh, baik dari industri rumah tangga maupun dari restoran. Minyak jelantah merupakan limbah yang bersifat karsinogenik bila dipakai berulang. Minyak jelantah yang digunakan dalam biodiesel ialah minyak jelantah yang dimurnikan terlebih dahulu guna menurunkan kandungan asam lemak bebas (FFA) hingga ≤ 0,05%. Tingginya kandungan FFA dari bahan baku yang digunakan dapat menyebabkan terjadinya reaksi saponifikasi dengan katalis yang dipakai (Maneerung dkk, 2016). Teknologi proses produksi biodiesel yang berkembang saat ini dapat dikelompokkan menjadi proses satu tahap (transesterifikasi) dan proses dua tahap (esterifikasi-transesterifikasi). Minyak yang memiliki nilai Free Fatty Acid (FFA) di atas 1%, seperti minyak goreng bekas, sebaiknya menggunakan proses dua tahap (esterifikasi-transesterifikasi). Minyak yang mengandung asam lemak bebas lebih dari 1% akan membentuk formasi emulsi sabun yang menyulitkan pada saat pemisahan biodiesel. Minyak goreng bekas merupakan minyak yang kadar asam lemak bebasnya meningkat akibat dari proses pemanasan yang terus-menerus. Peningkatan kadar asam lemak diatasi dengan melalui dua tahap proses yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi. Menurut Julianus (dalam Hadrah dkk, 2018), tahap esterifikasi diperlukan untuk mengesterifikasi asam lemak bebas Free Fatty Acid (FFA) dalam minyak bekas agar jumlahnya tidak terlalu banyak. Asam lemak bebas yang terlalu banyak akan membentuk banyak sabun sehingga akan mengurangi produksi biodiesel. Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini menggunakan reaksi transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel umumnya, dengan pretreatment guna menurunkan angka asam minyak jelantah. Angka asam terlalu tinggi akan mempersulit pemisahan gliserol dari biodiesel sehingga produksi biodiesel akan sedikit. Ketentuan penting dalam pembuatan biodiesel ialah kadar ester (minimal 96,5%), bilangan asam (maksimum 0,5 mg KOH/gr). Kadar ester dipengaruhi kualitas teknologi dan proses yang digunakan, dan komposisi bahan baku yang dipakai. Parameter lain berupa kandungan sulfur, fosfor, logam alkali, total kontaminasi, dan hasil gliserol yang tidak bereaksi. Proses pembuatan metil ester dilakukan melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses esterifikasi adalah proses konversi free fatty acid menjadi ester, dimana pada proses esterifikasi terjadi reaksi antara minyak dan lemak dengan alkohol dan proses ini menggunakan jenis katalis asam kuat. Setelah tahap esterifikasi, dilanjutkan tahap transesterifikasi, dimana terjadi konversi kandungan trigliserida menjadi metil ester dengan penambahan alkohol dan katalis. Katalis yang dapat digunakan ialah katalis homogen dan heterogen. Katalis homogen menggunakan katalis asam dan basa, sedangkan katalis heterogen menggunakan katalis asam, basa, biokatalis, dan bifungsional (Faruque dkk, 2020). Kelebihan biodiesel yaitu mengurangi pencemaran hidrokarbon. Bahan dasar biodiesel ialah minyak goreng bekas, sehingga dapat mengurangi limbah. Kelebihan lainnya yaitu tidak menambah jumlah gas karbon dioksida, karena minyak berasal dari tumbuhan/nabati. Energi yang dihasilkan mesin diesel lebih sempurna dibandingkan solar hingga yang menggunakan biodiesel tidak mengeluarkan asap hitam berupa karbon. Biodiesel kurang cocok digunakan pada beberapa mesin diesel modern. BMW dan Mercedes-Benz misalnya, mereka hanya merekomendasikan Dex, Shell Diesel, dan solar berkualitas tinggi lainnya. DAFTAR PUSTAKA Amalia, R., Prasetya, H. E. G., Ulum, A. B., dan Eka S. N. 2020. Pilot Plant Biodiesel from Waste Cooking Oil. Proceedings of the 2nd Faculty of Industrial Technology International Congress International Conference. Bandung, Indonesia, 28-30 Januari 2020: Hal 66 -71. Faruque, M. O., Razzak, S. A., dan Hossain, M. M. 2020. Application of Heterogeneous Catalysts for Biodiesel Production from Microalgal Oil- A Review. Catalysts. Vol.10 (1025): 1-25. Hadrah., Kasman, M., dan Sari, F. M. 2018. Analisis Minyak Jelantah Sebagai Bahan Bakar Biodiesel dengan Proses Transesterifikasi. Jurnal Daur Lingkungan. Vol. 1(1): 16-21. Nurhasnawati, H. 2015. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Peroksida pada Minyak Goreng yang digunakan Pedaganng Gorengan di Jalan A.W Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmiah Manuntung. Vol.1(1):25- 30.