Anda di halaman 1dari 39

HIDROLOGI TERAPAN

BANJIR
(FLOOD)

Priseila Pentewati, ST, M.Si


Pengertian Banjir

 Banjir merupakan salah satu bencana alam


yang terjadi di banyak kota di dunia dalam
skala berbeda dimana air dengan jumlah
berlebih berada di daratan yang biasanya
kering.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengertian banjir yaitu berair banyak dan
deras, kadang-kadang meluap. Hal-hal
tersebut dapat terjadi karena jumlah air di
sungai, danau atau daerah aliran air lainnya
melebihi kapasitas normal akibat akumulasi
air hujan atau pemampatan sehingga
meluber.
 Di mata masyarakat, pengertian banjir
adalah negatif karena selalu bersifat
merugikan oleh karena itu pengertian
banjir secara umum dapat
diartikan sebagai bencana alam karena
selain merusak harta benda juga
berpotensi menghilangkan nyawa.
Kerusakan paling parah tentunya terjadi
pada daerah padat penduduk terutama
yang berada di bantaran sungai atau
daerah yang terkena banjir periodik
 Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu
kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara
sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air
di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi
kawasan tersebut.
 Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir
sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air
di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi
kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di
permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan,
dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
 Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah +
Penguapan ke udara)
 Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di
permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk
alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang
tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung
atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air
masuk ke laut.
Pengertian banjir berdasarkan
jenisnya
 Banjir Air
Banjir ini disebabkan meluapnya air
sungai, selokan atau saluran air lainnya
karena volum airnya melebihi kapasitas.
Umumnya pemicu banjir ini adalah hujan
besar yang mampu membuat air di
sungai atau selokan luber.
 BanjirDadakan
Penyebabnya adalah hujan dengan
intensitas tinggi sekali selama berjam-jam.
Kondisi seperti ini mengakibatkan saluran air
tidak dapat menampung tingginya debit
air sehingga luber ke jalan. Di beberapa
tempat banjir seperti ini disebut juga banjir
cileuncang.
Banjir Bandang
 Salah satu jenis banjir berbahaya karena selain
air, banjir jenis ini juga membawa material
lumpur sehingga kekuatan air yang datang
cukup besar dan mampu menghanyutkan
benda-benda yang dilewatinya. Seseorang
tidak dapat berenang melewati banjir seperti
ini. Umumnya banjir bandang terjadi di daerah
rendah atau rawan longsor seperti
pegunungan atau perbukitan.
 Banjir bandang menyeret mobil yang
terlewatinya
 Banjir Pasang
Sering disebut juga banjir rob. Pasang surut
air laut mengakibatkan banjir jenis ini.
Umumnya terjadi di daerah dekat pantai.
Ketika air laut pasang, masa saluran air yang
berhubungan dengan laut, misalnya sungai,
akan ikut mengalami pasang sehingga air
menyebar ke daratan. Semakin jauh berada
dari posisi pantai semakin aman. Apabila
terjadi arus pasang yang sangat besar
seperti tsunami maka efek kerusakan yang
ditimbulkan juga akan semakin parah
 Banjir Lahar Dingin
Ketika gunung berapi mengalami erupsi dan
memuntahkan lahar, maka laharnya akan meleleh
mengalir ke daerah yang berada di daratan rendah
seperti lereng atau kaki gunung. Ketika masih dekat
dengan titik letusan, banjir lahar ini masih bersuhu tinggi
dan saking panasnya akan menguapkan sungai yang
dilewatinya. Semakin lama suhu lahar akan menurun
dan menjadi dingin namun apabila melewati rumah
penduduk mampu melepaskan rumah tersebut dari
pondasinya lalu menyeretnya karena lahar dingin
memiliki massa yang sangat berat. Akibat lain banjir
lahar dingin adalah pendangkalan sungai akibat
endapan lahar saat melewati sungai sehingga volum air
sungai akan berkurang dan membuatnya mudah
meluap.
 Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir
Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir
bandang, tetapi lebih disebabkan oleh
keluarnya lumpur dari dalam bumi dan
menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari
dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa,
tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia
tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini,
peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum
dapat diatasi dengan baik, malah semakin
banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik
semburan lumpur utama.
Penyebab Banjir

Hujan
Tingginya curah hujan menjadi salah satu
faktor penyebab banjir. Hal ini dapat dilihat
dari statistik terjadinya bencana alam banjir
umumnya terjadi pada setiap musim
penghujan. Ketika intensitas hujan meningkat
maka akan terjadi pula peningkatan debit air.
Apabila suatu daerah tidak memiliki sistem
pengairan atau resapan air yang baik, maka
potensi terjadinya banjir di tempat tersebut
lebih besar.
 Pembuangan sampah yang tidak pada
tempatnya
Di daerah perkotaan, inilah salah satu kontributor
terbesar dalam hal penyumbatan saluran air
seperti gorong-gorong atau got membuat aliran
air terhambat sehingga tidak dapat mengalir ke
tempat lain. Kesadaran masyarakat sekitar untuk
tidak membuang sampah ke sungai atau selokan
diperlukan untuk mengurangi banjir yang
disebabkan oleh hal seperti ini
 Kurangnya daerah resapan air
Tata ruang buruk seperti tidak adanya
taman kota atau pembangunan pada
tanah olahan kosong mengakibatkan
hilangnya daerah yang seharusnya
menjadi daerah untuk resapan air .
Pengaturan tempat pemukiman sebaiknya
berada pada tanah yang memang
memiliki resapan air rendah bukan pada
tanah terbuka berdaya serap tinggi.
Akibat banjir
 Terganggunya mobilisasi
Ketika jalan tertutup banjir maka
ruang gerak menjadi terbatas. Sarana
transportasi tidak dapat melintas
karena dapat membuat kendaraan
mogok atau rusak
 Kerugianmateri hingga nyawa
Banjir yang bisa terjadi kapan saja
bahkan di malam hari tidak memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk
bersiap. Akibatnya harta benda bisa
hilang atau rusak akibat terkena
terjangan banjir. Tidak jarang juga terjadi
hilangnya nyawa akibat terseret arus
dan tenggelam akibat bencana ini
 Terganggunya roda perekonomian
Melihat bencana banjir di ibukota tahun lalu
membuktikan bahwa banjir besar dapat
membuat sistem perekonomian di suatu
tempat lumpuh total yang berujung pada
kerugian materi. Barang tidak bisa dikirim,
pembeli tidak bisa pergi ke tempat
perdagangan. Di pedesaan, bencana ini
beberapa kali menyerang hasil tanah yang
siap panen sehingga mengakibatkan
kelangkaan barang. Proses distribusi juga
terganggu akibat jalan yang terhalang banjir
atau dikarenakan rusaknya sarana transportasi
Langkah-langkah mengatasi
banjir
 Tidak membangun pemukiman di daerah sekitar sungai
Kepadatan penduduk di kota besar selalu diimbangi
dengan rendahnya ketersediaan lahan untuk rumah
tinggal. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat ikut
memberikan andil dalam hal ini. Ketika daerah
pinggiran sungai dijadikan tempat tinggal maka tentu
saja daerah resapan air akan semakin berkurang. Selain
itu kala banjir, korban pertama adalah mereka yang
tidak di daerah pinggiran sungai. Diperlukan kebijakan
pemerintah dalam merelokasikan warga yang sudah
bermukim disana sekaligus menekan laju urbanisasi
 Perbanyak ruang terbuka hijau (RTH)
RTH di kota besar seharusnya sekitar 30%
dari luas kota. Sayangnya di lapangan,
ruang terbuka hijau hanya sekitar 10%
padahal ini adalah salah satu sarana
untuk mengatasi banjir karena ketika
hujan turun, air dapat diserap secara
maksimal. Di luar itu, RTH berguna untuk
mengurangi polusi, menjadi tempat
olahraga, bermain, dan bersantai warga
 Menanam pohon
Hal ini bisa dilakukan di pekarangan rumah,
kantor, sekolah dan tempat umum lainnya.
Keberadaan pohom dapat menciptakan kota
yang hijau, membantu mengurangi polusi udara,
memperbanyak resapan air
 Membuat Lubang Resapan Biopori (LRB)
Banyak masyarakat kita belum mengerti seperti apa dan
gunanya biopori. Hal seperti ini bisa ditangani dengan
sosialisasi oleh pemerintah atau lembaga masyarakat
setempat. Di Bandung, Walikotanya sengaja membuat
program sejuta biopori dengan mengajak warga. Cara ini
cukup berhasil karena di tiap RT minimal mempunyai 1
biopori dan banyak dari masyarakat yang kemudian
mengerti tentang LRB. Biopori berguna untuk mengurangi
jumlah air hujan atau air dari saluran pembuangan di
permukaan tanah. Biopori sendiri merupakan sebuah
lubang berdiameter 10 – 30 cm dengan kedalaman
vertikal 80cm -100 cm. Setelah dibuat lubangnya, diisi
dengan batu kerikil pada dasarnya lalu ditutupi dengan
sampah organik seperti dedaunan.
 Penanganan sampah yang baik
Merubah kebiasaan masyarakat tentunya
bukan hal mudah oleh karena itu diperlukan
penanganan tepat sasaran dalam menangani
masalah ini oleh pemerintah setempat.
Kesadaran pribadi masyarakat perlu
ditingkatkan demi kebaikan bersama. Salah
satu cara penanganan sampah yang baik
adalah selain membuang sampah pada
tempatnya yaitu memisahkan antara sampah
organik dengan non organik demi
mempercepat proses pengolahan sampah
 Meluapnya aliran air sungai karena melampaui kapasitasnya disebut
banjir. Aliran banjir yang berfluktuasi bisa digambarkan sebagai
hydrograph banjir dan bisa dipisahkan antaran aliran dasar dengan
aliran dampak langsung dari hujan atau sering disebut Direct Run Off
(DRH)
 Sehubungan dengan perencanaan Bangunan Air, sering dibutuhkan
data atau perhitungan banjir maksimum yang bisa terjadi dari suatu
sungai.
 Perhitungan besar banjir maksimum (Flood Peak) bisa menggunakan
beberapa cara antara lain :
1. Rasional
2. Empiris
3. Cara Unit Hidrograph
4. Cara Statistik atau Analisa Frequency
 Dari empat metode tersebut bisa dipilih metode yang sesuai dengan
data yang tersedia serta kondisi daerah dengan mempertimbangkan
tingkat kebutuhan pembangunan serta resiko yang bisa terjadi.
 Pertimbangan itu antara lain :
 Kebutuhan Objective
 Ketersediaan data
 Tingkat kepentingan Proyek
 Tingkat resiko yang bisa diterima
Rational Method
 Hujan dengan intensitas tertentu yang merata di suatu DAS akan
menimbulkan banjir maksimum apabila lama hujan berlangsung
selama  tc atau time of concentration .
Qp = C . i . A → untuk t  tc
A = luas catchment area
i = intensitas hujan
C = koefisien run off
Qp = banjir maksimum
 Dengan satuan metrik perumusan di atas menjadi :
Qp = banjir maksimum (m3/dt)
C = koefisien run off
i = intensitas hujan (mm/jam) dengan durasi selama tc dan kejadian ulang
(probability) P.
A = luas DAS (km2)
 Dari suatu DAS harga C dan A tetap, sehingga harga yang
menentukan tinggal intensitas hujan i, dengan durasi tc dan probability
P.
 Harga i(tc,P) bisa dihitung dengan frequency hujan dengan probability
yang dikehendaki. Sedangkan tc bisa diprediksi dengan rumus
praktis/empiris.
U.S. Practice of tc

 Untuk basin area relatif kecil bisa digunakan :


n
 L.Lca 
tc = tp = C tL  
 S 

tc = time of concentration (jam)


tp = time to peak (jam)
CtL = panjang aliran air dari hulu sampai hilir (km)
Lca = panjang aliran air dari pusat berat basin sampai hilir (km)
n, CtL = constante basin area
S = kemiringan rata-rata basin area

 Untuk di USA → n = 0,38 maka


CtL = 1,715 untuk pegunungan tinggi
CtL = 1,03 untuk pegunungan rendah
CtL = 0,50 untuk dataran rendah
Intensitas Hujan (itc,P)

 Intensitas hujan dalam perumusan


Rasional adalah intensitas sesuai
probability yang direncanakan (periode
ulang T) serta lama hujan yang
digunakan berdasarkan analisa
frekuensi dari data hujan maksimum
dengan durasi tc
Empirical Formula
 Formula ini untuk memperkirakan Qp atau
banjir maksimum didasarkan hasil
pencatatan-pencatatan yang diperoleh
dari suatu basin area tertentu.

 Persamaan dikembangkan merupakan


hubungan antara luas basin dan debit
maksimum yang terjadi dengan parameter
sedikit mungkin, atau mengabaikan
parameter lainnya yang mempengaruhi
besarnya banjir.

 Formulademikian hanya pas dipakai untuk


daerah dimana studi dikembangkan.
Dickens Formula (1865)
3/4
Qp = CD . A
Qp = debit banjir maksimum (m3/dt)
A = Catchment Area (km2)
CD = Dickens constant antara 6 - 30

Ryves Formula (1884)


Qp = CR . A3/4
CR = Ryves Coefficient
CR = 6,8 untuk 80 km sampai pantai
8,5 untuk area 80 km – 160 km dari pantai
10,2 untuk area 160 km ke arah hulu
Inglish Formula (1930)
124 A → dikembangkan di Makarosktra small area
Qp =
A + 10,4

Fuller Formula (1914)


QTP = Ct . A0,8 (1 + 0,8 log T)

QTP = banjir maksimum selama 24 jam pada frekuensi T tahun (m3/dt)


A = catchment area (km2)
Ct = konstanta 0,18 – 1,88
Frequency Banjir
 Proses terjadinya banjir sangat ditentukan oleh kejadian alam yang
kompleks. Banyak sekali parameter yang mempengaruhi sehingga
sangat sulit dimodelkan secara analitis. Contohnya banjir dari suatu
daerah tergantung oleh karakteristik basin, kondisi hujan serta tingkat
kejenuhan catchment dan faktor lain yang spesifik dari daerah
tersebut. Hal tersebut menyebabkan estimasi banjir maksimum menjadi
problem yang sangat kompleks dan banyak cara atau metode
dikembangkan seperti Empiric Formula, Unit Hydrograph. Satu cara lain
untuk memperkirakan banjir adalah dengan metode statistik yaitu
Frequency Analysis.

 Semua data hidrologi dari suatu catchment seperti banjir maksimum


tahunan, tinggi hujan maksimum tahunan, temperatur maksimum
tahunan, yang bisa dikumpulkan secara kontinu selama beberapa
tahun merupakan data seri atau data series.

 Apabila dari sejumlah data seri tersebut kita susun berurutan dari besar
ke data terkecil atau sebaliknya, dan kita hitung probability P
setiap atau masing-masing kejadian data dengan formula
maka akan kita dapatkan plotting data untuk semua data hidrologi.
Dimana :
m = order number m
P=
N = total data (kejadian) N +1
 Frekuensi kejadian setiap data atau disebut return periode T = 1/P
 Apabila m adalah rangking data dari terkecil ke terbesar maka
probability x adalah P (X  x) dan bila m adalah rangking dari
besar ke kecil maka P (X  x)
m
 Selain formula plotting Weibull P = di atas, ada beberapa
N +1
formula plotting lain diantaranya :
m
 California Formula P: =
n

 Hazen Formula ( m − 1)
P= :
2m
1/n
 Beard Formula : P = 1 – 0,5

m − 0,3
P=
 Chegadayev Formula n + 0,4 :

m − 3/ 8
Blon Formula P =:
 n + 1/ 4

3m − 1
 Tukey Formula P =:
3n + 1
 Hubungan antara recurrence interval T dan probability P dengan r
kali kejadian dalam n data adalah :
r n-p
Pr.n = Cr . P . q
dimana : q = 1 - P

 Di dalam hidrologi, analisa frekuensi banjir biasanya untuk


memprediksi banjir terbesar yang bisa/akan terjadi dalam periode
ulang tertentu.
 Menurut Chow (1951), fungsi frequency distribution yang
merupakan plotting Q dengan T mudah digunakan dalam kasus
hidrologi yang dinyatakan dalam persamaan hydrologic
frequency analysis :
X r = x + k.

XT = nilai variant X dari data random yang series dengan periode


ulang T
x = rata-rata variant
 = standart deviasi variant
k = frequency factor berdasar T
Beberapa cara prediksi banjir maksimum berdasar
frequency analysis adalah :

 Gumbel extreme – value distribution


 Haspers
 Log Pearson Type III distribution
 Log Normal distribution
Metode Gumbel

Rumus yang digunakan


1 n
X T = X + S.K X =  Xi
n i =1
n n

 i − X Xi
X 2 YT − Yn
K=
S= i =1 i =1
Sn
n −1

  T − 1 
YT = −ln− ln 
  T 
Tabel 7-1 Reduced Variate ( YT), Metode Gumbel
Periode Ulang (tahun) Reduced variate (YT)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
Tabel 7-2. Reduced Mean (Yn), Metode Gumbel
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5282 0.5296 0.5309 0 5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5403 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5548 0.5453 0.5458 0 5463 0 5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0 5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0 5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0 5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
Tabel 7-3. Reduced Standard Deviation (Sn), Metode Gumbel

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9697 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1 0411 1.0494 1 0565
20 1.0628 1.0695 1.0755 1.0812 1.0865 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.1086
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1653 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 11759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 11873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1960 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2020 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2049 1.2055 1 2060
100 1.2065
Metode Haspers

Rumus yang digunakan:

RT = Ra + S U T

 R1 − R a R 2 − R a 
S = ½   + 
 U1 U2 
Tabel 7-4 Standar Variabel (U) untuk Return Periode (T)
T U T U T U T U T U T U
1.00 -1.85 2.00 -0.22 10.00 1.26 30.00 2.27 50.00 2.75 90.00 3.33
1.01 -1.35 2.20 -0.13 11.00 1.35 31.00 2.30 52.00 2.79 92.00 3.35
1.02 -1.28 2.40 -0.04 12.00 1.43 32.00 2.33 54.00 2.83 94.00 3.37
1.03 -1.23 2.60 0.04 13.00 1.50 33.00 2.36 56.00 2.86 96.00 3.39
1.04 -1.19 2.80 0.11 14.00 1.57 34.00 2.39 58.00 2.90 98.00 3.41

1.05 -1.15 3.00 0.17 15.00 1.68 35.00 2.41 60.00 2.93 100 3.43
1.06 -1.12 3.20 0.24 16.00 1.69 36.00 2.44 62.00 2.96 110 3.53
1.08 -1.07 3.40 0.29 17.00 1.74 37.00 2.47 64.00 2.99 120 3.63
1.10 -1.02 3.60 0.34 18.00 1.80 38.00 2.49 66.00 3.02 130 3.70
1.15 -0.93 6.80 0.39 19.00 1.85 39.00 2.51 68.00 3.05 140 3.71

1.20 -0.85 4.00 0.44 20.00 1.89 40.00 2.54 70.00 3.08
1.25 -0.79 4.50 0.55 21.00 1.94 41.00 2.56 72.00 3.11
1.30 -0.73 5.00 0.64 22.00 1.98 42.00 2.59 74.00 3.13
1.35 -0.68 5.50 0.73 23.00 2.02 43.00 2.61 76.00 3.16
1.40 -0.63 6.00 0.81 24.00 2.06 44.00 2.63 78.00 3.18

1.50 -0.54 6.50 0.88 25.00 2.10 45.00 2.65 80.00 3.21
1.60 -0.46 7.00 0.95 26.00 2.13 46.00 2.67 82.00 3.23
1.70 -0.40 7.50 1.01 27.00 2.17 47.00 2.69 84.00 3.26
1.80 -0.33 8.00 1.06 28.00 2.19 48.00 2.71 86.00 3.28
1.90 -0.28 9.00 1.17 29.00 2.24 49.00 2.73 88.00 3.29
Metode Log Pearson Tipe III
Rumus yang digunakan:
n

 LogXi Log Xt = Log X + K . Sx


LogX = i =1
n
n

 (LogXi − LogX)2
(Xt) = antilog Log Xt
i =1
Sx =
n −1
n

 (LogXi − LogX)3

Cs = i =1

(n − 1) (n − 2) (Sx )3


Banjir Rencana

 Banjir rencana (design flood)


adalah debit maksimum di sungai
atau saluran alami dengan periode
ulang tertentu

 Metode yang dipakai antara lain:


 Metode Rasional
 Metode Weduwen
 Metode Haspers

Anda mungkin juga menyukai