Anda di halaman 1dari 65

METEOROLOGI

Studi mengenai kondisi :


-Cuaca
-Iklim
Data meteorologi :
-Suhu/ Temperatur udara dan tanah
-Kelembaban
-Kecepatan angin
-Tekanan Udara
-Penyinaran Matahari
-Penguapan
-Presipitasi

Pengukuran dilakukan pada stasiun meteorologi


1. Temperatur Udara
▪ Variabel → Hujan, evaporasi, transpirasi
▪ Diukur dalam sangkar meteorologi → temperatur rata-
rata harian
▪ Dinyatakan dalam C, F, Abs
24
t t max + t min
t AV =  t AV =
i =1 24 2
Untuk mengukur tmax atau tmin dipergunakan termometer khusus.

- Fungsi dari tinggi tempat :


100 m → 0.7 C

Gambar Sketsa Sangkar Meteorologi


Temperatur Tanah
▪ Termometer tanah
▪ Kedalaman : 1 – 3 – 5 – 10 cm
▪ Pencatatan : 3 x (jam 07.00 – 12.00 – 17.00)
▪ Data :
▪ Rata-rata harian / bulanan
▪ Max / min harian / bulanan

Gambar Sketsa Termometer Tanah


2. Kelembaban
▪ Udara menyerap air → Kelembaban tergantung temperatur
Kelembaban (relatif) :
e ea = tekanan uap aktual
h = a 100 %
es es = tekanan uap jenuh

 17,27t 
es = 611 exp   Pa (=N/m2)
 237 ,3 + t 
Satuan tekanan uap air : bar atau mmHg
1 bar = 105 N/m2
8
 112 − 0,1 t + t d  t = temperatur
h = 
 112 + 0,9 t  td = temperatur titik embun
Untuk pengukuran secara langsung dipergunakan Psychrometer :
Sepasang termometer bola basah dan termometer bola kering
Tabel Psychrometer (Kelembaban)

Gambar Sketsa Termometer Bola


Kering dan Termometer Bola Basah
Contoh :
Diketahui : Temperatur udara : 20C
Temperatur titik embun : 16C
Ditanya :
- Tekanan uap air jenuh (es) dalam mmHg
- Kelembaban relatif (h)
- Tekanan uap air aktual (ea) dalam mmHg
Jawab :
 17,27  20 
es = 611 exp   = 2339 Pa
 237 ,3 + 20 
1 mmHg = 13,6 x 10-3 m x 9800 N/m3 = 133,28 N/m2 = 133,28 Pa
2339
es = 17,55 mmHg
133,28
8
 112 − 0,1  20 + 16 
h =  = 0,7788 = 77,88 %
 112 + 0,9  20 
ea = 17,55 x 0,0,7788 = 13,67 mmHg
3. Kecepatan Angin
- Udara yang bergerak dari temp. rendah ke temp. tinggi
- Alat :
- Pengukuran kecepatan angin : anemometer
- Arah angin : Lingkaran arah angin
- Tanpa alat : dengan skala Beaufort
- Satuan kecepatan : km/jam, mil/jam, m/dt, knots
1 km/jam : 0.621 mil/jam
1 kn = 1.852 km/jam

Gambar anemometer Gambar Self Recording Wind Speed


▪ Pengukuran kecepatan angin dilakukan setiap hari
untuk ketinggian tertentu, misal : 2 m

▪ Bila didapat data kecepatan pada ketinggian tertentu


hendak dicari data kecepatan pada ketinggian
lainnya dipakai perumusan empiris :
0.15
 z U = Kecepatan angin pada ketinggian sekarang (Z)
U = U 0   U0 = Kecepatan angin pada ketinggian semula (Z0)
 z0 

Rumus empiris yang lain :

 log 6.6  U2 = Kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 2 m


U 2 = U1   diatas tanah (mil/hari)
 log z 
U1 = Kecepatan angin pada ketinggian z ft (mil/hari)
4. Tekanan Udara
- Berpengaruh terhadap : - angin
- penguapan
- Alat : Barometer dengan satuan (mmHg, mmbar)
1 atm = 76 cmHg
= 0.76 x 13.6 x 9800
= 101292.8 N/m2
1 bar = 105 N/m2
1 atm = 1012.9 bar = 1.013 kbar

Persamaan LAPLACE (hubungan antara tek udara dan elevasi) :


 P0  z
Log   =
 P  18400  (1 + k  t )
P0 = tekanan udara pada elevasi z (m) dalam mmHg
P = tekanan udara pada elevasi mula-mula (m) dalam mmHg
k = koefisien pengembangnan udara = 0.00367
t = temperatur rata-rata sampai elevasi z (m) dalam C
5. Penyinaran Matahari
- Laju radiasi matahari :
n n = lama penyinaran yang terjadi (jam)
Lrm =  100 % N = lama penyinaran yang dapat terjadi (jam)
N
- Alat : pengukuran sinar matahari Jordan atau Campbell Stokes
Recorder → Sunshine Recorder

Bola Kaca D 4”

Kertas pencatat

Sunshine Recorder Kertas Grafik Sunshine Recorder

Pencatatam dilakukan berdasarkan panjang kertas yang


terbakar (menunjukkan waktu)
Radiasi Matahari
- Alat : Solar Radiation Recorder

- Data : - harian / mingguan


- diperoleh dari luas yang dibatasi oleh kurva dengan sumbu waktu
- satuan : cal / cm2 / hari

-Radiasi = luas x k x ka
k = 1.5
ka = koefisien alat
HUJAN
- Hujan efektif (Ref)

- Data :
- Tinggi / curah hujan (R) ketebalan air di atas permukaan datar (mm)
- Durasi (t) lamanya curah hujan yang terjadi (menit atau
jam)
- Intensitas (I) laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu
(mm/menit; mm/jam; mm/hari)
- Frekuensi (T) frekwensi kejadian terjadinya hujan, biasanya
dinyatakan dengan waktu ulang (return period): T
(sekali dalam T tahun)

-Alat pengukur hujan :


-Manual
-Otomatis
HUJAN
-MANUAL :
-Pengukuran dilakukan  1 hari

CORONG LUAS = A

Vol (mm)
R=
A

Vol

Sketsa Alat Penakar Hujan Manual


HUJAN
OTOMATIS :
- Pengukuran dilakukan > 1 hari / minggu

Beberapa jenis alat pengukur hujan otomatis :


1. Weighting bucket type rain-gauge
2. Float type automatic rain-gauge
3. Tipping bucket type rain-gauge

Alat Penakar Hujan Mekanik

Sket Alat penakar hujan otomatis type weighting Bucket


Jenis Syphon
CORONG KERTAS GRAFIK

SIPHON

PENA PENCATAT
PELAMPUNG
Sket Alat Penakar Hujan
PENAMPUNG
dengan Syphon

Hujan masuk kedalam corong dan diteruskan ke dalam penampung.


Akibat masukan air hujan, maka air dalam penampungan naik, maka
pelampung juga ikut naik dan pena pencatat pun juga ikut naik.
Bila tinggi air mencapai bengkokan syphon dan air hujan masih tetap
masuk ke dalam corong, maka air di dalam bak penampungan akan
keluar melalui syphon dan muka airnya akan turun bersamaan dengan
turunnya pena pencatat sampai bak penampung kosong. Bila hujan
tetap berlangsung, maka muka air di dalam penampung akan naik lagi
dan pena pencatat pun ikut naik
Selain naik turunnya pena pencatat, kertas grafik juga bergerak
berputar terhadap sumbu vertikal. Gerakan putar kertas grafik ini
sesuai dengan gerakan jarum jam
Kertas grafik dapat diganti seminggu sekali. Dari kertas grafik ini
dapat diperoleh data tinggi hujan dan durasinya dalam menit atau
jam

Contoh hasil pencatatan :

9
8
7
R1
6
5
4
3
2 t1
1
0
20 24 4 8 12 16 20 24 4 8 12 16 20 24 4 8 12 16 20 24
▪ Syarat pemasangan alat
▪ Hindarkan pengaruh angin → pasang pd ketinggian tertentu
▪ Bebas halangan :
▪ D > 2H → 14 negara
▪ D > H → 7 negara
▪ D> 4H → Standar WMO (World Meteorological Organization)
▪ Dipasang pada tanah datar
▪ Dilindungi
▪ Dekat dengan pengamat
▪ Syarat-syarat teknis dipenuhi

H
H

D D
▪ Beberapa data tinggi hujan di dunia

▪ Equator : 0 - 20 : 1500 – 3000 mm/th


▪ Garis Lintang : 30 - 40 : 400 – 800 mm/th
▪ Garis Lintang : > 70 :  200 mm/th

▪ Cherrapodngee (India) : 10.800 mm/th


▪ Buenaventura (Colombia) : 7.310 mm/th
▪ Malang : 2.000 mm/th
▪ Teheran : 220 mm/th
PENYAJIAN DATA HUJAN
▪ Tergantung pada kebutuhan, maka data hujan dapat diberikan
dalam bentuk :
▪ Tabel
▪ Diagram
▪ Grafik

Penyajian dalam bentuk Tabel :


Biasanya berupa data hujan harian, hujan harian maksimum, hujan bulanan atau
hujan tahunan.
Tabel Hujan Harian Hipotetik Tabel Hujan Bulanan
TANGGAL R (mm) BULAN R (mm)
1 Mar 70 30 Januari 70 341
2 Mar 70 48 Febuari 70 312
3 Mar 70 15 Maret 70 234
4 Mar 70 0 April 70 150

31 Mar 70 53 Desember 70 214


Tabel Hujan Harian Max Tabel Hujan Tahunan
TANGGAL R (mm) TAHUN R (mm)
1990 180 1990 2341
1991 172 1991 2135
1992 146 1992 2436

2000 161 2000 1864

Penyajian dalam bentuk diagram :


Data hujan yang disajikan dalam bentuk diagram unit waktunya biasanya
tergantung dari keperluannya.
Diagram garis Diagram batang
200 200
Hujan harian max

Hujan harian max


150 150
(mm)

(mm)

100 100
50 50

0 0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1990 1991 1992 1993 1994 1995

t (tahun) t (tahun)
Untuk satu kejadian hujan dapat juga disajikan dalam bentuk diagram batang,
terutama untuk data dari alat pencatat otomatis → diagram curah hujan atau
diagram distribusi hujan.

▪ Contoh
Hujan terjadi selama 70 menit dengan distribusi sbb:

t R (mm) 50

15 20
35
10 30 30

R (mm)
25
20 25 20
15
13 50
7 35
5 15 15 25 45 58 65 70
t (menit)
Dari diagram hujan untuk satu kejadian hujan dapat juga digambarkan diagram
intensitasnya, yang disebut : hyetograph.
t R (mm) I (mm/jam) 300

15 20 80 231

10 30 180

I (mm/jam)
180 180

20 25 75
80 75
13 50 231
7 35 300
15 25 45 58 65 70
5 15 180 t (menit)

Hyetograph
Penyajian dalam bentuk grafik :
Pada umumnya grafik curah hujan dibuat langsung dengan menggambarkan titik-titik data.
Dalam bentuk grafik ini dapat juga disajikan grafik akumulasi hujan (hujan kumulatif) →
Mass Curve
200
Hujan Harian Max

t kum R kum 70
150 65

Rkum (mm)
15 20
58
25 50 100
45
45 75
50 25
58 125 15
0
65 160
0 20 40 60 80
70 175 tkum (menit)
t (menit)
Melengkapi Data Hujan yang Hilang / Tidak Lengkap
▪ Ada beberapa cara, diantaranya :
▪ Cara harga rata-rata
▪ Cara rasio normal
▪ Cara kolerasi dengan grafik
▪ Cara “inversed square distance”

Cara Harga Rata-rata :


Dapat dipakai bila hujan rata-rata tahunan
stasiun yang datanya tidak lengkap < 10
% perbedaannya dengan hujan rata-rata B
tahunan stasiun index (stasiun
pembanding yang datanya lengkap) D

Misal : Sta D datanya tidak lengkap A

Sta B, C dan E sta. index (sta A


dapat dipakai atau dapat juga tidak) C
Data hujan yang hilang dapat dihitung dengan :

RD = (RB + RC + RE ) RD = (RA + RB + RC + RE )
1 1
atau
3 4

Cara Rasio Normal :


Dapat dipakai bila hujan rata-rata tahunan stasiun yang datanya tidak lengkap >
10 % perbedaannya dengan hujan rata-rata tahunan stasiun index.
Perumusan yang dipakai :

1  ND ND ND 
RD =  RB + RC + RE 
3  NB NC NE 
1  ND N N N 
atau RD =  RA + D RB + D RC + D RE 
4  NA NB NC NE 
RD = data hujan yang hendak dicari
ND = hujan rata-rata tahunan ditempat yang datanya hilang
RD, RA, RB, RC, RE = data hujan pada stasiun index
ND, NA, NB, NC, NE = hujan rata-rata tahunan pada stasiun index
Cara Korelasi dengan Grafik :
Cara ini hanya dipakai bila hendak dicari (data yang hilang) hujan tahunannya.
Caranya dengan menggambarkan korelasi curah hujan dari stasiun hujan yang
datanya hilang dengan stasiun index.
Bila ada hubungan antara data keduanya, maka data yang hilang dapat
diperkirakan. Bila tidak ada hubungan, maka hal tersebut sulit untuk diperkirakan.
Curah hujan stasiun lain

Curah Hujan stasiun index

Cara Inversed Square Distance :


1 1 1 1
RA + RB + RC + RE
RD =
(d DA )2
(d DB ) 2
(d DC )2
(d DE ) 2

1 1 1 1
+ + +
(d DA )2 (d DB )2 (d DC )2 (d DE )2
dDA, dDB, dDC, dDE = Jarak antara stasiun yang datanya hilang, terhadap stasiun index.
Mengecek Data Hujan terhadap Perubahan-
perubahan
Akibat adanya perubahan-
perubahan pada stasiun
pencatat (misal : stasiun
pindah, alat diganti dsb), maka
akan terjadi juga perubahan
data hasil pencatatannya. Cara
pengecekan perubahan data
seperti ini dipakai analisa
double massa (double mass
curve).

Digambar garis korelasi antara


massa hujan tahunan dari
stasiun yang dicek datanya
dengan massa hujan tahunan
stasiun index. Perubahan
kemiringan dari garis korelasi
memberikan indikasi adanya
perubahan.
Dari kurva di atas terlihat bahwa pada tahun 1978 ada
perubahan garis korelasinya. Jika yang berubah meteorologinya, maka
stasiun indexpun akan turut berubah, sehingga garis korelasi tidak
mengalami perubahan.
Dengan adanya perubahan maka data sebelum tahun 1978
harus disesuaikan dengan data sesudah tahun 1978, dengan
perumusan :

I0
Rx = R0 
Ix

Rx = hujan yang dicari


R0 = hujan yang hendak disesuaikan
Ix = kemiringan lengkung massa dari data sesudah tahun 1978
I0 = kemiringan lengkung massa dari data sebelum tahun 1978
Hujan Rata-rata Suatu DAS

- Point Rainfall
- Area Rainfall

Beberapa cara untuk menghitung tinggi hujan rata-rata :


- Arithmetic Mean Method
- Thiessen Method
- Isohyet Method
- Intersection Line Method
- Depth – Elevation – Method
- Mean Areal Elevation Method
- Hypsometric Method
Arithmetic Mean Method :

Data point rainfall pada


stasiun A, B, C, D dan E
B berturut-turut adalah : RA,
RB, RC, RD dan RE.
D

Maka besarnya area rainfall adalah :

R = (RA + RB + RC + RD + RE )
1 1 n
atau R =  Ri
5 n i =1
R = hujan rata-rata (area rainfall)
Ri = tinggi hujan pada stasiun i (point rainfall)
n = banyaknya data (stasiun)
Thiessen Method :
Cara ini dengan memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh
stasiun yang bersangkutan (luas daerah pengaruh), untuk
digunakan sebagai faktor dalam menghitung hujan rata-rata.
Menurut Thiessen luas daerah pengaruh dari setiap stasiun ditentukan
dengan cara :
1. Menghubungkan stasiun-stasiun dengan suatu garis sehingga
membentuk poligon segitiga.
2. Menarik sumbu-sumbu dari poligon segitiga.
3. Perpotongan sumbu-sumbu ini akan membentuk luasan daerah
pengaruh dari tiap-tiap stasiun.

Luas daerah pengaruh masing-


masing stasiun dibagi dengan luas
daerah aliran disebut sebagai
Koefisien Thiessen masing-masing
stasiun (weighting factor)
Misal luas daerah pengaruh untuk stasiun A, B, C, D dan E berturut-turut
adalah : AA, AB, AC, AD dan AE, dengan luas total daerah aliran = A
- Koefisien Thiessen untuk stasiun-stasiun tersebut :
AA AB AC AD AE
WA = WB = WC = WD = WE =
A A A A A
- Hujan rata-rata di daerah aliran :

R = (WA  R A + WB  RB + WC  RC + WD  RD + WE  RE )
n n

atau R = Wi  Ri dengan W


i =1
i =1
i =1

R = hujan rata-rata (area rainfall)


Ri = tinggi hujan pada stasiun i (point rainfall)
Wi = Koefisien Thiessen pada stasiun i
n = banyaknya data (stasiun)
Contoh :
BLN WA = 0.16 WB = 0.28 WC = 0.21 WD = 0.26 WE = 0.09
RA WARA RB WBRB RC WCRC RD WDRD RE WERE RAV
mm mm mm mm mm mm
Nop. 121 19.36 104 29.12 89 18.69 115 29.9 127 11.43 108.5
Des. 118 18.88 127 35.56 109 22.89 124 32.29 101 9.09 118.7
Isohyet Method :
Isohyet adalag garis yang menunjukkan tempat-tempat yang
mempunyai tinggi hujan sama

Cara ini adalah cara yang paling teliti,


tetapi cukup sulit pembuatannya. Pada
umumnya digunakan untuk hujan
tahunan, karena untuk hujan harian
terlalu banyak variasinya, sehingga
isohyet akan berubah-ubah.

- Hujan rata-rata di daerah aliran :


n
I i + I i +1
R =  Xi  R = hujan rata-rata (area rainfall)
i =1 2 Ii dan Ii+1 = besarnya isohyet Ii dan isohyet Ii+1
n Ai = luas daerah yang dibatasi oleh dua
X
A
Xi = i dengan i =1 isohyet Ii dan Ii+1
A i =1
A = luas daerah aliran
n = banyaknya daerah yang dibatasi oleh
dua isohyet Ii dan Ii+1
Intersection Line Method :
Penyederhanaan cara isohyet

I1
I2
2 - 5 KM

I4

I5
BATAS DAS

GARIS ISOHYET

TITIK TINGGI HUJAN

INTERSECTION LINE

- Besarnya curah hujan pada titik perpotongan didapatkan dari


interpolasi data dua isohyet yang mengapitnya.
- Hujan rata-rata daerah aliran dihitung dengan Arithmatic
Mean Method, dengan memakai data hujan yang didapat
pada titik-titik perpotongan.
Bln/Tgl/Th RA (mm) RB (mm) RC (mm) RD (mm) RE (mm) RAV (mm)

1/1/90 137 20 38 56 51

1/2/90 55 95 51 95 105

1/3/90 99 25 57 149 52

1/4/90 9 4 118 39 100


Hujan 1/5/90 108 39 86 37 22

Harian 1/6/90 115 52 19 70 28

1/31/90 74 145 79 120 119


Max 2/1/90 117 93 96 105 97

Rata-rata 2/2/90 107 90 86 94 94

2/3/90 52 92 130 109 84

2/22/90 103 88 74 59 91

2/23/90 80 30 49 77 98

2/24/90 0 62 27 22 64
Dapat dihitung 2/25/90 37 69 27 70 64
dengan arithmatic 3/10/90 74 15 35 49 83
mean method atau
3/11/90 80 30 49 77 98
Thiessen method 3/12/90 100 4 110 103 87

3/13/90 192 78 83 46 107

12/14/90 138 52 70 98 98

12/15/90 20 0 75 111 131

12/16/90 161 0 63 95 148

12/17/90 90 120 84 95 74
→ Rmax = mm
12/18/90 135 78 26 57 50
Untuk Menghitung Hujan Rata-rata Daerah Aliran dapat
Digunakan Standar Luas DAS :

▪  250 ha
▪ variasi topografi kecil → cukup 1 stasiun

▪ 250 – 50.000 ha
▪ terdapat 2 – 3 stasiun → arithmetic mean method

▪ 120.000 – 500.000 ha
▪ Bila stasiun-stasiun tersebar merata dan curah hujan tidak dipengaruhi oleh
kondisi topografi → arithmetic mean method
▪ Bila stasiun-stasiun tersebar tidak merata → Thiessen method.

▪ > 500.000 ha
▪ isohyet method atau intersection line method
Klasifikasi Hujan
Dari bentuk Hyetographnya, hujan diklasifikasikan menjadi 4 macam:

t t

Uniform pattern Advanced pattern

I I

t t
Intermediate pattern Delayed pattern
Hubungan antara Intensitas Hujan dan Waktu
(lama/duration) Hujan
Besarnya intensitas dan waktu kejadian hujan sangat besar pengaruhnya
dalam perhitungan design flood akibat hujan

Hujan dengan intensitas tinggi biasanya terjadi pada waktu yang pendek,
sedang hujan dengan intensitas rendah biasanya terjadi dalam waktu yang
cukup panjang.

Besarnya intensitas hujan rata-rata untuk waktu t jam dapat dinyatakan


dengan :
R
I= mm/jam
t
R = tinggi hujan (mm)
t = waktu / lama hujan (jam)
I = intensitas hujan (mm/jam)
Hubungan antara intensitas dan waktu / lama hujan juga
bisa didapatkan dari rumus-rumus empiris

1. Perumusan Prof. TALBOT :


Dipakai untuk waktu hujan antara 5 menit sampai 2 jam.

a
I=
t +b
 (I  t )   (I ) −  (I  t ) (I )
2 2

a=
N   (I ) − ( I )
2 2

b=
(
 I )  ( I  t ) − N   t)
(I 2

( )
N   I 2 − ( I )
2

I = intensitas hujan (mm/jam)


t = waktu / lama hujan (mn)
a, b = konstanta
N = banyaknya data
2. Perumusan Prof. SHERMAN :
Dipakai untuk waktu hujan > 2 jam
m
I=
tn

m=
 (log I )  (log t ) −  (log t  log I ) (log t )
2

N   (log I ) − ( log I )
2 2

n=
 (log I )  (log t ) − N   (log t  log I )
N   (log I ) − ( log t )
2 2

I = intensitas hujan (mm/jam)


t = waktu / lama hujan (mn)
m, n = konstanta
N = banyaknya data
3. Perumusan Dr. ISHIGURO :
c
I=
t +d

c=
 (I  t )  (I ) −  (I
2 2
 t ) (I )
N   (I ) − ( I )
2 2

d=
 (I )  (I  t )− N   (I 2
 t )
N   (I ) − ( I )
2 2

I = intensitas hujan (mm/jam)


t = waktu / lama hujan (mn)
c, d = konstanta
N = banyaknya data
4. Perumusan Dr. MONONOBE :
Dipakai untuk menghitung intensitas setiap waktu.
n
R24  24 
I=  
24  t 
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = tinggi hujan max. peretmal (mm)
t = waktu / lama hujan (jam)
N = konstanta

Dari perumusan-perumusan di atas, hubungan antara intensitas


dan waktu / lama hujan dapat digambarkan dalam bentuk
kurva, seperti contoh di bawah, hasil dari perumusan Ishiguro.

Kurva intensitas suatu DAS dibuat berdasarkan perumusan yang


cocok untuk DAS yang bersangkutan. Masing-masing DAS akan
mempunyai kurva intensitas yang berbeda.
Contoh perhitungan hubungan antara intensitas dan waktu hujan
▪ Data hujan dengan masa ulang 10 tahun adalah sbb:

No t (mm) I (mm/j) I.t I2 I2 . t I (1)  (1)  (1*) I (2)  (2)


1 5 150 750 22500 112500 132.52 -17.48 17.48
2 10 105 1050 11025 110250 113.03 8.03 8.03
3 20 76 1520 5776 115520 87.34 11.34 11.34
4 30 62 1860 3844 115320 71.17 9.17 9.17
5 40 54 2160 2916 116640 60.05 6.05 6.05
6 60 46 2760 2116 126960 45.75 -0.25 0.25
7 80 40 3200 1600 128000 36.95 -3.05 3.05
8 120 32 3840 1024 122880 26.69 -5.31 5.31

 565 17140 50801 948070

 (1*) 60.677 av 7.5846

a
▪ Talbot : I=
t +b

a=
 (I  t )  (I )−  (I  t ) (I ) = (17140 ) (50801) − (948070 ) (565) = 3843
2 2

N   (I ) − ( I ) 8  (50801) − (565 )
2 2 2

 (I )  (I  t ) − N   (I  t ) = (565) (17140 ) − 8  (948070 ) = 24


2
3843
b= I=
N   (I ) − ( I ) 8  (50801) − (565 )
2 2
t + 24
2
Tinggi Hujan dan Waktu
- t = 1 – 10 hari
Rumus Haspers :

= 362 log (t + 6) − 206


100 R
R24

Contoh 1 :
Perkirakan besarnya hujan selama 4 hari dari data hujan R24 = 180 mm.

Penyelesaian :
hendak diperkirakan besarnya hujan dalam 4 hari maka dapat dituliskan sebagai
berikut : 100 R
Untuk t = 4 hari, maka = 156 %
R 24
Jadi : R4 = R24 x 1,56 = 280,8 mm

- t = 1 – 24 jam
2
 100 R  11300  t
  =
 R24  t + 3 12
Rumus lain :
- Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke t :
23
R 5
Rt = 24   
5 t
- Perhitungan tinggi hujan pada jam ke t :
Rt’ = t . Rt – (t – 1) . (R(t-1))

Contoh 2 :
Perkirakan tinggi hujan dalam 4 jam dari data hujan R24 = 240 mm.
Penyelesaian :
Tinggi hujan dalam 4 jam diperkirakan sebagai berikut :

100 R
Untuk t = 4 jam, maka : = 97.7 %
R 24

Jadi R4 = R24 x 0,797 = 191 mm

Contoh 3 :
Perkirakan distribusi tinggi hujan untuk t = 4 jam dari contoh 1
Penyelesaian :
Pada jam ke 1 :
2
240  5  3 R 't = 1*140.4 − (1 - 1) * 0 = 140.4 mm
Rt =   = 140 .4 mm
5 1
Pada jam ke 2 :

R 't = 2 * 88.4 − (2 - 1) *140.4 = 36.4 mm


2
240  5  3
Rt =   = 88.4 mm
5 2
Pada jam ke 3 :
2
240  5  R 't = 3 * 67.5 − (3 - 1) * 88.4 = 25.7 mm
3
Rt =   = 67.5 mm
5  3
Pada jam ke 4 :
2
240  5 
R 't = 4 * 55.7 − (4 - 1) * 67.5 = 20.3 mm
3
Rt =   = 55.7 mm
5 4
Tabel 2. Konstanta a & b
Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 1 berikut
t a b
Tabel 1. Perhitungan distribusi tinggi hujan (mm)
t (jam) Rt (mm) R’t (mm) 1 5.85 21.6
1 140.4 140.4 5 29.1 116
2 88.4 36.4 10 73.8 254
3 67.5 25.7 15 138 424
4 55.7 20.3 20 228 636
25 351 909
- t = 0 – 1 jam
30 524 1272
a  R24 35 774 1781
R=
R24 + b 40 1159 2544
45 1811 3816
Contoh 4 :
50 3131 6360
Hitung besarnya hujan dengan waktu 30 menit dari
data hujan harian R24 = 140 mm. 55 7119 13992
Penyelesaian : 59 39083 75048
Untuk t = 30 menit, maka dari Tabel 2 diperoleh : a
= 524 dan b = 1272

Jadi R =
524 *140
= 52 mm
140 + 1272
EVAPORASI

▪ Molekul air di permukaan → molekul uap


air di atmosfer melalui kekuatan panas
▪ Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
evaporasi :
▪ Meteorologi
▪ Macam permukaan yang menguapkan
▪ Jenis :
▪ Evaporasi dari permukaan air bebas
▪ Evaporasi dari permukaan tanah
Evaporasi dari Permukaan Air Bebas
▪ Cara menghitung evaporasi :
▪ Pengukuran langsung
▪ Persamaan empiris
▪ Neraca air (water budget)
▪ Pengukuran langsung dengan alat :
▪ Atmometer
▪ Pan evaporasi
Atmometer :
▪ Prinsip : Penguapan melalui bidang yang berpori-pori
▪ Hasil : bukan data evaporasi absolut
▪ Type : - Piche
- Livingstone
- Bellani
Pan Evaporasi :
▪ Cara pemasangan alat :
1. Dibenamkan / ditanam dalam tanah :
- mengeliminir pengaruh radiasi pada dinding pan dan
pertukaran panas antara atmosfer dengan panci.
- Kerugian :
- sampah
- sulit dipasang, diperbaiki, dibersihkan
- kebocoran sukar dicari
- pengaruh tumbuhan di sekitarnya
2. Mengambang pada permukaan air :
- untuk evaporasi danau / waduk
- mendekati harga sebenarnya
- kesulitan : - percikan air
- mahal (pemasangan, operasional)
3. Di atas permukaan tanah :
- ekonomis
- mudah dipasang, dioperasikan, dipelihara
- kerugian : harga penguapan lebih besar dari sebenarnya
▪ Macam-macam alat :
1. Ditanam :
- Young : - Koef. Pan : 0.91 – 0.99
- Colorado : - Koef. Pan : 0.75 – 0.86
- BPI (Bureau of Plant Industri) :
- Koef. Pan : 0.91 – 0.99

2. Mengambang :
- Seperti Class A Pan Evaporation
- Diapung di atas permukaan air (danau)
- Koef. Pan : 0.8
3. Di permukaan tanah :
- Yang banyak dipakai :
- Class A Pan Evaporation :
- Hasil > dari kenyataan
- Koef. Pan : 0.6 – 0.8

- GGI 300 (USSR)


▪ Ada 3 kondisi pengukuran :
1. Tidak terjadi hujan, air harus ditambahkan ke dalam Pan. Besarnya
penguapan = banyaknya air yang ditambahkan kedalam Pan dikalikan
Koef. Pan.
2. Terjadi hujan, air harus ditambahkan ke dalam Pan. Besarnya
penguapan = besarnya hujan ditambah banyaknya air yang
ditambahkan ke dalam Pan dikalikan Koef. Pan.
3. Terjadi hujan, air harus dikeluarkan dari dalam Pan. Besarnya
penguapan = besarnya hujan dikurangi banyaknya air yang
dikeluarkan dari dalam Pan dikalikan Koef. Pan.

Perumusan Empiris :
Perumusan empiris secara umum dapat dituliskan sbb :

Ea = c (es – ea) f (u)


Ea = penguapan
c = konstanta
es = tekanan uap air jenuh pada temperatur t
ea = tekanan uap aktual pada temperatur t
u = kecepatan angin
Dari beberapa hasil pengamatan diperoleh perumusan sbb :

Ea = 0.35 (es – ea) (0.5 + 0.54 U2)


U2 = kecepatan angin pada keitnggian 2 m (m/dt)

Bila perumusan ini dipakai pada penguapan air pada Pan dan di danau, maka dapat
ditulis sbb :

Eap = 0.35 (esp – eap) (0.5 + 0.54 U2)


Ead = 0.35 (esd – ead) (0.5 + 0.54 U2)
Dengan menganggap konstanta dan kecepatana angin adalah sama, maka :
Ead (esd − ead ) (esd − ead ) (esd − ead )
= =
Eap (esp − eap ) atau (e − eap ) (e − eap )
Ead E ap
sp
Dimana : sp

Water Balance :
E
E = I – O  S
S

O
Evaporasi dari Permukaan Tanah
▪ Evaporasi tanah ≠ evaporasi air bebas → tergantung jenis tanah
▪ Tanah jenuh air → Evaporasi tanah  Elevasi air disekitarnya ( t sama)
▪ Bila permukaan tanah tidak berhubungan dengan MAT → Evaporasi <<
→ tergantung curah hujan (R) : R >> → Evaporasi >>
▪ Bila permukaan tanah berhubungan dengan daerah kapiler → E >>
(supply dari air tanah)

LYSIMETER
E I E = I – O  S

Bila ditanami →
S
Evapotranspirasi

O
TRANSPIRASI
▪ Tergantung :
▪ Meteorologi
▪ Persediaan air (hujan, irigasi dll)
▪ Tipe & fase pertumbuhan tanaman
▪ Pengukuran :
▪ Dilakukan di laboratorium
▪ Alat :
▪ Phytometer (selisih berat)
EVAPOTRANSPIRASI
▪ Pengukuran di laboratorium / di lapangan :
▪ Water balance → Lysimeter
▪ Rumus-rumus berdasarkan percobaan-percobaan :
▪ Menggunakan data suhu udara rata-rata harian :
- LOWRY – JHONSON - THORNTHWAITE
- BLANEY - CRIDDLE
▪ Menggunakan data suhu udara rata-rata harian dan radiasi matahari :
- TENSEN – HAISE - TURC
- GRASSI - STEPHENS – STEWARD
- MAKKINK
▪ Menggunakan data suhu udara rata-rata harian dan kelembaban :
- BLANEY – MORIN - HAMON
- HARGREAVES - PAPADIKIS
▪ Rumus-rumus kompleks :
- PENMAN - CHRISTIANSEN
- VAN BAVEL
▪ Rumus-rumus yang sering dipakai untuk irigasi :
- THORNTHWAITE - BLANEY – CRIDDLE
- PENMAN - TURC – LANGBEIN - WUNDT
BLANEY - CRIDDLE
▪ PET → t rata-rata bulanan, prosentase bulanan jam
siang hari, koefisien pertumbuhan tanaman.
▪ Rumus :
tP
u=K inchi
100
▪ Modifikasi :
K  P  (45,7t + 813)
u= mm
100

K = k c x Kt
Kt = 0,0311 t + 0,240
PERSAMAAN PENMAN (Modifikasi FAO)
ETP = C [ W . Rn + (1 – W) . f (U) . (es – ea)]
ETP = evapotranspirasi (mm/hr)
W = faktor pembobot
Rn = radiasi netto, ekivalen dengan evaporasi (mm/hr)
F (U) = fungsi kecepatan angin
(es – ea)= selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual
rata-rata pada temperatur rata-rata (mbar)
C = “adjustment factor” untuk kompensasi pengaruh kondisi
cuaca pada siang dan malam hari.

Catatan :
- Rumus ini hanya berlaku apabila satuan masing-masing komponen seperti di
atas
- Dalam rumus aslinya (es – ea) tertulis (ea – ed) ………………..!!!!!!!!!
A. Tekanan Uap Air (es – ea)
▪ Selisih antara harga rata-rata tekanan uap jenuh
es dan harga rata-rata tekanan uap aktual ea
▪ Data kelembaban udara didapatkan dari :
▪ Data kelembaban relatif (hmax dan hmin dalam %)
▪ Pembacaan Psychrometer (temp. bola basah dan
bola kering → C)
▪ Data temperatur titik embun ( C)
▪ Tekanan uap air harus dinyatakan dalam mbar
▪ Tabel 5 dan 6 : untuk mendapatkan es dan ea
Contoh :
I. tmax = 35 C hmax = 80 %
tmin = 22 C hmin = 30 %

II. tmax = 35 C tbk = 24 C


tmin = 22 C tbb = 20 C

III. tmax = 35 C td = 18 C
tmin = 22 C

Untuk menghitung es dan ea, data tmax dan tmin dirata-rata terlebih dahulu,
demikian juga untuk hmax dan hmin.

Catatan :
- Untuk beberapa daerah, kelembaban (h) pada malam hari ~ 100 % → tmin = tbb =
td → ea dapat ditentukan dari data es dan tmin
B. Fungsi Kecepatan Angin : f (U)

 U 
f (U ) = 0.271 + 
 100 
U = Kecepatan angin (km/hr) diukur pada ketinggian 2 m

- Rumus diatas hanya berlaku bila (es - ea ) mempunyai satuan mbar dan
dihitung menurut cara I, II atau III diatas.
- Tabel 7 : untuk mencari f (U) dengan data kecepatan angin pada
ketinggian 2 m.
- Bila data kecepatan angin tercatat pada ketinggian  2 m → dikoreksi

Pengukuran pd 0.5 1.0 1.5 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0


ketinggian (m)
Faktor koreksi 1.35 1.15 1.06 1.00 0.93 0.88 0.85 0.83

Contoh : U 3m = 250 km/hr


U 2m = 0.93 x 250 = 232 km/hr
C. Faktor Pembobot : (1 – W)
(1 – W) = faktor pembobot pengaruh angin dan kelembaban terhadap evapotranspirasi
Tabel 8 = harga (1 – W) berdasarkan altitude dan temperatur

t = 0.5 (tmax + tmin)

Contoh :
Altitude = 95 m, tmax = 35C, tmin = 22 C

D. Faktor Pembobot : W
W = faktor pembobot pengaruh radiasi terhadap evapotranspirasi
Tabel 9 = harga W berdasarkan altitude dan temperatur

t = 0.5 (tmax + tmin)

Contoh :
Altitude = 95 m, tmax = 35C, tmin = 22 C
E. Radiasi Matahari Netto : Rn
Rn = selisih antara semua radiasi yang datang dan yang pergi (dipantulkan) di permukaan bumi

Rn bisa diukur, tetapi sering tidak tersedia datanya


Rn bisa dihitung dari :
- radiasi matahari
- lamanya penyinaran matahari, temperatur dan kelembaban

Ra
LONGWAVE
SHORTWAVE

Rs Rs

Rnl

Rns
▪ Radiasi yang diterima pada puncak batas atmosfer (Ra)
tergantung pada latitude dan waktu (Tabel 10)

▪ Sebagian Ra diserap dan disebarkan di atmosfer. Sisanya →


radiasi matahari (Rs) → tergantung pada Ra dan derajat
penutupan awan

▪ Sebagian Rs dipantulkan kembali oleh bumi dan tanaman.


Besar pemantulan  tergantung pada jenis permukaan :
- air :5–7%
- tanaman : 15 – 25 %
→ Sisa ini semua = “NET SHORTWAVE SOLAR RADIATION”
= Rns

▪ Rl = LONGWAVE RADIATION
= bagian radiasi yang tersebar dan terserap energinya di
atmosfer
▪ Langkah-langkah perhitungan mencari Rn :
1. Bila data Rs tidak tersedian → gunakan Tabel 10 untuk mencari Ra

 n
2. Rs =  0.25 + 0.50  Ra
 N
n
= prosentase penyinaran
N
n = penyinaran aktual (diketahui)
N = dicari pada Tabel 11
3. Rns = (1 - ) Rs
 = faktor refleksi dari tanaman, diambil = 0.25
Tabel 12 : penyederhanaan perhitungan (2) dan (3)
n
4. Rnl adalah fungsi dari : t, ea dan
N n
Tabel 13, 14 dan 15 : harga f (t), f (ea) dan f ( )
N
5. Rn = Rns - Rnl
Rl = datang lebih lambat ke bumi daripada Rs→ dan akan dipantulkan
kembali ke atmosfer
Rnl = selisih Rl yang datang dan yang dipantulkan

→ Total net radiasi : Rn = Rns – Rnl


yang dinyatakan ekivalen dengan satuan evaporasi : mm/hr
F. Adjustment Factor (C)
Pada awalnya persamaan Penman diasumsikan untuk kondisi sebagai
berikut :
- Radiasi matahari : sedang – tinggi
- Kelembaban relatif max : sedang – tinggi
- Kecepatan angin siang hari ± 2 x kecepatan angin malam hari
Diluar kondisi tersebut → harus dimasukkan faktor C
Tabel 16 : harga C untuk berbagai kondisi hmax, Rs, Uday, Uday/ Unight

Contoh : hmax = 90 % Rs = 12 mm/hr


Uday = 3 m/det Uday/ Unight = 3

Bila data tidak terdapat pada Tabel 16 → interpolasi

Contoh : hmax = 80 % Rs = 11.2 mm/hr


Uday = 3.2 m/det Uday/ Unight = 2.1

Anda mungkin juga menyukai