Ionik
Contoh
H C
H
N
O
5 10
R4 N
Hidrogen
17
Dipol-dipol
17
HO
Hidrofob
Reseptor
O C
Reseptor
Reseptor
Reseptor
Reseptor
0,5 - 1
Reseptor
Dalam beberapa kasus, pengaruh efek farmakologi yang panjang mungkin diperlukan, misalnya untuk
mengobati penyakit kronis atau infeksi parasit. Untungnya kebanyakan pengaruh obat terpulihkan, sehingga
tidak terjadi penumpukan dosis obat dan efek yang panjang yang sebetulnya tidak diperlukan.
Mekanisme kimia yang menunjukkan terjadinya ikatan kovalen, contohnya reaksi alkilasi, asilasi dan
fosforilasi. Banyak zat yang mengalami reaksi alkilasi dengan reseptor biologi, reaksi ini tidak selektif dan
bereaksi dengan banyak molekul protein dan asam nukleat, termasuk air. Sebagai contoh, senyawa antara
ion ammonium yang reaktif dari anti kanker nitrogen mustard ( misalnya klorambusil) dengan mudah
membentuk ikatan kovalen anion dengan sulfahidril, karboksilat dan fosfat serta dengan atom N, S, dan O
yang tidak bermuatan
Beberapa bentuk ikatan kovalen dengan reseptor
Alkilasi
CH2 CH2 Cl
R
N
CH2
CH2 Cl
Reseptor
CH2
R
X
CH2
Cl
R
X = S, COO, R2PO4, N, O
Reseptor
CH 2 CH2 Cl
Asilasi
Reseptor
H2N
protein, transpeptidase
HN
Reseptor
Fosforilasi
NH
X
NH
P
R
HO
CH 2
O (S)
X
serin
enzim
O
P
CO
CH2 CH
CO
serin
enzim
O (S)
Ikatan Ionik
Obat-obat tertentu, seperti stimulan susunan syaraf pusat dan depresa akan berbahaya bila aksinya
diperpanjang. Untuk obat-obat ini dibutuhkan ikatan yang tidak terlalu kuat, tetapi cukup stabil sehingga
tidak mudah dilepaskan dari tempat aksi. Beberapa obat dari pH fisiologis akan mudah terionisasi, begitu
juga dengan reseptor yang terutama terdiri dari protein, sedangkan protein ini terdiri dari asam-asam amino
yang juga mempunyai gugus-gugus yang mudah terionisasi.
Tabel di bawah ini menunujukkan kemungkinan interaksi molekul obat dan gugus bermuatan pada reseptor
Gugus
Obat bersifat asam (-XH---- X- + H+)
Benzil penisilin (antibiotik)
Asam asetisalisilat (analgesik)
Sulfadiazin (antibakteri)
Fenobarbital
Obat bersifat basa ( N2 + H+ ---- NH+)
Atropin (senyawa penghambat kolinergik)
Ephedrin (simpatomimetik)
Kokain (anestetika local)
Klorsiklisizin (antihistamin)
Kimna (antimalaria)
Morfin (analgesik)
Obat ammonium kurterner (100% terionisasi)
Tubokurarin klorida (kurariform)
Beranikol klorida (kolinergik)
Heksametonium klorida (senyawa penghambat ganglion)
Atropinmetilbromida (senyawa penghambat kolinergik)
Benzalkoniumklorida (bakteriostatik)
H3C
CH3
H3C
O H O H N
O
O
H O
H O
H N H
pKa
% terionisasi
Bentuk anion
2,76
3,49
6,48
7,41
100
99,99
89,27
49,43
Bentuk kation
99,44
98,92
91,10
84,90
79,92
74,69
9,65
9,36
8,41
8,15
8,00
7,87
OH
O
H
tetrasiklin
ikatan hidrogen intramolekul
pada molekul antibiotika
Gugus karbonil, fosforil dan amino dari protein dan asam nukleat, sangat terionisasi pada pH tubuh 7,4
dengan gugus asam yang ada sebagai anion (misalnya COO -, -PO43-) dan gugus basa sebagai kation
(misalnya R3NH+). Sebagian besar obat yang sekarang digunakan bersifat asam dan basa lemah dan oleh
karena itu bereaksi dengan air menghasilkan jenis senyawa terionisasi. Tingkat ionisasi ditentukan oleh pKa
obat dan pH lingkungan. PKa berbagai gugus fungsi dapat berbeda sehingga tidak dapat disimpulkan
bahwa semua obat yang bersifat asam dan basa lemah terionisasi kuat pada pH 7,4. Sebagai contoh
pilokarpin (pKa=6,80) hanya terionisasi 20,08% pada pH 7,4. Senyawa ammonium kuarterner merupakan
kation permanen tidak terdisosiasi, yang terionisasi sempurna pada pH berapapun. Anggota gugus ini
mungkin merupakan contoh yang baik dari obat yang memerlukan pusat bermuatan untuk menunjukkan
aktivitas farmakologi maksimal. Interaksi kepala kuaterner asetilkolin dengan gugus anion pada sisi aktif
File / Kimia obat & Kosmetika / La Ode Sumarlin
asetilkolinesterase dianggap penting sebagai contoh mekanisme hidrolisa enzim ini. Begitu juga interaksi
ionik obat reseptor merupakan hal yang penting untuk aktivitas biologi obat parasimpatik lain seperti kurate,
penghambat kolinesterase dan penghambat kolinergik dan ganglionik.
Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen yang terjadi pada interaksi obat reseptor berguna untuk memelihara keutuhan sistim biologis
dalam menentukan sifat fisikokimia molekul obat. Ikatan Hidrogen (jembatan hidrogen) terbentuk apabila
suatu atom hidrogen terikat pada dua atom atau lebih. Dalam hal ini, salah satu ikatan dari dua ikatan atau
lebih yang dibentuk oleh hidrogen lebih kuat daripada yang lainnya. Air dapat dihubungkan langsung
dengan jembatan ganda, yang dibentuk oleh hidrogen diantara pasangan atom berurut dalam struktur ini.
Ikatan ini dapat muncul diantara molekul (intermolekul), dalam sebuah molekul (intramolekul), atau sebagai
kombinasi keduanya.
Dipol-dipol
Sampai sejauh ini ilustrasi tentang ikatan nonkovalen telah dikaitkan dengan interaksi gugus ionik dan
dipolar. Sebagian besar senyawa obat terdiri dari gugus nonpolar sebagian dan gugus nonpolar, dan
keduanya penting dalam memperkuat interaksi obat-reseptor dan dalam menjamin hubungan yang tepat
dengan kelarutan air lemak seperti yang digambarkan dalam koefisien partisi obat. Interaksi pengikatan
yang meliputi gugus nonpolar termasuk dalam golongan interaksi van der waals yang sangat tinggi spesifik
jaraknya. Yang menarik disini adalah gaya dispersi London (dipol terinduksi-dipol terinduksi) dan yang
kurang menarik adalah gaya Debye (dipol-dipol terinduksi)
Gaya yang menghasilkan ikatan antara dua gugus nonpolar (yakni gaya London) terbentuk dari dipol
terinduksi, yang sebaliknya timbul dari polarisasi atau deformasi awan elektron. Walaupun gugus non polar
tidak memiliki dipol yang terukur . Atom yang terlibat benar-benar mempunyai dipol yang berfluktuasi
dengan cepat yang berasal dari gerakan elektron sekitar inti dan dari gerakan vibrasi atom dalam molekul.
Apabila dipol berfluktuasi dari dua gugus yang saling mendekat (4 sampai 6 A). Terjadi polarisasi timbalbalik dari awan electron, dan terbentuklah dipol pelengkap. Karena dipol-dipol berada sejajar (setingkat)
oleh kebutuhan, interaksi merupakan salah satu atraksi. Energi interaksi dispersi London, yang baru saja
diuraikan relatif lemah. Karena itu untuk ikatan sepasang gugus metilen (.CH 2----CH2), sumbangan yang
diharapkan hanya kira-kira 0,7 kkal/mol. Tetapi besarnya sumbangan seperti ini menjadi berarti apabila
dijumlahkan dengan jenis ikatan non kovalen lain dalam molekul. Lebih lanjut, jika sisa gugus non polar
berukuran cukup dan berkonfigurasi ruang yang sesuai, gaya London kemungkinan besar menstabilkan
kompleks obat-reseptor.
Ikatan Hidrofobik
Kebanyakan molekul obat mempunyai bagian nonpolar, berupa gugus alkil atau aril. Gugus ini
membentuk suatu interfase dengan cairan tubuh berair (polar) sehingga terbentuk sistim energi tinggi.
Bagian sisi reseptor yang nonpolar juga membentuk suatu interfase dengan cairan tubuh yang polar.
Tingkat energi sistim obat-reseptor sebanding dengan daerah nonpolar yang terkena cairan tubuh. Bila
obat-reseptor bergabung, sistim yang terbentuk dapat kehilangan energi karena daerah nonpolar yang
terkena cairan tubuh berkurang. Obat terikat pada reseptor oleh energi ini.
Belleau menelaah pengikatan suatu deret homolog senyawa pada reseptor dan menemukan adanya
peningkatan yang tetap dalam energi yang dilepaskan oleh suatu senyawa untuk setiap gugus CH 2
tambahan pada molekul. Ikatan hidrofob ini dapat menjadi penyebab sebagian besar penarikan banyak obat
ke reseptor. Ikatan ini merupakan jenis ikatan yang terpulihkan yang memungkinkan pelepasan obat.
Ikatan Van der Waals
Molekul-molekul yang saling mendekat menujukkan adanya tarikan khas satu sama lain. Ikatan ini
cukup penting pada pengikatan obat reseptor, tetapi terjadinya ikatan ini tidak sesering ikatan hidrofob.
Ikatan ini hanya mungkin bila reseptor dan bagian dari obat membentuk pasangan yang cocok. Contoh dari
ikatan ini terlihat pada asetilkolin yang terikat pada enzim asetilkolinesterase. Ikatan-ikatan yang terjadi antar
senyawa ini dengan reseptor adalah ikatan hidrogen antara oksigen dengan gugus hidroksil pada reseptor,
ikatan elektrostatik antara gugus ammonium kuarterner dengan gugus karboksil terion yang ada pada
reseptor dan ikatan hidrofobik antara gugus etilen (-CH 2-CH2-) dan reseptor. Ikatan Van Deer Waals
nampaknya berperan pada ikatan antara metil pada gugus asil dengan reseptor. Konsep ini disimpulkan dari
hubungan struktur aktivitas yang menunjukkan bahwa bila ukuran gugus-gugus ini meningkat, maka
kekuatan senyawa menurun.
Perlu diperhatikan bahwa, kecuali ikatan kovalen, kekuatan ikatan-ikatan lain yang terlihat dalam
antaraksi obat-reseptor adalah lemah dan bahwa kemampuan untuk membentuk kompleks obat-reseptor
ditentukan oleh sejumlah kekuatan ikatan-ikatan tersebut. Misalnya kekuatan yang menahan asetilkolin
pada reseptornya merupakan jumlah ikatan elektrostatik, pengikatan melalui dua gugus N-CH 3 dan satu
gugus asilmetil oleh kekuatan ikatan hidrofobik antara jembatan etilen dan reseptor. Peniadaan satu tempat
pengikatan yang manapun, misalnya gugus ester (-O), akan mengurangi kekuatan ikatan sebesar kekuatan
ikatan hidrogen. Molekul seperti ini akan mempunyai ikatan sebesar kekuatan ikatan hidrogen. Molekul
seperti ini akan tetap terikat pada reseptor, tetapi perlu dosis yang lebih besar (konsentrasi yang lebih tinggi
pada reseptor) untuk mendukung pembentukan kompleks obat-reseptor Jadi afinitas atau kemampuan obat
untuk terikat pada reseptor menentukan potensinya.