Anda di halaman 1dari 5

ACC NILAI

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


DISTILASI MINYAK ATSIRI
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih
2. Mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri menggunakan prinsip
hidrodistilasi
Pendahuluan
Distilasi adalah salah satu metode pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kecepatan
atau kemudahan menguap zat. Campuran zat tersebut dididihkan sehingga menguap. Uap ini
kemudian didinginkan sampai menjadi bentuk cairan. Proses distilasi diawali dengan pemanasan.
Hal ini menyebabkan zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Proses
yang terjadi pada distilasi adalah perubahan fasa cair menjadi fasa uap atau gas dengan pendidihan
kemudian gas tersebut diembunkan. Tekanan uap merupakan suatu sifat dari zat cair yang
bergantung pada suhu. Tekanan uap selalu bertambah seiring dengan kenaikan suhu (Syukri,2007).
Prinsip penyulingan distilasi merupakan suatu proses pemisahan komponen-komponen dari
suatu campuran yang terdiri dari dua cairan atau lebih. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan
tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut.
Penyulingan pada dasarnya ada dua jenis yaitu hidrodistilasi dan fraksinasi. Hidrodistilasi
merupakan penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur,
hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Proses hidrodistilasi dilakukan dengan bantuan air
maupun uap air. Hidrodistilasi memilki tiga metode yaitu distilasi air, distilasi uap dan air, serta
distilasi uap langsung. Fraksinasi merupakan penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna
hingga hanya membentuk satu lapisan. Proses ini dilakukan tanpa menggunakan uap air. Fraksinasi
memiliki tiga jenis metode yaitu kohobasi, rektifikasi dan distilasi fraksinasi
(Sastrohamidjojo, 2004).
Proses distilasi memanfaatkan perbedaan komposisi setimbang pada fasa gas dan fasa
cair, operasinya berupa penguapan dan pengembunan yang pada umumnya dilakukan secara
bertingkat. Hal ini dikarenakan distilasi melibatkan penguapan dan panas laten yang besar,
sehingga proses ini memerlukan banyak energi. Cara yang dapat dilakukan untuk memperbesar
faktor pemisahan, antara lain dengan distilasi azeotrop dan distilasi ekstraktif. Distilasi azeotrop
melibatkan penambahan zat volatil yang bisa berinteraksi lebih kuat dengan suatu komponen
dibanding dengan komponen lainnya. Zat tersebut akan ikut sebagai distilat , sehingga perlu
dipisahkan lebih lanjut. Distilasi ekstraktif melibatkan penambahan zat non volatil yang bisa
berinteraksi lebih cepat dengan suatu komponen dibanding dengan komponen lainnya. Zat
non volatil tersebut akan ikut masuk ke hasil dasar dan selanjutnya perlu dipisahkan
(Sediawan, 2000).
Distilasi memiliki beberapa jenis, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi
uap, distilasi vakum, dan distilasi kering. Distilasi sederhana menggunakan dasar pemisahan
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan melibatkan salah satu komponen yang bersifat
volatil. Distilasi fraksionasi adalah distilasi yang memisahkan dua atau lebih komponen cair dari
suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi vakum biasanya digunakan jika
senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan kata lain dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya. Campuran ini dapat dikatakan memiliki titik didih diatas 150°C. Jenis
distilasi selanjutnya yaitu distilasi uap. Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih mencapai 200°C atau lebih. Distilasi uap dapat dilakukan dengan
menguapkan senyawa-senyawa ini pada suhu mendekati 100°C dalam tekanan atmosfer.
Penguapan dapat dilakukan dengan menggunakan uap atau air mendidih. Distilasi kering
merupakan distilasi yang dilakukan dengan cara memanaskan material padat untuk
mendapatkan fase uap dan cairnya. Distilasi ini biasanya digunakan untuk mengambil
cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara (Soebagio, 2005).
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak eteris yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan penghasilnya, dan umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri dalam konsentrasi tinggi dapat digunakan
sebagai anastetik lokal. Minyak atsiri yang digunakan misalnya minyak cengkeh. Minyak ini
digunakan untuk mengatasi sakit gigi, tetapi dapat merusak selaput lendir. Kebanyakan minyak
atsiri juga bersifat antibakteri dan antijamur yang kuat (Agusta, 2000).
Minyak atsiri sebagai senyawa metabolit sekunder, juga dikenal memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Antibakteri merupakan daya hambat untuk perkembangan bakteri dan toksisitas
selektif, dimana bahan tersebut hanya melemahkan patogen tetapi tidak berpengaruh terhadap
inangnya. Kandungan senyawa minyak atsiri dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan
bakteri yang dapat digunakan sebagai penghambat aktivitas bakteri (Saputra, 2017).
Minyak atsiri hanya mengandung dua golongan senyawa jika ditinjau dari segi kimia fisika,
yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan
berwujud cairan. Steroptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigensi yang umunya berwujud
padat. Minyat atsiri pada dasarnya mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya senyawa
tersebut sangat kompleks. Tipe senyawa organik yang mungkin terkandung dalam minyak atsiri,
seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Komponen minyak atsiri sangat
kompleks, tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa. Aroma minyak atsiri biasanya ditentukan
oleh komponen yang presentasinya tinggi. Jenis bahan tumbuhan yang digunakan dalam
pengobatan karena kandungan minyak atsirinya, misalnya adalah serai, cengkeh dan pala. Minyak
atsiri juga digunakan sebagai obat setelah diekstraksi atau disuling dari sumbernya, misalnya
minyak kayu putih. Minyak atsiri larut dengan baik di dalam lemak, sehingga kebanyakan minyak
atsiri dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan selaput lendir (Agusta, 2000).
Matery Safety Data Sheet (MSDS)
Aquades (H2O)
Aquades merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul H 2O. Aquades memiliki
wujud cair dan tidak bewarna. Aquades tidak memiliki bau dan memiliki berat molekul 18,02
g/mol. Aquades memiliki titik didih sebesar 100 оC dan memiliki pH netral yaitu 7. Aquades
merupakan bahan yang tidak berbahaya sehingga aman jika kontak fisik dengan aquades
(ScienceLab, 2018).
Magnesium Sulfat Anhidrat (MgSO4)
Magnesium sulfat anhidrat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia MgSO4.
Magnesium sulfat anhidrat berwujud padat dan memiliki berat molekul 120,38 g/mol. Magnesium
sulfat anhidrat bersifat mudah larut dalam air. Magnesium sulfat anhidrat merupakan bahan yang
tidak mudah terbakar. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan magnesium sulfat anhidrat
adalah dengan membasuh luka dengan air yang banyak selama 15 menit jika bahan mengenai kulit
(ScienceLab, 2018).
Batu Didih
Batu didih atau Maleat anhidrat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia
C4H2O3. Batu didih dapat terbakar pada suhu tinggi. Batu didih memiliki berat molekul 98,06
g/mol dan berwarna putih. Batu didih memiliki pH 7, titik didih sebesar 202 оC dan titik lebur
sebesar 52,8 оC. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan magnesium sulfat anhidrat adalah
dengan membasuh luka dengan air yang banyak selama 15 menit jika bahan mengenai kulit
(ScienceLab, 2018).
Prinsip Kerja
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode hidrodistilasi dimana pemisahan
dilakukan berdasarkan pada perbedaan titik didih zat-zat yang terkandung dalam bahan. Distilasi
yang dilakukan dapat berupa pemisahan senyawa volatil dan non volatil. Uap yang dihasilkan
langsung dikondensasi dalam kondesor dan diperoleh zat volatil pada erlenmeyer dalam wujud cair
kembali.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan Distilasi Minyak Atsiri adalah pisau, set alat distilasi
dan gelas ukur 5 mL
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan Distilasi Minyak Atsiri adalah bunga cengkeh,
magnesium sulfat anhidrat, dan batu didih.
Prosedur Kerja
Disiapkan sampel. Dipotong-potong kecil sampel (daun, bunga, atau batang) yang sudah
bersih dan kering. Dipersiapkan set alat distilasi. Diasukkan 50 gram sampel kedalam labu alas
bulat 250 mL. Dipenuhi labu dengan aquades hingga setengah volume total labu. Ditambahkan
batu didih. Dipasang kembali labu pada set up alat distilasi. Dipanaskan labu pada mantel pemanas
secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100 mL atau telah
dipanaskan selama 1-1,5 jam. Dicatat volume distilat yang diperoleh. Dibiarkan distilat beberapa
saat hingga nantinya diperoleh dua fasa, aqueous phase dan organic phase. Dipisahkan minyak
atsiri dari air yang ada dalam campuran distilat. Ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada
distilat minyak atsiri. Diperoleh minyak atsiri dengan cara dekantasi. Dicatat volume minyak atsiri
yang diperoleh. Dihitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh . Diamati bau dan warna dari
minyak atsiri tersebut.
Waktu yang Dibutuhkan
No. Kegiatan Waktu
1. Persiapan set alat distilasi 30 menit
2. Persiapan sampel 30 menit
3. Distilasi minyak atsiri pada cengkeh 120 menit
4. Pemisahan campuran pada distilat 10 menit
Total Waktu 190 menit

Daftar Pustaka
Agusta, A. 2000. Minyak atsiri Tmbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB.
Saputra, A.K., dkk. 2017. Kandungan Kimia Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Bali (Citrus
Maxima) Serta Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus  Dan
Escherichia Coli. Jurnal Kimia 11 Vol. 1 ISSN 1907-9850.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Aquades. [serial online].
http://sciencelab.com/material safety data sheet aquades. [20 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Magnesium Sulfat Anhidrat. [serial online].
http://sciencelab.com/material safety data sheet magnesium sulfat anhidrat. [20 Oktober
2018].
Sediawan, W.B. 2000. Berbagai Teknologi Pemisahan. Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan
Bakar Nuklir Vol. V ISSN 1410-199.
Soebagio. 2005. Kimia Analisis II. Malang: UM Press
Syukri. 2007. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB
Tim Penyusun. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas Jember.
Nama Praktikan
Roisatul Fitri (171810301022)
Kelompok 2
Nama Asisten
Suci Aulia Rahmawati

Anda mungkin juga menyukai