17,27t
es = 611 exp Pa (=N/m2)
237 ,3 + t
Satuan tekanan uap air : bar atau mmHg
1 bar = 105 N/m2
8
112 − 0,1 t + t d t = temperatur
h =
112 + 0,9 t td = temperatur titik embun
Untuk pengukuran secara langsung dipergunakan Psychrometer :
Sepasang termometer bola basah dan termometer bola kering
Tabel Psychrometer (Kelembaban)
Bola Kaca D 4”
Kertas pencatat
-Radiasi = luas x k x ka
k = 1.5
ka = koefisien alat
HUJAN
- Hujan efektif (Ref)
- Data :
- Tinggi / curah hujan (R) ketebalan air di atas permukaan datar (mm)
- Durasi (t) lamanya curah hujan yang terjadi (menit atau
jam)
- Intensitas (I) laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu
(mm/menit; mm/jam; mm/hari)
- Frekuensi (T) frekwensi kejadian terjadinya hujan, biasanya
dinyatakan dengan waktu ulang (return period): T
(sekali dalam T tahun)
CORONG LUAS = A
Vol (mm)
R=
A
Vol
SIPHON
PENA PENCATAT
PELAMPUNG
Sket Alat Penakar Hujan
PENAMPUNG
dengan Syphon
9
8
7
R1
6
5
4
3
2 t1
1
0
20 24 4 8 12 16 20 24 4 8 12 16 20 24 4 8 12 16 20 24
▪ Syarat pemasangan alat
▪ Hindarkan pengaruh angin → pasang pd ketinggian tertentu
▪ Bebas halangan :
▪ D > 2H → 14 negara
▪ D > H → 7 negara
▪ D> 4H → Standar WMO (World Meteorological Organization)
▪ Dipasang pada tanah datar
▪ Dilindungi
▪ Dekat dengan pengamat
▪ Syarat-syarat teknis dipenuhi
H
H
D D
▪ Beberapa data tinggi hujan di dunia
(mm)
100 100
50 50
0 0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1990 1991 1992 1993 1994 1995
t (tahun) t (tahun)
Untuk satu kejadian hujan dapat juga disajikan dalam bentuk diagram batang,
terutama untuk data dari alat pencatat otomatis → diagram curah hujan atau
diagram distribusi hujan.
▪ Contoh
Hujan terjadi selama 70 menit dengan distribusi sbb:
t R (mm) 50
15 20
35
10 30 30
R (mm)
25
20 25 20
15
13 50
7 35
5 15 15 25 45 58 65 70
t (menit)
Dari diagram hujan untuk satu kejadian hujan dapat juga digambarkan diagram
intensitasnya, yang disebut : hyetograph.
t R (mm) I (mm/jam) 300
15 20 80 231
10 30 180
I (mm/jam)
180 180
20 25 75
80 75
13 50 231
7 35 300
15 25 45 58 65 70
5 15 180 t (menit)
Hyetograph
Penyajian dalam bentuk grafik :
Pada umumnya grafik curah hujan dibuat langsung dengan menggambarkan titik-titik data.
Dalam bentuk grafik ini dapat juga disajikan grafik akumulasi hujan (hujan kumulatif) →
Mass Curve
200
Hujan Harian Max
t kum R kum 70
150 65
Rkum (mm)
15 20
58
25 50 100
45
45 75
50 25
58 125 15
0
65 160
0 20 40 60 80
70 175 tkum (menit)
t (menit)
Melengkapi Data Hujan yang Hilang / Tidak Lengkap
▪ Ada beberapa cara, diantaranya :
▪ Cara harga rata-rata
▪ Cara rasio normal
▪ Cara kolerasi dengan grafik
▪ Cara “inversed square distance”
RD = (RB + RC + RE ) RD = (RA + RB + RC + RE )
1 1
atau
3 4
1 ND ND ND
RD = RB + RC + RE
3 NB NC NE
1 ND N N N
atau RD = RA + D RB + D RC + D RE
4 NA NB NC NE
RD = data hujan yang hendak dicari
ND = hujan rata-rata tahunan ditempat yang datanya hilang
RD, RA, RB, RC, RE = data hujan pada stasiun index
ND, NA, NB, NC, NE = hujan rata-rata tahunan pada stasiun index
Cara Korelasi dengan Grafik :
Cara ini hanya dipakai bila hendak dicari (data yang hilang) hujan tahunannya.
Caranya dengan menggambarkan korelasi curah hujan dari stasiun hujan yang
datanya hilang dengan stasiun index.
Bila ada hubungan antara data keduanya, maka data yang hilang dapat
diperkirakan. Bila tidak ada hubungan, maka hal tersebut sulit untuk diperkirakan.
Curah hujan stasiun lain
1 1 1 1
+ + +
(d DA )2 (d DB )2 (d DC )2 (d DE )2
dDA, dDB, dDC, dDE = Jarak antara stasiun yang datanya hilang, terhadap stasiun index.
Mengecek Data Hujan terhadap Perubahan-
perubahan
Akibat adanya perubahan-
perubahan pada stasiun
pencatat (misal : stasiun
pindah, alat diganti dsb), maka
akan terjadi juga perubahan
data hasil pencatatannya. Cara
pengecekan perubahan data
seperti ini dipakai analisa
double massa (double mass
curve).
I0
Rx = R0
Ix
- Point Rainfall
- Area Rainfall
R = (RA + RB + RC + RD + RE )
1 1 n
atau R = Ri
5 n i =1
R = hujan rata-rata (area rainfall)
Ri = tinggi hujan pada stasiun i (point rainfall)
n = banyaknya data (stasiun)
Thiessen Method :
Cara ini dengan memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh
stasiun yang bersangkutan (luas daerah pengaruh), untuk
digunakan sebagai faktor dalam menghitung hujan rata-rata.
Menurut Thiessen luas daerah pengaruh dari setiap stasiun ditentukan
dengan cara :
1. Menghubungkan stasiun-stasiun dengan suatu garis sehingga
membentuk poligon segitiga.
2. Menarik sumbu-sumbu dari poligon segitiga.
3. Perpotongan sumbu-sumbu ini akan membentuk luasan daerah
pengaruh dari tiap-tiap stasiun.
R = (WA R A + WB RB + WC RC + WD RD + WE RE )
n n
I1
I2
2 - 5 KM
I4
I5
BATAS DAS
GARIS ISOHYET
INTERSECTION LINE
1/1/90 137 20 38 56 51
1/2/90 55 95 51 95 105
1/3/90 99 25 57 149 52
2/22/90 103 88 74 59 91
2/23/90 80 30 49 77 98
2/24/90 0 62 27 22 64
Dapat dihitung 2/25/90 37 69 27 70 64
dengan arithmatic 3/10/90 74 15 35 49 83
mean method atau
3/11/90 80 30 49 77 98
Thiessen method 3/12/90 100 4 110 103 87
12/14/90 138 52 70 98 98
12/17/90 90 120 84 95 74
→ Rmax = mm
12/18/90 135 78 26 57 50
Untuk Menghitung Hujan Rata-rata Daerah Aliran dapat
Digunakan Standar Luas DAS :
▪ 250 ha
▪ variasi topografi kecil → cukup 1 stasiun
▪ 250 – 50.000 ha
▪ terdapat 2 – 3 stasiun → arithmetic mean method
▪ 120.000 – 500.000 ha
▪ Bila stasiun-stasiun tersebar merata dan curah hujan tidak dipengaruhi oleh
kondisi topografi → arithmetic mean method
▪ Bila stasiun-stasiun tersebar tidak merata → Thiessen method.
▪ > 500.000 ha
▪ isohyet method atau intersection line method
Klasifikasi Hujan
Dari bentuk Hyetographnya, hujan diklasifikasikan menjadi 4 macam:
t t
I I
t t
Intermediate pattern Delayed pattern
Hubungan antara Intensitas Hujan dan Waktu
(lama/duration) Hujan
Besarnya intensitas dan waktu kejadian hujan sangat besar pengaruhnya
dalam perhitungan design flood akibat hujan
Hujan dengan intensitas tinggi biasanya terjadi pada waktu yang pendek,
sedang hujan dengan intensitas rendah biasanya terjadi dalam waktu yang
cukup panjang.
a
I=
t +b
(I t ) (I ) − (I t ) (I )
2 2
a=
N (I ) − ( I )
2 2
b=
(
I ) ( I t ) − N t)
(I 2
( )
N I 2 − ( I )
2
m=
(log I ) (log t ) − (log t log I ) (log t )
2
N (log I ) − ( log I )
2 2
n=
(log I ) (log t ) − N (log t log I )
N (log I ) − ( log t )
2 2
c=
(I t ) (I ) − (I
2 2
t ) (I )
N (I ) − ( I )
2 2
d=
(I ) (I t )− N (I 2
t )
N (I ) − ( I )
2 2
a
▪ Talbot : I=
t +b
a=
(I t ) (I )− (I t ) (I ) = (17140 ) (50801) − (948070 ) (565) = 3843
2 2
N (I ) − ( I ) 8 (50801) − (565 )
2 2 2
Contoh 1 :
Perkirakan besarnya hujan selama 4 hari dari data hujan R24 = 180 mm.
Penyelesaian :
hendak diperkirakan besarnya hujan dalam 4 hari maka dapat dituliskan sebagai
berikut : 100 R
Untuk t = 4 hari, maka = 156 %
R 24
Jadi : R4 = R24 x 1,56 = 280,8 mm
- t = 1 – 24 jam
2
100 R 11300 t
=
R24 t + 3 12
Rumus lain :
- Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke t :
23
R 5
Rt = 24
5 t
- Perhitungan tinggi hujan pada jam ke t :
Rt’ = t . Rt – (t – 1) . (R(t-1))
Contoh 2 :
Perkirakan tinggi hujan dalam 4 jam dari data hujan R24 = 240 mm.
Penyelesaian :
Tinggi hujan dalam 4 jam diperkirakan sebagai berikut :
100 R
Untuk t = 4 jam, maka : = 97.7 %
R 24
Contoh 3 :
Perkirakan distribusi tinggi hujan untuk t = 4 jam dari contoh 1
Penyelesaian :
Pada jam ke 1 :
2
240 5 3 R 't = 1*140.4 − (1 - 1) * 0 = 140.4 mm
Rt = = 140 .4 mm
5 1
Pada jam ke 2 :
Jadi R =
524 *140
= 52 mm
140 + 1272
EVAPORASI
2. Mengambang :
- Seperti Class A Pan Evaporation
- Diapung di atas permukaan air (danau)
- Koef. Pan : 0.8
3. Di permukaan tanah :
- Yang banyak dipakai :
- Class A Pan Evaporation :
- Hasil > dari kenyataan
- Koef. Pan : 0.6 – 0.8
Perumusan Empiris :
Perumusan empiris secara umum dapat dituliskan sbb :
Bila perumusan ini dipakai pada penguapan air pada Pan dan di danau, maka dapat
ditulis sbb :
Water Balance :
E
E = I – O S
S
O
Evaporasi dari Permukaan Tanah
▪ Evaporasi tanah ≠ evaporasi air bebas → tergantung jenis tanah
▪ Tanah jenuh air → Evaporasi tanah Elevasi air disekitarnya ( t sama)
▪ Bila permukaan tanah tidak berhubungan dengan MAT → Evaporasi <<
→ tergantung curah hujan (R) : R >> → Evaporasi >>
▪ Bila permukaan tanah berhubungan dengan daerah kapiler → E >>
(supply dari air tanah)
LYSIMETER
E I E = I – O S
Bila ditanami →
S
Evapotranspirasi
O
TRANSPIRASI
▪ Tergantung :
▪ Meteorologi
▪ Persediaan air (hujan, irigasi dll)
▪ Tipe & fase pertumbuhan tanaman
▪ Pengukuran :
▪ Dilakukan di laboratorium
▪ Alat :
▪ Phytometer (selisih berat)
EVAPOTRANSPIRASI
▪ Pengukuran di laboratorium / di lapangan :
▪ Water balance → Lysimeter
▪ Rumus-rumus berdasarkan percobaan-percobaan :
▪ Menggunakan data suhu udara rata-rata harian :
- LOWRY – JHONSON - THORNTHWAITE
- BLANEY - CRIDDLE
▪ Menggunakan data suhu udara rata-rata harian dan radiasi matahari :
- TENSEN – HAISE - TURC
- GRASSI - STEPHENS – STEWARD
- MAKKINK
▪ Menggunakan data suhu udara rata-rata harian dan kelembaban :
- BLANEY – MORIN - HAMON
- HARGREAVES - PAPADIKIS
▪ Rumus-rumus kompleks :
- PENMAN - CHRISTIANSEN
- VAN BAVEL
▪ Rumus-rumus yang sering dipakai untuk irigasi :
- THORNTHWAITE - BLANEY – CRIDDLE
- PENMAN - TURC – LANGBEIN - WUNDT
BLANEY - CRIDDLE
▪ PET → t rata-rata bulanan, prosentase bulanan jam
siang hari, koefisien pertumbuhan tanaman.
▪ Rumus :
tP
u=K inchi
100
▪ Modifikasi :
K P (45,7t + 813)
u= mm
100
K = k c x Kt
Kt = 0,0311 t + 0,240
PERSAMAAN PENMAN (Modifikasi FAO)
ETP = C [ W . Rn + (1 – W) . f (U) . (es – ea)]
ETP = evapotranspirasi (mm/hr)
W = faktor pembobot
Rn = radiasi netto, ekivalen dengan evaporasi (mm/hr)
F (U) = fungsi kecepatan angin
(es – ea)= selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual
rata-rata pada temperatur rata-rata (mbar)
C = “adjustment factor” untuk kompensasi pengaruh kondisi
cuaca pada siang dan malam hari.
Catatan :
- Rumus ini hanya berlaku apabila satuan masing-masing komponen seperti di
atas
- Dalam rumus aslinya (es – ea) tertulis (ea – ed) ………………..!!!!!!!!!
A. Tekanan Uap Air (es – ea)
▪ Selisih antara harga rata-rata tekanan uap jenuh
es dan harga rata-rata tekanan uap aktual ea
▪ Data kelembaban udara didapatkan dari :
▪ Data kelembaban relatif (hmax dan hmin dalam %)
▪ Pembacaan Psychrometer (temp. bola basah dan
bola kering → C)
▪ Data temperatur titik embun ( C)
▪ Tekanan uap air harus dinyatakan dalam mbar
▪ Tabel 5 dan 6 : untuk mendapatkan es dan ea
Contoh :
I. tmax = 35 C hmax = 80 %
tmin = 22 C hmin = 30 %
III. tmax = 35 C td = 18 C
tmin = 22 C
Untuk menghitung es dan ea, data tmax dan tmin dirata-rata terlebih dahulu,
demikian juga untuk hmax dan hmin.
Catatan :
- Untuk beberapa daerah, kelembaban (h) pada malam hari ~ 100 % → tmin = tbb =
td → ea dapat ditentukan dari data es dan tmin
B. Fungsi Kecepatan Angin : f (U)
U
f (U ) = 0.271 +
100
U = Kecepatan angin (km/hr) diukur pada ketinggian 2 m
- Rumus diatas hanya berlaku bila (es - ea ) mempunyai satuan mbar dan
dihitung menurut cara I, II atau III diatas.
- Tabel 7 : untuk mencari f (U) dengan data kecepatan angin pada
ketinggian 2 m.
- Bila data kecepatan angin tercatat pada ketinggian 2 m → dikoreksi
Contoh :
Altitude = 95 m, tmax = 35C, tmin = 22 C
D. Faktor Pembobot : W
W = faktor pembobot pengaruh radiasi terhadap evapotranspirasi
Tabel 9 = harga W berdasarkan altitude dan temperatur
Contoh :
Altitude = 95 m, tmax = 35C, tmin = 22 C
E. Radiasi Matahari Netto : Rn
Rn = selisih antara semua radiasi yang datang dan yang pergi (dipantulkan) di permukaan bumi
Ra
LONGWAVE
SHORTWAVE
Rs Rs
Rnl
Rns
▪ Radiasi yang diterima pada puncak batas atmosfer (Ra)
tergantung pada latitude dan waktu (Tabel 10)
▪ Rl = LONGWAVE RADIATION
= bagian radiasi yang tersebar dan terserap energinya di
atmosfer
▪ Langkah-langkah perhitungan mencari Rn :
1. Bila data Rs tidak tersedian → gunakan Tabel 10 untuk mencari Ra
n
2. Rs = 0.25 + 0.50 Ra
N
n
= prosentase penyinaran
N
n = penyinaran aktual (diketahui)
N = dicari pada Tabel 11
3. Rns = (1 - ) Rs
= faktor refleksi dari tanaman, diambil = 0.25
Tabel 12 : penyederhanaan perhitungan (2) dan (3)
n
4. Rnl adalah fungsi dari : t, ea dan
N n
Tabel 13, 14 dan 15 : harga f (t), f (ea) dan f ( )
N
5. Rn = Rns - Rnl
Rl = datang lebih lambat ke bumi daripada Rs→ dan akan dipantulkan
kembali ke atmosfer
Rnl = selisih Rl yang datang dan yang dipantulkan